GAMBARAN MEKANISME KOPING STRESS PADA PASIEN

advertisement
GAMBARAN MEKANISME KOPING STRESS PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SAMBIT PONOROGO JAWA TIMUR
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh:
Astuti Puji Utami
NIM: 109104000042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/2016 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juni 2016
Astuti Puji Utami, NIM :109104000042
Gambaran Mekanisme Koping Stress pada Pasien Diabetes Mellitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Sambit Ponorogo Jawa Timur.
ABSTRAK
Penyakit DM merupakan suatu penyakit kronis yang mempunyai dampak
negatif terhadap fisik maupun psikologis penderita. Dampak psikologis yang
terjadi seperti kecemasan, kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang
harapan, stress, depresi, kesepian, dan tidak berdaya. Berdasarkan studi
pendahuluan penderita diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas Sambit
sering mengalami stress dengan pengobatan yang harus dilakukan, tidak nyaman
dengan penyakit yang diderita yang tidak kunjung sembuh dan kondisi keuangan
yang semakin berkurang.
Mekanisme koping adalah salah satu cara yang dilakukan untuk
beradaptasi terhadap stress. Mekanisme koping ini terdiri dari 2 macam yaitu
berfokus pada emosi dan berfokus pada masalah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus di wilayah
kerja puskesmas Sambit Ponorogo Jawa Timur.
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Teknik pengambilan
sampel dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 33 responden. Data
didapatkan dengan menggunakan instrument ways of coping yang berjumlah 38
pernyataan. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus yang
memiliki mekanisme koping baik sebanyak 19 orang (57,6%), sedangkan yang
memiliki mekanisme koping buruk sebanyak 14 orang (42,4%). Secara umum
dapat disimpulkan bahwa penderita diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas
sambit memiliki mekanisme koping baik.
Hasil penelitian ini dapat dapat memberikan pengetahuan kepada perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita diabetes mellitus,
mengenai pentingnya memberikan pengetahuan tentang mekanisme koping stress
bagi penderita diabetes mellitus..
Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Stress, Mekanisme Koping
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE
Paper, Juni 2016
Astuti Puji Utami NIM: 109104000042
Coping Mechanisms of Diabetes Mellitus in the Working area of Puskesmas
Sambit Ponorogo, East Java
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a chronic disease that has a negative impact on the
physical and psychological. The psychological impact such as anxiety, anger,
grief, shame, guilt, despair, stress, depression, loneliness, and helplessness.
Coping mechanism is one of the ways to adapt to stress. This coping
mechanism consists of two kinds of focusing on emotions and focus on the
problem. This study aims to reveal the coping mechanisms of diabetes mellitus in
the working area of Puskesmas Sambit Ponorogo, East Java.
This study was a descriptive study. The sampling technique purposive
sampling with a sample of 33 respondents. Data obtained by using instrumental
ways of coping totaling 38 statement. Analysis of the data used are univariate
The results showed that people with diabetes who have good coping
mechanisms as many as 19 people (57.6%), while those with poor coping
mechanisms as many as 14 people (42.4%). In general it can be concluded that
people with diabetes in the region of sambit health centers have better coping
mechanisms.
The results of this study may be able to provide knowledge to nurses in
providing nursing care in patients with diabetes mellitus, the importance of
providing knowledge about stress coping mechanism for people with diabetes
mellitus.
Keywords: Diabetes, Stress, Coping Mechanisms
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Astuti Puji Utami
Tempat, Tgl. Lahir
: Jakarta, 12 Februari 1989
Alamat
: Jl. Ponorogo-Trenggalek RT/RW 001/003
Desa Sawoo Kec. Sawoo Ponorogo 63475
No. Telp/HP
: 087880071434
e-mail
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. TK PGRI Prayungan Sawoo, Ponorogo, Jawa Timur
2. SDN Sawoo 3, Ponorogo, Jawa Timur
3. SMPN 1 Sawoo Ponorogo, Jawa Timur
4. MA Al-Mawaddah Coper, Jetis Ponorogo
Riwayat Organisasi
:
1. PMR Madya SMPN 1 Sawoo
2. Bendahara OSIS SMPN 1 Sawoo
3. Pengurus OSWAH MA Al-Mawaddah
4. Anggota Koordinator Pramuka MA Al-Mawaddah
5. Anggota CSS MoRa
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin,
puji
syukur
yang
sedalam-dalamnya
penyusun panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi
ini. Allahumma sholi ala sayidina Muhammad Shalawat dan salam tercurah
kepada Nabi Muhammad, SAW yang telah membawa ajaran Islam dan kita
nantikan syafa’atnya di hari kiamat.
Proposal skripsi ini berjudul “Gambaran Mekanisme Koping Stress bagi
Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sambit Ponorogo Jawa
Timur”.
Proposal skripsi ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan.
2.
Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku kepala program studi Ilmu
Keperawatan UIN
3.
Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada penyusun.
4.
Yenita Agus, M.Kep, Sp.Mat. Ph. D selaku dosen pembimbing II, yang telah
memberikan masukan dan bimbingan kepada penyusun.
5.
Departemen Agama selaku pihak yang mendukung materi dalam membiayai
perkuliahan dan penelitian ini.
ix
6.
Ayah dan Ibu yang telah memberikan kasih dan sayang serta dukungan
materi kepada penyusun
7.
Ayah dan Ibu mertua yang juga telah memberikan kasi sayang serta
dukungan materi kepada penyusun
8.
Suamiku tercinta Sayful Sony Bachtiar yang telah memberika dukungan
moril dan materil serta yang selalu mendampingi penyusun dalam
menyeleseikan skripsi ini
9.
Adindaku tersayang Tsamrotul Habibah yang selalu memberikan keceriaan.
10. Sahabat-sabahat tercinta, Shelly, Anggi, Winda, Ezi, yang berjuang bersamasama dalam menyeleseikan skripsi
11. Semua teman-teman PSIK’09 khususnya Fighters yang telah memberikan
semangat dan keceriaan kepada penyusun selama perkuliahan sampai akhir
perjuangan skripsi ini.
Penyusun menyadari dalam pembuatan proposal skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dari berbagai pihak.
Semoga proposal skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Ciputat, Juni 2016
Penyusun
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................
ABSTRAK .....................................................................................................
ABSTRACT ...................................................................................................
SURAT PERSETUJUAN .............................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .....................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR BAGAN.........................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
xi
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................
1
1
4
5
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
A. Pengertian Diabetes Mellitus ..................................................
B. Klasifikasi ...............................................................................
C. Patofisiologi ............................................................................
D. Faktor Resiko ..........................................................................
E. Gejala Klinis............................................................................
F. Pemeriksaan Laboratorium .....................................................
G. Komplikasi ..............................................................................
H. Penatalaksanaan ......................................................................
I. Stress pada penderita Diabetes ...............................................
J. Mekanisme Koping ................................................................
7
7
8
10
12
13
13
14
16
18
20
BAB III
KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ....................................................................
B. Definisi Operasional................................................................
24
24
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................
C. Populasi dan Sampel ...............................................................
D. Instrumen Penelitian................................................................
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ....................................
G. Etika Penelitian ......................................................................
H. Pengolahan Data......................................................................
I. Analisa Data ............................................................................
J. Penyajian Data ........................................................................
25
25
25
27
28
29
30
31
32
32
BAB IV
xi
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................... 33
B. Analisa Univariat .................................................................... 33
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................... 34
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 34
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan 35
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 36
5. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita DM .. 36
6. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita DM tentang
Control Diri ....................................................................... 37
7. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita DM tentang
Membuat Jarak .................................................................. 38
8. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita DM
tentangPenilaian Kembali Secara Positif .......................... 39
9. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita DM tentang
Menerima Tanggung Jawab .............................................. 40
10. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita DM tentang
Lari/ Penghindaran ............................................................ 41
11. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita DM tentang
Konfrontasi ....................................................................... 42
12. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita DM tentang
Mencari Dukungan Sosial ................................................. 43
13. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita DM tentang
Mencari Pemecahan Masalah ............................................ 44
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan penelitian ........................................................... 46
B. Analisa Univariat .................................................................... 46
1. Gambaran Usia Responden ............................................... 46
2. Gambaran Jenis Kelamin Responden................................ 47
3. Gambaran Status Perkawinan Responden ......................... 48
4. Gambaran Tingkat Pendidikan Responden ...................... 49
5. Gambaran Mekanisme Koping Responden ....................... 50
6. Gambaran Mekanisme Koping Responden tentang Kontrol Diri
........................................................................................... 51
7. Gambaran Mekanisme Koping Responden tentang Membuat
Jarak .................................................................................. 51
8. Gambaran Mekanisme Koping Responden tentang Penilaian
Kembali Secara Positif ...................................................... 52
9. Gambaran Mekanisme Koping Responden tentang Menerima
Tanggung Jawab................................................................ 53
10. Gambaran Mekanisme Koping Responden tentang
lari/Penghindaran .............................................................. 53
11. Gambaran Mekanisme Koping Responden tentang Konfrontasi
........................................................................................... 54
12. Gambaran Mekanisme Koping Responden tentang Mencari
Dukungan Sosial ............................................................... 55
xii
13. Gambaran Mekanisme Koping Responden tentang mencari
Pemecahan Masalah .......................................................... 55
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
56
57
DAFTAR BAGAN
2.1 Patofisiologi
2.2 Kerangka Konsep
xiv
DAFTAR TABEL
2.1
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
5.13
Gerakan Latihan Senam Hamil Nilai Normal Kadar Gula Darah
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Perkawinan
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita Diabetes Mellitus
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita Diabetes Mellitus
tentang Kontrol Diri
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita Diabetes Mellitus
tentang Membuat Jarak
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita Diabetes Mellitus
tentang Penilaian Kembali Secara Positif
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita Diabetes Mellitus
tentang Menerima Tanggung Jawab
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita Diabetes Mellitus
tentang Lari/ Penghindaran
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita Diabetes Mellitus
tentang Konfrotasi
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita Diabetes Mellitus
tentang Mencari Dukungan Sosial
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Penderita Diabetes Mellitus
tentang Mencari Pemecahan Masalah
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Kuisioner Penelitian
Hasil penelitian SPSS
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan metabolisme kronis
yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa
darah melebihi normal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin,
kelainan kerja insulin atau kedua-duanya (Depkes, 2005)
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia
dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 7,0 juta pada tahun 2009
menjadi 12,0 juta pada tahun 2030 (PERKENI, 2011)
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007
memperoleh proporsi penyebab kematian akibat diabetes melitus pada
kelompok usia 45-54 tahun, di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2
yaitu 14,7%, dan daerah pedesaan menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%
(Depkes, 2008)
Jawa timur sebagian wilayahnya berupa pedesaan, diperkirakan
memiliki jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 6%. Prevalensi ini
berada diatas prevalensi nasional penyakit Diabetes Mellitus yaitu sebanyak
1,1% (berdasarkan diagnosis kesehatan dan gejala) (Riskesdas, 2007)
Kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami diabetes tipe I,
yaitu diabetes yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta
1
2
pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan insulin dihancurkan oleh
suatu proses autoimun. Diabetes tipe I diatandai oleh awitan mendadak yang
biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Sedangkan 90%-95% penderita
mengalami diabetes tipe II, diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabetes
tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang disebut
resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes
tipe II paling sering ditemukan pada individu yang berusia lebih dari 30 tahun
dan obesitas. (Brunner & suddart, 2002)
Faktor-faktor yang berperan dalam pengendalian gula darah pada
penderita diabetes mellitus diantaranya: usia, jenis kelamin, dan minum atau
injeksi obat diabetes (Laurentia Miharja, 2009). Sedangkan menurut Nadyah
Awad dkk ( 2013) faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian diabetes
mellitus adalah IMT > 23, hipertensi > 140/90, riwayat keluarga, umur > 40
tahun dan dislipidemia.
