Modul Psikologi Umum II [TM6]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Umum II
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
06
Kode MK
Disusun Oleh
Rizky Putri A. S. Hutagalung, M. Psi, Psi
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi tentang kajian berpikir
dan bahasa. Bagaimana individu
berpikir, konsep berpikir, proses
pengambilan keputusan, memecahkan
masalah,
struktur
bahasa,
perkembangan bahasa pada individu,
serta hubungan bahasa dengan aspekaspek lain.
Mahasiswa memahami tentang proses
berpikir individu, konsep berpikir, proses
pengambilan keputusan, memecahkan
masalah,
struktur
bahasa,
perkembangan bahasa pada individu,
hubungan bahasa dengan aspek-aspek
lain.
BAB VI: Berpikir dan Bahasa
Kajian Berpikir Dan Bahasa
1. Sejumlah proses kognitif mendasar dalam berpikir, menghasilkan suatu pemecahan
masalah, penalaran dan pengambilan keputusan;
2. Kemampuan menyelesaikan masalah yang baik yaitu dengan berpikir kritis dan kreatif;
3. Kontribusi unik bahasa terhadap proses mental;
4. Peran pikiran dan pemecahan masalah dalam kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Psikologi kognitif adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental (proses membentuk
gagasan, menyelesaikan beragam masalah dan membuat keputusan).
BERPIKIR
Berpikir melibatkan proses memanipulasi informasi secara mental,
seperti
membentuk konsep-konsep abstrak, menyelesaikan beragam masalah, mengambil
keputusan dan melakukan refleksi kritis atau menghasilkan gagasan kreatif.
Konsep
Salah satu aspek mendasar dalam proses berpikir adalah pemahaman tentang
konsep.
Konsep
merupakan
kategori-kategori
mental
yang
digunakan
untuk
mengelompokkan objek-objek, kejadian-kejadian dan beragam sifat.
Konsep itu penting karena :
1. Konsep memungkinkan kita untuk melakukan generalisasi
2. Konsep memungkinkan kita untuk membuat asosiasi pengalaman dan benda-benda
yang ada
3. Konsep membantu ingatan, membuatnya menjadi lebih efisien, sehingga kita tidak harus
menciptakan kembali pemahaman atau makna ketika kita berhadapan dengan sebuah
potongan informasi
4. Konsep menyediakan petunjuk mengenai bagaimana kita bereaksi terhadap suatu
benda atau pengalaman tertentu.
‘14
2
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Proses apa yang mendasari logik dan pengambilan keputusan?
-
Seseorang mendapatkan implikasi dari serangkaian asumsi yang mereka tahu
kebenarannya.
-
Keputusan
terkadang
(namun
tidak
selalu)
dapat
ditingkatkan
menggunakan
penggunaan algoritma dan heuristic. Algoritma adalah suatu aturan yang jika diterapkan
secara tepat, menjamin adanya suatu solusi; heuristic adalah suatu jalur pendek kognitif
yang dapat memberikan solusi, namun tidak ada garansi akan hal ini.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah (Problem Solving) adalah sebuah usaha menemukan cara
yang tepat untuk mencapai sebuah tujuan ketika tujuan tersebut tidak langsung dapat diraih.
Langkah-langkah pemecahan masalah :
1. Menemukan dan membatasi masalah
Menyadari adanya sebuah permasalahan adalah langkah awal untuk munculnya solusi.
Dalam menemukan dan membatasi masalah, melibatkan proses bertanya dalam caracara kreatif dan melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain
2. Mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah yang baik
Di antara sejumlah strategi yang efektif, ada beberapa metode yaitu :

Membuat tujuan-tujuan lebih kecil (subgoaling) melibatkan tujuan-tujuan jangka
menengah
atau
mendefinisikan
masalah-masalah
jangka
menengah
yang
memberika Anda situsi yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan solusi akhir.
