BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 State Of The Art Tabel

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
State Of The Art
Tabel 2.1
State Of The Art
Nama
Tahun
Judul Penelitian
Hasil penelitian
Perbandingan
Penelitian
Mega Dini 2014
Analisis
Hasil penelitian ini
Di dalam jurnal ini
Pradani
Komunikasi
menunjukkan bahwa
yang menjadi fokus
Organisasi
komunikasi ke atas di
penelitiannya adalah
Vertikal
CV Semoga Jaya
bagaimaan hasil
Mengenai
Excelso kurang efektif
komunikasi vertikal
Masalah
dikarenakan karyawan
yang dilakukan
Kompensasi
segan untuk membuka
sebuah organisasi
Insentif Di CV
topik pembicaraan dan
dapat menimbulkan
Semoga Jaya
segan untuk
masalah dalam
Excelso
menyampaikan
pemberian insentif
Samarinda
informasi karena atasan
sehingga
(ejournal Ilmu
kurang membuka diri
menyebabkan para
Komunikasi)
dan tidak ada
karyawan tidak puas
pendekatan kepada
dengan sistem
karyawan. Komunikasi
manajemen
ke bawah juga tidak
perusahaan dan
berjalan lancar karena
berimbas pada
kurangnya sensitivitas
kualitas pelayanan
dan kepedulian atasan
yang menurun.
terhadap hak dari para
Sedangkan dalam
karyawan sehingga
penelitian ini
menyebabkan kinerja
berfokus pada
dan kedisiplinan para
bagaimana hasil
karyawan dalam
komunikasi vertikal
mengerjakan tugasnya
yang dijalankan
menjadi menurun.
divisi Public
Komunikasi yang
Relations dalam
kurang efektif itu
sebuah organisasi
menimbulkan masalah
dapat berpengaruh
dalam pemberian
terhadap kesuksesan
insentif sehingga
pelaksanaan event.
menyebabkan para
karyawan tidak puas
dengan sistem
manajemen perusahaan
dan berimbas pada
kualitas pelayanan yang
menurun.
Bangun
Theofaldy
2013
Alur Komunikasi
Berdasarkan hasil
Dalam jurnal ini
Vertikal Dalam
penelitian dapat
menggunakan teori
Meningkatkan
diketahui bahwa alur
hubungan manusia
Semangat Kerja
komunikasi vertical
Pegawai Di
dalam kategori bagus
Kantor Dinas
Artinya, komunikasi
Pendapatan
atasan dan
Daerah Kota
bawahan dapat
dimana dalam teori
Samarinda
dilaksanakan dengan
tersebut menekankan
baik tetapi masih
pada pentingnya
terdapat ”pembatas”
hubungan sosial
(Studi Pada
Bagian
Pelayanan Pajak
yang menyebabkan
Bumi Dan
komunikasi tidak dapat
Bangunan)
berlangsung dengan
yang dipelopori oelh
Barnard (1938),
Elton Mayo (1933),
Roethlisberger dan
Dickson(1939),
yang disebabkan
karena hubungan
manusiawi atau
interaksi, juga pada
(ejournal Ilmu
baik. Peningkatan
perhatian terhadap
Komunikasi)
semangat kerja pegawai
pegawai dan proses
Dinas Pendapatan
kelompok yang
daerah Kota Samarinda
terjadi di antara
bagian Pelayanan Pajak
anggota organisasi.
Bumi dan Bangunan
Sedangkan didalam
secara umum juga
penelitian ini
dikatakan dalam
kategori tinggi. Artinya
semangat kerja pegawai
mengalami peningkatan
menggunkan teori
integratif dalam
komunikasi
organisasi.
meskipun tidak terlalu
pesat.
Eni
Fitriyani
2013
Analisis
Hasil penelitian ini
Penelitian yang
Kegiatan
menunjukkan bahwa
dilakukan dalam
Komunikasi
kegiatan komunikasi
jurnal ini berfokus
Organisasi Pada
organisasi pada PT.
pada kegiatan
komunikasi
PT. Kresna Duta
Kresna Duta Agroindo
Agroindo
Sinar Mas Group
Perkebunan
berjalan aktif,
Sinar Mas Group
namun komunikasi
organisasi,
Kecamatan
antara atasan dengan
sedangkan dalam
Kombeng
bawahan,serta bawahan
penelitian ini akan
dengan atasan kurang
berfokus pada
efektif, dikarenakan
komunikasi vertikal
kurangnya kepedulian
di divisi Public
atasan terhadap
Relations saat
Kabupaten Kutai
Timur (ejournal
Ilmu
Komunikasi)
bawahan sehingga
membuat para
karyawan merasa segan
untuk menyampaikan
organisasi secra
vertikal dan
horizontal di dalam
mengerjakan sebuah
project event.
pendapat kepada
pimpinan.
Adelman,
2012
Dalam jurnal ini
Promoting
Hasil penelitian
Kimberly
Employee Voice
menunjukkan para CEO berfokus pada
PhD :
and Upward
pemenang penghargaan
bagaimana CEO
Stokes,
Communication
difasilitasi suara
memainkan peran
Charles D,
in Healthcare:
karyawan dengan
kunci dalam
BSN,
The CEO's
menjadi didekat ,
mengembangkan
MHA,
Influence
terutama dicapai
budaya yang
FACHE
(Journal of
melalui kehadiran rutin
menumbuhkan suara
Healthcare
mereka di seluruh
karyawan dan
Management)
organisasi. Dengan
komunikasi ke atas
menjadi konsisten
sehingga CEO dapat
terlihat dan tersedia
memenangkan
bagi karyawan CEO ini
penghargaan,
dibina hubungan ,
sedangkan dalam
membangun
penelitian ini
kepercayaan , dan
berfokus pada
dipromosikan
bagaimana
komunikasi terbuka.
komunikasi vertikal
Pemimpin dalam
baik itu komunikais
penelitian ini
ke atas dan ke bawah
menciptakan fokus
di dalam organisasi
budaya pada perbaikan
yang dilakukan oleh
terus-menerus sebagian
divisi Public
besar dibangun di
Relations dapat
sekitar transparansi
berpengaruh dalam
informasi , khususnya
mensukseskan
mencari berita buruk
sebuah event.
dari karyawan mereka.
