bab ii aktivitas hotel dan sistem abc

advertisement
BAB II
AKTIVITAS HOTEL DAN SISTEM ABC
2.1. Sistem ABC
Seperti dijelaskan bab sebelumnya bahwa Activity based costing timbul sebagai
akibat kebutuhan manajemen akan informasi biaya per unit sehingga pengelolaan
aktivitas dapat dilakukan. Activity Based Costing merupakan sistem akuntansi biaya
yang berbasis aktivitas. Awalnya Activity Based Costing berorientasi pada penentuan
biaya per unit yang akurat dalam perusahaan manufaktur. Pada tahap perkembangan
selanjutnya, Activity Based Costing tidak lagi difokuskan dalam penghitungan biaya per
unit secara akurat, namun dimanfaatkan untuk menghasilkan informasi tentang aktivitas
untuk pengurangan biaya melalui pemberdayaan personel dalam pengelolaan terhadap
aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Selain itu bagi perusahaan yang
mengkonsumsi sumber daya tidak langsung dalam jumlah yang relatif besar pada proses
produksinya, perusahaan yang memiliki beranekaragam produk dan perusahaan jasa,
Activity Based Costing diperlukan untuk menghasilkan informasi biaya berdasarkan
aktivitas. Istilah Activity Based Costing selanjutnya diubah menjadi Activity Based
Costing sistem yang lebih mencerminkan sistem informasi biaya untuk pengurangan
biaya dan penentuan biaya per unit secara akurat.
Activity based costing sistem mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi
tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Penyebab timbulnya biaya ini
dapat dikelola sehingga dapat mengurangi biaya. Biaya hanya dapat dikurangi secara
signifikan melalui pengelolaan berbasis aktivitas. Activity Based Costing sistem
merupakan sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas
untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas.
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
Pengelolaan terhadap aktivitas ini akan menghasilkan beberapa kemajuan yang
memungkinkan pengurangan biaya.
Activity Based Costing sistem mencakup biaya yang terjadi di seluruh tahap
pembuatan produk. Activity Based Costing sistem berfokus ke pengurangan biaya, dan
tidak hanya terhadap biaya yang terjadi di tahap produksi, namun mencakup biaya di
seluruh tahap pembuatan produk, sejak tahap desain dan pengembangan sampai dengan
tahap purna jual.
Manfaat Activity Based Costing sistem seperti dipaparkan oleh Sulastiningsih
adalah : memperbaiki kualitas pembuatan keputusan, menyediakan informasi biaya
berdasarkan aktivitas, perbaikan berkesinambungan terhadap aktivitas untuk mengurangi
biaya overhead dan memberikan kemudahan dalam estimasi biaya relevan.
Kelebihan yang dimiliki Activity Based Costing seperti dikutip dalam
www.dod.mil/comptroller/icenter :
1. enables determination of total production costs traced to outputs
2. target areas needing management attention
3. encourages the consideration of alternative methods of production
4. highlights operational efficiency and inefficiency
5. identifies financial benchmarks for activity performance
6. generates more information to measure and reward performance, and
priorities
activities for cost reductions
7. provides a common managerial framework among support activities.
Tehnik akuntansi manajemen seperti Activity Based Costing lebih mengungguli
dibanding sistem akuntansi tradisional. Activity Based Costing dapat mencukupi
informasi-informasi yang tidak disediakan oleh akuntansi tradisional. Keberhasilan
Activity Based Costing dalam mengungguli sistem tradisional diungkap oleh berbagai
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
peneliti seperti Foster, Gupta dan Sjoblom (1996); Goebel, Marshall dan Locander
(1998); dan Selnes (1992).
2.1.1. Activity based costing dengan 1 jenis produk/jasa
Selain dari job order costing dikenal juga process costing method yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. produk/jasanya standar/homogen
b. produk/jasanya yang dihasilkan selalu sama tiap bulannya
Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa metode pengumpulan biaya jasa kamar
merupakan salah satu contoh dari process costing method. Karakteristik yang terdapat
pada process costing method dijelaskan berikut ini :
a. Dalam pengumpulan biaya, maka process costing method mengumpulkan biaya
result-producing activities per periode akuntansi.
b. Dalam penghitungan biaya produk/jasa per unit dengan cara membagi total
biaya result-producing activities yang dikonsumsi selama periode tertentu dengan
jumlah unit produk/jasa yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
c. Seluruh biaya aktivitas (baik non-result activities dan maupun result producing
activities dibebankan ke produk/jasa atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
2.1.1. Biaya
Biaya merupakan nilai rupiah atas sumber daya yang dikorbankan untuk
menyediakan produk/jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan. Penyediaan
produk/jasa tersebut memerlukan aktivitas dan aktivitas ini mengkonsumsi sumber daya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas merupakan penyebab terjadinya suatu biaya.
