Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Pelayanan

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Persiapan Penelitian
Sebelum turun ke lapangan penelitian, peneliti terlebih
dahulu mengurus surat ijin penelitian kepada Fakultas. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar memudahkan peneliti mengambil
data yang akan diolah. Peneliti tiba di kota Waingapu,
Kabupaten Sumba Timur pada tanggal 2 Desember 2011.
Pada tanggal 4 Desember peneliti mendatangi rumah key
informan
penelitian.
Key
informan
merupakan
kepala
Puskesmas Lewa yang rumahnya tidak jauh dari rumah peneliti
di
kota
Waingapu.
Dalam
pertemuan
tersebut
peneliti
menyampaikan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan informasi dari key informan ternyata daerah
Kecamatan dari Puskesmas yang dipimpinnya telah mengalami
pemekaran Kecamatan. Semula tempat penelitian yang
direncanakan adalah Puskesmas Lewa Kecamatan Lewa,
namun kini telah menjadi Puskesmas Nggaha Oriangu,
Kecamatan Nggaha Oriangu Kabupaten Sumba Timur. Peneliti
61
mengurus ijin penelitian daerah ke kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumba Timur pada tanggal 6 Desember 2011.
Perijinan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu
prosedur
penelitian
daerah
yang
ditetapkan
oleh
Pemerintah Daerah. Setelah surat ijin penelitian tersebut
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat, key informan dan
peneliti mulai merancang strategi untuk menuju tempat
penelitian dan berjumpa dengan para partisipan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memperoleh
dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam bentuk
disediakannya kendaraan di hari pertama peneliti berkunjung
ke desa tempat penelitian. Di samping itu dukungan lain yang
peneliti terima adalah disediakannya satu orang tenaga
pendamping yang merupakan tenaga kesehatan.
Key
informan
mempelajari
kriteria
partisipan
yang
dibutuhkan oleh peneliti dan membantu mencari riset partisipan
yang tepat sebagai partisipan penelitian. Pada tanggal 9
Desember
2011
peneliti
diijinkan
ikut
dalam
kegiatan
Puskesmas berkeliling ke desa-desa di Kecamatan Nggaha
Oriangu.
Dalam
kegiatan
tersebut
peneliti
dan
tenaga
kesehatan lainnya mengunjungi ibu-ibu hamil, beberapa
Puskesmas pembantu dan tempat-tempat kader yang dibina
62
oleh Puskesmas tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan dalam
rangka membagikan kelambu untuk ibu–ibu hamil. Peneliti ikut
terlibat dalam setiap kegiatan tersebut secara aktif dengan
tujuan peneliti dapat memastikan para calon riset partisipan
yang ditemui benar benar memenuhi setiap kriteria yang
dibutuhkan. Kegiatan tersebut berlangsung sejak pukul 09.00
WITA sampai dengan 15.00 WITA. Dengan menggunakan
mobil Puskesmas keliling, kegiatan berlangsung dari satu desa
ke desa yang lainya, dan pada saat itulah key informan
memperkenalkan 3 calon partisipan kepada peneliti.
Pada
saat
pertemuan
pertama
tersebut
peneliti
mengutarakan maksud dan tujuan penelitian ini. Calon
partisipan I bernama Ny. I (19 th), setelah berkenalan dan
berbincang cukup lama pada (pukul 10.00 WITA), penelitipun
yakin untuk menetapkannya sebagai partisipan I. Bersedianya
Ny. I menjadi partisipan penelitian, diwujudkan dengan
menandatangani informed concent yang peneliti berikan.
Kemudian peneliti melanjutkan pertemuan dengan menemui
calon partisipan II yang rumahnya terbilang cukup jauh dari
jalan raya. Untuk sampai ke rumah calon partisipan, peneliti
dan key informan harus turun dari mobil dan berjalan kaki
melewati pematang sawah dan menyeberangi sungai. Calon
63
partisipan kedua bernama Ny. K (32th). Dalam pertemuan ini
peneliti mengutarakan tujuan peneliti datang berkunjung, dan
Ny. K bersedia untuk menjadi partisipan II dan menandatangani
informed concent yang diberikan. Pada penelitian ini tidak
hanya ibu maternal yang ditetapkan sebagai riset partisipan
tetapi ibu post partum (pasca melahirkan) juga ditetapkan
sebagai
partisipan
lengkap
dengan
riwayat
kunjungan
antenatal yaitu frekuensi kunjungan Pelayanan ANC yang
kurang dari 4 kali kunjungan. Ny. K awalnya peneliti tetapkan
menjadi partisipan sebagai ibu maternal. Dengan kejadian
melahirkan yang dialami Ny. K sebelum memasuki usia 9
bulan, maka peneliti menempatkannya ke dalam kriteria
partisipan ibu postpartum. Ny. K memiliki kriteria yang tepat
sebagai partisipan menurut kriteria ke empat sebagai ibu
postpartum (pasca melahirkan) yang melakukan kunjungan
antenatal care dan distribusi kunjungannya tidak sampai empat
kali kunjungan menurut Buku Panduan KIA Puskesmas.
Untuk partisipan III, peneliti berkunjung ke rumahnya
dengan perantara key informan pada hari yang sama (pukul
14.00 WITA). Partisipan III bernama Ny. ML, pada saat itu yang
bersangkutan sedang bersama suaminya yang baru pulang
kerja. Setelah peneliti berkenalan dan bebincang, Ny. ML
64
menyutujui untuk menjadi partisipan penelitian. Persetujuannya
itu ditandai dengan ditandatanganinya informed concent. Untuk
partisipan ke IV dan V, tidak dapat ditemui pada hari itu karena
yang bersangkutan sedang tidak ada di rumah. Peneliti
disarankan oleh key informan untuk mengikuti kegiatan
posyandu balita dan ibu hamil pada tanggal 20 Desember 2011
agar dapat bertemu dengan calon partisipan ke IV dan ke V.
Perkenalan peneliti dengan calon riset partisipan IV dan V
dibantu oleh perawat yang saat itu sedang bertugas. Partisipan
IV bernama Ny. RM (19thn). Ny. RM sebelumnya telah ditemui
oleh key informan dan dimintai kesediaannya untuk menjadi
partisipan penelitian peneliti. Key informan menyatakan Ny. RM
bersedia menjadi partisipan. Peneliti sebelumnya sudah
berkunjung ke rumah Ny. RM dua kali dan tidak pernah
bertemu dengannya. Pada kesempatan itulah Ny. RM secara
langsung mengutarakan pada peneliti bahwa bersedia menjadi
Partisipan IV dan diwawancarai pada saat itu juga. Sebelum
mewawancara Ny. RM, Peneliti memintanya menandatangani
informed concent sebagai bukti bahwa Ny. RM bersedia
menjadi
riset
memperkenalkan
partisipan.
peneliti
Perawat
dengan
Puskesmas
calon
partisipan
juga
V.
Partisipan V bernama Ny. RK (26thn). Dalam kesempatan ini,
65
peneliti baru pertama kali berbicara dengan Ny. RK mengenai
kesediaannya menjadi partisipan V dalam penelitian ini.
Setelah berbincang-bincang cukup lama seputar kehamilan
yang
dijalaninya
secara
umum
dan
kesediaan
untuk
diwawancarai, akhirnya Ny. RK bersedia menjadi partisipan V
dan
menandatangani
informed
concent
yang
diberikan
kepadanya.
Berikut adalah data riset partisipan yang terlibat dalam
penelitian ini :
Tabel 4.1 Data lengkap Riset partisipan
Partisipan I
Partisipan II
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Ny I
19
Tahun
SMA
Pedagang
Ny K
Partisipan III
Ny ML
Partisipan IV
Ny
RM
Partisipan V
Ny RK
32
Tahun
31
Tahun
19
Tahun
26
Tahun
Riwayat
Kehamilan
Data Kunjungan
I. 23 Agustus 2011
II. 20 Desember 2011
G1PA0
I. 12 Juli 2011
II. 3 Oktober 2011
SMA
Guru SD
G3P3A0
Tanggal Partus 15
Desember 2011
SD
Petani
SMP
-
SMP
Petani
I. 12 Juni 2011
II. 19 September 2011
I. 14 juni 2011
II. 20 Desember 2011
I. 20 Desember 2011
G5P1A2
G1p1A
G2P1A0
Keterangan :
1. Sumber data Kunjungan : Data Register Kunjungan Pelayanan KIA Puskesmas Nggaha Oriangu
2011
2. Riwayat kehamilan : dinyatakan dalam jumlah kehamilan (G), Jumlah Partus (P), Jumlah Abortus
(A) dan Lahir hidup (L).
66
4.1.2 Profil Daerah Penelitian
Daerah Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu
kabupaten di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), letaknya di
bagian selatan dari kesatuan Republik Indonesia yang secara
astronomis membentang antara
119° 45-120° 52 bujur
timur(BT) di sebelah timur dan 9° 16- 10° 20 lintang selatan
(LS) di sebelah selatan. Secara georafis kondisi daerah Sumba
Timur merupakan daerah yang berbukit bukit dengan rata-rata
kemiringan yang tertinggi ± 40 persen luas wilayah, dan pada
bagian utara merupakan daerah yang datar dan berbatu serta
kurang subur, sedangkan pada bagian selatan merupakan
daerah dengan berbukit terjal, pada lereng-lereng bukit
tersebut merupakan lahan yang cukup subur. Iklim yang tidak
menentu
klasik
merupakan hambatan atau masalah yang cukup
bagi masyarakat di Kabupaten Sumba Timur. Batas
Wilayah Kabupaten Sumba Timur, di sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Sumba Tengah, sebelah timur berbatasan
dengan laut Sabu, sebelah utara berbatasan dengan Selat
Sumba dan sebelah selatan berbatasan dengan Lautan Hindia
(Sumba Timur dalam Angka 2007, BPS Kab. Sumba Timur).
Kecamatan Nggaha Oriangu mengalami proses pemekaran
daerah pada tahun 2004. Semula wilayah administratif
67
Kecamatan Nggaha Oriangu masih dalam wilayah Kecamatan
Lewa, dan sekarang wilayah Kecamatan Nggaha Oriangu telah
memiliki daerah administratif sendiri. Kecamatan ini berada di
sebelah
barat
Kabupaten
Sumba
topografinya sebagian besar
Timur,
dan
kondisi
berbukit terjal serta jarak
jangkauan desa-desa yang cukup jauh dari pusat pemerintahan
Kecamatan.
Kondisi ekonomi masyarakat Kecamatan Nggaha Oriangu
sebagian besar masih terbilang golongan ekonomi menengah
ke bawah. Mata pencaharian penduduknya sebagian besar
adalah petani dan pedagang. Luas Kecamatan Nggaha
Oriangu adalah
773,7 km2 atau 77.370 hektar dan jumlah
penduduk di Kecamatan ini adalah 12.450 jiwa. Jarak
kecamatan ini dari kota Waingapu adalah 42 km2.
Desa Tandula jangga adalah salah satu desa dari
sembilan desa yang tergabung dalam wilayah administratif
kecamatan Nggaha Oriangu. Luas desa Tandula jangga adalah
63,2 km2 atau 6320 hektar. Jarak Desa Tandula jangga dari
pusat pemerintahan Kecamatan adalah 15 km, termaksud jarak
menuju ke Puskesmas Nggaha Oriangu.
Kegiatan rutin Puskesmas di desa Tandula jangga adalah
Posyandu ibu hamil. Jika dibandingkan dengan Puskesmas di
68
desa yang lain, kegiatan Puskesmas di desa ini berjalan
dengan cukup baik. Posyandu di desa Tandula jangga
membawahi 4 desa yang ada di kecamatan Nggaha Oriangu
yaitu desa Praipaha, Kahiri, Pulu panjang dan Tandula jangga.
Salah satu Puskesmas Pembantu dari Kecamatan Nggaha
Oriangu juga berada di desa Tandula jangga. Di desa Tandula
jangga angka usia rata-rata pernikahan pasangan usia subur
berkisar usia 15 tahun sampai 35 tahun pada tahun 2010
hingga 2011.
4.1.3 Pelaksanaan Penelitian
Proses pengambilan data dilakukan di rumah partisipan dan
di Posyandu Desa Tandula jangga serta data pendukung
lainnya di Puskesmas Nggaha Oriangu. Pengambilan
data
dimulai pada tanggal 11 Desember sampai akhir bulan
Desember 2011. Alat yang peneliti gunakan adalah panduan
wawancara
(interview
guide)
dan
alat
perekam
suara.
Penggunaan alat perekam suara sudah mendapat persetujuan
dari partisipan. Ada beberapa partisipan yang diwawancarai
peneliti secara berkala, karena peneliti belum mendapatkan
informasi yang cukup dari partisipan maka peneliti menemui
69
partisipan tersebut untuk kedua kalinya dan melengkapi
informasi yang diperlukan.
4.1.4 Gambaran Umum Riset Partisipan
a. Partisipan I
Wawancara pertama dilakukan di rumah Ny I (19th).
Wawancara berlangsung di teras rumah yang menurut
peneliti sedikit berantakan dan tidak rapi. Bentuk rumah
Ny. I berupa rumah panggung tradisional daerah Sumba.
Rumah tersebut sangat sederhana, lantainya beralaskan
bambu yang disusun memanjang dan berdinding papan
dan gedek. Atapnya dari seng yang disusun memanjang
ke arah atas. Di dinding teras tempat wawancara
berlangsung terpampang beberapa poster bergambar
anak-anak dan kalender. Meskipun peneliti tidak memasuki
rumah Ny. I, peneliti sempat melihat ke dalam rumah dari
pintu dan nampak bahwa bagian dalam rumah kurang
mendapat pencahayaan matahari, sehingga membuat
bagian dalam rumah nampak gelap.
Saat akan diwawancarai Ny. I ditemani oleh ibunya
dan juga adik bungsunya. Ketika peneliti meminta ijin untuk
memulai wawancara, ibu Ny. I diajak bicara oleh key
70
informan seputar lingkungan rumahnya, peneliti dan Ny.I
agak bergeser ke arah ujung teras untuk memulai
wawancara. Pada saat wawancara berlangsung peneliti
cukup terganggu dengan lingkungan di sekitar tempat
peneliti mewawancarai Ny.I karena sopir mobil Puskesmas
keliling yang membawa peneliti bersama key informan
memutar musik dengan volume yang agak keras sehingga
peneliti kesulitan mendengar yang dikatakan oleh Ny. I,
dan
kejadian
ini
berlangsung
selama
wawancara
dilakukan. Dengan kondisi bising seperti itu sempat
membuat peneliti tidak konsentrasi untuk bertanya. Peneliti
meminta kesediaan waktu dari Ny. I di kemudian hari jika
peneliti berkunjung kembali ke desa tersebut, dengan
tujuan melengkapi informasi yang dianggap peneliti
kurang, dan peneliti berkesempatan untuk mewawancarai
Ny. I lagi pada tanggal 17 Desember 2011 jam 13.00
WITA.
Pada saat itu Ny. I memakai baju kaos oblong
berwarna coklat dan celana pendek berwarna hijau,
rambut pendek berwarna hitam dan diikat, perutnya
tampak agak membesar, kulitnya berwarna sawo matang.
Ny. I berjalan tanpa alas kaki di rumah dan terlihat sehat.
71
Ny. I masih berstatus siswa yang terdaftar di salah
satu sekolah menengah kejuruan di Desa Makamenggit
Kecamatan Nggaha Oriangu. Dengan kondisi seperti ini
membuatnya berhenti bersekolah sementara. Hal itu
dilakukan
sebagai
persyaratan
yang
diberikan
oleh
sekolah. Kebijakan dari sekolah itu diberikan karena Ny. I
sekarang duduk di bangku kelas 3 Menengah Kejuruan
dan dalam waktu beberapa bulan akan mengikuti ujian
kelulusan, pihak sekolah memberi kebijakan kepada Ny. I
untuk cuti sekolah dan merawat kehamilannya sampai Ia
melahirkan dan dapat melanjutkan sekolah di tahun 2012
tanpa harus dikeluarkan dari sekolah.
Ny. I dan suaminya tinggal di tempat terpisah karena
urusan perkawinan mereka yang belum sah secara adat.
Ny. I masih tinggal bersama orang tuanya di desa Tandula
jangga sedangkan suaminya tinggal di desa Kahiri atau
desa sebelahnya. Keluarga belum sepenuhnya menyetujui
hubungan Ny. I dengan suaminya, meskipun urusan adat
perkawinan sedang berjalan, ia masih sulit berkomunikasi
dengan suaminya. Ny. I cukup tegar dalam menghadapi
permasalahan keluarganya, ia tampak menjawab dengan
jelas apa yang ditanyakan oleh peneliti, bahkan sangat
72
senang dengan kehamilannya sekarang. Hal ini terlihat
dari kesungguhannya menceritakan kondisi keluarganya
sekarang serta kebesaran hatinya menerima keadaan
keluarganya.
Ny. I melihat kehamilannya adalah suatu kejadian
yang
tidak
ia
rencanakan,
dan
baru
menyadari
kehamilannya pada saat memasuki usia kehamilan 3
bulan. Pada saat itu ia tidak tahu kalau sedang hamil dan
merasa hanya pusing-pusing dan mual di pagi hari. Ny. I
mengatakan pada dasarnya ia tidak tahu gejala kehamilan
itu sendiri seperti apa. Dengan bantuan dari tantenya yang
seorang bidan, akhirnya Ny. I memeriksakan dirinya ke
Puskesmas dan pada saat itulah kehamilannya diketahui.
Ny. I terakhir masuk sekolah pada bulan September
2011, setelah itu ia membantu ibunya berjualan sayur di
pasar sampai siang hari, dan kegiatan tersebut masih
dilakukan sampai sekarang. Ny. I pun sudah diberitahu
tafsiran bulan saat ia harus melahirkan, Ny. I mengatakan
ia siap untuk melahirkan di bulan Maret tahun 2012 untuk
itulah Ia selalu menjaga kandungannya dengan baik
walaupun tanpa suami yang mendampinginya. Kepada
peneliti, Ny. I menyampaikan keinginan untuk segera
73
berkumpul dengan suaminya dan bisa bersama-sama
merawat anak yang akan dilahirkannya nanti.
b. Partisipan 2
Wawancara berlangsung di rumah Ny. K (32 tahun).
Rumahnya sedikit sulit untuk dijangkau dari tepi jalan
pinggiran desa. Peneliti dan key informan turun dari mobil
yang diberhentikan di jalan raya, dan mengikuti
jalan
setapak dan menyusuri sungai desa Tandula jangga yang
jaraknya ±100 meter menuju rumah Ny. K. Peneliti dan key
informan juga menyeberangi sungai kecil tersebut dengan
berjalan kaki, karena arusnya tidak terlalu deras, maka
tidak terlalu menyulitkan peneliti untuk sampai ke tempat
tujuan.
Rumah Ny. K
tidak terlalu jauh dari tempat ia
bekerja. Ny. K bekerja sebagai guru SD di salah satu
sekolah dasar di Desa Tandula jangga. Wawancara
berlangsung di dalam kamar, karena Ny. K masih dalam
kondisi yang sangat lemah setelah melahirkan. Rumah Ny.
K berdinding papan kasar dari jati yang disusun melintang
membentuk dinding rumah dan bagian belakangnya
tertutupi gedek serta tidak berlantai atau langsung beralas
tanah. Atapnya menggunakan seng dan sama sekali tidak
74
ada penerangan dari sinar matahari ataupun lampu di
dalam rumah. Rumah tersebut hanya mempunyai 2 kamar,
yakni kamar Ny. K bersama suami dan kamar Ibu dari
Ny.K dan
kedua anak perempuannya. Kamar Ny. K
tampak gelap dan tidak ada alat bantu penerangan yang
ada pada saat peneliti datang ke sana. Ny. K terbaring
lemah di atas tempat tidur yang terbuat dari potongan
bambu, hanya beralas beberapa kain panjang sambil
menyusui bayinya. Ny. K dengan senang hati menerima
kedatangan peneliti ke rumahnya pada saat itu.
Pada saat wawancara Ny. K memakai baju tidur
yang berupa kaos dan celana berwarna putih dan kuning
bercorak boneka. Ny. K memiliki rambut yang panjang,
hitam dan tebal, kulit berwarna sawo matang dan postur
tubuh yang tinggi. Pada saat peneliti hendak melakukan
wawancara, Ny. K tampak sangat lemah dan kusam serta
sedikit berkeringat, dikarenakan kondisi kamar yang cukup
panas meskipun udara sedang mendung pada saat itu. Ny.