Undangan suara dan
respon suara positif dari
para pemimpin
diperkuat bahwa umpan
balik ke atas yang kritis
tidak hanya menyambut
, tapi diharapkan .
Organizational
Perwakilan dari teori
Pada jurnal ini berisi
Semegine,
Internal
organisasi telah
komunikasi internal
Eva
Communication
berurusan dengan
dalam organisasi
As A Means Of
pertanyaan tentang
dalam artian yang
Improving
komunikasi organisasi.
luas di dalam
Efficiency(Europ
Namun ada belum ada
organisasi,
ean Scientific
perbedaan dari fitur lain
sedangkan dalam
Journal)
dari organisasi (ukuran,
penelitian ini hanya
struktur, pembagian
akan berfokus pada
kerja, fungsi yang
komunikasi internal
efisien, teori
di dalam organisasi
kepemimpinan). Saat
yaitu komunikasi ke
itu adalah prasyarat
atas dan ke bawah di
menuju staf bahkan
dalam organisasi
dalam posisi yang
saat melakukan
paling sederhana untuk
sebuah event.
Tariszka-
2012
memiliki tingkat
tertentu keterampilan
komunikasi. Hal ini
dianggap sebagai lebih
penting dengan
manajer. Organisasi
telah mengakui bahwa
tingkat komunikasi
dalam organisasi
menentukan efisiensi
organisasi. Perhatian
telah berpaling ke arah
studi tentang berbagai
bidang komunikasi
organisasi. Sebagian
besar penelitian
berurusan dengan efek
pada kinerja ditentukan
oleh seberapa baik staf
disediakan dengan
informasi, dan tingkat
kepuasan dengan arah
komunikasi (horizontal,
vertikal)
2.2
Landasan Konseptual
2.2.1
Teori Integratif dalam komunikasi organisasi
Teori yang dikemukakan oleh Richard Farace, Peter Monge, dan
Harnish Russel ini menunjukkan suatu pandangan umum yang sangat
menarik
mengenai
konsep-konsep
sistem
dan
organisasi.Mereka
menempatkan komunikasi sebagai pusat dari struktur organisasi. Mereka
mendefinisikan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang setidaknya terdiri
dari dua orang (atau lebih), ada saling ketergantungan, input, proses dan
output : kelompok ini berkomunikasi dan bekerja sama untuk menghasilkan
suatu hasil akhir dengan menggunakan energi, informasi, dan bahan-bahan
lain dari lingkungan. (Rohim, 2009 : 156)
Salah
satu
sumber
daya
penting
dalam
organisasi
adalah
informasi.Dengan menggunakan teori informasi sebagai dasar, Farace dan
rekannya mendefinisikan informasi ke dalam pengertian untuk mengurangi
ketidakpastian. Ketika orang mampu untuk memperkirakan pola-pola yang
akan terjadi dalam aliran tugas dan hubungan-hubungannya, maka
ketidakpastian dapat dikurangi dan informasi berhasil diperoleh. Komunikasi
sendiri, sebagian merupakan pengurangan ketidakpastian melalui informasi,
karena komunikasi mencakup penggunaan ‘bentuk-bentuk simbolis’ umum
yang saling dimengerti oleh para partisipannya. (Rohim, 2009 : 156)
Kerangka struktural fungsional bagi komunikasi organisasi terletak
pada 3 (tiga) dimensi analitis, yaitu : (Rohim, 2009 : 157 – 158)
1. Sistem level
Terdiri dari 4 (empat) sublevel :
a.
b.
c.
d.
Individu
dyadic
Kelompok, dan
Organisasional dalam suatu prinsip hierarki sistem.
Individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam dyadic. Beberapa
dyadic berkerumun bersama – sama ke dalam ke kelompok. Organisasi
sebagai suatu keseluruhan adalah suatu sistem dari kelompok – kelompok
yang saling berhubungan dan membentuk suatu jaringan kerja makro.
2. Fungsi
Pada setiap level analisis, kita dapat mengamati fungsi – fungsi komunikasi.
Di antara berbagai fungsi komunikasi yang ada, Farace menekankan pada 3
(tiga) fungsi :
a. Produksi
Mengacu pada pengarahan koordinasi dan kontrol terhadap aktivitas –
aktivitas organisasi.
b. Inovasi
Membangkitkan atau mendorong perubahan dan gagasan baru dalam
sistem.
c. Pemeliharaan
Untuk melindungi nilai – nilai individual dan hubungan antar pribadi
yang dibutuhkan untuk mempertahankan sistem.
3. Struktur
Berkaitan dengan tumbuhnya pola – pola atau aturan – aturan dalam
penyampaian pesan. Pada setiap level (individual, dyadic, kelompok dan
organisasional) kita dapat meneliti cara – cara bagaimana komunikasi dapat
berfungsi dan distrukturkan.
Berdasarkan kerangka struktural fungsional bagi komunikasi organisasi
terletak pada 3 (tiga) dimensi analitis yaitu sistem level, fungsi dan struktur.
Penelitian ini ingin melihat bagaimana ke 3 dimensi tersebut berpengaruh
terhadap komunikasi yang dilakukan oleh Corporate Public Relations BINA
NUSANTARA saat berkomunikasi ke atas, yaitu berkomunikasi secara
langsung dengan Corporate Communication Manager. Selain itu, bagaimana
komunikasi ke bawah yaitu saat Corporate Communication Manager
berkomunikasi secara langsung dengan Corporate Public Relations ketika
mempersiapkan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam
Sutera.
