pengembangan perangkat pembelajaran untuk smp kelas vii materi

advertisement
18 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK SMP KELAS VII
MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN
KONTEKSTUAL DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING
DEVELOPING TEACHING MATERIALS FOR GRADE VII OF JUNIOR HIGH SCHOOL ON
TRIANGLE AND RECTANGULAR TOPIC USING CONTEXTUAL APPROACH AND PROBING
PROMPTING MODEL
1)
Kartina Purnamasari, 2)Himmawati Puji Lestari, M.Si
1)2)
Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY
1)
Email: [email protected], 2)[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
dan model pembelajaran probing prompting pada materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas VII yang valid,
praktis, dan efektif. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan ADDIE.
Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar penilaian RPP dan LKS, angket respons siswa, angket respon guru,
lembar observasi, dan tes hasil belajar. Kualitas perangkat pembelajaran adalah 1) RPP valid dengan skor 4,2
dengan kriteria baik, 2) LKS valid dengan skor 4,4 dengan kriteria sangat baik, 3)perangkat pembelajaran praktis
berdasarkan skor angket respons siswa 3,5 dengan kriteria baik, berdasarkan skor angket respons guru 3,2 dengan
kriteria baik, dan berdasarkan persentase hasil observasi 84,38 % dengan kriteria sangat baik, 4)perangkat
pembelajaran efektif berdasarkan persentase ketuntasan siswa 80% dengan kriteria baik.
Kata kunci: perangkat pembelajaran, pendekatan kontekstual, model pembelajaran probing prompting, segitiga dan
segi empat
Abstract
The purpose of this research is to develop the teaching materials using contextual approach and probing
prompting model on triangle and rectangular topic for grade VII of junior high school that valid, practical, and
effective. This is development research with ADDIE model. The research instruments are assessment of lesson
plans and student worksheets, questionnaire responses for students, questionnaire responses for teacher,
observation sheets of the accomplished learning, and achievement test. The quality of teaching materials are (1)
lesson plans are valid with score 4,2 with good criteria, (2) student worksheets are valid with score 4,4 with very
good criteria, (3)teaching materials practical based on the score of questionnaire responses for students 3,5 with
good criteria, practical based on the score of questionnaire responses for teacher 3,2 with good criteria, and
practical based on the percentage of observation sheets 84,38 % with good criteria, 4) teaching materials effective
based on the percentage completeness of achievement test 80% with good criteria.
Keywords: teaching materials, contextual approach, probing prompting model, triangle and rectangular
PENDAHULUAN
Keberadaan pendidikan sangat penting
bagi kemajuan suatu bangsa. Untuk memperoleh
pendidikan yang maju, tinggi, dan berkembang
pendidikan nasional adalah untuk mencetak
generasi bangsa yang beriman dan bertakwa,
berbudi luhur, cerdas, dan kreatif.
Dalam
mencapai
tujuan
pendidikan
perlu suatu perencanaan yang berhubungan
nasional itu diperlukan seperangkat kurikulum
dengan tujuan nasional pendidikan bagi bangsa
yang menunjang untuk diberikan kepada peserta
itu. Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional
didik dalam tingkat satuan pendidikan masing-
Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan
masing seperti satuan pendidikan sekolah dasar,
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 19
satuan pendidikan sekolah menengah pertama,
dan satuan pendidikan sekolah menengah atas.
Tabel 1. Daya Serap UN Matematika Tingkat
SMP/MTs Tahun 2014/2015
Kurikulum sebagai jembatan untuk menuju tujuan
pada setiap satuan pendidikan diuraikan atas
beberapa mata pelajaran bagi sekolah. Salah satu
mata pelajaran dari tingkat dasar sampai tingkat
menengah adalah matematika.
dengan guru Matematika di SMP Negeri 2
Pendidikan matematika merupakan upaya
untuk
meningkatkan
meningkatkan
mengoptimalkan
daya
kecerdasan
sikap
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara
nalar
siswa,
terhadap kajian geometri masih kurang. Siswa
dan
mengalami kesulitan terkait dengan penggunaan
siswa,
positifnya.
Kretek, diperoleh informasi bahwa penguasaan
Untuk
rumus
dan
penyelesaian
permasalahan
mencapai hal tersebut, diperlukan tahap-tahap
Matematika. Beberapa siswa belum menguasai
yang dapat dilihat dalam indikator kompetensi
konsep sehingga masih adanya miskonsepsi pada
pembelajaran matematika. Satu tahap berkaitan
siswa. Siswa juga masih kebingungan untuk
dengan tahap berikutnya dan memiliki tujuan
menyelesaikan soal yang sedikit dimodifikasi
akhir yang harus dilengkapi dengan perencanaan
atau sedikit berbeda dari contoh yang diberikan.
dalam
Hal ini dikarenakan siswa masih berorientasi
pelaksanaannya
(Ali
Hamzah
dan
Muhlisrarini, 2014:57).
