BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi
2.1.1 Pengertian Akuntansi
Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari
sudut pandang seseorang, akan tetapi pada dasarnya pengertian akuntansi yang
berbeda-beda tersebut selalu menekankan kegunaannya sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Lebih jelasnya berikut akan dikemukakan
beberapa pengertian akuntansi dari sudut pandang beberapa ahli.
Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 yang disadur oleh
Zaki Baridwan (1995:1) mengemukakan bahwa "Akuntansi adalah suatu kegiatan
jasa, fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai
sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif
dari suatu keadaan".
Menurut American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) yang
disadur oleh Sofyan Syafri Harahap (2002:4) "Akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter
keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya".
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa akuntansi
merupakan suatu aktivitas jasa yang meliputi proses pencatatan, penggolongan
dan pengikhtisaran data kuantitatif yang bersifat keuangan dalam suatu
9
perusahaan dari kesatuan usaha ekonomi untuk mendapat informasi yang
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi pihak-pihak
yang memerlukan informasi tersebut.
2.1.2 Pengertian Perlakuan Akuntansi
Setelah dibahas definisi mengenai akuntansi, sekarang akan dibahas
mengenai perlakuan akuntansi. Kieso dan Weygandt (1995:92), menyatakan
bahwa "Perlakuan akuntansi adalah aturan-aturan atau langkah-langkah yang
dilakukan dalam proses akuntansi yang meliputi pengakuan, pencatatan dan
penyajian informasi keuangan dalam laporan keuangan perusahaan". Harnanto
(1996:3) mendefinisikan perlakuan akuntansi adalah "Suatu disiplin analisa yang
mencakup kegiatan mengidentifikasi berbagai transaksi atau peristiwa yang
merupakan kegiatan pencatatan sehingga infomasi yang relevan dan mempunyai
hubungan antara yang satu dan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran
secara layak tentang keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan akan
digabungkan
dan
disajikan
dalam
bentuk
laporan
keuangan".
Menurut Suwardjono (1992:40), perlakuan akuntansi adalah "Tindakan yang
dikenakan terhadap suatu obyek yang bersifat finansial yang meliputi pengukuran
(measurement) dan penilaian (valuation), pengakuan (recognition) dan penyajian
(presentation)". Adapun tahap-tahap dari perlakuan akuntansi meliputi:
a. Pengukuran dan penilaian
Merupakan penentuan jumlah rupiah suatu transaksi yang akan dicatat.
Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah penentuan jumlah yang
dicatat pertama kali untuk suatu transaksi, sedangkan penilaian lebih
10
berhubungan dengan masalah penentuan jumlah yang harus ditetapkan
untuk tiap pos laporan pada tanggal laporan.
b. Pengakuan
Merupakan proses pembentukan atau pencatatan suatu pos yang
memenuhi definisi suatu unsur di dalam laporan keuangan.
c. Pengungkapan
Pengungkapan bersangkutan dengan masalah bagaimana suatu informasi
keuangan disajikan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas dapat dirumuskan bahwa
perlakuan akuntansi merupakan suatu tindakan yang dilakukan dan suatu transaksi
yang meliputi proses akuntansi yang terdiri dari proses pengakuan, pengukuran,
pencatatan, penilaian, penyajian informasi keuangan dari transaksi-transaksi yang
bersifat finansial dan hasilnya sebagai informasi untuk pengambilan suatu
keputusan bagi para pemakainya.
2.2 Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan salah satu pos dalam laporan keuangan khususnya
neraca dan juga yang mempengaruhi laporan laba rugi melalui pos penyusutan.
Dalam pengertian yang umum istilah aktiva tetap sering diartikan sebagai sesuatu
benda yang dapat memberikan manfaat dalam operasi perusahaan baik di masa
sekarang maupun di masa mendatang. Peranan substansi suatu aktiva tetap yang
dimaksudkan dalam konteks ini adalah aktiva tetap berwujud (physicaI fixed
assets).