K menyambut dengan ramah serta mempersilahkan
peneliti duduk di atas tempat tidur, serta mengambil tempat
duduk di bawah kakinya yang pada saat itu sedang duduk
sambil menyusui anaknya. Ny. K terlihat sangat tenang
75
dan komunikatif ketika peneliti mulai menanyakan seputar
kehamilannya, ia meminta maaf pada peneliti terkait
kondisi rumah yang menurutnya tidak memadai untuk
menerima
tamu,
kemudian
peneliti
juga
membalas
pembicaraan Ny. K dengan ucapan terimakasih karena
bersedia menjadi partisipan.
Suami Ny. K sering berpergian untuk berdagang di
pasar perbatasan Sumba Tengah dan Sumba Barat dan
pulangnya ke rumah setiap dua hari sekali. Kehamilannya
kini merupakan pengalaman ketiga dari Ny. K, sebelumnya
ia telah memiliki dua putri yang kini berusia 8 tahun dan 1
tahun 6 bulan. Ny. K mengetahui kehamilan ketiganya
semenjak usia kehamilannya memasuki usia 3 bulan.
Sebelumnya ia tidak menyangka akan mempunyai anak
lagi, apalagi pada saat itu Ny. K sedang sibuk mengurusi
pekerjaannya
dalam
rangka
pendidikan Guru Sekolah
menuntaskan
program
yang di programkan oleh
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur. Dalam satu minggu
Ny. K dapat pergi ke Kota Waingapu sebanyak 2 sampai 3
kali.
Ny. K mengakui selama kehamilannya yang kedua
ini ia jarang
sekali memeriksakan kandungannya ke
76
Puskesmas terdekat karena kesibukannya dalam bekerja
dan melanjutkan pendidikan ke kota Waingapu. Ny. K
tampak cukup menyesal dengan keadaannya pada saat ia
menceritakan harus bolak-balik kota Waingapu dalam
keadaan hamil. Raut wajahnya tampak sedih ketika
menceritakan kejadian saat ia melahirkan sendiri pada
tengah malam (pukul 02.00 WITA), tanpa dibantu oleh
dukun bayi ataupun tenaga kesehatan lainnya. Di samping
itu suaminya sedang tidak ada di rumah karena masih
berada di tempat kerjanya. Jarak Puskesmas Nggaha
Oriangu dari rumah Ny. K adalah 10 KM. Saat terakhir dia
memeriksakan kehamilannya yaitu pada bulan Oktober
pada saat usia kehamilannya memasuki 6 bulan. Dengan
aktifitas pergi ke kota Waingapu dan pulang pada sore
harinya membuat Ny. K sangat keletihan ditambah
kondisinya yang pada saat itu sedang hamil membuat dia
harus lebih kuat dalam menjalani kesehariannya.
Ny.
K
mengetahui
tanggal
penafsiran
hari
melahirkannya yaitu pada pertengahan bulan Januari,
tetapi tidak memahami mengapa ia harus melahirkan lebih
awal dari jadwal seharusnya yang sudah diberitahukan.
Ny. K dengan wajah yang tampak sedih sambil menyusui
77
anaknya mengatakan bahwa ia sangat menyesal dengan
keadaannya harus melahirkan seperti ini. Ny. K sangat
kasihan melihat anaknya yang lahir tanpa pertolongan
tenaga terlatih, tetapi dari ungkapan rasa sedihnya itu Ny.
K masih rasa bersyukur karena anaknya masih bisa
dilahirkan dengan selamat.
c. Partisipan 3
Wawancara berlangsung di rumah Ny. ML dan
berlangsung sore hari pukul 15.50 WITA. Pada saat
peneliti datang, Ny. ML sedang duduk di teras depan
rumah bersama suami, anak, orang tua dari Ny. ML dan 2
orang saudaranya yang lain. Rumah Ny. ML sedikit jauh
dari pinggiran jalan raya sekitar ± 50 M. Untuk sampai ke
sana harus melewati jalan berbatu dan berlumpur. Rumah
Ny. ML cukup besar untuk ditempati sekeluarga, dan
bertipe tradisional yaitu rumah panggung yang masih
berciri khas suku Sumba. Rumah itu berlantai bambu yang
tersusun melintang dan rapi, dinding rumahnya dari
anyaman gedek yang
tersusun memanjang di bagian
belakang rumah, dan terdapat
satu ruangan kecil yang
menyambung dengan teras rumah, ruangan tersebut
berdinding papan yang tersusun melintang.
78
Ny. ML dan suaminya menyambut kedatangan
peneliti dan key informan, mereka tampak senang karena
dikunjungi oleh key informan yang pada dasarnya
bertindak sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas pada
saat itu. Pada saat wawancara Ny. ML menggunakan baju
kaos berwarna biru dan sarung kain panjang. Kulitnya
berwarna kuning langsat, tinggi badan ± 158 CM ,
rambutnya
hitam
agak
kemerahan,
berombak,
dan
panjangnya sebahu. Ny. ML tampak sangat sehat dan
sangat menjaga kehamilannya, ia tidak banyak berpindah
tempat atau berjalan di rumah. Jika akan berpindah
tempat, ia selalu dibantu oleh salah seorang anggota
keluarganya.
Ny. ML menceritakan kehamilannya dengan sangat
antusias.
Sambil
tersenyum
Ia
mengatakan
bahwa
kehamilannya saat ini sangat ia harapkan dan merupakan
bakal anak yang dinantikan sejak lama. Sesekali ia
berekspresi sedih saat menceritakan tentang keguguran
yang pernah dialami selama 2 kali kehamilan sebelumnya.
Ny. ML telah menantikan kelahiran anak keduanya
ini selama 7 tahun. Dalam masa penantiannya itu, ia
mengalami
keguguran
sebanyak
2
kali
dan
itu
79
membuatnya depresi. Suami Ny. ML yang bekerja sebagai
pedagang di pasar desa Makamenggit juga sangat
menantikan kelahiran anak kedua ini. Untuk itulah Ny ML.
sangat jarang keluar rumah karena takut kandungannya
bermasalah lagi.
Ny. ML memiliki seorang anak perempuan yang
bernama L yang kini berusia 8 tahun, Ny. ML dan
keluarganya sangat menyayangi L. Ketika ditanya tentang
kehamilan ibunya, L hanya senyum dan tampak sedikit
malu dalam menjawab pertanyaan peneliti, tetapi ia sangat
senang menantikan kelahiran adiknya. Ny. ML memiliki
harapan yang besar akan keberhasilan kehamilannya dan
ia menantikan dengan sangat bahagia kelahiran anaknya
yang ditafsirkan akan lahir pada bulan Januari tahun 2012.
d. Partisipan 4
Wawancara berlangsung di Posyandu desa Tandula
jangga, pada saat itu kegiatan rutin Puskesmas yaitu
Posyandu bulanan untuk Balita dan ibu hamil sedang
berlangsung. Partisipan hadir dalam kegiatan tersebut.
Melalui salah seorang perawat Puskesmas yang bertugas
pada saat itu peneliti dapat berkenalan dan berbincang
bincang dengan Ny. RM. Ny. RM tampak malu untuk
80
bertemu dengan peneliti dan lebih sering menunduk ketika
bersama peneliti.
Kegiatan Posyandu berlangsung di teras rumah
salah seorang kader Posyandu di desa Tandula jangga.
Peneliti mengulurkan tangan dan berkenalan dengan Ny.
RM, dan ia membalas menjabat tangan peneliti sambil
tersenyum dan menyebutkan namanya. Setelah berbicara
dan mengutarakan maksud peneliti, Ny. RM bersedia
menjadi partisipan pada
saat itu
dan bersedia untuk
diwawancarai. Peneliti mengajak Ny. RM untuk melakukan
wawancara di ruang tamu rumah tempat Posyandu
tersebut berlangsung. Wawancara berlangsung di dalam
rumah warga yang semi permanen, berlantai semen kasar,
dindingnya setinggi 1 m yang terbuat dari batu bata yang
belum dicat dan sisi atasnya dari anyaman gedek,
berjendela dan atapnya dari seng. Ruangan tempat
wawancara tersebut penuh dengan dus berisi buku dan
peralatan Posyandu.
Pada saat wawancara, Ny. RM menggunakan kemeja
berwarna coklat muda dan celana pendek selutut berwarna
abu- abu. Ny. RM memiliki kulit sawo matang, rambut
berwarna hitam kemerahan, dan tinggi badan ± 157 cm. Ia
81
agak sedikit sulit memulai pembicaraan dan lebih sering
terdiam dan masih terlihat tertutup untuk di wawancara.
Untuk mencairkan suasana dan kekakuan sikap riset
partisipan,
kehidupan
peneliti
memulai
keluarganya,
dan
pembicaraan
kemudian
seputar
menanyakan
tentang keadaan kehamilannya. Ny. RM akhirnya dapat
mampu bercerita sendiri tentang keadaan kehamilannya,
meskipun terkadang masih sering tertunduk dan malu. Ia
sangat senang dengan kehamilan pertamanya ini. Pada
usia 19 tahun, tepatnya pada bulan Januari 2011, Ia
menikah dengan ITA. Suaminya adalah adalah seorang
petani di desa Tandula jangga yang biasa berdagang juga
di pasar desa Makamenggit.
Ny. RM juga tidak mengetahui kehamilannya pada
saat itu. Ia memeriksakan kondisinya pada saat itu ketika
merasa ada yang aneh pada tubuhnya dan sering merasa
pusing. Setelah ia memeriksakan diri ke Puskesmas
barulah ia tahu sedang hamil dan usia kehamilannya 2
bulan. Ny. RM cukup jelas dalam memberi informasi
mengenai dirinya dan keluarganya. Ny. RM juga sudah
mengetahui tafsiran kelahiran bayinya yaitu pada awal
bulan Januari 2012.
82
Ny. RM kini tinggal bersama mertuanya, ia merasa
sangat senang dan siap dengan kelahiran anaknya
meskipun suaminya jarang ada di rumah karena harus
pergi bekerja. Ny. RM cukup tenang karena di rumah ada
ibu mertuanya yang senantiasa membantu jika dia
memerlukan bantuan terkait kehamilannya.
e. Partisipan 5
Wawancara pertama dengan Ny. RK berlangsung di
tempat
Posyandu
desa
Tandula
jangga,
yang
bersangkutan merupakan partisipan terakhir yang peneliti
wawancarai. Pada saat itu adalah pertemuan pertama
peneliti dengannya. Peneliti dengan dibantu oleh perawat
yang ada di Posyandu menjelaskan maksud peneliti untuk
mewawancarai Ny. RK. Setelah berkenalan ia langsung
menawarkan diri untuk diwawancarai pada saat itu juga.
Peneliti melihat Ny. RK cukup tertarik dengan
kedatangan peneliti. Hal ini terlihat ketika peneliti sedang
berbicara dengan perawat maupun partisipan lain, Ny. RK
selalu mengikuti pembicaraan dan ikut berpindah tempat
kemanapun peneliti berpindah. Ny. RK cukup komunikatif
dalam menjawab pertanyaan peneliti.
83
Ny. RK berpendapat kehamilan yang dialaminya
sekarang memasuki usia 5 bulan. Ny. RK belum pernah
memeriksakan
kehamilannya
ke
Puskesmas
atau
posyandu sebelumnya, caranya ia menerka kehamilannya
dari tanggal terakhir ia mendapatkan menstruasi
yaitu
bulan Juli. Pada bulan Agustus ia tidak mendapatkan
menstruasi. Pada saat itulah Ny. RK meyakini kalau ia
sedang hamil. Ny. RK merasa mampu untuk menjaga
kehamilannya tanpa harus datang Puskesmas. Tantenya
adalah seoarang dukun bayi yang masih aktif melayani di
desa Tandula jangga. Ny. RK dan suaminya tinggal agak
jauh dari Posyandu tersebut, ia merasa Puskesmas tempat
pemeriksaan kehamilannya itu cukup jauh dan tidak punya
kendaraan untuk ditumpangi. Suaminya bekerja sebagai
tukang ojek (sepeda motor) yang beroperasi di jalan desadesa Nggaha Oriangu, meskipun demikian suaminya sulit
untuk menjemput Ny. RK dikarenakan rumah mereka yang
sangat jauh dari jangkauan jalur motor karena letaknya
yang di atas bukit dan hanya bisa ditempuh dengan
berjalan kaki. Ny. RK sudah mempunyai seorang anak lakilaki yang berusia 4,5 tahun. Ny. RK juga jarang melakukan
pemeriksaan kehamilan pada kehamilan anak pertamanya,
84
hanya pada saat ia akan melahirkan barulah Ny. RK
datang ke Puskesmas dan melahirkan di sana. Ny. RK
mengatakan ia datang berkunjung hari ini ke Posyandu
karena tetangganya mengingatkan kalau pada hari ini ada
Posyandu di balai desa dan kebetulan pada saat itu suami
Ny. RK ada di rumah dan mengantarkannya ke Posyandu.
Ny.
RK
cukup
hati-hati
dalam
menjaga
kehamilannya, ia mengurangi aktifitasnya ke sawah saat
mulai merasakan gerakan janin dalam perutnya. Sama
halnya dengan partisipan lain Ny. RK sangat bahagia
dengan kehamilan keduanya dan sangat berharap anak
keduanya yang akan lahir adalah anak perempuan, karena
sebelumnya anak pertamanya adalah laki-laki. Suami Ny.
RK yang pada saat itu menemaninya ke Posyandu ikut
berbaur dengan istrinya yang pada saat itu sedang
diwawancarai oleh peneliti.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian memaparkan setiap faktor predisposisi,
faktor pemungkin (enabling factors) serta faktor penguat
(reinforcing factors) ibu hamil dalam menggunakan pelayanan
ANC di Puskesmas Kecamatan Nggaha Oriangu. Dalam
85
penelitian ini data yang ditemukan dikelompokkan dan
dianalisa berdasarkan teori faktor perilaku dasar manusia dan
faktor di luar perilaku seperti keluarga, lingkungan sosial
berdasarkan tingkat kesehatan dikemukakan oleh Green
(1980). Teori tersebut dikombinasikan dengan sub faktor teori
perilaku kesehatan, dalam hal ini perilaku mengunjungi dan
menggunakan pelayanan antenatal care oleh ibu hamil dari
Notoadmodjo
(1993).
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan yakni In depth interview kepada seluruh riset
partisipan dan data pendukung lainnya yang diambil di
puskesmas dan key informan.
4.2.1 Deskripsi Hasil
1. Partisipan I
a. Faktor Predisposisi
1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC
Riset partisipan menyatakan bahwa ia tidak mengetahui
kehamilannya sejak pertama janin tersebut tumbuh, ia baru
mengetahuinya
setelah
merasakan
beberapa
gejala
kehamilan. Partisipan menceritakan keadaannya kepada
salah satu saudaranya yang bekerja sebagai perawat
puskesmas, setelah itu ia memeriksakan kehamilannya
86
tersebut ke Puskesmas. Ini seperti yang dinyatakan oleh
partisipan :
“saya sakit pusing-pusing hampir tiap
hari. Saya tidak ke sekolah juga waktu itu,
awal Agustus begitu, terus saya pergi ke
tempat saudaranya saya. Kebetulan dia
perawat di puskesmas (W1/PI, 11-13)”
“Saya cerita ke saudaranya saya..tentang
saya pusing – pusing, mual-mual”(W1/P1,
18-19)
“saya ditemani sama dia ke
Puskesmas untuk periksa. Dari situ baru
saya tahu kalau saya hamil”(W1/P1,22-24)
Riset partisipan tidak hanya tidak memahami gejala awal
kehamilan yang ia rasakan, namun juga tidak rutin dalam
melakukan pemeriksaan kehamilan :
“ehh tidak juga ibu. Saya kan bajual di pasar
sampai siang, kadang – kadang saya lupa
kalau harus pergi priksa..saya punya mama
juga takut saya keluar rumah sendiri.
Mereka takut saya pergi ketemu dengan
saya punya suami”(WI/PI, 36-38)
“priksa terakhir tu Agustus ibu. Itu baru satu
kali.ini
tanggal
20
ini
ada
lagi
Posyandu”(W1/PI, 42-43)
Riset partisipan mengetahui tempat pelayanan ANC yang
berada di desanya serta mempunyai keinginan untuk
berkunjung ke tempat pelayanan ANC :
“ di sini yang paling dekat ya cuman
Posyandu saja ibu. Kalau rumah sakit
(Puskesmas)
masih
lumayan
jauh”(W1/PI,44-45)
“sebenarnya saya ingin pergi priksa
ke posyandu juga, saya juga ingin tahu
kesehatannya saya bagaimana, terus
87
banyak juga yang saya mau tanya dibidan
tentang masalah hamil”(W1/PI, 54-56)”
Partisipan juga mampu menjelaskan setiap tindakan atau
mampu mengingat hal–hal apa saja yang ia jalani pada
saat pertama kali datang berkunjung ketempat pelayanan
ANC :
“ada priksa darah, dong priksa perut juga,
ukur perut punya panjang(W1/PI,26), ibu
bidan yang priksa. Katanya untuk tahu
perkembangannya ini anak (W1/PI,28), ukur
LILA (Lingkar Lengan Atas).Supaya tau gizi
yang saya punya(W1/PI,30), ada vitamin
tambah darah, dong suru beli susu di Apotik
Puskesmas, dengan suru datang priksa tiap
bulan di Posyandu di desa(W1/PI,32-33)
2). Sikap terhadap pengetahuan
Partisipan mampu menyikapi kehamilannya dengan baik.
Namun dalam pelaksanaannya ia terkendala dalam
melakukan kunjungan ANC akibat larangan orang tuanya
yang menyuruhnya untuk tidak berpergian walaupun pergi
ke Posyandu. Berikut adalah pernyataan partisipan :
“saya punya mama yang tidak lepas saya
pergi,
walaupun
untuk
pergi
Posyandu..bagaimana ya
ibu..namanya
orang tua pasti dia sedikit rasa malu dengan
tetangga gara gara saya. Lagian mereka
tidak mau juga sebelum urusan adat selesai,
saya tidak boleh ketemu-ketemu dulu
dengan suami. Tapi sebenarnya saya ingin
pergi priksa ke posyandu juga” (W1/PI,4954)
88
3). Perilaku Kesehatan
Partisipan menyatakan bahwa ia merasa sehat tanpa
harus melakukan pemeriksaan ANC. Perilaku tersebut
dilihat dari kesehariannya yang terus bekerja (berjualan) di
pasar sampai siang hari. Partisipan mulai merasakan
perubahan yang terjadi dalam dirinya, dan yang paling ia
rasakan adalah kondisi dalam perutnya yang mulai ada
gerakan berpindah, ini seperti yang dinyatakan oleh
partisipan :
“ia ibu, saya mulai rasa gerakan gerakan
dalam perut, kadang kalau saya tidur siang
mulai rasa dia bergerak”(W1/PI,64-65)
“Ya selama ini memang saya tidak pernah
priksa hamil tapi saya yakin saya sehat ibu,
saya masih kuat untuk pergi jualan sampai
siang
siang
di
pasar...
(sambil
tertawa)(W1/PI,65-67)
4). Komponen Predisposisi (Demografi, Struktur sosial,
kepercayaan keluarga dan dukungan keluarga
Partisipan dan suaminya tinggal terpisah. Suaminya
bekerja sebagai petani yang tinggal di desa lain dan
menurut partisipan yang bersangkutan adalah seorang
pekerja keras. Meskipun urusan adat perkawinan mereka
sedang dalam proses, ia masih sulit bertemu suaminya
89
karena dilarang oleh keluarga. Ini seperti yang dikatakan
partisipan :
“untuk sekarang ini saya susah untuk bisa
bertemu dengan suami ibu, dia masih
tinggal di Kahiri
(Desa sebelahnya) di
tempat orang tuanya dia. Saya punya suami
nama Umbu Tamu ( Nama Samaran) dia
sekarang kalau kerja masih di Praipaha jadi
petani. Keluarga masih marah sama dia ibu
jadi kita masih sulit untuk ketemu tapi
sedang mau urusan adat”(W1/PI,72-76)
Partisipan pernah bertemu dengan suaminya satu kali
semenjak ia hamil dan hal tersebut diketahui keluarganya.