Penyakit DM merupakan suatu penyakit kronis yang mempunyai
dampak negatif terhadap fisik maupun psikologis penderita, gangguan fisik
yang terjadi seperti poliuria, polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan
mengantuk (Price & Wilson, 2006). Sedangkan dampak psikologis yang
terjadi seperti kecemasan, kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang
harapan, depresi, kesepian, tidak berdaya (Brunner & Suddart, 2002)
Stress dua kali lebih mudah menyerang diabetes dibandingkan orang
yang tidak mengidap diabetes (Tandra 2009, h.123 dalam agung dkk, 2013).
Sumber stress yang dialami penderita diabetes dapat berupa fisik seperti luka
yang lama sembuh dan berupa stress mental seperti berkurangnya peran
3
dalam rumah tangga, hilangnya pekerjaan, dan pendapatan yang menurun
(Soebroto, 2009)
Stress akan meningkatkan hormon dari kelenjar adrenal yaitu
adrenalin dan kortisol yang akan mempengaruhi kadar glukosa dan lemak.
Glukosa dan lemak akan dilepaskan tubuh untuk memberikan tambahan
energi. Keadaan ini akan memberikan dampak yang buruk terhadap penderita
diabetes karena terjadi peningkatan kadar gula dalam darah. (Smith, 2005
dalam agung dkk, 2013). Mekanisme koping adalah salah satu cara yang
dilakukan untuk beradaptasi terhadap stress. ( Saam & Wahyuni, 2012).
Menurut lazarus (1985) dalam Linda Jual Carpenito (2009)
mendefinisikan koping adalah perubahan kognitif dan upaya perilaku yang
terjadi secara konstan untuk memenuhi tuntutan eksternal dan/ atau internal
spsifik yang membebani atau melebihi sumber daya individu. Perilaku koping
ini menurut lazarus dan Folkman (1984) dalam Linda Jual carpenito (2009)
dibagi menjadi menjadi 2 yaitu berfokus pada masalah dan berfokus pada
emosi. Berfokus pada masalah merupakan suatu usaha untuk memperbaiki
situasi dengan mengubah sesuatu atau melakukan beberapa tindakan.
Sedangkan berfokus pada emosi merupakan pemikiran atau tindakan yang
meredakan distress emosional yang disebabkan oleh siatuasi tersebut.
Menurut Suwitra (2007) perbedaan strategi koping individu ini
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan,
kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan
sosial dan dukungan sosial serta materi.
4
Berdasarkan hasil penelitian Samuel Hodge, PhD dkk yang berjudul
“Coping style, Well-being and Self Care Behaviors Among African American
With Type 2 Diabetes” menggambarkan bahwa mekanisme koping
merupakan faktor penting bagi penderita diabetes. Temuan ini juga
memberikan manfaat potensial dalam menekankan strategi kognitif dan
perilaku untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi kehidupan seseorang
dengan diabetes.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 5 orang
penderita diabetes mellitus di puskesmas sambit kabupaten ponorogo jawa
timur, setiap 1 bulan atau dua bulan sekali datang ke puskesmas untuk
berobat dan konsultasi penyakit yang dideritanya. Penderita diabetes tersebut
mengatakan sering mengalami stress dengan pengobatan yang harus
dilakukan, tidak nyaman dengan penyakit yang di derita yang tak kunjung
sembuh, kondisi keuangan yang semakin berkurang. Kondisi ini yang
menyebabkan kurang terkontrolnya kondisi kesehatan penderita diabetes.
Dampak dari kondisi tersebut adalah penderita diabetes jadi tidak patuh
terhadap diet, malas melakukan terapi baik obat maupun insulin, sehingga
mengakibatkan kadar gula darah tidak terkontrol.
Dari hasil uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan peneltian
tentang “Bagaimanakah gambaran mekanisme koping stress pada penderita
diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas sambit ponorogo jawa timur?”
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakanng diatas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa angka kejadian diabetes mellitus terus mengalami
peningkatan. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030. Hasil Riskesdas (2007) memperoleh proporsi penyebab kematian akibat
diabetes melitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan
menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, dan daerah pedesaan menduduki
ranking ke-6 yaitu 5,8% (depkes, 2008). Penyakit DM merupakan suatu
penyakit kronis yang mempunyai dampak negatif terhadap fisik maupun
psikologis penderita, dampak psikologis yang terjadi seperti kecemasan,
kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang harapan, depresi, kesepian,
tidak berdaya (Brunner & Suddart, 2002)
Mekanisme koping adalah salah satu cara yang dilakukan untuk
beradaptasi terhadap stress. ( Saam & Wahyuni, 2012). Dari hasil uraian
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan peneltian tentang “Bagaimanakah
gambaran mekanisme koping stress pada penderita diabetes mellitus di
wilayah kerja puskesmas sambit ponorogo jawa timur?”
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran mekanisme koping stress pasien diabetes
mellitus di wilayah kerja puskesmas Sambit Ponorogo Jawa Timur?
6
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran mekanisme koping stress pada pasien
diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas Sambit Ponorogo Jawa
Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui data dermografi pasien diabetes mellitus di wilayah
kerja puskesmas Sambit Ponorogo Jawa Timur.
b. Untuk mengetahui gambaran mekanisme koping stress yang dilakukan
pasien diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas Sambit Ponorogo
Jawa Timur.
E. Manfaat Penelitian
1.
Bagi perawat
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita diabetes mellitus,
mengenai pentingnya memberikan pengetahuan tentang mekanisme
koping stress bagi penderita diabetes mellitus. Selain itu perawat dapat
melatih mekanisme koping yang adaptif bagi penderita sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan pederita.
2.
Bagi puskesmas/ rumah sakit
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi rumah sakit dalam
memberikan pelayanan keperawatan khususnya bagi penderita diabetes
mellitus untuk melakukan pendidikan kesehatan mengenai mekanisme
koping terhadap stress.
7
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Progran Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran mekanisme koping stress pada pasien diabetes mellitus di wilayah
kerja puskesmas Sambit Ponorogo Jawa Timur. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Metode
pengambilan data dengan menyebarkan kuisioner kepada responden. Subjek
penelitian adalah penderita diabetes mellitus yang ada di wilayah kerja
puskesmas Sambit. Waktu penelitian berkisar dari bulan februari-maret 2016.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus menurut Brunner & Suddart (2002) merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes, kemampuan
tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan inilah yang
menyebabkan hiperglikemia.
Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula
dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolute maupun relatif.
Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin
sehingga harus mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan
relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya
berbeda pada setiap orang (PERKNI, 2002)
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelainan metabolisme kronis
yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa
darah
melebihi
normal,
disertai
dengan
gangguan
metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi
hormon insulin, kelainan kerja insulin atau kedua-duanya (Depkes, 2005)
8
9
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus
adalah suatu penyakit yang ditandai oleh kenaikan glukosa dalam darah
yang disebabkan karena kelainan sekresi hormon insulin.
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan
terapinya menurut Brunner & Suddart (2002) adalah sebagai berikut :
1. Tipe I
Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM), 5-10% dari seluruh
penderita diabetes
Ciri-ciri klinik :
a. Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (<30
tahun)
b. Biasanya bertubuh kurus pada saat diagnosis, dengan penurunan
berat badan baru saja terjadi
c. Etiologi mencakup faktor genetik, imunologi dan lingkungan
(misalnya virus)
d. Sering memiliki antibodi sel pulau langerhans
e. Sering memiliki antibodi terhadap insulin sekalipun belum pernah
mendapatkan terapi insulin
f. Sedikit atau tidak mempunyai insulin endogen
g. Memerlukan insulin untuk mempertahankan kelangsungan hidup
h. Cenderung memiliki ketosis jika tidak memiliki insulin
i. Komplikasi akut hiperglikemia : ketoasidosis diabetik
2. Tipe II
10
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM), 90%-95% dari
seluruh penyandang diabetes obese 80% dari tipe II; nonobese 20%
dari tipe II
Ciri-ciri klinik :
a. Awitan terjadi di segala usia, biasanya diatas 30 tahun
b. Biasanya bertubuh gemuk (obese) pada saat didiagnosis
c. Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter atau lingkungan
d. Tidak ada antibodi sel pulau langerhans
e. Penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi
insulin
f. Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan glukosa
darahnya melalui penurunan berat badan.
g. Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah
bila modifikasi diet dan latihan tidak berhasil
h. Mungkin memerlukan insulin dalam jangka waktu pendek atau
panjang untuk mencegah hiperglikemia
i. Ketosis jarang terjadi, kecuali bila keadaan stress atau menderita
infeksi
j. Komplikasi akut : sindrom hiperosmolar nonketotik
3. Diabetes mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain.
Ciri-ciri klinik:
a. Disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat
menyebabkan penyakit; pankreatitis, kelainan hormonal, obat-obat
11
seperti glukokortikoid dan preparat yang mengandung estrogen
penyandang diabetes
b. Bergantung pada kemampuan pankreas untuk menghasilkan
insulin, pasien mungkin memerlukan terapi dengan obat oral atau
insulin.
4.
Diabetes gestasional
a. Awitan selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua
atau ketiga
b. Disebabkan oleh hormon
yang disekresikan plasenta dan
menghambat kerja insulin
c. Resiko terjadinya komplikasi perinatal diatas normal, khususnya
makrosomia (bayi yang secara abnormal berukuran besar)
d. Diatasi
dengan
diet
dan
insulin
(jika diperlukan)
untuk
mempertahakan secara ketat kadar glukosa darah nnormal
e. Terjadi pada sekitar 2%-5% dari seluruh kehamilan
f. Intoleransi glukosa terjadi untuk sementara waktu tetapi dapat
kambuh kembali
1. Pada kehamilan selanjutnya
2. 30%-40% akan mengalami diabetes yang nyata (biasanya tipe
II) dalam waktu 10 tahun (khusunya yang obesitas)
a. Faktor resiko mencakup : obesitas, usia diatas 30 tahun,
riwayat diabetes dalam keluarga, pernah melahirkan bayi
yang besar (lebih dari 4,5 kg)
12
b. Pemeriksaan
skrining
(tes
toleransi
glukosa)
harus
dilakukan pada semua wanita hamil dengan usia kehamilan
antara 24 hingga 28 minggu
3.
