Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Sebelum membahas pengertian manajemen keuangan sebaiknya kita telusuri
dulu beberapa istilah pokok beserta pengertian-pengertian yang terkait dengan
manajemen dan keuangan.
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan rangkaian berbagai aktivitas yang saling berkaitan dan
saling
mengorganisir
kemampuan
individu
dalam
suatu
organisasi
untuk
mendayagunakan dan mengolah sumber daya yang ada sehingga berguna bagi
individu itu sendiri dan juga organisasi.
Menurut T. Hani Handoko ( 2008 : 8 ) :
“Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha – usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
– sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2009 : 8) (Penerjemah
Harry Slamet) :
“Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan – kegiatan
pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan efisien dengan
melalui orang lain”.
Dari kedua pengertian Manajemen diatas, maka penulis dapat mengambil
simpulan bahwa Manajemen adalah suatu proses mengatur sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2.1.2
Fungsi Manajemen
Fungsi Manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli tidak sama. Ini
dikarenakan latar belakang yang mereka lakukan tidak sama.
Fungsi-fungsi Manajemen seperti dikemukakan oleh Sri Wilujeng SP dan
Irma Nilasari (2006:63) terdiri dari aktivitas perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan aktivitas penentuan tujuan atau sasaran yang akan
dicapai dan menentukan bagaimana cara pencapaian tujuan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen dapat diartikan
sebagai proses yang melibatkan dua orang atau lebih untuk bekerja sama
dalam cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan.
3. Pengarahan
Pengarahan meliputi tindakan untuk membimbing dan mengusahakan agar
semua anggota organisasi melakukan kegiatan yang sudah ditentukan ke
arah tercapainya tujuan. Fungsi pengarahan harus dilakukan oleh setiap
manajer meliputi tiga unsur, yaitu pemberian motivasi kepada bawahan,
kepemimpinan, dan pengembanngan komunikasi.
4. Pengendalian
Fungsi pengendalian bertujuan untuk memastikan apakah tujuan yang telah
ditetapkan telah tercapai. Dalam pengendalian, seorang manajer perlu
membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan atau rencana
semula. Sehubungan dengan hal tersebut, manajer sedapat mungkin
menemukan dan sesegera mungkin mengoreksi adanya penyimpanganpenyimpangan yang terjadi.
2.1.3 Pengertian Keuangan
Keuangan
diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat memperlancar
kegiatan operasinya.
Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2005:34) menyatakan
bahwa :
“Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang
mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan
dengan proses, lembaga, pasar dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang
diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.”
Menurut Le Coutre dan Hasenak yang disadur oleh Bambang Rianto,
bahwa :
“Pembelanjaan adalah meliputi keseluruhan usaha untuk mempersiapkan dan
mengatur penarikan dan penggunaan dana dimana disini termasuk juga perencanaan
beserta pelaksanaannya.”
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian dari pembelanjaan
adalah keseluruhan usaha untuk mempersiapkan dan mengatur penarikan dan
penggunaan dana, dimana didalamnya termasuk aktivitas perencanaan dan
pelaksanaannya.
Dari uraian diatas tentang pengertian manajemen dan pengertian keuangan
dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu suatu
proses dalam mengatur aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi,
dimana didalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian terhadap
kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh manajer keuangan. Untuk lebih
jelasnya beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian manajemen
keuangan.
2.1.4
Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut James C. Van Horne (2010:5) menyatakan bahwa manajemen
keuangan merupakan :
“Segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan
pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.”
Menurut Agus Sartono (2005:336) Manajemen Keuangan dapat diartikan
sebagai :
“Manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam
berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk
pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”.
Menurut Sutrisno (2005:3) mengemukakan bahwa Manajemen Keuangan
merupakan :
“Seluruh aktivitas atau kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya
untuk mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya
penggunaan dan pengalokasian dana tersebut secara efisien dalam memaksimalkan
nilai perusahaan yaitu harga dimana calon pembeli bersedia membayarnya jika suatu
perusahaan menjualnya”.
Menurut Brigham (2010:8) mengemukakan bahwa manajemen keuangan
sebagai :
“Seni (art) dan ilmu (science), untuk me-manage uang, yang meliputi proses,
institusi/lembaga, pasar, dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang
diantara individu, bisnis dan pemerintah.”
Menurut Susan Irawati (2006:1) mengemukakan bahwa Manajemen
Keuangan sebagai :
“Suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu
organisasi, dimana didalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan
pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh seorang
manajer keuangan”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah
usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk
membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
2.2
Modal Kerja
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai atau
menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji
pegawai, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat
kembali lagi masuk dalam perusahaan pada jangka waktu yang pendek melalui hasil
penjualan produk perusahaan. Uang masuk yang berasal dari penjualan produk
tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan
demikian, uang atau dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periodenya
selama hidup perusahaan.