11
Zaki Baridwan (1995:271) memberikan pengertian bahwa aktiva tetap
adalah "Aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang
digunakan dalam kegiatan normal perusahaan. Istilah relatif permanen
menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka
waktu yang relatif cukup lama". Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2007:PSAK No.16, Paragraf 06, Baris 1-4) menyatakan aktiva tetap adalah,
“Aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode".
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap
merupakan aktiva berwujud yang mempunyai ciri-ciri yaitu jangka waktu
pemakaiannya lebih dari satu tahun, digunakan dalam rangka kegiatan
perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal
perusahaan, diperoleh baik dengan dibangun lebih dahulu maupun dalam bentuk
siap pakai.
2.3 Pengakuan Aktiva Tetap
Biaya perolehan aktiva tetap harus diakui sebagai aktiva apabila besar
kemungkinan manfaat
ekonomis di masa yang akan datang yang berkaitan
dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan dan biaya perolehan
aktiva dapat diukur secara andal (PSAK No.16, Paragraf 07).
Zaki Baridwan (l995:272) mengemukakan bahwa, perlakuan akuntansi
terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan
12
penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pengeluaran
modal
(capital
expenditures),
adalah
pengeluaran-
pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih
dari satu periode akuntansi, dimana pengeluaran-pengeluaran seperti ini
dicatat dalam rekening aktiva atau dikapitalisasi.
2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures), adalah pengeluaranpengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan
dalam periode akuntansi yang bersangkutan, maka pengeluaranpengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening beban.
Jadi dapat dipertimbangkan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk
aktiva tetap adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan,
hanya satu periode atau lebih dari satu periode akuntansi.
Theodorus M. Tuanakotta (2000:79) menyatakan bahwa "Apabila suatu
aktiva tetap telah dipasang dan siap dipakai, maka semua biaya apakah historical
atau cuurent seharusnya dikapitalisasi. Semua biaya untuk perawatan atau
pemeliharaan dan biaya pengantian suku cadang yang lazimnya dilakukan, harus
dibebankan kepada kegiatan perusahaan dalam umur aktiva tetap tersebut". Oleh
karena itu biaya yang harus dibebankan selama umur aktiva tetap yang
bersangkutan terdiri dari biaya untuk memperoleh aktiva tersebut dan semua biaya
lain yang dikeluarkan selama aktiva itu dipergunakan seharusnya dikapitalisasi
dan dialokasikan ke masa yang akan datang.
13
2.4 Perolehan Aktiva Tetap
2.4.1 Pembelian Tunai
Harga perolehan aktiva tetap yang didapat dari pembelian tunai meliputi
pengeluaran yang terjadi untuk menempatkan dan mendapatkan aktiva tetap
tersebut yang terdiri dari harga pada faktur pembelian (dikurangi dengan potongan
tunai), biaya asuransi dalam perjalanan, ongkos angkut, biaya pemasangan atau
percobaan dan lain-lain. Beberapa contoh lain dari biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:PSAK No.16,
Paragraf 17, Baris 29-39) adalah: biaya imbalan kerja
yang timbul secara
langsung dari pembangunan atau akuisisi aktiva tetap, biaya penyiapan lahan
untuk pabrik, biaya handling dan penyerahan awal, biaya perakitan dan instalasi,
biaya pengujian aktiva apakah aktiva berfungsi dengan baik setelah dikurangi
hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian
tersebut (misalnya, contoh yang diproduksi dari peralatan yang sedang diuji) dan
komisi profesional.
Biaya administrasi dan overhead umum lainnya bukan merupakan suatu
komponen biaya aktiva tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan
secara langsung dalam membawa aktiva tersebut pada kondisi kerjanya. Demikian
pula biaya permulaan (start-up costs) dan pra produksi tidak merupakan bagian
biaya suatu aktiva, kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aktiva ke kondisi
kerjanya. Rugi operasi awal yang terjadi sebelum suatu aktiva mencapai kinerja
yang direncanakan diakui sebagai suatu beban. Harga perolehan dari masingmasing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
14
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar
masing-masing aktiva yang bersangkutan.