Suaminya
senantiasa
mengingatkannya
untuk
memberikan
bersabar
dukungan
dan
dan
menjaga
kesehatannya :
“jadi sempat kita ketemu satu kali. dia cuma
bilang sabar saja, urusan adat masih
panjang, dia hanya suru jaga kesehatan dan
sabar tunggu sampai urusan adat ini
selesai”(W1/PI,76-79)
Partisipan berbesar hati menerima kondisi keluarganya
sekarang, ia mengerti akan kemarahan keluarganya saat
itu. Dengan dukungan dari suaminya ia selalu bersabar
menjalani keadaannya sekarang, dan selalu menjaga
kondisi kesehatannya. Harapan yang besar dari partisipan
adalah ia dan calon anaknya akan tetap sehat.
“saya hanya sabar saja ibu, pasti ini masalah
akan selesai juga, orang tua juga lama lama
juga kan mengerti kalau kami sudah punya
90
anak. Saya tidak terlalu pikir juga kasihan
saya punya anak nanti. Saya hanya mau
nanti pada saat saya melahirkan saya sehat,
anak juga sehat”(W1/PI,82-85)
” ya karena saya sudah siap punya anak,
jadi saya harus kuat untuk saya punya anak
ibu, ditambah lagi saya punya suami orang
cukup dewasa, kalau ada kesempatan
ketemu dia selalu bilang untuk sabar, jangan
melawan orang tua, kita sudah salah wajar
kalau orang tua marah jadi kita juga
setidaknya perlu bersabar untuk orang tua
punya keputusan bagaimana yang baik
nanti. Itu yang buat saya lebih kuat ibu.
Bahkan hampir saya tidak pernah menangis
(W1/PI,88-94)
b. Faktor Enabling (faktor pemungkin/pendorong)
1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan
(ANC)
Tempat
pelayanan
Antenatal
care
(ANC)
berlangsung di Puskesmas, selain itu di desa Tandula
jangga juga disediakan layanan ANC yang berlangsung
di Posyandu desa yang merupakan program rutin dari
Puskesmas. Berikut pernyataan partisipan :
“kalau Puskesmas kan memang jauh jadi
mereka sediakan layanan kontrol kehamilan
di Posyandu sini..biar gampang pergi ke
situ”(W1/PI,98-99)
Dari hasil kunjungan pelayanan ANC pertama kali,
partisipan hanya mendapat vitamin penambah darah dan
dilakukan pemeriksaan fisik berupa pengukuran Lingkar
lengan atas (LILA). Partisipan juga menerima buku
91
kontrol KIA yang diakuinya sebagai patokan untuk
mengetahui kesehatannya selama hamil. Berikut seperti
yang dikatakan partisipan :
“kemarin ukur LILA, trus dikasih vitamin
tambah darah saja”(W1/PI,101), ada buku
kontrol hamil yang dikasih waktu saya ke
Posyandu.
itu
supaya
kita
tau
perkembangan kesehatan kita selama
kehamilan”(W1/PI,104-105)
Partisipan merasa pelayanan yang ia terima ketika ia
datang berkunjung pertama kali ke tempat pelayanan
ANC sangat sesuai dengan yang ia butuhkan. Partisipan
juga tidak memungkiri bahwa ia puas dengan pelayanan
tersebut sebab saat ia datang berkunjung banyak hal
baru yang ia ketahui seputar kehamilannya :
“saya rasa sudah ibu. Saya sehat-sehat
saja. Tidak ada sakit apapun” (W1/PI,107)
“iya ibu sejauh ini, ya pelayanannya baik-baik
saja. Kalau masalah puas atau tidaknya
pelayan itu saya rasa puas, cukup banyak
yang saya tahu ketika pertama saya datang
ke Posyandu.(W1/PI,110-112)
2).Sumber
Keluarga,
Sumber
daya
Masyarakat
(Menjangkau dan memakai pelayanan ANC)
Partisipan tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan
kunjungan ANC, ia hanya membayar satu kali pada saat
datang pertama kali mengecek kebenaran kehamilannya
ke puskesmas. Walaupun partisipan lupa berapa jumlah
92
uang yang harus dibayar pada saat, ia yakin bahwa biaya
tersebut tidak mahal dan sangat terjangkau untuknya. Ini
seperti yang dikatakan partisipan :
“tidak ibu, kalau kontrol setahu saya tidak
bayar. Hanya periksa di Puskesmas itu yang
bayar waktu itu”(W1/PI,131-132)
“hanya waktu cek hamil atau tidak itu saja
ibu. saya bayar berapa ya..waktu itu saya
lupa juga bayar berapa. Tapi tidak mahal
kok bu..saya bisa bayar” (W1/PI,134-135)
Partisipan menggunakan ojek untuk ke tempat pelayanan
ANC di Puskesmas dan berjalan kaki ke Posyandu desa :
“ya naik ojek ibu.. kalau ke puskesmas.
Kalau
ke
posyandu
jalan
kaki
saja”(W1/PI,138)
“ya pergi posyandu palingan Cuma 2 kilo
saja dari sini ibu. Tidak apa apa ibu kita
orang kampung sudah biasa jalan kaki jauh
jauh”(W1/PI,141-142)
Partisipan akan dijemput oleh pihak Puskesmas pada
saat mendekati hari melahirkannya untuk melakukan
persalinan di Puskesmas. Partisipan menyetujui hal
tersebut karena membantunya agar tidak kerepotan pergi
ke Puskesmas pada saat ia melahirkan.
“nanti mereka jemput pas sudah dekat hari
melahirkan. Saya sudah dikasih tanggal
penafsiran melahirkan”(W1/PI,146-147)
“jemput untuk melahirkan ke Puskesmas
ibu, nanti mereka jemput pakai oto (mobil)
Puskesmas, ya ada baiknya juga seperti itu.
Jadi kita tidak repot mau pergi ke sana
93
harus pakai apa. Belum lagi kan jauh
sekali”(W1/PI,149-151)
c. Faktor Reinforcing ( Faktor Penguat)
1). Perilaku Tenaga Kesehatan
Para petugas kesehatan mampu memberikan pelayanan
yang baik kepada partisipan. Dalam hal berkomunikasi,
para petugas kesehatan mampu berkomunikasi dengan
baik walaupun terkadang cara penyampaiannya dengan
volume suara yang agak keras. Tetapi partisipan
menganggap hal tersebut hanyalah peringatan keras dari
para petugas agar ia sering memeriksakan kehamilannya
ke Posyandu :
“ya bidannya baik-baik saja ibu. Cuma ya
biasa mereka agak keras kalau suruh kita
pergi
periksa.
Tapi
mereka
baik
ibu”(W1/PI,115-116).
“ya..waktu pertama mereka ingatkan supaya
datang periksa agak nada tinggi sedikit ibu,
kayak orang marah begitu apalagi yang
datang saya. (sambil tersenyum) jadi
mereka hanya kasi tegas kalau datang
priksa hamil itu penting. Tapi saya anggap
itu bukan marah. Mungkin supaya kita tu
rajin datang priksa begitu ibu(W1/PI,118122)
“iya ibu. Memang kalau bidan dengan ibu
kader di sini agak keras kalau mereka
94
bicara. Jadi orang yang tidak mengerti
mereka punya bahasa atau cara bicara
sangkanya mereka pasti ada berkelahi atau
ada marah”(W1/PI,126-128)
2). Pengaruh
Tokoh
Masyarakat,
Tokoh
Agama,
Peraturan tertulis/non tertulis
Partisipan memiliki komunikasi yang baik dengan
keluarga maupun dengan para tetangga di sekitar
rumahnya, mereka dapat berkomunikasi dengan baik
dan di saat-saat tertentu mereka dapat meluangkan
waktu untuk berkumpul bersama.
“kalau keluarganya saya ya komunikasi
baik-baik saja ibu, kita sering kumpul di
rumah atas (rumah nenek) kalau sore
sore...biasa kumpul bacrita crita dengan
keluarga semua, datang makan dirumah
nenek
sama-sama.
Tidak
hanya
keluarganya saya saja ibu..tetangga dekatdekat rumah juga kan kenal sama nenek
jadi mereka juga kalau sore-sore sering ke
rumahnya nenek duduk-duduk cerita samasama”(W1/PI,163-168)
Keluarga partisipan juga menaruh perhatian yang lebih
terhadap kehamilan partisipan. Bahkan ada beberapa
saran yang harus di ikuti oleh partisipan termaksud
larangan pergi ke Puksesmas.
“ya.. komunikasi baik ibu..kalau lagi hujan
saya dilarang keluar..nanti licin takut saya
jatuh, suruh banyak istirahat, tapi jangan
95
terlalu tidur di tengan hari juga”(W1/PI,171173). kalau tidur siang banyak jam 12 nanti
kaki bengkak katanya (W1/P1,175)
“iya.. kalau mau pergi cek, pergi ke tante
dukun yang rumahnya di belakang
rumahnya nenek...kalau untuk pergi ke
Posyandu dorang masih belum kasih saya
pergi”(W1/PI,177-179)
Lingkungan sekitar partisipan juga memberi perhatian
khusus terhadap kehamilannya. Ketua Rukun Tetangga
(RT)
di
lingkungan
tempat
tinggal
partisipan
memberinya saran untuk memeriksakan kehamilannya
ke Puskesmas
“....ada juga yang kasih ingat kalau sakit
perut atau rasa bagaimana begitu jangan
pergi urut. Perginya ke Puskesmas saja.
tempatnya dorang jelaskan ulang lagi sama
saya”(W1/PI,184-187)“Pak RT yang bilang
(W1/P1,189)
Selain itu perhatian juga diterima partisipan dari
beberapa
orang
tetangga
yang
berkunjung
ke
rumahnya, saran yang ia terima adalah beberapa
pantangan makanan untuk ibu hamil menurut para
orang tua di desa itu dan kepercayaan dari orang tua
akan kegiatan di dalam rumah yang tidak boleh
partisipan lakukan. Ini seperti yang dinyatakan oleh
partisipan :
“tante dong ada bilang jangan sering duduk
dekat pintu, nanti pas mo melahirkan anak
96
setengah mati keluar. Supaya jan terlalu
rasa sakit juga ibu”(W1/PI,196-198)
“iya..kalau di kampung sini..orang hamil
tidak boleh..makan jantung pisang..nanti ariarinya
(Placenta)
lengket
katanya
ibu..”(W1/PI,210-211)
“...nangka juga tidak boleh. Nanti anak
dengan ari-ari susah keluar...lama sekali
jadi rasa sakit terus nanti..terus tidak boleh
makan terong bakar juga nanti anak keluar
langsung
bisul-bisul
kayak
koreng
begitu.(W1/PI,213-216)
Dari berbagai saran yang partisipan terima, ada
beberapa yang ia percayai karena pengalaman hamil
dan melahirkan yang dimiliki tetangganya. Saran ini
bertolak belakang dengan saran yang partisipan terima
dari tenaga kesehatan waktu ia datang berkunjung ke
Posyandu pertama kali. Partisipan disarankan untuk
memakan jenis makanan apa saja asalkan baik untuk
kehamilannya dan dapat menambah gizi ibu hamil.
“ya percaya saja ibu...kan saya punya tante
sudah punya anak 6..ya dia lebih
pengalaman sudah..”(W1/PI,200-201)
“tidak juga ibu. Kalau ibu bidan malah bilang
kalau kita ada ngidam sesuatu, atau ada
kepingin makan apa begitu..ya makan
saja...jangan di tahan-tahan... selama tidak
ganggu kehamilan” (W1/PI,204-206)
“ya namanya orang tua yang bilang..ya saya
percaya tidak percaya juga..kalau saya
kepingin makan nanti mereka marah lagi
ibu”(W1/PI,218-219)
97
2. Partisipan II
a. Faktor Predisposisi
1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC
Riset
partisipan
menyatakan
bahwa
ia
tidak
mengetahui kehamilannya sejak awal. Partisipan tidak
mendapat
menstruasi
selama
dua
bulan
dan
memasuki bulan ketiga, ia memeriksakannya ke
Puskesmas.
Pada
saat
itulah
ia
tahu
akan
kehamilannya. Ini seperti penyataan partisipan :
“waktu itu saya sudah tidak mens 2 bulan
sampai masuk 3 bulan ibu saya cek
langsung di bidan Puskesmas. Jadi di situ
saya tahu kalau saya hamil”(W2/P2,13-14)
Partisipan
mengakui
bahwa
kehamilan
yang
dijalaninya merupakan kehamilan ketiga, sebelumnya
ia telah memiliki dua orang anak perempuan yang
berusia 8 tahun dan 1,6 tahun.
“ini yang ketiga sudah ibu...”(W2/P2,23). ia
dua-duanya perempuan..yang sulung sudah
8 tahun kelas 4 SD sudah dia ibu..yang
nomor dua 1 tahun 6 bulan..badekat dengan
yang bungsu ini...”(W2/P2,27-28)
Partisipan
sudah
dua
kali
mengunjungi
tempat
pelayanan ANC selama kehamilannya. Pertama pada
saat memeriksakan kebenaran kehamilannya pada
98
bulan Juli dan yang kedua pemeriksaan kehamilan di
Posyandu pada bulan Oktober.
“awal bulan Juli sudah cek hamil
itu”(W2/P2,16) bulan Oktober kemarin..hmm
dua kali sudah ibu..”(W2/P2,32)
Partisipan menjelaskan cara ia merawat kehamilannya
selama ini dan menjelaskan setiap tindakan yang
dilakukan di tempat pelayanan ANC :
“ya sama kayak orang hamil biasanya
ibu..makan
lebih
banyak..minum
susu..saya juga minum vitamin ibu biar
badan juga jangan drop sekali..gara gara
ni pendidikan yang harus selesai
ni..harus
kerja
gila
juga
kita
ibu..”(W2/P2,40-43)
Partisipan
menerangkan
perbedaan
tindakan
pemeriksaan ibu hamil ketika ia datang memeriksakan
kehamilannya ke Puskesmas dan Posyandu :
“ya.. kalau di Posyandu mereka kurang
periksanya mendetail begitu..bagusnya kita
langsung ke Puskesmas saja.”(W2/P2,5152)
“iya di Posyandu paling datang tu..kita
registrasi.. terus mereka para bidan tanya
keluhan abis..kalau sakit atau ada keluhan
lain yang memang butuh obat.. baru dong
kasi obat..abis itu selesai”(W2/P2,55-57)
“kalau di Puskesmas mereka periksanya
lengkap, periksa perut, ukur besarnya
perut..sama ukuran janin..dengan suara
janin ...saya kan dulu dengan anak
pertama kedua saya beberapa kali cek ke
Puskesmas(W2/P2,59-61)
99
2). Sikap Terhadap Pengetahuan
Partisipan
cukup
kaget
sewaktu
menyadari
kehamilannya. Ia tidak menyangka akan hamil lagi,
karena
kesibukan
ia
bekerja
dan
melanjutkan
pendidikan sebagai guru sekolah dasar membuat ia
kurang memperhatikan pemeriksaan kehamilannya. Ini
pernyataan partisipan :
“ya.. sa kaget juga ibu kalau saya benar
hamil...soalnya
ya...saya sudah ada
rencana lagi mau lanjut program guru di
Waingapu..ini kalau sudah hamil begitu
yang agak sedikit repot sudah”(W2/P2,1820)
“iya ibu..saya tau.tapi kan saya tidak bisa
juga ke sana setiapa saat. saya ni harus
mengajar belum lagi harus ke Waingapu
juga 4 bulan terakhir ini..ya yang penting
saya itu makan yang teratur saja...pasti
sehat juga”(W2/P2,36-38)
“iya begitu juga baik ibu pergi periksa..tapi
kan saya sesuaikan juga dengan waktu
ibu..waktu waktu itu memang susah ke
sana..”(W2/P2,46-47)
Selain itu partisipan menyatakan Puskesmas sangat
jauh dan sangat susah untuk pergi ke sana, suaminya
tidak
dapat
mengantarkannya
karena
yang
bersangkutan bekerja di daerah yang cukup jauh dari
desanya :
100
“....;waktu
tidak
ada..ditambah
lagi
Puskesmas dari sini juga jauhnya minta
ampun, 10 kilo dari sini..kalau dulu suami
masih kerja di sini ,masih bisa jemput
dengan motor baru periksa kesana..”
(W2/P2,64-66)
3). Perilaku Kesehatan
Partisipan meyakini kondisi kehamilannya pada saat
itu dalam keadaan sehat, hanya saja ia merasa
keletihan. Partisipan masih sering berpergian dengan
kendaraan bermotor atau bus (angkutan umum)
dengan jarak tempuh yang cukup jauh, padahal usia
kehamilan sudah memasuki usia trimester III.
“sehat saja.ibu tapi yah.capek juga..tiap
hari dengan motor, bis lagi hamil besar
begini”(W2/P2,80)
4). Komponen
Predisposisi
(Demografi,
Struktur
sosial, kepercayaan keluarga dan dukungan
keluarga)
Partisipan
kesulitan
pergi
memeriksakan
kehamilannya ke Puskesmas karena suaminya tidak
dapat mengantarnya. Suaminya bekerja di daerah
perbatasan Kabupaten yang jaraknya cukup jauh dari
desa tersebut
101
Suami
“...dulu suami masih kerja di sini, masih
bisa jemput dengan motor baru periksa ke
sana..sekarang
suami
sudah
di
Langgaliru..bertani dengan jualan di
sana..ya agak susah mau ke sana”
(W2/P2,65-67)
dari partisipan sangat memperhatikan
kehamilannya. Suami partisipan sangat kasihan dan
menyayangkan kondisi istrinya yang harus bekerja dan
pergi dengan kendaraan bermotor atau menggunakan
bus angkutan umum ke kota Waingapu dalam
keadaan hamil
“kadang pi dengan bus kadang suami saya
antar pakai motor sampai Waingapu...terus
sorenya dia jemput”(W2/P2,70-71)
“iya suami kasihan lihat saya..kadangkadang dia tinggal pekerjaannya yang di
sana untuk liat saya ke sini..kalau bisa
sebenarnya dia yang mau antar jemput
saya ke Waingapu tapi ya..karena dia juga
harus kerja buru setoran juga..ya..jadi tidak
bisa setiap saat”(W2/P2,75-78)
Suaminya juga selalu mengingatkannya untuk
memeriksakan kehamilannya ke Posyandu dan sangat
mendukung apapun yang dikerjakan istrinya serta
mengerti akan keadaan istrinya :
“selalu ia kasi ingat priksa ibu.kasi
dukungan untuk jaga ni kehamilan jangan
sampai sakit...Cuma dia juga mengerti
dengan keadaannya saya”(W2/P2,83-84)
Anggota keluarga partisipan yang lain yang turut
membantu dan memberi perhatian kepada partisipan
102
yaitu ibu dari riset partisipan yang juga tinggal
serumah dengan partisipan. Ia membantu mengasuh
kedua anak partisipan dan membantu mengurus
pekerjaan rumah tangga :
“saya tinggal di mama juga di sini jadi
mama juga bantu-bantu saya liat anakanak kalau saya ke Waingapu..bantu
masak..pokoknya yang bantu-bantu di
rumah begitu”(W2/P2,87-89)
Selain membantu mengasuh, ibu partisipan juga turut
memperingatkan
partisipan
setiap
bulan
agar
memeriksakan keadaan kehamilannya di Posyandu
Desa.
“ya..posyandu di sini ni kan rutin tiap
bulan..jadi kalau sudah dekat hari
Posyandu biasa mama juga kasi
ingat...tetangga yang punya anak kecil
juga untuk bawa ke posyandu juga mereka
kasi
ingat
kalau
ada
Posyandu...”(W2/P2,92-95)
b. Faktor Enabling (faktor pemungkin/pendorong)
1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC)
Riset partisipan menjelaskan layanan ANC yang
diterimanya di Posyandu tidak maksimal dan masih
kurang bentuk pelayanannya. Berikut pernyataan
partisipan :
103
“kalau Posyandu paling sering sudah tu
obat-obatan..kalau di Puskesmas tambah
periksa lengkap...”(W2/P2,103-104)
“kalau menurut saya bu...masih sangat
kurang
ya..ibu
untuk
yang
di
Posyandu...tidak sesuai pemeriksaanya
yang waktu di Puskesmas..bidan ada tapi
kayak pelayanannya tidak maksimal
begitu. Kayak kita datang hanya registrasi
nama.
