Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Demonstrasi
Ada beberapa pengertian tentang metode demonstrasi yang di jabarkan
oleh beberapa para ahli yaitu sebagai berikut: Pengertian Metode Demonstrasi
menurut Sumantri dan Permana (2001) yaitu suatu bentuk proses belajar mengajar
dengan memperagakan atau menunjukkan sesuatu atau bentuk tiruan sebagai
bahan ajar. Menurut Putra (2004), metode demonstrasi adalah cara penyajian
pelajaran dengan memertunjukkan secara langsung obyek atau cara melakukan
untuk mempertunjukkan proses tertentu. Kemudian metode demostrasi menurut
Yamin (2007) adalah suatu cara melaksanakan kegiatan dengan menggunakan alat
dengan cara tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Metode demonstrasi
merupakan metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana memperlihatkan
proses terjadinya sesuatu, dimana keaktifan biasanya lebih banyak pada pihak
guru (Ibrahim dan Syaodih, 2010).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode
demonstrasi adalah cara mengajar dimana seseorang instruktur atau guru
memperlihatkan suatu proses tindakan atau situasi benda tertentu yang sedang di
gunakan untuk mempelajari materi pelajaran baik dalam bentuk sebenarnya
maupun dalam bentuk tiruan.
2.1.1.1 Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi
Jika dijabarkan dari pengertian Sumantri dan Permana (2001), metode
demonstrasi berkenaan dengan tindakan- tindakan atau prosedur yang harus
dilakukan, misalnya proses mengatur sesuatu, proses mengerjakan dan
menggunakannya,
komponen
–
komponen
yang
membentuk
sesuatu,
membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat
kebenaran sesuatu
7
8
Menurut Sumantri dan Permana (2001), tujuan penggunaan metode
demonstrasi yaitu:
1. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus di miliki peserta didik atau
dikuasai peserta didik
2. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik
3. Mengembangkan kemempuan pengamatan pandangan dan penglihatan para
peserta didik secara bersama - sama.
2.1.1.2 Alasan penggunaan
Terdapat beberapa alasan mengapa seorang guru menggunakan metode
demonstrasi menurut Sumantri dan Permana (2001), yaitu:
a. Tidak semua topik dapat terang melalui penjelasan atau diskusi.
b. Sifat pelajaran yang menuntut diperagakan.
c. Tipe belajar peserta didik yang berbeda ada yang kuat visual, tetapi lemah
dalam auditif dan motorik ataupun sebaliknya.
d. Memudahkan mengajarkan suatu cara kerja/prosedure.
2.1.1.3Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan metode demonstrasi
menurut para ahli, yang pertama menurut Sumantri dan Permana (2001), yaitu:
a. Kelebihan metode demonstrasi:
1. Membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit dan menghindari
verbalisme.
2. Memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran.
3. Proses pelajaran akan lebih menarik.
4. Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan dapat mencobanya
sendiri.
5. Dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat di lakukan dengan
menggunakan metode yang lain.
b. Kekurangan metode demonstrasi:
1. Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
2. Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus di
kondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu.
9
3. memerlukan waktu yang banyak
4. Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.
Dengan menggunakan metode demonstrasi, diharapkan siswa dapat aktif
serta dapat menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui proses
yang dialami siswa secara langsung akan mempengaruhi pemahaman dan hasil
belajar siswa akan meningkat (Sumantri & Permana, 2001).
2.1.1.4 Langkah – langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Demonstrasi
Ada beberapa langkah yang dapat di tempuh dalam memakai metode
demonstrasi menurut Moedjiono dan Dimyati (2009) adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pemakaian metode demonstrasi, meliputi:
mengkaji kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan di capai,
analisis kebutuhan peralatan untuk demonstrasi,
mencoba peralatan dan analisis kebutuhan waktu,
merancang garis – garis besar demonstrasi.
2. Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi:
mempersiapkan peralatan dan bahan yang di perlukan untuk demonstrasi,
memberikan pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan para siswa
mengikuti demonstrasi, berisikan penjelasan tentang prosedur dan instruksi
keamanan demonstrasi,
memeragakan tindakan, proses atau prosedur yang di sertai penjelasan,
ilustrasi dan pernyataan.