2006
(SKL),
pada menghafal rumus, bukan memahami dan
Menurut Permendiknas Nomor 23 Tahun
memaknai proses pembelajaran Matematika.
tentang Standar
ruang
khususnya
lingkup
SMP/MTs
Kompetensi
Lulusan
Selain itu, siswa yang masih kesulitan tidak
matematika
sekolah
bertanya kepada guru.
meliputi
aspek-aspek
Materi segitiga dan segi empat merupakan
bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran,
materi
statistika dan peluang. Geometri merupakan salah
selanjutnya, seperti materi bangun ruang sisi
satu kajian yang wajib dipelajari dan dikuasai
datar. Berdasarkan Standar Kompetensi pada
oleh siswa. Namun, penguasaan siswa terhadap
KTSP, kompetensi minimal yang harus dikuasai
materi geometri masih di bawah materi-materi
siswa
lain. Hal ini berdasarkan daya serap Ujian
geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran
Nasional mata pelajaran Matematika pada tahun
dan pengukurannya”. Sayangnya, materi segitiga
2014/2015. Daya serap Ujian Nasional mata
dan segi empat masih dianggap sulit oleh siswa,
pelajaran Matematika pada tahun 2014/2015
padahal apabila penguasaan materi segitiga dan
untuk tingkat Kabupaten Bantul, Provinsi DIY,
segi empat masih kurang, siswa akan mengalami
dan Nasional disajikan pada Tabel 1 berikut.
kesulitan dalam mempelajari materi berikutnya.
dasar
adalah
untuk
mempelajari
“Memahami
materi
bangun-bangun
Maka dari itu, pembelajaran pada materi segitiga
dan segi empat perlu menjadi perhatian agar
siswa dapat memahami dan memperoleh makna
dengan mengkonstruksi pengetahuan menurut
20 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
dirinya sendiri melalui pengalaman nyata dalam
memahami dan mengkonstruksi pengetahuannya
kehidupan sehari-hari.
sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Siswa SMP yang rata-rata berusia 13
Dengan demikian, siswa masih belum terlibat
sampai 15 tahun dan siswa kelas tujuh berusia 12
aktif
dalam
proses
pembelajaran,
padahal
atau 13 tahun belum sepenuhnya bisa berpikir
menurut Nur (Jamil, 2012:22), seharusnya siswa
abstrak. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
dapat diberi “anak tangga” yang membawa siswa
Bell (1978:101) bahwa siswa kelas tujuh yang
ke pemahaman lebih tinggi dengan catatan siswa
berusia 12 atau 13 tahun beberapa diantaranya
sendiri yang harus “memanjat anak tangga”
masih pada tahap operasional konkret, beberapa
tersebut.
baru saja mencapai tahap operasional formal, dan
Berdasarkan uraian di atas, perencanaan
yang lain berada pada tahap transisi antara tahap
pembelajaran yang dituangkan dalam perangkat
operasional konkret dan tahap operasional formal.
pembelajaran berupa RPP dan LKS pada materi
Dapat dikatakan bahwa dalam proses berpikir
segitiga dan segi empat untuk SMP sangat
siswa sedang mengalami transisi dari penggunaan
penting untuk dibuat. Dengan adanya perangkat
operasi konkret menuju operasi formal. Oleh
pembelajaran yang dipersiapkan dengan baik,
karena itu, diperlukan strategi yang tepat dalam
pembelajaran akan berjalan efektif dan efisien
pembelajaran agar konsep matematika yang
sesuai dengan tujuan, lebih inovatif dan variatif
abstrak dapat dengan mudah dipahami sesuai
sehingga siswa bisa lebih aktif dalam suatu proses
dengan tingkat kemampuan berpikir siswa. Hal
pembelajaran. Tentunya, dengan menggunakan
ini dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi
pendekatan
siswa dalam membangun pengetahuan dan
variatif. Salah satu pendekatan yang ada adalah
keterampilan baru melalui fakta yang mereka
pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual
alami dalam kehidupan. Selain itu, harus ada
merupakan konsep belajar yang membantu guru
upaya untuk memfasilitasi siswa berpikir dan
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
sehingga
membuat hubungan antara pengetahuan yang
siswa
termotivasi
dalam
belajar
dan
model
dengan
pembelajaran
penerapannya
yang
matematika dan lebih mudah memahami konsep
dimilikinya
dalam
dalam matematika.
