analisis perbandingan konsentrasi bakteri dan jamur pada

advertisement
ANALISIS PERBANDINGAN KONSENTRASI BAKTERI DAN JAMUR
PADA KELOMPOK RUMAH KECIL, SEDANG, DAN BESAR
Amelia Chairunnisa Budiman, Sulistyoweni, Evy Novita
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Abstrak
Kualitas udara di dalam rumah perlu diperhatikan karena manusia menghirup udara sekitar 10
m3 setiap harinya dan menghabiskan waktu sekitar 80-95% di dalam ruangan. Adapun
indikator pencemar mikrobiologis udara adalah bakteri dan jamur. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada kelompok rumah kecil,
sedang, dan besar, serta mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi konsentrasi bakteri
dan jamur. Penelitian ini berlokasi di Perumahan Griya Rahmani 2 Depok dengan jumlah
sampel sebanyak 25 rumah yang diperoleh dengan teknik pengambilan sampel acak berstrata.
Lokasi pengambilan sampel bakteri dan jamur di udara adalah di ruang keluarga dengan
menggunakan alat EMS 6 Bioaerosol Sampler dengan media kultur TSA dan PDA. Uji
analisis yang digunakan adalah uji Anova one-way dengan taraf signifikansi sebesar 10%.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri dan jamur dipengaruhi oleh
kelompok rumah yang digolongkan berdasarkan luas bangunan. Hasil menunjukkan bahwa
konsentrasi bakteri dan jamur pada kelompok rumah kecil lebih besar daripada kelompok
rumah sedang dan besar. Konsentrasi rata-rata bakteri pada rumah kecil sebesar 862 CFU/m3,
rumah sedang sebesar 372 CFU/m3, dan rumah besar sebesar 102 CFU/m3, sedangkan
konsentrasi rata-rata jamur pada rumah kecil sebesar 760 CFU/m3, rumah sedang sebesar 453
CFU/m3, dan rumah besar sebesar 194 CFU/m3. Ventilasi dan jumlah penghuni memiliki
pengaruh yang besar terhadap bakteri dan jamur, diikuti oleh suhu, kelembaban, dan aktivitas
penghuni. Sehingga rekomendasi untuk mengurangi konsentrasi bakteri dan jamur adalah
dengan menambahkan exhaust fan dengan kapasitas minimal 67,5 m3/jam untuk kamar mandi
kelompok rumah kecil dan sedang, serta exhaust fan dengan kapasitas minimal 270 m3/jam
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
untuk
ruang
tamu
kelompok
rumah
kecil
dan
405
m3/jam
untuk
ruang
tamukelompokrumahsedang.
Kata Kunci :bakteri, jamur, udara, rumah.
Abstract
Indoor air quality needs concern because people absorb about 10 m3 of air per day and about
80-95% of time spent indoors. The microbiological indicators are bacteria and fungi. The
purpose of this study is to analyze differences in the concentration of bacteria and fungi
between the group of small, medium, and large houses and to find out the factors that
influence the pollution. This study is located in Perumahan Griya Rahmani 2 Depok with
total sample of 25 houses obtained by stratified random sampling technique. Sampling
location is in the living room by using a tool called EMS 6 bioaerosol sampler with TSA and
PDA as culture medium. Statistical test that is used in this study is one-way Anova with level
of significance (α) 10%. Results showed that the concentration of bacteria and fungi is
influenced by the type of houses that are classified based on building area. Average
concentration of bacteria in small house is 862 CFU/m3, medium house is 372 CFU/m3, and
large house is 102 CFU/m3. Meanwhile, average concentration of fungi in small house is 760
CFU/m3, medium house is 453 CFU/m3, and large house is 194 CFU/m3. Ventilation and
number of occupants have a higher influences to the concentration of bacteria and fungi,
followed by temperature, humidity, and occupants activity. So the recommendation to reduce
concentration of bacteria and fungi is to add an exhaust fan with minimum capacity of 67,5
m3 for bathroom in small and medium houses, as well as exhaust fan with minimum capacity
of 270 m3 for living room in small houses and 405 m3 for living room in medium houses.