2.2.2
Komunikasi organisasi :
Para ahli belum mempunyai persepsi yang sama mengenai
komunikasi organisasi. Berikut beberapa persepsi para ahli mengenai
komunikasi organisasi : (Muhammad, 2008 : 65 – 66)
1. Persepsi Redding dan Sanborn
Mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang temasuk dalam
bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, komunikasi
downward atau komunikasi dari atasan ke bawahan, komunikasi upward atau
komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi
dari orang-orangyang sama level/tingkatnya dalam organisasi.
2. Persepsi Katz dan Kahn
Mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi,
pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi.
3. Persepsi Zelko dan Dance
Mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling
tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti
komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada
bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan
komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap
lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi,
pembuatan iklan dan hubungan dengan masyarakat umum.
4. Persepsi Thayer
Dia mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani
komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara. Dia
memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu :
a. Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau
beroprasinya organisasi;
b. Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah,
aturan-aturan dan petunjuk-petunjuk;
c. Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi.
5. Persepsi Greenbaunm
Mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi
formal dan informal dalam organisasi.
Sedangkan, Menurut Pace komunikasi organisasi adalah:
“secara fungsional komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari
unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan
lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.” (Pace, 2010 : 31)
Berdasarkan kutipan Goldhaber oleh Romli (2011 : 13), :
“komunikasi organisasi adalah proses menciptakan atau saling menukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.”
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa komunikasi organisasi merupakan bentuk pertukaran pesan diantara
orang-orang yang berada di dalam organisasi tersebut melalui komunikasi
internal, hubungan manusia, komunikasi downward atau komunikasi dari
atasan ke bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan ke
atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang – orang yang sama
level/tingkatnya dalam organisasi untuk memperoleh kesamaan makna di
dalam lingkungan organisasi sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di dalam
berhubungan antar anggota organisasi.
2.2.3
Fungsi Komunikasi Organisasi
Menurut Sasa Djuarsa Senjaya (2007 : 48) fungsi komunikasi
organisasi adalah :
a. Fungsi Informatif
Organisasi sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.Artinya,
seluruh anggota dalam organisasi tersebut memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu.Informasi yang didapat memungkinkan
setiap anggota organisasi melaksanakan tugasnya secara lebih pasti.Informasi
pada dasarnya diperlukan sebagai arahan oleh semua individu yang
mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.Anggota organisasi
dalam tatanan manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu
kebijakan organisasi atau untuk mengatasi konflik yang terjadi di dalam
organisasi, sedangkan anggota organisasi dalam tatanan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi sebagai arahan untuk melaksanakan pekerjaan.
b. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan – peraturan yang berlaku
dalam organisasi. Pengaruh dari fungsi ini terhadap organisasi adalah,
pertama, atasan dalam tatanan manajemen (yaitu yang memiliki kewenangan
untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan) memiliki
kewenangan untuk memberi instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur
organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada bagian atas supaya
perintah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kedua, berkaitan dengan
pesan. Pesan regulatif didasarkan oleh orientasi pada saat kerja. Artinya,
bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan (yang
boleh/tidak boleh dikerjakan).
c. Fungsi Persuasif
Banyak pimpinan yang lebih memilih untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah, karena dalam mengatur organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan
akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibandingkan apabila
pemimpin sering menggunakan kekuasaan dan kewenangannya terhadap
karyawan.
d. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran komunikasi yang
memungkinkan karyawan dapat melakukan pekerjaan dengan baik.Terdapat
dua saluran yaitu saluran komunikasi formal (news letter, bulletin, email) dan
saluran komunikasi informal (perbincangan antar pribadi, masa istirahat
kerja, dll).
Di dalam organisasi komunikasi organisasi harus dapat berfungsi
secara optimal agar setiap anggota organisasi dapat melakukan pekerjaannya
sesuai dengan standar perusahaan sehingga nantinya akan menguntungkan
organisasi melalui pencapaian tujuan organisasi.
2.2.4
Jaringan Komunikasi dalam Organisasi
Menurut Arni Muhammad (2011 : 107) jaringan komunikasi dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Jaringan komunikasi formal
Jaringan komunikasi formal salurannya ditententukan oleh struktur yang telah
direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi.Komunikasi formal
ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen
maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan
yang telah ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda.
2. Jaringan komunikasi informal
Jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidaklah
mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari interaksi sosial yang
wajar di antara anggota organisasi.Yang termasuk komunikasi informal ini
adalah berita – berita dari mulut kemulut mengenai diri seseorang, pimpinan
maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia.
Berdasarkan pengertian 2 (dua) jaringan komunikasi di atas,
penelitian ini akan berfokus pada jaringan komunikasi formal yang terjadi di
dalam organisasi. Penelitian ini ingin melihat jaringan komunikasi formal
yang dilakukan oleh
Corporate Public Relations pada saat projectevent
Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera.
2.2.5
Jaringan komunikasi Formal dalam Organisasi
Bila pesan mengalir melalui jalur resmi yang ditentukan oleh hierarki
resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan.maka pesan itu menurut jaringan
komunikasi formal. Ada tiga bentuk arus pesan dalam jaringan komunikasi
formal organisasi yaitu :
1. Downward communication atau komunikasi kepada bawahan
2. Upward communication atau komunikasi kepada atasan
3. Horizontal Communicationatau komunikasi horizontal. (Muhammad, 2011 :
107)
Berdasarkan tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan
komunikasi formal di atas, penelitian ini akan berfokus pada komunikasi ke
atas dan ke bawah yang dilakukan CorporatePublic Relations BINA
NUSANTARA saat mempersiapkan event Topping Off BINUS UNIVERSITY
di Alam Sutera.
