Modul Penulisan Non Berita TV [TM2]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENULISAN
NASKAH
NON BERITA
TELEVISI
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Disini diisi Fakultas
penerbit Modul
Program
Studi
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
MK10230
ANDI FACHRUDIN, MSI.
Abstract
Kompetensi
Petunjuk Penggunaan Template
Modul Standar untuk digunakan
dalam modul perkuliahan
Universitas Mercu Buana
Dosen Penyusun dapat menerapkan
dan menggunakan template modul
standar untuk modul-modul yang
akan dipergunakannya
Riset Program Dokumenter TV
Ide orisinil
Idealnya, IDE ini harus unik dan original. Tapi, memutuskan untuk menyadur sebuah
karya orang lain itu juga termasuk sebuah Ide (interpretasi). Untuk mencari ide,
banyak cara yang bisa dilakukan. Melakukan pengamatan terus-menerus, jalan-jalan
ke tempat yang aneh dan belum pernah didatangi manusia, termenung beratap pohon
sawo di pinggir jalan sambil mengamati kendaraan yang lalu lalang, atau bahkan
duduk santai di sebuah food court di suatu plaza atau mall. Melamun sendirian di
dalam kamar juga bisa mendatangkan ide. Mendapatkan tema cerita bisa sejak awal
ide diungkapkan, namun tema bisa berubah disesuaikan dengan proses kreatif dan
produksi dari dokumenter.
1. Dari Pengalaman Pribadi.
Setiap bidang kesenian memerlukan kebebasan untuk berkreasi. Produser dapat
membuat apapun tentang pengalaman dirinya sendiri pada sebuah pengalaman
menjadi cerita dokumenter. Setiap manusia tentu mengalami suka duka dan keunikan
tersendiri sesuai perspektifnya masing-masing. Mungkin peristiwanya mirip tetapi
kondisi setiap manusia menghadapinya akan berbeda, karena latar pendidikan,
budaya, bakat, orang-orang yang berada disekelilingnya.
Potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita
adalah penggalian watak dan gagasan yang paling intim dari dirinya sendiri. Gaya
paling murni dan paling jujur yang dapat dikembangkan oleh seorang produser adalah
biografi atau yang mengandung unsur-unsur biografis.
2. Lingkungan
Karya dokumenter adalah realitas lingkungan yang berada disekitar kehidupan
manusia. Apabila ide dari diri sendiri berdasarkan pengalaman produser mengalami
kejadian dan permasalahan hidupnya sehari-hari. Selanjutnya produser juga bisa
memperhatikan lingkungan disekitanya sebagai cara mendapatkan ide kreatif tentang
sesuatu yang menarik perhatian dan layak untuk disajikan menjadi suatu karya
dokumenter televisi.
3. Cerita Rakyat (legenda, dogeng) yang menjadi Isu Hangat
Kisah-kisah populer yang terjaga pada kehidupan suatu kelompok masyarakat dan
tertulis, merupakan sumber inspirasi bagi produser. Kisah cerita yang melegenda
disuatu daerah sangat menarik untuk ditulis, karena sesuai dengan budaya,
peninggalan leluhur dan mendorong terjaganya karakter manusia yang sesuai dengan
2012
Dosen
2
Andi Fachruddin MSi
Mata Kuliah Penulisan Naskah Non Berita TV
http://www.mercubuana.ac.id
kepribadiannya. Produser dapat menulis cerita dokumenter tentang cerita rakyat yang
menjadi budaya suatu masyarakat berkaitan dengan point of view perspektifnya
sendiri. Sehingga produser membuat karya dokumenter tentang kisah legenda
populer sesuai dengan sudut pandang yang diinginkannya. Seperti kisah Raja Haji Ali
dengan Pulau Penyengat, kisah berdirinya Candi Borobudur dan lain sebagainya.
4. Koran dan Majalah.
Berita-berita politik, ekonomi, kriminal hingga cerita bersambung yang terbit dikoran
atau majalah, merupakan alternatif ide kreatif yang dapat dikupas in-depth menjadi
dokumenter audio visual. Produser bisa menjadikan setiap peristiwa yang terjadi
sebagai konsep kepentingan yang harus diketahui masyarakat untuk mencerahkan
dan memberdayakannya. Sehingga diperlukan kerangka berpikir dokumenter televisi
dalam menyajikan sesuatu yang layak diketahui audien sebagai kebutuhan menikmati
hiburan dan layanan informasi yang berkualitas.
5. Inspirasi.
Amatin, tiru dan modifikasi dalam menghasilkan karya dokumenter bukanlah hal yang
melanggar. Produser mendapatkan ide terinspirasi oleh karya dokumenter orang lain
dengan point of view yang berbeda untuk dikreasikan menjadi sesuatu yang menarik
adalah halal. Beberapa bentuk pendekatan yang dapat dilakukan untuk menjadikan
inspirasi menjadi sebuah dokumenter menarik berdasarkan perspektif produser
adalah; merubah sudut pandang cerita (point of view), serta mencari main karater
yang berbeda pula.