Bekerja ke arah yang berlawanan dalam menciptakan tujuan-tujuan yang lebih kecil
merupakan strategi yang baik.

Algoritma (algorithms) adalah strategi-strategi yang menjamin sebuah solusi untuk
masalah.

Heuristik (heuristics) adalah strategi-strategi yang menggunakan jalan pintas atau
panduan yang mengarahkan, namun tidak menjamin munculnya sebuah solusi untuk
masalah. Dalam dunia nyata, jenis permasalahan yang kita hadapi lebih mungkin
untuk dijawab dengan menggunakan strategi heuristik dibandingkan dengan strategi
algoritma. Heuristik membantu kita mempersempit kemungkinan solusi untuk
menemukan satu solusi yang paling tepat.
3. Evaluasi Solusi-Solusi
Setelah kita berpikir bahwa kita telah menemukan pemecahan masalah, kita tidak akan
tahu seberapa efektif solusi yang kita gunakan sampai kita menemukan bahwa hal
tersebut bekerja. Untuk itu akan sangat membantu bila kita memiliki kriteria keefektifan
solusi dalam pikiran kita.
‘14
3
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali masalah dan solusi yang dihasilkan
seiring dengan waktu
Sebuah langkah akhir yang penting dalam pemecahan masalah adalah untuk
memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali permasalahan-permasalahan secara
berkala.
Sebuah hambatan pada pemecahan masalah : Menjadi Terbiasa. Salah satu kunci
keberhasilan untuk menjadi seorang penyelesai masalah yang baik adalah untuk menyadari
bahwa seseorang tidak mengetahui semua hal, bahwa strategi seseorang dan kesimpulan
yang dimiliki selalu terbuka terhadap perbaikan. Pemecahan masalah yang optimal mungkin
membutuhkan kerendahan hati dalam kadar tertentu atau kemampuan untuk mengakui
bahwa ia tidak sempurna dan bahwa mungkin ada cara-cara yang lebih baik dari cara yang
telah dicobanya dan metode-metode yang benar untuk menyelesaikan permasalahan
kehidupan.
Fiksasi (fixation)
Fiksasi (fixation) melibatkan penggunaan strategi terdahulu dan kegagalan untuk
melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang baru. Contohnya keterpakuan fungsional
(functional fixedness) terjadi ketika individu gagal untuk menyelesaikan sebuah masalah
karena mereka terbiasa/terfiksasi pada fungsi yang umum dari sebuah benda. Pemecahan
masalah yang efektif sering mengharuskan kita untuk mencoba sesuatu yang baru atau
berpikir di luar yang biasanya kita pikirkan.
Penalaran Dan Pengambilan Keputusan
Penalaran (reasoning) adalah aktivitas mental yang mengubah informasi untuk mencapai
kesimpulan tertentu. Menalar adalah sebuah keterampilan yang sering dikaitkan dengan
berpikir kritis. Penalaran dapat terjadi dalam bentuk induktif maupun deduktif.

Penalaran induktif (inductive reasoning), berawal dari hal yang spresifik ke masalah
yang umum, atau dari bawah ke atas. Proses penalaran ini berupa penarikan
kesimpulan mengenai semua anggota kelompok atau kategori berdasarkan pengamatan
terhadap beberapa anggota saja.

Penalaran deduktif (deductive reasoning), merupakan penalaran yang diawali dari halhal yang umum ke hal-hal yang spesifik. Ketika para psikolog mengembangkan sebuah
hipotesis dari sebuah teori, mereka menggunakan bentuk penalaran deduktif, karena
hipotesis adalah sebuah kepanjangan logis yang spesifik dari sebuah teori yang bersifat
umum. Bila teori itu benar, maka hipotesis juga akan benar.
‘14
4
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Di
dalam
pengambilan
keputusan
(decision
making),
melibatkan
proses
mengevaluasi sejumlah alternatif dan membuat pilihan di antara alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan tanpa kesadaran.