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
Sementara itu, perangkat pembelajaran
masyarakat (Abdul Majid, 2014:180). Dalam
yang digunakan kurang dapat membantu siswa
pendekatan kontekstual, siswa diharapkan lebih
dalam mengkonstruksi pengetahuan menurut
mudah memahami materi yang diajarkan karena
mereka
membangun pengetahuan dan keterampilan baru
sendiri.
Sekolah
juga
hanya
menggunakan LKS yang dibeli dari penerbit yang
melalui
fakta
yang
berisikan ringkasan materi dan kumpulan soal.
kehidupan.
Hal ini kurang efektif digunakan dalam proses
pembelajaran
pembelajaran karena LKS yang baik adalah LKS
pembelajaran probing prompting. Menurut Siti
yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk
Mutmainnah (2013, 39-40), pembelajaran dengan
Sedangkan
yang
mereka
alami
dalam
salah
satu
model
adalah
model
ada
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 21
model probing prompting adalah pembelajaran
VII. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dengan
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
cara
guru
menyajikan
serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun menggali
dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan
pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya
Desain Penelitian
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Model pengembangan yang digunakan
Melalui model pembelajaran probing prompting,
diharapkan siswa termotivasi dalam belajar
matematika dan lebih mudah memahami konsep
dalam matematika karena siswa ikut berpikir dan
permasalahan
nyata
di
kehidupan sehari-hari dan peran guru sebagai
fasilitator dalam hal menggali dan menuntun
jawaban siswa sangat cocok untuk siswa yang
berada
pada
tahap
transisi
antara
tahap
operasional konkret dan tahap operasional formal.
Selain itu, hal ini juga sesuai dengan pembahasan
materi segitiga dan segi empat yang merupakan
materi paling awal dan mendasar dalam kajian
Oleh karena itu, peneliti mengembangkan
perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS
pendekatan
Development,
Implementation,
Evaluation) yang dikembangkan oleh Dick dan
1. Tahap Analisis (Analysis)
Tahap analisis merupakan tahap awal
dalam pengembangan ADDIE. Tahap analisis
terdiri dari analisis kebutuhan, analisis kurikulum,
dan analisis karakteristik siswa.
a. Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan dengan
tujuan menganalisis masalah dasar yang dihadapi
dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII
sehingga dibutuhkan pengembangan perangkat
geometri tingkat SMP.
dengan
Design,
Carry.
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Penyajian
adalah model pengembangan ADDIE (Analysis,
kontekstual
dan
model
pembelajaran probing prompting pada materi
segitiga dan segi empat untuk SMP kelas VII
yang memiliki kualifikasi valid, praktis, dan
pembelajaran berupa RPP dan LKS pada materi
segitiga dan segi empat dengan pendekatan
kontekstual dan model pembelajaran probing
prompting.
b. Analisis kurikulum
Pada tahap analisis kurikulum, peneliti
menganalisis kurikulum yang digunakan dengan
efektif.
mengidentifikasi
standar
kompetensi
dan
kompetensi dasar yang berkaitan dengan materi
METODE PENELITIAN
segitiga dan segi empat untuk menentukan
Jenis Penelitian
indikator pencapaian tujuan pembelajaran.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
pengembangan yang bertujuan mengembangkan
perangkat
pembelajaran
dengan
c. Analisis karakteristik siswa
Analisis karakteristik siswa dilakukan
pendekatan
untuk mengidentifikasi karakteristik siswa yang
kontekstual dan model probing prompting pada
dijadikan subjek penelitian, meliputi tingkat
materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas
22 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
kemampuan, latar belakang pengetahuan, dan
perangkat pembelajaran bisa digunakan kembali
tingkat perkembangan kognitif siswa.
dalam proses pembelajaran.
2. Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap ini, dirancang perangkat
Subyek Penelitian
dikembangkan.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan
kelas VIIB SMP N 2 Kretek. Banyak siswa dalam
adalah RPP dan LKS. Rancangan RPP meliputi:
kelas tersebut adalah 28 siswa.
pembelajaran
yang
menentukan
akan
komponen
RPP,
menentukan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
akan dijabarkan, menguraikan indikator dan
tujuan
pembelajaran
yang
akan
dicapai,
mengumpulkan berbagai bahan dan sumber
Jenis dan Sumber Data
Terdapat dua macam data yang akan
diperoleh dalam penelitian ini,
kualitatif dan kuantitatif.
1. Data kualitataif
belajar, merancang proses pembelajaran sesuai
dengan langkah-langkah probing prompting dan
memuat tujuh komponen utama pendekatan
kontekstual, serta menentukan teknik penilaian.
Rancangan
LKS
meliputi:
menyusun
peta
kebutuhan LKS, menentukan kerangka LKS yang
Data kualitatif merupakan data deskriptif
selama proses pengembangan. Data kualitatif
diperoleh dari masukan, tanggapan, kritik, saran,
dan perbaikan dari pembimbing, dosen/validator,
dan siswa.