Keyword : bacteria, fungi, air, house
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
1. Pendahuluan
Peningkatan masalah kesehatan pada perumahan oleh pencemaran kontaminan
udara dalam ruangan mendapatkan perhatian sosial khusus di seluruh penjuru dunia.
Hal ini dikarenakan manusia menghirup udara sekitar 10 m3 setiap hari serta
menghabiskan waktu sekitar 80-95% beraktivitas di dalam ruangan (Dacarro et al.,
2003). Pada kenyataannya, level dari polutan di dalam ruangan sekitar dua sampai
lima kali, bahkan seratus kali lebih tinggi dari polutan yang berada di luar ruangan
(USEPA, 1995). Di Amerika Serikat, isu polusi udara dalam ruangan menyeruak
ketika Environmental Protection Agency (EPA) pada tahun 1989 mengumumkan
studi bahwa pencemaran udara dalam ruangan lebih besar konsentrasinya daripada di
luar ruangan. Polusi jenis ini bahkan dapat menurunkan produktivitas kerja hingga
senilai US $10 milyar.
Pencemaran udara dalam ruangan merupakan suatu masalah kesehatan yang
penting di berbagai lingkungan. Berbagai penyebab yang mempengaruhi pencemaran
udara dalam ruangan, seperti kelembaban, suhu, ventilasi, dan aktivitas manusia.
Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran udara dalam ruangan ini antara lain adalah
gangguan pernapasan, sakit kepala, infeksi, demam, dan lain sebagainya. Hal tersebut
dapat mengganggu kinerja penghuni yang ada di dalamnya.
Griya Rahmani 2 merupakan salah satu perumahan muslimah baru yang
terletak di Kecamatan Beji Depok. Perumahan ini mayoritas dihuni oleh pasangan
muda yang baru menikah. Pada perumahan ini terdapat beberapa tipe luas bangunan
sehingga dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu rumah kecil, rumah sedang, dan
rumah besar. Penelitian ini penting dilakukan karena untuk wilayah Depok belum ada
data mengenai perbandingan konsentrasi jamur dan bakteri pada tipe rumah menurut
luas bangunan. Selain itu, data ini penting bagi warga Griya Rahmani 2 sebagai bahan
evaluasi mengenai kualitas udara dalam rumah warga tersebut.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui perbedaan konsentrasi mikrobiologis pada rumah kecil, sedang, dan
besar.
b. Mengetahui pengaruh suhu, kelembaban, ventilasi, jumlah penghuni, dan
aktivitas penghuni terhadap konsentrasi jamur dan bakteri.
2. Metode Penelitian
2.1 Sampel Penelitian
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
Dalam penelitian ini, sampel diambil dari warga perumahan Griya Rahmani 2
yang dikelompokkan berdasarkan luas bangunan rumah dengan metode stratified
random sampling. Berdasarkan rumus estimasi besar proporsi, jumlah sampel yang
diperoleh sebanyak 25 rumah.
Lokasi penelitian dilakukan di lapangan dan laboratorium. Penelitian lapangan
dilakukan di Depok, yaitu di Perumahan Griya Rahmani 2, Depok, sedangkan
penelitian laboratorium dilakukan di Laboratorium Teknik dan Penyehatan
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Berikut ini merupakan denah
lokasi pengukuran ketiga kelompok rumah.
Gambar 3.1 Denah Lokasi Pengukuran
2.2 Data dan Analisis Data
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu konsentrasi
bakteri, konsentrasi jamur, luas ventilasi, suhu, kelembaban relatif, jumlah penghuni,
dan aktivitas penghuni. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah EMS
6 Bioaerosol Sampler, pompa vakum, hygrometer, cawan petri, inkubator, TSA
(Tryptic Soy Agar), dan PDA (Potato Dextrose Agar).