Patofisiologi DM
a. Diabetes tipe 1
Terdapat ketidakmampuan menghasilkan insulin karena sel-sel
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah
makan)
Jika konsentrasi dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya
glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini
akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini disebut dieresis osmotic. Paisen mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi) (Brunner &
Suddart, 2001)
b. Diabetes tipe II
Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor khusus tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam
13
sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan
reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang
diekskresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun, jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadi diabetes tipe II (Brunner & Suddart, 2001)
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas diabetes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh
karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan
dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, infeksi
pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang
kabur.
14
4.
Faktor Resiko
Faktor resiko diabetes mellitus umumnya dibagi menjadi 2 golongan
besar yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
a. Umur
Semakin bertambahnya umur, maka resiko menderita diabetes
mellitus akan meningkat.
b. Jenis kelamin
Di Amerika Serikat penderita diabetes mellitus lebih banyak
terjadi pada perempuan dari pada laki-laki
c. Bangsa dan etnik
Berdasarkan penelitian terakhir di 10 negara menunjukkan bahwa
bangsa asia lebih beresiko
terserang diabetes mellitus
dibandingkan bangsa barat
d. Faktor keturunan
Riwayat diabetes dalam keluarga terutama orang tua atau saudara
kandung memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini
dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita
diabetes
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
a. Obesitas
Berdasarkan
beberapa
teori
menyebutkan
bahwa
merupakan faktor prediposisi terjadinya resistensi insulin.
b. Aktifitas fisik yang kurang
obesitas
15
Prevalensi diabetes mellitus mencapai 2-4 kali lipat terjadi pada
individu yang aktif
c. Stress
d. Pola makan
5.
Gejala klinis
Menurut Mansjoer (2001) gambaran klinis pada penderita diabetes adalah
sebagai berikut:
a. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)
b. Polidipsi ( banyak minum)
c. Polifagi (rasa lapar yang semakin berat)
d. Lemas
e. Berat badan menurun
f. Kesemutan
g. Mata kabur
h. Impotensi pada pria
i. Gatal (pruritus pada vulva)
j. Mengantuk (somnolen) yang terjadi pada beberapa hari atau beberapa
minggu
6.
Pemeriksaan Laboratorium
Menurut Depkes (2005) kegiatan pemeriksaan laboratorium dalam
perannya untuk mendukung pengelolaan DM dapat berfungsi sebagai
penyaring
penyakit
pengendalian.
(screening),
diagnostik
dan
pemantauan
16
Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk mengetahui
prevalensi DM pada penduduk secara massal (mass screening).
Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan glukosa
darah. Pemeriksaan glukosa dalam urin kurang sensitif dan relatif tidak
spesifik.
Konsentrasi glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring DM
Tabel 2.1
Nilai normal kadar gula darah
Belum pasti
Bukan DM
DM
DM
Konsentrasi glukosa darah
sewaktu (mg/dL)
-
Plasma vena
< 110
110 – 199
≥ 200
-
Darah kapilar
< 90
90 – 199
≥ 200
Konsentrasi glukosa darah
puasa (mg/dL)
-
Plasma vena
< 110
110 – 125
≥ 126
-
Darah kapilar
< 90
90 – 109
≥ 110
Untuk kelompok dengan faktor resiko yang hasil pemeriksaan
penyaringnya negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan
setiap tahun. Sedangkan bagi mereka yang berusia > 45 tahun tanpa
17
faktor resiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3
tahun.
7. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa
komplikasi yang sering terjadi dan harus diwaspadai
1. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita
merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam
(pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung
meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak ditolong dapat
terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian.
2. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak
secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan oleh stress, infeksi, dan
konsumsi obat-obat tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria,
polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah dan pandangan kabur.
3. Komplikasi makrovaskular
3 komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita
diabetes adalah :
a. Penyakit jantung koroner (coronary hearth disease = CAD)
b. Penyakit pembuluh darah otak
c. Penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vaskular disease =
PVD)
18
4. Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes
tipe I. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang
terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah
menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong
timbulnya
komplikasi-komplikasi
mikrovaskular,
antara
lain
retinopati, nefropati, dan neuropati.
8. Penatalaksanaan
Menurut Asmadi (2008) terdapat lima dasar penngobatan DM yang
dinamakan Pentalogi Terapi DM, yaitu :
a. Diet diabetes
Penentuan jumlah kalori diit diabetes mellitusPenentuan jumlah kalori
diit diabetes disesuaikan dengan status gizi penderita. Penentuan gizi
penderita dilaksanakan dengan menghitung presentage of relative body
weight (BBR = berat badan relatif) dengan rumus :
BB
BBR = TB −100 x 100% (BB ; kg, TB; cm)
1. Kurus ( underweight) : BBR < 90%
2. Normal (ideal) : BBR 90-110%
3. Gemuk (overweight) : BBR > 110%
4. Obesitas, apabila BBR > 120%: Obesitas ringan 120-130%
Obesitas sedang 130-140%
Obesitas berat 140-200%
19
Obesitas morbid >200%
Dalam praktek, sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari
untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :
Kurus
: BB X 40-60 kalori sehari
Normal
: BB X 30 kalori sehari
Gemuk
: BB X 20 kalori sehari
Obesitas
: BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan fisik
Derajat kesehatan penderita DM akan semakin baik apabila
terdapat keseimbangan yang baik antara diit, latihan fisik teratur
setiap hari, dan kerja insulin. Latihan yang teratur merupakan
komponen yang penting dalam pengobatan DM.
Latihan teratur yang sudah digunakan untuk mengobati DM
dengan cara sebagai berikut:
1. Latihan fisik primer : penderita DM dianjurkan latihan teratur
1
setiap hari pada saat 12 jam sesudah makan, termasuk penderita
yang dirawat di rumah sakit.
2. Latihan fisik sekunder : untuk penderita DM dengan obesitas,
selain latihan ringan sesudah makan, juga dianjurkan latihaan
agaak berat setiap hari, pagi dan sore (dengan tujuan menurunkan
berat badan).
20
c.
Penyuluhan kesehatan masyarakat
DM melalui bermacam-macam Penyuluhan kesehatan masyarakat
merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
cara ataupun media misalnya TV, kaset video, diskusi kelompok,
poster dll.
d.
Obat hipoglikemi
Obat hipoglikemi yang mungkin berkhasiat bagi penderita diabetes
tipe II mencakup golongan sulfonilurea dan biguanid. Sulfonilurea
bekerja dengan merangsang langsung pankreas untuk mensekresikan
insulin. Sedangkan biguanid menimbulkan efek antidiabetik dengan
menfasilitasi kerja insulin pada tempat reseptor perifer. Oleh karena
itu, obat ini hanya dapat digunakan jika masih terdapat insulin.
e. Cangkok pankreas
B. Stress pada penderita diabetes
Taylor (1991) dalam abdul nasir dan abdul muhith (2011) merinci
beberapa karakteristik kejadian yang berpotensi dan dinilai dapat
menciptakan stressor
1. Kejadian negatif agaknya lebih banyak menimbulkan stress daripada
kejadian positif
2. Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat
stress daripada kejadian yang terkontrol dan terprediksi
3. Kejadian “ambigu” sering kali dipandang lebih mengakibatkan stress
daripada kejadian yang jelas.
21
4. Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas (overload) lebih mudah
mengalami stress daripada orang yang memiliki tugas lebih sedikit.
Pada penderita diabetes diagnosa penyakit yang secara tiba-tiba,
dan perubahan gaya hidup serta perubahan diet yang harus dilakukannya
bisa menimbulkan stress tersendiri bagi mereka. Agus widodo (2012)
mengambil kesimpulan dari suatu penelitiannya bahwa penderita diabetes
mellitus mudah mengalami stress dalam melaksanakan program diet.
Stress yang timbul dan lamanya stress ditentukan oleh berbagai kesulitan
yang dialami partisipan selama melaksanakan diet terutama berhubungan
dengan jumlah makanan yang harus diukur, pembatasan jenis makanan,
pola kebiasaan makan yang salah sebelum sakit serta lamanya menderita
diabetes. Sedangkan menurut Soebroto (2009) sumber stress pada
penderita diabetes diantaranya disebabkan oleh Sumber stress yang
dialami penderita diabetes dapat berupa fisik seperti luka yang lama
sembuh dan berupa stress mental seperti berkurangnya peran dalam rumah
tangga, hilangnya pekerjaan, dan pendapatan yang menurun (Soebroto,
2009)
Jika tubuh bertemu dengan stressor, tubuh tubuh akan mengaktifkan
respon saraf dan hormon untuk melaksanakan tindakan-tindakan
pertahanan untuk mengatasi keadaan darurat (akramawita kadir, sherwood
1996, Hole 1981).
Respon saraf utama terhadap rangsangan stress adalah pengaktifan
menyeluruh sistem saraf simpatis. Hipotalamus akan menolong untuk
22
mempersiapkan tubuh untuk fight to fight akibat rangsangan stress. Hal ini
menyebbkan : (akramawita kadir, Guyton 2000, hole 1981)
a. Peningkatan tekanan arteri
b. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot, bersamaan
dengan penurunan aliran darah ke organ-organ yang tidak diperlukan
untuk aktivitas motorik yang cepat.
c. Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh
d. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
e. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
f. Peningkatan kekuatan otot
g. Peningkatan aktivitas mental
h. Peningkatan kecepatan koagulasi darah.
C. Mekanisme koping
1. Pengertian
Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol dari individu sebagai suatu sistem adaptasi (arif
muttaqin, 2007). Mekanisme koping adalah mekanisme yang
digunakan individu untuk menghadapi perubahan yang diterima.
Apabila mekanisme koping berhasil, maka orang tersebut dapat
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Nursalam, 2007).
2. Jenis-jenis mekanisme koping
Lazarus
dan
folkman
(1984)
menyatakan
bahwa
dalam
mengahadapi stressor terdapat dua jenis mekanisme koping, yaitu:
a.
Koping berfokus pada emosi
23
Koping ini digunakan untuk mengatur respon emosional
terhadap stres. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang
penuh dengan stressor, individu akan cenderung mengatur
emosinya. Koping berfokus pada emosi terbagi menjadi 5 strategi
koping yaitu kontrol diri, membuat jarak, penilaian kembali secara
positif, menerima tanggung jawab, dan lari atau penghindaran
b. Koping berfokus pada masalah
Koping ini dilakukan untuk mengurangi stressor yaitu
dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan baru,
individu akan cenderung mengubah strategi ini, bila dirinya yakin
akan dapat mengubah situasi. koping berfokus pada masalah
terbagi menjadi tiga strategi koping yang berbeda yaitu konfrontasi,
mencari dukungan sosial, dan merencanakan pemecahan masalah
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping
1. Usia
Usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap stress dan
jenis stressor yang paling mengganggu. Usia dewasa lebih mampu
mengontrol stress dibanding dengan usia anak-anak dan usia lanjut
(siswanto, 2007)
2. Jenis kelamin
Wanita biasanya mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap
stressor dibanding pria, secara biologis kelenturan tubuh wanita
akan mentoleransi terhadap stress menjadi baik dibanding pria
24
(siswanto, 2007). Jenis kelamin sangat mempengaruhi dalam
berespon terhadap penyakit, stress, serta penggunaan koping dalam
menghadapi masalah diabetes mellitus.
3. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang mudah terkena stress
atau tidak. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka toleransi dan
pengotrolan terhadap stressor lebih baik (Siswanto, 2007)
4. Status perkawinan
Salah satu penyebab stress psikososial yaitu status perkawinan
dimana berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber
stress yang dialami seseorang, misalnya pertengkaran, perpisahan,
perceraian, kematian pasangan dan lain sebagainya. Stressor ini
dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan
(Yosep, 2007)
5. Kesehatan fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam
uasaha mengetasi stress individu dituntut untuk mngerahkan tenaga
yang cukup besar
6. Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,
seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang
mengerahkan
individu
pada
penilaian
ketidakberdayaan
(helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi koping
tipe: problem solving foused coping
25
7. Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah
untuk
menghasilkan
alternatif
dengan tujuan
tindakan,
kemudian
mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil
yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana
tersebut dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
8. Keterampilan sosial
Kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang berlaku di masyarakat
9. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi
dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua,
anggota keluarga lain, saudara, teman dan lingkungan masyarakat
sekitarnya.
10. Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang
atau layanan yang biasanya dapat dibeli.
4. Menurut struart dan Sunden, rentang respon mekanisme koping dapat
digambarkan adaptif, kurang adaptif dan maladaptif.
Karakteristik mekanisme koping adalah sebagai berikut :
a. Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Masih mampu mngontrol emosi pada dirinya
26
2. Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada
masalah
3. Memiliki persepsi yang luas
4. Dapat menerima dukungan dari orang lain
b. Kurang adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki perasaan yang takut terhadap apa yang terjadi pada
dirinya
2. Memiliki perasaan malu terhadap keadaan pada dirinya sendiri
3. Memiliki pemikiran yang tidak adekuat atau mispersepsi
c. Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi
2. Tidak mampu menyeleseikan masalah
3. Perilakunya cenderung merusak
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) yaitu mekanisme
koping.
Variabel Mekanisme koping merupakan suatu mekanisme yang
digunakan individu untuk menghadapi perubahan yang diterima. Apabila
mekanisme koping berhasil, maka orang tersebut dapat beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi (nursalam, 2007). Hal ini perlu diketahui dan
dilakukan oleh pasien sehingga dapat mengatasi masalah stress akibat
penyakit yang diderita. Dengan demikian kadar gula darah dapat terkontrol.
Kerangka konsep ini dapat digambarkan pada tebel berikut :
Kerangka konsep penelitian tentang gambaran mekanisme koping pada
penderita diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas Sambit.
Mekanisme koping :
1. Berfokus pada emosi
a. Kontrol diri
b. Membuat jarak
c. Penilaian kembali secara positif,
d. Menerima tanggung jawab,
e. Lari atau penghindaran
2. Berfokus pada masalah
a. Konfrontasi
b. Mencari dukungan social
c. Merencanakan pemecahan masalah
27
28
B. Definisi operasional
NO Variabel
Usia
1
Definisi operasional
Usia responden pada saat
dilakukan
pengambilan
data
Cara ukur
Responden
diminta
mengisi
kuisioner
Alat ukur
Kuisioner A
Hasil ukur
Dewasa akhir = 36-45
tahun
Lansia Awal = 46-55
tahun
Lansia Akhir = 56-65
tahun
Manula = >65 tahun
Skala
Ordinal
2
Jenis Kelamin
Petanda gender seseorang
Kuisioner A
Laki-laki
perempuan
Ordinal
3
Status
Perkawinan
Status
responden
dilakukan
data.
Responden
diminta
mengisi
kuisioner
perkawinan Responden
pada
saat diminta
pengambilan mengisi
kuisioner
Kuisioner A
Kawin
Janda
Duda
Ordinal
4
Tingkat
Pendidikan
Jenjang
pendidikan Responden
responden
yang
sudah diminta
ditempuh oleh rsponden
mengisi
kuisioner
Kuisioner A
SD
SMP
SMA/SMK
D3/S1
Ordinal
5
Mekanisme
koping
Mekanisme yang digunakan Kuisioner
individu untuk menghadapi
perubahan yang diterima
Kuisioner ways of coping
Baik = jika total skor ≥ Ordinal
scales
mean
Kuisioner ini terdiri dari 38
29
akibat penyakit
mellitus
diabetes
pertanyaan
dengan Buruk = jika total skor
menggunakan 4 pilihan ≤ mean
jawaban yaitu:
Pernyataan positif :
Hampir Tidak Pernah : 0
Kadang - kadang : 1
Cukup sering : 2
Sering : 3
Pernyataan negatif:
Hampir Tidak Pernah : 3
Kadang-kadang : 2
Cukup sering : 1
Sering : 0
6
Kontrol Diri
Usaha
individu
untuk Kuisioner
menguasai diri dengan
mengontrol tindakan
Kuisioner ways of coping
yang terdiri dari kuisioner
no: 4, 6, 18, 25, 38 dengan
menggunakan 4 pilihan
jawaban yaitu:
Pernyataan positif :
Hampir Tidak Pernah : 0
Kadang - kadang : 1
Cukup sering : 2
Sering : 3
Pernyataan negatif:
Hampir Tidak Pernah : 3
Baik = jika total skor ≥ Ordinal
mean
Buruk = jika total skor
≤ mean
30
Kadang-kadang : 2
Cukup sering : 1
Sering : 0
7
Membuat Jarak
Usaha
individu
untuk Kuisioner
menghindari
atau
menyingkirkan
masalah
dengan melakukan aktivitas
yang lain
Kuisioner ways of coping
yang terdiri dari kuisioner
no: 7, 23, 26 dengan
menggunakan 4 pilihan
jawaban yaitu:
Pernyataan positif :
Hampir Tidak Pernah : 0
Kadang - kadang : 1
Cukup sering : 2
Sering : 3
Baik = jika total skor ≥ Ordinal
mean
Buruk = jika total skor
≤ mean
Pernyataan negatif:
Hampir Tidak Pernah : 3
Kadang-kadang : 2
Cukup sering : 1
Sering : 0
8
Penilaian
Kembali Secara
Positif
Usaha
individu
untuk Kuisioner
mencari makna positif dari
permasalahan
dengan
berokus
pada
pengembangan
diri,
biasanya bersifat religius
Kuisioner ways of coping
yang terdiri dari kuisioner
no: 11, 13, 19, 20, 34, 37
dengan menggunakan 4
pilihan jawaban yaitu:
Pernyataan positif :
Baik = jika total skor ≥ Ordinal
mean
Buruk = jika total skor
≤ mean
31
Hampir Tidak Pernah : 0
Kadang - kadang : 1
Cukup sering : 2
Sering : 3
Pernyataan negatif:
Hampir Tidak Pernah : 3
Kadang-kadang : 2
Cukup sering : 1
Sering : 0
9
Menerima
tanggung jawab
Usaha untuk menyadari Kuisioner
tanggung jawab diri sendiri
dalam permasalahan yang
dihadapinya dan mencoba
menerimanya untuk menjadi
lebih baik
Kuisioner ways of coping
yang terdiri dari kuisioner
no:
15
dengan
menggunakan 4 pilihan
jawaban yaitu:
Pernyataan positif :
Hampir Tidak Pernah : 0
Kadang - kadang : 1
Cukup sering : 2
Sering : 3
Pernyataan negatif:
Hampir Tidak Pernah : 3
Kadang-kadang : 2
Cukup sering : 1
Sering : 0
Baik = jika total skor ≥ Ordinal
mean
Buruk = jika total skor
≤ mean
32
10
Lari/
penghindaran
Usaha
untuk
mngatasi Kuisioner
situasi menekan dengan lari
dari situasi tersebut dan
menghindarinya
dengan
beralih pada hal lain seperti
makan, minum, merokok
dan obat-obatan
Kuisioner ways of coping
yang terdiri dari kuisioner
no: 5, 8, 17, 22, 29, 32, 35,
36 dengan menggunakan 4
pilihan jawaban yaitu:
Pernyataan positif :
Hampir Tidak Pernah : 0
Kadang - kadang : 1
Cukup sering : 2
Sering : 3
Baik = jika total skor ≥ Ordinal
mean
Buruk = jika total skor
≤ mean
Pernyataan negatif:
Hampir Tidak Pernah : 3
Kadang-kadang : 2
Cukup sering : 1
Sering : 0
11
Konfrontasi
Menggambarkan
usaha- Kuisioner
usaha untuk mengubah
keadaan atau masalah secara
agresif
Kuisioner ways of coping
yang terdiri dari kuisioner
no: 2, 9, 28 dengan
menggunakan 4 pilihan
jawaban yaitu:
Pernyataan positif :
Hampir Tidak Pernah : 0
Kadang - kadang : 1
Cukup sering : 2
Sering : 3
Baik = jika total skor ≥ Ordinal
mean
Buruk = jika total skor
≤ mean
33
Pernyataan negatif:
Hampir Tidak Pernah : 3
Kadang-kadang : 2
Cukup sering : 1
Sering : 0
12
13
Mencari
dukungan sosial
Mencari
pemecahan
masalah
Usaha untuk mendapatkan Kuisioner
kenyamanan emosional dan
bantuan informasi dari
orang lain
Usaha untuk mengubah Kuisioner
keadaan yang dianggap
menekan dengan cara hatihati, bertahap dan analitis
Kuisioner ways of coping
yang terdiri dari kuisioner
no: 3, 10, 12, 16, 24, 27
dengan menggunakan 4
pilihan jawaban yaitu:
Pernyataan positif :
Hampir Tidak Pernah : 0
Kadang - kadang : 1
Cukup sering : 2
Sering : 3
Pernyataan negatif:
Hampir Tidak Pernah : 3
Kadang-kadang : 2
Cukup sering : 1
Sering : 0
Kuisioner ways of coping
yang terdiri dari kuisioner
no: 1, 14, 21, 30, 31, 33
dengan menggunakan 4
pilihan jawaban yaitu:
Baik = jika total skor ≥ Ordinal
mean
Buruk = jika total skor
≤ mean
Baik = jika total skor ≥ Ordinal
mean
Buruk = jika total skor
≤ mean
34
Pernyataan positif :
Hampir Tidak Pernah : 0
Kadang - kadang : 1
Cukup sering : 2
Sering : 3
Pernyataan negatif:
Hampir Tidak Pernah : 3
Kadang-kadang : 2
Cukup sering : 1
Sering : 0
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran mekanisme koping pada penderita diabetes mellitus
di wilayah kerja puskesmas Sambit.
B. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan februari-maret tahun 2016 di
wilayah kerja puskesmas Sambit. Alasan peneliti memilih puskesmas
Sambit adalah karena prevalensi penderita diabetes mellitus di wilayah
puskesmas ini cukup banyak dan lokasi dekat dengan tempat tinggal
peneliti sehingga peneliti ingin memeriksa dan memberikan manfaat bagi
lingkungan sekitarnya, birokrasi yang mudah serta selama ini belum
pernah dilakukan penelitian tentang gambaran mekanisme koping pada
penderita diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas Sambit.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(sugiyono dalam jonathan sarwono, 2010). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh penderita diabetes mellitus di wilayah kerja
puskesmas Sambit.