3. Tindak lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi:
diskusi tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja di
demonstrasikan,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala
hal yang telah didemonstrasikan.
Langkah – langkah pembelajaran menggunakan metode demonstrasi yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
I. Kegiatan awal
•
Guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran
10
•
Guru melakukan apersepsi kepada siswa
•
Siswa diminta untuk mengalami sendiri kejadian yang terkait dengan topic
yang akan dibicarakan.
II. Kegiatan inti
1. Orientasi siswa pada topik
•
Menyebutkan topic yang akan dipelajari dan tujuan yang akan
dipelajari
•
Guru mendemonstrasikan salah satu kegiatan yang berkaitan
mengenai topic yang dipelajari
•
Siswa mendiskusikan dan menyimpulkan kegiatan yang telah
didemonstrasikan
2. Membagi siswa kedalam kelompok dengan pertimbangan kemampuan
akademis yang heterogen
•
Guru membagi lembar kerja kelompok kepada siswa
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
•
Guru mengontrol pelaksanaan demonstrasi praktikum
•
Guru memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran
•
Memberi semangat kepada siswa selama proses pembelajaran
•
Siswa membuat kesimpulan jawaban yang telah dilakukan selama
praktikum
4. Menyajikan hasil demonstrasi oleh siswa dalam kelompok
•
Mempresentasikan hasil demonstrasi kelompok
•
Mendiskusikan/memberi tanggapan hasil diskusi kelompok lain
III. Kegiatan akhir
Evaluasi hasil demonstrasi
1. Guru bersama siswa mengkonfirmasi dan atau memberi pengantar
informasi hasil demonstrasi
2. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil demonstrasi
11
3. Guru melakukan penilaian yaitu pada lembar evaluasi per kelompok
2.1.2 Motivasi
2.1.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi menurut Nursalim, dkk (2007) adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif atau motif – motif menjadi tindakan atau perilaku untuk
memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan. Motif disini
diartikan setiap kondisi atau keadaan pada diri seseorang atau suatu organisme
yang menimbulkan kesiapan untuk memulai atau melanjutkan suatu atau
seperangkat tindakan atau perilaku.
Menurut Djamarah (2011), motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk
dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi menurut Ibrahim dan Syaodah
(2010) adalah setiap perbuatan termasuk perbuatan belajar yang didorong oleh
sesuatu atau beberapa motif. Motif atau biasa juga di sebut dorongan atau
kebutuhan merupakan sesuatu tenaga yang berada didalam diri individu atau
siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar
menurut Yamin (2007), merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan
dan pengalaman. Pendapat lain tentang motivasi belajar menurut Purwanto (2002)
yaitu suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang
(incentive).
Jadi, dari beberapa pendapat yang diuraikan, motivasi dapat disimpulkan
yaitu suatu dorongan atau keinginan dalam diri sendiri untuk dapat melakukan
sesuatu. Motivasi dalam penelitian ini dimaksudkan yaitu keinginan/dorongan
dalam diri siswa untuk dapat melakukan sesuatu yaitu kegiatan dalam proses
pengajaran. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengukur motivasi belajar siswa yaitu ada beberapa aspek yang dicantumkan:
1. Aspek intrinsik
a. Perasaan senang
12
•
Senang mengikuti pelajaran IPA
•
Senang Terhadap guru IPA
b. Kemauan
•
Kemauan siswa mengerjakan soal IPA
•
Kemauan siswa mengerjakan PR IPA
•
Keinginan siswa memiliki nilai baik
c. Kesadaran
•
Kesadaran siswa untuk belajar IPA
•
Kesadaran siswa untuk mendalami materi
d. Kemandirian
•
Kemandirian siswa untuk tidak menyontek
2. Aspek ekstrinsik
Dorongan dari lingkungan sekitar
•
Dorongan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik
•
Keinginan untuk mendapatkan hadia
2.1.2.2 Jenis - jenis Motivasi Belajar
Menurut Djamarah (2011) jenis motivasi belajar ada 2 yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik.
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif – motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu di rangsang dari luar, karena dalam
setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang
telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan
melakukan suatu kegiatan yaang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat di perlukan, terutama belajar
sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan
aktifitas belajar terus – menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik
selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu di latar belakangi oleh pemikiran
13
yang positif, bahwa semua mata pelajan yang di pelajari sekarang akan di
butuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa datang.