2.2.6
Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah merupakan yang dikirim dari hierarki yang
lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah (Wiryanto, 2008 : 64). Sedangkan
menurut Arni Muhammad :
“Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para
atasan atau para pimpinan kepada bawahannya.Pesan tersebut biasanya
berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan
kebijaksanaan umum.” (Muhammad, 2011 : 108)
Berdasarkan 2 (dua) pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan
bahwa komunikasi ke bawah merupakan komunikasi yang dilakukan atasan
kepada bawahan di dalam organisasi.Di dalam komunikasi tersebut, berisi
pesan untuk mengarahkan karyawan, memberitahukan tujuan organisasi,
memberikan
perintah
untuk
melakukan
pekerjaan.Selain
itu,
untuk
mengajukan pertanyaan kepada karyawan mengenai pekerjaan yang
karyawan lakukan dan memberitahukan kebijaksanaan umum perusahaan
kepada karyawan, seperti peraturan organisasi. Dalam penelitian ini akan
menggunakan jaringan komunikasi formal dengan bentuk komunikasi ke
bawah, Karena dalam penelitian ini ingin melihat, bagaimana bentuk
komunikasi ke bawah yang dilakukan oleh Corporate Communication
Manager saat project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam
Sutera untuk membantu Corporate Public Relations dalam menjalankan
project event.
2.2.6.1 Jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada
bawahan
Ada 5 (lima) jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan
kepada bawahan (Katz & Khan, 1996) :
a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan,
b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan,
c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi,
d. Informasi mengenai kinerja karyawan, dan
e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of
mission) (Pace, 2010 : 185)
Berdasarkan
5
(lima)
jenis
informasi
yang
biasa
dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, dalam penelitian ini
ingin berfokus untuk melihat jenis informasi apa yang biasa
diberikan
oleh
Corporate
Communication
Manager
kepada
Corporate Public Relations pada project event Topping Off BINUS
UNIVERSITY di Alam Sutera sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
informasi dalam menjalankan tugasnya.
2.2.6.2 Faktor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah :
Arus komunikasi daripada atasan kepada bawahan tidaklah
selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi berbagai faktor, antara lain
sebagai berikut : (Muhammad, 2011 : 110 – 112)
a. Keterbukaan
Kurangnya sikap terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan
menyebabkan pemblokkan atau tidak mau menyampaikan pesan dan
gangguan dalam pesan. Umumnya para pemimpin tidak begitu
memperhatikan arus komunikasi ke bawah.Pemimpin mau
memberikan informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu
penting bagi penyelesaian tugas.Tetapi apabila pesan tidak relevan
dengan tugas pesan tersebut tetap dipegangnya.
b. Kepercayaan pada pesan tulisan
Kebanyakan para pemimpin lebih percaya pada pesan tulisan dan
metode difusi yang menggunakan alat – alat elektronik daripada pesan
yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka.Hal ini menjadikan
pemimpin lebih banyak menyampaikan pesan tertulis berupa bulletin,
manual yang mahal – mahal, buklet, dan film sebagai pengganti
kontak personal secara tatap muka antara atasan dan bawahan.Hasil
penelitian Dahle (1981) menunjukkan bahwa pesan itu lebih efektif
bila dikirimkan dalam bentuk lisan dan tulisan.
c. Pesan berlebihan
Karena banyaknya pesan – pesan dikirimkan secara tertulis maka
karyawan dibebani dengan memo – memo, bulletin, surat – surat
pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga
banyak sekali pesan – pesan yang harus di baca oleh karyawan. Reaksi
karyawan biasanya yerhadap pesan – pesan tersebut cenderung untuk
tidak membacanya.
d. Timing
Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi
komunikasi ke bawah.Pemimpin hendaklah memperimbangkan saat
yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada
tingkah laku karyawan.
e. Penyaringan
Pesan – pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya
diterima oleh mereka. Tetapi mereka saring mana yag lebih mereka
perlukan.
Dari 5 (lima) hal yang menyebabkan gangguan dalam
menjalankan komunikasi ke bawah. Dalam penelitian ini ingin
melihat, apakah pada saat menjalankan project event Topping Off
BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera terdapat gangguan yang
mengganggu kelancaran jalannya informasi dari atasan yaitu
Corporate Communication Manager kepada bawahnnya yaitu
Corporate Public Relations.
2.2.6.3 Penyempurnaan komunikasi ke bawah :
Karena adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari
atasankepada bawahan maka pemimpin perlu memperhatikan cara –
cara penyampaian pesan yang efektif. Davis (1976) memberikan saran –
saran dalam hal itu sebagai berikut : (Muhammad, 2011 : 112 – 113) :
a. Pemimpin hendaklah sanggup memberikan informasi kepada
karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pemimpin tidak
mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan
terus – terang dan berjanji akan mencarikannya.
b. Pemimpin hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh
karyawan. Pemimpin hendaklah membantu karyawan merasa diberi
informasi.
c. Pemimpin hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi,
sehingga karyawan dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan
dengan tindakan – tindakan pengelolaan yang mempengaruhi mereka.
d. Pemimpin hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara
pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan
kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya
persetujuan yang diperlukan antara atasan dan bawahan.
Cara penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan yang efektif
mutlak harus dilakukan di dalam organisasi, terutama dalam menjalankan
sebuah project event.Penyampaian informasi dari atas ke bawah yang efektif
dalam perencanaan dan pelaksanaan project event, akan membuat tidak
terjadi
miscommunication
mengakibatkanterhambatnya
diantara
atasan
bawahan
dalam
dan
bawahan.Yangbakan
menjalankan
tugasnya,
sehingga nantinya akan mengakibatkan project event tersebut akan terlaksana
dengan baik.
2.2.6.4 Metode komunikasi ke bawah :
Pace (1989) mengemukakan 4 (empat) klasifikasi metode untuk itu
yaitu : metode lisan, tulisan , gambar dan campuran dari lisan-tulisan dan
gambar (Muhammad, 2011 : 114). Bentuk Komunikasi yang biasa digunakan
dalam tiap metode adalah sebagai berikut :
1) Metode lisan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Rapat, diskusi, seminar, konferensi
Interview
Telepon
Sistem intercom
Kontak interpersonal
Laporan lisan
Ceramah
2) Metode tulisan
a.
b.
c.
d.
Surat
Memo
Telegram
Majalah
e.
f.
g.
h.
i.