Analisis data akan dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji Anova oneway. Fungsi dari uji Anova adalah untuk menguji perbedaan nilai rata-rata dari
beberapa kelompok data dengan menggunakan analisis varians. Dalam penelitian ini,
nilai rata-rata yang akan dibandingkan adalah konsentrasi bakteri dan jamur terhadap
rumah kecil, rumah sedang, dan rumah besar.
Langkah awal yang harus dilakukan sebelum menggunakan uji Anova one-way
adalah uji homogenitas varian dengan menggunakan Levene statistic. Apabila nilai
varians tidak identik maka uji Anova tidak dapat dilakukan sehingga harus
menggunakan uji-t. Berikut ini adalah tahapan dari uji homogenitas varians Levene:
1) Mengasumsikan bahwa sampel yang diambil tidak berkaitan satu dengan yang
lainnya.
2)
Membuat hipotesis awal dan alternatif.
Hipotesis Awal (H0) : Varians semua variabel sama (identik) : σ12 = σ22 = .... =
σt2
Hipotesis Alternatif : Ha : Tidak semua varians identik
3)
Mengasumsikan taraf signifikansi (α).
4)
Menentukan nilai kritis (Fα) dan area penolakan.
Berikut ini adalah tahapan yang akan dilakukan dalam uji Anova:
1.
Membuat pernyataan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Hipotesis nol dalam uji anova adalah sampel-sampel yang diambil dari
populasi yang saling independen memiliki rata-rata yang sama. Jika hipotesis alternatif
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa sekurangnya terdapat satu rata-rata populasi
yang berbeda dari populasi lainnya.
2.
Memilih taraf signifikansi (α)
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan tingkat kesalahan yang kecil,
taraf signifikansi yang biasa digunakan adalah 0,01 dan 0,05. Pada penelitian ini, taraf
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
signifikansi yang digunakan adalah 0,1. Hal tersebut dikarenakan dalam perhitungan
estimasi besar sampel proporsi, taraf signifikansi yang digunakan adalah sebesar 10%.
3.
Menentukan distribusi pengujian yang digunakan
Distribusi yang digunakan dalam uji Anova adalah distribusi F (FRatio). Seperti
yang diketahui bahwa persamaan dari varians yang juga dikenal sebagai MS (Mean
Squares) adalah SS/df dimana SS merupakan total deviasi kuadrat dari suatu rata-rata
dan df merupakan derajat kebebasan. Dalam uji Anova ini, MS terbagi menjadi dua,
yaitu MSbetween dan MSwithin. Berikut ini adalah persamaan dari MSbetween dan MSwithin:
MSwithin =
!
!!! !!!
! !"
!
!!!
=
!!! ! !!! ! ….! !!!
!!!
dimana N merupakan jumlah seluruh populasi dan k merupakan banyaknya
kelompok.
MSbetween =
!
!
!!! !! (!! ! !)
!!!
dimana ni merupakan jumlah sampel tiap kelompok, !! merupakan rata-rata tiap
kelompok, dan ! merupakan rata-rata gabungan kelompok. Persamaan dari
FRatio
adalah sebagai berikut:
FRatio =
4.
!"!"#$""%
!"!"#$"%
Mendefinisikan daerah-daerah penolakan atau kritis
Daerah penerimaan dan penolakan dibatasi oleh nilai kritis Fcr.
5.
Membuat pernyataan aturan keputusan (Decision Rule)
Tolak H0 dan terima H1 jika FRatio > Fcr. Jika tidak demikian, H0 diterima.
6.
