1 ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SAPI

advertisement
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG PT.PRISMA
MAHESA UNGGUL, JAKARTA UTARA
Patih Megawanda Gulam
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
1
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M / 1429 H
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG PT. PRISMA
MAHESA UNGGUL, JAKARTA UTARA
Oleh :
Patih Megawanda Gulam
102092026393
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
2
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M / 1429 H
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :
Nama
:
NIM
:
Program Studi :
Judul Skripsi :
Patih Megawanda Gulam
102092026393
Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Analisis Strategi Pemasaran sapi Potong
PT. Prisma Mahesa Unggul, Jakarta utara
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Maret 2008
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. Syahrudin Said, M Agr
Ir Mudatsir Najamuddin, MMA
NIP : 150 317 958
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
3
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP: 131 861 314
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Sapi Potong Pt. Prisma
Mahesa Unggul, Jakarta Utara”, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang
Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada hari Senin tanggal 24 Maret 2008. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Jakarta, 24 Maret 2008
Tim Penguji
Penguji I
Penguji II
Andy Affandy, S.Pi. MMA
drh. Zulmanery, MMA
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis
NIP. 150 317 956
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP: 131 861 314
4
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
MANAPUN.
Jakarta, 24 Maret 2008
Patih Megawanda Gulam
102092026393
5
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG
PT.PRISMA MAHESA UNGGUL, JAKARTA UTARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
Patih Megawanda gulam
102092026393
Menyetujui
Pembimbing I,
Dr. Ir. Syahrudin Said, M Agr
Pembimbing II,
Ir Mudatsir Najamuddin, MMA
NIP : 150 317 958
6
Mengetahui
Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP: 131861314
RINGKASAN
PATIH MEGAWANDA GULAM, Analisis Strategi Pemasaran Sapi potong
PT. Prisma Mahesa Unggul, jakarta Utara di bawah bimbingan. Syahruddin Said
dan Mudatsir Najamuddin.
Sapi potong sebagai salah satu sumber penghasil makanan, dengan produk
yang dihasilkan berupa daging, memiliki kandungan protein guna memenuhi
standar konsumsi masyarakat terhadap daging. Diiringi dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5% sampai 5,0%. Pada tahun 2005 konsumsi
daging sapi potong juga mengalami peningkatan sebesar 2,8%. Tingginya laju
permintaan daging sapi potong di indonesia tidak diikuti dengan peningkatan di
sektor produksi, sehingga para pelaku dibidang bisnis sapi potong harus
memenuhi permintaan konsumen dengan cara impor.
PT. Prisma Mahesa Unggul (PMU) merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang sapi potong. Dengan banyaknya pesaing yang juga memiliki spesifikasi
yang sama PT. PMU memiliki kesulitan dalam memasarkan sapi potong-nya.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal
yang berpengaruh terhadap pemasaran sapi potong PT. PMU.
2. Merumuskan alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan PT.
PMU.
3. Menyusun prioritas strategi pemasaran bagi PT. PMU
Jenis data yang digunakan ini terdiri dari data primer, sekunder, dan
tersier. Pengumpulan data sendiri dilakukan dengan observasi langsung
dilapangan melalui wawancara dan pengisian kuisioner. Data diolah dengan
menggunakan analisis implementasi bauran pemasaran beserta dengan
penggunaan matriks IFE-EFE dan I-E. Serta SWOT guna melihat kesesuaian
7
staretegi yang akan diterapkan, kemudian analisis prioritas strategi menggunakan
matriks QSPM.
Berdasarkan hasil data yang diolah diidentifikasi faktor kekuatan strategis
internal diantaranya ialah: kualitas sapi potong yang baik. Sistem pengendalian
yang terjaga/ stok yang tidak pernah kosong. Adanya Holding Company sebagai
penunjang modal dan subsidi. Pelayanan terhadap konsumen yang baik. Lahan
kandang dan TPH milik perusahaan sendiri. Penjualan langsung dikandang
sehingga konsumen bisa memilih langsung. Lokasi TPH perusahaan strategis dan
mudah dijangkau. Adanya usaha penyewaan lahan bagi usaha sapi potong lain.
Teridentifikasi faktor strategis yang menjadi kelemahan dalam perusahaan
antara lain: tidak konsekuennya tenaga kerja terhadap job desc yang ada.
Terbengkalainya feedlot. Lemahnya manajemen pemasaran. Visi dan misi yang
tidak jelas.
Faktor strategis eksternal yang menjadi peluang bagi perusahaan ialah:
nilai tukar rupiah terhadap dollar. Hubungan dengan usaha lokal yang sejenis.
Permintaan akan daging sapi yang terus meningkat. Adanya kawasan perdagangan
bebas serta kemungkinan ekspor. Ketersediaan tenaga kerja lepas disekitar TPH.
Peluang untuk recruitment freshgraduate
Faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman bagi perusahaan ialah:
isu penyakit tertentu. Posisi tawar konsumen sama kuat yang apabila terdapat
perbedaaan harga maka konsumen dapat memilih perusahaan lain. Kebijakan
pemerintah menaikan haraga BBM. TDL, dan Telephone. Kerentanan terhadap
inflasi. Masuknya pemain asing sebagai pengimpor sekaligus tempat pemotongan.
Hasil dari pembobotan dan peratingan pada matriks IFE sebesar 3,1dan
EFE sebesar 2,338, yang memperlihatkan respon PT. PMU terhadap peluang
maupun ancaman yang berdampak pada PT. PMU adalah sedang. Posisi dari
matriks I-E sendiri berada pada sel IV yang berarti strategi yang diterapkan ialah
strategi penetrasi atau strategi pengembangan pasar maupun diversivikasi
konsentrik.
Matriks SWOT digunakan untuk melihat strategi yang sesuai bagi
perusahaan dengan faktor-faktor kekuatan maupun ancaman yang teridentifikasi.
Hasil yang didapatkan ialah strategi sebagai berikut: Strategi SO:
mengembangkan pasar dengan menambah jumlah stok sapi serta menjual daging
daging dalam bentuk eceran dipasar tradisional dengan menempatkan tenaga
penjualan untuk memotong jalur distribusi. Meningkatkan promosi secara kontinu
dengan menambah media promosi. Strategi WO didapat : menambah tenaga kerja
dibidang pemasaran dalam manajerial perusahaan. Merumuskan visi misi
perusahaan yang berwawasan global secara jelas. Menambahkan stok dan
mengaktifkan kembali feedlot.
Strategi ST didapat: pemberian sertifikat mutu. Tentang tata cara
pemotongan langsung. Menjadi supplier untuk restaurant maupun rumah makan.
Strategi WT didapatkan: pemeriksaan hewan ternak secara teratur dengan
menggunakan jasa tenaga ahli. Membangun loyalitas konsumen dengan
memberikan potongan harga setelah beberapa kali pembelian di TPH perusahaan.
8
Matriks QSPM diolah melalui prioritas yang dipilih melalui responden
berdasarkan strategi yang telah didapatkan dari matriks SWOT. Proritas tersebut
yaitu:
1. Mengembangkan pasar dengan menambah jumlah stok sapi serta menjual
daging dalam bentuk eceran di pasar tradisional dengan menempatkan
tenaga penjualan, untuk memotong jalur distribusi
2. Menambahkan stok sapi dengan mengaktifkan kembali feedlot
3. Membangun loyalitas konsumen dengan memberikan potongan harga
setelah beberapa kali pemotongan di TPH PT. PMU
4. Meningkatkan promosi secara kontinu melalui beberapa media promosi
5. Menjadi supplier untuk restaurant maupun rumah makan
6. Pemeriksaan kesehatan hewan ternak secara teratur dengan menggunakan
jasa tenaga ahli
7. Mendapatkan sertifikat halal tentang tata cara pemotongan langsung dari
MUI
8. Merumuskan serta mengkomunikasikan visi, misi perusahaan secara jelas
9. Menambah tenaga kerja pemasaran (marketer) dalam manajerial
perusahaan
Dari hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat disarankan, antara lain :
1. Pihak manajemen disarankan untuk saat ini agar dapat lebih fokus kepada
strategi yang telah dihasilkan oleh penulis, yang didapat serta termasuk
kedalam prioritas strategi dari hasil penelitian ini.
2. Perusahaan agar lebih mengenali karakter usaha dimana perusahaan
berada, dengan begitu perusahaan dapat menyesuaikan diri terhadap
faktor–faktor yang menjadi karakteristik usaha dibidang peternakan, serta
menyesuaikan pada kondisi pasar saat ini
3. Perlu diadakan penelitian lanjutan terhadap sembilan prioritas strategi
yang telah ada, serta melihat kesinambungannya terhadap faktor strategis
internal perusahaan maupun eksternal perusaahaan.
9
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang
telah melimpahkan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis
panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan
sahabatnya yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi.
2. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian/Agribisnis yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu pengetahuan.
3. Bapak Dr. Ir. Syahruddin Said, M Agr dan Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin,
MMA selaku pembimbing yang telah mencurahkan tenaga, waktu dan
pikirannya demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Irvan harahap dan Bapak Surjono Senti di PT. Prisma Mahesa Unggul,
terima kasih atas bantuannya selama perizinan penelitian.
5. Bapak Ir Nyoman selaku pembimbing lapangan, Ibu Indah, yang telah banyak
memberikan bimbingan, informasi dan penjelasan yang berharga bagi penulis
selama melakukan penelitian.
6. Dosen di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
bantuan dan motivasi kepada penulis.
10
7. Pimpinan dan Pengelola perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi yang
telah memberikan fasilitas buku dan skripsi untuk mengadakan studi
kepustakaan.
8. Ayahanda Utama Setiawan dan Ibunda Anisah dan adik Cipta KG yang telah
memberikan dukungan bagi penulis..
9. Rekan-rekan mahasiswa Agribisnis 2002 yang telah memberikan dukungan
dan sumbangsih pemikirannya kepada penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan. Semoga amal baik
mereka diterima oleh Allah SWT., Amin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, Maret 2008
Penulis
11
DAFTAR ISI
Daftar Isi .........................................................................................................
i
Daftar Tabel ....................................................................................................
ii
Daftar Gambar .................................................................................................
iii
Daftar Lampiran ..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
6
2.1 Landasan Teori ..........................................................................
6
2.1.1 Agribisnis Sapi Potong ....................................................
6
2.1.2 Prospek Bisnis Sapi Potong .............................................
7
2.1.3 Skala Usaha Sapi Potong ................................................
13
2.1.4 Konsep Pemasaran ...........................................................
13
2.1.5 Strategi Pemasaran ..........................................................
16
2.1.6 Bauran Pemasaran ...........................................................
17
2.1.7 Analisis Lingkungan Pemasaran .....................................
21
2.1.6.1 Lingkungan Internal ..............................................
21
2.1.6.2 Lingkungan Eksternal ............................................
22
2.1.8 Strategi Fungsional Pemasaran ........................................
26
2.1.9 Perumusan Strategi ..........................................................
26
2.1.8.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ..............
26
2.1.8.2 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)...........
27
2.1.8.3 Matriks Internal-Eksternal (I-E).............................
27
12
2.1.10 Strategi Generik .............................................................
27
2.1.11 Matriks SWOT ...............................................................
29
2.1.12 Matriks QSPM ...............................................................
30
2.2 Penelitian Terdahulu ..................................................................
31
2.3 Kerangka Pemikiran...................................................................
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................................
37
3.1 Lokasi Penelitian.......................................................................
37
3.2 Jenis dan Sumber data...............................................................
37
3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................
38
3.4 Metode Analisis Data ...............................................................
38
3.4.1 Analisis Matriks IFE dan EFE .......................................
39
3.4.2 Analisis Matriks I-E .......................................................
42
3.4.3 Analisis Matriks SWOT .................................................
43
3.4.4 Analisis QSPM ...............................................................
45
3.5 Definisi Operasional .................................................................
46
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................
48
4.1 Sejarah PT. Prisma Mahesa Unggul .........................................
48
4.2 Lokasi PT. Prisma Mahesa Unggul...........................................
49
4.3 Visi dan Misi PT. Prisma Mahesa Unggul................................
50
4.4 Tujuan dan Manfaat PT. Prisma Mahesa Unggul ....................
50
4.5 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .................................
49
4.6 Kondisi PT. Prisma Mahesa Unggul ........................................
53
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................
55
5.1 Analisis Lingkungan Internal....................................................
55
5.1.1 Aspek Operasional dan Pemeliharaan ............................
56
5.1.2 Aspek Keuangan ............................................................
58
5.1.3 Aspek Sumber Daya Manusia ........................................
59
13
5.1.4 Aspek Pemasaran ...........................................................
60
5.2 Analisis Lingkungan Eksternal .................................................
64
5.1.1 Lingkungan Makro .........................................................
64
5.1.2 Lingkungan Mikro .........................................................
68
5.3 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ....
71
5.3.1 Kekuatan ........................................................................
71
5.3.2 Kelemahan .....................................................................
76
5.3.3 Peluang ...........................................................................
77
5.3.4 Ancaman ........................................................................
79
5.4 Perumusan Alternatif Strategi Perusahaan ...............................
81
5.4.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) .......................
81
5.4.2 Matriks Exsternal Factor Evaluation (EFE) ...................
83
5.4.3 Analisis Matriks Internal-Eksternal (I-E) .......................
84
5.4.4 Analisis Matriks SWOT .................................................
86
5.5 Pilihan Alternatif Strategi Pemasaran ......................................
89
5.6 Prioritas Strategi Pemasaran ...................................................
91
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
93
6.1 Kesimpulan ..............................................................................
93
6.2 Saran .........................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
96
14
DAFTAR TABEL
Tabel
1
: Proyeksi Kebutuhan Daging Sapi Potong...............................................
2
2
: Penilaian Bobot Strategis IFE dan EFE .................................................
40
3
: Matriks IFE ...........................................................................................
42
4
: Matriks EFE ...........................................................................................
42
5
: Tingkat Pendidikan Karyawan PT PMU ................................................
53
6
: Harga Karkas dan Sapi PT PMU ...........................................................
59
7
: Daftar Importir/supplier Pada PT PMU .................................................
56
8
: Daftar Para Kompetitor PT PMU ...........................................................
71
9
: Penentuan Skor Faktor Strategis Internal ...............................................
82
10 : Penentuan Skor Faktor Strategis Eksternal ...........................................
83
11 : Prioritas Strategi Pemasaran PT PMU ....................................................
92
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1
: Sistem Agribisnis sapi Potong ...............................................................
6
2
: Komponen Konsep Pemasaran ..............................................................
14
3
: Empat Komponen Konsep Pemasaran....................................................
19
4
: Proses Bauran Pemasaran .......................................................................
20
5
: Kekuatan-Kekuatan Dalam Persaingan Industri .....................................
25
6
: Model Strategi Generik ..........................................................................
28
7
: Diagram Kerangka Pemikiran ................................................................
36
8
: Matriks Internal-Eksternal .....................................................................
43
9
: Matriks SWOT .......................................................................................
45
10 : Struktur Organisasi PT. PMU ................................................................
51
11 : Pengadaan Sapi Potong pada PT PMU ..................................................
56
12 : Matriks Internal-Eksternal .....................................................................
85
13 : Matriks SWOT .......................................................................................
87
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
: Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ..............................................
98
2
: Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ...........................................
103
3
: Rata-rata Bobot Faktor dan Rating Faktor Strategis Internal ................
107
4
: Rata-rata Bobot Faktor dan Rating Faktor Strategis Internal ................
108
5
: Penilaian Nilai Daya Tarik Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif QSPM......................................................................................................
109
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor pembentuk bagi PDB.
Melalui kontribusinya pada tahun 2003 sebesar Rp 325 milyar kemudian, pada
tahun 2004 sebesar Rp 354 milyar. (BPS tahun 2005, dalam Statistik Peternakan
2005: 34). Salah satu subsektor pertanian adalah peternakan dengan produk yang
dihasilkan seperti daging, telur dan susu yang dapat memenuhi sumber protein
hewani yang bergizi tinggi bagi manusia.
Sapi potong sebagai salah satu sumber penghasil makanan, dengan produk
yang dihasilkan berupa daging, memiliki kandungan protein guna, memenuhi
standar konsumsi masyarakat terhadap daging, sebesar 6 gr/ kapita/ hari (Statistik
Peternakan, 2005:136). Disisi lain dengan pertumbuhan penduduk yang
meningkat 1,5% per tahun, dan pertumbuhan ekonomi meningkat dari 1,5%
sampai 5,0%. Pada tahun 2005, konsumsi daging sapi meningkat dari 1,9 kg/
kapita/ tahun menjadi 2,8 kg/ kapita/ tahun (Riyadi, 2006:3).
Tingginya laju permintaan terhadap daging sapi potong direspon oleh
perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan sapi potong. Dengan cara
penyediaan stok melalui pembelian sapi impor guna menutupi stok lokal yang
terbatas. Untuk tahun 2005, permintaan daging sapi mencapai 597,7 ribu ton,
sedangkan
ketersediaan
dalam
negeri
hanya
sekitar
464,1
ribu
ton
(Purba, 2006:1).
18
Berdasarkan data BPS tahun 2000 dalam Poultry (2006:1), jumlah
penduduk pada tahun 2000 sebesar 206,3 juta dengan tingkat pertumbuhan 1,49%
/tahun. Populasi sapi potong di dalam negeri sebanyak 11,6 juta ekor dan dari
populasi tersebut diperkirakan sebesar 1,5 juta ekor sapi dipotong per tahun untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi akan daging sapi. Adapun data perkiraan proyeksi
kebutuhan daging sapi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Proyeksi Kebutuhan Daging Sapi Potong Tahun 2010-2020
Tahun
Tahun 2010
Tahun 2020
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
Kebutuhan Daging Sapi Potong
Penduduk 242,4 juta orang
Konsumsi 2,72 kg / kapita per tahun
Produksi daging 654,4 ribu ton
Pemotongan sapi 3,3 juta ekor per tahun
Penduduk 281 juta orang
Konsumsi 3,72 kg / kapita per tahun
Produksi daging 1,04 ribu ton
Pemotongan sapi 5,2 juta ekor per tahun
Sumber : Apfindo, 2006 / Selasa, 1 Maret 2006 / 12 : 11 WIB
Berdasarkan proyeksi pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa kebutuhan
akan
konsumsi daging sapi potong memberikan peluang yang cukup besar
terhadap perusahaan yang bergerak dibisnis sapi potong, seperti usaha
penggemukan, importir dan TPH (Tempat Pemotongan Hewan) yang biasanya
sebagai pedagang sekaligus supplier bagi pedagang tradisional.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan adalah
PT. Prisma Mahesa Unggul (PMU). Adapun sapi yang dijual adalah sapi potong
impor asal Australia, berikut dengan jasa pemotongan. Dalam pelaksanaannya
PT. PMU memiliki TPH yang digunakan sebagai tempat pemotongan serta
penjualan sapi.
19
Banyaknya perusahaan dengan produk dan sistem usaha yang sejenis
membuat konsumen sulit untuk mengenali perusahaan, apabila tanpa karakteristik
tertentu. PT. PMU dalam hal ini memiliki kesulitan dalam memasarkan sapi
potong disebabkan, tingginya tingkat permintaan dalam industri sapi potong dan
kemampuan untuk mencukupi permintaan, untuk permasalahan ini. Perusahaan
yang bergerak dibidang sapi potong telah melakukan beberapa cara, diantaranya
dengan impor tetapi, kesamaan dalam cara memasarkan produk dengan pesaing
lainnya dan juga tidak kontinunya promosi yang berfungsi sebagai akses bagi
konsumen membuat perusahaan kesulitan dalam memperbesar skala usahanya.
PT. PMU mengalami permasalahan yang sama dengan banyak usaha
sejenis diatas tetapi PT. PMU berusaha meminimalisir hal tersebut dengan,
pemilihan sapi potong impor yang stabil dalam hal kontinuitasnya kemudian,
pemindahan TPH perusahaan di Ciamis menjadi
di Parung, serta mengubah
sistem bisnisnya dengan cara menjadi pedagang sapi potong, yang memberikan
fasilitas pelayanan pemotongan.
Berikut ini adalah gambaran pendapatan PT. PMU, melalui data penjualan
yang diolah mulai tahun 2004, hal ini dilakukan karena aktivitas bisnis yang
dilakukan oleh PT. PMU merupakan bentuk yang berbeda sejak perusahaan
tersebut pertama kali didirikan. Adapun data pendapatan PT. PMU selengkapnya
dapat dilihat di Tabel 2.
20
Tabel 2. Pendapatan PT. PMU Tahun 2004-2006
NO
Tahun
Harga
perKg
1
2
3
2004
2005
2006
15.000
18.000
18.000
Penjualan
Sapi Potong
perminggu
26
10
13
Pendapatan
perbulan
Pendapatan
pertahun
702.000.000
324.000.000
421.000.000
8.424.000.000
3.888.000.000
5.054.000.000
Sumber: Wawancara PT. PMU 2006
Sistem bisnis PT. PMU pada saat ini, mengalami permasalahan.
Diantaranya, kesamaan produk yang dijual yang mengharuskan PT. PMU
membedakan cara dalam memasarkan sapi potongnya, sehingga dapat dikenali
oleh konsumen. Juga dengan sering tercampurnya pengerjaan tugas antara
manajer pemasaran, manajer operasi serta, manajer keuangan dari PT. PMU.
Karakter dari konsumen sapi potong ialah, menginginkan sapi yang
berkualitas serta pemberian hutang terhadap sapi yang dibeli, hal tersebut yang
membuat PT. PMU mengubah sistem bisnis-nya sehingga mengakibatkan
terbengkalainya feedlot yang merupakan aset perusahaan. Tidak jelasnya visi dan
misi dari PT. PMU, yang menyebabkan perbedaan cara dalam mengelola
perusahaan yang berdampak pada pemasaran dari sapi potong PT. PMU.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menganalisis
tentang strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan pada PT. PMU.
21
1.2. Perumusan Masalah
Melihat permasalahan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah
1. Faktor-faktor strategis internal dan eksternal apakah yang berpengaruh
dalam pemasaran sapi potong PT. PMU?
2. Alternatif strategi pemasaran apakah yang dapat diterapkan bagi
PT. PMU?
3. Apakah prioritas strategi pemasaran yang tepat bagi PT. PMU?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal
yang berpengaruh terhadap pemasaran sapi potong PT. PMU.
2. Merumuskan alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan
PT. PMU.
3. Menyusun prioritas strategi pemasaran bagi PT. PMU.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat kegiatan penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis sebagai kesempatan dalam mengaplikasikan ilmu yang
didapat khususnya dalam bidang Agribisnis dan strategi pemasaran.
22
2. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi PT. PMU dalam
merumuskan strateginya sehingga dapat meningkatkan laba penjualan dan
laba perusahaan.
3. Bagi akademisi khususnya mahasiswa agribisnis dapat digunakan sebagai
bahan penelitian selanjutnya.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Agribisnis Sapi Potong
Para pelaku agribisnis peternakan harus memahami bahwa mata rantai
agribisnis peternakan sapi potong, dapat dipandang sebagai suatu sistem industri
peternakan. Artinya, setiap subsistem dalam agribisnis peternakan merupakan unit
usaha yang secara manajemen terpisah tapi saling memiliki keterkaitan. Adapun
penjelasan dari maksud di atas dapat dilihat pada Gambar 1.
Sistem Agribisnis Peternakan Sapi potong
Praproduksi
Budi Daya
Pascaproduksi
Penyediaan
bibit sapi
potong, pakan
dan obat-obatan
Pemeliharaan
dan perawatan
ternak untuk
menghasilkan
daging
Karkas / daging
dijual ke
pengumpul,
industri
pengolahan atau
langsung ke
konsumen
Gambar 1. Sistem Agribisnis Sapi Potong
Sumber : Rahardi & Hartono (2005:16)
24
1. Subsistem Praproduksi :
Subsistem praproduksi adalah mata rantai pertama dalam kegiatan usaha
sapi potong. Jenis usaha atau industri yang terlibat dalam subsistem ini
antara lain usaha pembibitan, industri obat-obatan, dan industri penyediaan
peralatan ternak untuk sapi potong.