2. Data kuantitatif
berisi judul dan sub judul, mengumpulkan
berbagai referensi sumber belajar, dan membuat
desain LKS.
kuantitatif
penyusunan perangkat, penyusunan instrumen
perangkat,
penilaian
adalah
data
yang
digunakan untuk mendapatkan nilai kevalidan,
dan
keefektifan
perangkat
pembelajaran. Data kuantitatif diperoleh dari hasil
Langkah-langkah pada tahap ini meliputi
penilaian
Data
kepraktisan,
3. Tahap Pengembangan (Development)
yaitu data
perangkat
pembelajaran, dan revisi.
penilaian dosen dan guru matematika, hasil
observasi
keterlaksanaan
pembelajaran,
hasil
angket respons guru dan siswa, dan hasil tes hasil
belajar.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Pada
tahap
implementasi,
perangkat
pembelajaran diimplementasikan dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah.
diimplementasikan,
Evaluasi berdasarkan pada saran atau masukan
dari guru dan evaluasi saat uji coba dilakukan.
perangkat
yang
digunakan
dalam
instrumen tes dan instrument non tes.
perangkat
pembelajaran perlu dievaluasi agar lebih baik.
Selanjutnya
Instrumen
penelitian ini terdiri dari 2 macam, yaitu
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Setelah
Instrumen Penelitian
pembelajaran
direvisi
sesuai dengan evaluasi yang didapat, sehingga
1. Instrumen non tes
a. Lembar penilaian kevalidan perangkat
pembelajaran
Lembar
mengetahui
penilaian
kevalidan
digunakan
dari
untuk
pengembangan
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 23
perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS
dengan
a. Analisis kevalidan
Analisis
b. Angket respons siswa dan guru
mengukur
kepraktisan
perangkat
pembelajaran yang dihasilkan dan digunakan
dalam pembelajaran. penggunaan
c. Lembar
observasi
langkah-langkah yang dilakukan.
1) Tabulasi data
keterlaksanaan
penilaian RPP dan LKS disajikan pada Tabel 9
berikut.
Lembar
kepraktisan
data hasil validasi oleh validator. Berikut adalah
Pedoman penilaian kevalidan pada lembar
pembelajaran
pembelajaran
perangkat
pembelajaran yang dihasilkan idasarkan pada
Angket respons siswa dan guru digunakan
untuk
kevalidan
observasi
digunakan
perangkat
keterlaksanaan
untuk
mengukur
pembelajaran
Tabel 2. Pedoman Penilaian Kevalidan Lembar
Penilaian RPP dan LKS
yang
dihasilkan.
2. Instrumen tes
Instrumen yang digunakan berupa tes
hasil belajar dan digunakan untuk mengukur
keefektifan
perangkat
pembelajaran
yang
2) Penghitungan skor rata-rata untuk setiap
aspek
dihasilkan.
Data skor penilaian kevalidan RPP dan
LKS yang telah ditabulasi, kemudian dilanjutkan
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam
dengan menghitung skor rata-rata untuk setiap
aspek. Rumus yang digunakan untuk menghitung
penelitian ini adalah sebagai berikut.
skor rata-rata tiap aspek adalah sebagai berikut
1. Analisis data kualitatif
̅=
Data kualitatif yang terdiri dari hasil
wawancara, saran, masukan, serta komentar
dianalisis secara deskriptif kualitatif, melalui
tahapan pengumpulan data, pengorganisasian
data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan
sebagai bahan revisi perangkat pembelajaran
yang dihasilkan.
yang
×
∑
Keterangan:
̅
∑
= rata-rata perolehan skor
= jumlah skor yang diperoleh
= banyaknya butir pernyataan
3) Pembandingan skor rata-rata untuk tiap aspek
sesuai dengan keriteria yang ditentukan.
2. Analisis data kuantitatif
Data
1
diperoleh
Pembandingan skor rata-rata tiap aspek
dari
proses
pengembangan perangkat pembelajaran akan
dianalisis secara deskriptif. Adapun analisis pada
masing-masing aspek adalah sebagai berikut.
yang telah diperoleh, dinyatakan dalam bentuk
nilai kualitatif. Kriteria penilaian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah konversi skala 5
seperti yang disajikan pada Tabel 3 (S. Eko Putro
Widyoko, 2009: 242)
24 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
Tabel 3. Kriteria Penilaian Kualitas RPP dan
LKS
observasi keterlaksanaan pembelajaran. Analisis
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
merujuk pada persentase rata-rata keterlaksanaan
kegiatan pembelajaran yang telah disusun pada
RPP. Berikut adalah langkah-langkah dalam
Keterangan:
menganalisis
= Mean ideal
kepraktisan
perangkat
pembelajaran.