2. Motivasi ekstrinsik
Yang dimaksud motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar di katakana
ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor – faktor
situasi belajar (reside in some factors outsides the learning situation). Anak didik
belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang di
pelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan
dan sebagainya.
2.1.2.3 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Ada beberapa faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut
Nursalim (2007) adalah sebagai berikut:
a. Cita – cita atu aspirasi siswa: yaitu tampak pada keinginan anak sejak kecil
seperti keinginan belajar berjalan, membaca, menyanyi, dan sebagainya.
b. Kemampuan siswa: keberhasilan atau kemampuan siswa yang tinggi dalam
menyelesaikan suatu tugas dengan baik, dapat menimbulkan perasaan puas dan
menyenangkan, sehingga perbuatan tersebut akan cenderung di ulangi lagi
olehnya.
c. Kondisi siswa: meliputi kondisi jasmani dan rohani.
d. Kondisi lingkungan siswa: dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.
2.1.2.4 Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Ada beberapa peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran menurut
Nursalim (2007) adalah sebagai berikut:
a. Motivasi menentukan penguat belajar: motivasi dapat menentukan hal – hal apa
di lingkungan yang dapat memperkuat perbuatan belajar.
b. Motivasi memperkuat tujuan belajar: suatu proses belajar akan leih mudah
terjadi apabila kita memahami apa tujuan pelajaran itu.
c. Motivasi menentukan ragam kendali rangsangan belajar: motivasi yang di
miliki individu tidak hanya memperjelas tujuan pelajaran yang di ikuti, tetapi juga
14
dapat di gunakan untuk memilih hal – hal mana dari stimulus yang di perolehnya,
yang berkaitan dengan pelajaran tersebut dan mana yang tidak.
d. Motivasi menentukan ketekunan belajar: motivasi menyebabkan seseorang
tekun belajar.
2.1.2.5 Peranan Guru Dalam Motivasi Belajar Siswa
Ada beberapa peranan guru dalam motivasi belajar siswa menurut
Nursalim (2007) adalah sebagai berikut:
a. Mengenal setiap siswa yang di ajarnya secara pribadi, sehingga guru dapat
memberi perlakuan yang tepat bagi tiap siswa.
b. Memperlihatkan interaksi yang menyenangkan sehingga menimbulkan suasana
aman di kelas dan menciptakan suasana sehat di kelas.
c. Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakannya secara
tepat, sehingga guru dapt mengubah – ubah cara mengajarnya sesuai dengan
suasana kelas.
d. Menjaga suasana kelas agar siswa terhindar dari konflik dan frustasi, sebab hal
tersebut dapat menyebabkan gairah belajar siswa menurun.
e. Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuannya, sehingga
guru dapat memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai dengan hal – hal yang
di ketahuinya dari setiap siswa itu.
2.1.3 IPA
2.1.3.1 Pengertian IPA
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala – gejala yang ada
di dalam alam semesta, termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip
(Jasin, 2002). Somatowa (2010) juga berpendapat tentang pengertian IPA yaitu
ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa – peristiwa yang terjadi
dialam ini.
IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) yaitu IPA
sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya
pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep, prinsip – prinsip saja,
tetapi juga merupakan proses penemuan. Jadi pada intinya IPA adalah bagian dari
15
disiplin ilmu yang mempelajari seluruh apa yang ada di alam ini baik benda hidup
atau mati.
2.2.2 Ruang lingkup IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu yang berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut
dalam
menerapkannya
di
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan
manusia
melalui
pemecahan
masalah-masalah
yang
dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP,
2006).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), menyebutkan bahwa ruang
lingkup pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek – aspek berikut:
1. Mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu, manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan tumbuhan, serta kesehatan.
2. Benda/ materi, sifat – sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
16
4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda –
benda langit lainnya.
2.1.3.3 Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan mata pelajaran IPA di SD dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006, yaitu:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari – hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bakal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
2.1.4 Belajar
Menurut Slameto (2003), belajar merupakan suatu usaha yang di lakukan
oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Nursalim, dkk (2007), belajar diartikan sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku indidvidu yang relative menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif.