2. Subsistem Usaha Produksi (budidaya) :
Subsistem produksi ternak adalah inti dari agribisnis sapi potong karena
didalamnya terdapat kegiatan budi daya. Dalam subsistem ini produk
utama yang dihasilkan adalah daging ternak. Daging sapi yang dihasilkan
tergantung dari pemilihan jenis sapi potong. Terdapat beberapa jenis sapi
yang biasa digunakan untuk pemotongan, baik dari jenis lokal maupun
impor, antara lain :
a.Sapi Bali
b.Sapi Madura
c.Sapi Hereford
d.Sapi Brahman.
3. Subsistem Pasca Produksi.
Subsistem pasca produksi peternakan merupakan kegiatan usaha ekonomi
yang meliputi pengolahan produk sapi potong beserta pemasarannya.
Kegiatan yang dilakukan antara lain penanganan produk primer dengan
memberi nilai tambah sehingga menghasilkan produk olahan.Pengolahan
daging sapi potong menjadi pengalengan daging dan sosis adalah sebagian
kegiatan dalam subsistem pasca produksi ( Rahardi & Hartono, 2003:17 )
25
2.1.2. Prospek Bisnis Sapi Potong
Prospek beternak sapi potong di Indonesia masih tetap terbuka lebar dalam
waktu yang lama. Hal ini disebabkan permintaan daging sapi dari tahun ke tahun
terus menunjukan peningkatan yang sejalan dengan kesadaran akan gizi
masyarakat. Semakin bertambahnya penduduk maka akan bertambah pula
konsumsi daging sapi (Sugeng, 1993:184).
Menurut Riyadi (2006:2-3), terdapat tantangan dan peluang untuk prospek
bisnis sapi potong :
1. Tantangan
a. Grand Strategy. Pembangunan Pertanian belum menempatkan protein
hewani sebagai prioritas tinggi (pangan hewani sebagai komoditas
strategis). Hingga saat ini, sasaran pembangunan pertanian masih
diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan karbohidrat (beras dan jagung).
b. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan sistem dan usaha
agribisnis peternakan (hulu–hilir dan pendukungnya) belum sinergi dan
memadai. Amandemen Undang-undang No. 6 tahun 1967 yang merupakan
landasan hukum bagi pembangunan peternakan belum juga rampung dan
diterbitkan. Tingkat ketergantungan usaha peternakan terhadap impor
sangat tinggi, sehingga sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi di
luar negeri. Sebagai contoh, untuk mencukupi kebutuhan konsumsi daging
dalam negeri, masih diperlukan impor daging dan sapi potong sekitar
27−30%.
26
c. Peningkatan produksi sapi potong relatif lambat dibandingkan dengan
peningkatan permintaan, terkait dengan penerapan IPTEK (teknologi
produksi, reproduksi, pakan, kesehatan hewan), dan efisiensi manajemen.
Tingkat pertumbuhan sapi potong selama tiga tahun terakhir hanya
mencapai 1,08%/tahun.
d. Daya saing antara ternak sapi lokal dengan sapi potong ex impor masih
lemah. Pada saat-saat tertentu harga sapi lokal lebih rendah dari sapi ex
impor, sehingga menurunkan gairah peternak untuk meningkatkan
produktivitas ternaknya.
e. Usaha pembibitan sapi potong sangat kurang diminati investor atau swasta
dengan usaha ternak skala besar dan menengah, sehingga terkesan kurang
mendapat perhatian. Hal ini menjadi salah satu penyebab rendahnya
tingkat pertumbuhan ternak, yang mengakibatkan stagnansi populasi sapi
potong di Indonesia.
f. Usaha budidaya sapi potong kurang berorientasi kepada pasar dan profit.
Pola pikir peternak sukar diubah untuk menempatkan usaha budidaya
ternak pada posisi sebagai usaha pokok, sehingga usaha masih berskala
non ekonomis.
g. Sistem dan usaha agribisnis berbasis sapi potong masih belum
berkerakyatan, pola kemitraan tidak diminati usaha skala besar
(perusahaan), peternak plasma masih sangat tergantung kepada perusahaan
inti, akses dari hulu ke hilir belum berjalan lancar.
27
2. Peluang
a. Potensi agroklimat dan tersedianya lahan yang masih cukup luas
Potensi agroklimat Indonesia sangat mendukung perkembangan ternak
sapi potong baik sapi lokal maupun sapi ex impor. Sumberdaya lahan yang
dapat
dimanfaatkan
oleh
peternak
yaitu
lahan
sawah,
padang
penggembalaan, lahan perkebunan, dan hutan rakyat, dengan tingkat
kepadatan ternak tergantung kepada keragaman dan intensitas tanaman,
ketersediaan air, jenis sapi potong yang dipelihara. Luasnya lahan sawah,
kebun dan hutan tersebut memungkinkan pengembangan pola integrasi
ternak–tanaman yang merupakan suatu proses saling menunjang dan
saling menguntungkan, melalui pemanfaatan tenaga sapi untuk mengolah
tanah dan kotoran sapi sebagai pupuk organik. Sementara lahan sawah dan
lahan tanaman pangan menghasilkan jerami padi dan hasil samping
tanaman yang dapat diolah sebagai pakan sapi, sedangkan kebun dan hutan
memberikan sumbangan rumput lapangan dan jenis tanaman lain.
Pemanfaatan pola integrasi diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan
pakan sepanjang
tahun, sehingga dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas ternak. Menurut beberapa hasil penelitian, potensi tanaman
pakan ternak di Indonesia masih dapat menampung lebih dari 11 juta
Satuan Ternak (ST).
b. Potensi sumberdaya genetik sapi potong
Indonesia mempunyai kekayaan dan potensi sumber daya genetik ternak
sapi potong nasional, yang telah dimanfaatkan sebagai sumber pangan
28
daging, tenaga kerja, energi dan pupuk. Sumberdaya genetik tersebut
berupa ternak asli Indonesia, atau ternak yang sudah sejak lama
didomestikasi di Indonesia, dan ternak-ternak yang didatangkan dari luar
negeri. Pada tahun 2003, populasi sapi potong di Indonesia sekitar
11.395.688 ekor. Dengan tingkat pertumbuhan populasi sekitar 1,08%,
idealnya minimal 15,27% untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dari
populasi sapi tersebut, sebagian 45−50% adalah sapi asli Indonesia, yang
berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan data tahun 1984, sapi Bali
termasuk jenis sapi terbanyak, yaitu 23,81%, diikuti sapi Madura
(11,28%), dan sisanya terdiri dari sapi Ongole, Peranakan Ongole,
Brahman Cross, dan persilangan sapi lokal dengan sapi impor (Simmental,
Limousin, Hereford, dll). Sapi Bali merupakan sapi kebanggaan Indonesia
yang paling mudah dikembangkan karena mudah beradaptasi. Kawasan
Indonesia Timur dapat dikatakan sentra produksi Sapi Bali. Oleh karena
itu pengembangan Sapi Bali lebih dikonsentrasikan di kawasan tersebut.
c. Indonesia bebas dari penyakit menular berbahaya
Negara Indonesia bebas 10 dari 12 Penyakit Hewan Menular (List A
OIE), sehingga memberikan iklim investasi yang lebih baik dan memiliki
kesempatan dan kemampuan untuk ekspor.
d. Potensi kelembagaan petani ternak dan petugas teknis
Sebagian besar petani peternak membentuk kelompok-kelompok tani
ternak, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan
hewan, penyuluhan, pelayanan inseminasi buatan (IB), yang bertujuan
29
untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak. Petugas fungsional
pengawas mutu bibit, penyuluh, pengawas mutu pakan, petugas pelayanan
kesehatan hewan, dan petugas pelayanan IB sudah cukup banya tersebar di
seluruh propinsi dan siap untuk melaksanakan tugas sesuai kewenangan
masing-masing
e. Terbukanya pasar di negara lain
Permintaan dari negara lain terhadap ternak dan produk ternak lokal
Indonesia cukup tinggi. Jenis sapi potong yang cukup diminati negara
tetangga kita Malaysia adalah sapi Bali, baik sapi bakalan, bibit, maupun
berupa semen bekunya. Selama lima tahun mendatang, Malaysia
mengharapkan Indonesia dapat mengekspor 10.000 ekor sapi potong, dan
dari jumlah tersebut baru sebagian kecil, yaitu sekitar 850 ekor yang telah
diekspor ke negara tersebut pada tahun 2003. Ekspor ternak sapi potong
lokal diharapkan dapat meningkatkan motivasi peternak maupun para
investor untuk mengembangkan usaha pembibitan ternak, yang selama ini
hanya dilakukan oleh peternak skala usaha kecil.
f. Tersedianya teknologi tepat guna
Lembaga Penelitian bersama-sama Perguruan Tinggi merupakan institusi
yang berwenang mengeluarkan teknologi hasil penelitian. Inovasi baru ini
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya
serta meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan produk yang berdaya
saing tinggi.
30
g. Regulasi untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif
Kita mempunyai peraturan perundang- undangan yang memberikan
kepastian hukum, dan dalam melakukan pembangunan peternakan sinergis
dengan peraturan perundang-undangan lain yang terkait. Beberapa
peraturan yang terkait dengan usaha ternak potong antara lain UU No. 6
/1967, SNI Bibit Ternak, SK Menteri Pertanian tentang Ijin Usaha, dsb.
2.1.3. Skala Usaha Sapi Potong
Perencanaan
skala
usaha
menjadi
penting
diperhatikan
karena
berhubungan dengan modal, tenaga kerja, dan jumlah produksi yang akan
dihasilkan. Skala usaha peternakan sendiri terdiri dari skala kecil, menengah, dan
besar, selain itu skala usaha peternakan juga berhubungan dengan perizinan.
Untuk usaha peternakan skala kecil (peternakan rakyat) tidak perlu mengurus izin
pendirian usaha kepada pemerintah, tetapi cukup dengan melaporkan saja. Namun
untuk usaha menengah dan besar memerlukan prosedur perizinan. Berdasarkan
SK Menteri Pertanian No.362/KPTS/IN.120/5/1990 bahwa jenis untuk berbagai
macam ternak memiliki ketentuannya sendiri namun untuk sapi potong harus
sebanyak 100 ekor campuran (Rahardi dan Hartono, 2005:24 dan 33).
2.1.4. Konsep Pemasaran
Kotler (2004:6) mendefinisikan pemasaran adalah fungsi bisnis yang
mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan. Keinginan yang belum terpenuhi
menentukan dan mengukur besarnya dan potensi keuntungan. Fungsi pemasaran
31
menentukan mana sajakah pasar target yang paling dapat dilayani oleh organisasi,
dengan cara memutuskan berbagai produk, jasa dan program apa saja yang paling
tepat untuk melayani semua pasar yang sudah dipilih sebelumnya, dan mengajak
setiap orang dalam organisasi untuk selalu berfikir serta melayani para pelanggan.
Menurut Bloom dan Boone (2006:5), pemasaran adalah sebuah fungsi
manajemen penting yang diperlukan guna menciptakan produk yang di jual.
Konsep utama dari pemasaran adalah pertukaran nilai antara dua kelompok
pembeli dan penjual. Hal ini berarti bahwa fungsi utama rencana pemasaran
adalah :
1. Memahami segala kebutuhan dan keinginan dari seluruh konsumen yang
ada sekarang ini.
2. Memilih dan mengembangkan produk yang dapat memuaskan seluruh
konsumen dalam lingkup atau batasan sumberdaya yang dimiliki.
3. Mengembangkan semua program untuk memberitahukan kepada seluruh
konsumen tentang manfaat dari produk yang ditawarkan .
4. Memastikan bahwa produk yang dijual dapat menjangkau seluruh
konsumen.
Adapun gambaran mengenai penjelasan diatas dalam komponen konsep
pemasaran dapat dilihat pada Gambar 2.
32
Pemasaran
Mengidentifikasi
keinginan
konsumen
Memilih dan
mengembangk
an produk
Mengembangkan
program
komunikasi
Memperkenalkan
produk
Gambar 2. Komponen Konsep Pemasaran
Sumber : Bloom dan Boone, (2006 : 6)
Langkah-langkah pemasaran akan terarah jika dilandasi dengan konsep
pemasaran. Menutut Kotler (2004:12) konsep inti pemasaran ada pada empat
pilar, yaitu: pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu, dan
profitabilitas. Inti pemasaran tersebut meliputi :
1. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan
Kebutuhan adalah terpenuhinya beberapa kepuasan. Keinginan adalah
hasrat akan pembuat kebutuhan yang spesifik. Dan permintaan adalah
keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan untuk
membelinya.
2. Produk (Barang, Jasa, dan Gagasan)
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
3. Nilai atau Biaya
Nilai merupakan perkiraan atas seluruh kemampuan produk untuk
memuaskan kebutuhannya. Biaya adalah bentuk korbanan sumber
ekonomis yang diukur oleh satuan uang yang sedang atau telah terjadi
dalam mencapai suatu tujuan.
33
4. Pertukaran dan Transaksi
Pertukaran adalah tindakan memeperoleh barang yang dikehendaki dari
seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan. Transaksi adalah
perdagangan nilai-nilai produk dan jasa antara dua pihak atau lebih.
5. Hubungan dan Jaringan
Hubungan pemasaran diwujudkan perusahaan dengan praktek membangun
hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak kunci
pelanggan,
pemasok
dan
penyalur
dimana
bertujuan
untuk
mempertahankan preferensi dan bisnis jangka panjang. Jaringan
pemasaran merupakan hasil utama dari hubungan pemasaran.
6. Pasar
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau
keinginan tertentu yang sama dan bersedia melakasanakan pertukaran
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu.
7. Pemasar dan Calon Pembeli
Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli
untuk terlibat dalam pertukaran nilai atau harga. Calon pembeli adalah
seseorang yang diidentifikasikan oleh pemasar sebagai orang yang
mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran nilai atau harga.
34
2.1.5. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah perekat yang bertujuan untuk membangun dan
memberikan proporsi nilai yang konsisten dan membangun citra yang berbeda
kepada pasar (Henderson dalam Kotler, 2004:191). Karena jika suatu bisnis tidak
mempunyai keunggulan yang khas dibandingkan dengan rival-rivalnya, ia tidak
memiliki alasan untuk tetap berdiri.
Kotler (2004:98), mendefinisikan strategi pemasaran sebagai logika
berpikir, dan berdasarkan itu unit bisnis diharapkan untuk mencapai sasaransasaran pemasarannya. Kumar dalam Kotler (2004:193), mengatakan perusahaanperusahaan akan memiliki strategi yang unik bila :
1. Mereka telah menentukan sasaran pasar dan kebutuhan yang jelas,
2. Mengembangkan proporsi nilai yang berbeda dan unggul bagi pasar
3. Mengatur sebuah jaringan pemasokan yang berbeda untuk menyampaikan
proporsi nilai pada sasaran pasarnya.
Agar sukses, perusahaan harus melakukan pekerjaan yang lebih baik
daripada pesaingnya dalam rangka memuaskan kosumen. Strategi pemasaran
harus disesuaikan dengan kebutuhan. Perancang strategi pemasaran yang bersaing
dimulai dengan melakukan analisis pesaing secara lengkap. Perusahaan terusmenerus membandingkan nilai dan kepuasan pelanggan yang diberikan oleh
produk, harga, distribusi, dan promosi yang diberikan oleh pesaing. Dengan cara
itu perusahaan dapat mengenali potensi keunggulan dan kelemahannya (Kotler
dan Armstrong, 2004:77).
35
Menurut Sunny & Hor (2003:13), strategi pemasaran terfokus pada
mencari dan memberi kepada pelanggan, serta memiliki nilai yang berbeda untuk
mengembangkan bisnis. Strategi pemasaran sendiri juga bertujuan untuk
meningkatkan penjualan. (Assauri dalam Salim, 2004:17) mendefinisikan strategi
pemasaran sebagai “serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang
memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu,
pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya terutama sebagai
tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan
yang selalu berubah.
2.1.5.1 Segmentation, Targeting, Positioning (STP)
Dalam
konteks
pemasaran,
segmentasi
pasar
merupakan
mengidentifikasi dan mengkategorisasi kelompok pelanggan
upaya
berdasarkan
berbagai reaksi yang berpengaruh. (Chandra dkk, 117:2004)
1) Segmen dapat diidentifikasikan dengan tiga cara, pendekatan
tradisional dengan membagi pasar dalam kelompok-kelompok
demografi. Segmentasi berdasarkan demografi sendiri lebih condong
pada penentuan suatu sektor pada populasi daripada terhadap segmen
dalam suatu populasi.
Pendekatan kedua adalah melakukan segmentasi pasar kedalam
kelompok-kelompok kebutuhan.
Pendekatan ketiga adalah melakukan segmentasi pasar berdasarkan
kelompok kelompok prilaku. (Kotler 182:2004)
36
2) Targeting merupakan proses mengevaluasi dan membandingkan
berbagai segmen pasar serta memilih salah satu atau lebih diantaranya
sebagai pasar sasarn yang dinilai berpotensi yang paling besar untuk
dilayani secara efektif dan efisien. Perubahan selanjutkan akan
merancang bauran pemasaran sedemikian rupa sehingga bisa
mewujudkan return on sales (ROS) terbaik bagi perusahaan dan
sekaligus menciptakan nilai maksimum kepada para pelanggan.
(Chandra, dkk 128:2004).
3) Posisitioning adalah apa yang anda lakukan terhadap akal pikiran
calon-calon pelanggan anda. Oleh karena itu positioning tidak boleh
dilakukan secara sembarangan, positioning harus diputuskan sebelum
produk tersebut mulai dibuat.
2.1.5.2 Bauran Pemasaran
Adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
mencapai sasaran dalam pasar sasarannya. Kombinasi dan kegiatan pemasaran
akan menghasilkan keputusan mengenai bauran pemasaran yang meliputi
penentuan produk, harga, distribusi, dan promosi.
1. Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk
diperhatikan,
dimiliki,
dipakai
atau
dikonsumsi,
sehingga
dapat
memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk sebaiknya merupakan
definisi diri dari sebuah perusahaan dimana perusahaan tersebut berbisnis
37
Bagaimana cara perusahaan menentukan apa yang mereka jual.
(Kotler 2004:158).
1) Menjual sesutu yang pernah ada
2) Membuat sesuatu yang diminta oleh sesorang.
3) Mengantisipasi sesuatu yang mungkin akan diminta oleh seseorang.
4) Membuat sesuatu yang tidak pernah diminta oleh siapapun namun akan
memberikan para pembelinya kenikmatan besar.
Cara terakhir melibatkan resiko yang lebih besar, namun berpeluang untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar, yaitu dikatakan bahwa jangan
hanya menjual produk tapi jualah pengalaman. Serta juga membantu
konsumen untuk menggunakan produknya.
2. Harga
Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang serta pelayanannya. Harga merupakan
variabel yang dapat berubah dengan cepat karena adanya perubahan
faktor-faktor penyusunannya. Pendekatan yang standar untuk menetapkan
harga adalah dengan menentukan biaya pokok dan ditambah dengan
sejumlah mark-up. Namun biaya pokok produk sebenarnya tidak ada
hubungannya dengan pandangan pelanggan tentang nilai pokok tersebut.
Tujuan dari penetapan harga ialah memaksimalkan laba perusahaan,
memperoleh pangsa pasar, dan memperoleh keuntungan dari investasi
Bloom dan Boone, (2006:88).
38
Penentuan harga berdasarkan permintaan pasar. Harga dari sebuah produk
pada umumnya banyak ditentukan oleh seberapa sulitkah produk tersebut
dijual dan dipasarkan serta kegunaan dari produk itu sendiri bagi konsume.
Karena fungsi harga sendiri salah satunya ialah sebagai informasi tentang
nilai produk serta kekuatan dan kelemahanya. Permintaan akan produk
dan harga yang dibayarkan atas produk tersebut adalah hal yang mana
konsumen bersedia untuk berkorban diantara berbagai penawaran dari para
pesaing guna mendapatkan produk perusahaan.
3. Distribusi
Distribusi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
membuat produknya terjangkau dan tersedia bagi pasar sasarannya
sehingga konsumen dapat memperolehnya. Kunci dari distribusi sendiri
menurut Bloom dan Boone (2004:131) adalah dengan membuat produk
perusahaan tersedia pada waktu yang tepat bagi pasar target. Kesuksesan
datang ketika perusahaan mempermudah suatu produk yang dihasilkan
untuk lebih mudah didapatkan oleh pelanggan.
Terdapat sejumlah metode umum yang dapat digunakan guna membawa
atau menghadirkan produk ke hadapan konsumen diantaranya. Produsen
ke konsumen, pasar terbuka, penawaran dari pintu ke pintu, pameran
dagang, produsen ke grosir ke retailer ke konsumen.
4. Promosi
Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mengkomunikasikan dan menyampaikan produknya kepada pasar sasaran
39
dan membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut. (Kotler,
2004:18).
Roman dalam Salim, (2004:26) menjelaskan bahwa bauran promosi terdiri
dari liam kiat utama yaitu : iklan, pemasaran langsung, promosi penjualan,
publisitas, dan penjualan pribadi.
1)
Iklan
merupakan
bentuk
komunikasi
tidak
langsung
yang
menginformasikan keunggulan atau keuntungan suatu produk dalan
rangka mengubah pikiran seseorang agar melakukan pembelian
2)
Pemasaran langsung, melalui surat telpon dan alat penghubung non
personal lainaya
3)
Promosi
penjualan
adalah
bentuk
persuasi
langsung
untuk
merangsang pembelian atau meningkatkan penjualan.
4)
Publisitas dengan menyebarkan berita-berita komersial penting
mengenai produk tertentu dimedia massa seperti radio televisi.
5)
Penjualan pribadi adalah komunikasi langsung atau tatap muka antara
penjual dan calon pelanggan.
Variabel pemasaran tertentu dari pembahasan diatas ditunjukan dalam
Gambar 3.
40
Gambar 3. Empat Komponen Pemasaran Dalam Bauran Pemasaraan
Sumber: Kotler, (2002:18)
Bauran
pemasaran
merupakan
suatu
strategi
perusahaan
untuk
mengkondisikan konsumen mendapakan paket yang menguntungkan, didalam
menjadi pembeli suatu barang maupun jasa dari sebuah perusahaan. Namun
didalam aplikasinya suatu proses bauran pemasaran suatu perusahaan, kerap kali
tidak berlangsung dengan semestinya. sebuah proses bauran pemasaran ditunjukan
dalam Gambar 4.
41
Gambar 4. Proses Bauran Pemasaran
Sumber: Sunny & Hor, (2003:117)
Menurut T.H goh & kheng-Hor (2003:118) bahwa terdapat 3 langkah
kritis untuk proses bauran pemasaran dan memberi dampak langsung bagi strategi
pemasaran suatu perusahaan.
Langkah 1.
Melihat tujuan pemasaran suatu perusahaan, karena apabila suatu
perusahaan memiliki tujuan pemasaran yang jelas maka tujuan produk akan
memiliki banyak pilihan untuk di terapkan yang sesuai dengan perusahaan
Langkah 2.
Mengidentifikasi kendala atau masalah produk Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara mengetahui produk apa yang harus ditawarkan pada
42
konsumen, bagaimana produk harus dikemas diberi label dan merek, kemudian
jenis pelayanan sebelum dan sesudah penjualan.
Langkah 3.