Abis
itu
pulang
sudah..”(W2/P2,107-110)
Riset partisipan sudah menerima tafsiran tanggal
melahirkan yaitu pada bulan Januari awal. Bahkan Ia
sudah diberitahu akan dijemput oleh pihak Puskesmas
ketika akan melahirkan, tetapi dengan kejadian
melahirkan sendiri yang dialaminya membuat dia
cukup menyesal karena harus melahirkan bayinya
sendiri tanpa bantuan tenaga kesehatan atau tenaga
dukun terlatih. Ini seperti yang dikatakan partisipan :
“nanti dari Puskesmas jemput pagi oto
(Mobil)
Puskesmas
kalau
dekat
harinya”(W2/P2,135)
“....saya sangat menyesal sekali.. saya
melahirkan sendiri tengah malam. Mau
panggil sapa lagi sudah jam 2 malam.
Tidak ada orang lagi bangun jam begitu.
Suami juga pas lagi tidak ada di rumah
masih di Langgaliru..”(W2/P2,117-120)
“jadi saya malam itu rasa buang air
saja..saya mencret itu sampai 7–8
kali..tidak lama begitu perut sini sudah
saya rasa sakit..tidak sampai 5 menit
langsung keluar sudah ni anak.... sudah
104
malam sekali lagi sapa yang mau tolong
yang ada cuma mama dengan anak sulung
saya saja”(W2/P2,122-125)
“tidak ada sama sekali dukun. perkiraan
Januari.. jadi sekitar Januari begitu baru dari
Puskesmas jemput saya tapi bidan
bilang..bisa juga bulan Desember karena
saya sering naik motor..goncangan terus ni
perut turun jadi bisa longgar atau keluar
cepat begitu tapi saya yakin saja bulan
Januari
baru
melahirkan
ni
anak.....ya...memang kondisinya sulit sekali
ibu..saya kasihan sekali anaknya saya harus
lahir seperti ini.tidak ada yang bantu”
(W2/P2,127-133)
2). Sumber
Keluarga,
Sumber
daya
Masyarakat
(Menjangkau dan memakai pelayanan ANC)
Partisipan dalam menjangkau tempat pelayanan ANC
tidak sulit. Jarak Posyandu dari rumahnya kurang lebih
1 KM, ia dapat berjalan kaki atau diantar suaminya.
Sedangkan jarak Puskesmas dari rumahnya 10 KM
dan
ketika
memasuki
minggu
terakhir
usia
kehamilannya, pihak Puskesmas akan menjemputnya.
“nanti dari Puskesmas jemput pake oto
(mobil) kalau dekat harinya.dari sini 10 kilo
bu”(W2/P2,136)
“ya...tergantung ibu...kalau pas suami ada di
rumah, ya saya diantar pake motor..tapi
kalau tidak saya jalan kaki saja ibu..tidak
jauh juga...Posyandu skitar 1 kilo dari
sini..”(W2/P2,139-141)
105
Partisipan juga tidak kesulitan dalam hal pembayaran
karena secara umum layanan ANC di
Puskesmas
ataupun Posyandu diberikan secara gratis tanpa
dipungut biaya apapun :
“tidak bayar juga kalau pergi periksa jadi
tidak repot sekali” (W2/P2, 141-142)
Partisipan mengatakan ia dan suaminya sama-sama
bekerja
untuk
membiayai
keperluan
sehari-hari,
termasuk biayanya selama kehamilan. Partisipan tidak
menerima upah kerja setiap bulan melainkan 3 bulan
sekali
untuk
itu
suaminya
yang
lebih
sering
mengeluarkan biaya untuk keperluan sehari-hari :
“kalau biaya hari-hari sama saja ibu,biar
dua-dua kerja yang paling sering kasi keluar
uang ya suami sudah...kalau saya terima 3
bulan sekali. Itu juga nanti separuh kasi di
mama buat urus keperluan rumah”(W2/P2,
185-187)
c. Faktor Reinforcing ( Faktor Penguat)
1). Perilaku Tenaga Kesehatan
Partisipan
mengemukakan
kesehatan
dalam
memberi
beberapa
pelayanan
tenaga
dan
bekomunikasi cukup baik terhadap partisipan, serta
tidak memungkiri ada petugas yang bersikap kasar
dan terkadang marah terhadap partisipan jika tidak
106
membawa buku kontrol KIA. Ini seperti pernyataan
partisipan :
“...ada juga bidan yang marah-marah sedikit
ibu..tapi
rata-rata
baik
semuanya
komunikasinya juga baik. Mungkin agak
sedikit keras saja”(W2/P2,113-115)
“kalau sikap ya..mereka biasa saja..dalam
melayani.. tetapi terkadang memang agak
kasar cara pelayanannya..kalau suru kita
datang periksa terus lupa bawa buku
catatan kesehatan..comel terus sepanjang
kita periksa..kalau marah sekali..kita juga
pasti ingat ibu...kalau pelayanan dengan
muka
tidak
pernah
senyum
juga
kan...pastinya kita sedikit bagaimana begitu
ya..tapi tidak semuanya seperti itu..ada juga
yang ramah...”(W2/P2,146-152)
Riset partisipan tidak sepenuhnya memahami tindakan
pemeriksaan yang biasa ia terima dari tempat
pelayanan ANC. Partisipan juga merasa malu untuk
bertanya tentang pemeriksaan yang dilakukan, namun
ia tetap percaya apapun tindakan yang dilakukan
terhadapnya
adalah
demi
kesehatannya
dan
kehamilannya :
“kalau periksa itu ...terus terang ibu saya
tidak terlalu mengerti..jadi apapun yang
dilakukan saya biarkan saja..pastinya juga
baik
untuk
saya
punya
kehamilan..”(W2/P2,155-157)
“ya.saya juga malu kalau tanya ibu..tapi
kadang-kadang mereka kasih tau juga
kok...”(W2/P2,159-160)
107
2). Pengaruh
Tokoh
Masyarakat,
Tokoh
Agama,
Peraturan tertulis/non tertulis
Partisipan juga sering diingatkan oleh tetangga sekitar
rumahnya yang sedang hamil, agar bersama sama
pergi ke Posyandu. Tetapi oleh tokoh masyarakat di
lingkungan
partisipan
rumahnya
agar
tidak
datang
pernah
berkunjung
mendukung
ke
tempat
pelayanan ANC :
“kalau tetangga.. ingatkan juga ibu..kan ada
juga tetangga yang sementara hamil..kalau
pas mau dekat tanggal Posyandu kadang
..mereka ingatkan saya juga...”(W2/P2166168)
“ya biasa saja ibu..kan rumah tangga
masing-masing juga...pak RT kalau untuk
ingatkan tidak pernah juga ibu..palingan kita
yang berkunjung ke sana...pas ada hajatan
atau disuruh ke sana bantu- bantu kalau ada
acara..ketemu pas waktu hamil iya.. Cuma
ditanya berapa bulan sudah hamilnya.
jangan keluar-keluar rumah dulu...tapi tidak
anjurkan pergi periksa ....”(W2/P2,171-176)
Riset partisipan juga mengakui kalau ia jarang sekali
ke gereja akibat kesibukannya dan jarak gereja yang
cukup jauh dari rumah sehingga membuatnya jarang
bertemu dengan tokoh agama di desanya :
“tidak pernah ibu..saya juga jarang
gereja...karena agak jauh juga ibu..tambah
saya juga harus urus anak sekolah lagi..jadi
ya sa yang jarang juga pergi ke
sana..apalagi kalau ketemu juga jarang
sekali..”(W2/P2,179-181)
108
3. Partisipan III
a. Faktor Predisposisi
1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC
Riset partisipan mengetahui kehamilannya sejak usia
kandungannya
memasuki
membuktikannya
kehamilannya
empat
dengan
ke
Puskesmas.
bulan,
dan
memeriksakan
Di
samping
itu
partisipan juga merasakan beberapa perubahan yang
terjadi
dalam
dirinya
seperti
adanya
gerakan
berpindah dalam perutnya dan tidak suka dengan bau
pelembab kulit dan sabun mandi yang dipakai orangorang disekelilingnya. Ini seperti pernyataan partisipan
“masuk empat bulan baru saya tahu..saya
rasa ada gerakan di perut yang pindahpindah terus aneh sekali. sering rasa mualmual kalau lihat orang pakai handbody
dengan bau sabun mandi saya langsung
pikiran ke sana. saya langsung cek ke
Puskesmas sudah...dari situ baru saya tahu
sudah hamil lagi..”(W3/P3, 16-20)
109
Partisipan mengakui dalam keadaan hamil kegiatan
kesehariannya tidak banyak berubah, ia tetap bekerja
membantu suaminya di sawah. Memasuki usia tujuh
bulan
kehamilan,
partisipan
mulai
mengurang
aktifitasnya bersawah. Ia sering merasa kelelahan dan
memperbanyak waktu istirahatnya :
“perubahan sih tidak ada bu. waktu pertama
saya tahu sudah hamil, saya tetap kerja
bantu suami di sawah. pokoknya sehari-hari
lah...sama
seperti
biasanya.
Cuma
ya...waktu sudah 7 bulan perut sudah agak
besar mulai capek..ya saya kurangi pergi ke
sawah... jaga juga ni perut ibu..kan saya
juga pernah miskram dulunya...” (W3/P3,2327)
Partisipan mengatakan pernah mengalami kegagalan
kehamilannya
sebanyak
3
kali.
Ia
mulai
rutin
memeriksakan kehamilan setelah usia kandungan
memasuki enam bulan. Partisipan memilih untuk
memeriksakan kandungannya ke Puskesmas bukan
ke Posyandu dengan alasan jaraknya lebih dekat
dengan
tempat
tinggal
serta
pemeriksaaannya
ditangani langsung oleh bidan. Ini seperti pernyataan
partisipan :
“iya saya pernah keguguran 3 kali ibu. waktu
itu saya stres pikir ini tidak jadi terus…setiap
kali hamil keguguran kayak hilang terus ni
anak dari perutnya saya. kalau sekarang
pergi periksa mulai 6 bulan itu saya rutin
110
sudah tiap bulan.saya tidak pergi ke
Posyandu saya langsung ke Puskesmas ibu
kan Puskesmas dari sini dekat saja
ibu...kalau di Posyandu juga kadang kadang
bukan bidan..tapi perawat saja yang
ada”(W3/P3, 31-35)
Alasan
partisipan
memeriksakan
setelah usia kehamilannya berumur
kehamilannya
enam bulan
karena takut kalau mengalami keguguran kembali
seperti sebelumnya karena usia kehamilannya yang
masih terlalu muda untuk keluar rumah. Partisipan
juga percaya kegagalan kehamilan sebelumnya akibat
ilmu hitam yang ditujukan kepadanya :
“ya..bagaimana ya...ibu, ini masih kecil lah ni
anak..kalau
saya
keluar
rumah
begitu...takutnya tidak kuat lagi..kemudian
jatuh lagi ni perut (kandungan turun)
kakaknya saya kan dukun bayi juga..dia
bilang..kalau hamil muda begitu jangan suka
keluar rumah ...nanti kena orang tiup angin
jahat.perut tinggal daging saja anak tidak ada
lagi..”(W3/P3, 40-44)
Partisipan menjelaskan, ia sering bertanya tetang
kehamilannya pada kakaknya yang adalah dukun bayi
di desa tersebut. Ia juga mengakui kakaknya
tidak
mendapat pelatihan khusus di Puskesmas dalam
menangani ibu hamil tetapi pengalamannya tersebut
didapat dari neneknya yang juga seorang dukun bayi :
111
“tidak ibu..dia tidak ikut pelatihan dari
Puskesmas..mamtua (nenek dari Ny. ML)
yang ajar kasi melahirkan dengan memang
dia bisa urut juga...jadi saya biasa kalau
tanya tanya tentang masalah hamil juga ke
dia”(W3/P3, 47-49)
2).Sikap Terhadap Pengetahuan
Partisipan mengakui dalam merawat kehamilannya
sama dengan orang hamil pada umumnya, seperti
lebih memperbanyak konsumsi makanan, obat obatan
yang diberikan Puskesmas dan waktu istirahat yang
lebih banyak
serta mengurangi pekerjaan yang
memberatkan :
“ya... sama saja seperti biasanya. Saya
makan lebih banyak lagi. Ya… sama saja
kayak orang hamil yang lainnya, istirahat
banyak, saya juga sudah mulai kurangi
bergerak, kurang kerja yang berat-berat takut
ada apa-apa lagi dengan perut. Ya…tambah
dari Puskesmas ada kasi saya vitamin ibu
hamil buat tambah darah juga ibu jadi saya
ada minum juga”(W3/P3, 52-56)
Riset
partisipan
tindakan
mampu
pemeriksaan
menjelaskan
yang
ia
beberapa
dapatkan
serta
penjelasan dan saran yang harus dilakukan pada saat
ia datang berkunjung ke Puskesmas. Ini seperti yang
pernyataan partisipan :
“lengkap lah ibu....ada periksa rutin ni
perut.periksa bunyi jantung bayi juga,
tekanan darah juga, ada periksa rahim kayak
112
periksa besar atau panjang rahim juga bu,
katanya perkiraan besar bayi lah.. dengan
tinggi rahim. ada mereka kasi obat obatan
vitamin begitu, cek air kencing, cek
darah....cek-cek masih suka pendarahan
tidak..mereka ada kasih obat supaya cegah
perdarahan juga..katanya saya harus lebih
sering datang periksa karena memang sering
keguguran dulu..katanya memang rahimnya
saya tidak kuat juga terus saya suka kerja
yang berat-berat makanya sering jatuh
kandungan..”(W3/P3, 58-66)
Riset
partisipan
tidak
memungkiri
kegunaan
berkunjung ke tempat pelayanan ANC, selain dapat
mengetahui kondisi kesehatan kehamilannya ia juga
dapat mendengarkan denyut jantung janin dalam
rahimnya.
Ungkapan
bahagianya
juga
semakin
lengkap karena kehamilannya berjalan lancar sampai
memasuki
usia
kehamilan
Sembilan
bulan
dan
mendapat perhatian khusus dari tenaga kesehatan :
“ya..ada baiknya juga..kita bisa dengar
sendiri bunyi jantung anak...bisa tahu kita lagi
sehat tidak...saya senanglah ibu..ini kali hamil
jadi..tidak
miskram
lagi..habis
susah
sekali..untungnya dari Puskesmas juga kalau
ada mereka punya petugas yang lewat
keliling dengan oto begitu sering datang cek
saya di sini..”(W3/P3, 68-72)
3). Perilaku Kesehatan
113
Partisipan menjaga kehamilannya dengan baik, karena
pengalaman
dialami
kegagalan
membuat
dia
kehamilan
menantikan
yang
pernah
keberhasilan
kehamilannya ini selama tujuh tahun.
“itu rata rata miskram 2 bulan ibu...sudah 3
kali seperti itu...jadi bisa dibilang anaknya
saya yang sekarang ini..anak mahal lah
ibu..lama sekali kita tunggu baru jadi yang
ini.ada 7 tahun lah.jadi senang sekali kalau
bisa
sehat-sehat
saja
sampai
sekarang.Makanya saya jaga sudah yang
sekarang” (W3/P3,75-79)
Partisipan akan melakukan pemeriksaan kehamilan
pada hari yang sudah ditentukan oleh Puskesmas :
“tanggal 20 besok kan ada jadwal ibu hamil di
Puskesmas juga..saya mau cek lagi perut
ini..”(W3/P3, 81-82)
Partisipan menyebutkan akan pergi memeriksakan
kehamilannya ke Puskesmas diantar oleh suami atau
adiknya dengan menggunakan motor :
“naik motor ibu..kadang dengan suami,
kadang juga dengan adik-adik yang ojek
lewat
depan
jalan
baru
antar
ke
Puskesmas”(W3/P3, 84-85)
Partisipan
menyatakan
kondisi
kehamilannya
sekarang dalam keadaan sehat, tetapi ia mengeluhkan
kakinya yang sedikit membengkak. Tenaga kesehatan
menyarankan agar partisipan sering jalan agar tetap
sehat, dan partisipan menuruti saran tersebut :
114
“kalau sekarang ya saya rasa sehat sehat
saja ibu...Cuma ni kaki agak bengkak
sedikit..ibu bidan bilang sering jalan biar
sehat...”(W3/P3, 88-89)
“ya..kadang sering jalan juga..tapi saya takut
jalan disekitar sini..jalan agak licin ibu..lumpur
juga...jadi kalau mau latihan jalan biasanya di
jalan raya di depan sana”(W3/P3, 91-93)
4).Komponen
Predisposisi
(Demografi,
sosial, kepercayaan keluarga dan
Struktur
dukungan
keluarga)
Suami
partisipan
bekerja
sebagai
petani
dan
pedagang disalah satu pasar desa yang ada di
kecamatan
Nggaha
Oriangu.
Suaminya
bekerja
sampai siang hari dan terkadang sampai sore hari :
“nama suami A. sekarang ada bejualan hasil
tani di Makamenggit ibu...bertani juga ibu...ya
tidak juga biasa jam 2 sudah pulang tadi kan
hujan jadi lambat pulang,kadang juga
terlambat kalau harus pergi antar itu hasil tani
dulu..”(W3/P3, 96-99)
Perhatian suami dari partisipan berubah semenjak
partisiapan hamil. bentuk perhatiannya itu diwujudkan
dalam pulang bekerja lebih awal, dan tidak keluar
rumah sampai larut malam. Di samping itu, suami
partisipan turut mendukungnya untuk memeriksakan
115
kehamilannya ke Puskesmas serta melarangnya pergi
ke dukun :
“iya kalau sekarang, biasanya dia kalau
keluar tidak sampai malam pulangnya,terus
kalau saya mau pergi periksa suami yang
antar ibu...kalau dulu saya tidak pergi periksa
memang dia marah suru pergi, katanya
jangan ke dukun lagi..tapi kan mama juga
bilang
jangan
keluar-keluar
rumah
dulu..panggil kakak yang dukun saja datang
lihat saya ke rumah(W3/P3, 105-110)
Ibu partisipan menyarankan untuk pergi memeriksakan
kehamilannya pada tantenya yang dukun. Sejak dulu
ibunya sering berobat pada tante partisipan dan
hasilnya baik pula. Ini seperti pernyataan partisipan :
“dari dulu memang ibu, mamtua kalau sakit
biasa minum obat dari tante dorang, biasa ke
hutan cari akar akar obat buat orang sakit,
terus mereka rebus minum, lebih cepat
sembuh. Makanya kalau sekarang suruh saya
pergi periksa di tante saja tidak apa
apa.”(W3/P3, 113-116)
Partisipan menjelaskan sejak ia hamil anak
pertamanya, ibunya sama sekali tidak mengijinkannya
untuk memeriksakan kehamilan ke tempat layanan
ANC. Setelah diberi masukan oleh beberapa perawat
yang ada di sekitar desa, barulah partisipan boleh
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas.
“anak pertama dulu tidak sama sekali ibu kasi
ijin ini yang kedua ini karena perawat di
makamenggit sering datang kasi ingat saja
116
suru pergi...dan mereka bantu jelaskan ke
mamtua..jadi saya pergi..”(W3/P3, 119-121)
b. Faktor Enabling (Faktor Pemungkin/ pendorong)
1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC)
Riset partisipan menyatakan, lebih baik memeriksakan
kehamilannya ke Puskesmas daripada ke Posyandu
karena langsung ditangani oleh bidan/ dokter. Ini
seperti yang pernyataan partisipan :
“terus terang kalau di Puskesmas kita periksa
lebih bagus ibu..daripada Posyandu..bidan
langsung yang periksa..pernah juga dokter
yang langsung periksa saya...”(W3/P3, 124126)
Partisipan mengakui, kelengkapan alat yang dimiliki
Puskesmas saat akan melayani pemeriksaan ANC
cukup lengkap. Fasilitas lain yang disediakan adalah
layanan konsultasi kehamilan oleh Puskesmas. Di
samping itu ada beberapa Perawat keliling yang
disediakan Puskesmas untuk berkunjung ke rumah
warga. Puskesmas juga menyediakan kendaraan
untuk ibu hamil yang akan melahirkan :
“ya..perawat, bidan kalau mau periksa tu
alatnya mungkin lebih lengkap ya ibu,
kemudian ada semacam konsultasi untuk
orang hamil begitu..lalu nanti mereka siap
kendaraan kalau mau melahirkan, kadangkadang juga kalau ada perawat yang keliling
117
desa mereka singgah ke rumah, periksa,,
kasih vitamin”(W3/P3, 128-132)
2).Sumber
Keluarga,
Sumber
daya
Masyarakat
(Menjangkau dan memakai pelayanan ANC)
Partisipan
mengatakan
untuk
memeriksakan
kehamilannya tidak ada biaya yang harus ia keluarkan.
