BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Negara Malaysia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Negara Malaysia dan Indonesia merupakan dua Negara tetangga yang
berada dalam satu rumpun yakni rumpun melayu. Hal ini menyebabkan kedua
Negara ini memiliki jenis kebudayaan yang hampir sama. Mereka memiliki
jenis produk seni budaya yang tidak jauh berbeda. Salah satunya adalah tari
Japin Melayu.
Walaupun begitu Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai
jenis suku bangsa yang memunculkan berbagai seni budaya yang berbedabeda. Adanya perbedaan asal suku bangsa di Indonesia dari Sabang sampai
Merauke, hal ini membuat bentuk budaya yang ada di Indonesia di setiap
wilayah di Indonesia cukup berbeda. Perbedaan itu dapat dilihat dari ragam
bentuk pakaian daerah Sumatera dan Kalimantan yang banyak menggunakan
variasi baju kurung, sedangkan daerah Jawa menggunakan kebaya, dan di
Sulawesi menggunakan baju bodo.
Hal ini memungkinkan Indonesia memiliki berbagai ragam seni
budaya daerah yang dapat digunakan sebagai icon atau simbol untuk
mengenalkan objek pariwisata
Indonesia ke dunia Internasional. Dengan
adanya program pemerintah “Visit Indonesia Year” pada tahun 2008 untuk
mempromosikan objek pariwisata Indonesia ke dunia Internasional, maka seni
budaya yang digunakan sebagai gambaran pariwisata
Indonesia. Dengan
adanya peristiwa yang terjadi di Indonesia di mulai dengan isu keamanan,
daerah-daerah yang dilanda bencana alam serta keterpurukan ekonomi dunia
yang membawa imbas pada negara kita, tentunya membawa dampak bagi
penurunan kunjungan wisatawan, baik domestik ataupun asing. Oleh karena
itu saat ini pemerintah sedang menghidupkan kembali industri pariwisata
Indonesia
Namun sejak awal tahun 2000, Indonesia dikejutkan dengan adanya
berita bahwa Malaysia memperkenalkan batik sebagai barang buatan asli
Malaysia ke Mancanegara.1 Tidak hanya batik, begitu pula naskah kuno dari
Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara, rendang,
lagu Rasa Sayange, tari Reog, lagu Soleram, lagu Injit-injit Semut, Gamelan,
tari Kuda Lumping, lagu Kakak Tua, tari Piring, lagu Anak Kambing Saya,
motif batik perang, badik tumbuk lada, musik Indang Sungai Ganinggiang,
kain ulos, alat musik angklung, lagu Jali-jali dan baru-baru ini Malaysia
mengklaim tari Pendet sebagai salah satu budaya yang berasal dari Malaysia
dalam iklan “Visit Malaysia Year 2009”.2 Hal ini tidak dapat dibenarkan
karena sudah sangat jelas bahwa budaya tersebut adalah milik bangsa
Indonesia.
Hal ini sangat menarik perhatian penulis untuk menganalisis faktorfaktor bagaimana bangsa Indonesia menanggulangi pengambilalihan budaya
yang dilakukan oleh Malaysia. Dalam hal ini penulis menilai bahwa
pemerintahan Indonesia masih kurang memberi perhatian dalam usaha
1
2
http://www.metrotvnews.com/berita.asp?id=49821 (diakses tanggal 28 Agustus 2009).
http://www.lintasberita.com/...Budaya/Ini-Dia-Daftar-Klaim-Negara-Lain-Atas-BudayaIndonesia
(diakses tanggal 28 Agustus 2008)
menjaga dan melestarikan budayanya sendiri sehingga dapat di klaim oleh
Malaysia, yang merupakan Negara tetangganya.
Tulisan yang mengangkat judul “Sikap Pemerintah Indonesia Dalam
Mengatasi Klaim Budaya oleh Malaysia (Studi Kasus Tari Pendet Bali)”
ini merupakan sumbangan penulis untuk menambah wawasan kita mengenai
klaim budaya Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia. Di samping itu, hal ini
juga dikarenakan sepanjang pengetahuan penulis bahwa belum ada penulis
lain yang mengangkat permasalahan tersebut sebagai tugas akhir dalam
menempuh gelar Sarjana Ilmu Politik.
B. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan terdiri atas pulaupulau, ada begitu banyak suku serta adat istiadat di Indonesia. Latar belakang
ini melahirkan keragaman seni budaya yang luar biasa, mugkin ada ribuan,
atau bahkan jutaan artefak seni dan budaya yang tersimpan di bumi pertiwi,
mulai dari tarian, ornamen, motif kain, alat musik, cerita rakyat, musik dan
lagu, makanan dan minuman, seni pertunjukan, produk arsitektur, dan lain
sebagainya. Ini merupakan sebuah kekayaan luar biasa yang telah diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa ke negara Indonesia.
Saat ini, kita hidup di era globalisasi yang sarat atas persaingan yang
tinggi. Di babak ini, inovasi menjadi “bahan bakar” pertumbuhan ekonomi.
Tingginya tingkat persaingan mengakibatkan ekonomi global harus terus
bergerak mencari inovasi-inovasi baru. Intensitas kompetisi ini membuat
terjadinya pergeseran dari “inovasi berbasis teknologi” menjadi “inovasi
berbasis kreativitas”. Artefak-artefak tradisional, yang pada awalnya dianggap
tidak bernilai ekonomi tinggi, menjadi sangat berharga. Hal inilah yang
melatarbelakangi pencurian, pematenan dan klaim Negara atau oknum warga
negara lain terhadap artefak budaya Indonesia. Beberapa artefak budaya
Indonesia kemungkinan telah dicuri, dipatenkan atau diklaim oleh negara lain,
misalnya naskah kuno di Riau, naskah kuno di Sumatera Barat, naskah kuno
di Sulawesi Selatan, Batik Jawa, Tari Piring, Tari Reog Ponorogo dan Tari
Pendet yang baru-baru ini tak luput dari klaim Malaysia. Dapat dilihat di
lampiran 1
Malaysia menggunakan alasan bahwa lagu Rasa Sayange telah dibuat
pada tahun 1907 oleh orang Malaysia. Begitu pula dengan Reog Ponorogo
dikatakan bahwa mirip dengan budaya Barongan di Malaysia. Pada
tahun
2009, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Datuk Abdul Aziz, mengatakan
bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa Malaysia yaitu bahasa Melayu dan
semua khasanah budaya ini sudah ada di Malaysia sejak ratusan tahun lalu.
Menurut Budayawan, Radhar Panca Dahana dalam Republika online
pada tanggal 19 Agustus 2009, mengatakan pengklaiman budaya Indonesia
oleh Malaysia merupakan sebuah cermin atau refleksi karena Indonesia juga
suka mengambil budaya lain untuk promosi dan sebagai masyarakat Indonesia
kita tidak pernah memperhatikan budaya Indonesia itu sendiri. Sedangkan
Malaysia membutuhkan eksistensi kebudayaan, karena kebudayaan adalah
senjata terbaik untuk diplomasi internasional.3
Hal ini menyebabkan rusaknya hubungan baik kedua negara, dengan
adanya klaim atas tari pendet yang berasal dari Bali, membuat masyarakat
Indonesia berang karena tari pendet merupakan icon paling dikenal di dunia
internasional.
Tari Pendet atau tari selamat datang merupakan salah satu tarian yang
paling tua di antara tari-tarian sejenis yang ada di Pulau Dewata. Berdasarkan
beberapa catatan, para ahli seni pertunjukan Bali sepakat untuk menyebutkan
tahun 1950 sebagai tahun kelahiran tari Pendet. Sejak diciptakannya tarian itu
selalu dijadikan acara pembuka bagi sajian tari Bali lainnya, baik untuk
suguhan para tamu-tamu penting yang datang ke Bali maupun yang
ditampilkan ke mancanegara.
Tari Pendet adalah tarian kelompok yang biasanya ditarikan oleh
sekelompok remaja putri di mana setiap orang penari membawa sebuah
mangkok perak (bokor) yang berisikan bunga berwarna-warni. Pada akhir
tariannya, mereka para penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa ke
arah penonton, sebagai wujud ungkapan dan ucapan selamat datang.
Mengenai penggagas dari tarian tersebut adalah dua orang seniman
kelahiran Desa Sumertha, Denpasar, yakni I Wayan Rindi dan Ni Ketut
Reneng4. Kedua seniman ini menciptakan tari Pendet penyambutan dengan
empat orang penari untuk disajikan sebagai bagian dari pertunjukan turistik di
sejumlah hotel yang ada di Denpasar. Selanjutnya, pada tahun 1961, I Wayan
3
http: //www.republikaonline.com/berita/Malaysia_klaim_tari_pendet_bali.(diakses on 21-10-09)
4
http: //www.republikaonline.com/berita/tari_pendet_,_bali. (diakses tanggal 23 Agustus 2009).