2.1.2. Aktivitas
Aktivitas menurut Mulyadi dalam bukunya Activity Based Costing sistem adalah
peristiwa, tugas, atau satuan pekerjaan dengan tujuan tertentu. Aktivitas dilakukan
berulang-ulang untuk memenuhi fungsi bisnis. Untuk setiap aktivitas dapat digolongkan
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
apakah termasuk aktivitas yang bernilai tambah atau aktivitas yang tidak memberikan
nilai tambah. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan organisasi juga membutuhkan sumber
daya dan hal ini menjadikan aktivitas sebagai penyebab timbulnya biaya. Pengambil
keputusan membutuhkan informasi tentang biaya aktivitas untuk mengelola aktivitas.
Secara umum, aktivitas perusahaan dapat dikelompokkan ke dalam empat
golongan :
a. Result-producing activities
Adalah aktivitas yang secara langsung berkaitan dengan penyediaan produk/jasa bagi
pelanggan luar. Result-producing activities dalam proses pengolahan data biaya
menerima beba biaya dari result-contributing activities, support activities, hygiene and
housekeeping activities.
b. Result-contributing activities
Adalah aktivitas yang memberikan dukungan secara langsung kepada result-producing
activities dalam penyediaan produk/jasa bagi pelanggan. Result-contributing activities
dalam proses pengolahan data biaya menerima beban biaya dari support activities dan
hygiene and housekeeping activities.
c. Support activities
Adalah aktivitas pusat jasa untuk menyediakan layanan bagi result-producing activities
dan result-contributing activities. Support activities dalam proses pengolahan daya biaya
menerima beban biaya dari hygiene and housekeeping activities.
d. Hygiene and housekeeping activities
Adalah aktivitas pusat jasa yang menyediakan layanan kebersihan dan kerumahtanggaan
bagi result-producing activities, result-contributing activities dan support activities.
2.1.3. Cost Object
Definisi cost object dalam bukunya Mulyadi adalah sesuatu yang menjadi tujuan
pengukuran dan pembebanan biaya. Aktivitas termasuk cost object karena dalam
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
menjalankan aktivitas terdapat pengorbanan sumber daya yang harus dilakukan. Selain
aktivitas, produk/jasa juga merupakan cost object karena pengorbanan sumber daya
dalam melaksanakan aktivitas tersebut ditujukan untuk menghasilkan produk/jasa.
2.1.4. Tahapan dalam activity based cost sistem :
1. Identifikasi aktivitas yang harus dilaksanakan
2. Pembebanan sumber daya ke aktivitas (Activity based process costing)
Biaya dalam tahapan ini dapat digolongkan ke dalam dua kelompok :
(i). Biaya langsung produk/jasa: biaya yang dapat dibebankan secara
langsung ke produk/jasa. Biaya ini dibebankan sebagai biaya per unit melalui
aktivitas yang menghasilkan produk/jasa yang bersangkutan.
(ii). Biaya tidak langsung produk/jasa : biaya yang tidak dapat dibebankan
secara langsung ke produk/jasa. Biaya ini dikelompokkan menjadi dua golongan :
a. biaya langsung aktivitas (direct expense)
Biaya langsung aktivitas adalah biaya yang terjadi, yang
penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai,
yaitu aktivitas. Biaya langsung aktivitas dapat diidentifikasi melalui
penelusuran langsung (direct tracing)
b. Biaya tidak langsung aktivitas (indirect expense)
Biaya tidak langsung aktivitas adalah biaya yang penyebab
terjadinya lebih dari satu aktivitas. Pembebanan biaya ini dapat
dilakukan dengan dua cara :
(i). driver tracing, yaitu biaya dibebankan kepada aktivitas
berdasarkan hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya
dengan aktivitas yang bersangkutan.
(ii). Alokasi, yaitu pembebanan biaya ke aktivitas dengan dasar
yang bersifat sembarang.