17
Definisi belajar menurut Suryabrata (2002), adalah bahwa belajar
membawa perubahan, dan perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya
kecakapan baru yang terjadi karena usaha. Kemudian definisi belajar menurut
Winataputra (2008) adalah belajar sebagai penambahan, perluasan, dan
pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan.
Berdasarkan pengertian belajar di atas maka dapat di simpulkan bahwa
belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam
bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan. Dan belajar
merupakan perubahan seluruh tingkah laku suatu organism atau individu sebagai
hasil pengalaman.
2.1.4.1 Hasil belajar
Hasil belajar (Sudjana, 2010) adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar menurut Dimyati dan
Moedjiono (2009), hasil belajar merupakan hal yang dapat di pandang dari dua
sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang baik bila di banding pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis – jenis ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terseleksinya bahan pelajaran.
Menurut Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Kemudian hasil belajar
menurut Suprijono (2011) menyatakan bahwa pola – pola perbuatan, nilai – nilai,
pengertian – pengertian, sikap – sikap, apresiasi dan keterampilan.
Hasil belajar atau prestasi belajar merupakan kecakapan aktual (actual
ability) yang di peroleh siswa, kecakapan potensial (potencial ability) yaitu
kemampuan dasar yang berupa disposisi yang di miliki individu untuk mencapai
prestasi. Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan
berbagai cara, salah satunya yaitu dengan melakukan evaluasi. Evaluasi menurut
Sudijono (2008) yang berarti kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk
dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah
18
pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian
inilah yang dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah tes. Bila penilaian
(evaluasi) kita gunakan dalam dunia pendidikan, maka penilaian pendidikan
berarti suatu tindakan untuk menentukan segala sesuatu dalam dunia pendidikan.
Salah satu kegiatan evaluasi yang di lakukan oleh pendidik atau guru dengan cara
melakukan tes.
Tes merupakan cara (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan
penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian
tugas baik berupa pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab (oleh testee), atau
perintah – perintah yang harus dikerjakan sehingga (atas dasar data yang diperoleh
dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah
laku atau prestasi testee dan nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai – nilai
yang dicapai oleh testee lainnya, atau di bandingkan dengan nilai standar tertentu
(Ibrahim dan Syaodih, 2010).
Adapun bentuk – bentuk tes menurut Ibrahin dan Syaodih (2010) adalah tes
bentuk uraian, tes bentuk obyektif dan bentuk melangkapi. Yang pertama, tes
bentuk uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menguraiakan apa
yang terdapat dalam pikirannya tentang sesuatu masalah yang diajukan oleh guru.
Tes bentuk uraian terbagi atas dua jenis yaitu: (1) Uraian bebas yaitu tes yang soal
– soalnya harus di jawab dengan uraian secara bebas. (2) Uraian terbatas yaitu tes
yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian yang telah terarah.
Kemudian tes yang kedua yaitu tes bentuk obyektif. Tes bentuk ini ada beraneka
ragam jenisnya yaitu: (1) bentuk benar salah yaitu soal dibuat dalam pertanyaan.
Tugas murid menetapkan apakah pernyataan itu benar atau salah. (2) bentuk
pilihan ganda yaitu bentuk soal ini menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban,
satu diantaranya adalah jawaban yang benar. Tugas siswa adalah memilih jawaban
yang benar itu dari sejumlah kemungkinan (option) yang tersedia. (3) bentuk
menjodohkan yaitu siswa diminta menjodohkan secara tepat setiap butir soal
dengan pasangannya pada kemungkinan jawaban. Dan bentuk tes yang terakhir
adalah
bentuk
melengkapi
yaitu
bentuk
ini
terdiri
dari
serangkaian
pernyataan/paragraph yang dihilangkan sebagian unsurnya, sehingga tidak
19
lengkap. Kemudian siswa diminta untuk melengkapi kalimat atau paragraph
tersebut.