Surat kabar
Deskripsi pekerjaan
Panduan pelaksanaan pekerjaan
Laporan tertulis
Pedoman kebijaksanaan
3) Metode gambar
a. Grafik
b. Poster
c. Peta
d. Film
e. Slide
f. Display
g. Foto (Muhammad, 2011 : 116).
Menurut hasil penelitian Dahle (1981) dalam Muhammad (2011 :
111) menunjukkan bahwa pesan akan lebih efektif bila dikirimkan dalam
bentuk lisan dan tulisan. Jadi bukan hanya bentuk tertulis saja.
Komunikasi tatap muka lebih disenangi karyawan daripada media cetak.
Menurut Pace (2010 : 186 – 188) ada 6 (enam) kriteria yang sering
digunakan untuk memilih metode penyampaian pesan kepada para karyawan
(Level & Galle, 1988) :
a. Ketersediaan
Metode – metode yang sudah tersedia dalam suatu organisasi lebih
cenderung untuk digunakan. Setelah menginventarisasikan metode yang
tesedia, organisasi dapat memutuskan metode apa yang dapat
ditambahkan untuk suatu program keseluruhan yang lebih efektif.
b. Biaya
Metode yang dinilai paling murah cenderung dipilih untuk penyebaran
informasi rutin dan tidak mendesak.Bila diperlukan atau diinginkan
penyebaran informasi yang tidak rutin atau mendesak, metode yang lebih
mahal tetapi lebih cepat dapat digunakan.
c. Pengaruh
Metode yang tampaknya member pengaruh atau kesan paling besar sering
dipilih diripada metode yang baku.
d. Relevansi
Metode yang tampak paling relevan dengan tujuan yang ingin dicapai
akan lebih sering dipilih. Bila tujuannya singkat dan sekedar
menyampaikan informasi, dapat dilakukan dengan pembicaraan diikuti
oleh memo. Bila tujuannya menyampaikan masalah yang rinciannya
rumit, metode laporan teknis tertulis adalah metode yang mungkin akan
dipilih.
e. Respons
Metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah dikehendaki
atau diperlukan respons khusus terhadap informasi tersebut. Dalam
lingkungan pelatihan mungkin diinginkan menggunakan metode yang
memungkinkan dan mendorong peserta pelatihan untuk bersikap tanggap
dan mengajukan pertanyaan.Dalam kasus seperti ini, pertemuan tatap
muka mungkin menjadi metode yang dipilih.
f. Keahlian
Metode yang tampaknya sesuai dengan kemampuan pengirim untuk
menggunakannya dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya
cenderung digunakan daripada metode yang tampaknya diluar
kemampuan komunikator atau di luar kemampuan pemahaman pegawai
yang menerimanya.
Berdasarkan metode komunikasi ke bawah yang digunakan atasan
untuk memberikan informasi kepada bawahannya diatas, yang terdiri dari
metode tulisan, lisan, gambar atau gabungan dari ketiganya. Maka dalam
penelitian ini ingin melihat metode apa yang digunakan oleh Corporate
Communication Manager ketika berkomunikasi dengan Corporate Public
Relations dalam project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam
Sutera ini. Selain itu, dalam penelitian ini juga ingin melihat, apakah
pertimbangan Corporate Communication Manager untuk memilih metode
penyampaian pesan tersebut kepada bawahannya.
2.3.7
Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat
hierarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi (Wiryanto, 2008 : 62).
Hal
tersebut senada dengan yang di katakan oleh Arni Muhammad (2011 :
116 – 117) :
“Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari
bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat
yang lebih tinggi.Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan
balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi
keatas merupakan pesan yang disampaikan oleh bawahan
kepada atasannya di dalam organisasi.Tujuannya adalah untuk memberikan
balikan kepada atasan, memberikan saran kepada atasan dan mengajukan
pertanyaan kepada atasan di dalam organisasi. Penelitian ini akan berfokus
pada bentuk arus pesan komunikasi ke atas. Pada penelitian ini ingin melihat,
bagaimana komunikasi ke atas yang dilakukan oleh Corporate Public
Relations dalam memberikan saran dan ide - idenyakepada Corporate
Communication Manager pada saat mempersiapkan project event Topping
Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. Umpan balik berupa saran dan ide
– ide yang diberikan oleh Corporate Public Relations,
diperlukan
oleh
Corporate Communication Manager untuk mengetahui semangat kerja para
karyawan dan
berbagai ketidakpuasan karyawan yang akan berpengaruh
terhadap keberhasilan pelaksanaan project event tersebut.
2.3.7.1 Fungsi komunikasi ke atas :
Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu.
Menurut Pace (1989) fungsinya adalah sebagai berikut : (Muhammad, 2011 :
117)
1. Dengan adanya komunikasi ke atas, supervisor dapat mengetahui kapan
bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana
baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.
2. Arus komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi
pembautan keputusan.
3. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhdap
organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan
pertanyaan, mengajukan ide – ide dan saran – saran tentang jalannya
organisasi.
4. Komunikasi ke atas memperbolehkan, bahkan mendorong desas – desus
muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya.
5. Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah
bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi
yang ke bawah.
6. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah – masalah
pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas –
tugas dan organisasi.
Berdasarkan beberapa fungsi komunikasi ke atas yang telah
dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi ke atas
penting di dalam organisasi. Komunikasi ke atas menjadi penting karena
sebagai feedback bagi pemimpin mengenai keberhasilan pesan yang telah
disampaikannya kepada bawahan dan membuat karyawan berkeinginan untuk
berpartisipasi penuh dalam tugas – tugas organisasi demi tercapainya tujuan
dari organisasi.
2.3.7.2 Hal – hal yang harus dikomunikasikan ke atas
Hal – hal yang harus dikomunikasikan ke atas (Pace, 2010 : 190) :
a. Memberitahukan apa yang dilakukan bawahan : pekerjaan mereka,
prestasi, kemajuan, dan rencana – rencana untuk waktu mendatang.
b. Menjelaskan persoalan – persoalan kerja yang belum dipecahkan
bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan.
c. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit – unit
mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan.
d. Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang
pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi.