Atasi kendala, setelah mengetahui tujuan dari produk dan mengidentifikasi
kendalanya maka yang kemudian dilakukan oleh perusahaan ialah memecahkan
permasalahan tersebut dan merumuskan strategi pemasaran yang tepat bagi
perusaha
Proses pemasaran sebenarnya saling terintegrasi hal ini dikatakan dalam
Lauterborn dalam Kotler dan Susanto, (1992:21) berpendapat bahwa 4P harus
dapat berhubungan dengan 4C dari sudut pandang pelanggan. Berdasarkan sudut
pandang penjual, 4P menujukan pandangan penjual tentang kiat pemasaran yang
tersedia untuk mempengaruhi pembeli, sedangkan dari sudut pandang pembeli
kiat pemasaran dirancang untuk memberikan maanfaat bagi pelangan. Hal ini
ditunjukan juga didalam strategi fungsional pemasaran dalam perusahaan.
Menurut
Stoner
(1996:273)
strategi
fungsional
bertujuan
untuk
menciptakan kerangka kerja untuk manajer dalam setiap fungsi seperti pemasaran,
produksi. Peran dalam fungsi
pemasaran sendiri adalah mencapai sasaran
perusahaan dengan menghasilkan produk/jasa yang menguntungkan di pasar
sasaran pemasaran. Pemasaran dalam strategi fungsional harus menjadi pedoman
bagi manajer pemasaran, strategi ini biasanya meliputi empat komponen yaitu;
1. Strategi fungsional untuk komponen produk dari fungsi pemasaran
harus secara jelas mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang akan
dipenuhi oleh produk/jasa.
43
2. Strategi fungsional untuk komponen tempat. Mengidentifikasi dimana,
kapan, dan oleh siapa produk/jasa ditawarkan.
3. Strategi fungsional untuk komponen promosi. Menetapkan bagaimana
perusahaan akan berkomunikasi dengan pasar sasaran.
4. Strategi fungsional untuk komponen harga. Strategi ini langsung
mempengaruhi permintaan dan penawaran, profitabilitas, persepsi
konsumen dan reaksi pembuat aturan. (Peach dan Robinson, 1997:404)
2.1.6. Analisis Lingkungan Pemasaran
2.1.6.1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan merupakan suatu kondisi yang ada dalam
perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi arah dan tindakan perusahaan yang
berasal
dari
internal
perusahaan,
analisis
lingkungan
internal
ini
menidentifikasikan kekuatan dan kelemahan yang menjadi landasan bagi strategi
fungsional perusahaan. Strategi fungsional tersebut terdiri dari aspek pemasaran,
aspek produksi dan operasi, aspek keuangan, aspek sumberdaya manusia serta
penelitian dan pengembangan. Kekuatan merupakan sumberdaya, keterampilan
atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani
oleh perusahaan. Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan
dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat
kinerja efektif perusahaan (Thompson, 1998 dalam Yanti, 2003:23).
44
2.1.6.2 Lingkungan Eksternal Perusahaan
Lingkungan eksternal perusahaan mempunyai ruang lingkup yang lebih
luas dari pada faktor internal. Pengamatan pada lingkungan eksternal dengan
mengidentifikasikan lingkungan makro, lingkungan mikro, dan kekuatan
lingkungan industri.
1) Lingkungan Makro
Lingkungan makro menggambarkan suatu situasi diluar perusahaan yang
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Perusahaan mengamati lingkungan
makro dengan melakukan penelitian dalam mengantisipasi lingkungan yang
mudah berubah, harus memperhatikan enam elemen yang dapat mempengaruhi
perusahaan dalam berusaha. Elemen-elemen tersebut meliputi lingkungan
demografi, ekonomi, lingkungan alam, teknologi, politik, dan hukum serta
lingkungan sosial budaya. Setiap komponen dalam lingkungan makro dapat
mempengaruhi perusahaan dalam menghadapi iklim persaingan dinamis.
(a) Lingkungan Demografi
Menurut Bloom dan Boone (2006:42), lingkungan demografi merupakan
karakter statistik dari pasar yang anda tuju, mencakup skala atau ukuran,
distribusi usia, komposisi keluarga, gabungan etnik, mobilitas, serta
distribusi strategis dan kesemua variable yang telah dituliskan menentukan
potensi dan daya beli serta perubahan-perubahan yang terjadi dipasar.
(b) Lingkungan Ekonomi
Faktor ekonomi spesifik yang umum dianalisis dalam lingkungan
pemasaran adalah tahap siklus bisnis, gejala inflasi, kebijakan keuangan,
45
kebijakan fiskal, dan neraca pembayaran (TH.Goh dan Kheng-Hor,
2003:47).
(c) Lingkungan Alam
Lingkungan alam dapat berubah menjadi rusak disebabkan ulah manusia.
Kerusakan lingkungan menyebabkan penipisan sumber daya alam, dan
penipisan ini akan mengakibatkan hubugan ekologis antara manusia dan
alam semakin tidak bersahabat. Tindakan bijaksana diperlukan dalam
mengantisipasi kekurangan bahan baku, meningkatnya biaya energi,
populasi penduduk, dan perubahan peran pemerintah dalam perlindungan
lingkungan hidup (Kotler, 2004:167).
(d) Teknologi
Lingkungan teknologi dapat mempengaruhi aktivitas pemasaran karena
teknologi memungkinkan untuk mengubah cara hidup dan pola konsumsi
manusia. Hasil yang optimal akan diperoleh jika didukung dngan
penggunaan teknologi yang modern misalnya komputer untuk kasir akan
mempercepat pembayaran (Kotler, 2004:169).
(e) Politik dan Hukum
Tindakan pemerintah juga akan mempengaruhi strategi yang dapat
memberikan peluang maupun hambatan usaha. Keuntungan ekonomi
merupakan salah satu alasan pemerintah memberi bantuan kepada
perusahaan, karena alasan keamanan dan tenaga kerja serta alasan lainnya.
Bantuan tersebut dapat berupa subsidi, proteksi, pembelian dalam jumlah
besar untuk barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan
46
kebijaksanaan yang mengarah pada perkembangan perusahaan (Bloom dan
Boone 2006:45)
(f) Lingkungan Sosial dan Budaya
Masyarakatlah yang membentuk keyakinan dan nilai dasar pada diri kita,
bentuk standar yang memerintahkan bagaimana kita berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain. Setiap daerah memiliki nilai dasar yang
berbeda mengenai, kebebasan, kepribadian, kepraktisan, pencapaian,
peningkatan, perikemanusiaan, kenyamanan dan kesehatan merupakan hal
yang penting untuk mengadaptasikan produk dengan nilai dasar budaya
yang dipegang oleh para konsumen (Bloom dan Boone 2006:44)
2) Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro menurut Kotler (2004:155), terdiri dari pelanggan,
pesaing, perantara pemasaran dan pemasok, pelanggan adalah individu dan rumah
tangga yang membeli produk atau jasa untuk dikonsumsi. Perusahaan dapat
berhubungan dengan data atau profil pelanggan dan tingkat permintaan dalam
menilai pelanggan.
Pesaing adalah perusahaan lain yang menawarkan produk sejenis atau
produk substitusi. Kategori pesaing perusahaan dapat berhubungan dengan
pesaing utama dan ketersediaan barang substitusi. Pemasok adalah pihak-pihak
yang menyediakan sumberdaya bagi perusahaan dan para pesaingnya untuk
memproduksi produk atau jasa tertentu. Ruang lingkup pemasok terbatas jika
perusahaan berhubungan dengan jumlah pemasok, ketersediaan bahan baku dan
kondisi ketenagakerjaan.
47
3). Lingkungan Industri
Lingkungan industri berada diluar perusahaan. Persaingan industri dapat
menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan sebuah perusahaan.
Kekuatan bersaing pada lingkungan industri bergantung pada lima faktor yaitu,
ancaman terhadap masuknya pendatang baru, kekuatan tawar manawar pembeli
(pelanggan), ancaman terhadap produk dan jasa substitusi (jika ada), kekuatan
tawar menawar pemasok, dan kekuatan antar perusahaan dalam industri.
Gambar 5, memperlihatkan lima faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan dalam
lingkungan industri.
Pendatang Baru
Kekuatan
pemasok
Persaingan antar perusahaan
dalam Industri
Kekuatan
pembeli
Produk atau jasa
substitusi
Gambar 5: Kekuatan-Kekuatan Dalam Persaingan Industri
Michael E. Porter dalam Rangkuti, (2006:11)
2.1.7. Perumusan strategi
48
2.1.7 Perumusan Strategi
2.1.7.1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) adalah suatu langkah
penutup dalam melaksanakan audit manajemen strategis, alat perumusan strategi
ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai
bidang fungsional dari suatu usaha, dan matriks ini juga memberikan dasar untuk
mengenali dan mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang ini.
2.1.7.2. Matriks External Factor Eveluation (EFE)
Matriks External Factor Evaluation (EFE) membuat ahli strategi
meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi,
lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan.
2.1.7.3. Matriks Internal-Eksternal (I-E)
1) Matriks Internal-Eksternal (I-E) sebagai tahap input dalam meringkas
informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi perusahaan.
2) Matriks ini merupakan gabungan dari lingkungan internal dan eksternal
perusahaan yang berisikan 9 macam sel untuk memperlihatkan kombinasi
dari matriks IFE dan EFE.
3) Menurut Whelem dalam Rangkuti, ( 2006:137) bahwa penentuan posisi
perusahan dapat juga menentukan matriks internal-eksternal (I-E) dengan
didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal.
49
2.1.7.4. Matriks SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan
adalah matriks swot matriks ini dapat menggambarkan secara jelas, bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan
empat set kemungkinan alternatif strategis.
1) Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya
2) Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yanag dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman
3) Strategi WO
Strategi ini ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada
4) Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
(Rangkuti 2006:31).
50
2.1.7.5. Matriks QSPM
QSPM adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi
strategi alternatif secara obyektif. Berdasarkan pada faktor-faktor kritis untuk
sukses eksternal dan internal yang dikenali sebelumnya, format dasar QSPM
terdiri dari faktor-faktor kunci eksternal dan internal dan baris teratas terdiri dari
strategi alternatif yang layak. Secara spesifik, kolam kiri QSPM terdiri dari
informasi yang diperoleh langsung dari matriks IFE dan matriks EFE, dalam
kolom yang berdampingan dengan faktor-faktor sukses kritis, dituliskan bobot
setiap faktor yang diterima dalam matriks IFE dan matriks EFE.
Baris paling atas dari QSPM terdiri dari strategi alternatif yang diturunkan
dari matriks SWOT matriks BCG, matriks IE, dan
matriks Grand Strategy.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan pada sejauh mana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal,
berapapun jumlah strategi dapat menyusun suatu set, tetapi hanya strategi dalam
set tertentu dievaluasi relatif terhadap yang lain (David 2004:199).
2.1.8 Strategi Generik
Menurut Porter dalam David, (2005:247) strategi generik adalah salah satu
pendekatan strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri
sejenis. Jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang
semakin ketat, perusahaan harus memilih prinsip berbisnis, yaitu produk dengan
harga tinggi atau produk dengan biaya rendah, atau bukan kedua-duanya.
Berdasarkan prinsip ini terdapat tiga strategi generik dapat dilihat pada Gambar 6.
51
Gambar 6 model Strategi Generik
Sumber: Porter, dalam David (2006:34)
Penjelasan untuk ketiga macam strategi diatas:
Strategi Diferensiasi. Strategi ini cirinya adalah bahwa perusahaan mengambil
keputusan untuk membangun persepsi pasar potensial terhadap suatu produk /jasa
yang unggul agar tampak berbeda dengan produk yang lain.
Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh. Cirinya adalah perusahaan lebih
memperhitungkan pesaing daripada pelanggan dengan cara memfokuskan harga
jual produk yang murah, sehingga biaya produksi, promosi maupun riset dapat
ditekan, bila perlu produk yang dihasilkan hanya sekedar meniru produk dari
perusahaaan lain.
Strategi Fokus. Cirinya adalah perusahaan mengkonsentrasikan pada pangsa
pasar yang kecil untuk menghindar dari pesaing dengan menggunakan strategi
kepemimpinan.
Menurut David dalam Umar, (2001:35) bahwa strategi generik dapat
dikelompokan atas empat kelompok strategi
A. Strategi integrasi vertikal.
52
Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang
lebih terhadap distributor, pemasok, dan para pesaingnya, misal melalui merger,
akuisisi atau membuat perusahaan sendiri.
B. Strategi intensif.
Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan
posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada.
C. Strategi diversifikasi.
Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. Strategi
ini makin kurang populer karena ditinjau dari tingkat kesulitan manajemen dalam
mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-beda.
D. Strategi bertahan.
Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakana
penyelamatan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Salah satu penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini,
adalah penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2003) dengan judul ”Strategi
Pemasaran Daging Sapi Segar (Kasus Pasar Swalayan Tip Top Jakarta)”.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya kebutuhan akan daging sapi
yang berkualitas tinggi oleh konsumen dan aktivitas pemenuhan yang dicapai
melalui hasil produksi lokal dan impor serta persaingan banyaknya usaha sejenis
dengan merebut pasar yang sudah ada.
53
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal
dan eksternal perusahaan yang merupakan peluang dan ancaman dari perusahaan
serta perumusan alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode destkriptif
dengan menggunakan alat analisis Martiks IFE dan EFE, I-E serta analisis SWOT
Dengan dilihat dari identifikasi matriks IFE dan EFE, maka akan didapat
kesimpulan dari strategi yang disarankan kepada perusahaan. Dalam matriks I-E,
maka strategi yang dapat digunakan adalah strategi pertumbuhan (Growth
strategic). Strategi ini di desain untuk mencapai pertumbuhan baik dalam
penjualan, aset, profit, atau kombinasi ketiganya.
Sementara penentuan alternatif strategi yang dihasilkan matriks SWOT
terdiri dari startegi SO, memanfaatkan letak perusahaan yang strategis sebagai
daya
tarik
dengan
mempertahankan
meningkatkan
memberikan
lingkungan
volume
kerja
penjualan,
desain
yang
interior
sehat.
memberlakukan
yang
Strategi
kerja
menarik
WO
serta
diantara
lembur,
serta
memperbaiki sistem manajemen pemasaran. Strategi ST seperti mempertahankan
harga jual yang kompetitif, memepertahankan kualitas produk, dan memanfaatkan
fasilits mesin-mesin dan peralatan. Strategi WT diantaranya yaitu meningkatkan
kualitas SDM, menerapkan customer relationship, memperbaiki pengendalian
persediaan, serta melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan promosi yang telah
dilakukan.
54
2.3. Kerangka Pemikiran
Penentuan strategi pemasaran perusahaan dalam penelitian ini diawali
dengan melihat tujuan awal dari berdirinya perusahaan, yaitu mendapatkan profit
dan mengembangkan usaha. Tahap pengumpulan data dilakukan sebagai landasan
analisis yang mengelompokan faktor-faktor strategis lingkungan internal seperti
keuangan, SDM, operasional serta pemasaran lalu lingkungan eksternal
perusahaan seperti kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
perkembangan teknologi yang berpengaruh pada PT. PMU.
Setelah proses terhadap lingkungan internal dan eksternal dilakukan
selanjutnya dilakukan pemberian rating dan bobot terhadap faktor-faktor strategis,
informasi tersebut dianalisis didalam matriks IFE dan EFE yang akan
menggambarkan faktor kunci internal dan eksternal, kemudian total skor dari
kedua matriks tersebut dipetakan kedalam matriks IE hal ini dilakukan untuk
melihat posisi perusahaan.
Situasi dari perusahaan yang bergerak dibidang bisnis yang memiliki
kesamaan produk maupun jasa, memungkinkan perusahaan untuk melakukan
pendekatan lain dalam strategi pemasaran, dengan acuan strategi generic dan
kondisi bauran pemasaran pada perusahaan yang berguna melihat kecocokan dari
strategi yang ditawarkan pada perusahaan. Matriks SWOT berfungsi untuk
mengetahui keunggulan dan kelemahan empat tipe strategi yang akan digunakan
perusahaan berdasarkan faktor-faktor strategis perusahaan. Hasil dari matriks
SWOT akan ditentukan menjadi alternatif strategi bagi perusahaan.
55
Alat bantu bagi pengambilan keputusan untuk penentuan strategi yang
sesuai adalah matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Matriks
QSPM merupakan teknik yang menunjukan strategi alternatif mana yang terbaik.
Pada matriks ini diberikan pembobotan yang sesuai dengan matriks IFE dan EFE,
kemudian dilakukan pemberian skor berdasarkan tingkat kemungkinan strategi
tersebut. Penjumlahan skor masing-masing strategi memperlihatkan bahwa
strategi yang paling cocok diterapkan terlebih dahulu pada perusahaan tersebut
adalah strategi yang memiliki total skor terbesar. Dapat dilihat pada Gambar 7
56
PT. Prisma Mahesa Unggul
Visi Misi danTujuan Perusahaan
Identifikasi Internal
Identifikasi Eksternal
Analisis Matriks IFE
Analisis Matriks EFE
Matriks IE
Strategi generic dan bauran pemasaran
Matriks SWOT Alternatif strategi pemasaran
Matriks QSPM
Prioritas Strategi Pemasaran PT.Prisma Mahesa
unggul
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Konseptual
57
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. PMU yang terletak di daerah Muara
Karang Utara, Jakarta Utara selama bulan November-Desember 2006 pemilihan
lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan dasar pertimbangan
PT. PMU merupakan contoh yang sesuai mengenai, penerapan strategi pemasaran
pada perusahaan yang bergerak dibidang peternakan, khususnya sapi potong.
Adanya ketersediaan data yang dibutuhkan didalam penelitian dan kesediaan
pihak manajemen perusahaan menjadikan perusahaanya sebagai lokasi penelitian.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat,
dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data
kualitatif yang diangkakan.
Data kualitatif diperoleh dari data primer yang diperoleh dari sumber
internal perusahaan, sumber data penelitian ini berasal dari pihak manajemen
perusahaan, yang digunakan untuk mengaudit lingkungan internal dan eksternal
yang menjadi dasar dalam perumusan strategi perusahaan.
Data kuantitatif diperoleh dari data sekunder yang didapat dari badan pusat
statistik, departemen pertanian dan instansi terkait, laporan perusahaan, literatur,
laporan penelitian terdahulu, serta berbagai kepustakaan yang relevan dengan
58
penelitian yang dilakukan. Sedangkan untuk data tersier diperoleh dari situs-situs
internet.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik observasi langsung di
lapangan, melalui wawancara dan pengisian kuesioner, pemilihan responden
dengan sengaja dan terdiri dari manajer beserta tenaga kerja. Wawancara dan
kuesioner dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
yang berpengaruh terhadap perusahaan serta penentuan bobot dan peringkat untuk
masing-masing faktor tersebut.
Data sekunder yang merupakan pelengkap data primer, diperoleh dari
data-data perusahaan mengenai pemasaran daging sapi potong, laporan
manajemen, laporan penelitian terdahulu, artikel serta literatur yang relevan
dengan masalah penelitian.
3.4. Metode Analisis Data
Analisis implementasi strategi bauran pemasaran dilakukan dengan cara
mendeskripsikan unsur-unsur bauran pemasaran (produk, harga, distribusi dan
promosi) yang dijalankan oleh perusahaan selama ini. Analisis ini digunakan
untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan, dari analisis segmentasi pasar
yang ada di perusahaan tersebut guna menentukan strategi pengembangan pasar
yang tepat sehingga mampu menembus pangsa pasar yang lebih luas.
59
3.4.1. Analisis Matriks IFE dan EFE
Penilaian internal ditunjukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Cara yang digunakan dalam melakukan
penilaian adalah dengan menggunakan internal factor evaluation matrix ( IFE).
Eksternal factor evaluation matrix (EFE) mengarahkan perumusan strategi
untuk merangkum dan dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya
teknologi dan informasi dari lingkungan industri.
Tahap-tahap untuk menentukan faktor-faktor lingkungan dalam matriks
IFE dan EFE adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi factor-faktor yang menjadikan kekuatan dan kelemahan
(lingkungan internal) dan kelemahan (lingkungan eksternal) dalam kolom 1
penentuan faktor-faktor tersebut dilakukan dengan cara diskusi antara pihak
perusahaan dengan pihak penulis
b. Beri bobot pada masing-masing faktor dalam kolom 2 dengan skala mulai
dari 3 (sangat penting) sampai dengan 1 ( tidak penting) pemberian bobot ini
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan,
jumlah dari pembobotan itu tidak boleh melebihi skor total 1,00 penentuan
bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis
internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen perusahaan dengan
menggunakan metode paired comparison, (Kinear & Taylor :1988).untuk
menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2 dan 3 skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah :
60
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indakator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indicator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indicator vertikal
Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis IFE dan EFE
Faktor Strtaegis Internal
A
B
C
…
Total
Faktor Strtaegis
Eksternal
A
B
C
…
Total
A
B
C
…
Total
A
B
C
…
Total
Bobot setiap variabel yang diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus
sebagai berikut yang bersumber dari Kinear dan Taylor, (1988 : 314)
α1 =
Xi
n
∑ Xi
i =1
Sumber: Kinear dan Taylor, (1988 : 314)
Keterangan:
α1
=
bobot variabel ke-1
Xi
=
nilai variabel ke-1
I
=
1,2,3 ...
n
=
jumlah variabel
61
c. Hitung peringkat (rating) dalam kolom 3 untuk masing-masing factor
dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding)sampai dengan 1( poor)
berdasarkan pengaruh factor tersebut terhadap kondisi perusahaan pada saat
dilakukan penelitian.
Untuk matriks EFE, skala nilai peringkat yang digunakan adalah;
1= rendah,respon kurang
2= sedang, respon sama dengan rata-rata
3= tinggi respon diatas rata-rata
4= sangat tinggi respon superior
Untuk matriks EFE, skala nilai peringkat yang digunakan yaitu;
1= kelemahan utama
3= kekuatan kecil
2= kelemahan kecil
4= kekuatan utama
Nilai dari tiap pembobotan tersebut dikaliakan dengan peringkat pada tiap
faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk
memperoleh nilai pembobotan hasil pembobotan dan peringkat (rating)
berdasarkan nilai analisis organisasi dalam matriks
Matriks EFE, total nilai yang dibobot antara 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5
total nilai 4,0 menunjukan organisasi secara efektif memanfaatkan peluang
dan mengatasi ancaman yang ada (David, 2004 : 132)
Matriks IFE, total nilai yang dibobot antara 1,0-4,0 dengan rata-rata 2 total
nilai diatas 2 menunjukan kondisi internal organisasi yang kuat, sedangkan
jika dibawah 2 menunjukan posisi internal yang lemah. Matriks EFE dan
matriks IFE ditunjukan pada Tabel berikut ini
62
Tabel 4. Matriks IFE
Faktor Internal
Kekuatan
1
2
Kelemahan
1
2
Total
Bobot
Rating
Bobot x Rating
1,00
Tabel 5.Matriks EFE
Faktor eksternal
Peluang
1
2
Ancaman
1
2
Total
Bobot
Rating
Bobot x Rating
1,00
3.4.2. Analisis Matriks I-E
Matriks I-E disusun berdasarkan dua dimensi kunci, yaitu skor bobot total
IFE pada sumbu x dan skor bobot total pada EFE pada sumbu y. Skor bobot total
1,00 hingga 1,99 merepresentasikan posisi internal yang lemah, skor 2,00 hingga
posisi rata-rata, dan skor 3,00 hingga posisi 4,00 posisi kuat. Matriks I-E dapat
dibagi dalam tiga daerah utama yang implikasinya strategi yang berbeda.
1) Bagi organisasi yang berada di sel I, II dan IV dideskripsikan sebagai
growth and build. Strategi intensif (integrasi kedepan, belakang,
horizontal ) atau strategi integrativ
63
2) Organisasi yang berada disel III, V dan VII dapat dikelola dengan
menggunakan
strategi
hold
and
maintain.