Mengambil keputusan secara statistik
Jika nilai rasio uji berada di daerah penerimaan, maka hipotesis nol diterima,
sedangkan jika berada di daerah penolakan, maka hipotesis nol ditolak. Berdasarkan
uraian diatas, maka hipotesis awal dari penelitian ini adalah konsentrasi bakteri dan
jamur tidak dipengaruhi oleh luas bangunan, sedangkan hipotesis alternatif dari
penelitian ini adalah konsentrasi bakteri dan jamur dipengaruhi oleh luas bangunan.
Uji statistik Levene dan Anova one-way akandilakukan menggunakan software
SPSS (Statistical Packages for the Social Sciences) 20. SPSS merupakan suatu program
statistik pada komputer yang berfungsi memproses suatu data secara cepat dan tepat
sehingga output yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai suatu keputusan.
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
3. Gambaran Umum Perumahan Griya Rahmani 2
Penelitian ini berlokasi di Perumahan Griya Rahmani 2, Depok. Perumahan
Griya Rahmani 2 ini berdiri pada tahun 2008 dan terletak di Jalan H. Kodja 2,
Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Depok. Perumahan ini memiliki konsep
minimalis dan merupakan salah satu perumahan bernuansa islami. Lokasi perumahan
Griya Rahmani 2 dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 3.1 Lokasi Perumahan Griya Rahmani 2
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Analisis konsentrasi bakteri dan jamur berdasarkan kelompok rumah
Berdasarkan hasil pengukuran di atas, dilakukan perbandingan konsentrasi
rata-rata bakteri dan jamur pada rumah kecil, sedang, dan besar. Adapun tabel
perbandingan konsentrasi bakteri dan jamur terangkum di bawah ini.
Tabel Error! No text of specified style in document..1. Perbandingan Konsentrasi Bakteri dan Jamur pada
Kelompok Rumah Kecil, Sedang, dan Besar
Kelompok
Rumah
Rumah
Kecil
Rumah
Sedang
Rumah
Konsentrasi Bakteri (CFU/m3)
Rata-
Min
Maks
862
557
372
102
rata
Konsentrasi Jamur (CFU/m3)
Standar Rata-
Min
Maks
Standar
Deviasi
rata
2014
363
760
577
954
124
150
504
119
453
365
577
74
35
141
48
194
106
306
84
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
Deviasi
Besar
Sumber : Hasil Olahan, 2012
Tabel di atas memperlihatkan nilai rata-rata, nilai minimum, dan nilai
maksimum dari konsentrasi bakteri dan jamur pada rumah kecil, rumah sedang, dan
rumah besar. Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa konsentrasi maksimum
bakteri mencapai 862 CFU/m3 pada rumah kecil, 372 CFU/m3 pada rumah sedang,
dan 102 CFU/m3 pada rumah kecil. Sedangkan konsentrasi maksimum jamur
mencapai 954 CFU/m3 pada rumah kecil, 577 CFU/m3 pada rumah sedang, dan 306
CFU/m3 pada rumah besar. Hal itu menandakan bahwa konsentrasi bakteri dan jamur
semakin sedikit seiring dengan besarnya luas bangunan tersebut.
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup berarti antara
konsentrasi bakteri dan jamur dengan kelompok rumah yang dibagi menurut luas
bangunan, maka diperlukan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji Anova
one-way menggunakan software SPSS 20 (hasil perhitungan terlampir). Hasil uji
statistik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,409 dan konsentrasi jamur memiliki nilai signifikansi sebesar
0,145. Nilai signifikansi dari konsentrasi bakteri dan jamur lebih besar dari α = 0,1
sehingga hipotesis awal yang menyatakan bahwa varians konsentrasi bakteri dan
jamur terhadap kelompok rumah identik diterima. Jika varians kedua variabel identik,
uji Anova one-way dapat dilanjutkan untuk membandingkan rata-rata ketiga populasi
tersebut. Hipotesis awal (H0) yang dinyatakan pada penelitian ini adalah konsentrasi
bakteri dan jamur tidak dipengaruhi oleh luas bangunan dan hipotesis alternatif (H1)
adalah konsentrasi bakteri dan jamur dipengaruhi oleh kelompok rumah. Berdasarkan
hasil uji statistik Anova one-way yang telah dilakukan, nilai signifikansi yang
diperoleh lebih kecil dari α = 0,1. Dengan hasil tersebut, maka hipotesis awal (H0)
ditolak dan hipotesis alternatif (H1) yang diterima. Kesimpulan yang dapat diambil
adalah terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi bakteri dan jamur
dengan luas bangunan yang menjadi dasar penggolongan rumah. Hal itu menandakan
bahwa semakin luas suatu rumah, maka konsentrasi bakteri dan jamur semakin
berkurang. Rumah yang luas akan memberikan efek kenyamanan bagi penghuni
karena penghuni dapat beraktivitas dengan leluasa di dalam rumah. Selain itu, sistem
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
pernapasan penghuni juga lebih baik karena volume udara dalam rumah bertambah
seiring dengan besarnya luas bangunan rumah tersebut.