= (Skor maksimal ideal+Skor minimal ideal)
1) Angket respons siswa dan guru
= Simpangan Baku ideal
a) Tabulasi data hasil angket respons siswa dan
= (Skor maksimal ideal+Skor minimal ideal)
guru
Data hasil angket respons siswa dan guru
= skor empiris
Oleh karena skor maksimal ideal dalam
penelitian ini adalah 5 dan skor minimal ideal
adalah 1, maka berdasarkan Tabel 10 dapat
diperoleh pedoman dalam menyatakan skor ratarata untuk tiap aspek menjadi data kualitatif.
ditabulasi
untuk
memudahkan
langkah
selanjutnya. Pedoman penilaian kepraktisan pada
angket respons siswa dan guru disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Pedoman Kepraktisan Angket Respons
Siswa dan Guru
Pedoman pengubahan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Pedoman Pengubahan Rata-rata Skor
Tiap Aspek menjadi Data Kualitatif
b) Penghitungan skor rata-rata untuk tiap aspek
Data skor angket respon siswa dan guru
yang telah ditabulasi, kemudian dilanjutkan
4) Penghitungan skor rata-rata total penilaian
dengan menghitung skor rata-rata untuk tiap
aspek.
produk.
5) Membandingkan skor rata-rata total dengan
kriteria penilaian kualitas RPP dan LKS pada
Rumus
yang
digunakan
untuk
menghitung skor rata-rata untuk tiap aspek
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.
̅=
1
×
∑
Berdasarkan analisis kevalidan di atas,
perangkat
pembelajaran
yang
dihasilkan
dikatakan valid apabila skor rata-rata penilaian
kevalidan
RPP
dan
LKS
masing-masing
∑
= rata-rata perolehan skor
= jumlah skor yang diperoleh
c) Pembandingan skor rata-rata tiap aspek sesuai
b. Analisis kepraktisan
kepraktisan
̅
= banyaknya butir pernyataan
memenuhi kriteria minimal baik.
Analisis
Keterangan:
perangkat
pembelajaran yang dihasilkan didasarkan pada
data angket respons siswa dan guru, serta lembar
dengan kriteria yang ditentukan.
Skor rata-rata untuk tiap aspek yang telah
diperoleh, dinyatakan dalam bentuk kualitatif.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 25
Kriteria
penilaian
yang
digunakan
dalam
1
̅=
×
∑
× 100%
penelitian ini adalah konversi skala 5 seperti yang
disajikan pada Tabel 6 (S. Eko Putro Widyoko,
Keterangan:
̅
2009: 242)
Tabel 6. Kriteria Penilaian Kualitas Angket
Respons Siswa dan Guru
= persentase skor rata-rata
∑
= jumlah nilai yang diperoleh
= banyaknya butir
c) Membandingkan hasil penghitungan dengan
kriteria penilaian keterlaksanaan kegiatan
pembelajaran.
Keterangan:
Adapun
kriteria
penilaian
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran seperti
= Mean ideal
disajikan pada Tabel 8 (Nana Sudjana,
= (Skor maksimal ideal+Skor minimal ideal)
2005:118)
adalah 1, maka berdasarkan Tabel 6 dapat
Tabel 8. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan
Kegiatan Pembelajaran
No Rentang Nilai (%)
Kriteria
1
Sangat Baik
≥ 90
2
Baik
80 ≤ < 90
3
Cukup
70 ≤ < 80
4
Kurang
60 ≤ < 70
5
Sangat
Kurang
< 60
Berdasarkan
analisis
kepraktisan
diperoleh pedoman dalam menyatakan skor rata-
perangkat
rata untuk tiap aspek menjadi data kualitatif.
pembelajaran
Pedoman pengubahan tersebut dapat dilihat pada
memenuhi kualifikasi praktis jika skor rata-rata
Tabel 7.
angket respons siswa dan guru memenuhi kriteria
Tabel 7. Pedoman Pengubahan Rata-rata Skor
Tiap Aspek menjadi Data Kualitatif
minimal
= Simpangan Baku ideal
= (Skor maksimal ideal+Skor minimal ideal)
= skor empiris
Oleh karena skor maksimal ideal dalam
penelitian ini adalah 4 dan skor minimal ideal
pembelajaran
baik
yang
di
atas,
dihasilkan
dan
persentase
perangkat
dikatakan
rata-rata
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran memenuhi
kriteria minimal baik.
c. Analisis keefektifan
Analisis
2) Lembar observasi keterlaksanaan
data
perangkat
pembelajaran yang dihasilkan didasarkan pada
pembelajaran
a) Tabulasi
keefektifan
hasil tes hasil belajar siswa. Analisis tes hasil
skor
hasil
observasi
pembelajaran dengan memberikan skor 1
untuk “Ya” dan 0 untuk “Tidak”.
b) Melakukan penghitungan untuk mendapatkan
persentase keterlaksanaan pembelajaran untuk
semua pertemuan. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut.
belajar siswa mengacu pada Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah
sehingga nilai maksimal pada tes tersebut adalah
100 dengan KKM yang ditetapkan untuk mata
pelajaran matematika adalah 75.