Ketiga bentuk tes tersebut biasanya sering di gunakan dalam ulangan harian
atau tes formatif, dan tes sumatif. Tes Formatif di maksudkan untuk memantau
kemajuan hasil belajar siswa selama proses belajar berlangsung, dan untuk
memberikan balikan bagi penyempurnaan program belajar – mengajar, serta untuk
mengetahui kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar –
mengajar menjadi lebih baik. Sedangkan Tes sumatif di berikan pada saat satua
pegalaman di anggap selesai. Tes sumatif di berikan dengan maksud untuk
menetapka apakah seorang siswa berhasil mencapai sekumpulan tujuan
pengajaran atau tidak. Tujuan tes sumatif ialah untuk menentukan angka
berdasarkan tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya di pakai sebagai angka
raport.
Bentuk soal tes yang di berikan untuk siswa dalam penelitian ini adalah
soal bentuk pilihan ganda yaitu bentuk soal ini menyediakan sejumlah
kemungkinan jawaban, satu diantaranya adalah jawaban yang benar. Tugas siswa
adalah memilih jawaban yang benar itu dari sejumlah kemungkinan (options)
yang tersedia.
Ada beberapa tujuan dan fungsi dalam penilaian (evaluasi) menurut
Sudijono (2008), yang pertama yaitu tujuan dari penilaian mencakup tujuan
umum dan khusus, yaitu:
a. Tujuan umum
Tujuan umum yang pertama, yaitu untuk menghimpun bahan – bahan
keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau
taraf kemajuan yang di alami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umun
dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk memperoleh data pembuktian, yang
akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan – tujuan kurikuler, setelah
mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah
ditentukan. Kemudian tujuan umum yang kedua yaitu, untuk mengetahui tingkat
20
efektifitas dari metode – metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam
proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Jadi tujuan umum yang kedua
dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai di manakah
efektifitas mengajar dan metode – metode mengajar yang telah di terapkan atau di
laksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang di laksanakan oleh peserta
didik.
b. Tujuan khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari evaluasi dalam bidang pendidikan
adalah, yang pertama yaitu untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam
menempuh program pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin
timbul kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki
dan meningkatkan prestasinya masing – masing. Kemudia tujuan khusus yang kedua yaitu untuk mencari dan menemukan faktor – faktor penyebab keberhasilan
dan ketidak berhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan,
sehingga dapat dicari dan di temukan jalan keluar atau cara – cara perbaikannya.
Yang kedua yaitu fungsi penilaian (evaluasi) yang secara umum ada dua
macam fungsi yang di miliki. Fungsi yang pertama yaitu sebagai alat pengukur
terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah di capai oleh peserta didik setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Dan
fungsi penilaian yang kedua yaitu sebagai alat pengukur keberhasilan program
pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh
program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
Menurut Purwanti (2008), prinsip – prinsip penilaian hasil belajar peserta
didik di dasarkan pada data sahih yang diperoleh melalui prosedur dan instrument
yang memenuhi persyaratan dengan mendasarkan diri pada prinsip – prinsip
sebagai berikut:
a. Mendidik, artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik,
dimana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi
kepada peserta didik untuk lebih giat belajar.
21
Trasparan/tebuka artinya bahwa prosedur penilaian, kriteria penilaian ataupun
dasar pengambilan keputusan harus di sampaikan secara transparan dan di
ketahui oleh pihak – pihak terkait secara obyektif.
Menyeluruh artinya penilaian hasil belajar yang di lakukan harus meliputi
berbagai aspek, kompetensi yang akan dinilai yang terdiri dari ranah
pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor, sikap, dan nilai afektif yang di
refleksikan dalam kebiasaan berfikir dan berfikir dan bertindak.
Terpadu dengan pembelajaran, artinya bahwa dalam melakukan penilaian
kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kognitif, afektif, dan
psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya di lakukan setelah siswa
menyelasaiakan
pokok
bahasan
tertentu,
tetapi
juga
dalam
proses
pembelajaran.
Obyektif, artinya proses penilaian yang di lakukan harus meminimalkan
pengaruh – pengaruh, atau pertimbangan subyektif dari penilai.
Sistematis, artinya penilaian harus di lakukan secara terencana dan bertahap
serta berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan
belajar sisiwa.
Berkesinambungan, artinya evaluasi harus di lakukan secara terus – menerus
sepanjang rentang waktu perjalanan.