4.2 Faktor yang mempengaruhi konsentrasi bakteri dan jamur
a. Suhu
Berikut ini adalah grafik antara suhu dengan konsentrasi rata-rata bakteri dan
jamur pada kelompok rumah kecil, sedang, dan besar serta batas standar
Kepmenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 yang berkaitan dengan suhu ideal
rumah tinggal.
Gambar Error! No text of specified style in document..2. Hubungan Suhu dengan Konsentrasi
Jamur dan Bakteri pada Kelompok Rumah Kecil, Sedang, dan Besar
Sumber : Hasil Olahan, 2012
Jika dikaitkan dengan Kepmenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 yang
mensyaratkan bahwa suhu ideal rumah tinggal yaitu berkisar antara 18-30°C,
masih ada rumah dari semua kelompok yang tidak memenuhi syarat yang
berlaku. Berdasarkan grafik sebaran pada gambar 4.10 dan 4.11, dapat dilihat
bahwa konsentrasi bakteri dan jamur banyak berkumpul pada suhu antara 3133°C. Hal itu menandakan bahwa kisaran suhu tersebut merupakan suhu
optimum bagi pertumbuhan bakteri dan jamur pada Perumahan Griya
Rahmani 2. Suhu ruangan antara 28-30°C cenderung memiliki konsentrasi
bakteri dan jamur lebih kecil dibandingkan dengan kisaran suhu 31-33°C,
kecuali pada salah satu rumah yaitu RK 1 dengan suhu 29,6°C memiliki
konsentrasi bakteri dan jamur tertinggi daripada rumah lainnya. Hal tersebut
diduga terjadi karena adanya pengaruh banyaknya penghuni ruangan yang
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
didominasi oleh balita yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi sehingga
konsentrasi bakteri dan jamur meningkat.
b. Kelembaban
Berikut ini adalah grafik antara kelembaban relatif dengan konsentrasi ratarata bakteri dan jamur pada kelompok rumah kecil, sedang, dan besar serta
batas standar Kepmenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 yang berkaitan dengan
kelembaban ideal rumah tinggal.
Gambar Error! No text of specified style in document..3. Hubungan Kelembaban dengan
Konsentrasi Jamur dan Bakteri pada Kelompok Rumah Kecil, Sedang, dan Besar
Sumber : Hasil Olahan, 2012
Jika dikaitkan dengan Kepmenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 yang
mensyaratkan bahwa kelembaban ideal rumah tinggal yaitu berkisar antara 4070%, maka semua kelompok rumah telah memenuhi syarat tersebut.
Berdasarkan grafik sebaran pada gambar 4.12 dan 4.13, dapat dilihat bahwa
konsentrasi bakteri dan jamur banyak berkumpul pada kelembaban relatif
antara 55-65%. Hal
itu menandakan bahwa kisaran kelembaban relatif
tersebut merupakan kelembaban relatif optimum bagi pertumbuhan bakteri dan
jamur pada Perumahan Griya Rahmani 2.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA) pada tahun 2003,
kelembaban udara dalam ruangan dipengaruhi oleh kondisi luar ruangan, hujan
dapat masuk ke dalam ruangan dalam bentuk air maupun gas (uap air).