2. Sampel
35
36
Sampel merupakan sejumlah subjek yang dianggap mewakili
populasi (Nurbaeti, 2010). Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (sugiyono dalam
jonathan sarwono, 2010). Sampel adalah bagian dari populasi yang
diambil melalui cara-cara tertentu, yang juga memiliki karakteristik
tertentu, jelas
dan
lengkap serta
dianggap mewakili
populasi.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri
atau sifat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes mellitus yang ada di
wilayah kerja puskesmas Sambit dengan kriterian inklusi:
a.
Penderita diabetes mellitus baik laki-laki maupun perempuan yang
berobat jalan di Puskesmas Sambit
b.
Pasien yang bisa membaca dan menulis
c.
Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
a.
Pasien DM yang mengalami gangguan jiwa
b.
Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
c.
Pasien yang tidak datang ketika penelitian dilakukan
Menurut Notoatmodjo (2005) untuk populasi kecil atau lebih kecil
dari 10.000 maka untuk menetapkan jumlah sampel menggunakan
formulasi sederhana yaitu:
37
𝑁
n = 1 +𝑁 (𝑑2)
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan
Dalam penelitian ini besarnya populasi (N) adalah 36, maka jumlah
sampel yang diambil adalah :
n = 1+36
36
0,05 2
= 33,02 dibulatkan menjadi 33 orang
Dari perhitungan rumus diatas maka diperoleh besar sampel
minimal sebanyak 33 orang.
D. Instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian
berupa kuisioner tentang data dermografi dan ways of coping scales.
Kuesioner tentang data dermografi berisi tentang inisial responden, umur,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, alamat. Sedangkan ways of coping
scales adalah instrumen yang dibuat oleh Folkman S et.al (1986).
Kuesioner ini pada mulanya terdiri dari 66 pertanyaan akan tetapi untuk
beberapa item yang tidak jelas dihapus sehingga menjadi 50 item. Tiap
sub variabel mekanisme koping pada kuisioner ini terdiri dari beberapa
pertanyaan yaitu: kontrol diri (14, 43, 10, 35, 54, 63, 64, ) dengan nilai α
= 70, membuat jarak (44, 13, 41, 21, 15, 12) dengan nilai α = 61,
penilaian kembali secara positif (23, 30, 36, 38, 60, 56, 20) dengan nilai
α = 79, menerima tanggung jawab (9, 29, 51, 25) dengan nilai α = 66, lari
38
atau penghindaran (58, 11, 59, 33, 40, 50, 47, 16) dengan nilai α = 72,
konfrontasi ( 46, 7, 17, 28, 34, 6) dengan nilai α = 70, mencari dukungan
social (8, 31, 42, 45, 18, 22) dengan nilai α = 76, merencanakan
pemecahan masalah (49, 26, 1, 39, 48, 52) dengan nilai α = 68. Bentuk
original dari ways of coping scales ini berbahasa Inggris yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Alat ukur ini terdiri dari pernyataan yang digunakan untuk melihat
kecenderungan seseorang dalam menghadap stress.
Cara penilaian dalam kuisioner ini dengan menggunakan skala
likert dengan skor meliputi : Tidak pernah = 0, Jarang = 1, cukup sering
= 2, sering = 3 baik untuk strategi koping yang berpusat pada masalah
maupun strategi koping yang berpusat pada emosi. Skor didapat dengan
menjumlahkan seluruh nilai yang didapat dari setiap item.
Hasil penelitian ini digolongkan menjadi 2 kategori :
Baik
: jika total skor ≥ mean
Buruk
: jika total skor ≤ mean
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji validitas
Uji validitas dan reliabilitas pada instrument ini dilakukan
di tiap cabang desa Puskesmas Sambit, dengan jumlah sampel 30.
Hal ini dilakukan di sekitar wilayah puskesmas Sambit dengan alasan
masih memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur
itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui
apakah kuisioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa
39
yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara
skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total kuisioner
tersebut. Apabila kuisioner tersebut telah memiliki validitas konstruk,
berarti semua item (pertanyaan) yang ada dalam kuisioner itu
mengukur konsep yang kita ukur.
Uji validitas untuk instrument ini menggunakan pearson
product moment. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat
hasil perhitungan t hitung. Apabila t > t tabel maka pernyataan
tersebut valid, sedangkan t < t tabel maka pernyataan tersebut tidak
valid. Nilai t tabel untuk sampel 30 dengan derajat kemaknaan 5%
adalah 0,361. Jika nilai t hitung lebih dari 0,361 maka pernyataan
tersebut valid. Hasil validitas kuisioner dari 50 pernataan ada 38
pernyataan yang valid, yaitu pernyataan no 1, 2, 4, 6, 7, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 17, 18, 20, 22, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 45, 46, 47, 48, 49. Ada 12 pernyataan yang
tidak valid. Akhirnya 38 pernyataan yang valid itulah yang digunakan
dalam pengambilan data.
Uji reliabilitas instrument ini menggunakan bantuan
software computer dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Suatu instrument dikatakan reliable jika Alpha Cronbach > 0.60
(Hidayat, 2008). Uji reliabilitas pada instrument ways of coping ini
telah dilakukan, dan didapatkan nilai Alpha Cronbach 0.690. Hal ini
menunjukkan bahwa penyataan ini cukup reliabel.
40
F. Langkah-langkah pengumpulan data
1. Setelah proposal disetujui oleh penguji, peneliti meminta surat
permohonan izin dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Mengajukan surat permohonan izin tersebut kepada Kepala Puskesmas
Sambit
3. Peneliti menyeleksi calon responden yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya.
4. Setalah mendapatkan calon responden, peneliti menanyakan kepada
calon responden bersedia atau tidak menjadi responden
5. Calon responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
(informed consent) dan diminta untuk mengisi kuisioner dengan
memberikan waktu sekitar 20 menit.
6. Peneliti memberikan kesempatan bertanya jika dalam kuisioner
terdapat pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden
7. Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner dan memeriksa jika ada
lembar kuesioner yang tidak lengkap atau pertanyaan yang tidak diisi
seluruhnya oleh responden. Jika yang tidak lengkap maka responden
diminta untuk melengkapi.
8. Setelah data terkumpul dari semua responden, maka dilakukan analisa
dan pengolahan data.
G. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
41
Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut Hidayat (2007) etika penelitian
keperawatan sangat penting karena penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Informed consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan
kepada responden yang akan diteliti agar subjek mengerti maksud dan
tujuan dari penelitian. Jika calon responden bersedia diteliti, maka
mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut.
Tapi jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati
hak-hak responden.
2. Tanpa nama (anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama
responden
dan
hanya
menuliskan
kode
pada
lembar
pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada
pihak yang terkait dengan peneliti.
H. Pengolahan data
Darmin (2003) menjelaskan bahwa pengolahan data/ menejemen
data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus dilakukan agar data siap
untuk diuji statistik dan dilakukan analisis/ interpretasi. Adapun tahaptahap pengolahan data meliputi:
42
1. Editing
Yaitu meneliti kembali apakah isian dalam lembar observasi langsung
dan kuisioner sudah lengkap dan diisi, editing dilakukan di tempat
pengumpulan data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera
dikonfirmasikan pada responden yang bersangkutan.
2. Coding
Yaitu mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut macamnya.
Klasifikasi dilakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban
dengan kode berupa angka. Untuk pertanyaan positif diberi skor 3
untuk jawaban selalu, 2 untuk jawaban kadang-kadang, dan 1 untuk
jawaban tidak pernah. Sebaliknya untuk jawaban negatif diberi skor 1
untuk jawaban selalu, 2 untuk jawaban kadang-kadang, dan 3 untuk
jawaban tidak pernah.
3. Entry data
Yaitu proses memasukkan data ke dalam katagori tertentu untuk
dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan komputer
program SPSS.
4. Tabullating
Yaitu langkah memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabeltabel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
5. Cleaning
Yaitu mengecek kembali data yang sudah dientry apakah ada
kesalahan atau tidak, membuang data yang sudah diapkai. Pengolahan
data menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
43
I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat mempunyai tujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Bentuk
analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik
digunakan nilai mean, median, standar deviasi, nilai minimal dan
maksimal. Pada umumnya dalam analisa ini menghasilkan distribusi
frekuensi dan presentasi dari tiap variable. Analisa univariat pada
penelitian
ini
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
karakteristik
responden yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
mekanisme koping penderita diabetes mellitus.
J. Penyajian Data
Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk tabulasi yang kemudian
dijabarkan dalam bentuk tulisan.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Profil Puskesmas Sambit
Puskesmas Sambit merupakan puskesmas yang terletak di Jl. A.
R. Hakim No. 11, Tamansari, Kec. Sambit, Kab Ponorogo, Jawa
Timur No. Telepon : 0352-311084. Keadaan umum wilayah
kecamatan Sambit terdiri dari 16 desa yaitu : Gajah, Wringinanom,
Ngadikusoman,
Maguwan,
Nglewan,
Bedingin,
Bancangan,
Campurrejo, Campursari, Bulu, Sambit, Besuki, Wilangan, Bangsalan,
Kemuning, Jrakah.
Luas Wilayah kecamatan Sambit adalah 59,83 km2, dengan
jumlah penduduk sekitar 35.569 jiwa. Secara umum wilayah
puskesmas Sambit merupakan dataran rendah, dengan kondisi daerah
bervariasi antara persawahan dan pekarangan. Masyarakat Sambit
masih mengandalkan dari kehidupan agraris (bertani atau berladang).
B. Analisa Univariat
Analisa Univariat menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
responden yang meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat
pendidikan, gambaran mekanisme koping stress.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
44
45
Berdasarkan statistik responden didapatkan responden sebanyak
33 responden sesuai dengan sampel yang telah direncanakan, yang
terdiri dari usia pada masa dewasa akhir sampai manula.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
(n=33)
N
%
Usia
36 – 45
6
17,1
46 – 55
12
36,4
56 – 65
13
39,4
>65
2
6,1
Total
33
100
Hasil distribusi frekuensi penderita diabetes berdasarkan usia
didapatkan bahwa usia 36 – 45 tahun sebanyak 6 orang ( 17,1 %), usia
46 – 55 tahun sebanyak 16 orang ( 45,7 %), usia 56 – 65 tahun
sebanyak 13 orang (39,4%) dan usia >65 tahun sebanyak 2 orang
(6,1%)
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan statistic responden didapatkan responden sebanyak
33 orang laki-laki dan perempuan.
Usia
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
(n=33)
N
%
Laki-laki
14
42,4
Perempuan
19
57,5
Total
33
100
46
Hasil
distribusi
frekuensi
penderita
diabetes
mellitus
berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa laki-laki sebanyak 14
orang (42,4%) dan perempuan sebanyak 19 orang (57,5%)
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Berdasarkan
statistik
responden
didapatkan
responden
sebanyak 33 orang dengan status perkawinan sebagai berikut : kawin,
janda, dan duda.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Perkawinan
(n=33)
Status Perkawinan
N
%
Kawin
18
54,5
Janda
9
27,3
Duda
6
18,2
Total
33
100
Hasil
distribusi
frekuensi
penderita
diabetes
mellitus
berdasarkan status perkawinan yaitu : kawin sebanyak 18 orang
(54,5%), Janda sebanyak 9 orang (27,3%) dan duda sebanyak 6 orang
(18,2%).