Beratha mengolah kembali tari Pendet tersebut menjadi polanya seperti
sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya menjadi lima orang.
Tahun 1962, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menciptakan tari
Pendet massal, dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang, untuk
ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta.
Saat ini kita sebagai warga masyarakat sangat mengharapkan
Pemerintah Indonesia dapat ikut berperan aktif dalam usaha untuk
mempertahankan serta melestarikan tari pendet sebagai bentuk kesenian
turun-temurun dari nenek moyang masyarakat Bali, agar tidak diklaim
menjadi milik Malaysia.
C. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka disusun suatu
rumusan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana Strategi Departemen
Budaya dan Pariwisata Indonesia mengatasi klaim budaya yang dilakukan
oleh Malaysia dalam hal ini mengambil kasus tari Pendet dari Bali?”
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjawab rumusan masalah dengan teori yang relevan dan
membuktikan dugaan dengan data dan fakta serta mengetahui cara-cara
yang digunakan pemerintah Indonesia untuk menanggulangi pengklaiman
budaya yang dilakukan oleh Malaysia.
2. Untuk menambah wawasan mengenai pengklaiman budaya terutama klaim
yang dilakukan Malaysia terhadap budaya Indonesia khususnya tari
Pendet.
3. Untuk melengkapi tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana S1
pada jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
E. Kerangka Dasar Pemikiran
Untuk menganalisa suatu permasalahan dalam ilmu hubungan
internasional membutuhkan teori, yang merupakan penjelasan paling
umum mengapa sesuatu itu terjadi dan kapan peristiwa tersebut akan
terjadi lagi. Dengan kata lain, teori dapat dipergunakan sebagai alat
eksplanasi dan alat prediksi. Atau lebih jelasnya dipaparkan bahwa teori
5
berfungsi untuk memahami, memberikan kerangka hipotesis secara logis,
disamping menjelaskan maksud terhadap berbagai fenomena-fenomena
yang ada. Tanpa menggunakan teori, maka fenomena-fenomena serta datadata yang ada akan sulit dimengerti. Dan disisi lain teori juga dapat berupa
sebuah bentuk pernyataan yang menghubungkan beberapa konsep secara
logis dan sistematis.6
5
Mas’oed Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi Dictionary, P3ES,
Jakarta, 1990, hal.217
6
Plano, Jack. C and Roy Olton. The International Relation Dictionary, Sanata Barbara, California
Press, 1992, hal.7.
Teori yang saya pakai untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan
yang ada pada rumusan masalah yaitu teori kepentingan nasional dan
menggunakan konsep diplomasi.
1. Teori Kepentingan Nasional
Dalam teori ini menjelasakan bahwa untuk kelangsungan hidup suatu
negara maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya dengan kata lain
yaitu mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan tercapainya kepentingan
nasional maka negara akan berjalan dengan stabil, baik dari segi politik,
ekonomi, sosial, maupun pertahanan keamanan dengan kata lain jika
kepentingan nasionalnya terpenuhi maka negara akan tetap bertahan.
Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor paling
menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan
politik luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsep yang sangat
umum, tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan sangat vital bagi
negara. Unsur tersebut menyangkut kelangsungan hidup bangsa dan negara,
kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan bangsa dan negara, kemerdekaan,
keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi. Karena tidak ada kepentingan
secara tunggal mendominasi fungsi pembuatan keputusan pemerintah, maka
konsep ini lebih menjadi akurat jika dianggap sebagai national interest.
Manakala sebuah negara mendasarkan politik luar negeri sepenuhnya pada
kepentingan nasional secara kukuh dengan sedikit atau tidak menghiraukan
prinsip-prinsip moral universal, maka negara tersebut dapat dikatakan sebagai
negara yang menjalankan kebijakan realistik, berlawanan dengan kebijakan
idealis yang memperlihatkan prinsip moral internasional.7
Berdasarkan teori di atas, upaya pemerintah Indonesia dalam
menanggulangi klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia adalah dengan
menggunakan Teori Kepentingan Nasional dan konsep diplomasi.