Manusia dapat berpikir tanpa mengetahui apa yang dipikirkan, hal ini merupakan
bukti bahwa penalaran dan pengambilan keputusan terkadang terjadi di luar kesadaran. Hal
itu terbukti dalam serangkaian penelitian, dimana peneliti meminta sejumlah orang untuk
membuat keputusan atau mendekati orang yang mengambil keputusan. Dalam penelitian
tersebut, subjek penelitian diberikan masalah-masalah yang rumit untuk dipecahkan
sesudah beberapa menit berpikir. Namun setengah dari subjek penelitian terganggu selama
proses berpikir dan tidak dapat berkonsentrasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Hasil menunjukkan bahwa mereka yang terganggu konsentrasinya menunjukkan kinerja
yang lebih baik dibandingkan mereka yang diperkenankan untuk memikirkan pemecahan
masalah secara sadar. Kesimpulan lain bahwa untuk masalah-masalah kecil, proses berpikir
secara sadar dianggap baik, namun dalam pemecahan masalah yang kompleks terkadang
cara terbaik adalah dengan membawa masalah tersebut dalam tidur kita.
Heuristik yang Bias
Manusia rentan terhadap sejumlah kesalahan dalam proses berpikir kita. Bias-bias
tertentu dan heuristik yang mungkin mengarah pada kesalahan tersebut antara lain :
1. Bias Konfirmasi (confirmation bias) adalah kecenderungan kita untuk mencari dan
menggunakan informasi yang mendukung gagasan kita dibandingkan dengan informasi
yang bertentangan dan menolak gagasan tersebut.
2. Bias melihat ke belakang (hindsight bias) adalah kecenderungan kita untuk sesudah
suatu fakta muncul, melaporkan dengan salah bahwa kita telah meramalkan suatu hasil.
Berpikir Kritis Dan Kreatif
Berpikir kritis merupakan berpikir reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti
yang ada. Mereka yang berpikir kritis memiliki pemaknaan gagasan dengan lebih baik, tetap
terbuka dengan beragam pendekatan dan sudut pandang dan menentukan untuk diri
mereka sendiri apa yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan.
Berpikir kritis merupakan sesuatu yang penting bagi pemecahan masalah yang
efektif. Dalam berpikir kritis, individu perlu mempertahakan kerendahan hati tentang apa
yang mereka ketahui. Hal ini berarti tetap terbuka terhadap kemungkinan mempertanyakan
asumsi-asumsi yang telah lama dipegang dan termotivasi untuk melihat melampaui apa
yang dianggap jelas.
‘14
5
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Proses pembentukan dua kebiasaan mental sangat penting dalam berpikir kritis, yaitu
kesadaran penuh dan keterbukaan pikiran.
Kesadaran penuh (mindfulness)
Kesadaran penuh (mindfulness) berarti terjaga dan secara mental hadir dalam
aktivitas seseorang sehari-hari. Kesadaran penuh adalah kunci dari proses berpikir kritis.
Orang yang memiliki kesadaran penuh, mempertahankan kesadaran mereka secara aktif
terhadap situasi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah penelitian klasik, Langer (Langer, Blank, & Chanowitz, 1978)
menemukan bahwa orang-orang (sebanyak 90%) akan dengan penuh pengabaian
menyerah dalam antrian untuk menggunakan mesin fotocopy ketika seseorang meminta
mereka untuk menyerah dan berkata, “Dapatkah saya menggunakannya lebih dulu? Saya
perlu untuk membuat salinan berkas ini” dibandingkan dengan ketika seseorang meminta
dengan hanya mengungkapkan, “dapatkah saya menggunakannya lebih dulu?” (hanya
60%).
Seseorang yang memiliki kesadaran penuh menciptakan gagasan-gagasan baru,
terbuka pada informasi-informasi baru dan sadar adanya lebih dari satu sudut pandang,
sementara orang yang abai terjebak dalam gagasan lama, terlibat dalam perilaku yang
sudah otomatis dan hanya melihat hanya dari satu sudut pandang.