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
3. Mengidentifikasi output yang dihasilkan
4. Pembebanan activity cost ke produk/jasa (Activity-based object costing)
Dalam pembebanan activity cost ke produk/jasa dapat digunakan empat macam
activity driver :
a. Unit-level activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk/jasa
berdasarkan unit yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut.
b. Batch-related activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh
produk/jasa berdasarkan jumlah batch produk yang diproduksi.
c. Product-sustaining activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh
produk/jasa berdasarkan jenis produk yang dihasilkan oleh aktivitas
tersebut.
d. Facility-sustaining activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh
produk/jasa berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk yang
diproduksi.
Perilaku biaya
Perilaku biaya adalah perubahan biaya sebagai akibat perubahan volume aktivitas.
Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas dibagi ke
dalam tiga kelompok :
a. biaya variable, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume aktivitas.
b. biaya tetap, adalah biaya yang jumlah totalnya konstan dalam kisar tertentu
perubahan volume aktivitas.
c. biaya step variable, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah dengan jarak
waktu tertentu karena perubahan volume aktivitas. Diperlukan tenggang
waktu tertentu antara perubahan volume aktivitas dengan perubahan biaya
step variable.
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
d. biaya semi variable, adalah biaya yang memiliki unsure perilaku tetap dan
variable.
2.2. Aktivitas Hotel
2.2.1. Ciri-ciri industri perhotelan
Industri perhotelan merupakan industri jasa karena produk yang ditawarkan
adalah jasa. Beberapa ciri yang dimiliki oleh industri perhotelan (Wiyasha, 2007) :
1. Penjualan
Frekuensi penjualan relatif tinggi. Industri perhotelan dalam sehari beroperasi
selama 24 jam. Terhadap frekuensi penjualan yang relatif tinggi itu harus
dilakukan pengendalian oleh manajemen agar hasil penjualan tetap dapat
terkendali dan mutu layanan tetap sesuai standar yang telah ditentukan.
Bisnis ini bersifat musiman. Untuk hotel di kawasan industri (business hotel),
tingkat hunian kamar yang tinggi terjadi antara Senin sampai dengan Kamis.
Sedangkan Jumat sampai dengan Minggu, tingkat hunian akan menurun
tajam. Untuk hotel di kawasan wisata (resort hotel), tingkat hunian relatif
stabil dan akan menjadi tinggi pada musim liburan. Pada masa tidak libur,
bisnis relatif rendah.
Peluang penjualan yang hilang tidak dapat dikompensasi. Jasa kamar yang
tidak terjual pada waktu tertentu tidak dapat dikompensasikan dengan
penjualan pada waktu berikutnya. Biaya yang terjadi untuk kamar yang tidak
terjual tersebut tidak dapat dikompensasikan dengan penjualan keesokan
harinya.
2. Sifat produk
Mutu produk dan layanan yang dihasilkan oleh industri perhotelan bersifat
fluktuatif. Untuk menekan fluktuasi mutu produk diperlukan pelatihan dan
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
pengawasan mutu yang berkesinambungan. Pengendalian mutu produk
dilaksanakan dengan ketat. Sebagai contoh : sebelum kamar dijual atau
ditawarkan kepada tamu, penyelian akan memeriksa kelengkapan kamar yang
telah disiapkan oleh karyawan.
3. Pelaporan aktivitas operasional hotel
Karena aktivitas hotel yang tinggi, maka laporan dikerjakan setiap hari.
4. Pemasaran hotel
Lokasi hotel secara fisik tidak dapat dipindahkan untuk menjangkau tamu.
Hotel dipasarkan dengan berbagai saluran distribusi. Dengan kemajuan
teknologi informasi, pemasaran dapat dilakukan melalui situs jaringan di
internet sehingga target pasar menjadi semakin luas.
5. Investasi
Investasi untuk bisnis perhotelan sebagian besar digunakan untuk investasi
fisik, seperti bangunan dengan segala perlengkapannya.
6. Sistem akuntansi
Agar manajemen dapat memperoleh informasi yang diperlukannya dengan
cepat maka diperlukan sistem akuntansi khusus atas aktivitas hotel.