Jadi, di dalam organisasi bawahan dapat mengkomunikasikan kepada
atasan berbagai hal. Bawahan dapat memberitahukan atasan mengenai
pekerjaan mereka, persoalan – persoalan kerja yang membutuhkan bantuan
atasan untuk dipecahkan, memberikan atasan saran untuk perbaikan unit
kerja mereka dan untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan bawahan
selama di organisasi kepada atasan. Melalui hal – hal yang dikomunikasikan
oleh bawahan tersebut, maka atasan dapat mengetahui perkembangan dari
setiap pekerjaan yang tugaskan kepada karyawannya. Dalam penelitian ini
ingin melihat, hal – hal apa
saja yang dikomunikasikan oleh Corporate
Public Relations kepada Corporate Communication
Manager
saat
projectevent Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam sutera ini.
2.3.7.3 Kesulitan mendapatkan informasi ke bawah :
Sharma (1979) mengemukakan 4 (empat) alasan mengapa komunikasi
ke atas terlihat lebih sulit : (Pace, 2010 : 190)
1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.
2. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah
pegawai.
3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan
pegawai.
4. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak dapat dihubungi dan tidak
tanggap terhadap apa yang disampaikan pegawai.
Kesulitan atasan untuk mendapatkan komunikasi ke atas ini nantinya
akan menghambat pencapaian tujuan organisasi. Pada penelitian ini ingin
melihat kesulitan yang dirasakan oleh Corporate Public Relations sehingga
menjadi penghalang yang kuat untuk menyatakan ide, pendapat atau
informasi kepada atasannya yaitu Corporate Communication Manager pada
saat mempersiapakan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di
Alam Sutera.
2.3.7.4 Faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi ke atas :
Disamping sulit mendapatkan komunikasi ke atas, komunikasi yang
disampaikan itu pun belum tentu efektif, karena dipengaruhi oleh faktor –
faktor lain, diantaranya yaitu :
1. Komunikasi ke atas lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan
pengelolaan, apabila pesan tersebut tepat pada waktunya.
2. Komunikasi ke atas yang bersifat positif, lebih mungkin digunakan oleh
pembuat keputusan mengenai pengelolaan daripada komunikasi yang
bersifat negatif.
3. Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika pesan itu mendukung
kebijaksanaan baru.
4. Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu
langsung kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu.
5. Komunikasi ke atas lebih efektif, apabila komunikasi itu mempunyai daya
tarik secara intuitif bagi penerima. Pesan dari bawahan akan lebih siap
diterima jika mereka setuju. (Muhammad, 2011 : 119)
Komunikasi ke atas yang dilakukan di dalam organisasi merupakan
sumber informasi yang penting dalam membuat keputusan. Dengan
adanya komunikasi ke atas yang efektif akan memudahkan atasan untuk
dapat mengetahui, bagaimana pendapat bawahan mengenai mengenai
pekerjaan diberikan kepada yang mereka. Maka, pada penelitian ini ingin
melihat faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi ke atas, yang
dilakukan oleh Corporate Public Relations kepada atasannya yaitu Corporate
Communication Manager pada saat mempersiapakan project event Topping
Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera.
2.3.7.5 Prinsip – prinsip komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas penting untuk pembuatan keputusan maka agar
komunikasi ini dapat berjalan lancar perlu untuk menyusun program
komunikasi ke atas secara khusus.Untuk menyusun program ini ada prinsip
– prinsip yang perlu dipedomani oleh pemimpin. Prinsip – prinsip tersebut
menurut Planty dan Machaver (Pace, 1989) mengemukakan 7 (tujuh)
prinsip sebagai pedoman program komunikasi ke atas :
1. Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan.
2. Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara terus –
menerus.
3. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran yang
rutin.
4. Program komunikasi ke atas yang efektif, menekankan kesensitifan dan
penerimaan ide – ide yang menyenangkan dari level yang lebih rendah.
5. Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pendengar yang
objektif. Supervisor dan manajer hendaklah memberikan waktu untuk
mendengarkan bawahan dengan objektif. Reaksi yang memeperlihatkan
kekurangseriusan dan sikap mendengarkan yang menjengkelkan,
memperlihatkan kepada bawahan bahwa komunikasi ke atas
sesungguhnya tidak diingini.
6. Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pengambilan
tindakan berespon terhadap masalah.
7. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan bermacam –
macam media dan metode untuk memajukan arus informasi. Metode yang
paling efektif dari komunikasi ke atas adalah kontak tatap muka sehari –
hari dan percakapan diantara supervisor danbawahannya. (Muhammad,
2011 : 120 – 121)
Berdasarkan 7 (tujuh) prinsip komunikasi ke atas tersebut, maka pada
penelitian ini ingin melihat apakah Corporate Communication Manager
sudah berpedoman sesuai dengan prinsip – prinsip komunikasi ke atas.
Ketika memprogram komunikasi ke atas pada saat melaksanakan project
event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera.
2.4
Pengertian Public Relations
James E. Gruning dan Todd Hunt (1984 : 173) mengatakan bahwa,
Public Relations adalah “bagian dari manajemen komunikasi antara
organisasi dan publiknya.”
Candy Tymsorporon, Peter Lazar, dan Richard Lazar (2004 : 21)
menyebutkan Public Relationsadalah “upaya yang direncanakan dan
berkelanjutan untuk membangun dan memelihara kesepahaman bersama
antara organisasi dan publiknya.”
Kim Harrison menyebutkan (2008 : 1) Public Relationssebagai
“fungsi membantu organisasi mencapai tujuan – tujuannya melalui
komunikasi yang efektif dan relasi – relasi yang konstruktif.”
Sementara Scott Cutlip, Allen Center dan Glen Broom (2006 : 6)
menyebukan Public Relationssebagai “ fungsi manajemen yang membangun
dan mempertahankan hubungan baik dan bermanfaat dengan publiknya yang
memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi”
Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik benang lurus bahwa
Public Relationsadalah proses membangun relasi, kepercayaan, dan
kerjasama antara individu dengan individu dan organisasi dengan publiknya
melalui strategi atau program komunikasi yang dialogis dan partisipatif.