2.2.1
Pengertian Modal Kerja
Berikut beberapa pendapat mengenai modal kerja, antara lain sebagai berikut:
Menurut Dr Harmono, S.E., M.Si. (2009:113) menyatakan bahwa modal
kerja yaitu :
“Aktiva lancar yang meliputi kas, setara kas, piutang, persediaan dan aktiva
lancar lainnya. Modal kerja dapat diartikan juga sebagai pengelolaan terhadap
komponen-komponen aktiva lancar, yang dalam konteks ini antara komponen kas
dengan komponen aktiva lancar, piutang dan persediaan saling terkait dan
membutuhkan pengelolaan yang memadai sesuai fluktuasi kebutuhan modal kerja
perusahaan.”
Menurut Hendra S. Raharjaputra, M.B.A (2009:155) menyatakan bahwa
modal kerja adalah :
“Investasi perusahaan dalam jangka pendek atau disebut juga sebagai aset
lancar, diantaranya adalah kas/bank, persediaan, piutang, investasi jangka pendek dan
biaya dibayar dimuka.”
Menurut Kasmir, S.E., M.M (2010:210) menyatakan bahwa modal kerja
adalah :
“Modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari,
terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Modal kerja juga diartikan seluruh
aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan atau setelah aktiva lancar dikurangi
dengan utang lancar. Atau dengan kata lain modal kerja merupakan investasi yang
ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat
berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.”
Menurut Drs. Bambang Rianto (2005:13) terdapat tiga konsep pengertian
modal kerja, yaitu :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini didasarkan atas kualitas dana yang ditanam dalam unsur-unsur
aktiva lancar, yaitu aktiva yang dipakai sekali dan akan kembali menjadi
bentuk semula, aktiva dengan dana tertanam didalamnya yang akan bebas
lagi dalam waktu singkat. Konsep ini sering disebut Gross Working
Capital.
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini didasarkan pada aspek kualitatif, yaitu kelebihan aktiva lancar
dari hutang lancarnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian
dari aktiva lancar yang benar-benar digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan yang bersifat rutin tanpa mengganggu likuiditasnya. Konsep ini
sering disebut sebagai Net Working Capital.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini didasarkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan.
Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan, dengan kalkulasi sebagian dana digunakan
untuk menghasilkan pendapatan pada periode tersebut (current income)
dan sebagian lagi digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periodeperiode berikutnya (future income).
Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan modal kerja
adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dipergunakan untuk membiayai atau
menutupi kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan.
Modal kerja yang cukup akan memungkinkan suatu perusahaan untuk
beroperasi dengan seekonomis mungkin, akan tetapi modal kerja yang berlebihan
menunjukan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan, dan sebaliknya adanya ketidak cukupan modal kerja
merupakan indikator utama kegagalan perusahaan.
2.2.2
Fungsi dan Manfaat Modal Kerja
Fungsi modal kerja menurut Drs. M Manullang (2005:15) adalah sebagai
berikut :
1. Modal kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan
karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang
diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan.
2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar
semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan
potongan tunai, dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang
akan dibayarkan untuk pembelian menjadi berkurang.
3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara
credit standing yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para
kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Selain itu,
memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti
pemogokan.
4. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit pada para
pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para
pembelinya, syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para
pembeli yang baik untuk membiayai operasinya.
5. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu
jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan
lancar.
6. Memungkinkan
pimpinan
perusahaan
untuk
menyelenggarakan
perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam
memperoleh bahan, jasa, dan alat-alat yang disebabkan karena kesulitan
kredit.
7. Modal kerja yang mencukupi, memungkinkan perusahaan untuk
menghadapi masa resesi dan depresi dengan baik.
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal kerja
harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran
atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan
menguntungkan bagi perusahaan, disamping itu memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan
keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan atau manfaat, antara lain :
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
dari aktiva lancar.
2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajibankewajiban tepat pada waktunya.
3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan.
2.2.3
Jenis - jenis Modal Kerja
Mengenai jenis-jenis modal kerja, Bambang Riyanto (2005:52) mengutip
dari W.B. Taylor, menggolongkannya kedalam :
1. Modal kerja Permanen (permanent working capital), yaitu jumlah modal
kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat
melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terusmenerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :
1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus
ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitasi usahanya.
2) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (variable working capital), yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan.
Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam :
1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah -ubah
disebabkan oleh fluktuasi konjungtor.