Dari sekian banyak film dokumenter yang diputar televisi, siapapun yang
menyaksikannya akan mendapatkan inspirasi dari cerita-cerita yang sudah ada untuk
dibuat menjadi cerita yang berbeda. Seperti dokumenter tentang keindahan Pulau
Raja Ampat di Papua yang masih alami, penulis terinspirasi dengan lokasi wisata
andalan di Vietnam Ha Long Bay yang oleh Unesco ditetapkan sebagai peninggalan
warisan dunia yang dilindungi.
6. Kisah-kisah Populer atau Pesanan.
Kisah populer yang menjadi pergunjingan dan pusat perhatian masyarakat
merupakan sumber ide sekaligus produk yang mudah dikomersilkan. Biasanya
program
dokumenter
yang
merupakan
pesanan
adalah
dokumenter
profil
perusahaan, instansi pemerintah atau profil tokoh. Pihak-pihak terkait sangat
membutuhkan program dokumenter televisi sebagai sarana promosi dan dokumentasi
penting yang merekam jejak atau riwayat perjalanan sejarah dan karier sebagai arsip/
data penting dimasa yang akan datang.
Demikian pula halnya dengan media televisi membutuhkan materi dan data-data
sebagai sumber informasi untuk mendapatkan karya program dokumenter sebagai
2012
Dosen
3
Andi Fachruddin MSi
Mata Kuliah Penulisan Naskah Non Berita TV
http://www.mercubuana.ac.id
bahan untuk mengisi slot waktu yang harus ditayangkan. Sehingga antara media
televisi dan instansi terkait terjadi simbiosis mutalisme.
Riset Program Dokumenter Televisi
Setelah mengetahui bagaimana mendapatkan ide cerita yang sangat beragam
dari yang paling mudah hingga yang perlu merenung, ngutak-atik dokumen atau
segaja mengeksplorasi lebih mendalam. Ide yang didapat artinya cerita mulai
terbentuk, untuk mengembangkannya lakukan riset terkait ide yang dipilih.
Selanjutnya ide tersebut harus dirumuskan dengan strategi yang tepat dengan
melakukan penelitian.
Hasil riset menjadi titik berangkat pembentukan kerangka global mengenali
arah dan tujuan penuturan, serta subyek-subyek yang akan menjadi tokoh (karakter)
dalam film dokumenter. Adapun penjelasan apa saja yang harus diteliti dalam
melakukan penelitian terhadap hal-hal terpenting adalah sebagai berikut; 1
1. Riset Subyek terbagi :
 Data Fisik
Jenis kelamin
Nama & usia
Kondisi tubuh: sakit, cacat
Postur tubuh: tinggi, pendek, kecil, gemuk
Sifat pribadi: menarik atau sebaliknya
Mimik atau ekspresi wajah
Cara berbicara: dialek, artikulasi
Kebiaaan pribadi
 Data Sosiologis
Latar belakang etnik, bangsa, sukubangsa
Kelas atau tingkat sosial
Pendidikan
Profesi: penghasilan, kondisi pekerjaan
Kondisi hidup dan tempat tinggal
Keluarga: anak, istri, bujangan
Kerabat/teman di dalam & di luar pekerjaan
Visi politik & religi
 Data Psikologis
1]
Ayawaila Gerzon R.2009. Dokumenter:Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta. FFTV IKJ Press. Hlm 21
2012
Dosen
4
Andi Fachruddin MSi
Mata Kuliah Penulisan Naskah Non Berita TV
http://www.mercubuana.ac.id
Ambisi pribadi
Frustasi
Sikap hidup
Kelemahan pribadi
Tempermen atau karakter pribadi
Intelegensia & bakat khusus pribadi
2. Hunting dan Mengenali Dokumenter Kita Sendiri
Posisi sekarang, ide awal tadi bisa semakin mantap setelah melakukan
penelitian terhadap apa yang ingin kita ketahui. Dari hasil penelitian secara samarsamar produser sudah bisa membayangkan alur ceritanya akan dibawa kemana. Tapi
akan lebih baik lagi, kalau produser langsung melihat kondisi medan yang akan
dieksekusi. Sebagian produser dokumenter memasukkan cek lokasi (hunting) sebagai
bagian dari penelitian lapangan. Bahkan produser yang profesional sangat
mementingkan hunting lokasi dengan hati-hati mendatangi lokasi, kadang-kandang
waktu meneliti dilokasi membutuhkan waktu lebih lama dari proses syuting yang
sebenarnya.