4. Karakteristik Responden Bersdasarkan Tingkat Pendidikan.
Berdasarkan
statistik
responden
didapatkan
responden
sebanyak 33 orang dengan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, D3/S1.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
(n=33)
Tingkat Pendidikan
N
%
SD
4
12,1
47
SMP
15
45,5
SMA/SMK
8
24,2
D3/S1
6
18,2
Total
33
100
Hasil
distribusi
frekuensi
penderita
diabetes
mellitus
berdasarkan tingkat pendidikan yaitu responden dengan tingkat
pendidikan SD sebanyak 4 orang (12,1%), SMP sebanyak 15 orang
(45,5%), SMA/SMK sebanyak 8 orang (24,2%), dan dengan tingkat
penddikan D3/S1 sebanyak 6 orang (18,2%).
5. Distribusi frekuensi mekanisme koping penderita diabetes mellitus
Pada penelitian ini, gambaran mekanisme koping penderita
diabetes mellitus dihitung berdasarkan skor yang dijawab oleh
responden sebanyak 38 pertanyaan, kemuadian dikategorikan menjadi
baik dan buruk. Adapun kriterianya:
a.
Mekanisme koping baik jika memiliki skor ≥ mean
b.
Mekanisme koping buruk jika memiliki skor ≤ mean
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi gambaran mekanisme koping penderita
diabetes mellitus (n=33)
Gambaran mekanisme
koping penderita diabetes
mellitus
Baik
Buruk
Total
N
%
19
14
33
57,6
42,4
100
Skor
Max
Skor
Min
Mean
SD
93
56
82,33
8.60
Hasil analisis yang didapat penderita diabetes mellitus yang
memiliki mekanisme koping baik sebanyak 19 orang (57,6%),
48
sedangkan yang memiliki mekanisme koping buruk sebanyak 14
orang (42,4%). Penderita diabetes mellitus yang memiliki mekanisme
koping baik lebih banyak daripada penderita diabetes yang memiliki
mekanisme koping buruk.
6. Distribusi frekuensi mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang kontrol diri
Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang kontrol diri terdiri dari 5 pernyataan yaitu pernyataan no 4, 6,
18, 25, dan 38 yang dikategorikan menjadi baik dan buruk. Adapun
kriterianya:
a. Kontrol diri baik jika memiliki skor ≥ mean
b. Kontrol diri buruk jika memiliki skor ≤ mean
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi gambaran mekanisme koping penderita diabetes
mellitus tentang kontrol diri (n=33)
Gambaran mekanisme
koping penderita
diabetes mellitus
tentang kontrol diri
Baik
Buruk
Total
N
%
17
16
33
51,5
48,5
100
Skor
Max
Skor
Min
Mean
SD
13
5
10,42
1,92
Hasil analisis yang didapat bahwa penderita diabetes mellitus
yang memiliki kontrol diri baik sebanyak 17 orang (51,5%) dan yang
memiliki mekanisme kontrol diri buruk sebanyak 16 orang (48,5%).
7. Distribusi frekuensi mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang membuat jarak.
49
Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang membuat jarak terdiri dari 3 pernyataan yaitu pernyataan no 7,
23 dan 26 yang dikategorikan menjadi baik dan buruk. Adapun
kriterianya:
a. Membuat jarak baik jika memiliki skor ≥ mean
b. Membuat jarak buruk jika memiliki skor skor ≤ mean
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi gambaran mekanisme koping penderita
diabetes mellitus tentang membuat jarak (n=33)
Gambaran mekanisme
koping penderita
diabetes mellitus
tentang membuat jarak
Baik
Buruk
Total
N
%
16
17
33
48.5
51.5
100
Skor Skor
Mean
Max Min
8
3
6,24
SD
1,17
Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang melakukan mekanisme koping membuat jarak baik sebanyak 16
orang (48.5%) dan yang melakukan mekanisme koping membuat
jarak buruk sebanyak 17 orang (51.5%).
8. Distribusi frekuensi mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang penilaian kembali secara positif.
Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang penilaian kembali secara positif terdiri dari 6 pernyataan yaitu
pernyataan no 11, 13, 19, 20, 34 dan 37 yang dikategorikan menjadi
baik dan buruk. Adapun kriterianya:
a. Membuat penialaian kembali secara positif baik jika memiliki skor ≥
mean
50
b. Membuat penilaian kembali secara positif cukup jika memiliki skor
≤ mean
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi gambaran mekanisme koping penderita
diabetes mellitus tentang penialaian kembali secara positif (n=33)
Gambaran mekanisme
koping penderita
diabetes mellitus
tentang penialaian
kembali secara positif
Baik
Buruk
Total
N
%
21
12
33
63,6
36,4
100
Skor Skor
Mean
Max Min
17
7
12,94
SD
1,90
Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang melakukan mekanisme koping penialaian kembali secara positif
baik sebanyak 21 orang (63,6%) dan yang melakukan mekanisme
koping penilaian kembali secara positif buruk sebanyak 12 orang
(36,4%).
9. Distribusi frekuensi penderita diabetes mellitus tentang menerima
tanggung jawab
Gambarang mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang menerima tanggung jawab terdiri dari 1 pernyataan yaitu
pernyataan no 15 yang dikategorikan menjadi baik dan buruk. Adapun
kriterianya:
a. Menerima tanggung jawab baik jika memiliki skor ≥ mean
b. Menerima tanggung jawab cukup jika memiliki skor ≤ mean
51
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi gambaran mekanisme koping penderita
diabetes mellitus tentang menerima tanggung jawab (n=33)
Gambaran mekanisme
koping penderita
diabetes mellitus
tentang menerima
tanggung jawab
Baik
Buruk
Total
N
%
26
7
33
78,8
21,2
100
Skor Skor
Max Min
3
0
Mean
SD
1,94
0,93
Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang melakukan mekanisme koping menerima tanggung jawab baik
sebanyak 26 orang (78,8%) dan yang melakukan mekanisme koping
menerima tanggung jawab buruk sebanyak 7 orang (21,2%).
10. Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus tentang lari/
penghindaran
Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang lari/ penghindaran terdiri dari 8 pernyataan yaitu pernyataan no
5, 8, 17, 22, 29, 32, 35 dan 36 yang dikategorikan menjadi baik dan
buruk. Adapun kriterianya:
a. Menerima lari/ penghindaran baik jika memiliki skor ≥ mean
b. Menerima lari/ penghindaran buruk jika memiliki skor ≤ mean
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi gambaran mekanisme koping penderita
diabetes mellitus tentang lari/ penghindaran (n=33)
Gambaran mekanisme
koping penderita
diabetes mellitus tentang
lari/ penghindaran
N
%
Skor Skor
Mean
Max Min
SD
52
Baik
Buruk
21
12
Total
33
63.6
23
15
18,90
2.14
36.4
100
Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang melakukan mekanisme koping lari/ penghindaran baik sebanyak
21 orang (63.6%), yang melakukan mekanisme koping lari/
penghindaran buruk sebanyak 12 orang (36.4%).
11. Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus tentang
konfrontasi.
Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang konfrontasi terdiri dari 3 pernyataan yaitu pernyataan no 2, 9
dan 28 yang dikategorikan menjadi baik dan buruk. Adapun kriterianya
adalah:
a.
Konfrontasi baik jika memiliki skor ≥ mean
b.
Konfrontasi buruk jika memiliki skor ≤ mean
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi gambaran mekanisme koping penderita
diabetes mellitus tentang konfrontasi (n=33)
Gambaran mekanisme
koping penderita
diabetes mellitus
tentang konfrontasi
Baik
Buruk
Total
N
%
17
16
33
51.5
48.5
100
Skor Skor
Mean
Max Min
9
5
6,60
SD
1,11
Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang melakukan mekanisme koping konfrontasi baik sebanyak 17
53
orang (51.5%) dan yang melakukan konfrontasi buruk sebanyak 16
orang (48.5%).
12. Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus tentang
mencari dukungan sosial.
Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus
tentang mencari dukungan soasial terdiri dari 6 pernyataan yaitu
pernyataan no 3, 10, 12, 16, 24, dan 27 yang dikategorikan menjadi
baik dan buruk. Adapun kriterianya:
a.
Mencari dukungan sosial baik jika memiliki skor ≥ mean
b.
Mencari dukungan sosial cukup jika memiliki skor ≤ mean
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi gambaran mekanisme koping penderita
diabetes mellitus tentang mencari dukungan sosial (n=33)
Gambaran mekanisme
koping penderita
diabetes mellitus
tentang mencari
dukungan sosial
Baik
Buruk
Total
N
%
14
19
33
42,4
57,6
100
Skor Skor
Mean
Max Min
17
10
13,06
SD
1,59
Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang mencari dukungan sosial baik sebanyak 14 orang (42,4%), yang
mencari dukungan sosial buruk sebanyak 19 orang (57,6%). Pada
gambaran mekanisme koping tentang mencari dukungan sosial ini
penderita diabetes mellitus yang melakukan dengan baik lebih sedikit
daripada yang melakukan dengan buruk.
54
13. Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus tentang
mencari pemecahan masalah
Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus yang
mencari pemecahan masalah terdiri dari 6 pernyataan yaitu pernyataan
no 1, 14, 21, 30, 31 dan 33 yang dikategorikan menjadi baik dan buruk.
Adapun kriterianya adalah:
a.
Mencari pemecahan masalah baik jika memiliki skor ≥ mean
b.
Mencari pemecahan masalah cukup jika memiliki skor ≤ mean
Tabel 5.13
Distribusi Frekuensi gambaran mekanisme koping penderita
diabetes mellitus tentang mencari pemecahan masalah (n=33)
Gambaran mekanisme
koping penderita
diabetes mellitus
tentang mencari
pemecahan masalah
Baik
Buruk
Total
N
%
15
18
33
45,5
54,5
100
Skor Skor
Mean
Max Min
16
5
12,09
SD
2,33
Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang mancari pemecahan masalah baik sebanyak 15 orang (45,5%) dan
yang mencari pemecahan masalah buruk sebanyak 18 orang (54,5%).
Dalam hal ini penderita diabetes mellitus yang mencari pemecahan
masalah buruk lebih banyak daripada yang mencari pemecahan
masalah dengan baik.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat beberapa keterbatasan
yang dimiliki diantaranya :
1. Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan responden
menjawab pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak dimengerti
dengan maksud pertanyaan sehingga hasilnya kurang mewakili.
2. Adanya kemungkinan bias dalam pengisian jawaban dikarenakan
kemampuan daya ingat yang berbeda-beda.
B. Analisis Univariat
1. Gambaran usia responden
Hasil analisis menunjukan bahwa penderita diabetes mellitus yang
berada di wilayah kerja puskesmas Sambit paling banyak berada pada
rentang usia 56-65 tahun yaitu sebanyak 13 orang, 12 orang berada
pada rentang usia 46-55 tahun, 6 orang usia 36-45 tahun dan paling
sedikit berada pada usia > 65 tahun.
Hasil penelitian R. M Suryadi Tjekyan (2010) tentang “Angka
kejadian dan faktor resiko kejadian diabetes mellitus type 2 di 78 RT
kotamadya Palembang tahun 2010” didapatkan hasil bahwa penderita
terbanyak pada kelompok usia 45-49 tahun. Terbanyak kedua berada
pada usia 50-54 tahun, ketiga pada kelompok usia 55-59 tahun.