3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah -ubah
karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat
diketahui
pemogokan
mendadak.
atau
diramalkan
kerja,
banjir,
terlebih
perubahan
dahulu,
keadaan
misalnya
ekonomi
adanya
yang
2.2.4
Penentuan Besarnya Modal Kerja
Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan
untuk beroperasi secara ekonomis, efisien dan terhindar dari resiko kesulitan
likuiditas. Untuk menentukan modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perlu
terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja.
Menurut Bambang Rianto (2005:64) besar kecilnya kebutuhan modal kerja
tergantung kepada dua faktor yaitu :
a. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja,
b. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
Periode perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluaran
kas setiap harinya mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin
besar pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin lamanya
periode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah
semakin besar.
Periode perputaran atau periode terkaitnya modal kerja adalah keseluruhan
jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang meliputi jangka waktu
pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses
produksi, lamanya barang jadi simpanan digudang dan jangka waktu penerimaan
piutang.
Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap
harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran
upah tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya. Apabila perusahaan hanya menjalankan
usaha satu kali saja maka kebutuhan modal kerja cukup sebesar modal kerja yang
dikeluarkan selama satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan
didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan
untuk seterusnya dan dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang
disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerja tidak cukup hanya
sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja, melainkan sebesar
jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan periode perputarannya.
Sementara menurut Agnes Sawir (2005:136) besarnya modal kerja
dipengaruhi oleh 4 faktor umum dan 5 faktor khusus, yaitu :
Keempat faktor umum tersebut antara lain :
1. Volume penjualan
2. Faktor musiman
3. Perkembangan teknologi
4. Filosofi perusahaan
Kelima faktor khusus tersebut antara lain :
1. Ukuran perusahaan
2. Aktivitas perusahaan
3. Ketersediaan kredit
4. Perilaku menghadapi keuntungan
5. Perilaku menghadapi resiko
Perusahaan membiayai modal kerja biasanya untuk mendukung penjualan.
Banyak perusahaan yang menetapkan aktiva lancar sesuai dengan proporsi penjualan
tahunannya. Fluktuasi musiman akan permintaan untuk produk barang atau jasa
perusahaan. Merupakan faktor penentu besarnya modal kerja. Adanya tren produk
tertentu pada waktu tertentu menyebabkan permintaan akan barang atau jasa
meningkat sehingga diperlukan modal kerja yang tinggi. Perubahan teknologi, yang
tentu saja berdampak pada proses produksi, dapat mempunyai pengaruh kuat pada
kebutuhan terhadap modal kerja.
Pada proses produksi kovensional yang biasanya dikerjakan oleh tenaga
manusia kemudian digantikan oleh mesin dapat mengurangi pengeluaran terhadap
pekerja yang akhirnya akan mengurangi kebutuhan modal kerja. Kebijakan
perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen maupun musiman,
misalnya ada kebijakan penghematan yang ditekankan oleh manajemen baru.
Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber
dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan total
aktiva atau penjualan. Aktivitas perusahaan berarti keadaan bisnis, misalnya sebuah
perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan. Sebuah
perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan piutang sehingga
modal kerja yang diperlukan semakin kecil. Ketersediaan kredit, jika perusahaan
dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih
sedikit. Perilaku akan keuntungan berarti menambah jumlah produksi dan juga akan
menambah total aktiva lancar, jumlah yang besar pada aktiva lancar akan mengurangi
keuntungan keseluruhan. Makin besar tingkat aktiva lancar makin kecil resiko. Kas
menyediakan keamanan dalam membayar tagihan, persediaan memberikan resiko
yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual.
Sementara menurut Bambang Rianto (2005:66) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sebagai berikut :
a. Sifat / Jenis Perusahaan
Didasarkan pada kebutuhan modal kerja pada perusahaan kepentingan
umum (seperti perusahaan gas, telepon, air minum dan sebagainya) adalah
relatif rendah, oleh karena persediaan dan piutang dalam persediaan
tersebut cepat beralih menjadi uang. Sedangkan pada perusahaan industri
memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan
investasi dalam bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada perusahaan jasa juga relatif kecil
bila dibandingkan dengan perusahaan industri dan keuangan.
b. Waktu yang diperlukan
Untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual dan harga
satuan barang yang bersangkutan. Adanya hubungan langsung antara
jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan untuk
memproduksi barang yang akan dijual kepada para pembeli.
c. Cara / Syarat Pembelian dan Penjualan
Kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan dipengaruhi oleh syaratsyarat pembelian dan penjualan. Makin banyak diperoleh saat kredit yang
lunak untuk membeli barang dari pemasok, maka lebih kurang / sedikit
uang yang perlu ditanamkan dalam persediaan.
d. Tingkat Perputaran Piutang
Makin banyak suatu persediaan dijual dan diganti kembali (perputaran
persediaan) maka makin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian
persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis dan
kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi dalam
persediaan. Kebutuhan modal kerja tergantung dari jangka waktu yang
diperlukan untuk menagih piutang. Makin sedikit waktu yang diperlukan
untuk menagih piutang, makin sedikit modal kerja yang diperlukan.