Pada saat akan melahirkan barulah ada biaya yang
akan ia keluarkan :
“tidak bayar ibu...tidak ada biaya kalau
periksa..paling nanti pada saat melahirkan
saja.....”(W3/P3, 146-147)
Partisipan mengatakan Puskesmas tidak jauh dari
tempat tinggalnya, dan ia selalu diantar oleh suami
atau adik-adiknya ke Puskesmas. Partisipan sama
sekali
tidak
merasa
kesulitan
untuk
pergi
ke
Puskesmas ia juga mengerti pada saat melahirkan ia
akan dijemput oleh pihak Puskesmas dan melakukan
persalinan di Puskesmas.
“: iya kalau ke Puskesmas tidak jauh ibu.
Saya kan diantar suami. Kadang juga ada
adik-adik yang antar..mereka tidak kasih saya
jalan sendiri juga. Ya kalau untuk ke
Puskesmas masih bisalah ibu..pas mau
melahirkan juga kan nanti oto Puskesmas
yang jemput”(W3/P3, 151-154)
Partisipan mengatakan kebutuhannya selama masa
kehamilan dapat terpenuhi dengan baik. Sama seperti
118
kebutuhan sehari-hari, Kebutuhannya di biayai oleh
suaminya dengan baik :
“ya dari suami uang ibu. Ya kalau semua
sama saja kayak kebutuhan sehari-hari suami
yang biayai ibu..ya..pas hamil banyak juga
yang harus dibeli.kayak susu beli di Apotek
Puskesmas,. tapi ya selama ini..bisa
dipenuhilah ibu..(W3/P3, 157-160)
c. Faktor Reinforcing (Faktor Penguat)
1). Perilaku Tenaga Kesehatan
Partisipan mengatakan perilaku petugas kesehatan
pada saat memberi pelayanan cukup baik. Petugas
mampu berkomunikasi dengan baik, dalam melakukan
tindakan tidak kasar, hanya saja ketepatan waktu
pelaksanaan pelayanan yang kurang baik karena
partisipan harus menunggu kedatangan petugas yang
datang
dari
kota
Waingapu
untuk
melakukan
pelayanan :
“kalau di Puskesmas tidak ada yang marahmarah bu baik bicaranya,cara mereka periksa
tidak kasar-kasar, Cuma menunggu mereka
datang saja yang mungkin lama.. soalnya
mereka kan berangkat dari Waingapu..pagi
baru datang ke Puskesmas begitu jam 8 atau
jam 9 begitu baru sampai sini...kadang juga
119
sampai jam 10 begitu baru mulai buka
Puskesmas”(W3/P3, 135-140)
Partisipan percaya bahwa orang yang disebut sebagai
perawat, bidan atau dokter itu mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik. Ia juga mengakui petugas akan
memberi tahu kegunaan setiap tindakan pemeriksaan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap
kehamilannya :
“ya..kalau namanya perawat, bidan atau
dokter yang kerja..pasti bagus sudah
ibu...kadang-kadang mereka kasih tau juga
kalau mau periksa....”(W3/P3, 143-144)
2).Pengaruh
Tokoh
Masyarakat,
Tokoh
Agama,
Peraturan tertulis/non tertulis
Partisipan mengakui hanya ibunya dan beberapa
tantenya
yang
tidak
mengijinkannya
untuk
ke
Puskesmas. Sedangkan orang lain yang berada di
sekitarnya tidak melarang apapun terhadapnya :
“ya..itu dari keluarga ya Cuma mamtua
dengan tante dorang saja yang bilang tidak
usah periksa. Kalau orang-orang di sekitar
rumah yang tahu saya hamil tidak larang apaapa..ya..dari mama yang masih keras lah ibu
kalau masalah hamil ini..(W3/P3, 163-166)
Partisipan menerima dukungan dari tokoh agama
setempat. Ia mengaku sering dikunjungi dan di doakan
120
agar kehamilannya selalu sehat. Pendeta juga turut
mengingatkannya
kehamilannya
dan
untuk
selalu
membantu
memeriksakan
untuk
memberi
pengertian kepada ibu partisipan akan pentingnya
pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan :
“oh kalau ibu pendeta sering datang
sini..kadang-kadang suru doa bersama
dulu..sering
cerita-cerita
deng
mamtua(W3/P3, 168-169)
“itu malah ibu pendeta bantu omong di
mamtua
supaya
suru
saya
pergi
periksa..kalau ibu pendeta omong pasti
mamtua dengar. Ibu pendeta sering doakan
juga supaya saya sehat terus jangan ada
apa-apa lagi ni perut ibu..”(W3/P3, 171-174)
4. Partisipan IV
a. Faktor Predisposisi
1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC
Riset
partisipan
dapat
menyebutkan
usia
kehamilannya dengan tepat :
“iya ibu, Sekarang masuk delapan bulan
sudah
buk..(
berbicara
sambil
tertunduk...)”(W4/P4, 12)
Partisipan
menyebutkan
kecurigaan
awal
kehamilannya saat ia tidak mengalami menstruasi lagi
pada bulan April :
“saya su tidak mens lagi ibu.hmm... dari bulan
April sudah, dari tanggal 15 April”(W4/P4, 14)
121
Partisipan menyampaikan gejala yang dialami pada
ibu
mertuanya,
kehamilan
dan
menjalani
serangkaian
tes
di Puskesmas. Pada saat pemeriksaan
tersebut partisipan mengetahui kehamilannya sudah
berjalan tiga bulan :
“waktu itu saya langsung bilang di saya punya
mamtua dengan ibu bidan pas waktu itu ada
Posyandu juga, trus ibu bidan suru saya pigi
cek di Puskesmas..untuk ikut pake tes
hamil.tesnya waktu itu di Puskesmas tes yang
untuk kebidanan, tes darah, LILA juga. pas
sudah itu ibu bilang saya sudah hamil jalan 3
bulan”(W4/P4, 17-20)
Partisipan mengaku senang dengan kehamilannya,
tetapi ia tidak menyangka bahwa akan hamil pada saat
itu, karena umurnya yang masih muda serta usia
perkawinannya yang belum lama. Partisipan mengira
bahwa ia akan memiliki anak pada saat usianya
mencapai usia 25 tahun
“ya senang juga ibu, tapi sa tidak rasa apaapa, memang mual-mual tapi sa tidak pikir lagi
kalau lagi hamil, sa kira saja saya hamil juga
masih nanti umur 25 tahun dulu”(W4/P4, 2324)
“iya ibu, kan saya baru 19 tahun juga,
biasanya orang kalau sudah punya anak umur
20 dulu. saya baru nikah juga akhir Januari
kemarin su hamil memang”(W4/P4, 26-27)
122
Partisipan mengerti tindakan yang harus ia lakukan
sejak
mengetahui
melakukan
kehamilannya
pemeriksaan
seperti
kehamilan,
tidak
harus
boleh
bekerja sampai merasa letih, mengkonsumsi makanan
lebih banyak dan menjaga kandungan dengan sebaik
mungkin :
“iya ibu, harus rajin pergi priksa, tidak boleh
capek kerja, tidak boleh terlalu tidur–tidur juga,
harus makan lebih banyak dengan harus jaga
perut baik baik biar jangan terlalu
sakit”(W4/P4, 30-31)
Riset partisipan telah mengetahui tempat peyanan
pemeriksaan kehamilan yaitu di Puskesmas dan
Posyandu
desa.
Partisipan
menyatakan
tempat
pelayanan tersebut biasa saja dan pada saat ia datang
ke sana hanya melakukan registrasi dan penyampaian
keluhan. Partisipan sudah melakukan pemeriksaan
sebanyak dua kali :
“iya..kan
taunya
ada
Puskesmas
di
Makamenggit, terus ada Posyandu juga di sini,
kemarin sa tanya bidan di Posyandu duluan
baru bidan suru langsung ke Puskesmas. Iya
tempatnya bagaimana ya ibu e..biasa saja,
terus ibu bidannya kalau lagi Posyandu
begini..paling ibu hanya tulis nama, Tanyatanya perut rasa bagaimana, ada yang sakit
atau tidak? Terus pulang sudah. Sa sudah
periksa dua kali ibu.bulan 4 kmarin dengan
bulan 7”(W4/P4, 35-40)
2).Sikap Terhadap Pengetahuan
123
Setelah merasakan gejala seperti mual dan pusing,
partisipan datang dan memeriksakan kondisinya pada
bidan
untuk
memastikan
kehamilannya.
Pada
kunjungan yang kedua, partisipan datang karena
merasa pusing dan ada gerakan berpindah dalam
perutnya. Partisipan merasa tidak perlu untuk datang
berkunjung setiap saat karena ia tidak merasakan
gejala sakit yang terlalu serius terhadap dirinya dan
kehamilannya. Ini seperti pernyataan partisipan :
“pertama yang untuk cek hamil bulan empat
itu ibu.yang kedua karena mungkin ada
gerakan di perut yang bikin sakit terus saya
pusing-pusing juga. Mau datang terus-terus
juga untuk apa,saya tidak terlalu sakit
juga,hanya suru istirahat banyak saja
ibu.hanya kemarin itu memang saya pusing
sekali hampir jatuh jadi saya mau datang
tanya di bidan”(W4/P4, 42-46)
Di awal kehamilannya partisipan sering merasa mual,
pusing, tidak suka makan dan lebih ingin makan
makanan ringan.
Untuk
partisipan
memperbanyak
lebih
mengatasi hal tersebut
istirahat
serta
mencoba mengkonsumsi makanan lebih sering :
“waktu awal awal hamil saja ibu saya rasa
mual terus, pusing, tidak suka makan,lebih
suka makan makanan ringan saja ibu (..sambil
tertawa). Saya Cuma istirahat banyak saja ibu,
tambah mamtua suru makan banyak- banyak
biar saya punya anak sehat”(W4/P4, 49-52)
124
3). Perilaku Kesehatan
Riset partisipan mengaku, sejak usia kehamilannya
memasuki 6 bulan, ia sudah bisa merasakan gerakan
janinnya.
Gerakan
tersebut
lebih
terasa
ketika
partisipan dalam posisi duduk :
“sudah bisa ibu. saya sudah mulai rasa pas
masuk hamil 6 bulan begitu. Pokoknya ada
rasa bergerak di perut pas kalau lagi duduk
duduk begini pasti terasa”(W4/P4, 55-56)
Riset
partisipan
kesehatannya
mengurangi
menyatakan
serta
aktifitas
untuk
kehamilannya
pekerjaan
menjaga
ia
sudah
rumahnya,
lebih
banyak beristirahat, mengkonsumsi sayuran serta
mengunjungi posyandu :
“ya saya sesuaikan saja ibu..saya sudah tidak
pergi bantu mamtua lagi di sawah, tapi
kadang- kadang masih pergi juga. paling saya
kerja yang ringan-ringan di rumah, banyak
istirahat, makan sayur banyak, dengan kalau
ada posyandu datang pigi periksa”(W4/P4,
59-63)
4).Komponen
Predisposisi
(Demografi,
sosial, kepercayaan keluarga dan
Struktur
dukungan
keluarga)
Partisipan tinggal bersama suaminya di rumah orang
tua suaminya. Suaminya bekerja sebagai petani di
125
desa Praipaha (salah satu desa di Kecamatan Nggaha
Oriangu) bersama orang tua partisipan. Ini seperti
yang dikatakan partisipan:
“saya punya suami nama ITA, dia tinggal
dengan saya di mama mantu punya rumah
ibu, ia saya punya suami petani ibu..sekarang
ada kerja sawah Praipaha. Kalau bapa dan ina
masih tinggal di Praipaha, ada kerja sawah di
sana.saya tinggal di mertua di sini”(W4/P4, 6669)
Partisipan mengaku komunikasinya dengan suami
sangat baik. Walaupun terkadang suaminya harus
nginap di tempat kerjanya, ia dapat berkomunikasi
dengan
baik
terhadap
suaminya
begitu
juga
sebaliknya :
“komunikasi baik-baik saja ibu walaupun
kadang dia nginap di tempat kerjanya dia tapi,
tidak ada yang terlalu susah untuk saya bilang
atau saya mau tanya. Suaminya selalu
terbuka dengan saya. Begitu juga dengan
saya”(W4/P4, 73-75)
Partisipan mengatakan perhatian dari keluarganya
bertambah sejak kehamilannya diketahui, seperti
mertuanya yang sering mengingatkan untuk istirahat,
tidak sering melakukan pekerjaan rumah, serta
mengingatkannya untuk kontrol kehamilan ke bidan :
“ya..kalau dari mertua ya..lebih sering kasih
ingat istirahat, tidak boleh capek, tidak usah
terlalu banyak keluar rumah, kalau minta beli
apa apa, jangan keluar rumah sendiri, suru
saja anak-anak yang tinggal di rumah untuk
126
pergi beli, bagaimana ya..ibu merrtuanya saya
ini kebetulan dia yang tumbuh besar di
Waingapu,
jadi
ya..kadang-kadang
dia
ingatkan saya terus untuk pigi kontrol.tapi
bukan di Puskesmas juga, soalnya kan jauh
dari sini. tapi selalu kasih ingat untuk datang
ke bidan”(W4/P4, 79-85)
Partisipan mengatakan suaminya juga memberi
perhatian yang lebih terhadap kehamilannya, tetapi
karena kondisi pekerjaan sang suami yang harus
berpergian membuat perhatian sang suami terhadap
pemeriksaan kehamilan partisipan berkurang.
“ya pasti suami punya perhatian juga lebih ibu,
tapi saya punya suami pulang pergi PraipahaWaingapu juga jadi maklum saja ibu, kalau dia
pulang pasti dia tanya kabar juga tentang
saya, tentang saya punya kehamilan juga,
saya punya suami biasa-biasa saja ibu. Dia
tidak terlalu buat saya harus begini..
harus..tidur atau kerja, kalau ada waktu dia
juga pulang jenguk saya, kan saya tinggal
dengan mertua juga ibu”(W4/P4, 87-92)
Partisipan mengatakan karena tempat kerja suaminya
yang jauh membuatnya jarang bertemu suami. Pada
saat suaminya kembali ke rumah partisipan sering
menceritakan
memberitahu
Suaminya
kondisi
perihal
juga
kehamilannya
pemeriksaan
menyarankannya
serta
kehamilannya.
untuk
pergi
memeriksakan kehamilannya seorang diri selama
kondisinya dalam keadaan sehat jika tidak ia harus
diantar oleh ibu atau suaminya sendiri ke Posyandu.
127
Partisipan
meyakini
peringatan
dari
walaupun
suaminya
untuk
hanya
berupa
memeriksakan
kehamilan, hal itu merupakan bentuk
perhatian
terhadapnya :
“itu sudah ibu karena tinggal jauh to..suami
juga jarang pulang jadi paling saya Cuma
kasih cerita saja kalau pas dia pulang saya
kasitau kalau ada kontrol kesini.. dia biasabiasa saja. hanya dia bilang jangan terlalu
sering jalan sendiri, kalau mau keluar ke
mana saja harus ada yang temani dari rumah.
Dia bilang kalau mau kontrol ya kontrol
saja.selama saya merasa sehat sehat
saja”(W4/P4, 96-100)
“iya ibu. Walaupun hanya kasi ingat untuk
datang kontrol itukan seperti perhatiannya
mereka juga untuk saya”(W4/P4, 108-109)
b. Faktor Enabling (Faktor Pemungkin/pendorong)
1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC)
Riset partisipan mengatakan fasilitas Puskesmas yang
ia ketahui hanya berupa obat-obatan, dan kendaraan
yang dipakai pada saat akan melahirkan. Partisipan
merasa setiap fasilitas yang ada sudah cukup
memenuhi kebutuhan kehamilannya :
“…kalau yang selama ini untuk ibu hamil ya
paling mereka siap obat-obatan, kalau ibu
mau melahirkan dorang datang jemput juga
dengan mobil dari desa sini baru bawa ke
Puskesmas.(W4/P4, 115-117)
“iya ibu saya rasa cukup”(W4/P4, 120)
128
Dalam bentuk pelayanannya , partisipan mengakui
sangat cukup ketika ia datang berkunjung dan beri
obat-obatan
untuk
mengatasi
rasa
mual
dan
penambah darah selama kehamilannya :
“iya kalau saya datang..terus dikasih obat, ya
saya rasa sudah cukup ibu. Biasa kasih saya
obat tambah darah, dan obat supaya jangan
mual terus”(W4/P4, 124-125)
Partisipan mengatakan selalu mendapatkan obatobatan setiap kali ia datang berkunjung ke tempat
pemeriksaan
kehamilan
di
Posyandu.
Jika
ada
kebutuhan lain yang belum di penuhi baru kemudian ia
tanyakan kepada bidan :
“dapat ibu.kalau saya rasa sakit saja baru
saya tanya ke bidan”(W4/P4, 128)
Partisipan mengatakan pelayanan kontrol kehamilan di
Posyandu tersebut baik. Petugas selalu mengingatkan
ibu hamil dan ibu balita satu minggu sebelum kegiatan
Posyandu berlangsung :
“iya pelayanan baik ibu, kalau setiap ada
Posyandu, pasti satu minggu sebelum
Posyandu kalau ada petugas Puskesmas
lewat di desa sini, pasti dorang kasi ingat
untuk datang ke Posyandu”(W4/P4, 130-132)
Partisipan mengatakan pelayanan yang diberikan oleh
petugas
kesehatan
yang
bertugas
cukup
baik.
129
Partisipan menganggap petugas sedikit marah jika ia
tidak mematuhi ketentuan kunjungan yang sudah
diberikan seperti tidak mengunjungi Posyandu pada
saat harinya berkunjung :
“iya mereka baik–baik semua ibu, kalau kita
sakit atau saya begini ibu Posyandu kemarin
saya tidak datang, jadi ibu bidan agak marah
sama saya, sebenarnya tidak apa-apa ibu
mungkin bidan juga capek urus kita terus.
(sambil tertawa..)”(W4/P4, 135-137)
Partisipan mengatakan jika ia mengajukan pertanyaan
seputar kehamilannya,
pasti akan dijawab
oleh
petugas :
“iya ibu. Kalau saya bertanya pasti mereka
kasi tau ibu”(W4/P4, 141)
2). Sumber
Keluarga,
Sumber
daya
Masyarakat
(Menjangkau dan memakai pelayanan ANC)
Riset partisipan mengatakan semua biaya yang
dibutuhkan selama kehamilannya dibiayai oleh suami
dan mertuanya :
Riset
“ya biayanya dari suami dan dari mertuanya
saya ibu. Ya sama seperti sehari-sehari sudah
ibu”(W4/P4, 144-145)
partisipan mengatakan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan ke Posyandu maupun ke
Puskesmas tidak dipungut biaya. Biaya yang ia
130
keluarkan
hanya
pada
saat
tes
kehamilan
di
Puskesmas :
“oh..kalau datang periksa tidak bayar
ibu...kalau kita ke Puskesmas baru bayar.tapi
hanya pas tes hamil saja, kalu yang untuk
periksa dorang tidak minta bayar”(W4/P4, 147148)
Partisipan tidak mengetahui ada tidaknya fasilitas lain
yang diberikan oleh Puskesmas untuk ibu hamil.
Partisipan juga menyampaikan bahwa pada saat tiba
waktu untuk melahirkan, pihak Puskesmas akan
menjemputnya
dengan
mobil
Puskesmas
untuk
melakukan persalinan di Puskesmas :
“tidak ada ibu, tapi dorang sudah kasih tau
sebelumnya kalau sudah mau dekat-dekat
harinya nanti dijemput pakai oto (mobil)
Puskesmas, baru bawa ke Puskesmas
melahirkan di sana” (W4/P4, 150-152)
c. Faktor Reinforcing (Faktor Penguat)
1). Perilaku Tenaga Kesehatan
Riset partisipan menyatakan petugas siap melayani
pada saat ia datang memeriksakan kehamilannya.