Penetrasi
pasar
dan
pengembangan produk merupakan dua strategi yang umum digunakan.
3) Ketiga organisasi di sel VI, VIII dan IX dapat menggunakan strategi
harvest and divest. Organisasi yang sukses dapat mencapai posisi di
sekitar I ( Tripomo & Udan, 2005: 163).
Total skor bobot IFE
Kuat
4,0
Tinggi
3,0
Total Skor
bobot EFE
Sedang
2,0
Rata-rata
3,0
Lemah
2,0
1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Rendah
1,0
Gambar 8. Matriks Internal-Eksternal
64
3.4.3. Analisis Matriks SWOT
Analisis SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk
membantu pihak-pihak dalam organisasi menghasilkan empat tipe strategi,
strategi SO, strategi WO, strategi ST, WT. Mencocokan faktor-faktor eksternal
dan internal kunci merupakan kesulitan terbesar dalam mengembangkan matriks
SWOT dan memerlukan penilaian yang baik serta tidak ada satupun kecocokan
terbaik.Delapan langkah untuk menyusun matriks SWOT yaitu :
a. Mendaftarkan peluang ekstrnal organisasi yang menentukan
b. Mendaftarkan ancaman eksternal organisasi yang menentukan
c. Mendaftarkan kekuatan internal organisasi yang menentukan
d. Mendaftarkan
kelemahan
internal
organisasi
yang
menentukan
mencocokan kekuatan internal dengan peluang ekstrnal dan mencatat hasil
strategi S-O
dalam sel yang tepat
e. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
hasil strategi W-O dalam sel yang tepat
f. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
hasil strategi S-T
g. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
hasil strategi W-T
65
Internal
Kekuatan – S
Kelemahan – W
Eksternal
Daftar Kekuatan
Daftar Kelemahan
Peluang – O
Strategi SO
Strategi WO
Daftar Peluang
Gunakan kekuatan untuk
Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
memanfaatkan peluang
Ancaman – T
Strtagei ST
Strtagei WT
Daftar ancaman
Gunakan kekuatan untuk
Meminimalkan
menghindari ancaman
kelemahan dan
menghindari ancaman
Gambar 9. Matriks SWOT
Sumber: David, (2006:287)
3.4.4. Matriks Quantitative Strategi Planning (QSPM)
Matriks QSPM adalah alat yang dapat digunakan untuk menetukan
prioritas strategi dengan melihat alternative strategi yang dapat diperoleh dari
matriks SWOT, berdasarkan pada faktor-faktor eksternal dan internal yang telah
diketahui
sebelumnya.
Menurut
David
(2004:200-201)
langkah
untuk
mengembangkan matriks QSPM sebagai berikut :
a. Mendaftarkan peluang/ancaman kunci eksternal dan kekuatan/kelemahan
internal dalam kolom kiri dari QSPM. Informasi ini diambil dari matriks
EFE dan IFE.
b. Memberikan bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal.bobot ini
identik dengan yang dipakai dalam matriks EFE dan IFE.
c. Memeriksa tahap-tahap (pencocokan) matriks dan mengidentifikasi
strategi alternatif yang harus dipertimbangkan oleh organisasi untuk
diimplementasikan.
66
d. Menetapkan nilai daya tarik (AS) yang menunjukan daya tarik relatif dari
tiap strategi terhadap strategi lainya.
e. Menghitung total nilai daya tarik yang merupakan hasil perkalian bobot
(langkah 2) dengan nilai daya tarik (langkah 4).
f. Menghitung jumlah total nilai daya tarik nilai ini menunjukan strategi
manakah yang paling menarik dari alternatif strategi yang ada semakin
tinggi nilai totalnya, maka strategi tersebut semakin menarik.
3.5. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Manajemen Strategi.
Sebagai seni dan ilmu dalam memformulasikan mengimplementasikan dan
mengevaluasi keputusan antar fungsi yang memungkinkan organisasi
mencapai tujuanya.
2. Pemasaran
Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan kebutuhankebutuhan dan keinginan-keinginan yang belum terpenuhi, menentukan dan
mensyukuri besarnya dan potensi keuntungannya menentukan mana sajakah
pasar target yang paling dapat dilayani oleh organisasi, memutuskan berbagai
produk, jasa, dan program apa saja yang paling tepat untuk melayani, semua
pasar yang sudah dipilih sebelumnya, dan mengajak setiap orang dalam
organisasi untuk selalu berpikir dan melayani para pelanggan.
67
3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Yaitu matriks yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor lingkungan
internal (kekuatan dan kelemahan) parameter yang digunakan dalam
mengukur matriks IFE adalah;
1= kelemahan utama
2= kelemahan kecil
3= kekuatan kecil
4= kekuatan utama
4. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
yaitu matriks yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor lingkungan
eksternal (peluag dan ancaman) parameter yang digunakan dakam mengukur
matriks EFE adalah;
1= rendah respon kurang
2= sedang respon sama rata-rata
3= tinggi,respon diatas rata-rata
4= sangat tinggi respon superior
5. Analisis SWOT
Yaitu suatu analisis untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peluang
serta ancaman guna merumuskan strategi perusahaan.
6. Matriks QSPM
Adalah alat yang memungkinkan ahli strategi alternatif secara objektif
7.
Feedlot
Adalah tempat penggemukan sapi potong. Biasa digunakan bagi perusahaan
yang bergerak dibidang penggemukan sapi potong atau importir, sebagai
supllier bagi usaha pemotongan.
68
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah PT. Prisma Mahesa Unggul
PT. Prisma Mahesa Unggul (PMU) merupakan suatu perusahaan yang
bergerak dibidang penjualan daging sapi potong berikut dengan jasa pemotongan
sapi hidup yang telah dipesan, sapi-sapi yang berada didalam PT. PMU sebagian
besar ialah sapi impor berasal dari australia. PT. PMU merupakan salah satu
dalam unit bisnis dari sebuah Holding company “Sahabat indonesia”. Yang
bergerak dibidang distributor electric maintenance
PT. PMU berdiri pada 19 april 2001 didirikan oleh Bapak Probo Prasetyo.
Sebagai pemilik holding company yang juga menjabat sebagai direktur utama
pada divisi lainya. Ide atau gagasan awal untuk mendirikan PT. PMU karena
hobinya terhadap bisnis dibidang peternakan, khususnya sapi. Dimulai dari alasan
sederhana tersebut mulai dijalankan sistem bisnis awal perusahaan dengan
menjadi importir sapi dan memiliki feedlot di daerah Ciamis Bandung namun
karena sistem pembayaran yang tidak berjalan dengan baik, yaitu piutang tak
tertagih, akhirnya pada tahun 22 agustus 2004 feedlot tersebut ditutup.
Dengan kejadian tersebut PT. PMU membuat sistem baru, dimulai dengan
membangun TPH (tempat pemotongan hewan) di daerah Parung dan PT. PMU
tidak lagi melayani pembelian sapi dengan cara hutang. Adapun pembelian
maupun jasa pemotongan produk dibayar dengan cara tunai untuk menghindari
kerugian. Pembelian dan penyediaan produk diawali dengan membeli sapi yang
siap dijual dari importir, seperti PT. Juang Jaya dan PT. Eldres yang berada
69
daerah Lampung dan Cileungsi. Pembelian sebanyak 4 rit perbulanya dimana 1 rit
terdapat 13 sapi, setelah sapi berada di TPH PT. PMU sapi kemudian dijual
dengan mayoritas pembelinya para pedagang tradisional. Dengan menggunakan
sistem menjual sapi hidup utuh secara langsung, dalam bentuk karkas.Untuk
pemasaran produknya PT. PMU menjual kepada pedagang tradisional yang
kebanyakan berasal dari daerah Ciputat, Depok dan Cisalak.
Dalam perkembanganya pemasaran sapi dari PT. PMU mulai dikenal oleh
konsumennya melalui informasi yang disampaikan antar pedagang. Keinginan
konsumen untuk mendapatkan produk yang berkualitas dan mencari perusahaan
sapi potong yang dapat menyediakan harga yang lebih murah, atau paling tidak
dapat menggunakan sistem hutang, dirasakan sebagai tantangan terberat bagi
perusahaan
untuk dipenuhi. Tetapi dengan kedekatan antar pembeli, dengan
perusahaan dirasa sebagai saat yang tepat untuk mengkomunikasikan kepada
konsumen bahwa keinginan perusahaan untuk dapat mendapatkan profit dan
konsumen mendapat produk yang baik.
4.2.Lokasi PT. Prisma Mahesa Unggul
Kantor PT. PMU berlokasi di Muara Karang Utara komplek pergudangan
blok D/1A Jakarta Utara dan TPH yang berada di jalan Kampung Pasiran RT
03/RW 01 kelurahan Sawangan Depok, yang terdiri dari 3 kandang sapi serta
tempat pemotongan dimana terdapat saluran limbah dan timbangan sapi. Jarak
TPH
perusahaan dengan pemukiman penduduk kurang lebih 200 meter dengan
pembatas berupa tembok setinggi 2 meter. Lokasi perusahaan yang berada di 2
70
daerah yang berbeda diharapkan bisa memaksimalkan fungsi bagi pemasaran
produk di kedua lokasi tersebut.
4.3. Visi dan Misi PT.Prisma Mahesa Unggul
PT. PMU belum memiliki visi atau misi secara tertulis, selama ini segala
aktivitas perusahaan selalu mengacu pada tujuan berdirinya perusahaan yaitu
profit dan memuaskan konsumen dengan produk yang berkualitas. Dengan cara
inilah masing-masing manajer perusahaan memiliki versi sendiri dalam
mewujudkan tujuan dari perusahaan. Visi perusahaan antara lain berdasarkan
masing-masing manajer ialah
Visi : “ mendapatkan profit dengan menjaga
kualitas produk dan hubungan baik dengan konsumen”. Misi : “ mempertahankan
kualitas produk yang baik dan memperhatikan keinginan konsumen”.
4.4. Tujuan dan Manfaat PT. Prisma Mahesa Unggul
Adapun tujuan berdirinya PT. PMU adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan tempat pembelian sapi potong berikut dengan pemotongannya
yang higienis dengan harga yang kompetitif bagi para konsumen
2. Meningkatkan konsumsi daging sapi bagi masyarakat
Manfaat PT. PMU bagi berbagai pihak:
1. Bagi pembeli : harga jual yang kompetitif, banyaknya variasi tempat
2. Bagi perusahaan : kenaikan pendapatan
3. Bagi aspek sosial :penciptaan lapangan pekerjaan.
71
4.5. Struktur Organisasi Dan Ketenagakerjaan
Dalam aktivitas usahanya PT. PMU merupakan Holding Company yang
dikelola oleh perusahaan induk, yang memiliki seorang direktur utama sekaligus
pemilik dari semua divisi di dalam PT. Sahabat Indonesia. Direktur utama
memiliki tugas sebagai penentu kebijakan yang berkaitan dengan sistem bisnis
maupun perencanaan usaha selanjutnya, bentuk dari tugas yang dikerjakan antara
lain penanaman bagi perusahaan, perundingan dengan manajer yang terkait guna
penentuan aktivitas bisnis perusahaan ke depan.
Direktur utama membawahi tiga manajer, yaitu manajer pemasaran
manajer pemeliharaan dan opersional, manajer keuangan masing-masing manajer
membawahi dan bekerjasama dengan staf dan tenaga lepas, dalam melaksannakan
tugasnya. Bagian struktur organisasi PT. PMU dapat dilihat pada Gambar 10.
Direktur utama
Manajer
pemasaran
Manajer keuangan
Staf keuangan
Akunting
Manajer operasional
Tenaga kerja lepas
Gambar 10. Struktur Organisasi PT. PMU
72
1. Direktur Utama : memiliki tugas dan wewenang sebagai pengambil keputusan
yang terkait dengan PT. PMU.
2. Manajer Pemasaran : memiliki tugas yang berkaitan dengan pemasaran produk
dan melayani penjualan, serta melakukan penagihan pembayaran pada
pedagang tradisional.
3. Manajer Pemeliharaan dan operasional: memiliki wewenang yang berkaitan
dengan pemilihan yang baik pada saat pembelian pada importir, mengontrol
sapi pada saat di TPH dan pakan produk kebersihan kandang, serta proses
pemotongan.
4. Manajer Keuangan : manajer keuangan yang bertanggung jawab dalam
perusahaan mengenai pengendalian kas serta pembayaran biaya operasional
sapi yang berada di TPH maupun kantor PMU. Juga pembuatan laporan
pembukuan dan gaji pekerja yang harus dibayar. Dalam hal ini manajer
keuangan dibantu oleh 1 orang staf keuangan, serta 1 orang akunting guna
melihat keuangan perusahaan.
Saat ini PT. PMU memiliki karyawan berjumlah 15 orang yang memiliki
bermacam disiplin ilmu, jumlah karyawan tersebut terdiri dari 1 orang sebagai
pemilik dan penanam modal, 3 orang menjabat di bagian manajer serta 1 orang
staf keuangan dan 1 orang akunting berikut dengan 10 orang tenaga lepas yang
diperbantukan sebagai tenaga penjualan dan operasional TPH. Sementara itu
tingkat pendidikan karyawan di PT. PMU mulai dari tingkat SMU atau sederajat
sampai strata -1 (S1). Tingkat pendidikan karyawan PT. PMU dapat diihat pada
Tabel 5.
73
Tabel 6. Tingkat Pendidikan karyawan PT. PMU
Tingkat Pendidikan
S1
SMU atau sederajat
Jumlah
Jumlah
6
9
15
Sumber: PT. PMU 2006
PT. PMU buka setiap senin-jumat sedangkan bagi TPH sendiri buka setiap
hari yakni hari senin-minggu, bagi manajer selaku pengawas rotasi pengawasan
untuk TPH dibagi dengan cara kordinasi antara 3 manajer hanya 1 manajer yang
tetap berada di TPH dan libur per 3 hari setelah masa kerja. Untuk aktivitas kantor
PT. PMU dimulai pada pukul 08.00-17.00 sementara itu untuk TPH dimulai jam
21.00-04.00 dinihari.
Gaji karyawan ditentukan menurut jabatan atau jenis pekerjaan. Sistem
gaji perusahaan untuk karyawan tetap berkisar antara Rp1.500.000-4.000.000
sementara untuk tenaga kerja lepas berkisar antara Rp 300.000-Rp 450.000.
4.6. Kondisi PT. PMU
PT. PMU mulai diresmikan pada 19 april 2001 pada awalnya perusahaan
ini bergerak pada bisnis impor sapi potong, namun dikarenakan buruknya
pengelolaan manajemen perusaahaan, PT. PMU akhirnya menutup feedlot-nya di
daerah Ciamis dan pindah ke Parung pada 23 agustus 2004. Dengan mengganti
sistem bisnisnya perusahaan menjadi pedagang sekaligus pemotongan serta
memiliki TPH sendiri. Sapi yang dijual pada umunya sapi impor asal Australia.
Perusahaan sendiri membagi aktivitas dalam 2 bagian, yaitu kantor perusahan dan
TPH perusahaan untuk tenaga kerja yang berada di kedua tempat. PT. PMU
74
memperkejakan karyawan tetap sebanyak 6 orang dan tenaga kerja lepas 10 orang
adapun dengan perincianya ialah
1. 6 orang karyawan terdiri 1 orang direktur utama, 3 manajer, 1 staf keuangan, 1
akunting
2. 10 orang tenaga lepas yang terdiri dari tukag jagal, tenaga penjualan daan
tenaga operasional
Adapun
pendapatan
yang
diperoleh
perusahaan
berkisar
Rp
421.200.000/bulan dan Rp 5.054.400.000/tahun. Pada saat tersebar pengguaan isu
Anthrax dan penggunaan daging tikus pada bakso, pendapatan perusahaan
menurun dikarenakan konsumen sapi potong juga ialah sebagian besar, ialah
penjaja makanan olahan seperti pedagang bakso dan konsumsi untuk rumah
tangga.
Berdasarkan kondisi tersebut PT. PMU berusaha meyakinkan konsumen
bahwa sapi potong yang berada di PT. PMU bebas dari penyakit, dengan cara
pemeriksaan
pada saat sapi sampai di TPH hingga, dengan saat sebelum
pemotongan dan juga penjagaan kualitas berupa pemberian pakan serta penjagaan
kebersihan kandang.
4.7.Strategi Pemasaran PT. PMU
Strategi awal perusahaan dianalisis melalui aspek pemasaran salah satunya
ialah, bauran pemasaran. Dengan begitu dapat diperlihatkan bentuk awal dari
perusahaan dengan sistem bisnis yang lama guna mengidentifikasi kesulitan pada
75
sistem pemasaran perusahaan serta sebagai rujukan perumusan strategi pemasaran
yang tepat.
1
Tempat: PT. PMU pada awalnya merupakan perusahaan yang bergerak
dengan menggunakan sistem bisnis sebagai importir kapasitas feedlot yang
cukup untuk menampung 1000 ekor sapi potong, merupakan tempat yang
digunakan untuk menjual sapi dengan pasar didaerah Cileungsi Bandung.
Tapi dikarenakan kerugian PT. PMU mengganti sitem bisnisnya.
Kepindahan PT. PMU didaerah Sawangan mengubah sistem bisnisnya dari
keadaan semula sebagai importir menjadi tempat penjualan sapi potong
berikut dengan tempat pemotonganya. PT. PMU memiliki rantai distribusi
yang dimulai, dari supplier yang berasal dari Lampung dan Cileungsi yang
kemudian setelah pembelian sapi potong berada di TPH Parung untuk
menunggu pembeli.
2
Produk:
PT. PMU merupakan perusahaan yang menjual sapi potong
sebagai produk utama. Sapi yang dijual PT. PMU merupakan sapi impor
dengan berat rata-rata 350-400. sapi potong yang dijual PT. PMU
memiliki keunggulan dibandingkan dengan sapi potong yang dimiliki oleh
pesaing mereka, dilarenakan tidak adanya riwayat tentang penyakit yang
dialami oleh sapi potong yang dijual oleh PT. PMU. Juga dengan
tersedianya stok sapi potong yang dimiliki oleh PT. PMU sehingga
mampu menutupi disaat permintaan akan sapi potong sedang mengalami
peningkatan.
76
3
Promosi: PT. PMU memiliki tujuan mendapatkan loyalitas dengan cara
silaturahmi service hal ini digunakan agar pelanggan dapat terus membeli
tetap pada 1 penjual. Promosi yang dilakukan PT. PMU lebih bergantung
kepada cara mulut ke mulut (word of mouth promotion), promosi kerap
kali hanya diterapkan pada hari raya dengan cara penyebaran atau
penempelan brosur.
4
Penetapan Harga: Penjualan sapi potong berada di kisaran jumlah antara
150-300 juta/ bulanya dengan asumsi penjualan sapi terendah.seharga Rp
18.000/kg. Harga ditetapkan melalui survey pasar serta dengan
penyesuaian terhadap sapi potong impor.
77
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Lingkungan pemasaran perusahaan memiliki dua komponen yaitu, internal
dan eksternal. Analisis lingkungan internal, mengacu pada lingkungan yang ada
didalam perusahaan. Aspek-aspek yang berada didalamnya seperti operasional,
keuangan, sumberdaya manusia serta pemasaran sangat, berpengaruh terhadap
identifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sedangkan analisis lingkungan
eksternal berfungsi untuk, melihat peluang dan ancaman yang didapat oleh
perusahaan pada aktivitas bisnisnya.
Hasil analisis ini, akan dapat menunjang pada perumusan strategi
pemasaran yang sesuai bagi perusahaan setelah, sebelumnya disesuaikan dengan
kekuatan, kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan.
5.1.1. Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan aspek-aspek penting yang ada didalam
area fungsional bisnis perusahaan. Melalui identifikasi faktor-faktor kekuatan dan
kelemahan perusahaan dapat terlihat. Analisis lingkungan internal perusahaan
yang efektif dapat menjadi landasan yang stabil dalam penggunaan, sumber daya
perusahaan guna melihat dan memanfaatkan peluang serta mengatasi ancaman
pada lingkungan eksternal perusahaan. Lingkungan internal yang dianalisis ialah
meliputi : Aspek operasional, keuangan, sumberdaya manusia, pemasaran.
78
5.1.1.1. Aspek Operasional dan Pemeliharaan
Kegiatan utama PT. PMU adalah menjual sapi potong hidup, berikut
dengan jasa pemotongan. Perusahaan sendiri berusaha selalu menyediakan sapi
potong yang berkualitas baik. Adapun tata cara pengadaan produk diperlihatkan
pada Gambar 11
Pembelian
Penjagalan atau Pemotongan
Penjualan
Gambar 11. Pengadaan Sapi potong pada PT. PMU
Sumber : Wawancara pada PT. PMU. 2006
1. Pembelian
Pengadaan sapi dilakukan dengan cara pemesanan maupun pembelian
langsung ke supplier yang berasal, dari Lampung dan Cileungsi, Jawa Barat,
sejumlah empat rit perbulan, dimana satu rit berisi tiga belas ekor sapi, dengan
umur 2,5-3 tahun. Sapi diantarkan setelah pemesanan satu hari sebelumnya, sapi
diantarkan dengan melalui jalur transportasi darat. Jika berada diluar daerah, PT.
PMU mengirimkan tenaga kerja untuk memilih langsung. Pemesanan sapi sendiri
dapat dilakukan dengan frekwensi sebanyak satu bulan dua kali hanya jika
didalam kandang menyisakan 2-3 ekor sapi.
79
2. Penjagalan atau Pemotongan
Setelah sapi diterima oleh Tempat Pemotongan Hewan (TPH) PT. PMU,
yang merupakan pusat pemotongan sekaligus penjualan sapi potong perusahaan,
sapi terlebih dahulu dimasukan ke kandang atau diistirahatkan selama dua hari
dengan tujuan agar pada saat waktu penyembelihan, darah dapat keluar sebanyak
mungkin. Dikarenakan kuatnya sapi meronta dan pengeluaran darah dapat dengan
sempurna. Hal ini dimaksudkan agar ternak tidak mengalami stress dan
menurunkan kualitas daging dari hasil pemotongan.
Setelah sapi dibeli apabila konsumen menginginkan pemotongan ditempat
maka proses pemotongannya ialah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan oleh petugas
Setelah sapi diperiksa oleh petugas dan dinyatakan sehat, lalu sapi dibawa
keluar dari kandang dengan mengikuti rute kandang menuju tempat pemotongan.
Setelah itu tubuh dan lantai sapi disiram dengan air dingin menggunakan selang,
dengan maksud agar tubuhnya menjadi bersih dan terjadi kontraksi yang
menyebabkan darah dibagian tepi tubuh, menuju kebagian dalam tubuh pada saat
dipotong, dapat mengeluarkan darah sebanyak mungkin. Serta memudahkan
pengulitan juga memudahkan sapi untuk terjatuh, dikarenakan lantai yang telah
licin disiram dengan air dingin.
b. Penyembelihan
Ternak disembelih dengan melafadzkan basmallah dan menghadap kiblat.
Setelah bagian-bagian kulit dan otot terpotong, dilakukan pengeluaran darah
80
dengan pisau yang menusuk leher kearah jantung, untuk menghindari pencemaran
kulit dan karkas dari kotoran atau sisa saluran pencernaan. Sapi harus benar-benar
sudah mati, setelah itu baru aman memisahkan kepala sapi dari tubuhnya.
c.Pengulitan
Setelah sapi selesai disembelih kemudian dilakukan pengulitan. Yaitu
dengan posisi tubuh sapi berada diatas dan kepalanya dibawah, menggunakan alat
penggantung khusus dan setelah itu dimulai pengulitan untuk mendapatkan
karkas.
d. Penimbangan dan penyiapan karkas
Penyiapan karkas atau daging utuh dari sapi, ialah dengan cara,
diantaranya: Pemisahan kepala dari tubuh ternak, pengulitan kepala, pemisahan
keempat kaki dan pengulitan tubuh lalu selanjutnya karkas ditimbang dan
diberikan pada konsumen.