Pengendalian piutang secara efektif dapat dilaksanakan dengan mengatur
kebijakan mengenai pemberian kredit, syarat penjualan, ditetapkannya
kredit maksimum bagi para pembeli dan cara penagihan.
e. Siklus Usaha
(konjungtor, dalam suatu usaha “Prosperity” (konjungtor tinggi))
aktivitas perusahaan diperluas dan ada kecenderungan bagi perusahaan
untuk membeli barang mendahului kebutuhan agar dapat memanfaatkan
harga rendah dan untuk memastikan diri akan adanya persediaan yang
cukup.
f. Resiko Kemungkinan Penurunan Harga Aktiva Lancar
Suatu penurunan harga dibandingkan dengan nilai buku dari aktiva lancar
seperti surat berharga, persediaan, piutang maka mengakibatkan
penurunan modal kerja. Sehubungan dengan makin besar resiko kerugian
semacam itu, makin besar modal kerja yang diperlukan. Untuk dapat
menampung kontingensi tersebut (kemungkinan yang belum pasti akan
terjadi) perusahaan mengusahakan adanya banyak uang / surat berharga.
g. Musim
Apabila perusahaan tidak terpengaruh oleh musim maka penjualan tiap
bulan rata-rata sama. Tetapi jika sebaliknya, maka terdapat perbedaan di
dalam musim maka terjadi aktivitas yang besar, sedangkan diluar musim
terjadi aktivitas yang rendah. Perusahaan yang mengalami musim
memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum untuk jangka yang
relatif pendek.
Perhitungan perputaran unsur modal kerja dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
a. Perputaran Kas
b.
Perputaran Persediaan
c. Perputaran Piutang
2.2.5
:
:
:
Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja dilakukan untuk
mengetahui bagaimana modal kerja tersebut digunakan dan dibelanjakan oleh
perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2005:288) menyatakan bahwa
“Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena
dalam utang jangka panjang dan modal sedangkan penurunan dalam modal kerja
timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang dalam
modal naik.”
Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni sebagai berikut :
a. Pendapatan bersih
Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya
yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian dari
modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga pokok penjualan
dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue, yakni
berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi, sebenarnya yang
merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan bersih dan jumlah
modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek, dan ini bisa
ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhitungan laba/rugi
perusahaan.
Dalam perhitungan laba rugi terdapat dua jenis biaya usaha, yakni (a) pospos biaya yang memerlukan penggunaan modal kerja, contohnya
pembelian barang dagang atau bahan baku, pembayaran gaji, dan premi
asuransi; (b) pos-pos biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas atau
menimbulkan utang yang akhirnya juga tidak memerlukan penggunaan
modal kerja, contohnya yaitu beban penyusutan, deplesi dan amortisasi.
Meskipun biaya-biaya ini diperhitungkan sebagai biaya usaha dalam
menentukan pendapatan bersih, tetapi dalam menghitung jumlah modal
kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan, biaya-biaya (noncash)
tersebut harus dikeluarkan karena biaya-biaya tersebut tidak menggunakan
modal kerja. Lain halnya dengan kasus kerugian karena piutang tidak
terbayar. Kerugian piutang tidak terbayar akan mengurangi piutang
sebaliknya penyusutan harus dikurangkan dari aktiva tetap yang tidak ada
pengaruhnya terhadap modal kerja.
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan
dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga
menunjukan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos “surat-surat
berharga” menjadi pos “kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan
sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya, jika terjadi kerugian maka
modal kerja akan berkurang.
c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva lancar lainnya
Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva
tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva lancar lainnya yang tidak
dipergunakan lagi oleh perusahaan. Perubahan tidak lancar itu menjadi kas
yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva
tidak lancar tersebut. Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi
jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya dapat dimasukan ke dalam
pos-pos insidentil (extraordinary item).
d. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik
Utang hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan
apabila dikeluarkan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi
perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak
begitu disukai karena adanya beban bunga disamping kewajiban
mengembalikan pokok pinjamannya.
e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan
merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan
modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja
musiman siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya,
maka adanya credit rating yang tinggi tingkatannya bagi perusahaan yang
bersangkutan adalah sepenuhnya penting.
f. Kredit dari supplier atau trade creditor
Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan
oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan jasa-jasa dibeli
secara kredit atau dengan wesel barang. Apabila perusahaan kemudian
dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang
sebelum waktu yang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan
sejumlah kecil modal kerja.