(Kriyantono, 2012 : 2)
2.4.1
Peranan Public Relations
Menurut Dozier & Broom yang dikutip oleh Ruslan (2008 : 20 – 21)
membagi empat kategori peranan Public Relations sebagai berikut :
1. Penasehat Ahli (Expert Persriber)
Seorang
Pakar
praktisi
Public
Relations
yang
memiliki
kemampuanuntuk dapat mencarikan solusi dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi organisasi dengan publiknya.
2. Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator)
Praktisi Public Relations yang berperan diri sebagai mediator atau
perantara antara pihak manajemen perusahaan dengan publiknya sehingga
keduanya memiliki pengertian informasi yang sama sehingga terjalin
hubungan yang baik diantara keduanya.
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process
Facilitator)
Peran Public Relations dalam hal ini, jika terjadi krisis sehingga perlu
dibentuk sebuah tim kecil yang melibatkan berbagai department dan dipimpin
oleh praktisi Public Relations, yang dimaksud untuk membantu manajemen
keputusan.
4. Teknisi Komunikasi (Communication Technician)
Peran Public Relations ini dimaksudkan seorang praktisi Public
Relations menyediakan layanan teknis komunikasi, misalnya komunikasi
antara pimpinandengan bawahan atau antara karyawan satu department
dengan department yanglainnya.
Berdasarkan peranan Public Relations di atas, dalam penelitian ini
ingin melihat bagaimana CorporatePublic Relations berperan sebagai
mediator atau perantara di dalam menjalankan project event ini karena
bertindak sebagai koordinator event. Dimana selanjutnaya akan secara
langsung berkomunikasi dengan Corporate Communication Manager, agar
dalam project event ini, publiknya berupa publik internal yaitu panitia,
memiliki pengertian dan informasi yang sama dalam mempersiapkan project
event ini, sehingga dalam mempersiapkan event dapat berjalan dengan
maksimal.
2.4.2
Fungsi Public Relations
Menurut Cutlip et al (2007:11 – 27), bagian-bagian dari fungsipublic
relations meliputi hubungan internal, publisitas, advertising, pressagentry,
public affairs, lobbying, manajemen isu, dan hubungan investor.
1. Hubungan Internal
Bagian khusus dari public relations yang membangun danmempertahankan
hubungan yang baik dan saling bermanfaat antaramanajer dan karyawan
tempat organisasi menggantungkankesuksesannya.
2. Publisitas
Informasi yang disediakan oleh sumber luar yang digunakan oleh media
karena informasi itu memiliki nilai berita. Metode penempatanpesan di media
ini adalah metode yang tidak bisa dikontrol(uncontrolled) sebab sumber
informasi tidak memberi bayaran kepada media untuk pemuatan informasi
tersebut.
3. Advertising
Informasi yang ditempatkan di media oleh sponsor tertentu yang jelas
identitasnya yang membayar untuk ruang dan waktu penempataninformasi
tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam menempatkanpesan di media.
4. Press Agentry
Penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai berita untuk menarikperhatian
media massa dan mendapatkan perhatian publik.
5. Public Affairs
Bagian khusus dari public relations yang membangun dan mempertahankan
hubungan pemerintah dan komunitas lokal dalam rangka mempengaruhi
kebijakan publik.
6. Lobbying
Bagian khusus dari public relations yang berfungsi untuk menjalin dan
memelihara
hubungan
dengan
pemerintah
terutama
dengan
tujuan
mempengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi.
7. Manajemen Isu
Proses proaktif dalam mengantisipasi, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
merespons isu-isu kebijakan publik yang mempengaruhi hubungan organisasi
dengan publik mereka.
8. Hubungan Investor
Bagian dari public relations dalam perusahaan korporat yang membangun
dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan dengan
shareholder dan pihak lain di dalam komunikasi keuangan dalam rangka
memaksimalkan nilai pasar.
Di dalam melaksanakan project event ini, Corporate Public
Relationakan menjalankan fungsi Public Relations yaitu hubungan internal.
Dimana di dalam project event ini, ia akan membangun danmempertahankan
hubungan yang baik antara pimpinan yang memberikan tugas untuk
melaksanakan
event
ini,
Corporate
CommunicationManagersebagai
penanggung jawab event dan panitia dalam event ini.
2.4.3
Tujuan public relations
Tujuan public relations (Dananjadja, 2011:22-25) yaitu :
1.
Tujuan berdasarkan kegiatan internal
a) Mengadakan suatu penilaian terhadap sikap, tingkah laku dan opini
publik terhadap perusahaan.
b) Mengadakan suatu analisa dan perbaikan terhadap kebijaksanaan yang
sedang dijalankan, guna mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan
dengan tidak melupakan kepentingan publik.
c) Memberikan penerangan kepada publik karyawan tentang suatu
kebijaksanaan perusahaan yang bersifat objektif serta menyangkut
kepada berbagai aktivitas rutin perusahaan, juga menjelaskan
mengenai perkembangan perusahaan tersebut.
d) Merencanakan bagi penyusunan suatu staf yang efektif bagi
penugasan yang bersifat internal public relations dalam perusahaan
tersebut.
2.
Tujuan berdasarkan kegiatan eksternal
a) Memperluas langganan/pemasaran.
b) Memperkenalkan sesuatu jenis hasil produksi/gagasan yang berguna
bagi publik dalam arti luas.
c) Mencari dan mengembangkan modal.
d) Memperbaiki citra perusahaan terhadap pendapat masyarakat luas,
guna mendapatkan opini publik yang positif.
Berdasarkan kedua tujuan public relations di atas, maka dalam
penelitian ini akan berfokus pada tujuan Public Relations berdasarkan
kegiatan internal, karena di dalam penelitian ini Corporate Public Relations
yang menjalankan fungsi Public Relationsdi BINA NUSANTARA akan
bertugas sebagai koordinator dalam project event ini. Saat menjadi
koordinator event, sehingga akan bertugas untuk memberikan penerangan
kepada seluruh panitia mengenai event ini dan juga kepada Corporate
Communication Manager mengenai update mengenai perkembangan
persiapan event.