26 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
Adapun
langkah-langkah
dalam
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
menganalisis keefektifan perangkat pembelajaran
Kevalidan perangkat pembelajaran yang
adalah sebagai berikut.
dikembangkan ini dapat diketahui dari penilaian
1) Memberikan skor pada setiap butir jawaban
oleh dua validator, yaitu 1 dosen jurusan
yang diperoleh siswa berdasarkan rubric
Pendidikan Matematika FMIPA UNY dan 1
penilaian yang telah dibuat
dosen Pendidikan Matematika FKIP UAD.
2) Menjumlahkan skor yang diperoleh siswa
Rekapitulasi penilaian perangkat pembelajaran
3) Menentukan nilai yang diperoleh masing-
yang berupa RPP dapat dilihat pada Tabel 10 dan
masing siswa.
rekapitulasi penilaian perangkat pembelajaran
4) Mengkategorikan hasil tes hasil belajar siswa
berdasarkan KKM yang ditetapkan di sekolah
yang berupa LKS dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 10. Rekapitulasi Penilaian RPP
yang bersangkutan, yaitu 75.
5) Melakukan tabulasi data hasil tes hasil belajar
siswa
6) Menghitung persentase ketuntasan tes hasil
belajar siswa dengan menggunakan rumus:
=
ℎ
× 100
7) Mengkonversi hasil persentase ketuntasan
belajar
klasikal
menjadi
nilai
kualitatif
berdasarkan kriteria penilaian skala 5 menurut
S. Eko Putro Widoyoko (2009: 242) seperti
Tabel 11. Rekapitulasi Penilaian LKS
pada Tabel 9.
Tabel 9. Kriteria Ketuntasan Hasil Tes Hasil
Belajar Siswa
Persentase
Klasifikasi
Ketuntasan
Sangat Baik
> 80
Baik
60 < ≤ 80
Cukup
40 < ≤ 60
Kurang Baik
20 < ≤ 40
Sangat
Kurang
≤ 20
Berdasarkan
analisis
keefektifan
perangkat
pembelajaran
pembelajaran
yang
di
atas,
dihasilkan
perangkat
Berdasarkan
penilaian
pada
RPP
dikatakan
diperoleh skor rata-rata 4,2 dari skor maksimal 5
memenuhi kualifikasi efektif jika persentase
dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa
ketuntasan hasil tes hasil belajar siswa memenuhi
RPP yang dikembangkan telah sesuai dengan
kriteria minimal baik.
prinsip
pengembangan
RPP
seperti
yang
tercantum pada BSNP tahun 2007. Selain itu,
RPP secara teknis telah memenuhi syarat minimal
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 27
komponen RPP dan sesuai dengan pedoman
informasi
penyusunan
model
pertanyaan, adanya kegiatan penemuan konsep
pembelajaran probing prompting, yaitu adanya
oleh siswa, adanya masyarakat belajar, adanya
situasi baru yang diberikan kepada siswa,
pemodelan dalam konteks kehidupan sehari-hari,
diberikannya
untuk
adanya umpan balik terkait materi yang baru saja
merumuskan jawaban terkait situasi baru yang
dipelajari, dan adanya authentic assessment
diberikan, adanya persoalan
melalui
kepada
RPP
menggunakan
kesempatan
siswa
berpikir
untuk
yang diajukan
terus
menggali
dan
pengetahuan
aktivitas-aktivitas
siswa
dalam
melalui
proses
pembelajaran (Masnur Muslich, 2007:43).
pengetahuannya, adanya kesempatan berpikir
Meskipun mendapatkan kriteria sangat
untuk merumuskan jawaban, adanya interaksi
baik, syarat konstruksi memperoleh skor paling
tanya jawab untuk menggali dan menuntun siswa,
rendah dibandingkan dengan aspek lain, yaitu 4,1
dan adanya pertanyaan akhir untuk memastikan
dari skor maksimal 5 dengan kriteria baik.