Dalam Teori Kepentingan Nasional, demi kelangsungan hidup suatu
negara, maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya dengan kata lain
yaitu mencapai kepentingan nasionalnya. Departemen Budaya dan Pariwisata
harus menunjukkan sikap untuk dapat mempertahankan tari pendet tersebut
agar tetap menjadi milik Indonesia, dalam hal ini tidak hanya membutuhkan
usaha keras dari pemerintah dalam menjaga dan mempertahankan tari pendet,
namun juga dibutuhkan peran serta para budayawan serta mayarakat umum,
untuk membuat promosi berupa event-event khusus untuk memperkenalkan
tari pendet agar dapat dikenal di dunia internasional dan membuang sikap
acuh tak acuh terhadap usaha pelestarian budaya agar, budaya Indonesia tidak
diklaim oleh Negara lain.
Kepentingan nasional pada masalah ini adalah mempertahankan tari
pendet untuk tetap menjadi milik Indonesia dan tidak diklaim sebagai milik
Malaysia. Para pembuat kebijakan dalam hal ini Departemen Budaya dan
Pariwisata dapat menggunakan berbagai cara untuk mencapai kepentingan
nasional tersebut. Beberapa cara dapat ditempuh dengan membuat hak paten
dan hak cipta atas semua budaya yang dimiliki oleh Indonesia dari Sabang
7
Ibid.
sampai Merauke serta mengajak masyarakat secara aktif untuk ikut
melestarikan dan menjaga asset seni dan budaya bangsa Indonesia agar tidak
diklaim oleh pihak asing.
2. Konsep Diplomasi
Diplomasi merupakan praktek pelaksanaan hubungan antar negara
melalui perwakilan resmi . Diplomasi dapat mencakup seluruh proses
hubungan luar negeri, pembentukan kebijaksanaan luar negeri, serta
pelaksanaannya. Dalam pengertian ini diplomasi sama dengan politik luar
negeri. Dalam artian yang lebih sempit, lebih tradisional, diplomasi mencakup
sarana dan mekanisme sementara politik luar negeri, menetapkan tujuan dan
sasaran. Dalam artian yang lebih terbatas lagi, diplomasi mencakup teknik
operasional untuk mencapai kepentingan nasional di luar batas wilayah
juridiksi. Dengan kian meningkatnya saling ketergantungan antarnegara
semakin meluas pula jumlah pertemuan internasional dan konperensi
multilateral serta diplomasi parlementer. Namun negara yang berhubungan
dengan negara lainnya dalam kesempatan dan mengenai topik yang demikian
luas, kegiatan dan diplomatik masih tetap berlangsung secara bilateral dan
dilaksanakan melalui jalur diplomatic normal dari kementerian luar negeri
serta melalui misi diplomatik tetap. Isu-isu penting kadang kala dirundingkan
pada eselon atas yang melibatkan kepala pemerintahan dalam diplomasi
tingkat tinggi.8
8
Jack C. Plano, and Olton, Roy. (1982). The International Relation Dictionary. England: Cho
Press Ltd. (Page.201).
Dalam hal ini Departemen Budaya dan Pariwisata menggunakan
langkah diplomasi kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan klarifikasi
dan meminta penjelasan. Untuk menghindari tindak kekerasan yang dilakukan
oleh masyarakat Indonesia kepada pihak Malaysia. Langkah diplomasi
dilakukan karena ini merupakan isu budaya yang dilakukan pihak Malaysia
bai disengaja ataupun tidak disengaja karena ini berawal dari program
Discovery Channel.
Namun karena ini dibuat untuk program “ Visit Malaysia Year”, hal ini
jelas merujuk kepada pihak Malaysia bukan kepada pihak Indonesia. Sehingga
masyarakat Indonesia berhak untuk merasa marah kepada Malaysia.
Departemen Luar Negeri yang berwenang untuk melakukan langkah
diplomasi menyerahkan kepada Departemen Budaya dan Pariwisata, karena
ini jelas masuk wilayah budaya,dan Malaysia tidak berhak dengan semudah
itu melakukan klaim atas tari pendet.
Langkah diplomasi antar dua negara diharapkan agar masalah ini tidak
berkembang secara luas. Dan dapat diselesaikan dengan lebih menggunakan
politik luar negeri yang jelas dan sesuai dengan prosedur yang ada.