Keterbukaan pikiran (open mindedness)
Keterbukaan pikiran (open mindedness) adalah mampu menerima sudut pandang
yang lain dalam melihat suatu hal. Keterbukaan yang sederhana pada sudut pandang orang
lain dapat membantu orang untuk tidak melompat terlalu cepat pada kesimpulan.
Mengetahui bahwa Anda tidak tahu, terkadang merupakan langkah pertama untuk mencapai
kebijaksanaan yang sesungguhnya (Socrates). Kerendahhatian adalah sebuah persyaratan
terhadap pemecahan masalah yang benar-benar efektif.
Berpikir Kreatif
Sebagai solusi terbaik terhadap sebuah masalah, melibatkan berpikir kreatif.
Kreativitas mengacu pada kemampuan untuk memikirkan sesuatu dan memecahkan
masalah dengan cara yang baru dan tidak biasa. Orang-orang kreatif cenderung berpikir
secara divergen.
Berpikir divergen (divergen thinking) menghasilkan banyak jawaban pada pertanyaan
yang sama. Sebaliknya, jenis berpikir yang dibutuhkan pada tes kecerdasan konvensional
adalah berpikir konvergen (convergent thinking).
‘14
6
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Selain menjadi pemikir divergen, individu yang kreatif kerap digambarkan sebagai
orang-orang yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berpikir secara fleksibel dan suka bermain dengan pikiran
Walau kreativitas membutuhkan kerja keras, namun kerja tersebut akan berjalan lancar
bila dianggap sesuatu yang ringan. Pengilhaman (brainstorming) adalah sebuah teknik
dimana anggota dalam sebuah kelompok didorong untuk menghasilkan sebanyak
mungkin gagasan, kemudian mengembangkan gagasan orang lain dan menyampaikan
apapun yang muncul dalam pikiran kita. Individu-individu ini biasanya menghindari
proses mengkritik gagasan orang lain sampai berakhirnya sesi brainstorming.
2. Motivasi internal
Orang-orang kreatif seringkali dimotivasi oleh kepuasan untuk mencipta sesuatu dan
cenderung kurang terdorong untuk mencapai nilai, uang atau umpan balik positif dari
orang lain.
3. Keinginan untuk menghadapi resiko
Orang-orang kreatif membuat lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan mereka
yang kurang kreatif. Hal ini bukan karena mereka tidak ahli, namun disebabkan karena
mereka menghasilkan lebih banyak kemungkinan dan gagasan. Para pemikir kreatif
belajar untuk menghadapi ketidakberhasilan dalam proyek dan melihat kegagalan
sebagai kesempatan belajar.
4. Penilaian obyektif dari suatu karya
Kebanyakan pemikir kreatif berusaha untuk mengevaluasi kerja mereka secara obyektif.
Lima (5) tahap berurutan untuk dapat memunculkan solusi kreatif pada suatu
masalah, dapat dideskripsikan sbb :
1. Persiapan
Tahap awal,
dimana kita terlibat
dalam suatu masalah yang
menarik
dan
membangkitkan keingintahuan kita;
2. Inkubasi
Tahap dimana kita mengeluarkan gagasan-gagasan yang ada dalam kepala kita
3. Pencerahan (insight)
Pada tahap ini, muncul “Aha!”, dimana potongan-potongan informasi tentang masalah
tampak saling melengkapi dan cocok
4. Evaluasi
Pada tahap ini, kita harus menentukan apakah gagasan tersebut bernilai atau layak
untuk dilanjutkan.
5. Elaborasi
‘14
7
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada tahap ini, kita harus melaksanakan atau menggarap dengan tekun dan cermat
gagasan tersebut
A. BAHASA
Bahasa adalah bentuk komunikasi baik lisan, tertulis maupun menggunakan isyarat
yang didasarkan pada sebuah sistem simbol. Dengan bahasa kita tidak hanya dapat
berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca, menulis tetapi dengan
bahasa kita juga dapat menalar serta menyelesaikan masalah.