Dalam keadaan tertentu adalah tepat untuk mengalokasikan pengeluaran
total pada suatu aktiva pada komponennya dan membukukan setiap komponen
secara terpisah, dimana komponen aktiva memiliki masa manfaat berbeda atau
menyediakan manfaat bagi perusahaan dengan pola berbeda dan karenanya
memerlukan penggunaan tarif dan metode penyusutan berbeda. Contohnya, suatu
pesawat terbang dan mesinnya harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah,
jika memiliki masa manfaat yang berbeda.
2.4.2 Pembelian Secara Angsuran
Aktiva tetap yang didapat dari pembelian angsuran, maka harga perolehan
aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran harus
dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga. Jurnal
untuk mencatat harga perolehan aktiva tetap dan pembayaran angsuran adalah
sebagai berikut:
1. Jurnal pembelian aktiva tetap
Aktiva Tetap
Rp xxx
Utang Dagang
Rp xxx
2. Jurnal untuk pembayaran angsuran
Utang Dagang
Rp xxx
Biaya Bunga
Rp xxx
Kas
Rp xxx
15
2.4.3 Pertukaran Aktiva
Suatu aktiva dapat diperoleh, selain dengan melakukan pembelian dan
dapat pula dilakukan dengan melalui cara pertukaran misalnya: dengan surat
berharga, aktiva tetap lain yang sejenis dan tidak sejenis atau tidak serupa dan
memiliki nilai wajar serta memiliki manfaat. Suatu aktiva tetap dapat diperoleh
dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak
serupa atau aktiva lain. Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan
saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham
atau obligasi yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau
obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga
pasar aktiva tetap tersebut dan jika harga pasar kedua-duanya tidak diketahui,
maka nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan tersebut. Nilai
pertukaran ini dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan
nilai-nilai surat berharga yang dikeluarkan. Pertukaran aktiva tetap dengan saham
atau obligasi dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai
nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening
agio atau disagio. Jika harga pasar lebih tinggi dari harga nominalnya, maka
harus diakui adanya agio saham atau obligasi
(premium) sebesar selisihnya
dengan jurnal sebagai berikut:
Aktiva Tetap
Rp xxx
Modal Saham
Rp xxx
Agio Saham
Rp xxx
16
Jika harga pasar lebih rendah dari harga nominalnya, maka diakui adanya disagio
saham atau obligasi (discount), maka jurnalnya sebagai berikut:
Aktiva Tetap
Rp xxx
Disagio Saham
Rp xxx
Modal Saham
Rp xxx
Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang maka harga
perolehan aktiva adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga
pasar surat berharga yang dijadikan penukar. Yang dimaksud dengan harga pasar
surat berharga adalah harga yang terjadi dalam bursa surat-surat berharga atau
dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas.
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara tukar tambah, dimana aktiva yang
lama digunakan untuk membayar sebagian aktiva tetap yang baru dan
kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini prinsip harga perolehan
aktiva tetap harus diterapkan, yaitu aktiva tetap yang baru dikapitalisasi dengan
jumlah harga pasar aktiva tetap yang lama ditambah uang yang dibayarkan.
Selisih antara nilai buku aktiva tetap yang lama dengan harga pasarnya pada saat
pertukaran diakui sebagai laba atau rugi dari pertukaran. Jurnal yang dibuat untuk
mencatat transaksi pertukaran tersebut adalah:
Aktiva Tetap yang baru
Rp xxx
Akumulasi Penyusutan
Rp xxx
Aktiva Tetap yang lama
Rp xxx
Kas
Rp xxx
Laba Pertukaran aktiva
Rp xxx
17
2.4.4 Diperoleh dari Donasi atau Hadiah.
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah, pencatatannya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin
dikeluarkan biaya-biaya tetapi biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap
yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka
hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu kecil, juga beban
penyusutan menjadi lebih kecil. Untuk mengatasi keadaan ini, maka aktiva yang
diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. Aktiva tetap yang
diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar
yang layak dengan mengkreditkan akun "Modal Donasi". Jurnal yang dibuat
untuk mencatat transaksi pertukaran tersebut adalah:
Aktiva Tetap
Rp xxx
Modal Donasi
Rp xxx
2.4.5 Aktiva yang Dibangun Sendiri
Alasan mendorong suatu aktiva tetap harus dibangun sendiri diantaranya
memanfaatkan fasilitas yang menganggur, penghematan yang diharapkan, untuk
memenuhi kebutuhan yang mana pihak lain tidak sanggup memenuhinya pada
saat diperlukan. Standar Akuntansi Keuangan (2007 : PSAK No.16, Paragraf 22)
dalam
hubungannya
dengan
perolehan
aktiva
tetap
dibangun
sendiri,
mengemukakan bahwa biaya perolehan suatu aktiva yang dibangun sendiri
ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aktiva
dengan pembelian atau cara lain. Harga perolehan dicatat sebesar seluruh biaya
yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap dipakai
18
2.5 Pengertian Penyusutan
Aktiva tetap yang dipergunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan
pendapatan bagi perusahaan, maka perlu adanya beban terhadap pendapatan untuk
memperlihatkan penggunaannya. Bagi aktiva tetap dalam pembebanan ini dikenal
dengan sebutan penyusutan atau depreciation. Penyusutan adalah suatu proses
alokasi harga perolehan aktiva tetap dengan cara yang sistematis dan rasional
kepada periode-periode yang memanfaatkan aktiva tetap tersebut selama umur
ekonomisnya atau taksiran umur kegunaan dari aktiva yang bersangkutan. Dalam
konteks akuntansi, penyusutan adalah penurunan di dalam nilai pasar (decrease in
market value), sedangkan bagi insinyur dapat berarti penurunan dalam efisiensi
fisik (physical efficiency) atau kemunduran fisik (physical deterioration) dari
aktiva tetap seperti: gedung, mesin dan peralatan-peralatan lainnya. Dalam
struktur akuntansi tradisional penyusutan merupakan proses alokasi biaya aktiva
tetap kepada beberapa periode yang diharapkan akan memperoleh manfaat.
Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap harus dialokasikan
secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Penyusutan suatu aktiva untuk
setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian penyusutan di atas, perlu adanya suatu batasan atau
definisi untuk memahami makna dan pentingnya mengenai penyusutan. Ada
beberapa definisi penyusutan yang dapat diuraikan sebagai dasar untuk
menentukan metode-metode penyusutan. Teodurus M. Tuanakotta (2000:101)
memberikan interpretasi bahwa istilah penyusutan adalah, “Merupakan metode
alokasi biaya yang sistematis dan rasional untuk periode-periode yang menerima
19
manfaat dari aktiva tetap tersebut”. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar
Akuntansi Keuangan ( 2007:PSAK No.16, Paragraf 06, Baris 34) mendefinisikan
penyusutan adalah: "Alokasi sistematis jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi
dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung".
Committee on Terminologi dari AICPA (Zaki Baridwan 1995:307)
memberikan definisi yaitu, "Akumulasi depresiasi adalah suatu sistem akuntansi
yang bertujuan untuk membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain dari
aktiva tetap berwujud, dikurangi nilai sisa (jika ada), selama umur kegunaan unit
itu yang ditaksir (mungkin berupa suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu cara
yang sistematis dan rasional. Ini merupakan proses alokasi, bukan penilaian".
Beban depresiasi untuk satu tahun adalah sebagian jumlah total beban itu yang
dengan sistem tersebut dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun di
dalam alokasi itu diperhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun itu, tidaklah
dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat dari kejadian-kejadian
itu.
Dari definisi-definisi ini dapat disimpulkan bahwa penyusutan merupakan
suatu proses alokasi biaya perolehan aktiva dengan cara yang sistematis dan
rasional atas taksiran umur kegunaan aktiva tetap yang bersangkutan. Aktiva
penyusutan bukanlah suata proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan
dana untuk mengganti aktiva, tetapi suatu metode mengalokasikan harga
perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi yang menerima manfaatnya.