7. Struktur pendapatan dan biaya hotel
Pendapatan hotel bersumber dari penjualan kamar, makanan, minuman, dan
pendapatan lain. Sedangkan biaya-biaya dan harga pokok terjadi untuk biaya
bahan yang habis dipakai di setiap bagian hotel, harga pokok makanan dan
minuman, biaya administrasi dan umum, biaya administrasi dan pemasaran,
biaya bunga, biaya depresiasi dan amortisasi, biaya sumber daya manusia,
biaya pemeliharaan sarana fisik, biaya energi dan laba/rugi yang dihasilkan.
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
Dalam melaksanakan tugas operasional harian, untuk mengambil keputusan,
manajemen memerlukan data dan informasi keuangan. Keputusan operasional akan lebih
bermutu bila didasarkan atas informasi yang baik. Manajer harus mampu memanfaatkan
informasi keuangan untuk mengambil keputusan seperti pengendalian harga pokok
makanan dan minuman agar sesuai standar yang ditentukan, mengendalikan biaya
variable produk agar tidak merugi, mengendalikan biaya agar sesuai anggaran, dan
merencanakan anggaran modal untuk menunjang keberhasilan operasional hotel.
Bagaimana cara pengelola menerapkan tarif kamarnya akan mengarahkan apakah
hotel itu nantinya mampu mencapai tujuan keuangannya atau tidak. Apabila tarif kamar
yang ditetapkan terlalu tinggi maka tingkat penjualan yang diharapkan tidak akan
tercapai. Tetapi apabila tarif kamar yang ditetapkan terlalu rendah maka management
akan sulit untuk mencapai laba yang diharapkan.
2.2.2. Tarif kamar
Beberapa metoda yang digunakan oleh pengelola hotel untuk menghitung tarif
kamar hotelnya, yaitu intuitif, trial and error, rate-cutting, high rate, kompetitif, rule-ofthumb (Prastowo D dan Suryo, 2005) dan bottom up approach (Wiyasha, 2007)
a. Metoda Intuitif :
Penggunaan metode ini tidak memerlukan pengetahuan tentang bisnis seperti :
biaya, laba, tarif kamar, kompetisi dan pasar. Pengelola cukup menganggap
bahwa tarif kamar yang ditetapkannya merupakan tarif yang tepat. Metode ini
tidak memiliki kelebihan. Sedangkan kelemahannya adalah bahwa tarif yang
dibebankan tidak berkaitan dengan laba.
b. Metode trial and error :
Untuk melihat pengaruh tarif kamar terhadap penjualan dan laba maka pengelola
cukup menaikkan atau menurunkan tarif kamarnya. Bila suatu laba tampaknya
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
telah maksimum, maka tarif ditetapkan untuk tingkat laba tersebut. Metode ini
mengabaikan fakta bahwa terdapat banyak faktor lain seperti kondisi ekonomi dan
kompetisi yang juga mempengaruhi penjualan dan laba. Metode ini juga dapat
membingungkan pelanggan selama periode rate – testing.
c. metode rate - cutting :
Rate cutting terjadi apabila tarif diturunkan di bawah harga kompetisi. Hal ini
akan sangat beresiko bila mengabaikan biaya, karena apabila tenyata biaya
variable lebih tinggi dari tarif tersebut, maka laba tidak akan diperoleh. Untuk
menggunakan metode ini, harus dipastikan bahwa penurunan tarif harus dapat
dikompensasi dengan tambahan penjualan kamar yang lebih besar. Apabila
penurunan tarif ini berhasil menaikkan laba, maka kompetitor juga akan
melakukan hal yang sama.
d. Metode High Rate :
Dengan metode ini, tarif ditetapkan lebih tinggi dari tarif kompetitornya, dengan
memberikan nilai tambah kepada pelanggannya. Tetapi apabila strategi ini tidak
diterapkan dengan hati-hati, akan mendorong pelanggan yang menyadari bahwa
tarif yang tinggi tidak sepadan dengan kualitas yang diterima untuk berpindah ke
hotel lain.
e. Metode kompetitif :
Tarif kompetitif berarti menandingkan tarif tersebut dengan tarif para kompetitor
dan kemudian melakukan diferensiasi pada faktor-faktor seperti : lokasi, suasana
dan faktor non tarif lainnnya. Tarif kompetitor ini cenderung akan menjamin tidak
adanya rate-cutting yang menyebabkan penurunan laba, dengan kata lain terdapat
stabilitas pasar.