bahwa
indikator
Menurut Hendro Darmoji dan Jenny R.E. Kaligis
Mutmainnah,
(1992:41-46), syarat konstruksi berkaitan dengan
2013:39-40). Meski telah mencapai kriteria baik,
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata,
hanya aspek identitas mata pelajaran dan kegiatan
tingkat kesukaran dan kejelasan kalimat yang
pembelajaran yang mencapai kriteria sangat baik,
harus tepat guna sehingga dapat dimengerti oleh
sehingga aspek lainnya masih sangat perlu untuk
siswa. Hal ini berarti bahwa penggunaan bahasa,
ditingkatkan. Berbagai saran dan masukan yang
susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan
diberikan penilai terkait aspek-aspek tersebut
kejelasan pada LKS yang dikembangkan tidak
telah digunakan untuk merevisi RPP sehingga
sebaik aspek-aspek lainnya. Selain itu, dari aspek
diperoleh RPP yang lebih baik dan layak
materi juga masih dalam kriteria baik dengan skor
digunakan dalam pembelajaran.
4,2 dari skor maksimal 5. Hal ini berarti bahwa
siswa
pencapaian
telah
menguasai
kompetensi
(Siti
Sementara itu, berdasarkan penilaian pada
aspek materi belum sebaik aspek-aspek yang
LKS diperoleh skor rata-rata 4,4 dari skor
mendapat kriteria sangat baik. Oleh karena itu,
maksimal 5 dengan kriteria sangat baik. Hal ini
berbagai saran dan masukan terkait syarat
menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan
konstruksi dan aspek materi serta aspek lain yang
telah memenuhi syarat pengembangan LKS yang
diberikan penilai telah digunakan sebagai bahan
baik (Hendro Darmojo & Jenny R.E. Kaligis,
revisi untuk memperoleh LKS yang lebih baik.
1992:
41-46).
Selain
yang
Kepraktisan dari perangkat pembelajaran
dikembangkan juga telah memenuhi syarat untuk
yang dikembangkan ini dapat diketahui dari hasil
bisa
proses
angket respons siswa dan guru sebagai pengguna
komponen-
perangkat pembelajaran. Selain itu, kepraktisan
komponen utama dari pendekatan kontekstual,
perangkat pembelajaran yang dikembangkan juga
yaitu adanya kegiatan untuk memfasilitasi siswa
dapat dilihat dari hasil observasi keterlaksanaan
dalam mengkonstruksi pengetahuan menurut
pembelajaran.
dirinya sendiri, adanya dorongan untuk menggali
respon siswa dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
memfasilitasi
pembelajaran
sesuai
itu,
siswa
LKS
dalam
dengan
Rekapitulasi
penilaian
angket
28 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
Tabel 12. Rekapitulasi Penilaian Angket Respon
Siswa
Berdasarkan respons yang diberikan oleh
siswa diperoleh skor rata-rata 3,5 dari skor
maksimal 4 dengan kriteria sangat baik. Hal ini
berarti bahwa perangkat yang dikembangkan
membantu,
memudahkan,
dan
memberikan
manfaat kepada siswa dalam memahami materi
Berdasarkan perolehan nilai angket respon
siswa,
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan mendapatkan kriteria sangat baik
dengan rata-rata perolehan skor 3.5 dari skor
maksimal 4. Jadi, perangkat pembelajaran praktis
segitiga dan segi empat. Proses pembelajaran
yang disajikan dengan pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat menggali dan menuntun serta LKS
yang
disajikan
dengan
aktivitas-aktivitasnya
dapat memfasilitasi siswa dengan baik.
Berdasarkan hasil respons yang diberikan
untuk digunakan.
Rekapitulasi penilaian angket respon guru
guru diperoleh skor 3,2 dari skor maksimal 4
dengan kriteria baik. Hal ini berarti bahwa 1)
dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Rekapitulasi penilaian angket respon
materi tersampaikan kepada siswa dengan baik,
2) penyajian RPP jelas dan runtut, serta langkah-
guru
langkah
pembelajaran
yang
ditempuh
bisa
melibatkan keaktifan siswa, dan 3) LKS bisa
memfasilitasi siswa dalam memperoleh makna
dari
Berdasarkan perolehan nilai angket respon
guru,
perangkat
pembelajaran
yang
pembelajaran
yang
telah
dilakukan.
Sementara itu, hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran
memperoleh
persentase
84,38
dikembangkan mendapatkan kriteria baik dengan
dengan kriteria baik. Hal ini berarti bahwa
rata-rata perolehan skor 3,2 dari skor maksimal 4.
kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan
Jadi, perangkat pembelajaran praktis untuk
dengan
digunakan.
direncanakan.
