Efektivitas Penggunaan Pupuk Organik yang

advertisement
1
Tujuan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropika
basah memiliki sumber bahan organik sangat
melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara
optimal. Disisi lain lahan pertanian intensif
di Indonesia semakin hari semakin menurun
produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, karena menurunnya kandungan
C-organik dalam tanah (Simanungkalit et al.
2006). Kondisi ini tentu tidak diharapkan
dalam usaha pertanian karena akan mempengaruhi produktivitas tanaman.
Interaksi antara bahan organik dan
mikrob aktivator seperti Azotobacter sp.,
Azospirillum sp., Bacillus sp., Pseudomonas
sp. yang disebut sebagai Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR) terbukti
mampu mempercepat dekomposisi bahan
organik, meningkatkan ketersediaan unsur
hara, memperbaiki kesehatan fisik, kimia dan
biologi tanah serta memacu pertumbuhan
dan ketahanan tanaman dari penyakit (Isroi
2004). Bacillus sp. dan Pseudomonas spp.
dilaporkan mampu membantu
pelarutan
fosfat (P) dan kalium dalam tanah menjadi
ion-ion yang lebih tersedia bagi tanaman.
Pseudomonas spp., Azotobacter sp., dan
Azospirillum sp. mampu menambat nitrogen,
menghasilkan hormon giberelin, sitokinin,
dan indol asetat. Pseudomonas spp. juga
dapat memproduksi enzim lignoselulolitik
yang berfungsi memecah mata rantai dari
zat-zat kimia yang tidak dapat terurai oleh
mikrob lainnya (Simanungkalit et al. 2006)
sehingga pemanfaatannya dapat memacu
pertumbuhan akar, tajuk dan tinggi tanaman
(Alexander 1977). Ketersediaan hormon
tumbuh yang cukup akan membantu masing
masing organ melakukan fungsinya secara
seimbang untuk mendukung pertumbuhan dan
produktivitas tanaman (Gardner et al. 1991).
Serangan hama dan penyakit memberi kontribusi yang cukup besar terhadap
penurunan hasil panen cabai. Penggunaan
pestisida sintetis pada tanaman cabai dapat
menambah biaya produksi hingga mencapai
51 % dan akan menyisakan residu kimia yang
dapat mengganggu kesehatan lingkungan
(Basuki 1988). Pengendalian dan peningkatan
ketahanan tanaman terhadap penyakit secara
biologis dapat menjadi salah satu solusi
aman untuk meminimalisasi keadaan tersebut
(Prabaningrum et al. 1996).
Mengkaji pengaruh pupuk organik
yang diperkaya mikrob aktivator pada
berbagai dosis dalam mengatur keseimbangan
tajuk dan akar tanaman cabai (Capsicum
annuum L.) sebagai pendukung kualitas
produksi serta biokontrol terhadap serangan
hama dan penyakit.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September 2010 - Februari 2011 di Rumah
Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen
Biologi, FMIPA IPB, Laboratorium Kesubur
an Tanah dan Sumber Daya Lahan Departemen Ilmu Tanah Faperta IPB.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan antara lain:
jerami, mikrob aktivator PGPR Azospirillum
sp. (Strain NS01), Azotobacter sp. (Strain
HY1141), Bacillus subtilis (Strain HU48),
Pseudomonas beteli (Strain ATCC1986IT),
pupuk kandang, tanah latosol, benih cabai
merah hibrida varietas Kanjeng. Alat yang
digunakan: tempat pembuatan kompos, sekop,
cangkul, garpu, gembor, ember, plastik mulsa,
termometer, alat timbang dan oven.
Metode Penelitian
Pembuatan Pupuk Organik
(Pengomposan)
Bahan utama berasal dari jerami dan
pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 dan
3:1. Pembuatan pupuk dilakukan di permuka an tanah berukuran dasar: panjang 2 m, lebar
2 m, dan tinggi 1 m. Bagian tepi dipadatkan
dan di sekitar timbunan diberi peneduh dan
pelindung. Lapisan dasar berupa jerami diikuti
pupuk kandang dengan ketebalan 10-20 cm
untuk setiap lapisan hingga ketinggian 1 m.
Sejumlah air disiramkan ke dalamnya hingga
mencapai kelembaban 70 %, lalu ditutup
dengan terpal. Hari ke-3 dilakukan pengecek
-an suhu. Pengadukan dilakukan setelah masa
inkubasi pada hari ke-15, setelah bahan
tercampur rata dilakukan penambahan larutan
yang mengandung mikrob aktivator (MA)
konsentrasi 0.5 % (v/w) dari dosis pupuk
organik. Setelah homogen pupuk diinkubasi
kembali selama 25 hari.