3. Penjualan
Penjualan sapi biasanya dilakukan setelah konsumen menerima karkas
yang diminta. pembayaran dapat langsung dibayar ditempat, atau pembayaran
yang sekarang ini dilakukan oleh konsumen. Yaitu pembayaran pada saat sapi
telah dijual dipasar. Pekerja PT. PMU yang ditugaskan untuk menagih
pembayaran, biasanya melakukan penagihan pada pagi hari setelah malam
pemotongan.
81
5.1.1.2. Aspek keuangan
Pembahasan aspek keuangan PT. PMU dilihat dari modal awal setelah
penutupan feedlot. Kemudian, perusahaan mulai membuka TPH. Investasi awal
usaha PT. PMU ialah sebesar Rp 600.000.000 dan pendapatan utama perusahaan
dari penjualan sapi, melalui harga jual per kilo sapi hidup ialah sebesar Rp 18.000,
dengan berat rata-rata seekor sapi 450 kg. Maka, dengan begitu harga seekor sapi
ialah Rp 8.100.000. Dalam 1 minggu penjualan sapi PT. PMU, sebanyak 1 rit atau
sebanyak 13 sapi maka dalam 1 bulan, penjualan sapi ialah sejumlah 52 ekor.
Dengan begitu, pendapatan perusahaan sebesar Rp 421.2000.000/bulan dan
pendapatan per tahun sebesar Rp 5.054.400.000.
Tabel 7. Harga Karkas dan Jenis Sapi PT. PMU
Komponen
Harga (Rp per kg)
Karkas
Bull
Hyper
18.000
19.000
18.000
Cow
17.500
Sumber: PT. PMU 2006
5.1.1.3. Aspek Sumber Daya Manusia
Jumlah karyawan secara keseluruhan
PT. PMU berjumlah 15 orang.
Terdiri dari 1 orang direktur utama, 3 orang manajer yang terbagi menjadi
manajer pemasaran, operasional, keuangan, lalu 1 orang staf keuangan dan 1
orang akunting. Ditambah dengan 10 orang tenaga kerja lepas yang berada di
82
TPH. Komposisi tenaga kerja perusahaan saat ini adalah 5 orang sarjana
kemudian kombinasi jenjang pendidikan dari SD-SMU sebanyak 10 orang.
Dengan karyawan yang berjumlah 15 orang pekerjaan masing-masing
divisi seringkali tercampur, antara divisi satu dengan yang lainya, peran manajer
sebagai pihak pengawas sekaligus perencana seringkali tidak maksimal. Pada saat
waktu kerja aktif dikantor PT. PMU antara pukul 09.00-16.00, manajer seringkali
tidak berada dikantor dikarenakan waktu kerja TPH yang berlainan. TPH mulai
aktif pada pukul 21.00-04.00 dinihari, dan hanya 3 manajer yang berkaitan
menjadi pengawas.
Perekrutan yang dilakukan untuk mendapatkan karyawan hampir sama
dengan sistem perusahaan pada umumnya. Yaitu dengan cara melamar dan
mewawancarai para pelamar. Kecuali, untuk tenaga lepas, PT. PMU mencari dari
masyarakat sekitar yang berpengalaman. Kesejahteraan karyawan telah menjadi
tanggung jawab dari perusahaan, seperti dengan adanya TPH dan upah untuk
pemotongan bagi tenaga lepas.
5.1.1.4. Aspek Pemasaran
PT. PMU memiliki 1 orang manajer pemasaran. Dengan di bantu oleh
tenaga lepas yang di miliki oleh perusahaan yang juga merangkap sebagai tenaga
penjualan. Manajer pemasaran bertugas mensurvey pasar guna menyusun rencana
pemasaran, berdasarkan informasi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran
untuk menyusun strategi pemasaran yang tepat. Adapun penyusunan berdasarkan
pengumpulan informasi perusahaan di dalam bauran pemasaran sebagai berikut.
83
1. Produk
Produk yang ditawarkan oleh PT. PMU adalah sapi potong impor.
Penyediaan sapi berikut dengan jasa pemotongan-nya apabila diinginkan oleh
konsumen. Selama ini sapi dibeli melalui importir dalam keadaan sudah siap
potong. Dengan berat sapi sekitar 350-400Kg. Pemesanan sapi dilakukan setelah
kapasitas stok di TPH menyisakan, 2-3 ekor sapi. Dalam hal kualitas sapi, yang
ditawarkan oleh perusahaan selama ini belum memiliki riwayat terkena serangan
penyakit ataupun memiliki kualitas daging yang kurang baik.
Dalam hal pelayanan terhadap konsumen, keluhan maupun kritikan yang
berkaitan dengan produk diberi perhatian lebih, dengan cara berbicara langsung
dengan manajer yang berada di TPH. Hal ini diterapkan untuk mendapatkan
loyalitas konsumen, Perusahaan selama ini disulitkan diantaranya dengan isu
penyakit tertentu dan efek produk pada dampak inflasi maupun kurs dollar, tetapi
kesulitan dari perusahaan sebenarnya datang dari produk, yang tidak memiliki ciri
yang ditawarkan pada usaha sejenis. Dengan adanya kendala tersebut seharusnya
perusahaan, dapat mencampur produk sapi potong impor dengan sapi potong
lokal, dengan cara mengaktifkan kembali feedlot yang telah ditutup. Dengan
begitu PMU bisa menggunakan 2 divisi yaitu divisi ternak dan divisi daging.
2. Promosi
Suatu produk yang bermutu atau berkualitas sekalipun, tidak akan dapat
membuat konsumen untuk datang dan membeli, oleh karena itu untuk
mengkomunikasikan produk dari perusahaan dibutuhkanlah promosi. Dalam hal
84
ini promosi yang dilakukan oleh PT. PMU meliputi pelayanan kepada pelanggan
dengan baik, diantaranya dengan kecepatan pelayanan dan keramahan karyawan,
serta tenaga kerja lepas pada pelanggan. Berikut juga dengan tanggapan langsung
keluhan dari pelanggan.
Dari kegiatan periklanan sampai saat ini perusahaan hanya melakukan
aktivitas periklanan melalui brosur maupun leaflet. Mengenai penyediaan produk
sapi potong berikut dengan jasa pemotongannya. Aktivitas seperti ini dilakukan
hanya pada saat waktu tertentu, misalkan Idul Adha, melalui mesjid-mesjid dan
pedagang. Selama ini perusahaan hanya mengandalkan promosi melalui
konsumen yang juga merupakan pedagang, dalam memasarkan produk. Promosi
didalam PT. PMU minimal dan berjalan tidak kontinu sehingga informasi
terhadap konsumen dan kesempatan memperluas pasar menjadi lebih sedikit.
Aktivitas promosi perusahaan seharusnya dapat lebih maksimal, apabila
terus menerus perusahaan menyampaikan informasi mengenai keunggulan produk
perusahaan.yaitu, fakta bahwa sampai sekarang produk sapi potong yang
dihasilkan
perusahaan
belum
pernah
terkena
penyakit
tertentu
atau
memaksimalkan fungsi tenaga lepas perusahaan yang memiliki informasi
mengenai pasar tertentu, dan akses yang memadai pada konsumen dikarenakan
kedekatan kultur suatu daerah, sehingga informasi yang ingin disampaikan oleh
perusahaan terhadap konsumen diharapkan dapat dengan mudah diterima.
85
3.Distribusi
Tempat atau saluran distribusi meliputi pemasok, pemilihan lokasi
penjualan serta distribusi produk pada konsumen. Sapi yang dipasarkan oleh
PT. PMU dibeli dari beberapa importir, diantaranya ialah PT. Eldres, Juang Jaya
di Lampung dan Cieleungsi. Sebelum melakukan pembelian PT. PMU terlebih
dahulu melihat profil importir dari produk yang ditawarkan, seperti mutu sapi
serta kontinuitas stok dan pasokan, hal ini dilakukan agar perusahaan dapat
dengan mudah menjaga stok produk sekaligus reputasi perusahaan pada
konsumen. Untuk memastikan produk dapat diakses oleh konsumen, maka hal
yang harus terdapat di perusahaan ialah pemilihan lokasi, dalam hal ini PT. PMU
memilih lokasi yang strategis, dekat dengan jalan utama menuju pasar Parung
Ciputat dan Cisalak. Konsumen utama perusahaan ialah pedagang tradisional
yang juga berasal kebanyakan dari ketiga daerah tersebut. Konsumen ini juga
sebagai perantara pemasaran bagi konsumen selanjutnya. Cara pembelian sendiri
biasanya dilakukan oleh para pedagang sekaligus sebagai konsumen yang
mendatangi TPH langsung dan memilih sendiri sapi yang diinginkan.
Permasalahan yang terjadi pada aspek distribusi ialah cakupan pasar,
maupun konsumen yang kurang luas dalam hal ini, seharusnya perusahaan bisa
menjadi juga pedagang tradisional, dengan menghampiri konsumen di pasar
langsung dan rumah makan yang memiliki bahan baku daging sapi potong.
Dengan cara memotong sapi sendiri dan mengatur pembagian daging antara pasar
86
tradisional dan supllier rumah makan. Dengan adanya perkembangan teknologi
seperti pendingin untuk penyimpanan daging.
Apabila perusahaan ingin mengaktifkan kembali fungsi feedlot maka
perusahaan dapat membagi jenis usaha dan memperluas pasar, karena dengan
sendirinya perusahaan dapat berada langsung di tiap rantai distribusi sebagai
pemasok dan memiliki tempat pemotongan sendiri.
4. Harga
Harga merupakan salah satu faktor didalam elemen bauran pemasaran
yang menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Dalam hal ini PT. PMU
menetapkan harga jual dari produknya sejumlah Rp 18.000/kg sapi. Penetapan
harga tersebut merupakan bentuk dari keputusan perusahaan, dari pembelian
melalui importir sejumlah Rp16.000/Kg sapi hidup, dan juga setelah melihat
harga dipasaran. Hal yang menjadi kendala dalam penetapan sistem pembayaran
sejauh ini, PT. PMU memberlakukan pembayaran tunai pada penjualan produk
tapi, karena ketidaksamaan kebijakan antara usaha sejenis memberlakukan hutang
maupun potongan harga pada pelanggan, perusahaan kesulitan untuk menetapkan
harga yang tepat bagi produk.
Perusahaan dapat melakukan potongan harga dengan syarat tertentu yaitu
dengan cara melihat frekwensi pembelian yang dilakukan oleh konsumen, dengan
begitu konsumen bisa dikenakan potongan harga ketika mencapai pembelian pada
saat atau jumlah tertentu
87
5.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Pengidentifikasian lingkungan eksternal bertujuan untuk melihat adanya
faktor-faktor, adanya ancaman serta peluang yang berada diluar kendali
perusahaan.
Pemindaian
lingkungan
ini
diharapkan
dapat
memudahkan
manajemen dalam menetukan strategi pemasaran. Strategi ini sebagai bentuk dari
respon perusahaan. Perusahaan yang dapat memanfaatkan peluang serta
menghindari ancaman. Analisis ini fokus kepada penentuan dari faktor-faktor
yang terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan makro dan mikro.
5.1.2.1 Lingkungan Makro
Lingkungan makro atau lingkungan eksternal dari sebuah perusahaan
merupakan area dimana suatu tren maupun isu secara mudah dapat mengubah
suatu rangkaian strategi dari suatu perusahaan. Lingkungan terlihat sebagai suatu
aspek yang tidak dapat dikendalikan secara penuh oleh perusahaan, tetapi
merupakan keharusan bagi manajemen perusahaan untuk memantau secara tepat
perubahan faktor-faktor kunci yang dapat mempengaruhi strategi perusahaan
selanjutnya.
Adapun yang merupakan bagian dari lingkungan makro yang disebutkan
tadi ialah demografi, ekonomi, lingkungan sosial dan budaya serta teknologi dan
lingkungan alam.
88
1. Demografi
Aspek demografi menentukan penggambaran secara jelas faktor manusia
yang menjadi bagian suatu populasi dalam suatu daerah, penentuan pasar
berpotensial atau tidaknya suatu daerah tertentu dapat dilihat dari besarnya jumlah
penduduk yang bernaung didalamnya. Dalam hal ini kantor maupun TPH PT.
PMU berada di wilayah Propinsi Jawa Barat D.K.I Jakarta yang kebutuhan sapi
potong untuk konsumsi cukup besar. Tercatat 36% pertahun total konsumsi untuk
jabar dan DKI (Yusdad & Ilham,2003:188) dengan adanya kesempatan tersebut
seharusnya merupakan peluang bagi PT. PMU untuk memperluas pasar.
2. Ekonomi
Aspek ekonomi yang mempengaruhi PT. PMU ialah melemahnya nilai
tukar terhadap dollar karena akan mempengaruhi harga beli sapi, dan berimplikasi
pada penetapan harga sapi. Juga dengan adanya inflasi yang merupakan indikator
lain yang dapat meningkatkan kecenderungan kenaikan terhadap harga
produk.terlihat pada tahun 2006 laju inflasi sebesar 14,55% (Bank Indonesia
dalam Emawati,2006:115), tentunya akan mempengaruhi daya beli pada
masyarakat. Dengan stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar serta situasi yang
mempengaruhi tingkat inflasi, maka masyarakat dapat dengan mudah membeli
produk, kenaikan harga bahan bakar minyak
pada waktu 1 oktober 2005
berdampak pada sebagian besar masyarakat karena turut memicu harga-harga
komoditi
lainya
sehingga,
mempengaruhi
pilihan
masyarakat
untuk
mengkonsumsi daging sapi.
89
3. Sosial budaya dan lingkungan sekitar
Mayoritas penduduk dari bangsa indonesia adalah pemeluk agama islam
dan juga terdapat ritual dari, kebudayaan maupun perayaan acara tertentu yang
membutuhkan adanya daging sapi untuk dikonsumsi, juga dengan semakin
baiknya pemahaman masyarakat mengenai kebutuhan konsumsi protein per hari.
Dengan begitu peluang permintaan pada daging sapi potong masih terbuka luas,
selama PT. PMU dapat menjangkau konsumen untuk dapat menggunakan sapi
yang dijual oleh perusahaan.
Bisnis maupun usaha yang dijalankan dengan tanpa mengabaikan
lingkungan merupakan nilai tambah tersendiri bagi perusahaan dan lingkungan
sekitarnya, dalam hal ini penggunaan tenaga kerja disekitar TPH dapat
meningkatkan pendapatan bagi penduduk sekitar dan hubungan baik antara
perusahaaan dengan daerah dimana TPH PMU berada. Limbah yang dihasilkan
PT. PMU merupakan bau darah setelah pemotongan maupun, aroma sapi yang
berada dikandang dirasa tidak terlalu mengganggu penduduk karena jarak antara
TPH dengan rumah penduduk yang terdekat ialah 200 m dan dibatasi, oleh
tembok. Selain itu akibat dari kontribusi yang diberikan oleh PT. PMU kepada
masyarakat sekitar berupa lapangan pekerjaan.
4. Teknologi
Aspek teknologi banyak berdampak pada kemudahan dalam melakukan
aktifitas tertentu dan menambah nilai, dari proses tersebut dalam aspek ini,
90
PT. PMU menerapkan teknologi dalam hal diantaranya ialah, transportasi untuk
pengangkutan sapi, untuk sampai ditempat. Pemotongan dengan menggunakan
tenaga kerja atau manual. Semua ini diterapkan oleh PT. PMU dikarenakan
segmen konsumen perusahaan, yang lebih yakin terhadap tata cara pemotongan
tradisional.
5. Politik dan Hukum
Kondisi usaha suatu negara dipengaruhi oleh situasi secara umum keadaan
politik dan hukum dimana usaha tersebut dijalankan, hubungan secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh kepada aktivitas bisnis suatu organisasi
usaha. Lingkungan eksternal adalah dimana kebijakan-kebijakan yang dihasilkan
sangat berpengaruh pada kelangsungan perusahaan.
Dalam hal ini instansi yang terkait ialah Departemen Pertanian yang
berfungsi sebagai lembaga proteksi bagi perusahaan sapi lokal dan kebijakan
terhadap masuknya penyakit tertentu dari luar negeri, penerapan pengamanan
maksimum melalui undang-undang nomor 6 tahun 1967 tentang pokok-pokok
peternakan dan kesehatan hewan, peraturan pemerintah nomor 15 tahun 1977
tentang penolakan, pencegahan, pemberantasan dan pengobatan penyakit hewan
serta surat keputusan menteri pertanian no.750/kpts/um/10/982 tentang syarat
pemasukan bibit ternak dari luar negeri, dan juga Surat Keputusan Direktur
Jenderal Peternakan no. 71/TN.690?KPTS/DJP/Deptan/2000 tentang Prosedur
Baku Importansi Hewan dan Bahan Asal Hewan.
91
5.1.2.2. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro merupakan gabungan dari elemen yang berdiri dibalik
keunggulan perusahaan serta berpengaruh, pada kemampuan perusahaan dalam
hal memasarkan produknya. Lingkungan mikro yang dimaksud terdiri dari
pemasok, perantara pemasaran, pelanggan, pesaing.
1. Pemasok (Supplier)
PT. PMU menjual sapi potong impor asal Australia, pembelian produk
sendiri melalui perusahaan yang bergerak di dalam impor sapi potong. Pemilihan
sapi potong impor sendiri ditentukan dari konsistensi sapi itu sendiri. Sebenarnya
sapi asal indonesia khususnya sapi bali lebih disukai, tetapi karena kontinuitas
sapi yang tidak konstan maka PT. PMU lebih mengkhususkan pada penjualan sapi
potong impor. Berdasarkan alasan tersebut pemilihan importir atau supplier
dengan persyaratan diantaranya, ialah pertimbangan harga, produk yang
berkualitas seperti yang diiginkan serta kontinuitas sapi dan pemesanan yang
cepat berikut dengan pengantaran sapi potong. Para supplier di PT. PMU dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 8.Daftar Supplier pada PT. PMU
Nama
PT. Eldress
PT. Juang jaya
PT. G.G.L.C
Alamat
Cileungsi
Lampung
Lampung
Sumber: Wawancara pada PT. PMU 2006
92
Para importir biasanya mengirimkan produk setelah 1 hari pemesanan
sebelumnya dengan, menggunakan truk jenis fuso dengan kapasitas 13 sapi,
pengiriman yang dilakukan importir dalam sebulan ialah sebanyak 4 rit atau
sebanyak 52 sapi potong tetapi pemesanan dapat dilakukan bila stok di kandang
sudah mulai menyisakan 2-3 ekor sapi. Berat sapi yang dikirim oleh importir ialah
berkisar 350 Kg-400Kg dalam setiap pengirimanya.
2. Perantara Pemasaran
Selama ini PT. PMU memasarkan sapi potong secara langsung kepada
konsumennya, dikarenakan PT. PMU hanya menjalankan fungsi sebagai
pedagang berikut dengan jasa pemotongan saja. Sehingga kebanyakan konsumen
yang mendatangi langsung, walaupun begitu perusahaan juga menyediakan jasa
pengantaran jika ada pelanggan yang memesan produk dan meminta untuk
diantarkan.
Kegiatan promosi penjualan yang dilakukan oleh PT. PMU ialah
penggunaan leaflet maupun brosur hal tersebut, dilakukan apabila terdapat momen
tertentu seperti idul adha. Selama ini PT. PMU lebih dikenal melalui promosi
melalui pelanggan yang telah membeli sapi potong di TPH.
93
3. Pelangan PT. PMU
Sebagian besar konsumen atau pelanggan PT. PMU adalah pedagang sapi
potong di daerah Parung, Depok, Cisalak. Perusahaan menetapkan daerah
pemasaran sapi potong miliknya, dengan cara mendirikan TPH di daerah Parung
dikarenakan lokasi TPH dekat dengan ketiga derah tersebut, oleh karena itu
pedagang banyak yang membeli langsung sapi potong dan dipotong ditempat.
Mayoritas pelanggan PT. PMU adalah pedagang dikarenakan sapi potong yang
dijual oleh PT. PMU merupakan sapi yang djual secaara utuh sehingga para
pelanggan selain pedagang jarang sekali yang membeli.
Sampai saat ini keberadaan PT. PMU bagi masyarakat khususnya belum
diketahui secara luas, walaupun letak TPH yang berada di daerah perlintasan
antara Parung maupun Depok dan Ciputat hal ini dikarenakan promosi yang
dijalankan oleh perusahaan yang tidak dilaksanakan secara kontinu.
4. Pesaing
Dalam aktivitas perusahaan sendiri PT. PMU memiliki pesaing bahkan di
lingkup yang terdekat lokasi di lokasi TPH PMU yang berada di parung. Tercatat
3 TPH yang berada di daerah yang sama dan juga untuk sekarang ini terdapat
supermarket, yang secara tidak langsung mengurangi penjualan daging sapi
potong pada pelanggan PT. PMU yaitu, pedagang tradisional. Tidak ada pesaing
yang dirasa terlalu kuat dalam hal ini terkecuali jika adanya pemain asing yang
mulai banyak bergerak didalam bisnis ini, dikarenakan sapi yang mereka tawarkan
94
sama dan bisa menawarkan harga yang lebih murah, dikarenakan sapi yang
ditawarkan juga berasal dari negara mereka sendiri.
Kekhawatiran PT. PMU ada disaat penetapan harga, karena tidak adanya
harga yang rata-rata pada usaha yang sejenis dan pemberian hutang pada
pedagang tradisional yang merugikan bagi perkembangan PT. PMU dan usaha
yang sejenis. Daftar para pesaing PT. PMU dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel .9 .Daftar para Kompetitor PT. PMU
Nama
Jagal Reni
Jagal Asep
Jagal H.Taufik
Lokasi
Kel sawangan Depok, jl kampung pasiran RT 01/RW
01
Kel sawangan depok, jl kampung pasiran RT 06/Rw 04
Jl raya curug sawangan Depok
Sumber: PT. PMU 2006
5.2. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman.
Identifikasi yang dilakukan terhadap lingkungan perusahaan meliputi
kekuatan (Stregths) dan kelemahan (Weakness) serta lingkungan eksternal
perusahaan yang meliputi peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) yang
berpengaruh terhadap pemasaran sapi potong di PT. PMU. Hasil analisis pada
faktor-faktor yang telah disebutkan kemudian dipetakan pada Matriks InternalEksternal (I-E), guna mengetahui posisi perusahaan dalam satu diagram dan
mengetahui jenis strategi yang diterapkan pada kondisi tersebut. Selanjutnya
informasi analisis matriks diterapkan pada Matriks SWOT untuk mencari
perumusan alternatif strategi pemasaran perusahaan yang sesuai. Pengunaan
analisis QSPM digunakan untuk menentukan prioritas strategi yang dapat
95
dilaksanakan. Hasil identifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman sebagai berikut:
5.2.1. Kekuatan
1.
Kualitas sapi potong yang baik
Produk yang dijual oleh PT. PMU ialah sapi potong impor Australia yang
telah dipilih berdasarkan berat yang telah disepakati yaitu 300-400 Kg. Sebelum
dilakukan transaksi dengan importir sapi terlebih dahulu melalui proses
pemeriksaan dan sterilisasi dari penyakit, yang dilakukan oleh petugas kesehatan
yang terdapat dari dinas kesehatan negara yang bersangkutan, kemudian setelah
pembelian sapi telah diistirahatkan dan mendapat pakan, serta obat-obatan,
kebersihan kandang pun jadi faktor yang menentukan demi terjaganya sapi dari
bakteri penyakit seperti mulut dan kuku. Ketika sampai pada masa pemotongan
proses yang dilakukan mengacu pada kualitas yang akan dihasilkan. Setelah
pemotongan usai seperti pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Teknik pemotongan yang meminimalisir sapi dari kerusakan pada daging yang
dihasilkan, kemudian pengulitan.yang menggunakan teknik penggantungan agar
kulit dan karkas tidak kotor dan cacat.