Dengan
penjabaran
atas,
Rekapitulasi hasil observasi dapat dilihat
baik
di
sesuai
dengan
RPP
apa
demikian,
dan
LKS
yang
sesuai
yang
pada Tabel 14.
dikembangkan praktis digunakan dalam proses
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Observasi
pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan Van den Akker (Rochmad, 2012:70)
bahwa perangkat pembelajaran dikatakan praktis
jika adanya nilai guna dan disukai dalam kondisi
normal.
Berdasarkan hasil uji coba lapangan,
perangkat pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual dan model pembelajaran
probing
prompting
yang
dihasilkan
telah
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 29
memenuhi kualifikasi efektif. Secara umum,
kriteria baik serta RPP dan LKS praktis
persentase ketuntasan siswa dalam tes yang
menurut angket respon siswa dengan skor 3.5
dilakukan pada akhir pertemuan adalah 80%
dari skor maksimal 4 dan kriteria sangat baik.
dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan
bahwa
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan dapat memfasilitasi siswa sesuai
dengan tujuan yang dimaksud. Ketercapaian hasil
belajar menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan
pembelajaran
sehingga
produk
3. RPP dan LKS efektif menurut nilai tes hasil
belajar dengan presentase ketuntasan 80%
dan kriteria baik.
Saran
1. Perangkat pembelajaran
berupa RPP dan
yang
LKS yang dikembangkan memiliki kriteria
dikembangkan dapat dikatakan efektif. Hal ini
valid, praktis, dan efektif. Oleh karena itu,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
bagi
Trisniawati (2013) bahwa pembelajaran dengan
pengembangan
pendekatan kontekstual efektif dan penelitian
serupa sesuai dengan prosedur yang sama
yang dilakukan oleh Yuriska, dkk (2014) bahwa
dengan prosedur yang digunakan dalam
pembelajaran dengan probing prompting efektif.
penelitian ini dengan pokok bahasan dan
peneliti
lain
dapat
perangkat
melakukan
pembelajaran
pendekatan yang lain.
2. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS
SIMPULAN DAN SARAN
dengan pendekatan kontekstual dan model
Simpulan
pembelajaran probing prompting pada materi
Berdasarkan
perangkat
hasil
pembelajaran
pengembangan
dengan
pendekatan
kontekstual dan model pembelajaran probing
prompting untuk SMP kelas VII menggunakan
model ADDIE, diperoleh perangkat pembelajaran
berupa RPP dan LKS. RPP dan LKS yagn
dikembangkan memiliki kualitas sebagai berikut:
1. RPP yang dikembangkan valid menurut hasil
penilaian oleh dosen ahli dengan skor 4.2 dari
skor maksimal 5 dan kriteria baik. LKS yang
dikembangkan valid menurut hasil penilaian
oleh dosen ahli dengan skor 4.4 dari skor
maksimal 5 dan kriteria sangat baik.
2. RPP dan LKS yang dikembangkan praktis
menurut hasil observasi dengan presentase
84.38% dan kriteria baik. Selain itu, RPP dan
LKS praktis menurut angket respon guru
dengan skor 3.2 dari skor maksimal 4 dan
Segitiga dan Segi Empat yang dikembangkan
ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
tidak menutup kemungkinan bahwa perangkat
pembelajaran yang dikembangkan ini perlu
direvisi
lagi
pembelajaran
agar
yang
dihasilkan
perangkat
benar-benar
dapat
memfasilitasi kebutuhan belajar siswa sesuai
dengan perubahan zaman.
30 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2014). Pembelajaran Tematik
Terpadu.
Bandung:
PT
Remaja
Rosdakarya.
Ali
Hamzah dan Muhlisrarini. (2014).
Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Bell, Frederick H. (1978). Teaching and Learning
Mathematics (In Secondary School).
USA: Wm. C. Company Publisher.
Badan Standar Nasional Pendidikan (2014). Daya
Serap Mata Pelajaran Tahun 2014.
Jakarta: BSNP.
Hendro Darmodjo & Jenny R. E. Kaligis. (1993).
Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.
Jamil
Suprihatiningrum.
(2012).
Pembelajaran. Teori dan
Yogyakarta: Ar-Rus Media
Strategi
Aplikasi.
Masnur Muslich. (2011). KTSP. Pembelajaran
Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mukhid, Abdul. 2009. Bertanya atau Menjadi
Keledai. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.
Nana Sudjana. (2005) Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Ratna Wilis Dahar. (2011). Teori-teori Belajar &
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika.
Jurnal FMIPA UNNES (Volume 3 Nomor
1). Hlm. 68-71.
Sitti
Mutmainnah, dkk. Penerapan Teknik
Pembelajaran Probing Prompting untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada
Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Bawana
tengah. Jurnal Pendidikan
Fisika
tadulako (Volume 2 Nomor 01). Hlm. 3940.
S. Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi
Program Pembelajaran. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Download