Dalam politik internasional antara Indonesia dan Malaysia selama ini
tidak hanya mempermasalahkan hal-hal budaya, namun juga permasalahan
tentang TKI yang berada di Malaysia, ini dapat dilihat dari pihak Indonesia
selama ini dipandang lemah karena kurangnya kekuatan hukum yang
mendukung warga negaranya ataupun sikap pemerintah Indonesia yang
tampak sedikit lunak terhadap pemerintah Malaysia.
Timbul pertanyaan, sampai kapan pemerintah Indonesia mau dianggap
remeh oleh pihak Malaysia, dengan adanya masalah klaim budaya ini
pemerintah Indonesia dapat menunjukkan sikap tegas dengan memberikan
teguran keras kepada pihak Malaysia agar tidak melakukan tindakan klaim
budaya milik Indonesia.
F. Hipotesa
Pemerintah Indonesia menanggulangi pengklaiman tari pendet oleh
Malaysia dapat dilakukan dengen beberapa strategi yang dilakukan beberapa
aktor, diantaranya:
1. Departemen Budaya dan Pariwisata :
a. Meminta pertanggungjawaban dengan mengirimkan surat protes
kepada pemerintah Malaysia.
b. membuat program dalam bidang budaya dan pariwisata untuk
melestarikan budaya Indonesia dan memasyarakatkan budaya tersebut
agar bangsa Indonesia dan dunia Internasional lebih menghargai dan
mengenal budaya yang ada di Indonesia.
2. Departemen Luar Negeri melakukan diplomasi dengan Departemen
Budaya Malaysia.
3. Departemen Hukum dan HAM : mematenkan HAKI (Hak Karya
Intelektual) dalam hal hak paten dan hak cipta semua asset seni budaya.
G. Metodologi Penulisan dan Pengumpulan Data
Dalam penulis karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan suatu fenomena yang
diselidiki, dalam hal ini mengenai pengklaiman tari pendet oleh Malaysia.
Data-data yang akan digunakan dalam penulisan karya tulis ini
diperoleh melalui studi pustaka. Studi ini diperoleh untuk mendapat landasan
teori beserta data-data sekunder dengan maksud agar dapat digunakan dalam
menganalisis rumusan permasalahan. Data-data tersebut diperoleh melalui
buku-buku literatur, artikel-artikel di internet dan video, serta tulisan-tulisan
lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.
H. Jangkauan Penelitian
Agar pembahasan tidak meluas dan penyelesaiannya lebih kongkrit,
maka penulis menggunakan batasan terhadap penelitian ini. Batasan waktu
yang digunakan adalah sejak Malaysia mengklaim tari pendet Bali sebagai
milik Malaysia pada bulan Agustus 2009 hingga sekarang.
I. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan hasil karya tulis yang teratur dan sistematis, maka
secara keseluruhan penulis membagi karya tulis ini ke dalam 5 (lima) bab
dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bab yang memuat alasan pemilihan judul, latar
belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, kerangka
pemikiran, hipotesa, metodologi penulisan dan pengumpulan data, jangkauan
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. Sejarah Tari Pendet
Bab ini akan membahas mengenai sejarah tari pendet dari Bali mulai dari awal
mula terciptanya tari pendet hingga bisa dijadikan sebagai tari selamat datang
untuk wisatawan domestik dan mancanegara. .
BAB III. Alasan dan Tujuan Malaysia
Bab ini akan membahas tentang alasan dan tujuan Malaysia melakukan klaim
terhadap tari pendet dari Bali. Dilihat dari sisi internal dan eksternal Indonesia,
yakni Malaysia.
BAB IV. Strategi Pemerintah Indonesia
Bab ini akan membahas langkah telah diambil oleh pemerintah Indonesia
dalam mengatasi klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia. Strategi
tersebut dilakukan dengan diplomasi antara pemerintah Indonesia dan
pemerintah Malasyaia. Begitu juga dengan langkah Departemen Budaya dan
Pariwisata untuk melindungi seluruh asset seni budaya yang telah dimiliki,
agar tidak diklaim oleh pihak asing.
BAB V. Kesimpulan
Bab ini merupakan bab akhir yang akan menutup karya tulis ini, berisi
rangkuman dari bab sebelumnya serta disusun dalam bentuk kesimpulan.
Download