Struktur Bahasa
Semua bahasa memiliki generativitas tidak terbatas (infinite generativity), yaitu
kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat bermakna dalam jumlah tidak berhingga.
Semua bahasa manusia disirikan oleh empat sistem aturan, yaitu :
1. Fonologi (phonology), yaitu sistem suara dalam satu bahasa. Aturan fonologi
memastikan urutan suara tertentu terjadi (sp, ba dan ar) dan urutan lain tidak terjadi (qp,
zx).
2. Morfologi (morphology), yaitu aturan pembentukan kata dalam bahasa. Sebuah morfem
adalah unit terkecil dalam bahasa yang membawa makna tertentu. Beberapa kata terdiri
atas morfem tunggal (ex. Help), tapi tidak semua morfem merupakan kata (ex. –ing, -er).
3. Sintaksis (syntax), yaitu aturan sebuah bahasa dalam melakukan kombinasi kata untuk
membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima.
4. Semantik (semantics), yaitu makna kata-kata dan kalimat dalam bahasa tertentu. Katakata memiliki batasan semantik tentang bagaimana mereka digunakan dalam kalimatkalimat.
Hubungan antara Bahasa dan Kognisi
Peran Bahasa dalam Kognisi
Bahasa membantu kita berpikir, membuat penyimpulan, mengambil keputusan sulit
dan
menyelesaikan
masalah.
Bahasa
dapat
dilihat
sebagai
sebuah
alat
untuk
menggambarkan gagasan. Bahasa menentukan cara kita berpikir (Benjamin Whorf,1956).
Peranan Kognisi dalam Bahasa
Secara keseluruhan, walaupun pikiran mempengaruhi bahasa dan bahasa
mempengaruhi pikiran , saat ini lebih banyak bukti bahwa pikiran dan bahasa bukan
merupakan bagian dari suatu sistem tunggal. Sebaliknya, mereka seperti berkembang
sebagai komponen-komponen yang terpisah, modular dan dipersiapkan secara biologis
dalam pikiran kita.
‘14
8
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengaruh Faktor Biologis dan Lingkungan pada Bahasa
Pengaruh Biologis
Sejumlah pakar percaya bahwa evolusi yang terjadi jauh sebelum bahasa muncul
telah menentukan manusia untuk menjadi makhluk linguistik. Otak, sistem syaraf dan
tampilan vokal dari para pendahulu kita berubah sepanjang ratusan ribu tahun. Dengan
memiliki kesiapan fisik untuk berbahasa Homo Sapiens melakukan lebih dari sekedar bunyibunyian untuk mengembangkan pembicaraan abstrak.
Universalitas Bahasa
Menurut Chomsky dan banyak ahli bahasa lainnya, bukti terkuat tentang adanya
dasar biologis dari bahasa adalah fakta bahwa anak-anak di seluruh dunia mencapai
perkembangan dalam bahasa pada usia yang hampir sama dan urutan yang juga
menyerupai di seluruh dunia, terlepas dari variasi dalam masukan bahasa yang mereka
dapatkan dari lingkungan.
Dalam pandangan Chomsky, anak-anak tidak dapat mempelajari aturan-aturan dan
struktur bahasa sepenuhnya hanya dengan menirukan apa yang mereka dengar. Namun,
pasti ada hal-hal alamiah yang menyiapkan anak-anak secara biologis, aturan tata bahasa
yang universal yang memungkinkan mereka memahami aturan-aturan dasar tentang bahasa
dan menerapkan atura-aturan ini pada pembicaraan yang mereka dengar. Anak-anak
mempelajari bahasa tanpa kesadaran logika yang mendasarinya.