Kelembaban yang terjadi pada rumah kecil diduga karena adanya air hujan
yang merembes masuk ke dalam rumah melalui retakan pada dinding rumah.
Hal ini menyebabkan dinding menjadi basah dan lembab sehingga konsentrasi
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
jamur pada rumah kecil jauh lebih besar dari rumah sedang dan besar. Saat
dilakukan pengamatan, ditemukan delapan rumah kecil yang terdapat
rembesan pada dinding rumah tersebut. Menurut narasumber, rembesan pada
dinding ini sudah terjadi sekitar 1-2 tahun yang lalu. Hal itu menandakan
potensi perkembangbiakkan jamur semakin besar.
c. Ventilasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan adalah
sistem penghawaan ruangan atau sistem ventilasi. Perumahan Griya Rahmani
2 memiliki ventilasi tetap dan insidentil (dapat dibuka dan ditutup). Pada saat
pengukuran kelompok rumah kecil dan sedang berlangsung, ventilasi
insidentil tidak dibuka sehingga ruangan terasa pengap. Lain halnya dengan
kelompok rumah besar. Kelompok rumah besar yang memiliki konsep cross
ventilation, yaitu memasang ventilasi pada dua sisi vertikal atau horizontal
sehingga udara yang masuk tidak terperangkap di dalam rumah dan dapat
dialirkan kembali ke luar.Pada saat pengukuran kelompok rumah besar,
ventilasi insidentil dibuka sehingga pertukaran udara lancar dan ruangan tidak
pengap. Jika dikaitkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 mengenai Pedoman Penyehatan
Udara dalam Rumah yang menyaratkan bahwa rumah harus memiliki ventilasi
minimal 10% dari luas lantai, kelompok rumah kecil dan sedang hanya
memiliki luas ventilasi masing-masing seluas 3,1 dan 4,2 m2. Hal itu
menandakan bahwa kedua kelompok rumah tersebut tidak memenuhi syarat
yang berlaku. Lain halnya dengan kelompok rumah besar yang memiliki
ventilasi seluas 10,8 m2.
d. Jumlah dan Aktivitas Penghuni
Jumlah dan aktivitas penghuni juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi konsentrasi bakteri dan jamur di dalam rumah. Dari hasil
pengamatan di lokasi sampling, jumlah penghuni pada kelompok rumah kecil
berkisar antara 3-6 orang, sedangkan jumlah penghuni pada kelompok rumah
sedang berkisar antara 3-5 orang dan jumlah penghuni pada kelompok rumah
besar berkisar antara 3-4 orang. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa rata-rata
jumlah penghuni yang paling banyak ada pada kelompok rumah kecil. Sesuai
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
dengan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403
Tahun 2002 mengenai Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana
Sehat, syarat luas lantai yang ideal adalah 9 m2/jiwa. Jika dibandingkan
dengan peraturan tersebut, maka lima rumah dari kelompok rumah kecil
memiliki luas bangunan yang tidak sesuai dengan jumlah penghuninya, yaitu
RK 1, RK 4, RK 5, RK 10, dan RK 13 dengan jumlah penghuni 5-6 orang.
Untuk luas bangunan 36 m2, jumlah penghuni maksimal adalah 4 orang.
Banyaknya penghuni yang tinggal pada rumah dengan luas bangunan yang
tidak sesuai dapat menyebabkan udara dalam rumah menjadi buruk sehingga
mengakibatkan tingginya konsentrasi bakteri dan jamur pada kelompok rumah
kecil. Pada kelompok rumah sedang dan besar, jumlah penghuni memenuhi
syarat, yaitu berkisar antara 3-5 orang sehingga rumah tidak penuh sesak.