Aktiva yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aktiva
20
perusahaan. Penyusutan karenanya dapat berpengaruh secara signifikan dalam
menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
Bersamaan dengan manfaat ekonomis yang diwujudkan dalam suatu pos aktiva
yang dikonsumsi oleh perusahaan sepanjang masa manfaat, jumlah tercatat aktiva
tersebut berkurang untuk mencerminkan konsumsi ini, dan biasanya dalam bentuk
beban penyusutan. Tetapi faktor lain seperti keusangan teknis dan aus serta rusak
(wear and tear) saat suatu aktiva menganggur (idle), juga dapat mengurangi
manfaat ekonomis yang mungkin telah diharapkan tersedia dari aktiva. Oleh
karenanya seluruh faktor berikut harus dipertimbangkan dalam menentukan masa
manfaat suatu aktiva (PSAK No.16 paragraf 59) yaitu:
a. penggunaan aktiva yang diharapkan oleh perusahaan. Penggunaan dinilai
dengan pedoman kapasitas aktiva yang diharapkan atau output fisik
b. keusangan fisik yang diharapkan, yang tergantung pada faktor operasional
seperti jumlah pergantian kelompok kerja (shift), dimana aktiva
digunakan dan program perbaikan dan perawatan dari perusahaan dan
perawatan aktiva pada saat menganggur (idle).
c. keusangan teknis yang timbul dari perubahan atau perbaikan produksi
atau dari perubahan permintaan pasar untuk produk dan jasa yang
dihasilkan oleh aktiva
d. pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aktiva, seperti
habisnya waktu dari sewa guna usaha yang berkaitan.
Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aktiva atau
jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi
21
nilai sisanya. Untuk penghapusan aktiva adalah penghapusan nilai buku suatu
aktiva yang dilakukan apabila nilai buku yang tercantum tidak lagi
menggambarkan manfaat dari aktiva yang bersangkutan, sedangkan untuk nilai
sisa suatu aktiva sering tidak signifikan dan dapat diabaikan dalam perhitungan
jumlah yang dapat disusutkan. Jika nilai sisa signifikan, nilai tersebut diestimasi
pada tanggal perolehan atau pada tanggal dilakukannya revaluasi aktiva (hanya
mungkin dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah), berdasarkan nilai yang
dapat direalisasikan pada tanggal tersebut untuk kondisi yang hampir sama
dengan aktiva yang digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang menentukan beban
penyusutan secara berkala adalah:
1. Harga atau Nilai Perolehan Aktiva Tetap (Fixed Asset Cost)
Nilai perolehan suatu aktiva tetap adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
hingga aktiva tersebut siap untuk digunakan dalam operasi normal
perusahaan
2. Masa Manfaat atau Umur Kegunaan (Useful Life)
Aktiva tetap selain tanah memiliki masa manfaat yang tebatas sebagai
akibat dari faktor fisik (seperti: kerusakan, penurunan, dan keausan ) dan
faktor fungsional (seperti: ketidak seimbangan, ketinggalan jaman, dan
keusangan).
3. Nilai Sisa (Residual/Salvage Value)
Nilai sisa adalah nilai daripada aktiva tetap yang diharapkan akan dapat
direalisir pada waktu penghentian aktiva tetap tersebut atau habis masa
22
manfaatnya. Kebijakan penghentian aktiva tetap disebabkan karena
mekanisme pasar dan faktor lain yang mempengaruhi penentuan nilai sisa.
2.6 Metode Penyusutan
Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi,
selama masa manfaat aktiva tetap dengan berbagai metode penyusutan yang
sistematis. Metode manapun yang digunakan atau dipilih, maka asas konsistensi
dalam penggunaannya perlu diperhatikan, tanpa memandang tingkat profitabilitas
perusahaan dan pertimbangan perpajak agar dapat menyediakan daya banding
hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.