Riset Kreatif Program Televisi
Riset yang dilakukan oleh pengelola kreatif program, terutama bertujuan
mendukung kinerja suatu program dalam pencapaian target rating/share yang telah
ditetapkan pimpinan stasiun televisi. Jadi, cakupannya lebih terbatas ketimbang riset
yang dilakukan divisi research and development. Karena tujuan yang sifatnya lebih
terbatas tersebut, obyek riset pengelola kreatif program umumnya adalah hal-hal
konkret, yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan operasional perencanaan,
produksi dan analisa program.
Kreatif program bertugas merancang desain program hingga naskah final
untuk membuat berbagai macam program televis, yang jumlahnya mencapai ratusan
jam setiap bulannya. Maka stasiun televisi menempatkan tim kreatif program pada
setiap crew operasional produksi yang terdiri dari; konseptor ide, para penulis
skenario, pengembang program dan bagian riset acara televisi.
Tim kreatif tersebut adalah otak dari segala ide program televisi. Mereka
bekerja keras memeras ide dan mencoba menyajikannya menjadi kertas naskah yang
siap diproduksi. Mereka dihadapkan kenyataan setiap saat terhadap ritme kerja,
kedisiplinan, sistematika kerja di televisi dan pola produksi stasiun televisi yang
sangat padat. Hampir tidak ada waktu luang untuk berleha-leha, bahkan tim kreatif
harus mampu membaca pasar.
2012
Dosen
5
Andi Fachruddin MSi
Mata Kuliah Penulisan Naskah Non Berita TV
http://www.mercubuana.ac.id
Mengetahui masalah/performance rating dan share program adalah sebuah
kewajiban. Riset rating dan share adalah sebagai riset dengan parameter khusus
yang menjadi mata uang yang berlaku umum disajikan oleh AGB Nielsen Media
Research. Riset rating dan share merupakan sarana evaluasi seluruh program televisi
yang ditayangkan dengan kredibilitas yang tinggi. Melalui riset, produser akan selalu
terjaga setiap saat dengan setiap ide yang segar dan mau menerima masukan adalah
modal utama dalam sistem kerja tim kreatif di televisi.
Walaupun terlihat sangat ketat dalam bekerja, tim kreatif diberikan kebebasan
seluas-luasnya untuk mengembangkan ide. Biasanya mereka juga diberikan waktu
yang cukup untuk melakukan riset dan pengumpulan data, manakala harus membuat
sebuah program acara yang cukup kompleks. Perancang kreatif program memerlukan
kecerdasan dan kemampuan riset yang baik dalam berkarya. Pelaksanaan riset yang
layak ditempuh adalah;
a. Desk Riset
Mengumpulkan, merangkum, mengolah dan menganalisis data dan infomasi
secara meluas melalui desk riset. Data itu bisa diperoleh antara lain dari
suratkabar, majalah, brosur, buku, kamus, situs web, blog, siaran pers, dan lain
sebagainya. Berkat perkembangan yang pesat dari media online, mayoritas desk
riset yang dilakukan adalah secara online, namun perlu dukungan data lain yang
update (banyak media cetak yang juga sudah go online). Selain praktis, desk riset
semacam ini juga murah, menghemat banyak biaya dan waktu, serta tidak
memerlukan mobilitas pengelola kreatif program. Hasil penjelajahan dari berbagai
situs, surat kabar, atau info lain dirangkum menjadi konsep program (desain),
yang berisi dasar pemikiran, tujuan program, data, segmentasi program, rundown
serta naskah yang diperlukan.
b. Field Riset
Melakukan observasi untuk pemilihan lokasi dan waktu produksi yang tepat.
Termasuk di sini perhitungan waktu, biaya, teknis-peralatan yang dibutuhkan,
gangguan cuaca, dan potensi-potensi permasalahan lain di lapangan. Logikanya,
jika dukungan content lengkap dan pelaksanaan operasional produksi dapat
berlangsung dengan baik, hal ini akan menghasilkan materi program yang
memadai dan gambar yang baik. Hal-hal terebut akan berdampak pada kualitas
program/tayangan yang diproduksi.
c. Experimental Riset
Konsep cerita atau desain program yang telah diolah dan disepakati dalam diskusi
meliputi reading, selanjutnya suatu cara untuk mengumpulkan data awal adalah
membuat pernyataan pendek yang merangkum penjelasan tentang program, dan
2012
Dosen
6
Andi Fachruddin MSi
Mata Kuliah Penulisan Naskah Non Berita TV
http://www.mercubuana.ac.id
menunjukkannya pada subjek/sample. Subjek dimintai opininya tentang gagasan
program itu, serta apakah mereka berminat menontonnya atau mau membeli
produk berdasarkan informasi singkat tersebut. Hasilnya bisa menjadi indikasi,
apakah program atau komersial itu akan sukses atau tidak.