Partisipan menjelaskan kurangnya persiapan alat di
Posyandu dibandingkan dengan alat yang ada di
Puskesmas. Partisipan juga menjelaskan perawat
yang bertugas pada hari itu hanya terdiri dari dua
orang sedangkan pengunjung posyandu yang dilayani
131
cukup banyak yaitu ibu-ibu beserta balitanya dan ibuibu hamil.
“ya mereka kalau kita datang ya pasti siap
layani juga..kayak siap alat alat…tapi kalau di
Posyandu
kadang
tidak
lengkap
bu
alatnya..bagusnya tu kalau di Puskesmas
masih ada sedikit yang dorang periksa. kalau di
Posyandu..
paling
datang
cek
nama
saja.Ya..soalnya paling yang layan itu Cuma
dua perawat sedangkan ni ibu ibu yang datang
bawa dia punya anak anak yang mau datang
Posyandu juga banyak..jadi ya..paling mereka
Tanya-tanya cepat-cepat juga..kasian juga
kalau perawat yang datang cuma dua baru
layani banyak orang bu”(W4/P4, 154-160)
Partisipan menyatakan sikap petugas saat melayani
cukup baik, tetapi ada ibu kader binaan Puskesmas
yang masih sering memarahi pengunjung yang tidak
tertib :
“sikapnya ya..baik saja ibu..kalau layani baik
mereka..kader yang kadang kasi ingat kita
agak marah sedikit ibu..ya saya maklum saja
ibu kader juga sudah tua..jadi kalau dong
marah wajar saja..”(W4/P4, 163-165)
Partisipan mengungkapkan pelayanan yang ia terima
pada hari itu hanya berupa penyampaian keluhan dan
ibu hanya mendata namanya di buku registrasi KIA.
Pada kunjungan sebelumnya tindakan pemeriksaan
yang ia terima berupa pemeriksaan perut dan
mendapat vitamin :
132
“kalau tadi cuma regis nama saja ibu..ibu
perawat tanya keluhan..saya kastau ma..ada
pusing sedikit. kalau periksa yang lalu ada cek
perut
juga
ibu..terus
saya
dapat
vitamin”(W4/P4, 168-169)
2).Pengaruh
Tokoh
Masyarakat,
Tokoh
Agama,
Peraturan tertulis/non tertulis
Partisipan menjelaskan orang-orang disekitarnya yang
sudah mengetahui kehamilannya memberi perhatian
yang khusus terhadapnya seperti mengingatkannya
selalu berhati-hati, makan dan istirahat yang teratur :
“ya orang orang kalau sudah tau ada yang
hamil pasti kasih perhatian lebih, kayak kalau
mau kemana–mana pasti bilangnya hati-hati,
makan teratur juga, istirahat yang cukup. Sama
saya kayak begitu juga ibu”(W4/P4, 173-175)
Tidak hanya itu, ketua Rukun tetangga (RT) di
lingkungan
bertanya
mertuanya
tempat
seputar
tetapi
tinggal
partisipan
juga
turut
kehamilan
partisipan
melalui
tidak
termaksud
untuk
mengingatkannya melakukan pemeriksaan kehamilan:
“ya kalau pak RT tau saya hamil, kadang kalau
ketemu sama mertuanya saya, pasti tanya
tanya tentang saya juga..tapi kan kalau suru ke
kontrol tidak pernah juga sih ibu..kan pak Rt
punya urusan pasti banyak juga, tidak mungkin
hanya urus saya saja” (W4/P4, 178-181)
133
Partisipan menjelaskan ia jarang pergi beribadah
karena jarak tempat ia beribadah cukup jauh. Tetapi
jika ada kendaraan ia sempatkan untuk beribadah :
“kalau sekarang agak jarang ibu, gereja agak
jauh to..kalau ada motor saya pergi
juga”(W4/P4, 183)
Tokoh
agama
mendoakan
di
setiap
lingkungan
wanita
partisipan
hamil
yang
akan
ada
di
lingkungannya. Tokoh agama tersebut juga turut
memberi perhatian ke partisipan secara langsung
maupun melalui ayah mertuanya untuk mengingatkan
yang
bersangkutan
agar
rajin
mengontrol
kehamilannya ke bidan :
“kalau pak pendeta biasanya dorang doakan
kalau ada yang hamil, iya kalau kasi ingat
untuk datang pigi periksa sering juga mereka
ingatkan, kalau tidak ketemu saya di gereja
biasanya dorang kasih tau ke bapa mertuanya
saya suru kasi ingat saya rajin priksa ke
bidan(W4/P4, 188-191)
5. Partisipan V
a. Faktor Predisposisi
1).Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC
Riset partisipan yakin telah memasuki usia kehamilan
5 bulan meskipun ia tidak pernah memeriksakan
perihal kecurigaan kehamilannya :
134
“ini masuk lima bulan sudah ibu”(W5/P5, 8)
“saya tidak pernah pergi periksa ibu... sa su
brenti
mens
dari
Agustus
sampai
sekarang”(W5/P5, 10-11)
Untuk meyakinkan kalau kondisi dalam keadaan hamil,
partisipan berkonsultasi dengan tantenya yang adalah
seorang dukun bayi. Sang dukun pun memberi saran
agar menunggu sampai kondisi tersebut memasuki
bulan Oktober. Partisipan juga tidak mengetahui
bahwa dukun tersebut termasuk dukun yang mengikuti
pelatihan
dari
Puskesmas
atau
tidak.
Berikut
pernyataan partisipan :
“ya saya tau saja...sudah hamil begitu..saya
tanya di tante yang dukun bayi juga ibu...dia
bilang
tunggu
saja
sampai
Oktober
begitu..kalau tidak dapat mens lagi nanti pergi
lagi
ke
tempat
dia..baru
dia
cek
lagi...”(W5/P5,14-17)
“kalau mama dukun ikut pelatihan saya kurang
tau..”(W5/P5, 20)
Partisipan memeriksakan kandungannya kembali pada
bulan
Oktober
ke
dukun
tersebut.
Partisipan
menjelaskan cara dukun tersebut memeriksakan
kehamilannya dengan cara meraba perutnya :
“Oktober sudah itu saya priksa lagi ke
sana...rumahnya tante masih ke atas
lagi..masih naik gunung lagi ibu...tapi tidak
terlalu jauh dari rumahnya saya..”(W5/P5, 2224)
“mama dukun kalau periksa raba saja ni perut
ibu ...(W5/P5, 27)
135
Partisipan
merawat
kehamilannya
dengan
lebih
banyak beristirahat yang cukup serta minum susu
“ya..seperti biasa saja ibu...kalau hamil
ya..banyak istirahat jangan capek minum susu
juga..”(W5/P5, 36-37)
“ia soalnya tetangganya saya suru minum susu
ibu hamil...jadi beli di Puskesmas juga waktu
itu...”(W5/P5, 39-40)
2).Sikap Terhadap Pengetahuan
Partisipan tidak pergi memeriksakan kandungannya
ke Puskesmas karena jaraknya yang sangat jauh serta
menurutnya
Puskesmas
pemeriksaan
hasilnya
sama
yang
saja
dilakukan
dengan
di
yang
dilakukan oleh dukun
“tidak ibu..sudah tahu juga dari tante..lagian
mau pigi sana sama saja.terlalu jauh
juga..sama saja yang dorang periksa”(W5/P5,
29-30)
Partisipan pernah memeriksakan kandungan dulu
pada saat ia hamil anak pertamanya, tetapi dalam
perjalanan ia merasa kesakitan pada kandungannya
sehingga ia tidak pernah lagi datang ke Puskesmas
kecuali pada saat melahirkan :
“ke Posyandu dulu pernah... waktu anak
pertama dulu pernah periksa ke sana...ibu..tapi
136
jauh pernah saya sakit di jalan..jadi saya pas
mau melahirkan waktu baru suami antar ke
Puskesmas...”(W5/P5, 32-34)
Partisipan mengakui baru pertama kali mengunjungi
Posyandu
semenjak
ia
mencurigai
perihal
kehamilannya yang kedua. Jarak posyandu yang
cukup jauh dari rumah membuat ia dibantu oleh
tantenya yang seorang dukun :
“iya ibu....baru kali ini saja...abisnya jauh
juga...kalau ada saya punya tante yang dukun
bisa bantu-bantu liat sama saya di
rumah...”(W5/P5, 43-44)
Partisipan menjelaskan kunjungan pemeriksaannya
terdahulu cukup baik, partisipan diberi tindakan
pemeriksaan perut serta mendapat banyak nasihat
seputar perawatan selama kehamilan :
“kalau dulu ya...bagus juga... saya diperiksa
perutnya.. bidan banyak kasi masukan untuk
rawat kehamilan...”(W5/P5, 47-48)
Riset partisipan tidak mendapat tindakan apa-apa
pada kunjungan pertama di kehamilan keduanya. Ia
hanya diminta mendatangi Puskesmas agar menerima
pemeriksaan lengkap. Hal ini terkait dengan kondisi
partisipan yang dicurigai petugas kurang sehat selama
kehamilannya berlangsung :
137
“tidak ada juga ibu..tadi hanya dibilang nanti
harus
ke
Puskesmas
biar
diperiksa
lengkap..soalnya saya baru petama periksa lagi
ini..takutnya dorang jangan-jangan saya ada
sakit atau ada apa-apa..karena saya masih
rasa mual terus”(W5/P5, 50-53)
3).Perilaku Kesehatan
Partisipan tidak menanggapi serius perihal kesehatan
kehamilannya
yang
dicurigai
kurang
sehat.
Ia
mengaku akan pergi memeriksakan kandungannya ke
Puskesmas bersama suaminya :
“tidak bikin apa-apa...saya kasi tinggal saja...ya
kalau pergi periksa tunggu kalau saya punya
suami ada di rumah dulu ibu. Nanti biar pergi
sama-sama”(W5/P5, 56-58)
4).Komponen
Struktursosial,
Predisposisi
kepercayaan
(Demografi,
keluarga
dan
dukungan keluarga )
Suami dari riset partisipan bekerja sebagai tukang jasa
pengantar penumpang dengan sepeda motor (ojek)
dan bekerja sampai sore hari :
“ehh suami kerja..ojek di Makamenggit ibu..
biasa sore-sore baru pulang”(W5/P5, 60)“
Nama suaminya saya Petrus Amah (Nama
samaran) beda 3 tahun dengan saya..mungkin
sekitar 28” (W5/P5, 62-63)
Suami riset partisipan mengantarnya ke Posyandu dan
akan menjemput setelah selesai kegiatan Posyandu :
138
“ia ibu..kemarin kan sudah pesan kalau mau
pergi ini hari di Posyandu makannya datang
jemput sama saya..tapi motor taruh di bawah
tidak bisa naik sampai rumah..terus sebentar
datang jemput lagi..ada pergi bapa di jalan
bawah sana”(W5/P5, 69-72)
Selain tinggal bersama suami, partisipan juga tinggal
bersama kedua adik perempuannya :
Suami
“saya tinggal dengan adik perempuan dua
orang.. masih sekolah juga..”(W5/P5, 75)
partisipan pada dasarnya mengikuti setiap
permintaan istrinya, termaksud dalam hal mengunjungi
tempat pelayanan ANC serta partisipan langsung diantar
oleh suaminya :
“suami sama saja.. dia terserah saya..kalau
saya pergi harus kasih tau dia biar nanti dia
yang antar ke sana”(W5/P5, 78-79)
Partisipan mengaku jika diminta memeriksakan
kandungannya ia akan melakukannya, tetapi ia juga
tidak memungkiri jika tidak pergi memeriksakan
kandungan ke Posyandu tidak berakibat apa-apa. Ia
merasa tindakan yang dilakukan di Posyandu atau
Puskesmas sama saja dengan yang di lakukan oleh
tantenya yang seorang dukun :
“ya.. kalau disuruh periksa ya.. periksa saja...
tapi kan sama saja perawatannya kalau saya
pergi ke tantenya saya...y selama ada sehat
sehat saja..ya tidak pergi juga tidak apa
apa..jauh juga masalahnya ibu”(W5/P5, 82-85)
b. Faktor Enabling (Faktor Pemungkin/pendorong)
139
1).Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC)
Partisipan menceritakan setiap tindakan yang ia dapat
ketika berkunjung ke Puskesmas pada kehamilan
pertamanya.
Ia
diberi
obat-obatan,
pemeriksaan
darah, pemeriksaan perut serta diberi vitamin. Kondisi
ini
berbeda
dengan
kunjungan
pertama
pada
kehamilannya yang kedua:
“banyaklah ibu. dulu dikasih obat, periksa
darah, periksa perut juga..ada vitamin
dulu...sekarang saya datang tidak ada yang
dikasih”(W5/P5, 89-90)
Partisipan merasa masih ada jenis tindakan pelayanan
yang belum ia terima karena ia jarang memeriksakan
kandungannya ke Posyandu ataupun Puskesmas :
“ya..mungkin masih ada juga ibu yang harus
dikasih tapi saya juga tidak datang tiap
bulan...jadi saya kurang tau apa-apa lagi yang
kita dapat pas kalau pergi periksa”(W5/P5, 9395)
Partisipan merasa senang dan puas ketika datang
memeriksakan kandungannya, ia juga tidak keberatan
jika harus pergi periksa lagi :
“ya senang juga ibu.. kan mereka membantu
kita juga untuk sehat . ya kalau puas ya puas
saja tidak kurang apa-apa kalau kesana
apalagi rasa sakit..”(W5/P5, 98-100)
140
Partisipan mengatakan bahwa ia mengetahui adanya
tempat pelayanan pemeriksaan kehamilan melalui
sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Puskesmas di
desanya :
“ada dulu mereka kasih penyuluhan ke desa
sini..jadi ada dorang berkunjung sampai dekat
rumah ...lalu kasih tau untuk ibu-ibu hamil kalau
mau cek kesehatannya periksa hamil di
posyandu balai desa...ada juga yang
Puskesmas langsung ..tanggalnya biasa
mereka kasitau ”(W5/P5, 105-109)
2).Sumber
Keluarga,
Sumber
daya
Masyarakat
(Menjangkau dan memakai pelayanan ANC)
Partisipan merasa jarak Puskesmas dari rumahnya
sangat jauh sedangkan jarak Posyandu dari rumahnya
kurang lebih 3 KM. Letak rumah partisipan yang
kurang strategis di atas gunung membuat ia harus
menunggu suaminya yang mengantarkan ke tempat
Posyandu :
“adu
kalau
Puskesmas
jauh
sekali
ibu...Posyandu lumayanlah 3 kilo begitu..saya
kan masih di gunung lagi.kalo pigi ya tunggu
suami sudah baru dia jemput dengan motor”
(W5/P5, 112-114)
Partisipan mengatakan untuk pemeriksakan kehamilan
tidak
dikenakan
biaya,
tetapi
jika
partisipan
diindikasikan punya penyakit lainnya dan harus
menebus obat maka akan dikenakan biaya :
141
“tidak bayar ibu. hanya kalau kita sakit lain baru
kasi obat baru bayar..”(W5/P5, 117)
Partisipan mengatakan jika ia melahirkan pihak
Puskesmas yang akan menanganinya. Partisipan akan
dijemput
pada
saat
mendekati
perkiraan
hari
melahirkan setelah ia melapor pada saat melakukan
pemeriksaan kehamilan :
“kalau melahirkan, Puskesmas yang mau
tangani ibu.nanti saya pas periksa begini lapor
tanggal brenti mens begitu..jadi nanti ada
tanggal
dong
jemput
perkiraan
buat
melahirkan”(W5/P5, 120-122)
c. Faktor Reinforcing (Faktor Penguat)
1).Perilaku Tenaga Kesehatan
Partisipan mengatakan petugas Posyandu dalam
melayani cukup baik serta cara penyampaian setiap
tindakan yang dilakukan juga cukup baik dan mudah
dipahami
oleh
partisipan,
tetapi
partisipan
menyayangkan ketepatan waktu pelayanan yang
dijadwalkan Puskesmas yang tidak tepat waktu.
Partisipan juga tidak memungkiri masih ada beberapa
petugas yang sering memarahi pengunjung :
“ia ibu mereka baik-baik saja pelayanannya
juga baik”(W5/P5, 126)
“oh..iya...bicaranya ya baik saja ibu, bisa
dimengerti juga..kadang mereka omong deng
kita orang gunung pakai bahasa sini juga...jadi
142
ya kita gampang mengerti saja..(W5/P5, 129131)
“kalau selama ini pelayanannya bagus, hanya
kita kalu ke Puskesmas ya..tunggu mereka
datang itu lama sekali..kadang kita sudah di
Puskesmas mereka belum ada..atau pintu
Puskesmas masih tutup...kalau saya tanya
mereka bisa jelaskan ibu... tapi ada juga masih
suka marah marah”(W5/P5, 134-138)
2).Pengaruh
Tokoh
Masyarakat,
Tokoh
Agama,
Peraturan tertulis/non tertulis
Partisipan
mengatakan
ada
beberapa
orang
di
lingkungan tempat tinggalnya yang bertanggung jawab
atas warga, diantaranya pak RT dan seorang yang
dituakan di daerah tersebut :
“ya..paling pak RT..tapi masih jauh dia pung
rumah dari saya punya rumah..ada juga bapa
tua yang rumah lebih dekat..biasa kayak jagajaga di sini” (W5/P5, 141-143)“iya mereka tahu
kalau saya ada hamil”(W5/P5, 145)
Partisipan mengatakan bapak yang dipercaya untuk
mengayomi
warga
sering
mengunjunginya
dan
memberi nasehat seputar kehamilannya agar jangan
banyak bekerja serta keluar rumah :
“kalau itu...ya..rumah tangga sendiri sendri
sudah bu..kalau bapatua masih sering datang
di rumah kasi ingat jangan keluar-keluar
sendiri..biasa kasi ingat adi perempuan dua
orang yang bantu kerja supaya saya jan terlalu
143
kerja.pulang sawah juga jangan soresore...”(W5/P5, 148-151)
Sang bapak juga menyarankan agar tidak usah pergi
Posyandu yang terlalu jauh untuk memeriksakan
kandungan. Partisipan cukup mendatangi tantenya
saja yang seorang dukun karena jarak rumah sang
dukun lebih dekat :
“malah tidak usah pergi jauh jauh...bapa tua
bilang..datang saja di tante (dukun) diatas jadi
lebih dekat” (W5/P5, 154-155)
Partisipan mengatakan ia akan pergi memeriksakan
kandungannya juga tergantung persetujuan suaminya:
“saya kan biasa tunggu suami bilang apa
ya..saya ikut..kalau saya minta pergi periksa
..kalau suaminya saya bilang iya..ya baru saya
pergi juga ibu...(W5/P5, 157-159)
44.2.2. Hasil Analisa Data
a. Faktor Predisposisi
1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC
Riset partisipan memiliki gejala kemungkinan hamil
yang sama. Partisipan I, II, III, dan IV memiliki inisiatif
untuk memeriksakan kondisinya setelah merasakan
gejala kehamilan kepada petugas kesehatan ataupun
Puskesmas.
berhentinya
Gejala
yang
menstruasi,
mual
dirasakan
berupa
diwaktu
tertentu,
muntah, pusing, ada gerakan janin dalam perutnya,
144
serta hal-hal lain yang dirasakan seperti mengidam,
atau tidak suka mencium bau-bauan. Partisipan V
memilih untuk tidak berkonsultasi kepada tenaga
kesehatan
dan
memilih
untuk
memeriksakan
kandungannya ke dukun.
Riset
partisipan
kehamilannya
sejak
tidak
menyadari
minggu-minggu
kondisi
pertama
kehamilannya. Dalam hal ini partisipan tidak yakin
akan kehamilannya serta tidak memahami tanda dan
gejala kehamilan. Beberapa partisipan mengatakan
sangat menjaga dan merawat kehamilannya. Hal ini
ditunjukan
dengan
lebih
sering
mengkonsumsi
makanan bergizi, beristirahat yang cukup, mengurangi
aktifitas
yang
berlebihan,
mengkonsumsi
vitamin/suplemen dan minum susu khusus ibu hamil.