Bahasa dan Otak
Penelitian dalam ilmu neurosains menunjukkan bahwa otak memiliki bagian-bagian
tertentu yang siap digunakan untuk bahasa. Bukti berikutnya menunjukkan bahwa
pemrosesan bahasa seperti pembicaraan dan tata bahasa, terjadi terutama pada belahan
otak kiri.
Pengaruh Lingkungan
Serangkaian
penelitian
menyebutkan
cara-cara
di
mana
lingkungan
anak
mempengaruhi keterampilan berbahasa mereka.
Strategi yang baik untuk orangtua dalam mengajak anaknya berbicara :
1. Jadilah mitra pembicaraan yang aktif. Mulailah pembicaraan dengan bayi.
2. Bicaralah pada bayi seolah-olah mereka mengerti apa yang kita katakan. Proses ini
membutuhkan 4 hingga 5 tahun, tetapi anak-anak akan secara bertahap meningkatkan
kemampuan bahasanya hingga mencapai contoh yang diberikan padanya.
‘14
9
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Gunakanlah gaya bahasa yang nyaman untuk anda. Jangan khawatir Anda akan
terdengar seperti berbicara dengan orang dewasa lain saat berbicara dengan anakanak.
Tahap Awal Perkembangan Bahasa
0-6 Bulan
6-12 Bulan
12-18 Bulan
18-24 Bulan
2 Tahun
3-4 Tahun
5-6 Tahun
6-8 Tahun
9-11 Tahun
11-14 Tahun
15-20 Tahun
Cooing
Diskriminasi huruf vocal
Celotehan mulai muncul pada usia 6 bulan
Celotehan berkembang untuk mencakup suara pada bahasa yang
diucapkan
Sikap tubuh yang digunakan untuk berkomunikasi dengan objek
Kata pertama muncul pada usia 10-13 bulan
Memahami lebih dari 50 kata sebagai rata-rata
Kosakata meningkat hingga mencaapi rata-rata 200 kata
Mulai mengkombinasi dua kata
Kosakata meningkat dengan pesat
Penggunaan bentuk jamak dengan tepat
Penggunaan struktur bahasa untuk masa lalu
Penggunaan kata depan
Rerata panjangnya ucapan mencapai 3-4 morfem dalam sebuah kalimat
Penggunaan kalimat tanya "ya" dan "tidak", "apa", "siapa", "kenapa"
Penggunaan kalimat perintah dan kalimat negatif
Kesadaran yang meningkat pada pragmatis
Kosakata mencapai rerata hingga 10.000 kata
Koordinasi kalimat sederhana
Kosakata terus meningkat pesat
Penggunaan aturan sintaksis yang lebih terampil
Keterampilan pembicaraan terus meningkat
Pendefinisian kata meliputi sinonim
Strategi pembicaraan terus meningkat
Kosakata meningkat dengan tambahan pada kata-kata yang lebih
abstrak
Memahami bentuk tata bahasa yang lebih rumit
Peningkatan pemahaman fungsi sebuah kata dalam sebuah kalimat
Memahami metafora dan kalimat safir
Memahami hasil karya tulisan orang dewasa
Bahasa dan Pendidikan
Keterampilan berbahasa merupakan salah satu tujuan sekolah, sebagai pendidikan
formal. Cara sekolah mencapai tujuan ini terkadang kontroversial. Salah satunya adalah
menyangkut pertanyaan bagaimana cara yang paling efektif bagi anak dalam belajar
membaca.
Ada dua pendekatan yang berbeda dalam belajar membaca, yakni Pendekatan Bahasa
Menyeluruh dan Pendekatan Fonik.
‘14
10
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendekatan Bahasa Menyeluruh (whole-language approach)
Pendekatan ini memberi penekanan pada instruksi bahwa untuk membaca harus
disesuaikan dengan proses alamiah anak belajar membaca. Dalam pendekatan ini, awalnya
pembaca diajarkan untuk mengenali keseluruhan kata / kalimat dan menggunakan konteks
dari apa yang dibaca untuk menebak makna kata-kata tersebut.