PSAK No.17, paragraf 09 menyatakan bahwa metode penyusutan dapat
dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dipergunakan, sesuai dengan
kriteria berikut:
1. Metode Penyusutan Berdasarkan Waktu (Based on Time):
a. metode garis lurus (straight line method)
b. metode pembebanan menurun terdiri dari: metode jumlah angka tahun
(sum of the years digit method), metode saldo menurun (declining
balance method)
2. Metode Penyusutan Berdasarkan Penggunaan (Based on Use):
a. metode jam-jasa (service hours method)
b. metode jumlah unit produksi (productive output method)
3. Metode Berdasarkan Kreteria Lainnya:
a. metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method)
23
b. metode anuitas (anuity method)
c. sistem persediaan (inventory method).
Untuk dapat memberikan dasar perhitungan yang lebih transparan dari
berbagai perhitungan metode beban penyusutan di atas, maka di bawah ini akan
dijelaskan masing-masing metode tersebut sebagai berikut:
1. Metode Penyusutan Berdasarkan Waktu (Based on Time)
Metode yang paling umum digunakan dalam pengalokasian harga perolehan
adalah metode penyusutan yang berhubungan dengan waktu pemanfaatan
aktiva yang bersangkutan.
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus adalah metode pembebanan biaya selama masa
penggunaan, dengan membagi sama secara periodik. Metode ini
beranggapan bahwa aktiva tetap mempunyai jasa yang sama selama umur
penggunaannya. Pembebanannya tidak mempertimbangkan perubahanperubahan produksi dan efisiensi. Metode ini mempunyai kebaikan
karena sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. Perhitungan tarif
penyusutan untuk metode ini dapat diformulasikan:
CS
n
Rumus:
D=
dimana:
D = penyusutan
C = harga perolehan
S = nilai sisa
n = taksiran umur ekonomis
24
b. Metode Pembebanan Menurun
Dalam metode ini, beban penyusutan pada tahun pertama akan lebih
besar daripada tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada asumsi,
bahwa akan terjadi pengurangan-pengurangan dalam efisien aktiva, hasil
produksi, atau manfaat-manfaat lainnya sesuai dengan perjalanan umur
dari aktiva itu.
-
Metode Jumlah Angka Tahun (sum of the years digit method)
Metode penyusutan ini menghasilkan pembebanan yang semakin menurun
dengan memperhitungkan suatu seri pecahan, masing-masing dengan nilai
yang lebih rendah pada nilai perolehan aktiva yang disusutkan. Pecahanpecahan dihitung berdasarkan jumlah periode usia aktiva. Bobot yang
digunakan untuk masing-masing pecahan menurun itu merupakan digitdigit yang disusun terbalik: denominator.
Denominator = ( n  1) : 2  n
Contoh:
Sebuah mesin yang mempunyai harga perolehan Rp. 5.000.000,00, diduga
mempunyai taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai sisa
Rp.
250.000,00.
Maka perbandingan tersebut untuk masing-masing tahun menjadi sebagai
berikut:
Denominator = [(5 + 1) : 2] x 5 = 15
Tahun pertama
5/15
Tahun kedua
4/15
25
Tahun ketiga
3/15
Tahun keempat
2/15
Tahun kelima
1/15
sehingga program pembebanan penyusutan aktiva tetap menjadi sebagai
berikut:
Tahun
1
2
3
4
5
-
Penyusutan
(Rp)
5/15x (5,000,000-250,000) =
4/15x 4.750.000
=
3/15x 4.750.000
=
2/15x 4.750.000
=
1/15x 4.750.000
=
1.583.333,33
1.266.666,67
950.000,00
633.333,33
316.666,67
4.750.000,00
Akum. Peny. Nilai Buku
(Rp)
(Rp)
1.583.333,33 3.416.666,67
2.850.000,00 2.150.000,00
3.800.000,00 1.200.000,00
4.433.333,33
566.666,67
4.750.000,00
250.000,00
Metode saldo menurun (declining balance method)
Dalam metode ini jumlah yang dipakai sebagai dasar perhitungan
penyusutan periodik adalah nilai buku aktiva pada awal tahun
pemakaiannya. Proporsi penyusutan yang digunakan sebagai dasar alokasi
harga perolehan dari tahun ke tahun tetap jumlahnya dan biasanya
dinyatakan dalam bentuk suatu persentase. Karena nilai buku aktiva ini
setiap tahun selalu menurun maka beban penyusutan tiap tahunnya juga
selalu menurun. Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan rumus:
Penyusutan = b % x Nilai Buku
dimana:
b = persentase yang telah ditentukan
2. Berdasarkan penggunaan
Beban penyusutannya dihubungkan dengan penggunaan aktiva sehingga
beban penyusutan tiap periode berubah-ubah sesuai dengan tingkat
26
pemanfaatannya. Umur penggunaan aktiva dapat dinyatakan dalam satuan jam
atau unit produksi.