Aktivitas dominan yang dilakukan oleh penghuni pada saat pengkuran adalah
berbicara. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Phillip et al. (2008). Mulut
manusia mengandung kurang lebih 600 spesies bakteri. Bakteri mulut
memiliki peran penting dalam penyakit mulut seperti halitosis dan lain
sebagainya. Berbicara dapat melepaskan bakteri yang berasal dari dalam mulut
ke udara. Pada saat mulut terbuka, jutaan bakteri keluar memenuhi udara
dalam rumah.
Masuknya debu ke dalam rumah juga bisa terbawa oleh manusia yang masuk ke
dalam ruangan. Debu menempel pada pakaian dan/atau sepatu manusia yang berasal
dari luar. Debu yang mengadung mikrobiologis udara kemudian terlepas dari pakaian
dan/atau sepatu orang tersebut, dan kemudian menyebar di dalam rumah. Pencegahan
debu-debu yang beterbangan dari luar ruangan agar tidak masuk ke dalam rumah dapat
dilakukan dengan melakukan perawatan dan pemeliharaan rumah secara berkala.
5. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Konsentrasi rata-rata bakteri pada rumah kecil sebesar 862 CFU/m3, rumah
sedang sebesar 372 CFU/m3, dan rumah besar sebesar 102 CFU/m3. Sedangkan
konsentrasi rata-rata jamur pada rumah kecil sebesar 760 CFU/m3, rumah sedang
sebesar 453 CFU/m3, dan rumah besar sebesar 194 CFU/m3. Uji Anova One-way
menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri dan jamur dipengaruhi oleh jenis rumah
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
yang digolongkan berdasarkan luas bangunan. Semakin luas suatu rumah, maka
konsentrasi bakteri dan jamur semakin berkurang.
b) Suhu, kelembaban, ventilasi, jumlah dan aktivitas penghuni mempengaruhi
konsentrasi bakteri dan jamur pada kelompok rumah kecil, sedang, dan besar.
Faktor utama yang menjadi pengaruh konsentrasi bakteri dan jamur adalah
ventilasi, jumlah dan aktivitas penghuni. Ventilasi, jumlah, dan aktivitas
penghuni mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam rumah sehingga dapat
mempengaruhi konsentrasi bakteri dan jamur.
6. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini, saran dan
rekomendasi yang dapat diimplementasikan untuk menjaga kualitas udara mikrobiologis
dalam rumah adalah sebagai berikut:
a) Menjaga kelembaban dalam rentang 40-70% dan suhu dalam rentang 18-30°C
sesuai dengan Kepmenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 mengenai Persyaratan
Kesehatan Perumahan dengan cara membuka jendela rumah minimal satu jam
pada pagi hari agar pencahayaan dan sirkulasi udara lancar.
b) Menambahkan exhaust fan di beberapa ruangan yang berfungsi membantu
sirkulasi udara. Rekomendasi ini ditujukan untuk kelompok rumah kecil dan
sedang saja karena kelompok rumah besar sudah memiliki ventilasi yang
memadai. Berikut ini merupakan usulan denah lokasi exhaust fan yang
disarankan.
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
Gambar 6.2. Denah Usulan Exhaust Fan Kelompok Rumah Kecil
Sumber : Hasil Olahan, 2013
Exhaust fan dipasang di atas pintu kamar mandi dan di atas pintu ruang tamu.
Berikut ini merupakan kapasitas fan yang dibutuhkan pada kelompok rumah kecil
:
•
Exhaust fan kamar mandi
Volume kamar mandi
= 1,5 m x 1,5 m x 3 m
= 6,75 m3
Kapasitas fan yang diperlukan
= 6,75 m3 x 10
= 67,5 m3/jam
Dengan demikian, apabila ingin menambahkan exhaust fan, kapasitas
minimal yang diperlukan untuk sirkulasi udara di kamar mandi adalah 67,5
m3/jam.