Rentang usia penderita diabetes mellitus pada penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian R. M Suryadi Tjekyan (2010). Namun
55
56
perbedaan gambaran rentang usia penderita DM ini tidak terlalu
signifikan. Jumlah penderita diabetes mellitus type 2 pada penelitian
ini terdapat pada usia 56-65 tahun dan terbanyak kedua pada usia 4556 tahun sedangkan pada penelitian R. M Suryadi Tjekyan (2010) usia
penderita DM type 2 terbanyak terdapat pada usia 45-49 tahun
sedangkan terbanyak kedua terdapat pada usia 50-54 tahun.
Usia/umur merupakan faktor resiko yang tidak dapat duibah,
dengan semakin bertambahnya umur kemampuan jaringan untuk
mengambil glukosa darah semakin menurun, paling banyak terdapat
pada orang yang berumur diatas 40 tahun (Budiyanto dalam Suraoka
2012).
2. Gambaran jenis kelamin responden
Hasil analisis menunjukan bahwa penderita diabetes mellitus type
2 yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang, sedangkan yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang.
Berdasarkan penelitian I Gusti Made Geria Jelantik dan Hj. Erna
Haryati tentang “hubungan faktor risiko umur, jenis kelamin,
kegemukan dan hipertensi dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di
wilayah kerja puskesmas mataram” diadapatkan hasil bahwa
perempuan memiliki resiko menderita penyakit diabetes mellitus type
2 daripada laki-laki. Dari hasil penelitian diketahui pada kelompok
kasus sebagian besar mempunyai jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 32 orang (64,0 %) dan laki-laki sebanyak 18 oarang (36,0
%), sedangkan pada kelompok kontrol juga sebagian besar terdapat
57
pada jenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang (56,0 %) dan pada
jenis kelamin laki– laki terdapat sebanyak 22 orang .
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa penderita diabetes
mellitus type 2 berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada
laki-laki. Hal ini disebabkan karena secara fisik wanita memiliki
peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar dari pada
laki-laki. Selain itu Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrom),
pasca-menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi
mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita
berisiko menderita diabetes tipe 2 (Irawan, 2010 dalam Trisnawati,
2013).
3. Gambaran tingkat pendidikan responden
Hasil analisis menunjukan bahwa penderita diabetes mellitus
dengan status kawin sebanyak 18 orang, dengan status janda sebanyak
9 orang dan status duda sebanyak 6 orang.
Hasil penelitian Laurentia Mihardja (2009), mengenai “ Faktor
yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada penderita
diabetes mellitus di perkotaan Indonesia” menunjukkan bahwa
penderita dabetes mellitus type 2 yang memliki status kawin lebih
banyak daripada yang tidak kawin, cerai hidup, cerai mati dan status
tidak jelas.
Hal ini sesuai dengan penelitian ini bahwa penderita diabetes
mellitus type 2 yang memiliki pasangan lebih banyak daripada janda
maupun duda. Seseorang yang sudah menikah, sering mengalami
58
berbagai permasalahan yang memicu terjadinya stress. Berdasarkan
penelitian Septian Adi Nugroho (2010) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas sukoharjo I kabupaten
sukoharjo.
4.
Gambaran tingkat pendidikan responden
Hasil analisis menunjukan bahwa penderita diabetes mellitus type
2 yang berpendidikan SMP paling banyak yaitu 45,5%, pendidikan
SMA sebanyak 24,2%, kemudian terbanyak ketiga berpendidikan
D3/S1 sebanyak 18,2 % dan yang paling sedikit berpendidikan SD
sebanyak 12,1%.
Hasil penelitian R. M Suryadi Tjekyan (2010) tentang “Angka
kejadian dan faktor resiko kejadian diabetes mellitus type 2 di 78 RT
kotamadya Palembang tahun 2010” menunjukkan bahwa penderita
diabetes
mellitus
type
2
dengan
tingkat
pendidikan
SMU
palingbanyak, kemudian terbanyak kedua dengan tingkat pendidkan
S1.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian ini bahwa penderita diabetes
mellitus dengan tingkat pendidikan SMP memiliki jumlah paling
banyak kemudian dengan tingkat pendidikan SMU. Hal ini juga tidak
sesuai dengan apa ang dikatakan oleh Siswanto (2007) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka toleransi
dan pengontrolan terhadap stressor lebih baik.
59
5. Gambaran mekanisme koping resonden
Hasil analisis uji statistik menunjukan bahwa penderita diabetes
mellitus yang memiliki mekanisme koping baik sebanyak 19 orang
sedangkan yang memiliki mekanisme koping buruk sebanyak 14
orang.
Dalam penelitian Devi Hijratur Rohmah, Abu Bakar dan Erna Dwi
Wahyuni (2012) tentang” Mekanisme Koping pada Penderita Diabetes
Mellitus di poli penyakit dalam RSUD DR Soegiri lamongan”
menyatakan bahwa penderita diabetes mellitus memiliki mekanisme
koping yang bagus dimana Emotional focused coping yang dilakukan
antara lain control diri, menerima tanggung jawab, dan mengambil
makna positif, sedangkan problem focused coping yang dilakukan
partisipan antara lain dukungan sosial dan pemecahan masalah.
Hal ini sesuai dengan penelitian ini bahwa dari 33 responden ada
19 orang yang memiliki mekanisme koping baik dan 14 orang
memiliki mekanisme koping buruk, hal ini berarti penderita diabetes
mellitus yang memiliki mekanisme koping baik lebih banyak daripada
yang memiliki mekanisme koping buruk. Dimana mekanisme koping
yang dialakukan dengan baik antara lain control diri, membuat jarak,
penilaian kembali
secara
positif, menerima
tanggung jawab,
konfrontasi dan merencanakan pemecahan masalah. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah penderita yang melakukannya dengan baik lebih
banyak daripada yang melakukannya dengan buruk. Sedangkan lari/
60
penghindaran dan mencari dukungan sosial lebih banyak yang
melakukannya dengan buruk daripada yang melakukanya dengan baik.
6.
Gambaran mekanisme koping reponden tentang kontrol diri.
Kontrol diri merupakan usaha individu untuk menguasai diri
dengan mengontrol tindakan sampai ada kesempatan. Individu akan
cenderung mengontrol perilaku untuk mengubah kondisi atau situasi
yang tidak mennyenangkan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang memiliki kontrol diri baik sebanyak 17 orang sedangkan yang
memiliki kontrol diri buruk sebanyak 16 orang. Tidak terdapat selisih
yang terlalu banyak antara yang melakukan kontrol diri baik dan
buruk.
Menurut penelitian yang dilakukan Rose et all., dalam Kusuma
Dewi (2011) dimana motivasi dan keinginan untuk berpartisipasi
dalam terapi merupakan fondasi penting dalam melakukan managemen
diri yang baik dan menghasilkan kadar gula darah yang optimal karena
kualitas hidup para individu dengan diabetes dipengaruhi oleh
pengaturan kadar gula darah. Seorang penderita diabetes mellitus type
2 yang memiliki kontrol diri yang baik dalam berbagai pengaturan
diet, pengobatan maupun dalam hal aktivitas akan lebih terkontrol
kadar gula darah.
7.
Gambaran mekanisme koping responden tentang membuat jarak
Membuat jarak adalah usaha individu untuk menghindari atau
menyingkirkan masalah dengan melakukan aktivitas yang lain.
61
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang melakukan membuat jarak baik sebanyak 26 orang sedangkan
yang melakukan membuat jarak buruk sebanyak 7 orang.
Berdasarkan penelitian Destriana Nurcahyani (2007) menunjukkan
bahwa Individu yang mencari kesibukan lain dapat mengurangi pikiran
yang kacau sehingga terhindar dari rasa kecewa terhadap diri sendiri.
Dengan demikian gula darah akan lebih dapat terkontrol.
8.
Gambaran mekanisme koping responden tentang penilaian kembali
secara positif.
Penialaian kembali secara positif merupakan Usaha mencari makna
positif dari permasalahan dengan berfokus pada pengembangan diri,
biasanya bersipat religius.
Pada saat mengalami stres, individu akan mencari dukungan dari
keyakinan agamanya, dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat
menerima keadaan sakit yang dialami penderita khususnya jika
penyakit tersebut membutuhkan proses penyembuhan yang lama
dengan hasil yang belum pasti.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang melakukan penilaian kembali secara positif dengan baik
sebanyak 21 orang sedangkan yang melakukan penialian kembali
secara positif dengan buruk sebanyak 7 orang.
Menurut Mcsherry (2006) bahwa kebutuhan religius merupakan
syarat yang utama dalam diri individu, jika seorang individu mampu
62
mengidentifikasi dan memenuhi persyaratan, maka dapat bermakna
dalam kehidupan serta harapan dalam hidup juga tidak terancam.
9.
Gambaran mekanisme koping tentang menerima tanggung jawab
Menerima tanggung jawab adalah Usaha untuk menyadari
tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya dan
mencoba menerimanya untuk menjadi lebih baik
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang menerima tanggung jawab dengan baik sebanyak 26 orang
sedangkan yang menerima tanggung jawab dengan buruk sebanyak 7
orang.
Koping penderita diabetes dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah penerimaan penderita terhadap penyakitnya,
pengalaman keluarga terhadap perawatan anggota dengan penyakit
diabetes, dan persepsi penderita terhadap penatalaksanaan penyakitnya
(Malacara, et al., 2011). Hal ini termasuk dalam perilaku tanggung
jawab penderita terhadap penyakitnya. Dalam hal ini diantara
tanggungjawab ang dilakukan penderita adalah menadari bahwa
dirinyalah yang menyebabkan terjadinya penyakit yang diderita.
10. Gambaran mekanisme koping tentang lari/ penghindaran
Lari / penghindaran merupakan usaha untuk mengatasi situasi
menekan dengan lari dari situasi tersebut dan menghindarinya dengan
beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok dan obat-obatan.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang melakukan penghindaran dengan baik sebanyak 15 orang
63
sedangkan yang melakukan penghindaran dengan buruk sebanyak 7
orang.
Hal ini hamper sama dengan mekanisme koping membuat jarak,
dimana seseorang yang mengalihkan perhatian dengan makan, minum,
merokok mungkin dapat mengurangi pikiran kacau dan rasa kecewa
terhadap diri sendiri (Destriana Nurcahyani, 2007).
11. Gambaran mekanisme koping tentang konfrontasi
Konfrontasi adalah menggambarkan usaha-usaha untuk mengubah
keadaan atau masalah secara agresif.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang melakukan konfrontasi dengan baik sebanyak 23 orang
sedangkan yang melakukan konfrontasi dengan buruk sebanyak 10
orang.
Berdasarkan penelitian Herwina (2000) tentang mekanisme koping
yang digunakan pasien luka diabetes mellitus di rumah sakit sadikin
bandung pada tahun 2000 menunjukkan bahwa pasien yang
menggunakan koping yang berpusat pada masalah sebanyak 26,83%
yaitu konfrontasi dan perencanaan pemecahan masalah sedangkan
yang berpusat pada emosi 19,51%.