Adil, artinya dalam proses penilaian tidak ada siswa yang di untungkan atau di
rugikan berdasarkan latar belakang sosial, ekonomi, agama, budaya, bahasa,
suku bangsa, warna kulit dan gender.
i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu menggunakan kriteri
tertentu dalam menentukan kelulusan yang telah di tetapkan sebelumnya.
Ada beberapa kriteria tes yang baik untuk menilai hasil belajar siswa
menurut Ibrahim dan Syaodih (2010) yaitu harus memenuhi validitas, reliabilitas
dan objektivitas. Pengertian yang sederhana tentang ketiga kriteria tersebut yaitu:
1. Suatu tes di katakana valid jika tes itu mengukur apa yang sesungguhnya ingin
di ukur. Jika suatu tes dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berhitung,
maka soalnya harus dibatasi pada kemampuan berhitung, jangan menuntut
kemampuan yang lain, seperti kemampuan berbahasa dan sebagainya.
22
2. Suatu tes di katakana reliable jika tes itu memperlihatkan hasil yang sama
(tetap) ketika di berikan pada waktu yang berbeda tehadap individu atau
kelompok yang sama.
3. Suatu tes di katakana objektif jika penilaian dari dua orang atau lebih terhadap
suatu jawaban yang di berikan, sama atau menunjukkan hasil yang sama.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah
bukti usaha yang di capai oleh siswa yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan
sikap seseorang dalam memahami materi pelajaran serta menyelesaikan
permasalahan dan juga kemampuan yang di miliki seseorang setelah menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang di lakukan seseorang setalah
melakukan usaha – usaha belajar. Untuk selanjutnya yang di maksud hasil belajar
dalam penelitian ini adalah hasil tes yang di ambil pada mata pelajaran IPA kelas
IV SD N Trembul Rejo 01 Kec. Ngawen Kab. Blora pada pokok bahasan Energi
panas dan Energi bunyi.
2.2 Kajian Hasil Panelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah pustaka yang di lakukan, berikut ini di kemukakan
beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variable penelitian yang di
lakukan adalah sebagai berikut:
1. Rachmawati (2011) Pengaruh Penggunaan metode demonstrasi pada mata
pelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD N karanggeneng 1 Kec.
Kunduran Kab. Blora tahun pelajaran 2010/2011. Hasilnya yaitu: Metode
demonstrasi terhadap hasil belajar IPA pokok bahasan Energi panas dan Energi
bunyi pada siswa kelas IV SD N Karanggeneng 1 Kec kunduran kab, blora
semester II Tahun Pelajaran 2010/2011. Disini kelas IV A sebagai kelas
eksperimen (menggunakan treatmen metode demonstrasi) dan Kelas IV B
sebagai kelas control( tanpa menggunakan treatment). Analisis perbedaan
menggunakan analisis uji t, uji t ini di gunakan untuk mengetahui perbedaan
nilai rata – rata kelas eksperimen dan kelas control. Hasil analisis pada kelas
23
eksperimen perhitungan menunjukkan bahwa nilai T hitung sebesar 3.474 dan
f table sebesar 0.676, jadi T hitung > Ftabel (3.474>0.676), dan nilai
probabilitas (0,001<0,05) maka Ho ditolak, jadi ada perbedaan penggunaan
metode demonstrasi dengan pembelajaran tanpa menggunakan metode
demonstrasi
artinya
metode
demonstrasi
berpengaruh
positif
dalam
pembelajaran terhadap hasil belajar IPA pokok bahasan energy panas dan
energy bunyi pada siswa kelas IV SD N Karanggeneng 1 Kec. Kunduran Kab.
Blora pada semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Asti (2010), Penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi
belajar peserta didik kelas V paa mata pelajaran IPA. Hasilnya yaitu melalui
penelitian, penulis bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
dengan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA di kelas V
SD Negri 2 Kalimendong. Hipotesis penelian: dengan menggunakan metode
demonstrasi,maka prestasi b elajar peserta didik kelas V mata pelajaran IPA
semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SD N Kalimendong II, pada pokok
bahasan system pernapasan pada manusia dan system pencernaan pada
manusia akan meningkat. Hasil yang di peroleh dalam penelitian ini adalah
terjadinya peningkatan prestasi belajar peserta didik yang signifikan. Pada
siklus I kondisi awal (pre test) , prestasi belajar peserta didik termasuk dalam
kategori rendah yang di tunjukkan dengan rata – rata nilai 42, sedangkan pada
pembelajaran berikutnya (post test) ditunjukkan dengan nilai rata – rata 76 dan
setelah di lakukan tindak lanjut, rata – rata nilai peserta didik menjadi 79.