a. Metode jam-jasa (service-hours method)
Metode ini berdasarkan suatu anggapan bahwa aktiva tetap adalah suatu
tumpukan jam kerja. Jadi membeli aktiva tetap, berarti membeli tumpukan
jam kerja aktiva tersebut. Tumpukan jam kerja ini setiap kali dilepaskan
apabila aktiva tetap tersebut memberikan jasanya berupa jam penggunaan.
Dengan demikian penyusutan berubah-ubah sesuai dengan jumlah jam
yang dipakai. Harga perolehan aktiva tetap dibagi dengan jumlah jam
penggunaan yang ditaksir menunjukkan tarif penyusutan per jam
penggunaan. Tarif penyusutan diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Tarip penyusutan per jam =
dimana:
CS
n
C = harga perolehan
S = nilai sisa
n = jumlah jam penggunaan selama masa penggunaan
b. Metode jumlah unit produksi (productive-output method)
Metode ini berdasarkan suatu anggapan bahwa aktiva tetap ditaksir dalam
satuan jumlah unit produksi yang dihasilkan. Beban penyusutan periodik
dihitung atas dasar satuan hasil produksi yang dihasilkan pada periode
yang bersangkutan. Dengan demikian penyusutan berubah-ubah sesuai
dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Harga perolehan aktiva tetap
27
dibagi dengan jumlah kemampuan produksi yang ditaksir menunjukkan
tarif penyusutan per satuan produksi.
Tarip penyusutan per unit produksi =
dimana :
CS
n
C = harga perolehan
S = nilai sisa
n = taksiran total unit hasil produksi
3. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method).
Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dalam satuan-satuan kecil,
penyusutannya secara sendiri-sendiri kadang-kadang sulit diterapkan. Maka
dibutuhkan metode penyusutan yang khusus, yaitu metode penyusutan group
atau composite. Metode ini adalah metode garis lurus yang diperhitungkan
terhadap sekelompok aktiva.
a. Group method
Metode ini bisa diterapkan apabila aktiva tetap mempunyai syarat-syarat,
sebagai berikut: dibeli dalam waktu yang sama, merupakan satuan-satuan
kecil dan diharapkan mempunyai umur penggunaan yang sama. Bila
terjadi penyisihan aktiva tetap sebelum waktu yang telah ditetapkan
semula, maka rekening akumulasi penyusutan di debet sebesar harga
perolehan aktiva yang disisihkan, dengan demikian tidak ada pengakuan
keuntungan. Apabila dalam penyisihan ini bisa diperoleh nilai sisanya,
misalnya berupa uang dari hasil penjualan, maka rekening akumulasi
penyusutan di debet sebesar selisih harga perolehan dengan nilai yang
telah direalisir.
28
b. Composite method
Apabila aktiva terdiri dari satuan-satuan kecil tidak mempunyai umur
penggunaan yang sama, maka dipakai metode composite. Metode ini tetap
menghendaki tarip penyusutan rata-rata untuk group aktiva tetap.
Contoh :
Aktiva
A
Harga
Perolehan
(Rp)
2.000,00
Nilai
Residu
(Rp)
120,00
B
6.000,00
300,00
5.700,00
6 tahun
950,00
C
12.000,00
20.000,00
1.200,00
1.620,00
10.800,00
18.380,00
10 tahun
1.080,00
2.500,00
Dasar yang
Masa
Penyusutan
Disusut
Penggunaan per Tahun
(Rp)
yang Ditaksir
(Rp)
1.880,00
4 tahun
470,00
Dengan demikian tarip penyusutan rata-rata adalah:
2.500,00
 100 %  12,5%
20.000,00
Dengan kata lain aktiva tetap tersebut memiliki umur rata-rata :
Rp. 18.380,00 : Rp. 2.500,00 = 7,35 tahun.