Sumber-sumber modal kerja menurut Kasmir, S.E., M.M (2010:219) dapat
diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan pasiva. Berikut ini beberapa
sumber modal kerja yang dapat digunakan, yaitu :
1. Hasil operasi perusahaan.
2. Keuntungan penjualan surat berharga.
3. Penjualan saham.
4. Penjualan aktiva tetap.
5. Penjualan obligasi.
6. Memperoleh pinjaman.
7. Dana hibah.
8. Dan sumber lainnya.
Sumber-sumber modal kerja yang normal menurut R.D Kennedy dan S.Y
Mc. Mullen yang dialih bahasakan oleh Drs. M. Manullang (2005:17) adalah
sebagai berikut :
1. Modal kerja yang diberikan dari operasi berjalan.
2. Keuntungan atas penjualan surat berharga.
3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
lainnya.
4. Pengembalian pajak pendapatan federal dan lain yang sejenis keuntungan
tambahan item biasa.
5. Penjualan obligasi serta saham dan kontribusi dana oleh pemilik
perusahaan.
6. Bank dan pinjaman jangka pendek.
7. Perdagangan kreditur (akun, perdagangan akseptasi dan wesel bayar).
Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar
adalah sebagai berikut :
a. Pengeluaran jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek
(termasuk utang deviden).
b. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan
perseorangan dan persekutuan).
c. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran
kas.
d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai,
pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali
aktiva tidak lancar.
e. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi
jangka panjang.
f. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham
perusahaan.
Transaksi-transaksi yang mengakibatkan perubahan bentuk aktiva lancar
tetapi tidak mengubah jumlah aktiva lancar adalah :
a. Pembelian tunai surat-surat berharga.
b. Pembelian tunai barang-barang dagangan.
c. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang lainnya, misalnya dari
piutang dagang menjadi piutang wesel.
Apabila didasarkan pada data neraca, perubahan modal kerja (dalam
pengertian modal kerja neto) pada prinsipnya, karena pengaruh dari perubahan unsurunsur rekening tidak lancar (non current accounts).
Perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh
memperbesar modal kerja (neto) adalah :
a. Berkurangnya aktiva tetap.
b. Bertambahnya utang jangka panjang.
c. Bertambahnya modal saham.
d. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan.
Penggunaan modal kerja menurut Bambang Rianto (2005:355) sebagai
berikut :
a. Bertambahnya aktiva tetap.
b. Berkurangnya utang jangka panjang.
c. Berkurangnya modal saham.
d. Pembayaran dividen tunai.
e. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan.
Sedangkan menurut Kasmir, S.E., M.M (2010:222) penggunaan modal kerja
dapat diperoleh dari kenaikan aktiva dan menurunnya pasiva. Secara umum dikatakan
bahwa penggunaan modal kerja biasa dilakukan perusahaan untuk :
1. Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya.
2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan.
3. Untuk menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga.
4. Pembentukan dana.
5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-lain).
6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka
panjang).
7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar.
8. Pengambilan uang atau barang untuk keperluan pribadi.
9. Dan penggunaan lainnya.
2.2.6
Manfaat Tinjauan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja pada
Perusahaan
Dengan adanya tinjauan sumber dan penggunaan modal kerja maka manfaat
yang akan didapat oleh perusahaan diantaranya :
Pimpinan perusahaan dan manajer perusahaan akan dapat mengetahui
keadaan perkembangan keuangan perusahaan dari hasil-hasil keuangan yang telah
dicapai pada periode yang lalu dan periode sekarang. Dengan mengadakan tinjauan
tersebut maka akan dapat diketahui keberhasilan-keberhasilan serta kegagalan
diwaktu yang lalu.
Dengan demikian, melalui tinjauan tersebut pihak manajemen perusahaan
dapat menyusun rencana kebijaksanaan yang lebih baik, memperbaiki cara
kepemimpinan pada masa lalu, menentukan dan memperbaiki sistem pengawasan
intern yang ada dengan melihat kesalahan dimasa lalu, agar dapat dijadikan harapan
yang tidak akan terulang kembali pada periode selanjutnya.
Penentuan kebutuhan modal kerja sangat penting bagi perusahaan, karena jika
modal kerja perusahaan terlalu besar berarti ada sebagian dana yang menganggur dan
itu akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Demikian juga bila modal
kerja terlalu kecil maka akan ada resiko terhambatnya kegiatan operasional
perusahaan.
Download