Selanjutnya pada siklus II, terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik
yang di tunjukkan dengan rata – rata nilai 83. Dan setelah di lakukan tindak
lanjut rata – rata nilai peserta didik menjadi 84 dengan mencapai ketuntasan
belajar 100%. Dengan demikian metode demonstrasi dapat meningkarkan
prestasi belajar peserta didik kelas V Mata Pelajaran IPA SD N 2
Kalimendong.
3. Rasyim
(2011),
Upaya
meningkatkan
hasil
belajar
IPA
tentang
mendeskripsikan sifat- sifat cahaya melalui metode demonstrasi menggunakan
periskop di kelas V SD N 3 Kalisalak UPK Kebasen Banyumas pada semester
24
II Tahun 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA
dengan metode
demonstrasi menggunakan periskop hasil belajar
siswa
sebelum dilaksanakan penelitian ini nilai rata – rata pada mata pelajaran IPA
hanya 66,42. Pada siklus II nilai rata – rata menjadi 89,13 atau naik 34% dari
kondisi awal. Dengan demikian hasil belajar siswa dengan menggunakan
metode demonstrasi menngunakan periskop mengalami peningkatan.
4. Astuti (2010), Penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas V pada pembelajaran IPA di SD N Jepon 8 Kecamatan
Jepon Kabupaten Blora Semester I tahun ajaran 2009/2010. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada siswa kelas V yang berjumlah 25 anak terjadi
peningkatan ketuntasan hasil belajar terhadap materi organ tubuh dengan
kompetensi dasar
mengidentifikasi fungsi organ peredaran darah. .
Peningkatan prestasi belajar tersebut terjadi secara bertahap di mana pada
kondisi awal hanya terdapat lima siswa yang telah tuntas dalam belajarnya,
pada siklus I ketuntasan siswa meningkat 17 siswa yang telah tuntas dan pada
siklus II ketuntasan belajar siswa 100%. Dengan demikian hasil belajar siswa
dengan menggunakan metode demonstrasi menngunakan periskop mengalami
peningkatan.
5. Adi dan Amrih. 2010. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar IPA pada siswa kelas V di SD gugus Sembodro Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) adanya korelasi
yang tinggi dan sangat signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar, dengan koefisien korelasi 0,795 sig 1 tailed 0,000. Motivasi belajar
menyumbang 63,2% terhadap pencapaian prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor lain. Ini berarti, semakin tinggi motivasi belajar siswa maka akan
semakin tinggi pula prestasi belajarnya. (2) Semua aspek dalam motivasi
belajar mempunyai korelasi yang positif dan signifikan terhadap pencapaian
prestasi. Besar sumbangan tiap aspek dalam motivasi belajar sebagai berikut:
(a) motivasi belajar (aspek kesenangan dalam belajar) menentukan 22,37%
terhadap prestasi belajar siswa. (b) Motivasi belajar (aspek kemauan dalam
belajar) memberi sumbangan sebesar 24,50% terhadap pencapaian prestasi
25
belajar. (c) Motivasi belajar ( aspek kecerdasan dalam belajar) menentukan
38,44% terhadap pencapaian prestasi belajar. (d) Motivasi belajar ( aspek
kemandirian dalam belajar) memberi sumbangan 14,21% terhadap pencapaian
prestasi belajar. (e) Motivasi belajar (aspek dorongan untuk belajar dari
lingkungan sekitar) memberi sumbangan 36,72% terhadap pencapaian prestasi
belajar.