Jika di tingkat gagasan ini diterima atau dianggap baik, dibuatlah suatu model
atau simulasi. Perangkat keras media ini sering disebut sebagai rough cuts,
storyboards, photomatics, animatics, atau executions. Rough cut adalah produksi
yang sangat sederhana (simplistik), biasanya menggunakan aktor amatir, dengan
sedikit atau tanpa editing sama sekali, dan perangkat set seadanya. Model lain
adalah foto, gambar atau scene yang dirancang untuk memberikan gagasan
dasar dari program.
Rough cut itu diuji, dengan biaya produksi yang tidak mahal. Pengujian ini
memberi informasi tentang naskah (script), karakterisasi, hubungan karakter,
setting, pendekatan sinematik, dan daya tarik keseluruhan. Tahapan ini umumnya
tidak langsung bisa memberitahu apanya yang salah, jika ternyata daya tariknya
kurang, tapi paling tidak bisa memberi indikasi jika ada sesuatu yang salah.
Tahapan berikut, ketika produk akhir sudah jadi, riset pasca produksi (postproduction research) bisa dilakukan. Produk yang sudah selesai ini dites di teater
mini, atau di pusat perbelanjaan, di tempat tinggal subjek, atau lewat telepon
(dalam hal iklan radio).
Riset ini, misalnya, bisa menyimpulkan bahwa ending suatu program tak bisa
diterima audience, dan harus diedit ulang atau pengambilan gambar ulang.
Riset Rating dan Non Rating
Riset terhadap penonton televisi bersifat cair. Kalau jumlah pembaca surat
kabar dapat diketahui dari berapa eksemplar koran yang terjual, sedangkan untuk
mengetahui berapa jumlah penonton program televisi jauh lebih rumit. Maksud dari
sifat yang cair, mereka dapat berpindah-pindah dengan mengunakan remote control.
Karena sifatnya yang dinamis dibutuhkan penelitian yang lebih spesifik terhadap
karakteristik penonton televisi dengan berbagai macam metode agar mendekati
akurasi data. Riset rating meneliti tindakan penonton televisi yang meliputi; studi riset
media elektronik terbagi dalam dua kategori utama: riset rating dan riset non rating.
1. Riset Rating:
Ketika radio mulai populer pada 1920-an, dan para pengiklan mulai melihat
potensinya untuk menarik pelanggan, mereka menghadapi problem untuk mengukur
jumlah audien. Berbeda dengan media cetak, yang memiliki angka sirkulasi yang
2012
Dosen
7
Andi Fachruddin MSi
Mata Kuliah Penulisan Naskah Non Berita TV
http://www.mercubuana.ac.id
jelas, media elektronik tak punya data penonton yang memadai, kecuali angka
perkiraan. Surat sukarela dari pendengar radio adalah sumber data pertama, namun
sukarelawan jelas tidak mewakili audien umum.
Dari sinilah, mulai dikenal studi rating dengan pengambilan sample dari
audien. Studi rating ini untuk waktu-waktu mendatang masih akan terus digunakan,
namun ada beberapa hal mendasar yang perlu diketahui tentang sistem rating
adalah;
a. Rating dan share hanyalah pendekatan atau perkiraan dari ukuran jumlah audien.
Rating ini tidak mengukur kualitas program atau pendapat tentang program.
b. Riset rating dan share yang diberikan AGB Nielsen Media Research tidak mewakili
seluruh jumlah penduduk Indonesia secara nasional. Namun hanya mengambil
wilayah yang berdasarkan mekanisme pasar sebagai daerah potensial dominan
perputaran bisnis.
2. Riset Non-Rating:
Meskipun audien rating/share adalah data riset yang paling mencolok
digunakan oleh media siaran, stasiun siaran, rumah produksi, pengiklan dan
agency/konsultan siaran. Namun seluruh unsur-unsur industri televisi menggunakan
juga berbagai metodologi lain.
Riset Non-Rating (dominan kualitatif) memberikan informasi tentang apa yang
disukai dan tidak disukai oleh audien, menganalisis berbagai jenis pemrograman,
serta info demografi dan gaya hidup audien, dan banyak lagi. Adapun beberapa riset
non rating yang biasa digunakan seperti berikut ini;
1. Riset menyebar questioner (survey)
2. Riset Focus Grup Discustion (FGD)
3. Riset telepon
4. Riset Mini Theater Test
5. Riset Catatan Harian (Diary Research)
Daftar Pustaka
Andi Fachruddin, 2012, Dasar-dasar Produksi, Jakarta, Kencana Prenada Media
Naratama, 2004, Menjadi Sutradara Televisi, Jakarta, Grasindo
2012
Dosen
8
Andi Fachruddin MSi
Mata Kuliah Penulisan Naskah Non Berita TV
http://www.mercubuana.ac.id
Download