Hal ini sesuai dengan penelitian ini bahwa penderita diabetes
mellitus
yang
melakukan
konfrontasi/
menggunakan
koping
konfrontasi dengan baik lebih banyak daripada yang menggunakan
konfrontasi buruk.
64
12. Gambaran mekanisme koping tentang mencari dukungan sosial
Mencari
dukungan
social
adalah
Usaha
untuk
mendapat
kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang mencari dukungan sosial dengan baik sebanyak 14 orang
sedangkan yang mencari dukungan sosial dengan buruk sebanyak 19
orang.
Kemampuan sosial dan dukungan sosial merupakan bagian dari
koping berorientasi pada situasi yang merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dimasyarakat yang meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan
informasi dan emosional yang diberikan kepada individu dari
dukungan orang tua, keluarga, teman dan lingkungan masyarakat
sekitarnya(Lazarus, dan Folman, 1984)
13. Gambaran mekanisme koping tentang mencari pemecahan masalah
Mencari pemecahan masalah adalah usaha untuk mengubah
keadaan yang dianggap menekan dengan cara hati-hati, bertahap dan
analitis.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus
yang mencari pemecahan masalah dengan baik sebanyak 15 orang
sedangkan yang mencari pemecahan masalah dengan buruk sebanyak
18 orang.
Pada individu yang optimis, akan lebih berfokus pada pemecahan
masalah dalam menghadapi stres, berfokus pada strategi koping yang
65
adaptif, invidivu tidak menyalahkan diri sendiri, tidak lari dari masalah
dan tidak berfokus pada hal-hal yang negatif (Wrosch & Scheier,
2003)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran penderita diabetes mellitus type 2 di wilayah kerja
Puskesmas Sambit berada pada rentang usia 46-65 tahun
2. Gambaran penderita diabetes mellitus type 2 di wilayah kerja
Puskesmas Sambit lebih banyak perempuan daripada laki-laki
3. Gambaran penderita diabetes mellitus type 2 di wilayah kerja
Puskesmas Sambit yang berstatus kawin lebih banyak daripada yang
berstatus janda/duda
4. Gambaran penderita diabetes mellitus type 2 di wilayah kerja
Puskesmas Sambit yang berpendidikan rendah lebih banyak daripada
yang berpendidikan tinggi
5. Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus type 2 di
wilayah kerja Puskesmas Sambit lebih banyak yang memiliki
mekanisme koping baik daripada yang memiliki mekanisme koping
buruk.
6. Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus type2 di
wilayah kerja Puskesmas Sambit yang dilakukan dengan baik
diantaranya adalah kontrol diri, membuat jarak, penilaian kembali
66
67
secara positif, menerima tanggung jawab,
lari/ penghindaran,
konfrontasi
7. Gambaran mekanisme koping penderita diabetes mellitus type2 di
wilayah kerja Puskesmas Sambityang dilakukan dengan buruk
diantaranya menerima dukungan sosial dan menerima pemecahan
masalah.
B Saran
1. Bagi Peskesmas Sambit
a. Meningkatkan kegiatan konseling yang diberikan kepada penderita
diabetes mellitus type 2 maupun keluarga mengenai pentingnya
mekanisme koping stress bagi penderita diabetes mellitus.
b. Meningkatkan peran petugas kesehatan dalam melatih mekanisme
koping yang adaptif bagi penderita diabetes mellitus type 2
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan penderita
c. Meningkatkan peran
petugas kesehatan dalam memotivasi
pelaksanaan mekanisme koping adaptif bagi penderita diabetes
mellitus.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa gambaran mekanisme
koping yang dilakukan penderita diabetes mellitus dengan baik
diantaranya kontrol diri, membuat jarak, penilaian kembali secara
positif, menerima tanggung jawab, konfrontasi sedangkan yang
dilakukan dengan buruk lari/ penghindaran, menerima dukungan
sosial, dan menerima pemecahan masalah. Penelitian ini merupakan
68
penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur kuisioner. Bagi
peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara kualitatif
sehingga dapat diketahui gambaran mekanisme koping stress pada
pasien DM secara mendalam.
3. Bagi Instansi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan
a. Menambah bahan literatur mengenai manfaat dari pelaksanaan
pemberian konseling tentang mekanisme koping bagi penderita
diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak menular: Solusi Pencegahan
dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: elex media komputindo
Asmadi. 2008. Teknik Proseddural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
kebutusan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
brooker, Chris. 2009. ensiklopedia keperawatan. Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume
3.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC
Budiarto, eko. 2004. Metodologi penelitian kedokteran : sebuah pengantar. Jakarta
: EGC
Carpenito, linda jual. 2009. Diagnosis keperawatan: aplikasi pada praktik klinis.
Jakarta : EGC
Corwin, J Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed 3. Jakarta: EGC
Destriana Nurcahyani dan Hj. Ratna Syifa’a Rachmahanan Hubungan Afek Positif
Dengan Kontrol Diri Dalam Menjalankan Diet Pada Penderita Diabetes
Meillitus Tipe II. Naskah publikasi. Universitas islam Indonesia.
Yogyakarta. 2007
Elfiky, ibrahim. 2010. Terapi Komunikasi Efektif dengan metode NeuroLinguistik Programming. Jakarta : penerbit hikmah
Gunarsa, singgih D. 2007. Konseling dan psikoterapi. Jakarta : gunung mulia
Hartini, sri. 2009. Diabetes? Siapa takut!! Panduan lengkap untuk diabetisi,
keluarganya, dan profesional medis. Mizan pustaka: Bandung
Hincliff, sue. 1997. Kamus Keperawatan. Edisi 17. Alih bahasa dr. Andry
Hartono. Jakarta : EGC
Hodge, Samuel. 2009. Coping Style, Well-Being and Self Care Behaviors Among
Africam American With Type 2 Diabetes. Author manuscript. Texas
Litbang Depkes RI (2008). Riskesdas 2007. Diakses pada tanggal 5 mei 2013
tersedia dari URL : www.litbang.depkes.go.id
Mihardja,
Laurentia.
2009.
Faktor-faktor
yang
Berhubungan
dengan
Pengendalian Gula Darah pada penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan
di
Indonesia.
Artikel
Penelitian.
Jakarta:
Badan
Penelitian
dan
pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Mustamir. 2007.. Rahasia energi ibadah untuk penyembuhan Yogyakarta :
Penerbit lingkaran
Muttaqin, arif. Proses dan dokumentasi keperawatan : konsep dan praktik. Jakarta
: salemba medika
Nasir, abdul dan abdul muhith. 2010. Dasar –Dasar Keperawatan Jiwa :
Pengantar dan Teori. Jakarta : salemba medika
Nugroho agung dkk. Hubungan dukungan keluarga terhadap koping diabetes di
puskesmas kedungwuni II kabupaten pekalongan. 2013. Diakses 10 mei
2014
Nugroho, Septian Adi (2010) Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo.
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan:
pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : salemba medika
Nursalan & ninuk dian kurniawati.2007. Asuhan keperawatan pada pasien
terinveksi HIV/AIDS. Jakarta: salemba medika..
Ostell, A. Coping Problem Solving and Stress: A Form Work Intervention
Strategic. British Journal of Medical Psichology, 64, 1991hal 11-24
Price S.A Wilson L.M. 2006. Patofisiologi Klinis dan Proses-Proses Penyakit.
EGC. Jakarta
Qurratuaeni. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya
Kadar Gula Darah pada Pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum
Pusat (rspp) Fatmawati Jakarta. Skripsi. Jakarta : Program Studi Ilmu
Keperawatan
Rohmah, Dewi hijatur Dkk. 2011. Gambaran Mekanisme Koping pada Penderita
Diabetes Mellitus tipe 2 di RS dr Soegiri Lamongan. Artikel Penelitian.
Surabaya: Universitas Airlangga
Saam Z, Wahyuni S. 2012. Psikologi keperawatan. PT raja grafindo persada.
Jakarta
Sarwono, jonathan. 2010. Pintar menulis karangan ilmiah : kunci sukses dalam
menulis ilmiah. Yogyakarta : andi offset
Slamet, S & markam, S. 2003. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta : universitas
Indonesia
Soebroto, Ihsan. 2009. Hidup bahagia dengan diabetes mellitus. Diglosia printika.
Jogjakarta
Supratiknya. 2010. Tinjauan psikologis komunikasi antar pribadi. Yogyakarta:
penerbit kanisius
surbakti, EB. 2010. Gangguan kebahagiaan anda dan solusinya. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Suwitra, K. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi IV.Jakarta: Pusat
Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Suwitra, K. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi IV.Jakarta: Pusat
Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Tobing, ade dkk. 2008. Care Your Self: diabetes mellitus. Jakarta
DESCRIPTIVES VARIABLES=Umur
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN.
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Umur
33
Valid N (listwise)
33
35
Mean
Statistic
78
Std. Deviation
Std. Error
55.97
1.765
Statistic
10.141
DESCRIPTIVES VARIABLES=Mekanisme Koping
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN.
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Mekanisme Koping
33
Valid N (listwise)
33
56
Mean
Statistic
93
Std. Deviation
Std. Error
82.33
1.498
Statistic
8.605
DESCRIPTIVES VARIABLES=Kontrol Diri
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN.
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Kontrol Diri
33
Valid N (listwise)
33
5
13
Mean
Statistic
10.42
Std. Deviation
Std. Error
.334
Statistic
1.921
DESCRIPTIVES VARIABLES=Membuat Jarak
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN.
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Membuat Jarak
33
Valid N (listwise)
33
4
Mean
Statistic
9
Std. Deviation
Std. Error
6.30
.215
Statistic
1.237
DESCRIPTIVES VARIABLES=Penilaian Kembali Secara Positif
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Penilaian Kembali
33
Secara Positif
Valid N (listwise)
7
Mean
Statistic
17
Std. Deviation
Std. Error
12.94
.331
Statistic
1.903
33
DESCRIPTIVES VARIABLES=Menerima Tanggung Jawab
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN
Descriptive Statistics
Menerima
Tanggung Jawab
Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
33
0
Mean
Statistic
3
1.94
33
DESCRIPTIVES VARIABLES=Lari/Penghindaran
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN
Std. Deviation
Std. Error
.162
Statistic
.933
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Lari/ Penghindaran
33
Valid N (listwise)
33
12
Mean
Statistic
23
Std. Deviation
Std. Error
18.09
.508
Statistic
2.919
DESCRIPTIVES VARIABLES=Konfrontasi
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Konfrontasi
33
Valid N (listwise)
33
5
Mean
Statistic
9
Std. Deviation
Std. Error
6.94
.194
Statistic
1.116
DESCRIPTIVES VARIABLES=Mencari Dukungan Sosial
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN
Descriptive Statistics
Mencari Dukungan
Sosial
Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
33
33
10
17
Mean
Statistic
13.61
Std. Deviation
Std. Error
.278
Statistic
1.600
DESCRIPTIVES VARIABLES=Merencanakan Pemecahan Masalah
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX SEMEAN
Descriptive Statistics
Merencanakan
pemecaan Masalah
Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
33
33
5
16
Mean
Statistic
12.09
Std. Deviation
Std. Error
.407
Statistic
2.337
Download