Partisipan II masih menjalani aktifitasnya sebagai guru
SD dan sering melakukan perjalanan jauh dengan
kendaraan bermotor selama masa kehamilannya.
Partisipan III masih melakukan aktifitas di sawah
sampai usia kehamilannya memasuki usia 7 bulan.
Semua partisipan mengetahui adanya tempat
pelayanan ANC di daerah mereka, hal tersebut tidak
145
membuat seluruh partisipan datang berkunjung secara
rutin ke tempat tersebut. Adapun alasan yang
diutarakan para partisipan seperti tempat layanan
yang jauh, kesibukan bekerja, larangan dari orangorang tua, dan kepercayaan yang mengharuskan
seorang ibu hamil tidak bepergian keluar rumah.
Namun dalam kenyataannya ada beberapa ibu
diperbolehkan untuk beraktifitas di sawah.
Kondisi di atas mengungkap pengetahuan para
ibu hamil sangat kurang dalam menanggapi serta
mempersiapkan masa kehamilan yang seharusnya.
Pengetahuan dasar tentang kehamilan secara umum
menjadi modal bagi seorang ibu dalam menjalani
kehamilannya. Hal ini bukan semata-mata hanya untuk
kesejahteraan ibu yang di perhatikan melainkan
kesehatan janin dan kelangsungan hidup ibu dan bayi
setelah
melahirkan.
Ibu
harus
yakin
dengan
kehamilannya sejak dini dan memutuskan untuk
memilih atau menggunakan pelayanan kesehatan
sebagai sarana yang dapat membantu kelangsungan
kehamilan
dan
tidak
semata-mata
hanya
mengandalkan cara-cara tradisional.
146
2). Sikap terhadap pengetahuan
Riset partisipan kurang menanggapi dengan
serius akan informasi atau pengetahuan tentang
kehamilan, dalam hal ini sikap untuk memutuskan dan
mencari pelayanan kesehatan untuk kelangsungan
kesehatan kehamilannya. Jarak tempat pelayanan
yang jauh dan kurangnya dukungan keluarga menjadi
alasan setiap partisipan untuk tidak mencari layanan
kesehatan
tersebut.
Partisipan
hanya
dapat
memutuskan untuk menggunakan layanan ANC pada
saat ia merasakan gejala lain yang mengganggu
kehamilan dan lebih cenderung berkonsultasi ke
tenaga non medis. Partisipan I, III, V menyikapi hal
tersebut
lantaran
kurangnya
dukungan
keluarga
terhadap mereka, Partisipan II menanggapi demikian
karena kesibukannya bekerja dan jarak tempat
layanan ANC dari rumahnya yang cukup jauh
sedangkan partisipan IV merasakan gejala lain yang
mengganggu kehamilannya sehingga membuatnya
memutuskan untuk datang ke tempat pelayanan ANC.
Sikap ibu dalam memilih atau memutuskan
menggunakan tempat pelayanan ANC merupakan
147
bagian terpenting dalam tahap awal perencanaan
kehamilan yang sehat serta persiapan kelahiran yang
sehat dan matang. Ketika ibu dapat melihat kondisinya
dengan baik dan mampu memutuskan menggunakan
pelayanan kesehatan sejak dini, maka akan sangat
mudah bagi ibu dan petugas kesehatan secara
bersama sama merawat dan mendeteksi kemungkinan
komplikasi yang akan dialami ibu.
3). Perilaku Kesehatan
Setelah mengetahui kondisinya dalam keadaan
hamil, riset partisipan yakin akan status kesehatan
kehamilannya pada saat itu. Partisipan I, II, III, IV
merasa
dalam
keadaan
sehat
serta
mampu
merasakan gejala lain yang timbul dalam tubuhnya
akibat
kehamilan
dan
merasakan
dampak
dari
kehamilan tersebut. Gejala yang dirasakan seperti
adanya gerakan janin, pusing, cepat keletihan saat
bekerja terlalu berat, kaki membengkak. Partisipan V
merasa keadaannya kurang sehat karena dengan usia
kehamilan lima bulan ia terus merasakan mual muntah
yang berlebihan.
148
Dengan
gejala-gejala
yang
dirasakan
tersebut ada tindakan yang dilakukan oleh partisipan.
Partisipan I, II, IV memilih untuk menangani sendiri di
rumah
yaitu
dengan
beristirahat
lebih
banyak,
mengkonsumsi vitamin, serta bertanya kepada orang
tua atau saudaranya yang lain tentang perawatan
kehamilan serta berkonsultasi dengan tenaga dukun
yang dipercaya dapat membantu. Lain halnya dengan
partisipan III, yang karena pengalaman kegagalan
kehamilannya sebanyak 3 kali membuat ia lebih sering
mengkonsultasikan
kehamilannya
pada
tenaga
perawat/bidan yang tinggal di lingkungan rumahnya
sedangkan
partisipan
memperdulikan
V
terkesan
kesehatannya,
tidak
padahal
terlalu
kondisi
kehamilannya diindikasikan petugas kesehatan dalam
keadaan kurang sehat akibat mual muntah yang masih
dialaminya sampai memasuki usia lima bulan.
Dari kondisi di atas, partisipan I, II, III, dan IV jelas
memahami keadaan yang sedang dialami untuk itu
ada tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kondisi
atau gejala yang dirasakan. Ibu perlu menunjukan
perilaku yang mampu membuat kondisinya nyaman
149
serta dapat melanjutkan kehamilannya dengan baik
dan aman.
4).Komponen
Predisposisi
(Demografi,
sosial, kepercayaan keluarga dan
Struktur
dukungan
keluarga)
Riset partisipan II, III, IV dan V tinggal bersama
suami dan anggota keluarga yang lain. Keluarga
merupakan
unsur
terpenting
yang
mampu
mempengaruhi atau mendorong seseorang untuk
melakukan
suatu
kegiatan
yang
dianggap
baik
menurut kelompok atau individu itu sendiri. Dukungan
anggota
keluarga
mempengaruhi
untuk
mereka
riset
partisipan
dalam
sangat
memanfaatkan
pelayanan ANC, karena keluarga adalah kelompok
sosial terkecil yang berinteraksi dengan ibu seharihari. Keempat partisipan di atas tidak memanfaatkan
pelayanan ANC sesuai kebutuhan dengan baik
meskipun tinggal bersama anggota keluarga yang
utuh.
Partisipan
lebih
cenderung
mendengar
perkataan suami atau keluarga yang menyuruh
mereka untuk tidak berpergian sendirian keluar rumah
ataupun tidak usah menggunakan layanan ANC tetapi
150
dapat pergi berkonsultasi ke dukun. Partisipan II
mengakui mendapat dukungan penuh dari suami dan
keluarganya untuk memeriksakan kehamilannya tetapi
yang bersangkutan justru sibuk dengan pekerjaan dan
melalaikan waktu untuk pemeriksaan. Partisipan I tidak
tinggal bersama suami, ia sama dengan partisipan
yang lainnya, sulit memutuskan untuk ke tempat
layanan ANC akibat pengaruh atau larangan dari
anggota keluarga yang lain.
Kondisi di atas mengungkap peran keluarga
dalam membantu ibu mempersiapkan kehamilan yang
sehat dan perawatan serta persiapan kelahiran sehat
sangat kurang. Dengan berbagai kondisi/ alasan,
keluarga harus mampu menunjukan perannya dalam
mendukung perawatan kehamilan ibu. Dukungan
tersebut
berupa
perhatian,
tanggapan
terhadap
perubahan fisiologis ibu, gejala-gejala yang dirasakan,
nutrisi, keseharian
serta memilih tempat pelayanan
ANC. Dari hal-hal tersebut mampu meyakinkan ibu
untuk menggunakan layanan ANC.
151
b. Faktor Enabling (Faktor Pemungkin/ pendorong)
1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC)
Pada
umumnya
seluruh
riset
partisipan
mengetahui adanya tempat pelayanan ANC yaitu di
Puskesmas Nggaha Oriangu dan Posyandu desa
Tandula Jangga. Persepsi partisipan tentang fasilitas
dan pelayanan ANC beragam. Partisipan I, IV, puas
dengan
kunjungan
pertamanya
menerima beberapa tindakan
hanya
dengan
pemeriksaan seperti
pemeriksaan abdomen, pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) dan mendapat obat atau vitamin untuk
wanita
hamil.
Selain
itu
tersedia
kendaraan
Puskesmas yang menjemput mereka untuk melakukan
persalinan di Puskesmas. Hal ini berbeda dengan
pendapat partisipan II, III dan V. Berdasarkan
pengalaman masing-masing partisipan, Fasilitas dan
pelayanan di Posyandu kurang memadai dan fasilitas
yang diberikan tidak lengkap.
Ketersediaan fasilitas dan layanan ANC yang
minim membuat ibu kurang tertarik untuk mengunjungi
tempat pelayanan ANC. Ibu akan merasa pelayanan
atau pemeriksaan yang diberikan tidak sesuai atau
152
tidak memenuhi kebutuhannya sementara tidak ada
penjelasan dari tenaga kesehatan sendiri terkait
pemeriksaan lanjutan hal ini mengakibatkan ibu
cenderung mengurungkan niatnya datang ke tempat
Palayanan ANC.
2).Sumber
Keluarga,
Sumber
daya
Masyarakat
(Menjangkau dan memakai pelayanan ANC)
Untuk menjangkau tempat pelayanan ANC, cara
yang ditempuh riset partisipan berbeda-beda kecuali
dalam hal pembayaran. Seluruh partisipan yang
melakukan kunjungan ANC tidak dipungut biaya
termasuk untuk konsultasi ataupun obat-obat yang
diperlukan ibu. Rata-rata mata pencaharian keluarga
partisipan adalah petani dan pedagang, ada juga yang
bekerja sebagai tukang ojek. Meskipun demikian
Semua partisipan mengaku masih dapat membiayai
kebutuhannya selama kehamilan bahkan sampai
melahirkan. Partisipan I mengaku seluruh biayanya
masih ditanggung oleh ayahnya karena hubungannya
bersama
suami
belum
disetujui
oleh
keluarga,
sedangkan partisipan II, III, IV dan V dibiayai oleh
suami dan keluarga.
153
Kemampuan untuk menjangkau tempat layanan
juga berbeda-beda. Jarak Posyandu dari rumah tiap
partisipan
kurang
dari
4
KM
sedangkan
jarak
Puskesmas lebih jauh, dari rumah masing-masing
partisipan
5-10
KM.
Beberapa
partisipan
saat
berkunjung diantar oleh suami atau anggota keluarga
lain dengan menggunakan motor atau berjalan kaki.
Partisipan II memiliki kesulitan untuk berkunjung akibat
kondisi jalan dari rumahnya menuju tempat layanan
yang berbatu, melewati sungai dan melintas di jalan
yang berlumpur serta licin. Partisipan V bahkan harus
berjalan cukup jauh dan melewati jalan berbukit untuk
sampai ke tempat layanan ANC.
Kondisi di atas menggambarkan jarak tempuh ke
tempat pelayanan ANC juga berpengaruh terhadap
minat ibu dalam mengunjungi tempat tersebut. Kondisi
jalan, dan perjalanan menuju tempat pelayanan yang
sulit menyebabkan ibu cenderung mengurungkan
niatnya untuk datang bekunjung ke tempat pelayanan
ANC.
154
c. Faktor Reinforcing (Faktor Penguat)
1). Perilaku Tenaga Kesehatan
Perilaku
beberapa
tenaga
kesehatan
dalam
melayani kurang maksimal. Dalam menyampaikan
setiap tujuan tindakan bagi beberapa partisipan cukup
jelas tetapi tidak dipungkiri ada juga yang tidak
menyampaikan penjelasan sesuai dengan tindakan
yang diberikan. Dalam hal berkomunikasi petugas
cukup tegas terhadap para partisipan, hal tersebut
dimaknai
sebagian
partisipan
sebagai
bentuk
pendorong kedisiplinan bagi mereka. Dengan intonasi
bicara yang sedikit keras membuat partisipan merasa
petugas cukup tegas dan sedikit kasar tetapi hal
tersebut tidak mengurangi kewajiban para petugas
dalam melayani pengunjung.
Bentuk pelayanan yang kurang juga nampak
dalam beberapa tugas para petugas kesehatan.
Beberapa bentuk pelayanan tersebut diantaranya :
a. Setiap
partisipan
kurang
mendapat
informasi
secara berkala seputar pelayanan ANC. Dalam hal
ini
beberapa
keberadaan
partisipan
tempat
telah
pelayanan
mengetahui
ANC
dari
155
penyuluhan petugas, bahkan ada partisipan yang
sudah sejak lama mengetahui tempat layanan
tersebut karena sering mendengar dari lingkungan
maupun
tahu
keberadaan
layanan
kesehatan
tersebut. Kegunaan atau fungsi dari tempat layanan
tersebut secara berkala tidak disampaikan kepada
partisipan sehingga partisipan kurang menyadari
pentingnya
memanfaatkan
sarana
kesehatan
tersebut. Tidak hanya itu, dengan informasi yang
minim menyebabkan partisipan merasa informasi
atau
pesan
yang
didapat
cukup
memenuhi
pengetahuan mereka pada saat itu.
b. Pada saat melayani, petugas kurang memberikan
konseling dan nasihat secara perorangan, keluarga
dan masyarakat
terhadap segala hal yang
berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan
kesehatan yang bersifat umum, dan khusus seperti
tentang gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam
menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang
tua. Kebanyakan yang disampaikan hanya berkisar
pada tindakan yang harus dilakukan partisipan
pada saat datang ke tempat pelayanan ANC. Di
156
samping pemberian motivasi dari petugas untuk
para partisipan agar menghindari kebiasaan yang
tidak baik selama kehamilan dan mendukung
kebiasaan
yang
penelitian
ini
baik
sangat
partisipan
I
kurang.
dapat
Dalam
memahami
penjelasan yang diberikan petugas terkait diet
selama kehamilan. Penjelasan yang diberikan
terkait dengan beberapa jenis makanan yang harus
dikonsumsi partisipan selama kehamilan.
c. Pengarahan dari petugas kesehatan terkait mitos
dari lingkungan tentang makanan yang tidak boleh
dimakan oleh partisipan juga sangat kurang. Hal ini
telah disampaikan kepada partisipan IV pada saat
yang bersangkutan sedang mengikuti posyandu,
akan tetapi penjelasan menyeluruh untuk setiap
pengunjung kurang terlihat pada saat itu.
d. Petugas kurang melibatkan para kader untuk
melayani para ibu hamil. Salah satu fungsi kader
Posyandu adalah mengetahui dan turut memantau
perkembangan kesehatan ibu dan anak yang didata
di Posyandu serta mendata ibu yang diketahui
sedang hamil muda di desanya dan memberikan
157
informasi
kepada
petugas
seputar
partisipasi
peserta dalam memanfaatkan layanan kesehatan.
Dalam penelitian ini, hasil yang didapat kader
hanya membantu petugas sebatas menyiapkan
alat-alat yang dibutuhkan dan
mendata peserta
yang hadir. Padahal jika kader dapat melaksanakan
tugasnya dengan maksimal, akan memudahkan
petugas
kesehatan
untuk
meninjau
upaya
masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil
tersebut dan dapat membantu petugas untuk
menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan
yang
tepat
untuk
meningkatkan
pelayanan.
Penyusunan rencana diantaranya adalah petugas
dapat mengidentifikasi alasan ibu terkait dengan
lingkungan/masyarakat dalam mengunjungi tempat
layanan ANC. Seperti pada partisipan III, petugas
membantu memberi pengertian pada keluarga akan
pentingnya
melakukan pemeriksaan kehamilan
sejak dini dan melakukan kunjungan ke rumah
partisipan. Hal ini sedikit membantu mengubah
pandangan keluarga terkait kegagalan kehamilan
yang tidak terdeteksi sejak awal karena partisipan
158
jarang
melakukan
kunjungan
ANC
di
awal
kehamilannya.
e. Perbedaan pemberian pelayanan yang diberikan
oleh
petugas
juga
menjadi
perhatian
para
partisipan, seperti tindakan yang diberikan saat
berkunjung ke Posyandu dan ke Puskesmas. Ada
partisipan
yang
merasa
pelayanan
yang
seharusnya diterima belum ia dapatkan ketika
berkunjung ke tempat pelayanan ANC seperti
pemeriksaan
abdomen
yang
hanya
dapat
dilaksanakan di dalam ruangan tertutup, sedangkan
jika partisipan berkunjung ke Posyandu jarang
mendapat pemeriksaan jenis ini. Hal ini pun harus
menjadi perhatian khusus bagi petugas agar terus
memberi
informasi
yang
memadai
seputar
pemeriksaan kehamilan yang dijalani ibu baik itu di
Posyandu maupun di Puskesmas.
Pelayanan yang ditunjukan petugas dalam
melayani sangat menunjang keberhasilan ibu untuk
melakukan
kunjungan
ANC.
Semakin
sering
komunikasi yang baik terjalin antara petugas dan ibu
semakin membangun hubungan kepercayaan ibu
159
akan
tempat
pelayanan
ANC
beserta
para
petugasnya. Bentuk pelayanan yang kurang maksimal
dari petugas membuat partisipan
ingin
memeriksakan
cenderung tidak
kehamilannya
serta
lebih
mempercayai keluarga sendiri yang seorang dukun
untuk
merawat
kehamilannya.
Di
samping
itu
hubungan personal petugas dengan ibu, ataupun
pendekatan yang baik dengan masyarakat mampu
membangun kepercayaan ibu untuk mencari sarana
pelayanan ANC.
2).Pengaruh
Tokoh
Masyarakat,
Tokoh
Agama,
Peraturan tertulis/non tertulis
Unsur penting lainnya yang turut mempengaruhi
ibu untuk memanfaatkan pelayanan ANC adalah tokoh
masyarakat, tokoh agama dan lingkungan sekitar
partisipan. Partisipan I, II, III, dan IV mendapat
dukungan dari tokoh masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya, meskipun demikian tidak membuat mereka
langsung berkunjung ke tempat pelayanan ANC.
Dukungan tersebut masih terbentur dengan ijin orang
tua atau anggota keluarga lainnya. Partisipan V sama
sekali
tidak
mendapat
dukungan
dari
tokoh
160
masyarakat di tempat tinggalnya, ia lebih disarankan
untuk memeriksakan kondisi kehamilannya ke dukun
dan tidak boleh terlalu sering melakukan aktifitas di
luar rumah. Sebagian partisipan mengakui jarang
berkomunikasi
dengan
tokoh
agama
setempat
lantaran jarak tempat ibadah yang jauh dan tidak
pernah bertemu dengan mereka secara langsung.
Berbeda dengan partisipan III dan IV sering bertemu
dengan tokoh agama dan mendapat dukungan penuh
untuk pemeriksaan kehamilan ke tempat layanan
ANC.
Kondisi di atas menjelaskan dukungan dari
seorang yang disegani dan dihormati oleh masyarakat
seperti tokoh masyarakat ataupun tokoh agama, tidak
menjamin ibu akan langsung mengunjungi tempat
layanan ANC. Tokoh masyarakat adalah individu yang
dapat membantu kelangsungan proses sosial yang
baik di lingkungannya. Seperti pada Partisipan I, II, III,
dan IV, dukungan tersebut didapat dengan mudah
karena
proses
bersosialisasi
tokoh
masyarakat
tersebut yang baik dan peka terhadap kebutuhan
masyarakat. Dalam penelitian ini, tokoh masyarakat
161
kurang memahami gejala sosial yang terjadi di
lingkungannya sehingga
untuk menyikapi atau
menyelesaikan masalah sosial yang terjadi, kurang
ditelaah secara serius. Sebagai contoh nyata dalam
penelitian ini pemanfaatan layanan ANC oleh ibu hamil
yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan kelompok
atau keluarga yang mengharuskan ibu hamil untuk
tidak usah keluar rumah dan melakukan pemeriksaan
ANC. Tokoh masyarakat kurang menyempatkan diri
bertemu dengan anggota keluarga dalam rangka
mengadakan pembinaan terhadap keluarga dalam hal
ini suami beserta orang tua partisipanlah yang harus
peka terhadap kebutuhan partisipan selama masa
kehamilannya. Adapun tokoh masyarakat yang kurang
mendukung ibu hamil dalam memanfaatkan layanan
ANC dapat disebabkan karena beberapa hal, seperti
kurang berinteraksi atau bersosialisasi dengan tenaga
kesehatan terkait atau tokoh masyarakat tersebut
merupakan individu yang masih memegang teguh
kepercayaan dari pendahulu yakni wanita hamil
dilarang keluar rumah dan pada akhirnya tidak
162
melakukan kunjungan ANC sehingga kejadian itu yang
dilihat dan diikuti oleh keluarga partisipan.