Pupuk organik yang digunakan diperkaya oleh mikrob aktivator seperti Bacillus
subtilis (Strain HU48), Pseudomonas beteli
2
(Strain ATCC1986IT), Azotobacter sp. (Strain
HY1141), dan Azospirillum sp. (Strain NS01)
yang merupakan koleksi dari Departemen
Biologi Fakultas MIPA IPB. Isolat bakteri
diperbanyak dengan menggunakan media
spesifik sesuai jenis isolat yaitu media
NB (Nutrient broth) untuk Bacillus subtilis,
media TSB (Tripticase soy broth) untuk
Pseudomonas beteli, media LGI (Nitrogen
free medium) untuk Azotobacter sp., dan
media NFB (Nitrogen free bromthymolblue)
untuk Azospirillum sp. Masing-masing isolat
dipanen pada fase eksponensial dengan
kerapat an 108 sel/ml dan dipekatkan dengan
menggunakan metode sentrifugasi. Pelet
bakteri yang berasal dari 2 liter biakan
disuspensikan kembali dalam volume 50 ml,
kemudian dicampurkan dengan 1 kg gambut
sebagai media pembawa.
Analisis Unsur Hara
Analisis unsur hara C, N, P, K, Ca, dan
Mg dilakukan melalui jasa Laboratorium
Kesuburan Tanah dan Sumber Daya Lahan
Departemen Ilmu Tanah Faperta IPB.
Aplikasi
Pupuk
Organik
terhadap
Tanaman Cabai
Penanaman cabai: Bibit disemai pada
tray dengan media semai tanah dan kompos
1:1, setelah berumur 3 minggu bibit dipindah
ke dalam pot. Rancangan percobaan yang
digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap
(RAL) satu faktor dengan 6 taraf perlakuan:
P1:
tanaman cabai dengan penambahan
pupuk organik dosis 2:1 tidak diperkaya MA
P2:
tanaman cabai dengan penambahan
pupuk organik dosis 2:1 diperkaya
MA
P3:
tanaman cabai dengan penambahan
pupuk organik dosis 3:1 tidak diperkaya MA
P4:
tanaman cabai dengan penambahan
pupuk organik dosis 3:1 diperkaya
MA
NPK: tanaman cabai dengan penambahan
pupuk anorganik
Ko :
tanaman cabai tanpa penambahan
pupuk
Setiap jenis perlakuan diulang 9 kali.
Pengamatan
dilakukan
terhadap
kualitas pupuk organik dengan penambahan
mikrob aktivator dan tanpa penambahan
mikrob aktivator serta pengamatan terhadap
pertumbuhan tanaman cabai dengan peubah
yaitu: tinggi tanaman, diameter batang, jumlah
cabang, jumlah daun, diameter dan panjang
akar primer, panjang akar lateral, jumlah akar
lateral, bobot kering akar, bobot kering tajuk
dan bobot buah.
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan
perangkat lunak SPSS versi 16.0 dan uji
lanjutan Duncan pada taraf kepercayaan 95%.
HASIL
Analisis Fisik dan Kimia Medium Tanam
Hasil analisis tanah menunjukkan
bahwa tanah yang digunakan sebagai media
tanam cabai termasuk ke dalam tanah
masam dengan pH 5.30 (Lampiran 1) bila
dibandingkan dengan standar yang ada
(Lampiran 2). Tanah yang digunakan sebagai
media tanam ini juga memiliki kandungan
C-organik yang sangat rendah (0.95 %),
N-total rendah (0.1 %), P tersedia sangat
rendah (3.8 ppm) dan kandungan basa yang
dapat ditukar seperti Ca (1.1 me/100 g),
Mg (0.79 me/100 g) dan K (0.3 me/100 g)
yang tergolong rendah (Lampiran 1).
Pupuk organik telah diuji secara fisik
dan kimia. Secara fisik pupuk yang diperkaya
mikrob aktivator (P2 dan P4) tidak berbeda
dengan pupuk organik tanpa mikrob aktivator
(P1 dan P2). Keduanya berwarna coklat
kehitaman seperti tanah, tekstur remah
dan agak berbau tanah. Berdasarkan hasil
analisis, pupuk organik yang diperkaya MA
memiliki kandungan C organik sebesar 54,64
% pada P2 dan 55.17 % pada P4. Kandungan
N sebesar 1.29 % pada P2 dan 1.50 % pada
P4. Kandungan P sebesar 0.82 % pada P2 dan
0.96 % pada P4. Sementara kandungan K
yang terdapat pada P2 dan P4 sebesar 1.09
%. Secara umum pupuk organik yang
diperkaya MA memiliki kandungan hara
makro yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pupuk organik yang tidak diperkaya
MA. (Lampiran 3)
Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Cabai
Penanaman cabai dilakukan di rumah
kaca untuk mengetahui efektivitas dari
aplikasi pupuk organik yang diperkaya mikrob
aktivator terhadap pertumbuhan tanaman
cabai.
Hasil analisis statistik menunjukkan
pemberian pupuk organik yang diperkaya MA
(P2 dan P4) memiliki respon yang lebih baik
tehadap peningkatan tinggi tanaman dan
lingkar batang walau tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan pupuk organik tidak
diperkaya MA (P1 dan P3) dan pupuk
Download