2.
Sistem pengendalian yang terjaga dan stok yang tidak pernah kosong
Salah satu keunggulan perusahaan sampai saat ini ialah kemampuan
perusahaan untuk menjaga kontinuitas sapi yang berada di TPH, sehingga jika
permintaan sedang meningkat maka perusahaan dapat memenuhinya. Cara
96
perusahaan untuk memenuhi persedian adalah, dengan pemilihan supplier yang
telah dipilih berdasarkan kualitas sapi yang baik dan kontinuitas yang terjaga,
setelah itu ialah waktu pengiriman sapi potong yang dilakukan oleh supllier ke
TPH perusahaan, pengiriman sapi selama ini hanya dilakukan dengan waktu 1
hari setelah pemesanan.
3.
PT. PMU merupakan SBU dari salah satu Holding company dari
Sahabat Indonesia
PT. PMU berdiri pada 19 April 2001 dan menjadi salah satu divisi bagi
holding company Sahabat Indonesia yang bergerak dibidang distributor electric
maintanance. Dalam perusahaan induknya PT. PMU menjadi divisi yang bergerak
dibidang peternakan hal ini disebabkan, pemilik dari perusahaan ialah Probo
Prasetyo yang memiliki hobi dibidang peternakan khususnya sapi potong.
Kerugian PT. PMU yang membuat perusahaan memperkecil skala usahanya lalu
melakukan re-infestasi, meskipun telah menelan kerugian
PT. PMU sampai
sekarang tetap disubsidi oleh Sahabat indonesia dalam bentuk gaji karyawan dan
biaya operasional perusahaan. Adapun juga bentuk subsidi tersebut didapatkan
melalui pembicaraan melalui manajer yang bertanggung jawab didalam
perusahaan mengenai kemungkinan pembelian sapi diwaktu yang tepat, misalkan
pada saat harga sedang turun sehingga bisa dijadikan sebagai stok dan dijual pada
saat pasar sedang mengalami kenaikan permintaan.
97
4.
Pelayanan terhadap konsumen yang baik
PT. PMU memiliki sistem pelayanan yang memiliki kedekatan dengan
pelanggannya yaitu silaturahmi service, dengan ini
perusahaan dapat
meningkatkan loyalitas konsumen. Di daerah kampung Pasiron dimana
perusahaan berdiri juga terdapat TPH lain yang memiliki jenis usaha yang sama
dan rata-rata merupakan usaha keluarga, kesulitan dari PT. PMU ialah berada di
lingkungan yang sama dengan usaha keluarga tersebut tetapi PT. PMU mampu
mengelola konsumen dengan cara kedekatan yang diterapkan oleh manajer yang
berada di saat pemotongan dan menanggapi keluhan dan saran mengenai sapi
potong yang dihasilkan dari PT. PMU, dan tidak jarang informasi mengenai pasar
dan harga didapatkan dari konsumen. Meskipun PT. PMU tidak memberlakukan
sistem hutang tetapi, PT. PMU memberikan pembayaran diakhir hanya saja sapi
yang dipilihkan ialah bukan kualitas yang pertama.
5.
Lahan kandang dan TPH milik perusahaan sendiri
Terdapat keuntungan dalam kepemilikan tempat sebagai sebuah
perusahaan sapi potong, karena dapat dijadikan sebagai aset bagi PT. PMU selain
terhindar dari kewajiban untuk membayar sewa tempat, PT. PMU juga bisa
menjadikanya sebagai investasi jangka panjang yang dapat digunakan untuk
penunjang aktivitas perusahaan, karena dalam beberapa perusahaan atau usaha
harus menyewa jasa tempat pemotongan, sehingga berdampak pada harga yang
harus dibayar oleh konsumen.
98
6.
Penjualan langsung dikandang sehingga konsumen bisa memilih
langsung
Keuntungan untuk konsumen ialah dapat memilih barang dengan kualitas
yang baik sesuai dengan standar mereka, dalam hal ini PT. PMU memberlakukan
sistem penjualan langsung yang merupakan keuntungan bagi konsumen apabila
terdapat ketidaksesuaian dengan sapi yang ditawarkan maka konsumen dapat
memilih sapi yang lain. Tetapi sistem ini hanya diberlakukan pada konsumen
yang membayar dalam bentuk tunai, apabila terdapat konsumen yang menunda
pembayaran maka pemilihan sapi akan dilakukan oleh PT. PMU
Tata cara dalam sistem ini ialah jika terdapat konsumen yang membeli sapi
pada malam atau dini hari tetapi menunda pembayaran karena akan menjual
terlebih dahulu produk tersebut dipasar, setelah itu maka pihak dari PT. PMU
akan menagih pada konsumen tersebut.
7.
Lokasi TPH perusahaan strategis
Alasan utama mengapa suatu perusahaan memilih suatu lokasi adalah
perbedaan kebutuhan masing-masing perusahaan, sistem bisnis yang dijalani oleh
PT. PMU saat ini ialah penjualan sekaligus tempat pemotongan sapi, selain
diuntungkannya dengan diterimanya usaha ini oleh masyarakat sekitar juga karena
kedekatanya dengan pasar, berdiri di jalan yang dilintasi oleh jalur transportasi
merupakan keuntungan bagi PT. PMU
karena, berhubungan dengan akses
pelanggan maupun pengantaran sapi yang telah dipesan maupun dipasok yang
mana berhubungan dengan kualitas sapi yang terjaga
99
8.
Adanya usaha penyewaan lahan bagi usaha sapi potong lain
PT. PMU memiliki kandang seluas 7700m2 dan disebagian kandangnya
dimanfaaatkan dengan disewakan kepada usaha sapi potong lain dan PT. PMU
mendapat keuntungan dari tiap sapi yang dipotong sebesar Rp 20.000 dari ratarata pemotongan sapi ditempat tersebut sekitar 100 ekor/bulan. Hal ini
menguntungkan bagi perusahaan karena mendapatkan keuntungan dari hasil
pembayaran dari pemotongan sapi tersebut.
5.2.2. Kelemahan
1.
Tidak konsekuennya tenaga kerja dengan jobdesc
PT. PMU memiliki jumlah karyawan tetap sebanyak 5 orang, dengan
jumlah tersebut untuk saling mengerjakan tugas yang didapat, 3 orang manajer
harus saling menutupi pekerjaan manajer lain, hal ini disebabkan 2 orang manajer
memiliki kesibukan lain selain di PT. PMU. Juga jam kantor yang berbeda
dengan operasi TPH, yang membuat 3 manajer ini harus saling membagi jadwal
kunjungan ke TPH. Sehingga
berdampak pada kehadiran manajer dikantor
perusahaan.
Permasalahan dikantor PT. PMU ditangani oleh satu orang staf, dengan
sekali-kali dibantu oleh manajer dengan melalui telephone, jika terdapat
keputusan tertentu.
100
2.
Terbengkalainya feedlot
Usaha awal PT. PMU adalah bergerak dibidang penggemukan oleh karena
itu PT. PMU memiliki feedlot didaerah ciamis, tapi dikarenakan perubahan usaha
yang dilakukan oleh PT. PMU. Feedlot harus dikosongkan dan pindah kedaerah
parung. Kondisi feedlot yang tidak terpakai menunggu keputusan manajemen
untuk menjualnya atau memindahkanya.
3
Lemahnya manajemen pemasaran sehingga perusahaan kesulitan
mengembangkan pasar
Manajer pemasaran PT. PMU hanya terdiri dari satu orang, dan disertai
dengan tenaga penjualan yang terdiri dari 10 orang, yang terdiri dari tenaga lepas,
usaha dalam mempromosikan produk pun hanya memanfatkan pada waktu
tertentu.
4
Visi dan misi yang tidak jelas
PT. PMU memiliki tujuan yang berorientasikan pada profit perusahaan,
yang dikomunikasikan pada 3 orang manajer dengan perumusan yang berbeda,
tetapi dalam penyampaianya tidak sampai kepada staf maupun akunting dan
tenaga lepas perusahaan.
101
5.2.3. Peluang
1.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mulai stabil
Pembelian sapi potong impor adalah dengan menggunakan mata uang
Dollar, sehingga jika nilai tukar dari Rupiah melemah dan sulit di duga, maka
akan berdampak pada harga. Menurut PT. PMU nilai tukar saat ini cenderung
stabil berkisar pada Rp 9.090 – Rp. 9.110. Sehingga PT. PMU tidak kesulitan
dengan penetapan harga sapi.
2.
Hubungan baik dengan usaha lokal yang sejenis
PT. PMU bukanlah satu-satunya perusahaan yang bergerak dibidang
penjualan dan pemotongan sapi, terdapat juga usaha sejenis yang bisa
dimanfaatkan dengan hubungan baik untuk bekerja sama dalam hal penetapan
harga maupun pembelian stok pada usaha sapi potong lain.
3
Permintaan akan daging sapi yang meningkat
Tingkat konsumsi daging sapi potong pada tahun 2002 BPS dalam poultry
(2006:4) sebesar 2,14 kg/kap/tahun dan diperkirakan akan terus meningkat pada
tahun 2010 sebesar 2,72 kg/kap/tahun, (Apfindo dalam Sihombing 2005:1). Maka
dengan data tersebut permintaan konsumen akan terus ada jika direspon dengan
baik akan menghasilkan keuntungan untuk PT. PMU.
102
4
Adanya kawasan perdagangan bebas serta kemungkinan ekspor
Peluang ekspor keberbagai negara di Asia Tenggara terbuka lebar seperti
Malaysia dan Singapura, hal ini dikarenakan bergesernya tradisi memotong
kambing
menjadi
memotong
sapi
pada
perhelatan
keluarga.
Malaysia
mengharapkan Indonesia dapat mengekspor 10.000 ekor sapi potong, dan dari
jumlah tersebut baru sebagian kecil, karena yang mampu dipenuhi oleh Indonesia
hanya sekitar 850 pada tahun 2003.
5
Adanya peluang untuk recruitment fresh graduate
Semakin ketatnya persaingan untuk mendapatkan kesempatan bekerja
membuat lulusan baik di Jakarta maupun diluar Jakarta yang belum mendapatkan
kesempatan bekerja, PT. PMU dapat memanfaaatkanya dengan mengadakan
recruitment untuk menambah tenaga pemasaran dalam manajerial perusahaan,
yang tidak merangkap sebagai tugas lain.
6.
Recruitment tenaga kerja disekitar TPH.
Kesulitan suatu usaha untuk masuk kedalam lingkungan yang baru ialah
kesediaan masyarakat sekitar terhadap perusahaan, dan untuk mengantisipasi hal
tersebut PT. PMU menerima tenaga lepas dari penduduk sekitar dengan
kualifikasi sebagai tukang potong maupun sebagai petugas kandang dan tenaga
penjualan, dengan begitu diharapkan dapat berdampak baik dengan adanya
perusahaan ditengah masyarakat.
103
5.2.4. Ancaman
1.
Isu penyakit tertentu
Terjangkitnya penyakit mulut dan kuku yang diidap oleh hewan ternak,
dirasa sebagai ancaman terbesar bagi PT. PMU, karena sebagian konsumen akhir
dari PT. PMU ialah pedagang makanan olahan dan rumah tangga, hal ini tentunya
akan mengurangi volume pembelian konsumen pada PT. PMU. Tetapi walaupun
begitu sejauh ini PT. PMU belum pernah mendapati sapi yang mereka jual
terjangkit oleh penyakit tersebut.
2.
Posisi tawar konsumen sama kuat, yang apabila terdapat perbedaan
harga maka konsumen dapat memilih perusahaan lain
PT. PMU bukanlah satu-satunya usaha yang bergerak di bidang
perdagangan sekaligus tempat pemotongan sapi. Dengan mayoritas pedagang
sebagai konsumen, usaha sejenis yang ada diantaranya dimiliki oleh keluarga atau
pendududk dari daerah tersebut, sehingga tidak ada pembukuan yang mencatat
kerugian maupun keuntungan secara pasti terhadap usaha mereka. Potongan harga
hingga pemberian hutang dapat dikenakan pada konsumen, hal ini dirasa
merugikan bagi PT. PMU karena perbedaaan harga yang terjadi pada sapi
sehingga konsumen dapat berpindah.
104
3.
Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM, TDL, dan Telephone
Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM pada 1 maret 2005, dan
disusul TDL serta tarif telephone telah berdampak langsung terhadap masyarakat,
yang akan mengurangi daya beli terhadap daging sapi potong.
4.
Kerentanan harga sapi potong terhadap inflasi
Sapi potong yang ditawarkan oleh PT. PMU merupakakan produk impor
oleh karena itu, proses produksi yang mempengaruhi pada penyediaan produk
tersebut di negara asalnya amat berpengaruh. sehingga mengakibatkan kenaikan
harga pada sapi yang di tawarkan, dan juga tingginya tingkat inflasi pada tahun
2006 di Indonesia sebesar 15%.
5.
Masuknya pemain asing sebagai pengimpor sekaligus tempat
pemotongan
Dengan diberlakukannya AFTA maka, kemungkinan para investor asing
untuk bergerak di jenis usaha yang sama dapat berpengaruh, pada usaha lokal
yang sejenis maupun PT. PMU. Karena pihak asing dapat menjadi pengimpor
sekaligus pedagang dan hal ini, dapat berpengaruh pada pilihan konsumen karena
berpendapat harga yang ditawarkan dapat lebih murah.
105
5.3. Perumusan alternatif strategi perusahaan
Setelah diketahui melalui hasil identifikasi dan penentuan terhadap faktorfaktor strategis internal dan eksternal melalui kuisioner putaran pertama.
Kemudian proses selanjutnya ialah, pembobotan pada faktor-faktor strategis
tersebut dengan menggunakan metode “paired comparison” atau perbandingan
berpasangan. Dilakukan pembobotan tersebut untuk melihat seberapa besar
faktor-faktor strategis tersebut menentukan tingkat keberhasilan pemasaran sapi
potong di PT. PMU.
Digunakan juga pemberian peringkat atau rating pada faktor-faktor
strategis internal dan eksternal perusahaan untuk mengukur, pengaruh masingmasing faktor terhadap kondisi PT. PMU dalam memasarkan produknya. Faktorfaktor strategis internal selanjutnya ditempatkan pada matriks IFE sedangkan
faktor strategis eksternal pada matriks EFE, gabungan dari dua matriks tersebut
menghasilkan informasi yang diolah di dalam matriks I-E.
5.3.1. Matriks internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Diperoleh berdasarkan hasil
identifikasi faktor-faktor strategis internal
perusahaan yang berupa kekuatan
(stregths). Kelemahan (weakness) hasil identifikasi faktor-faktor strategis internal,
diperoleh 9 faktor kekuatan 4 faktor kelemahan. Faktor-faktor kekuatan dan
kelemahan tersebut kemudian diberi bobot dan rating oleh para responden. Hasil
pembobotan dan pemberian rating pada faktor-faktor strategis internal dapat
dilihat pada Tabel 10
106
Tabel 10. Penentuan Skor Faktor Strategis Internal
Faktor strategis internal
Bobot Rating Skor
KEKUATAN
Kualitas sapi potong yang baik
0,100
4
0,4
Sistem pengendalian yang terjaga
0,099
3,8
0,376
Adanya Holding company sebagai penunjang modal 0,095
4
0,38
dan subsidi
Pelayanan terhadap konsumen yang baik
0,092
3,4
0,312
Lahan kandang dan TPH milik perusahaan sendiri
0,087
3,8
0,330
Penjualan langsung dikandang sehingga konsumen 0,082
3,6
0,295
bisa memilih langsung
Lokasi TPH perusahaan strategis dan mudah 0,082
3,6
0,295
dijangkau
Adanya usaha penyewaan lahan bagi usaha sapi 0,075
3,4
0,255
potong lain
KELEMAHAN
Tidak konsekuenya tenaga kerja terhadap job desc
yang ada
Terbengkalainya feedlot
Lemahnya manajemen pemasaran
Visi dan misi yang tidak jelas
Jumlah
0,066
1,4
0,092
0,069
0,071
0,082
1.000
2
1,6
1,4
0,138
0,113
0,114
3,1
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui, bahwa total skor untuk faktor-faktor
strategis internal sebesar 3,1 menunjukan bahwa PT. PMU belum maksimal dalam
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Guna menutupi kelemahan yang ada di
Tabel IFE juga menunjukan bahwa kualitas sapi potong yang baik merupakan
kekuatan utama perusahaan dengan nilai 0,4 diikuti dengan adanya peran Holding
Company
sebagai pensubsidi bagi PT. PMU dengan nilai 0,38 juga sistem
pengendalian yang terjaga, dengan nilai 0,376.
Faktor kelemahan PT. PMU adalah adalah faktor dengan nilai terkecil
yaitu, tidak konsekuenya tenaga kerja terhadap job desc yang ada dengan nilai,
107
0,092 serta dengan lemahnya manajemen pemasaran dengan nilai 0,113 serta visi
misi yang tidak jelas dengan nilai 0,114.
PT. PMU merupakan perusahaan yang memiliki aspek kekuatan dalam sisi
internal. Faktor-faktor seperti kualitas sapi potong yang baik, serta adanya
Holding Company sebagai penunjang modal dan subsidi serta sistem
pengendalian ysng terjaga merupakan faktor-faktor internal yang menjadi ciri
khas dalam pengelolaan manajerial yang baik. Karena dengan adanya aspek
tersebut PT. PMU mampu mengungguli pesaingnya dalam tingkatan bisnis sapi
potong yang menggunakan tempat penjagalan.
Faktor kelemahan dalam sisi internal PT. PMU merupakan gambaran dari
berpindahnya aktivitas bisnis mereka yang semula importir, menjadi pedagang
sapi potong impor. Kelemahan ini dapat ditunjukan melalui variabel seperti tidak
konsekuenya tenaga kerja terhadap job desc yang ada yang berdampak pada
tingkat pemahaman terhadap permasalahan yang ada karena tidak sesuai dengan
keahlian. Kemudian visi dan misi yang tidak jelas yang mengakibatkan tidak
adanya panduan yang jelas terhadap tujuan perusahaan.
5.3.2. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Matriks EFE diperoleh berdasarkan hasil identifikasi terhadap faktorfaktor startegi eksternal PT. PMU yang berupa peluang (opportunities) dan
ancaman (thereats). Hasil identifikasi diperoleh 5 faktor peluang dan 5 faktor
ancaman, faktor-faktor peluang dan ancaman tersebut kemudian diberi bobot dan
rating. Hasil pembobotan dan pemberian rating dapat dilihat pada Tabel 10.
108
Tabel 11. Penentuan Skor Faktor Strategis Eksternal
Faktor Strategis Eksternal
PELUANG
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Hubungan dengan usaha lokal yang sejenis
Permintaan akan daging sapi yang terus meningkat
Adanya kawasan perdagangan bebas serta
kemungkinan untuk ekspor
Ketersediaan tenaga kerja lepas disekitar TPH
Adanya peluang untuk recruitment freshgraduate
ANCAMAN
Isu penyakit tertentu
Posisi tawar konsumen sama kuat yang apabila
terdapat perbedaan harga maka konsumen dapat
dapat memilih perusahaan lain
Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM, TDL
dan Telephone
Masuknya pemain asing sebagai pengimpor sekaligus
tempat pemotongan
Kerentanan harga sapi terhadap inflasi
Bobot
Jumlah
1.000
Rating Skor
0,108
0,096
0,089
0,073
3,4
2,2
3,2
2,8
0,367
0,200
0,284
0,204
0,073
0,066
3,2
2,4
0,233
0,158
0,088
0,098
1,4
2
0,123
0,196
0,098
2,2
0,215
0,105
1,8
0,189
0,106
1,6
0,169
2.338
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui total skor untuk faktor-faktor
strategis eksternal sebesar 2,338 yang menunjukan bahwa, perusahaan belum
sepenuhnya dapat merespon peluang dengan baik serta mampu mengantisipasi
ancaman. Tabel EFE diatas juga menujukan bahwa peluang utama bagi PT. PMU
adalah. Faktor nilai tukar Rupiah yang stabil terhadap Dollar, ini ditunjukan
dengan nilai 0,367 diikuti oleh faktor permintaan akan daging sapi yang
meningkat tiap tahunya dengan nilai, 0,284.
Ancaman utama bagi PT. PMU adalah faktor yang menunjukan skor
terkecil yaitu, faktor isu penyakit dengan nilai 0,123 dan kerentanan terhadap
inflasi dengan nilai 0,169.
109
Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal didapati bahwa, PT. PMU
memiliki peluang yang tidak dapat sepenuhnya diraih dikarenakan faktor ancaman
yang tidak dapat ditanggulangi secara tepat. Seperti faktor peluang mengenai nilai
tukar terhadap Rupiah yanag stabil terhadap Dollar maka dapat direspon dengan
pembelian stok sapi yang lebih banyak, tetapi dengan adanya ancaman seperti isu
penyakit maka dengan sendrinya akan membuat konsumen berkurang dan
berdampak pada penjualan sapi potong PT. PMU.
5.3.3 Matriks Internal-Eksternal (I-E).
Matriks IE dihasilkan dari tahap input matriks IFE dan EFE. Matriks IE
merupakan kombinasi dari 9 sel yang berisikan, informasi dan memperlihatkan
total nilai yang telah terboboti dari matriks IFE dan EFE. Hasil dari matriks IE
bertujuan untuk mengetahui posisi perusahaan serta, memberikan alternatif
strategi bagi perusahaan
Hasil dari pembobotan dan peratingan pada matriks IFE sebesar 3,1
menunjukan bahwa PT. PMU memiliki faktor internal yang tergolong kuat dalam
melakukan aktivitas penyediaan produk. Nilai matriks EFE sebesar 2,338 yang
memperlihatkan respon PT. PMU terhadap peluang maupun ancaman yang
berdampak pada PT. PMU adalah sedang.
Apabila hasil dari matriks IFE dan EFE tersebut dipetakan kedalam
matriks IE, maka posisi dari PT. PMU pada saat ini adalah pada sel ke IV matriks
IE dan posisi PT. PMU dapat dilihat pada Gambar 12
110
Total skor bobot IFE
Kuat
4,0
Tinggi
3,0
Total Skor
bobot EFE
Sedang
2,0
Rata-rata
3,0
Lemah
2,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
1,0
Rendah
1,0
Gambar 12. Penentuan posisi perusahaan dalam Matriks
Internal-Eksternal
Posisi perusahaan yang berada di sel IV. Memperlihatkan strategi yang
sesuai adalah tumbuh dan kembangkan atau growth and build yang berarti bahwa
strategi ini disesuaikan dengan kekuatan dari sisi internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang yang tepat untuk mendapatkan keuntungan bagi
perusahaan. Matriks I-E memetakan pilihan strategi yang sesuai dengan
karakteristik usaha dari PT. PMU diantaranya ialah. Penetrasi pasar atau market
penetration serta pengembangan psar atau market development dan juga
diversvikasi konsentrik
Hasil yang dapat diterapkan bagi strategi perusahaan ialah, usaha untuk
meningkatkan pasar secara lebih intensif dengan melihat demografi perusahaan
111
serta kesinambunganya dengan pasar setempat, dengan begitu maka, dapat
diupayakan. PT. PMU-lah yang mendekati peluang pasar yang lebih besar,
PT. PMU juga dapat memperkenalkan produk baru yang masih terkait dengan
produk awal, hal ini dapat lebih efektif dikarenakan akses produk yang lebih dekat
terhadap konsumen.