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
Metode ini sangat berguna dalam jangka pendek. Akan tetapi, metode ini akan
sangat beresiko, bila digunakan tanpa memperhatikan adanya perbedaan seperti
produk dan biaya diantara hotel yang satu dengan hotel lainnya.
f. Metode Rule –of- Thumb
Oleh karena biaya yang paling besar dalam pembangunan hotel adalah investasi
dalam bentuk bangunan, maka harus terdapat hubungan langsung antara harga
pokok bangunan dan tarif kamar yang harus dibebankan kepada pelanggan. Atas
dasar alasan ini, kemudian ditetapkan bahwa untuk setiap Rp. 1000 investasi
bangunan, maka harus dibebankan tarif kamar sebesar Rp 1 agar investasi hotel
tersebut menguntungkan.
Metode ini dapat diterapkan secara efektif pada kondisi dan asumsi tertentu,
seperti : hotel harus relatif besar (memiliki jumlah kamar ratusan), memperoleh
pendapatan sewa dari ruang-ruang hotel yang cukup untuk membayar bunga dan
pajak, ada kontribusi profit dari departemen lainnya, dan rata-rata tingkat hunian
dalam satu tahun minimal 70%. Metode ini melekatkan tarif kamar dengan harga
pokok historis bangunan sehingga mengabaikan current cost, termasuk current
financing cost.
g. Bottom Up Approach
Pendekatan bottom up atau yang juga disebut formula Hubbart merupakan
pendekatan yang turut mempertimbangkan beberapa faktor berikut :
1. persentase laba bersih (return) yang ditentukan oleh pemilik atas
investasi yang ditanamkan pada hotel
2. tarif pajak
3. biaya bunga
4. estimasi biaya tetap
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
5. estimasi pendapatan departemen lain selain kamar seperti
restoran, bar, dan lainnya
6. estimasi biaya variable untuk setiap kamar yang terhuni.
Ada banyak faktor yang harus diperhatikan oleh manajer hotel dalam menentukan
harga jual produk khususnya kamar. Jasa kamar merupakan produk yang memiliki sifat
mudah rusak (perishability), dimana peluang penjualan jasa kamar yang hilang
sebelumnya, yang telah menyerap biaya, tidak dapat dikompensasi dengan penjualan hari
ini.
Konsep elastisitas harga permintaan memberikan pemahaman mengenai tingkat
kepekaan permintaan atas perubahan harga. Bila harga diturunkan sementara faktorfaktor lain konstan maka permintaan akan meningkat.
Dalam jangka panjang, tarif yang terjadi di pasar ditentukan oleh permintaan dan
penawaran. Bila tarif yang ditetapkan untuk bersaing di pasar tersebut, maka tarif tersebut
harus ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan keuangan jangka panjang, seperti :
memaksimumkan penjualan, return on owner investment, profitabilitas, dan pertumbuhan
bisnis.
Hotel juga membutuhkan kebijakan penentuan tarif jangka pendek untuk
memperoleh keuntungan pada suatu situasi yang terjadi dari hari ke hari, seperti:
•
reaksi atas perubahan tarif jangka pendek yang dilakukan oleh
kompetitor
•
penyesuaian tarif karena adanya kompetitor baru
•
kemungkinan pemberian potongan harga kepada grup pelanggan
•
kenaikan tarif untuk mengkompensasi terjadinya kenaikan biaya
•
pemberian potongan harga pada off-season untuk menarik pelanggan
•
penawaran tarif promosi khusus.
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
Struktur biaya juga merupakan faktor yang mempengaruhi penentuan tarif.
Struktur biaya yang dimaksud adalah pemisahan biaya ke dalam biaya tetap dan biaya
variable. Bila suatu hotel memiliki struktur biaya dimana unsur biaya tetapnya relatif
lebih tinggi dibanding biaya variabelnya, maka laba hotel tersebut akan sangat rentan
terhadap kenaikan atau penurunan tingkat hunian. Pada situasi seperti ini, memiliki tarif
yang benar menjadi sangatlah penting.
Situasi kompetisi merupakan faktor yang juga sangat mempengaruhi perhitungan
tarif, karena sangat sedikit hotel yang beroperasi pada situasi monopolistik, seperti
sebuah hotel yang memiliki akses eksklusif ke daerah pantai. Pada situasi monopolistik
seperti ini, hotel memiliki keluwesan dalan menentukan tarif, bahkan dapat membebani
tarif yang lebih tinggi dari tarif yang wajar, meskipun pada keadaan ini para pelanggan
masih tetap memiliki pilihan untuk tinggal atau tidak di hotel tersebut.