Sebaliknya, Pendekatan Fonik (phonics approach), menekankan instruksi untuk
membaca harus mengajarkan aturan-aturan dasar untuk menerjemahkan simbol-simbol
tertulis menjadi suara. Dalam pendekatan ini, anak-anak diberi materi membaca yang
kompleks seperti buku hanya jika mereka sudah mempelajari aturan-aturan yang
menghubungkan fonem yang dibunyikan dengan huruf-huruf alfabet yang digunakan untuk
menampilkannya.
Berpikir, Pemecahan Masalah, serta Kesehatan dan Kesejahteraan
Stres
Stres merupakan perasaan yang kita miliki ketika tantangan hidup terlihat seperti di
luar kendali manusia. Apa yang paling membuat manusia stres? Walaupun semua orang
mungkin memiliki respon yang serupa terhadap penyebab stres, namun tidak semua orang
mempersepsikan kejadian yang sama sebagai sesuatu yang menekan. Sebagian orang
merespon penyebab stres sebagai sesuatu yang mengancam dan menimbulkan efek
negatif, tetapi ada juga yang meresponnya sebagai suatu yang menantang dan
menimbulkan pemikiran-pemikiran positif.
Sampai pada titik tertentu, apa yang dianggap menekan untuk manusia tergantung
pada apa yang dipikirkan tentang kejadian tersebut. Inilah yang disebut sebagai penilaian
kognitif.
Penilaian kognitif (cognitive appraisal)
Penilaian kognitif (cognitive appraisal) adalah interpretasi individu terhadap kejadiankejadian dalam hidup mereka dan proses menentukan apakah mereka memiliki sumber
daya untuk mengatasi kejadian tersebut dengan lebih efektif. Orang menilai kejadian yang
dialami dalam dua tahap yaitu tahap penilaian primer dan penilaian sekunder. Dalam
penilaian primer seseorang memaknai apakah kejadian tersebut melibatkan bahaya,
ancaman atau tantangan. Mempersepsikan stressor bukan sebagai ancaman adalah
strategi untuk mengurangi kadar stress.
Dalam penilaian sekunder, seseorang mengevaluasi sumber daya mereka sendiri
dan menentukan seberapa efektif mereka dapat digunakan untuk mengatasi kejadian
‘14
11
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tersebut. Berkaitan dengan pemecahan masalah, salah satu jenisnya adalah dengan
Coping.
Ada dua jenis proses Coping :
1. Coping yang fokus pada masalah (problem-focused coping) adalah strategi kognitif
dimana
seseorang
menghadapi
langsung
permasalahannya
dan
mencoba
memecahkannya.
2. Coping yang fokus pada aspek emosi (emotion-focused coping) adalah melibatkan
usaha untuk merespon stress yang dirasakan –mencoba untuk mengelola reaksi-reaksi
emosi- dan bukan memusatkan perhatian pada inti masalah.
Perbedaan lain strategi pemecahan masalah adalah pendekatan yang mendekatkan
pada inti masalah tersebut (approach coping), dan pendekatan yang menghindar dari inti
masalah tersebut (avoidant coping). Proses coping yang berhasil diasosiasikan dengan
sejumlah faktor, termasuk perasaan mampu mengontrol berbagai hal, sistem kekebalan
yang sehat, sumber daya pribadi dan emosi positif. Dalam penerapannya, penggunaan
strategi majemuk berfungsi lebih baik daripada penggunaan strategi tunggal.
‘14
12
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
King, L.A. (2010). Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 1. Jakarta:
Salemba Humanika
Wade, C., Travis, C. (2008). Psikologi, Jilid 2 (terjemahan) (edisi kesembilan), Jakarta:
Erlangga
Feldman, Robert S. (2012). Pengantar Psilologi “Understanding Psychology” (Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
‘14
13
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download