6. Atminah
(2010)
Upaya
Pemberian
Motivasi
Belajar
Siswa
untuk
Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pembuatan Suatu Karya/Model Pada
Mata Pelajaran IPA Kelas V SD N Wateshaji Kec. Pucakwangi Kab. Pati
Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian ini adalah terjadi
peningkatan kompetensi membuat suatu karya/model. Peningkatan ketuntasan
prestasi belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi
awal hanya terdapat 6 siswa (28,57%) yang telah tuntas dalam belajarnya,
pada Siklus I melalui 3 pertemuan ketuntasan belajar siswa meningkat
menjadi 21 siswa (100%) yang telah tuntas, dan pada Siklus II melalui 1
pertemuan ketuntasan belajar siswa tetap 100%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pemberian motivasi belajar dapat meningkatkan
penguasaan kompetensi pembuatan suatu karya/model pada mata pelajaran
IPA siswa kelas V SD N Wateshaji Kec. Pucakwangi Kab. Pati Semester II
Tahun Pelajaran 2009/2010.
Dengan melihat hasil penelitian yang relevan di atas maka dapat diketahui
bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
atau dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat di lihat
dengan jelas dengan adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode
demonstrasi dengan tanpa menggunakan metode demonstrasi. Dengan demikian
penggunaan metode demonstrasi sangat bermanfaat bagi siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan menggunakan metode demonstrasi, siswa setidaknya dapat
dibantu pemahamanya tentang materi yang sebelumnya di anggap sulit, dan
dengan guru menggunakan metode demonstrasi maka siswa akan mudah
memahami materi yang di sampaikan oleh guru. Kemudian motivasi belajar juga
26
mempengaruhi hasil belajar siswa, dengan adanya motivasi, siswa akan terdorong
untuk mengikuti materi pelajaran walaupun materi itu dianggap sulit.
2.3 Kerangka Pikir
Untuk memperoleh keterampilan dan ilmu pendidikan dapat di lakukan
dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana
pembelajaran
dapat
diartikan
sebagai
kegiatan
yang
ditunjuk
untuk
membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajarnya.
Pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi akan mengurangi
kondisi yang monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa. Melalui
pembelajaran dengan metode demonstrasi, diharapkan semua siswa didalam kelas
aktif dalam mengikugi kegiatan pembelajaran. Dalam metode demonstrasi ini
selain guru menjelaskan materi disini siswa juga akan di buat aktif belajar yaitu
dengan cara memanfaatkan metode demonstrasi. Anak juga akan terlibat dalam
pemecahan masalah dengan berdiskusi kelompok atau dengan temannya.
Sehingga dalam pembelajaran tidak monoton, tetapi dengan siswa di bimbing
guru dapat belajar langsung pada obyek sehingga siswa dapat benar – benar
memiliki pengalaman belajar yang baru.
Dengan Berdasarkan bagan, dapat di jabarkan sebagai berikut yaitu: pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol keduanya sama sama di beri pretest. Dan hasil
dari pretes tersebut tidak boleh ada perbedaan yang signifikan artinya, hasil tes
tersebut harus seimbang antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah
melihat hasil tes kedua kelas tersebut seimbang, kemudian pada kelas eksperimen
menggunakan metode demonstrasi saat diberi perlakuan, sedangkan pada kelas
kontrol hanya menggunakan system pembelajaran yang konvensional. Kemudian
kedua kelas tersebut di beri posttest, dan hasil posttest itu harus ada perbedaan
yang signifikan antara kelas kontrol (tanpa menggunakan metode demonstrasi)
dan kelas eksperimen (menggunakan metode demonstrasi).
27
Siswa
kelompok
kontrol
Pretest (soal
test dan
angket
motivasi
belajar)
Pembelajaran
dengan
metode
konvensional
Postest(soal
test dan
angket
motivasi
belajar siswa)
Terdapat pengaruh terhadap
penggunaan metode
demonstrasi. Dimana hasil
belajar dan motivasi belajar
siswa lebih tinggi disbanding
kelompok kontrol
Siswa
kelompok
eksperimen
Pretest (soal
tes dan angket
motivasi
belajar)
Pembelajaran
dengan
metode
demonstrasi
Postest ( soal
test dan
angket
motivasi
belajar siswa)
Bagan 2.1 Kerangka piker
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah di jabarkan di atas,
maka dapat dirumuskan:
Diduga terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar dan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 01 Trembulrejo
Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Semester II tahun pelajaran 2011/2012.
Download