Pada situasi kompetisi yang ketat, pengelola hotel tidak akan meniru tarif
kompetitornya, melainkan ia akan melihat kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)
hotelnya dan membandingkan dengan kompetitornya. Dengan kekuatan dan kelemahan
tersebut pengelola akan bisa mendapatkan keunikan tersendiri yang terdapat pada
produknya. Hotel yang memiliki keunikan akan memiliki keleluasaan dalam menentukan
tarifnya.
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
BAB III
GAMBARAN SLDC
3.1. Sejarah Perusahaan
Sentul Leadership Development Center berawal dari ide Januar K. Darmawan
yang saat itu menjabat sebagai CEO PT Nutrifood Indonesia. Visi beliau adalah untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang terintegrasi dengan sistem. Menurut beliau
sumber daya manusia merupakan asset perusahaan yang berharga dan fundamental dalam
suatu perusahaan.
Kemudian pada tahun 1998 dibentuklah Human Resources Center sebagai cikal
bakal Sentul Leadership Development Center yang merupakan bagian dari PT Nutrifood
Indonesia. Human Resources Center terdiri dari karyawan-karyawan divisi Human
resources yang selama ini mengembangkan sumber daya manusia yang ada di PT
Nutrifood Indonesia.
Menindak lanjuti adanya Human Resources Center dibangunlah Training Center
Nutrifood yang berlokasi di Sentul Selatan, Bogor tepatnya di kawasan Bukit Sentul. Saat
itu Training Center Nutrifood dilengkapi dengan ruang pelatihan, ruang meeting, ruang
diskusi, ruang perkuliahan dan kamar. Selama itu pula Training Center Nutrifood hanya
digunakan oleh sepenuhnya oleh PT Nutrifood Indonesia dan tidak menjual keluar.
Setelah berjalannya waktu di tanah seluas 4 hektar tersebut mulai dibangun ruang
tambahan sehingga menjadi :
-
16 kamar
-
4 ruang diskusi
-
1 ruang komputer
-
2 ruang perkuliahan
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
Dengan penggunaan hanya oleh PT Nutrifood Indonesia praktis Training Center
Nutrifood hanya menjadi cost center dimana biayanya akan selalu meningkat. Padahal
penggunaan PT Nutrifood Indonesia hanya 30-40% dari kapasitas yang tersedia sehingga
dapat dikatakan masih banyak kapasitas yang menganggur.
Tahun 2001 diputuskan Training Center Nutrifood akan menjual keluar sehingga
beberapa perubahan yang terjadi antara lain dari cost center menjadi profit center. Nama
Training Center Nutrifood pun diubah menjadi Sentul Leadership Development Center.
Karena penggunaan nama Nutrifood pada Training Center Nutrifood dapat diartikan
hanya digunakan oleh Nutrifood saja.
Sentul Leadership Development Center juga
merubah penampilan dari hanya sekedar training center menjadi “hotel service” dengan
core bisnis tetap pada training center.
Setelah berjalan dengan nama yang baru mulai ada feedback dari pelanggan yang
mengatakan bahwa kamar yang dipunyai Sentul Leadership Development Center kurang
mencukupi bagi mereka untuk mengadakan pelatihan. Sehingga pada tahun 2002-2003
mulai dibangun tambahan kamar sehingga total menjadi 44 kamar (kapasitas 88-176).
Dengan tambahan kamar inilah Sentul Leadership Development Center mulai agresif
menjual keluar.
Salah satu keunggulan Sentul Leadership Development Center dibanding tempat
training di Bogor dan Puncak adalah jauh dari fasilitas umum sehingga sulit bagi peserta
training untuk absent dari training. Selain itu berdasarkan pengalaman pelanggan Sentul
Leadership Development Center cukup fleksibel dalam menyediakan perlengkapan dan
fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam training. Pelanggan awal Sentul Leadership
Development Center adalah Group Gramedia, Garuda Food, dan Nutrifood Indonesia.