1.5
Pengertian Event
Definisi event adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk
memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia, baik secara individu
maupun kelompok yang terikat secara budaya, adat, tradisi, dan agama
dengan tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat yang
diselenggarakan pada waktu tertent. (Noor, 2009 : 7)
Event pada sebuah perusahaan pada umumnya ditangani oleh
PublicRelations karena Event merupakan salah satu bauran Public Relations
yang
bertugas untuk merancang acara tertentu yang dipilih dalam jangka waktu,
tempat dan obyek tertentu yang khusus sifatnya untuk mempengaruhi opini
publik (Ruslan, 2010: 13).
1.5.1
Tujuan Event
Tujuan diadakan event menurut Tom Duncan (Pudjiastuti, 2010 : 25) :
a. Mempengaruhi target khalayak
b. Mengasosiasikan sebuah merek dengan suatu kegiatan, gaya hidup,
maupun individu tertentu
c. Menjangkau target khalayak yang lebih luas
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap merek, produk,
maupun perusahaan
e. Mempublikasikan sebuah merek, produk, maupun perusahaan yang
nantinya bisa meningkatkan pengetahuan khalayak
Tujuan dari diadakannya event Topping Off BINUS UNIVERSITY di
Alam Sutera ini adalah untuk mempublikasikan kepada masyarakat bahwa
pembangunan gedung BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera sudah memasuki
pembangunan tahap akhir dan segera diresmikan. Selain itu, juga untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa gedung BINUS UNIVERSITY
di Alam Sutera akan segera dapat digunakan untuk kegiatan perkuliahan.
2.6
Kerangka Berpikir
Komunikasi vertikal padadivisi Corporate
Public Relation dalamproject event Topping Off
BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera
Kerangka struktural fungsional bagi komunikasi
organisasi terletak pada 3 (tiga) dimensi analitis :
1. Sistem levelberupa organisasional
2. Fungsi berupa produksi untuk pengarahan,
koordinasi dan control terhadap aktivitas
organisasi
3. Struktur berupa pola – pola atau aturan – aturan
dalam penyampaian pesan pada setiap level.
Komunikasi Ke atas
Komunikasi Kebawah
Komunikasi ke atas
dan ke bawah
Optimal
Komunikasi ke atas
dan ke bawah Tidak
optimal
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
(Sumber : Penulis)
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dalam penelitian ini ingin
meneliti komunikasi vertikal pada divisi Corporate Public Relations BINA
NUSANTARA yang merupakan divisi yang bertugas menjalankan fungsi
Public Relations di BINA NUSANTARA. Pada saat project event Topping
OffBINUS University di Alam Sutera ini, Corporate Public Relationssebagai
koordinator event akan secara langsung berkomunikasi ke atas dengan
Corporate Communication Manager selaku penanggung jawab event. Begitu
pula
sebaliknya,
Corporate
Communication
Managerakan
selalu
berkomunikasi ke bawah secara langsung dengan Corporate Public Relations
dalam project event Topping Off BINUS University di Alam Sutera ini. Hal
ini dikarenakan, sudah menjadi tugas Corporate Public Relationsuntuk selalu
bertugas
sebagai
koordinator
eventdan
Corporate
Communication
Managersebagai penanggung jawab pada setiap event yang diadakan oleh
corporate.
Di dalam penelitian ini menggunakan teori integratif, dimana di dalam
teori integratif terdapat kerangka struktural fungsional bagi komunikasi
organisasi yang terletak pada 3 (tiga) dimensi analitis yaitu sistem level,
fungsi dan struktur yang saling berhubungan. Maka, di dalam penelitian ini
penelitian ini ingin melihat bagaimana ke 3 dimensi tersebut, yang digunakan
yaitu dimensi sistem level : organisasional, karena Corporate Communication
Manager dan Corporate Public Relations berkomunikasi di dalam organisasi
yaitu BINA NUSANTARA untuk mengerjakan project event Topping Off
BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. Selain itu juga digunakan dimensi
fungsi, dimana dalam penelitian ini menggunakan fungsi produksi karena
terdapat
pengarahan,
koordinasi
dan
kontrol
ketika
Corporate
Communication Manager berkomunikasi dengan Corporate Public Relations
saat project event ini. Dalam penelitian ini juga menggunakan dimensi
struktur yang mengakibatkan pola – pola atau aturan – aturan dalam
penyampaian pesan pada setiap level, karena perbedaan level jabatan diantara
Corporate
Communication
Manager
dan
Corporate
Public
Relationsdalamberkomunikasi saat project event Topping Off BINUS
UNIVERSITY di Alam Sutera.
Berdasarkan ketiga dimensi diatas, maka dalam penelitian ini ingin
melihat bagaimana ke 3 dimensi tersebut akan mempengaruhi cara Corporate
Public Relationssaat berkomunikasi ke atas, yaitu saat berkomunikasi secara
langsung dengan Corporate Communication Manager, apa hambatan dan
solusi yang diambil untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi dengan
Corporate Communication Manager tersebut pada saat project event ini.
Selain itu dalam penelitian ini ingin melihat bagaimana ke 3 dimensi tersebut
akan mempengaruhi cara Corporate Communication Manager berkomunikasi
ke bawah, yaitu saat Corporate Communication Manager berkomunikasi
secara langsung dengan Corporate Public Relations ketika mempersiapkan
project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera, apa
hambatan dan solusi yang diambil untuk mengatasi hambatan tersebut.
Dimana nantinya, berdasarkan komunikasi vertikal yang mereka lakukan saat
mempersiapkan event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera ini,
dapat melihat optimal atau tidak optimalnya komunikasi ke atas yang
dilakukan oleh Corporate Public Relations dan komunikasi ke bawah yang
dilakukan Corporate Communication Manager pada saat project event ini.
Download