Tokoh agama juga berperan dalam memotivasi
ibu untuk melakukan kunjungan ANC. Sebagai individu
yang melihat pertumbuhan spiritual masyarakat, dapat
membantu memberi pandangan terhadap keluarga
terkait kepercayaan akan hal-hal tradisional atau
tradisi keluarga yang mempengaruhi ibu untuk tidak
melakukan kunjungan ANC. Dengan kunjungan ke
rumah, ataupun pendekatan secara personal dengan
keluarga sedikit membantu merubah pandangan
keluarga. Seperti pada keluarga partisipan III, tokoh
agama tersebut mencoba memberi pandangan positif
terhadap keluarga akan tempat pelayanan ANC. Hal
itu dapat membantu mengubah pandangan keluarga
terhadap pemeriksaan kehamilan sejak dini dan
dengan bantuan para tenaga kesehatan mampu
mengidentifikasi alasan kegagalan kehamilan yang
dialami partisipan.
Dukungan dari seorang
yang
disegani dan
dihormati oleh masyarakat seperti tokoh masyarakat
ataupun tokoh agama memiliki peran besar dalam
163
mempengaruhi
perilaku
sosial
individu
maupun
kelompok. Masyarakat dapat mengikuti perilaku atau
tradisi/ kepercayaan yang ditunjukan mereka lantaran
merupakan suatu aturan sosial yang secara tidak
langsung dijalankan oleh masyarakat desa. Dukungan
untuk menggunakan layanan ANC kepada ibu juga
harus dipertimbangkan karena dukungan tersebut
mampu
menciptakan
kesuksesan
pemeliharaan
kesejahteraan ibu hamil dan calon bayinya.
4.3 Pembahasan
Pemanfaatan pelayanan ANC yang dilakukan ibu hamil di
desa Tandula Jangga belum sepenuhnya memenuhi standar
kunjungan yang seharusnya. Kunjungan yang dilakukan
selama masa kehamilannya rata–rata 1-2 kali. Dalam standar
pelayanan pemeriksaan dan pemantauan Antenatal menurut
Standar pelayanan dan Instrumen Audit kebidanan (Ikatan
Bidan
Indonesia,
2000),
ibu
hamil
wajib
menerima
pemeriksaan/memeriksakan kehamilannya sebanyak 4 kali.
Perawatan antenatal (ANC) adalah perawatan yang diberikan
kepada ibu selama masa kehamilan, perawatan ini sangat
diperlukan oleh semua ibu hamil karena kondisi ibu yang
164
banyak
mempengaruhi
kelangsungan
kehamilan
dan
pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada penelitian ini ibu
hamil di desa Tandula Jangga kurang melakukan perawatan
kehamilannya secara teratur, hal ini terlihat dari penggunaan
layanan ANC yang belum maksimal serta ketidakpahaman
akan pentingnya pemeriksaan dini kehamilan dan secara
berkala. Proses pemeriksaan dini kehamilan yang kurang oleh
ibu-ibu di desa Tandula jangga disebabkan karena keraguraguan akan validasi kehamilannya serta ibu tidak paham akan
gejala awal kehamilan. Mochtar, (2000 : 47) menegaskan
tujuan khusus seorang ibu hamil datang berkunjung ke tempat
pelayanan ANC agar ia
dapat mengenali dan mampu
menangani setiap penyulit yang mungkin dapat ditemui atau
dirasakan
sepanjang
masa
kehamilannya
maupun
saat
menghadapi persalinan dan masa nifas.
Untuk mencapai keberhasilan proses pelayanan ANC,
diperlukan pengawasan dari pihak ibu dan petugas pelayanan
ANC agar secara bersama-sama memantau kehamilan ibu
atau gangguan kesehatan sedini mungkin dikenal sehingga
dapat dilakukan perawatan yang cepat dan tepat. Pengawasan
oleh tenaga kesehatan di ranah penelitian cukup sulit
diwujudkan mengingat keyakinan ibu-ibu di desa Tandula
165
Jangga
Posyandu
sendiri
untuk
ataupun
memeriksakan
Puskesmas
yang
kehamilannya
belum
ke
maksimal.
Kesadaran untuk meningkatkan derajat kesehatannya dalam
hal ini perawatan kehamilan serta persiapan menuju kelahiran
yang sehat masih dipengaruhi oleh latar belakang kepercayaan
keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan ANC serta larangan
untuk ibu hamil agar tidak bersinggungan dengan lingkungan di
luar rumah di awal kehamilannya. Wiknjosastro (1999)
menegaskan bahwa perawatan antenatal merupakan usaha
bersama dari petugas pelayan kesehatan dan ibu hamil. Tujuan
perawatan antenatal dapat tercapai apabila ibu hamil turut
berpartisipasi.
Kondisi yang terjadi di lapangan tidak seperti yang
diharapkan, ibu yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai
dengan waktu yang dijadwalkan atau sama sekali tidak
memiliki niat untuk melakukan kunjungan ANC. Ibu lebih
mengikuti
saran
anggota
keluarga
untuk
melakukan
pemeriksaan kepada tenaga non medis seperti dukun bayi
ataupun alasan lain seperti jika ibu keluar dari lingkungan
rumah di awal kehamilannya akan berakibat buruk bagi
kehamilan karena sewaktu-waktu dapat bersinggungan dengan
ilmu
hitam.
Hal-hal
tersebut
dapat
terjadi
karena
166
ketidakpahaman ibu-ibu terhadap pengidentifikasian kehamilan
sejak dini dan pengenalan akan perubahan kondisi fisiologis
tubuh orang hamil, gejala yang dirasakan, dan sikap dalam
pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan ANC yang
ada di sekitar daerah tempat tinggalnya. Pengetahuan akan
hal-hal tertentu juga didasari oleh pengetahuan lingkungannya
terhadap
hal
tersebut.
Contohnya
masyarakat
akan
mengetahui hal-hal yang diturunkan dari budaya masyarakat itu
sendiri. Untuk itu luasnya pengetahuan seseorang juga diukur
dari pengetahuan lingkungannya. Menurut Notoatmodjo (2005),
pengetahuan merupakan indikator dari individu melakukan
tindakan
terhadap
sesuatu.
Seseorang
yang
didasari
pengetahuan yang baik terhadap kesehatan, akan memahami
bagaimana
kesehatan
mengaplikasikan
hal
itu
yang
dan
mendorong
diketahuinya.
Tidak
untuk
perduli
pengetahuan tersebut timbul dari asumsi kelompok dan budaya
tertentu ataupun murni pengetahuan dari ibu sendiri mengenai
kehamilan.
Dengan
demikian
pengetahuan
mempunyai
hubungan yang sangat dekat dengan perilaku individu, dalam
penelitian ini perilaku ibu yang memanfaatkan pelayanan ANC
di desa Tandula Jangga, karena pengetahuan merupakan
salah satu ukuran dan indikator dari perilaku kesehatan.
167
Perilaku kesehatan ibu di desa Tandula Jangga jika ditelaah
lebih seksama, sangat dipengaruhi oleh lingkungan rumah,
letak tempat tinggal para partisipan masih tinggal dalam dusun
yang walaupun dikepalai oleh RT atau kepala desa sekalipun
masih ada tokoh lain yang menjadi panutan bagi masyarakat.
Pengaruh
orang
tua
sangat
berperan
penting
dalam
pengambilan keputusan bagi ibu, jadi perilaku ibu terkadang
terbentuk dari pengaruh lingkungan keluarga maupun tempat
tinggalnya. Rubin (1970) mengemukakan satu alasan lainnya
ibu hamil dapat/ mampu menyadari setiap gejala yang timbul
dalam dirinya tergantung kesiapan, perasaan akan keyakinan
dan mental yang besar untuk menerima kehamilan tersebut.
Lebih lanjut Rubin menambahkan wanita yang siap menerima
suatu kehamilan akan dipicu gejala-gejala awal untuk mencari
validasi medis tentang kehamilannya (dalam Bobak, 2004 :
126).
Beberapa hal di atas termasuk dalam faktor predisposisi
yang mempengaruhi ibu dalam melakukan kunjungan ANC.
Pengetahuan dasar akan pemahaman terhadap kehamilan
yang harus dimiliki seorang ibu mampu mempermudah ibu
untuk melakukan kunjungan ANC demikian juga dengan sikap
menghadapi kehamilan sejak awal. Dalam penelitian ini
168
sebagian besar ibu tidak dapat memberi keputusan akan pergi
ke tempat pelayanan ANC. Alasan tersebut terbentur dengan
dukungan suami ataupun anggota keluarga yang lain. Keluarga
pada dasarnya adalah tempat individu mempelajari perilaku
sosial contohnya dalam memanfaatkan tempat pelayanan
kesehatan. Bobak (2004: 12) menerangkan bahwa keluarga
merupakan institusi masyarakat yang paling penting, keluarga
mewakili kehidupan sosial yang primer untuk mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh individu atau unit sosial lainnya. Dalam
penelitian ini unsur dukungan keluarga di tempatkan sebagai
faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah karena
keluarga sebagai unit sosial dasar dan kebanyakan ibu hamil
mempunyai kontak yang lebih kontinu setiap saat dengan
keluarga dibandingkan dengan kelompok sosial lainnya.
Unsur pendorong lainnya yang mempengaruhi ibu dalam
mencari dan memanfaatkan pelayanan ANC yaitu ketersediaan
fasilitas pelayanan ANC yang ada di Posyandu maupun
Puskesmas. Notoatmodjo (2005) mengungkapkan tersedianya
sarana
dan
masyarakat
prasarana
merupakan
untuk
salah
mendukung
satu
kesehatan
komponen
dalam
mempromosikan kesehatan di masyarakat itu sendiri. Fasilitas
yang memadai juga mampu meningkatkan tingkat kepuasan
169
pengguna layanan ANC sehingga ibu yang datang akan
merasa tidak sia-sia memeriksakan kandungannya dan tertarik
untuk datang berkunjung untuk yang kesekian kalinya. Dalam
penelitian
ini
fasilitas
seperti
kendaraan
sudah
cukup
membantu ibu hamil untuk menjangkau tempat pelayanan
seperti Puskesmas pada saat melahirkan, tetapi fasilitas lain
yang diberikan selama masa pemeriksaan ada yang tidak
menyebutkan sama sekali bahkan yang disebutkan belum
lengkap dan belum memenuhi standar pelayanan sebagaimana
yang
dikemukakan
oleh
Notoatmodjo
(2005)
bahwa
ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana dasar untuk
pemeriksaan kehamilan minimal harus menyediakan lima
pelayanan dasar yang disebut dengan 5T pelayanan dasar
antenatal. 5T tersebut meliputi menyediakan timbang berat
badan,
pengukuran
tinggi
fundus
uteri,
menyediakan
pemberian tablet besi, menyediakan pengukuran tensi dan
menyediakan imunisasi (TT) bagi ibu hamil. Dalam penyediaan
pelayanan tersebut perlu di perhatikan kelayakan tempat
pelayanan. Contohnya untuk melakukan pemeriksaan fundus
uteri memerlukan ruangan tertutup yang nyaman untuk ibu
berbaring,
tetapi
memungkinkan
tempat
pelayanan
pemeriksaan
tersebut
di
lapangan
dilakukan
tidak
karena
170
kegiatan tersebut berlangsung di teras rumah. Hal tersebut
mengisyaratkan ibu harus datang berkunjung ke Puskesmas
yang jaraknya cukup jauh. Tersedianya jenis pelayanan di atas,
dapat membantu ibu dan petugas memantau
kondisi
kehamilan dengan lebih baik lagi, jika ibu datang dan
memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia setiap
bulannya. Demikian halnya dengan pembenahan pelayanan
serta peningkatan kualitas pelayanan akan menjadi daya tarik
tersendiri untuk para ibu yang akan melakukan pelayanan
ANC. Sosialisasi yang baik serta tepat sasaran dari pihak
Puskesmas
menjadi
poin
penting
dalam
mewujudkan
tercapainya angka kunjungan ANC yang maksimal.
Di ranah penelitian,
tidak
ditemukan kesulitan akan
pembayaran terhadap pemeriksakan pelayanan ANC. Selain
tidak dipungut biaya di Posyandu maupun Puskesmas, untuk
melakukan konsultasi di luar hari pemeriksaan ANC juga di
perbolehkan oleh setiap ibu hamil. Hal ini selain meringankan
biaya kehidupan ibu dan keluarga juga menjadi acuan bagi
keluarga
bahwa
pemerintah
turut
berpartisipasi
dan
bekerjasama dengan para pelayan kesehatan menyiapkan
tempat pelayanan ANC untuk meningkatkan kesejahtraan ibu
dan bayi tanpa harus membayar. Faktor enabling lainnya yang
171
menjadi poin pendorong dalam menggunakan pelayanan ANC
yakni kemampuan menjangkau tempat pelayanan. Dalam hal
ini jarak tempat pelayanan yang cukup jauh mempengaruhi
minat ibu. Letak Posyandu desa Tandula Jangga berada di
pusat balai desa Tandula Jangga di Kecamatan Nggaha
Oriangu. Berdasarkan letak geografis daerah di sekitar desa
Tandula Jangga cukup sukar dilewati. Di tempat penelitian
ditemukan beberapa ibu hamil kesulitan menjangkau tempat
pelayanan ANC karena perjalanan menuju Posyandu yang
melewati sungai dan letak rumah partisipan yang ada dibalik
gunung, selain itu tidak adanya tranportasi umum yang tetap
juga
menyulitkan
ibu
pergi
ke
Puskesmas.
Menurut
Depertemen Kesehatan RI (1996), selama kehamilan ada halhal yang perlu dipantau oleh tenaga kesehatan agar apabila
terdapat penyimpangan dari keadaan normal dapat segera
diberi penanganan yang memadai. Keterjangkauan tempat
pelayanan yang mudah akan mempengaruhi ibu memeriksakan
kehamilannya sebab di tempat pelayanan antenatal ibu dapat
memantau pertumbuhan dan perkembangan janin serta
kesehatannya. Di samping itu dengan pertemuan yang intensif,
komunikasi antara ibu dan petugas antenatal akan berlangsung
efektif dan saling mengenal. Jika hubungan telah terbina akan
172
lebih mudah petugas menyampaikan pesan-pesan yang
berguna dan menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa percaya
kepada petugas, dalam hal ini merupakan dasar yang baik
dalam merawat diri serta keputusan dalam menggunakan
layanan antenatal.
Dari beberapa faktor pemudah dalam kehidupan sosial ibu
hamil
serta
berpotensi
mempengaruhinya
menggunakan
pelayanan ANC, untuk meningkatkan derajat kesehatan
selama masa kehamilannya ada juga faktor pendorong yang
krusial
sebagai
penopang
munculnya
perilaku
tersebut.
Perilaku dan sikap tersebut akan benar-benar muncul dan
menjadi kebiasaan ibu, ketika dalam lingkup pelaksanaannya
terdapat faktor penguat yang ada di sekitar individu. Dalam
penelitian ini faktor penguat atau reinforcing factors yang di
tambahkan adalah perilaku dari petugas pelayanan antenatal
sendiri dan pengaruh dari orang-orang yang menjadi panutan
dalam masyarakat dan cukup disegani. Penelitian yang
dilakukan oleh Sadik (1996) menemukan bahwa sikap perilaku
petugas
kesehatan
berhubungan
erat
dengan
derajat
pemanfaatan pelayanan antenatal. Perilaku petugas kesehatan
menjadi unsur penarik bagi Ibu hamil untuk datang ke sarana
kesehatan. Dalam penelitian ini petugas kesehatan di desa
173
Tandula Jangga cukup menjalankan tugasnya dengan baik,
dalam hal ini melayani setiap pengunjung yang datang,
melakukan esensi kunjungan pada ibu yang harus dikunjungi di
rumah dan menyampaikan fungsi pelayanan dan tujuan utama
pelayanan
tersebut.
Pada
saat
kegiatan
posyandu
berlangsung, petugas cukup sigap menanyakan setiap keluhan
kepada ibu yang datang. Efektifitas kerja petugas yang
demikian didukung oleh beberapa hal, diantaranya kesiapan
petugas dalam melayani ibu, kesiapan dalam melakukan
tindakan
pelayanan,
pengunjung,
serta
pendekatan
kecekatan
interpersonal
menanggapi
dengan
hal-hal
yang
membuat pengunjung kurang tertarik untuk datang. Dalam
Penyampaian pesan terkait tindakan yang dilakukan ataupun
masalah pelayanan, petugas perlu menggunakan bahasa yang
sederhana
dan
tanpa
tekanan
terhadap
pengunjung.
Komunikasi yang terjadi antara petugas dan ibu terkadang
menggunakan bahasa daerah, hal ini menunjukan bahwa
petugas berusaha memberikan pengertian atau menyampaikan
pesan dengan bahasa sederhana dan lebih dimengerti oleh
masyarakat desa karena masyarakat di desa Tandula Jangga
hampir setiap hari menggunakan bahasa daerah. Hal-hal
tersebut perlu dipertimbangkan mengingat pengunjung yang
174
sebagian besarnya adalah masyarakat desa yang latar
belakang pengetahuannya masih dipengaruhi budaya, dan
lingkungan tempat tinggal. Untuk memotifasi ibu yang tidak
disiplin
terkait
masalah
kunjungan,
petugas
hendaknya
memberi peringatan keras tetapi tidak dengan memarahi ibu
yang datang. Hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi
para petugas kesehatan untuk dapat merangkul dan mampu
menciptakan komunikasi dua arah antara petugas dengan ibu
hamil maupun petugas dengan keluarga ibu hamil. Petugas di
desa Tandula Jangga cukup keras dalam menyampaikan atau
memotivasi ibu agar datang berkunjung tetapi hal tersebut
dianggap merupakan tindakan yang cukup tegas dalam
memotivasi ibu. Dimulai dari komunikasi yang baik dan efektif
petugas mampu menjalin hubungan kepercayaan antara ibu
hamil beserta keluarga dengan sarana pelayanan Antenatal
yang tersedia.
Faktor penguat yang penting lainnya adalah partisipasi
masyarakat secara keseluruhan. Partisipasi yang dimaksud
adalah Perhatian masyarakat terhadap ibu hamil, terutama
Tokoh Masyarakat (TOMA) dan Tokoh Agama
(TOGA).
Partisipasi yang diharapkan berupa perhatian serta dukungan
mencakup semua tahap seperti perencanaan pemeriksaan,
175
pelaksanaan pemeriksaan, serta turut dalam pengawasan
terhadap ibu. Tokoh Masyarakat dan tokoh agama merupakan
sosok panutan dan disegani dalam kelompok masyarakat dan
tidak
dipungkiri
masyarakat
sering
mengikuti
kebiasaan
ataupun saran yang diberikan oleh orang-orang tersebut.
Dalam penelitian ini sebagian besar tokoh masyarakat dan
tokoh agama mendukung setiap langkah ibu hamil yang akan
melakukan kunjungan ANC ada pula yang tidak perduli dan
bersikap biasa-biasa saja, tetapi dukungan tersebut kembali
lagi kepada individu yang bersangkutan yaitu ibu hamil yang
akan memutuskan akan pergi ke tempat pelayanan ANC atau
tidak, karena kembali terbentur dengan dukungan keluarga
yang minim dan masih mempercayai beberapa pengobatan
tradisional di dukun desa serta kesadaran ibu sendiri dalam
memperhatikan kesehatan kehamilannya. Melihat kondisi
demikian beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat
mengambil
jalan
penyelesaian
yang
cukup
baik
yaitu
melakukan pendekatan dengan keluargan ibu hamil yang
kurang
berkenan
terhadap
ibu
yang
akan
melakukan
pelayanan antenatal. Sikap demikian mampu membantu ibu
merubah pandangan keluarga tentang keberadaan tempat
pelayanan antenatal yang ada di desa tersebut.
176
Download