5.3.4. Analisis Matriks SWOT
Setelah faktor-faktor strategis perusahaan dievaluasi melalui matriks IFE
dan EFE, maka tahap selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor internal dan
eksternal tersebut ke dalam matriks SWOT. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan
serta peluang dan ancaman, maka matriks SWOT dapat memaparkan dengan jelas
bagaimana situasi perusahaan yang tepat berdasarkan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki untuk merespon peluang dan mengatasi ancaman. Adapun matriks
ini akan menghasilkan empat jenis strategi yang dapat diterapkan yaitu: strategi SO, W-O, S-T dan W-T matriks SWOT dari PT. PMU dapat dilihat pada
Gambar 13
112
1.
2.
IFE
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Stregth
Kualitas sapi potong yang baik.
Sistem pengendalian yang terjaga dan stok tidak
pernah kosong
Adanya Holding company sebagai penunjang
modal dan subsidi bagi perusahaan
Pelayanan terhadap konsumen yang baik
Lahan kandang dan TPH milik perusahaan sendiri
Penjualan langsung dikandang sehingga
konsumen bisa memilih langsung
Lokasi TPH perusahaan strategis mudah
dijangkau
Adanya usaha penyewaan lahan bagi TPH lain
1.
2.
3.
4.
Weakness
Tidak konsekuennya tenaga kerja dengan
jobdesc.
Terbengkalainya feedlot PT. PMU.
Lemahnya manajemen pemasaran sehingga
perusahaan kesulitan mengembangkan pasar
Visi dan misi perusahaan yang tidak jelas.
EFE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
Opportunity
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang mulai stabil.
Hubungan dengan perusahaan lokal yang sejenis
Permintaan akan daging sapi yang meningkat
Adanya kawasan perdagangan bebas
AFTA,kemungkinan ekspor.
ketersediaan tenaga kerja lepas disekitar TPH
adanya peluang untuk recruitment freshgraduate
Threat
Isu penyakit tertentu.
Posisi tawar konsumen sama kuat, yang apabila terdapat
perbedaan harga maka konsumen maka konsumen dapat
memilih perusahan lain
Kebijakan pemerintah menaikan menaikan harga BBM,
TDL, Telephone
Masuknya pemain asing sebagai pengimpor sekaligus
tempat pemotongan
Kerentanan terhadap inflasi
1.
2.
SO
Mengembangkan pasar dengan menambah jumlah
stok sapi serta menjual daging dalam bentuk eceran di
pasar tradisional dengan menempatkan tenaga
penjualan, untuk memotong jalur distribusi. ( S1,S2,
S3, S4, S5.O1, O2, O3)
Meningkatkan promosi secara kontinu melalui
beberapa media promosi. (S1, S2, S3, S4, S6,S7, O3,
O5)
1.
2.
ST
Mendapatkan sertifikat halal, tentang tata cara
pemotongan langsung.dari MUI (S2, S4, S6, T1,
T2 )
Menjadi supplier untuk restaurant maupun rumah
makan. ( S1, S2, S3, T2, T5 )
1.
2.
3.
1.
2.
WO
Menambah tenaga kerja dibidang pemasaran
(marketer) dalam manajerial PT. PMU (W1,
W3, O3, O4, O6)
Merumuskan serta mengkomunikasikan visi
misi perusahaan secara jelas (W4, O4, O5,O6)
Menambah stok dengan mengaktifkan kembali
feedlot (W2, O3, O4, O5, O6)
WT
Pemeriksaan kesehatan hewan ternak secara
teratur dengan menggunakan jasa tenaga ahli
(W1, T1, T2.)
Membangun loyalitas konsumen dengan
memberikan potongan harga setelah beberapa
kali pembelian di TPH perusahaan. (W1,W3,
T2, T5)
Gambar 13. Matriks SWOT
96
5.3.4.1. Strategi S-O
Strategi ini dibuat dengan melihat kekuatan-kekuatan yang dimiliki
PT. PMU miliki untuk meraih peluang yang ada. Alternatif strategi yang
dihasilkan ialah sebagai berikut :
1. Mengembangkan pasar dengan menambah jumlah stok sapi serta menjual
daging dalam bentuk eceran di pasar tradisional dengan menempatkan
tenaga penjualan, untuk memotong jalur distribusi (Memanfaatkan S1, S2,
S3, S4, S5 untuk meraih O1, 02, 03)
2. Meningkatkan promosi secara kontinu melalui beberapa media promosi
(Memanfaatkan S1, S2, S3, S4, S6, untuk meraih O3, O5).
Alternatif strategi ini dikembangkan dari karakter kekuatan perusahaan
yang diantaranya kualitas sapi potong yang baik, sistem pengendalian yang
terjaga kemudian adanya Holding Company sebagai penunjang modal
kemudian, kekuatan dari perusahaan tersebut diterapkan guna mendapatkan
peluang yang berada dilingkungan eksternal perusahaan, yang berpotensi
terhadap keuntungan yang bertambah bagi perusahaan diantaranya ialah nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar yang mulai stabil serta hubungan dengan
perusahaan lokal yang sejenis.
Alternatif strategi yang diterapkan ialah, berusaha menghubungkan antara
letak dimana perusahaan itu berada dengan daerah konsumen potensial,
PT. PMU yang terbiasa untuk didatangi oleh konsumen, kerap kali dirugikan
dengan adanya konsumen yang juga berada di rantai distribusi dari usaha sapi
potong. Solusi untuk masalah ini dapat dilakukan dengan cara modifikasi
97
aktifitas bisnis perusahaan yang mengunakan tenaga penjualan dipasar yang
telah, merubah produk awal yaitu sapi potong menjadi produk baru yaitu
daging sapi potong tetapi hal ini, masih ada keterkaitanya terhadap produk
awal yang berfungsi sebagai aksesibilitas konsumen terhadap produk
perusahaan.
5.3.4.2. Strategi W-O
Strategi ini dibuat untuk memperbaiki kelemahan internal PT. PMU
dengan memanfaatkan peluang eksternal dengan sebaik-baiknya. Alternatif
strategi yang dihasilkan ialah sebagai berikut :
1. Menambah tenaga kerja dibidang pemasaran (marketer) dalam manajerial
PT. PMU (Meminimalkan W1, W3, untuk meraih O3, O6)
2. Merumuskan serta mengkomunikasikan visi dan misi perusahaan secara
jelas (Meminimalkan W4, untuk meraih O4, O5, O6)
3. Menambah stok sapi potong dengan mengktifkan kembali feedlot
(Meminimalkan W2, uutuk meraih O3, O4, O5, O6).
Alternatif
strategi
ini
diterapkan
karena
tiap-tiap
perusahaan
membutuhkan promosi sebagai sarana untuk konsumen membandingkan
produk satu dengan yang lainya dan juga tindakan perusahaan untuk
menghasilkan posisitioning dibenak konsumen.
Setiap perusahaan membutuhkan visi dan misi sebagai panduan dalam
aktivitas bisnis perusahaan. PT. PMU memiliki kekurangan dalam hal
kesamaan visi antara masing-masing manajer sehingga, tidak menghasilkan
98
tujuan bisnis yang jelas. Alternatif ini diterapkan sebagai langkah awal dalam
pembentukan tujuan dari bisnis perusahaan.
Permintaaan daging sapi potong mengalami peningkatan tiap tahunnya,
sebagai cara untuk mengakomodasi permintaan tersebut dibutuhkan stok sapi
potong yang cukup oleh karena itu, dibutuhkan kembali pengaktifan feedlot
sebagai sarana mencukupi permintaan dari kebutuhan sapi potong.
5.3.4.3. Strategi S-T
Strategi ini dibuat dengan melihat kekuatan yang PT. PMU miliki untuk
menghadapi ancaman yang ada. Alternatif strategi yang dihasilkan sebagai
berikut:
1. Mendapatkan sertifikat halal, tentang tentang cara pemotongan langsung
dari MUI (Memanfaatkan S2, S4, S6, untuk menghadapi T1, T2)
2. Menjadi supplier untuk restaurant maupun rumah makan (Memanfaatkan
S1, S2,S3 untuk menghadapi T2,T5).
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar Indonesia memiliki
karakteristik konsumen yang memiliki persyaratan khusus, yaitu jaminan
kehalalan akan produk yang dimakan. Banyaknya usaha yang sejenis dengan
PT. PMU membuat kesulitan konsumen jika tidak terdapat ciri khas dalam PT.
PMU oleh karena itu, dikembangkan alternatif strategi yang dapat menghadapi
faktor ancaman seperti isu penyakit dan juga posisi tawar konsumen yang
kuat.
Alternatif strategi seperti mendapatkan sertifikat halal serta menjadi
supplier
dari
rumah
makan
merupakan,
alternatif
strategi
yang
99
menghubungkan kekuatan dari PT. PMU untuk mengatasi ancaman dari
lingkungan eksternal.
5.3.4.4. Strategi W-T
Strategi ini dibuat dengan melihat kemungkinan mengurangi kelemahan
PT. PMU dan menghindari ancaman yang ada dengan sebaik-baiknya. Alternatif
strategi yang dihasilkan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kesehatan hewan ternak secara teratur dengan menggunakan
jasa tenaga ahli (Meminimalkan W1, dan menghindari T1, T2)
2. Membangun loyalitas konsumen dengan memberikan potongan harga
setelah beberapa kali pembelian di TPH PT. PMU (Meminimalkan W1,
W3 dan menghindari T2, T5)
Kelemahan yang dimiliki oleh PT. PMU akibat dari tidak konsekuennya
para manajer perusahaan terhadap pekerjaan yang dikerjakan, yang berdampak
kepada tidak tepatnya pemilihan sapi potong yang akan dijual PT. PMU guna
menghindari
menurunnya kualitas sapi potong maka, alternatif strategi yang
dikembangkan ialah, melakukkan pemeriksaaan kesehatan ternak secara teratur.
Strategi tersebut juga sekaligus menghindari sapi potong PT. PMU dari isu
penyakit tertentu serta, untuk mendapatkan loyalitas konsumen maka, PT. PMU
dapat memberikan potongan harga terhadap konsumen yang menjadi langganan
tetap PT. PMU, yang mana hal ini diharapkan dapat mengatasi persaingan akibat
masuknya pemain asing dalah bidang bisnis yang sama dengan PT. PMU.
5.4. Pilihan Alternatif Strategi Pemasaran
100
Pilihan alternatif strategi pemasaran yang dapat dijalankan oleh PT. PMU
ialah strategi S-O, dimana strategi ini merupakan strategi agresif yang dimiliki
oleh perusahan. Strategi yang dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1. Mengembangkan pasar dengan menambah jumlah stok sapi serta menjual
daging dalam bentuk eceran di pasar tradisional dengan menempatkan
tenaga penjualan di pasar tradisional, untuk memotong jalur distribusi
2. meningkatkan promosi secara kontinu melalui beberapa media promosi
Strategi kedua kedua yang dapat dilaksanakan oleh PT. PMU adalah
strategi W-O, dimana strategi ini merupakan strategi konservatif (Bersifat
pemeliharaan atau terrtutup). Alternatif strategi yang dapat dilaksanakan ialah
sebagai berikut :
1. Menambah tenaga kerja dibidang pemasaran (marketer) dalam manajerial
PT. PMU
2. Merumuskan serta mengkomunikasikan visi dan misi perusahaan secara
jelas
3. Menambahkan stok sapi potong dengan mengaktifkan kembali feedlot
Strategi ketiga yang dapat dijalankan oleh PT. PMU adalah strategi S-T,
dimana startegi ini merupakan strategi derivatif (Bersifat mengambil alih dari
pihak lawan). Altenatif strategi yang dapat dilaksanakan ialah sebagai beikut :
1. mendapat sertifikat halal tentang tata cara pemotongan langsung dari MUI
2. Menjadi supplier untuk restaurant maupun rumah makan
Strategi keempat yang dapat dijalankan oleh PT. PMU adalah strategi WT, dimana strategi ini merupakan strategi defensif (Bersifat bertahan). Alternatif
strategi yang dapat dilaksanakan ialah sebagai berikut :
101
1. Pemeriksaan hewan ternak secara teratur dengan menggunakan jasa tenaga
ahli
2. Membangun loyalitas konsumen dengan menberikan potongan harga
setelah beberapa kali pemotongan di TPH PT. PMU
5.5. Prioritas Strategi Pemasaran
Hasil matriks SWOT menghasilkan 9 alternatif strategi, yaitu:
1. Mengembangkan pasar dengan menambah jumlah stok sapi serta menjual
daging dalam bentuk eceran di pasar tradisional dengan menempatkan
tenaga penjualan di pasar tradisional, untuk memotong jalur distribusi
1. 2. Menambahkan stok sapi potong dengan mengktifkan kembali feedlot
3. Membangun loyalitas konsumen dengan menberikan potongan harga
setelah beberapa kali pemotongan di TPH PT. PMU
4. Meningkatkan promosi secara kontinu melalui beberapa media promosi
5. Menjadi supplier untuk restaurant maupun rumah makan
6. Pemeriksaan kesehatan hewan ternak secara teratur dengan menggunakan
jasa tenaga ahli
7. Mendapatkan sertifikat halal tentang tata cara pemotongan langsung dari
MUI
8. Merumuskan serta mengkomunikasikan visi, misi perusahaan secara jelas
9. Menambah tenaga kerja pemasaran (marketer) dalam manajerial
perusahaan.
Ke 9 alternatif strategi di atas tidaklah dapat dilakukan secara bersamaan.
Oleh sebab itu dibutuhkan adanya peringkat untuk menentukan suatu prioritas.
102
Penentuan pemilihan prioritas strategi menggunakan melalui matriks QSPM
(Quantitatif Strategic Planning Matrix) atau yang dikenal sebagai matriks
perencanaan strategis quantitatif yang menggunakan hasil analisis dari tahap
pengolahan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang telah ada, pada
matriks SWOT.
Penghitungan nilai daya tarik mariks QSPM terhadap faktor-faktor
strategis eksternal dan internal dapat dilihat pada lampiran.5. Hasil total skor daya
tarik matriks QSPM yang menghasilkan prioritas strategi pemasaran di PT. PMU
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Prioritas Strategi Pemasaran PT. PMU
No
Prioritas Strategi
Total
Skor
1
Mengembangkan pasar dengan menambah jumlah stok sapi
serta menjual daging dalam bentuk eceran di pasar tradisional
dengan menempatkan tenaga penjualan, untuk memotong
jalur distribusi
Menambah stok sapi dengan mengaktifkan kembali feedlot
Membangun loyalitas konsumen dengan memberikan
potongan harga, setelah beberapa kali pembelian sapi di TPH
PT. PMU
Meningkatkan promosi secara kontinu melalui beberapa
media promosi
Menjadi supplier untuk restaurant maupun rumah makan
Pemeriksaaan hewan ternak secara teratur dengan
5,801
2
3
4
5
6
5,714
5,605
5,444
5,275
5,183
103
7
8
9
menggunakan jasa tenaga ahli
Mendapatkan sertifikat halal tentang tata cara pemotongan
langsung dari MUI
Merumuskan serta mengkomunikasikan visi, misi perusahaan
secara jelas
Menambah tenaga kerja pemasaran (marketer) dalam
manajerial perusahaan
5,036
4,917
4,641
Sumber : Data primer diolah, 2007
5.6 Analisis Matriks QSPM
Matrtiks QSPM secara konsep merupakan daya tarik relatif dari berbagai
strategi berdasarkan seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kunci, internal dan
eksternal dimanfaaatkan atau diperbaiki.
Dari ke 9 prioritas strategi yang diperoleh dari matriks QSPM, selanjutnya
dilakukan pengelompokan yang dimaksudkan untuk melihat keterkaitan serta
analisis mengenai prioritas strategi pemasaran yang ada.
1. Kelompok strategi pertama merupakan strategi yang berkaitan dengan
pengembangan
strategi
pemasaran
perusahaan,
strategi
seperti
mengintegrasikan feedlot yang sudah terbengkalai untuk mengontrol stok
serta membagi perusahaan kedalam dua bagian, yaitu pemotongan dan
penjualan langsung. Ditunjang oleh aspek perusahaan seperti adanya
tenaga kerja langsung yang dapat dialih fungsikan menjadi penjual daging
dipasar serta, manajer yang dekat dengan konsumen. Kelompok strategi
ini merupakan prioritas strategi yang berkaitan dengan produk dan juga
pasar.
2. Kelompok strategi kedua adalah prioritas strategi yang berkaitan dengan
pasar guna mendapatkan posisitioning dibenak konsumen, sehingga dapat
dilakukan dalam periode yang sama. Aspek promosi dalam PT. PMU
104
merupakan akses bagi konsumen yang akan menghasilkan keuntungan
bagi PT. PMU dengan, hanya mengandalkan flyer yang disebarkan hanya
pada hari raya qurban, PT. PMU tentunya tidak dapat menaikan
keuntungan secara benar. Alternatif strategi yang dipilih mewakili
keinginan PT. PMU untuk mendapatkan keuntungan yang bertambah
dengan cara menerapkanya melalui aspek pemasaran khususnya promosi.
3. Kelompok ketiga adalah prioritas strategi untuk eksistensi perusahaan.
Saat ini perusahaan perlu membangun eksistensi bisnisnya kembali
karena, melihat kondisi perusahaan yang telah dialami perusahaan
sebelumnya. Alternatif strategi perusahaan seperti menjadi supplier bagi
rumah makan dan mendapatkan sertifikat halal serta, merumuskan serta
mengkomunikasikan visi misi perusahaan, merupakan alternatif strategi
yang dapat mendefinisikan ulang aktivitas bisnis perusahaan melalui
strategi pemasaran.
Tabel 13. Kelompok Prioritas strategi PT. PMU
Kelompok
Strategi
I
Prioritas Strategi
1. Mengembangkan pasar dengan menambah jumlah stok sapi
serta menjual daging dalam bentuk eceran di pasar tradisional
dengan menempatkan tenaga penjualan, untuk memotong
jalur distribusi.
2. Menambah stok sapi dengan mengaktifkan kembali feedlot
II
1. Membangun
loyalitas
konsumen
dengan
memberikan
potongan harga, setelah beberapa kali pembelian sapi di TPH
PT. PMU
105
2. Meningkatkan promosi secara kontinu melalui beberapa
media promosi
III
1. Menjadi supplier untuk restaurant maupun rumah makan
2.
Pemeriksaaan hewan ternak secara teratur dengan
menggunakan jasa tenaga ahli.
3. Mendapatkan sertifikat halal tentang tata cara pemotongan
langsung dari MUI.
4. Merumuskan serta mengkomunikasikan visi, misi perusahaan
secara jelas.
5. Menambah tenaga kerja pemasaran (marketer) dalam
manajerial perusahaan
Sumber : Data primer diolah, 2007
106
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan utama diantaranya adalah:
kualitas sapi potong yang baik, adanya Holding compay sebagai penunjang
modal dan subsidi bagi perusahaan, sistem pengendalian yang terjaga dan
stok yang tidak pernah kosong. Sedangkan faktor strategis internal yang
menjadi kelemahan diantaranya adalah tidak konsekuennya tenaga kerja
dengan job desc yang ada, visi dan misi perusahaan yang tidak jelas,
lemahnya
manajemen
pemasaran
sehingga
perusahaan
kesulitan
mengembangkan pasar, dan terbengkalainya feedlot PT. PMU. Faktor
strategis eksternal yang menjadi peluang utama bagi PT. PMU diantaranya
adalah: nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang stabil, dan dengan adanya
permintaan akan daging sapi yang meningkat. Sedangkan faktor strategis
eksternal yang menjadi ancaman utama adalah: isu penyakit tertentu yang
berdampak pada penurunan pendapatan dan kerentanan terhadap inflasi.
2.
Analisis matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi yaitu :
a)
Strategi S-O, dimana strategi ini merupakan strategi agresif :
Mengembangkan pasar dengan menambah jumlah stok sapi serta menjual
daging dalam bentuk eceran di pasar tradisional dengan menempatkan
tenaga penjualan di pasar tradisional, untuk memotong jalur distribusi
107
Meningkatkan promosi secara kontinu dengan menambahkan media
promosi
b)
Strategi W-O, dimana strategi ini merupakan strategi konservatif. :
Menambah tenaga kerja dibidang pemasaran (Marketer) dalam
manajerial PT. PMU.
Merumuskan visi dan misi yang berwawasan global secara jelas
Menambahkan stok sapi potong dan mengaktifkan kembali feedlot
c)
Strategi S-T, dimana startegi ini merupakan strategi derivatif :
Pemberian sertifikat mutu tentang tata cara pemotongan langsung
Menjadi supplier untuk restaurant maupun rumah makan
d)
Strategi W-T, dimana strategi ini merupakan strategi defensif :
Pemeriksaan hewan ternak secara teratur dengan menggunakan jasa
tenaga ahli
Membangun loyalitas konsumen dengan menberikan potongan harga
setelah beberapa kali pemotongan di TPH PT. PMU
3.
Berdasarkan kondisi perusahaan maka didapat prioritas strategi PT. PMU
diantaranya ialah:
a)
Mengembangkan pasar dengan menambah jumlah stok sapi serta menjual
daging dalam bentuk eceran dipasar tradisonal dengan menempatkan
tenaga penjualan, untuk memotong jalur distribusi.
b)
Menambah stok dan mengaktifkan kembali feedlot
6.2 Saran
108
4. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, bahwa PT. PMU membutuhkan
strategi pemasaran diantaranya: Mengembangkan pasar dengan menambah
jumlah stok sapi serta menjual daging dalam bentuk eceran dipasar
tradisional dengan menempatkan tenaga penjualan, untuk memotong jalur
distribusi. Serta menambah stok sapi dengan mengaktifkan kembali feedlot
5. Perusahaan agar lebih mengenali karakter usaha dimana perusahaan
berada, dengan begitu perusahaan dapat menyesuaikan diri terhadap
faktor–faktor yang menjadi karakteristik usaha dibidang peternakan, serta
pada kondisi pasar saat ini
6. Perlu diadakan penelitian lanjutan terhadap sembilan prioritas strategi
yang telah ada, serta melihat kesinambungannya terhadap faktor strategis
internal perusahaan maupun eksternal perusaahaan.
109
DAFTAR PUSTAKA
BPS Statistik Peternakan. Tingkat Impor Ternak dan Hasil Ternak Tahun 19982004. (Jakarta : Departemen Pertanian RI, 2006)
Bloom, Paul N & Louise, N. Boone Strategi Pemasaran Produk, 18 Langkah
Membangun Jaringan Pemasaran Produk yang Kokoh Ed-1 (Jakarta :
Prestasi Pustaka Raya, 2006).
Chandra, Gregorius, Fandy Tjiptono & Chandra Yanto. Pemasaran Global :
Internasionalisasi dan Internetisasi (Yogyakarta : Andi, 2004).
Daryanto, Arief. Disparitas Pembangunan Perkotaan-Pedesaan di Indonesia. Di
dalam Agrimedia. Jakarta : Departemen Pertanian RI ; 2003 ; 30-39.
David, Fred R. Manajemen Strategis, Ed-7 (Jakarta : PT. Indeks, 2004).
____________ Manajemen Strategis, Ed-10 (Jakarta : PT. Salemba Empat, 2006).
Emawati, Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu Studi Kasus UD Tahu
Bintaro, [ Skripsi]. Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2007
Purba, Adelina, Erita, Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
Potong (Studi Kasus di PT. Lembu Jantan Perkasa), [Skripsi]. Jakarta,
IPB, Fakultas Peternakan : 2006.
Kartajaya, Hermawan. Seri 9 Elemen Marketing On Service (Bandung : PT.
Mizan Pustaka, 2006)
Kinear, Thomas C & James R, Taylor. Riset Pemasaran Pendekatan Terpadu Ed3 (Jakarta : Erlangga, 1988).