•
Exhaust fan ruang tamu
Volume ruang tamu
= 2 m x 7,5 m x 3 m
= 45 m3
Kapasitas fan yang diperlukan
= 45 m3 x 6
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
= 270 m3/jam
Dengan demikian, apabila ingin menambahkan exhaust fan, kapasitas
minimal yang diperlukan untuk sirkulasi udara di ruang tamu adalah 270
m3/jam.
Gambar 6.3. Denah Usulan Exhaust Fan Kelompok Rumah Sedang
Sumber : Hasil Olahan, 2013
Exhaust fan dipasang di atas pintu kamar mandi dan di atas pintu ruang tamu.
Berikut ini merupakan kapasitas fan yang dibutuhkan pada kelompok rumah
sedang :
•
Exhaust fan kamar mandi
Volume kamar mandi
= 1,5 m x 1,5 m x 3 m
= 6,75 m3
Kapasitas fan yang diperlukan
= 6,75 m3 x 10
= 67,5 m3/jam
Dengan demikian, apabila ingin menambahkan exhaust fan, kapasitas
minimal yang diperlukan untuk sirkulasi udara di kamar mandi adalah 67,5
m3/jam.
•
Exhaust fan ruang tamu
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
Volume ruang tamu
= 2,5 m x 9 m x 3 m
= 67,5 m3
Kapasitas fan yang diperlukan
= 67,5 m3 x 6
= 405 m3/jam
Dengan demikian, apabila ingin menambahkan exhaust fan, kapasitas
minimal yang diperlukan untuk sirkulasi udara di ruang tamu adalah 405
m3/jam.
c) Melapiskan dinding rumah dengan bahan Waterproof untuk mengatasi rembesan
air hujan sehingga dinding tidak basah dan lembab.
d) Mempertimbangkan luas bangunan dengan jumlah penghuni rumah sesuai
dengan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403
Tahun 2002 mengenai Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat
yang mensyaratkan bahwa syarat luas lantai yang ideal adalah 9 m2/jiwa.
e) Melakukan pemeliharaan rumah secara berkala untuk mengurangi penumpukan
bakteri dan jamur di dalam rumah.
Penelitian mengenai perbandingan konsentrasi bakteri dan jamur pada kelompok
rumah kecil, sedang, dan besar ini belumlah sempurna. Adapun saran yang diajukan
untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
a) Jumlah sampel rumah perlu diperbanyak agar tren data dapat terlihat sehingga
mudah dianalisis lebih lanjut.
b) Dalam pengambilan sampel, sebaiknya dilakukan di beberapa titik lokasi rumah,
seperti di kamar tidur, dapur, dan kamar mandi
c) Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan minimal tiga kali (triplo) untuk
meminimalisasi kesalahan data pengukuran.
d) Taraf signifikansi (α) perlu diperkecil agar data yang diperoleh lebih akurat.
Referensi
(1992). UU Nomor 4 Tahun 1992 mengenai Perumahan dan Pemukiman.
(1999). Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Pemukiman.
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
Dacarro, C., Picco, A., & Grisoli P., R. M. (2003). Determination of aerial microbiological
contamination in scholastic sports environments. Microbiol , Page 904-912.
Philip, K., Teoh, W. Y., Muniandy, S., & Yaakob, H. (2008). Identification of Major
Cultivable Aerobic Bacteria in The Oral Cavity Of Malaysian Subjects. American Journal of
Biochemistry and Biotechnology Vol.4 , Page 367-370.
United States Environment Protection Agency. (1989). Health and environmental effects
document for 4-Aminopyridine. Cincinnati.
United States Environmental Protection Agency. (2003). Moisture, Mold, and Mildew.
Dipetik Januari 12, 2013, dari http://www.epa.gov/iaq/largebldgs/pdf_files/appenc.pdf.
Analisis perbandingan…, Amelia Chairunnisa B, FT UI, 2013
Download