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
3.2. Misi Sentul Leadership Development Center
Misi Sentul Leadership Development Center terkandung dalam pernyataan
berikut ini :
“To become the best partner for companies and organization to deliver events by
providing a one stop convenient hospitality service based on corporate culture
COCOTEFASERA”. Misi tersebut secara operasional didefinisikan sebagai berikut :
„ Menyediakan a one stop convenient hospitality service dengan
memberikan kualitas pelayanan dalam penyediaan fasilitas yang nyaman
dan privasi, pendekatan yang ramah dan pribadi, harga yang kompetitif
dan pelayanan sehari-hari yang terstandarisasi;
„ Menyediakan a convenient hospitality service dengan karyawan yang
kompeten, memiliki motivasi, disiplin dan jujur (bagian keamanan tersedia
disekitar wilayah Sentul Leadership Development Center);
„ Menyediakan a convenient hospitality melalui pencapaian tujuan dan
perusahaan yang menghasilkan laba dengan keuangan yang kuat dan
sumberdaya untuk memajukan organisasi dan mengintegrasikan bisnis
baru;
„ Mengimplementasikan COCOTEFASERA sebagai budaya perusahaan;
„ Berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan komunitas melalui social
responsibility.
„ Membangun relasi jangka panjang dengan pelanggan, supplier dan
karyawan dengan kepercayaan, keamanan dan optimis.
3.3. Motto Sentul Leadership Development Center
Sentul Leadership Development Center memiliki motto yaitu :”Your Place for
Business and Leisure”
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
3.4. Filosofi Sentul Leadership Development Center
Sentul Leadership Development Center memiliki filosofi yang diadaptasi dari
teori 4 lensa Deming yang terdiri atas :
-
Understanding of Sistem Thinking
-
Understanding of Variation
-
Understanding of Knowledge
-
Understanding of Individual psychology (people)
3.5. Budaya Sentul Leadership Development Center
Budaya
Sentul
Leadership
Development
Center
dituangkan
dalam
COCOTEFASERA yaitu : Communication, Competence, Teamwork, Fairness, SelfControl dan Rationality.
3.6. Segmentasi, target dan positioning Sentul Leadership Development Center
Segmentasi, Target, dan Positioning Sentul Leadership Development Center
dipaparkan berikut ini :
Segmen Sentul Leadership Development Center : perusahaan atau grup yang berada di
kelas A dan B (karena harga Sentul Leadership Development Center termasuk medium
high cenderung premium)
Target Sentul Leadership Development Center : divisi Human resources atau marketing
yang sedang menjalankan program pengembangan sumber daya manusia
Positioning : satu-satunya first meeting point training center setelah keluar dari Jakarta
(selain Sentul Leadership Development Center pelanggan memiliki beberapa pilihan
tempat training yaitu di Bogor dan di Puncak)
3.7. Tarif Sentul Leadership Development Center
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
Tarif menginap yang dikenakan saat itu adalah Rp 165.000- 170.000 per
orang/hari. Dan harga meeting per orang Rp 80.000 per hari
3.8. Manajemen Biaya Sentul Leadership Development Center
Untuk cost management Sentul Leadership Development Center membagi
biayanya menjadi dua yaitu biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung
merupakan biaya yang langsung berhubungan dengan operasional. Biaya tidak langsung
merupakan biaya yang tidak berdampak langsung dengan operasional misalnya biaya
asuransi, biaya penyusutan, biaya konsultan. Penggolongan ini juga digunakan dalam
penentuan harga pokok kamar. Harga pokok kamar sudah diperoleh sejak tahun 2000 dan
untuk tahun-tahun berikutnya dilakukan adjustment. Penggolongan ini pula yang
digunakan oleh manajemen untuk menyusun laporan keuangan.
Sentul Leadership Development Center berkembang pesat dan mampu
memberikan peningkatan sales sekitar 40% tetapi profit margin yang didapat tidak pernah
melebihi 15%. Padahal harga yang ditawarkan Sentul Leadership Development Center
sudah premium. Oleh sebab itu perlu ditelaah lebih lanjut apakah yang menjadi penyebab
kenaikan profit margin tidak seimbang dengan peningkatan sales.
Penulis mengusulkan diterapkannya Sentul Leadership Development Center
untuk mengetahui apakah harga yang selama ini diterapkan sudah tepat. Dari hasil
penelitian diharapkan dapat diambil kesimpulan tindakan apa yang dilakukan selanjutnya
untuk menetapkan harga.
Usulan pnerapan..., Lydia Christine, FE UI, 2008
Download