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Ed-Milenium (Jakarta : Prehalindo, 2002)
______ Philip. Marketing Insight From A to Z : 80 Konsep yang Harus Dipahami
Oleh Setiap Manajer Ed-1 (Jakarta : Erlangga, 2004)
______ Philip. Manajemen Pemasaran Ed-Milenium jilid 1 (Jakarta : Indeks,
2004)
110
______ Philip dan Armstrong, Gary. Dasar-dasar Pemasaran Ed.9 (Jakarta :
Indeks, 2004)
Martin Sihombing, Afpindo, 2006 Bisnis Ternak Sapi Potong Tetap
Menguntungkan. Publikasi : Selasa, 01/03/2005 : 12 :11 WIB.
Rangkuti, Fredy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21 Ed-12
(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama : 2006).
Rahardi, F & Hartono, Rudi. Agribisnis Peternakan (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama : 2005)
Riyadi, Matur. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong
Menuju 2020. (2006). www.bisnis.com. Selasa, 13 September 2006.
17:18.
Stoner, James AF, et-al. Manajemen Edisi 1 Bahasa Indonesia. (Jakarta : PT.
Prenhalindo : 1996)
Sugeng, Y, Bambang. Sapi Potong Ed-2 (Jakarta : Penebar Swadaya : 1993).
Sunny, T.H. Goh & Hor-Kheng-khoo. Marketing Wise Ed.1 (Jakarta : PT. Buana
Ilmu Populer, 2003)
Tripomo, Tedjo & Udan. Manajemen Strategis Ed-1 (Bandung : Rekayasa Sains :
2005).
Yanti, Yuni, Linda, Strategi Pemasaran Daging Sapi Segar ( Kasus Di Pasar
Swalayan TIP TOP, Jakarta). [Skripsi].Bogor: IPB, Fakultas peternakan.
2003.
111
Lampiran 1 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
Responden 1
Nama : Nyoman karya
Jabatan : Manajer pemasaran
Faktor-faktor Internal
Kualitas sapi yang baik
Adanya peusahaan induk sebagai
penunjang modal dan subsidi bagi
PT PMU
Pelayanan terhadap konsumen
yang baik
Sistem pengendalian yang
terjaga,stok sapi dikandang yang
tidak pernah kosong
Lokasi TPH perusahaan strategis
mudah dijangkau
Penjualan langsung dikandang,
sehingga konsumen bisa memilih
langsung
Recruitment tenaga kerja di
sekitar TPH
Adanya usaha penyewaan lahan
bagi TPH lain
Lahan kandang TPH merupakan
milik PT.PMU
Tidak konsekuenya tenaga kerja
dengan job desc
Lemahnya manajemen pemasaran
PT PMU sehingga kesulitan
mengembangkan pasar
Visi dan misi perusahaan yang
tidak jelas
Terbengkalainya feedlot
Total
A
A
B
3
C
2
D
2
E
2
F
2
G
3
H
3
I
2
J
3
K
2
L
2
M
2
Total
28
1
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
24
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
28
2
2
3
3
3
3
2
2
2
28
2
2
3
2
2
2
2
2
25
2
3
2
2
1
2
2
23
3
2
1
1
2
2
20
1
1
1
1
1
12
2
1
2
2
23
1
1
2
21
2
2
29
2
26
25
312
B
1
C
2
3
D
2
2
2
E
2
2
2
2
F
2
2
2
2
2
G
1
2
1
1
2
2
H
1
1
1
1
1
1
1
I
2
2
2
1
2
2
2
3
J
1
1
1
1
2
2
3
3
2
K
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
L
M
2
2
20
2
2
24
2
2
20
2
2
20
2
2
23
3
2
25
2
2
28
3
3
36
2
2
25
2
2
27
2
2
19
Responden 2
112
2
22
23
Nama : Irvan harahap
Jabatan : Manajer operasional
Faktor-faktor Internal
Kualitas sapi yang baik
Adanya peusahaan induk sebagai
penunjang modal dan subsidi bagi PT
PMU
Pelayanan terhadap konsumen yang
baik
Sistem pengendalian yang terjaga,stok
sapi dikandang yang tidak pernah
kosong
Lokasi TPH perusahaan strategis
mudah dijangkau
Penjualan langsung dikandang,
sehingga konsumen bisa memilih
langsung
Recruitment tenaga kerja di sekitar
TPH
Adanya usaha penyewaan lahan bagi
TPH lain
Lahan kandang TPH merupakan milik
PT.PMU
Tidak konsekuenya tenaga kerja
dengan job desc
Lemahnya manajemen pemasaran PT
PMU sehingga kesulitan
mengembangkan pasar
Visi dan misi perusahaan yang tidak
jelas
Terbengkalainya feedlot
Total
A
A
B
2
C
1
D
2
E
2
F
2
G
2
H
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
I
1
J
2
K
3
L
2
M
3
Total
25
1
2
3
2
2
3
25
2
3
2
2
3
2
2
27
2
2
3
2
2
3
2
2
26
2
2
3
2
2
3
2
2
26
3
2
2
2
3
2
2
26
2
2
2
3
2
2
24
3
2
3
2
2
23
2
3
2
2
25
1
2
2
22
3
3
19
2
23
21
312
B
2
C
3
2
D
2
2
2
E
2
2
2
2
F
2
2
2
2
2
G
2
2
2
2
1
1
H
1
3
1
1
2
2
2
I
3
2
2
2
2
2
2
1
J
2
1
2
2
2
2
2
2
2
K
1
2
1
1
1
1
1
1
1
3
L
m
2
1
23
2
1
23
2
2
21
2
2
22
2
2
22
2
2
22
2
2
24
2
2
25
2
2
23
2
2
26
1
1
29
2
25
113
27
Responden 3
Nama : Surjono senti
Jabatan : Manajer keuangan
Faktor-faktorInternal
Kualitas sapi yang baik
Adanya peusahaan induk sebagai penunjang
modal dan subsidi bagi PT PMU
Pelayanan terhadap konsumen yang baik
Sistem pengendalian yang terjaga,stok sapi
dikandang yang tidak pernah kosong
Lokasi TPH perusahaan strategis mudah
dijangkau
Penjualan langsung dikandang, sehingga
konsumen bisa memilih langsung
Recruitment tenaga kerja di sekitar TPH
Adanya usaha penyewaan lahan bagi TPH lain
Lahan kandang TPH merupakan milik
PT.PMU
Tidak konsekuenya tenaga kerja dengan job
desc
Lemahnya manajemen pemasaran PT PMU
sehingga kesulitan mengembangkan pasar
Visi dan misi perusahaan yang tidak jelas
Terbengkalainya feedlot
Total
A
A
B
3
C
3
D
2
E
2
F
3
G
3
H
3
3
3
1
3
2
3
3
3
2
2
3
2
I
2
J
2
K
3
L
2
M
3
Total
31
2
1
2
1
3
3
3
3
2
1
3
3
31
22
3
2
3
3
3
2
3
30
3
3
3
3
2
1
3
27
3
3
1
2
1
2
3
3
3
2
2
2
1
1
3
3
3
3
23
18
26
3
3
2
3
27
3
3
1
17
1
3
3
18
28
14
312
B
C
1
1
1
D
2
1
3
E
2
1
2
2
F
G
H
1
1
1
1
1
2
1
2
3
1
1
2
2
1
1
1
1
3
I
2
2
3
1
1
2
3
2
J
2
1
1
1
1
1
1
1
1
K
L
M
1
2
1
17
1
2
1
17
1
3
1
26
1
2
1
18
2
3
1
21
2
3
1
25
2
3
1
30
2
1
1
22
1
2
1
21
1
1
3
31
3
1
30
Responden 4
Nama : Indah wulan sari
Jabatan : Staf keuangan
114
1
20
34
Faktor-faktor Internal
Kualitas sapi yang baik
Adanya peusahaan induk sebagai
penunjang modal dan subsidi bagi PT
PMU
Pelayanan terhadap konsumen yang baik
Sistem pengendalian yang terjaga,stok
sapi dikandang yang tidak pernah kosong
Lokasi TPH perusahaan strategis mudah
dijangkau
Penjualan langsung dikandang, sehingga
konsumen bisa memilih langsung
Recruitment tenaga kerja di sekitar TPH
Adanya usaha penyewaan lahan bagi TPH
lain
Lahan kandang TPH merupakan milik
PT.PMU
Tidak konsekuenya tenaga kerja dengan
job desc
Lemahnya manajemen pemasaran PT
PMU sehingga kesulitan mengembangkan
pasar
Visi dan misi perusahaan yang tidak jelas
Terbengkalainya feedlot
Total
A
B
2
A
C
2
D
2
E
3
F
3
G
3
H
3
2
2
2
3
3
2
3
2
2
3
2
2
I
2
J
2
K
3
L
3
M
2
Total
30
2
2
2
3
3
2
2
2
3
3
2
2
27
28
2
3
2
3
3
3
1
28
2
1
1
3
3
1
1
18
3
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
2
25
25
2
3
3
2
2
25
3
2
2
2
25
2
3
2
18
2
2
2
18
19
26
312
B
C
2
2
2
D
2
2
2
E
1
1
1
1
F
G
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
H
1
2
2
1
3
2
2
I
2
2
1
2
3
2
2
2
J
2
1
2
1
1
1
1
1
1
K
L
M
1
1
2
18
2
1
2
21
2
1
2
20
1
1
3
20
1
3
3
30
1
2
2
23
1
1
2
23
1
2
2
23
2
2
2
23
2
1
2
30
2
2
30
2
29
22
Responden 5
Nama : Liaw ceming
Jabatan : Akunting
Faktor-faktor Internal
Kualitas sapi yang baik
A
A
B
3
C
2
D
2
E
2
F
3
G
3
H
3
I
3
J
3
115
K
3
L
2
M
3
To
Adanya peusahaan induk sebagai penunjang
modal dan subsidi bagi PT PMU
Pelayanan terhadap konsumen yang baik
Sistem pengendalian yang terjaga,stok sapi
dikandang yang tidak pernah kosong
Lokasi TPH perusahaan strategis mudah
dijangkau
Penjualan langsung dikandang, sehingga
konsumen bisa memilih langsung
Recruitment tenaga kerja di sekitar TPH
Adanya usaha penyewaan lahan bagi TPH lain
Lahan kandang TPH merupakan milik PT.PMU
Tidak konsekuenya tenaga kerja dengan job desc
Lemahnya manajemen pemasaran PT PMU
sehingga kesulitan mengembangkan pasar
Visi dan misi perusahaan yang tidak jelas
Terbengkalainya feedlot
Total
3
2
2
2
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
1
3
3
2
3
2
3
1
3
1
1
3
2
1
1
1
2
3
3
3
3
3
1
3
3
2
3
1
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
B
C
1
2
1
D
2
2
2
E
2
2
2
1
F
G
H
I
J
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
3
1
2
3
1
3
3
1
2
1
1
K
L
M
1
2
1
16
1
2
1
18
1
1
1
18
2
1
1
17
1
3
3
25
1
1
1
25
3
3
1
32
1
1
1
23
1
1
1
21
D
3
E
3
2
2
1
30
2
1
28
1
26
34
Lampiran 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Responden 1
Nama : Nyoman karya
Jabatan : Manajer pemasaran
Faktor-faktor Eksternal
Permintaan akan daging sapi yang
A
A
B
2
C
2
F
1
G
3
H
1
116
I
1
J
1
Total
17
meningkat
Hubungan baik dengan perusahaan lokal
yang sejenis
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang
mulai stabil
Adanya kawasan perdagangan bebas
AFTA serta kemungkinan untuk ekspor
Banyaknya pengangguran
Masuknya pemain asing sebagai pengimpor
sekaligus tempat pemotongan
Posisi tawar konsumen sama kuat yang
apabila terdapat perbedaan harga maka
konsumen dapat memilih TPH lain
Kebijakan pemerintah menaikan harga
BBM, TDL, Telephone
Kerentanan harga sapi impor terhadap
inflasi
Isu penyakit tertentu
Total
1
2
2
1
2
2
1
1
14
2
3
1
3
2
2
2
21
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
13
11
2
2
1
2
21
1
1
1
14
2
2
22
2
24
23
180
B
2
C
2
3
D
E
1
1
2
2
2
1
2
F
3
3
2
3
3
G
1
2
1
2
3
2
H
3
2
2
3
3
2
3
I
J
3
3
19
3
3
22
2
2
15
3
3
23
3
3
25
3
2
15
3
3
22
2
2
14
2
12
13
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
2
2
1
2
1
1
1
1
1
12
1
3
2
3
2
1
1
1
16
Responden 2
Nama : Irvan harahap
Jabatan : Manajer operasional
Faktor-faktor Eksternal
Permintaan akan daging sapi yang
meningkat
Hubungan baik dengan perusahaan lokal
yang sejenis
A
B
2
117
Total
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang
mulai stabil
Adanya kawasan perdagangan bebas
AFTA serta kemungkinan untuk ekspor
Banyaknya pengangguran
Masuknya pemain asing sebagai
pengimpor sekaligus tempat pemotongan
Posisi tawar konsumen sama kuat yang
apabila terdapat perbedaan harga maka
konsumen dapat memilih TPH lain
Kebijakan pemerintah menaikan harga
BBM, TDL, Telephone
Kerentanan harga sapi impor terhadap
inflasi
Isu penyakit tertentu
Total
3
3
3
1
3
2
2
22
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
13
13
3
3
3
3
23
1
2
2
20
2
2
21
1
19
21
180
C
2
3
D
E
3
2
1
2
1
1
3
F
3
1
1
3
3
G
3
2
3
3
3
1
H
3
3
1
3
3
1
3
I
J
3
3
24
3
3
20
2
2
14
2
2
23
3
3
23
1
1
13
2
2
16
2
2
15
3
17
15
Responden 3
Nama : Surjono senti
Jabatan : Manajer keuangan
Faktor-faktor Eksternal
Permintaan akan daging sapi yang
meningkat
Hubungan baik dengan perusahaan lokal
yang sejenis
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang
mulai stabil
Adanya kawasan perdagangan bebas
AFTA serta kemungkinan untuk ekspor
A
A
B
C
D
E
F
G
H
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
1
3
2
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
1
1
1
3
1
B
1
C
2
1
D
1
1
1
I
118
J
Total
Banyaknya pengangguran
Masuknya pemain asing sebagai
pengimpor sekaligus tempat pemotongan
Posisi tawar konsumen sama kuat yang
apabila terdapat perbedaan harga maka
konsumen dapat memilih TPH lain
Kebijakan pemerintah menaikan harga
BBM, TDL, Telephone
Kerentanan harga sapi impor terhadap
inflasi
Isu penyakit tertentu
Total
E
1
1
1
1
F
1
1
2
2
2
G
2
1
1
3
3
1
H
1
1
1
3
3
1
1
I
J
2
1
12
3
1
13
1
1
13
3
1
22
3
1
24
2
1
17
2
1
17
2
1
1
1
3
1
3
3
2
3
1
3
2
3
1
3
3
1
3
2
27
18
1
1
19
1
16
Responden 4
Nama : Indah wulan sari
Jabatan : Staf keuangan
Faktor-faktor Eksternal
Permintaan akan daging sapi yang meningkat
Hubungan baik dengan perusahaan lokal yang
sejenis
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang mulai
stabil
Adanya kawasan perdagangan bebas AFTA serta
kemungkinan untuk ekspor
Banyaknya pengangguran
Masuknya pemain asing sebagai pengimpor
sekaligus tempat pemotongan
Posisi tawar konsumen sama kuat yang apabila
terdapat perbedaan harga maka konsumen dapat
memilih TPH lain
Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM,
TDL, Telephone
Kerentanan harga sapi impor terhadap inflasi
Isu penyakit tertentu
Total
A
B
1
A
C
1
D
2
E
3
F
1
G
1
H
3
I
3
J
1
Tota
1
2
2
3
2
2
2
3
1
2
2
3
2
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
18
B
3
C
3
2
D
E
2
1
2
1
2
1
2
F
3
2
2
2
3
G
3
2
2
3
3
2
H
I
J
1
1
3
20
2
1
3
16
2
3
3
18
2
2
3
20
2
2
2
23
2
2
2
16
2
2
3
16
2
3
20
3
20
11
Responden 5
Nama : Liaw ceming
Jabatan : Akunting
Faktor-faktorEksternal
Permintaan akan daging sapi yang meningkat
Hubungan baik dengan perusahaan lokal yang
sejenis
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang mulai
stabil
Adanya kawasan perdagangan bebas AFTA serta
kemungkinan untuk ekspor
A
A
B
2
B
2
C
2
1
D
2
1
C
2
D
2
E
3
F
2
G
2
H
2
I
2
J
2
Tot
3
3
3
2
2
3
1
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
1
3
1
1
3
1
119
Banyaknya pengangguran
Masuknya pemain asing sebagai pengimpor
sekaligus tempat pemotongan
Posisi tawar konsumen sama kuat yang apabila
terdapat perbedaan harga maka konsumen dapat
memilih TPH lain
Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM,
TDL, Telephone
Kerentanan harga sapi impor terhadap inflasi
Isu penyakit tertentu
Total
E
1
1
1
1
F
2
2
1
3
1
G
2
2
1
1
3
2
H
I
J
2
2
2
17
1
3
1
14
1
2
1
13
3
3
1
20
3
3
1
23
1
2
1
17
3
1
1
1
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
3
2
26
18
1
2
1
17
120
2
1
19
1
14
Lampiran 3. Rata-rata Bobot faktor dan Rating Faktor Strategis Internal
No.
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
MATRIKS IFE
FAKTOR
STRATEGIS INTERNAL
R1
4
Kualitas produk yang baik
4
PT. PMU merupakan SBU dari salah satu Holding
Company, Sahabat Indonesia.
4
Pelayanan terhadap konsumen yang baik
4
Sistem pengendalian yang terjaga stok tidak pernah
kosong
4
Lokasi TPH perusahaan strategis
4
Penjualan langsung dikandang sehingga konsumen bisa
memilih langsung
4
Recruitment tenaga kerja di sekitar TPH
3
Adanya usaha penyewaan lahan bagi TPH lain
4
Lahan kandang, TPH, feedlot merupakan milik
perusahaan sendiri
2
Tidak adanya jobdesc yang jelas antar karyawan
1
Lemahnya manajemen pemasaran sehingga perusahaan
kesulitan mengembangkan pasar
2
Visi,misi dan tujuan perusahaan yang tidak jelas
2
Tebengkalainya feedlot
R2
4
4
RATING
R3
R4
4
4
4
4
R5
4
4
RATAAN
RATING
4
4
R1
0.090
0.077
R2
0.080
0.080
BOBO
R3
0.09
0.09
3
4
3
4
4
3
3
4
3.4
3.8
0.090
0.090
0.087
0.083
0.07
0.09
4
4
4
3
3
3
4
3
3.6
3.6
0.080
0.074
0.083
0.083
0.08
0.07
3
3
4
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3.2
3.4
3.8
0.064
0.038
0.074
0.077
0.074
0.080
0.05
0.08
0.08
1
1
2
2
1
2
1
2
1.4
1.6
0.067
0.093
0.071
0.061
0.05
0.05
1
2
1
2
2
2
1
2
1.4
2
0.083
0.080
1.000
0.074
0.067
1.000
0.09
0.04
1.00
R5
RATAAN
RATING
R1
R2
BOBO
R3
Lampiran 4. Rata-rata Bobot Faktor dan Rating Faktor Strategis Eksternal
MATRIKS EFE
No.
FAKTOR
STRATEGIS EKSTERNAL
R1
R2
RATING
R3
R4
121
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
Permintaan akan daging sapi meningkat
Hubungan baik dengan usaha lokal yang sejenis untuk
mengantisipasi kehabisan stok maupun keinginan
untuk joint
Nilai rupiah terhadap dollar yang mulai stabil
Adanya kawasan perdagangan bebas AFTA
Peluang untuk recruitment freshgraduate
3
2
2
2
4
3
3
4
4
3
3.2
2.2
0.094
0.078
0.067
0.089
0.13
0.12
2
2
2
4
2
2
4
4
3
3
3
2
4
3
3
3.4
2.8
2.4
0.117
0.072
0.061
0.122
0.072
0.072
0.12
0.07
0.06
Masuknya pemain asing sebagai pengimpor sekaligus
sebagai pedagang dan pemotongan
Posisi tawar konsumen sama kuat sehingga apabila
terdapat perbedaan harga produk konsumen dapat
memilih perusahaan lain
Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM, TDL,
TELPON
Kerentanan terhadap inflasi
Isu penyakit tertentu
1
4
2
1
1
1.8
0.117
0.128
0.10
3
2
2
1
2
2
0.078
0.113
0.10
3
2
2
2
2
2.2
0.122
0.117
0.09
1
1
3
1
1
2
2
1
1
2
1.6
1.4
0.133
0.128
0.105
0.117
0.11
0.05
1.000
1.000
1.00
Lampiran 5 Penilaian Nilai Daya Tarik Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif- QSPM
FAKTOR-FAKTOR KUNCI
Bobot
AS
1
0.094
0.091
0.088
0.087
0.082
0.078
0.076
0.071
0.066
4
4
3
4
3
3
3
2
2
0.376
0.182
0.264
0.348
0.246
0.234
0.228
0.142
0.132
4
3
3
3
3
3
3
2
2
0.376
0.273
0.264
0.261
0.246
0.234
0.228
0.142
0.132
3
2
3
3
2
2
1
1
2
0.
0.
0.
0.
0.
0.
0.
0.
0.
0.062
3
0.186
3
0.186
3
0.
TAS
1
AS
2
TAS
2
AS
3
TA
KEKUATAN
Kualitas sapi potong yang baik
sistem pengendalian yang terjaga dan stok tidak pernah kosong
Adanya holding company sebagai penunjang modal dan subsidi bagi perusahaan
pelayanan terhadap konsumen yang baik
lahan kandang dan TPH milik perusahaan sendiri
penjualan langsung dikandang sehngga konsumen bisa memilih langsung
lokasi TPH perusahaan strategis dan mudah dijangkau
adanya usaha penyewaan lahan bagi TPH lain
Recruitment tenaga kerja di sekitar TPH
KELEMAHAN
Tidak konsekwennya tenaga kerja dengan jobdesc
122
Terbengkalainya feedlot
Lemahnya manajemen pemasaran sehingga perusahaan kesulitan mengembangkan
pasar
visi, misi dan tujuan perusahaan yang tidak jelas
0.063
2
0.126
2
0.126
2
0.
0.067
0.075
4
3
0.268
0.225
3
3
0.201
0.225
3
3
0.
0.
0.117
0.106
0.099
0.08
0.069
3
3
4
2
2
0.351
0.318
0.106
0.16
0.138
3
2
3
2
2
0.351
0.212
0.297
0.16
0.138
2
2
3
2
2
0.
0.
0.
0
0.
0.098
3
0.294
3
0.294
2
0.
0.102
3
0.306
3
0.306
3
0.
0.103
0.112
0.114
1
3
3
3
0.309
0.336
0.342
5.617
2
2
3
0.206
0.224
0.342
5.424
2
2
3
0.
0.
0.
4.
PELUANG
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang mulai stabil
Hubungan dengan perusahaan lokal yang sejenis
Permintaan akan daging sapi yang meningkat
Adanya kawasan perdagangan bebas, AFTA serta kemungkinan ekspor
Banyaknya pengangguran
ANCAMAN
Isu penyakit tertententu
Posisi tawar konsumen sama kuat, yang apabila terdapat perbedaan harga maka
konsu
men dapat memilih perusahaan lain
Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM, TDL, Telephone
Kerentanan terhadap inflasi
Masuknya pemain asing sebagai pengimpor sekaligus tempat pemotongan
Jumlah Total nilai daya tarik
123
124
Download