2.7 Penghentian Pengakuan Aktiva Tetap
Ada beberapa hal
yang menyebabkan perusahaan menghentikan
penggunaan aktiva tetap yang dimiliki yakni karena dijual, ditukar, rusak berat
atau karena pelepasan lainnya. Penyusutan yang belum dibebankan pada periode
bersangkutan dicatat sampai tanggal pelepasan, sehingga nilai bukunya dicatat
sebesar selisih antara harga perolehan aktiva tetap dengan akumulasi
29
penyusutannya. Apabila nilai buku aktiva yang bersangkutan lebih kecil dari harga
pelepasannya diakui sebagai keuntungan, dan apabila nilai bukunya lebih besar
dari harga pelepasannya diakui sebagai kerugian. Pada waktu aktiva tersebut
dilepas, laba atau rugi pelepasan ini akan dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain
atau biaya lain-lain dalam laporan laba rugi pada tahun pelepasan, sedangkan
saldo dalam rekening aktiva dan akumulasi penyusutannya harus dihapuskan.
Adapun alasan mengapa aktiva tetap diberhentikan pemakaiannya adalah
karena aktiva tetap sudah habis umur ekonomisnya, dijual sebelum habis umur
ekonomisnya karena alasan tertentu, mengalami kerusakan sebelum habis umur
ekonomisnya dan ditukar dengan aktiva tetap yang baru. Tujuan akuntansi
terhadap pemberhentian aktiva tetap adalah:
1. Agar rekening-rekening yang berhubungan dengan aktiva tetap dapat
menyajikan informasi mengenai harga perolehan aktiva tetap, akumulasi
penyusutan aktiva tetap dan nilai buku secara wajar.
2. Agar rekening laba rugi dapat menyajikan informasi mengenai
penghasilan dan biaya secara wajar termasuk didalamnya laba rugi
pemberhentian pemakaian aktiva tetap.
2.8 Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan
Hasil akhir dari proses akuntansi disebut laporan keuangan, yang berisi
informasi kuantitatif mengenai keuangan perusahaan untuk dipergunakan sebagai
bahan dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen perusahaan
30
yang bersangkutan maupun pihak-pihak di luar perusahaan (pemakai informasi
eksternal). Penyajian laporan keuangan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Posisi keuangan pada akhir periode yang disebut neraca.
2. Perubahan posisi keuangan pada suatu periode, meliputi: laporan
perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal.
Aktiva tetap dalam penyajiannya dalam laporan keuangan disajikan berdasarkan
nilai buku, yakni nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutannya. Standar
Akuntansi Keuangan menyatakan setiap pemilikan aktiva tetap seperti tanah,
bangunan, inventaris kantor, kendaraan, dan lain sebagainya harus dinyatakan
dalam neraca terpisah dan terperinci, pada catatan atas laporan keuangan sehingga
dapat memberikan informasi yang jelas bagi pembacanya.
2.9 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya tentang aktiva tetap dilakukan oleh Ida Ayu Dewi
Laksmi (1993) dengan judul ”Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Leasing
pada CV Semadi & Company Rent Car di Sanur serta Pengaruhnya tehadap
Laporan
Keuangan”.
Pokok
permasalahan
dari
penelitian
ini
adalah
bagaimanakah perlakuan akuntansi atas aktiva tetap yang diperoleh secara leasing
oleh CV Semadi & Company Rent Car ditinjau dari sudut penyewa (leassee) serta
pengaruhnya terhadap laporan keuangan khususnya laporan Laba Rugi dan
Neraca tahun 1992. Perbedaan penelitian ini terletak pada perlakuan akuntansi
aktiva tetap yang sebagian besar aktiva tetap perusahaan adalah aktiva tetap
leasing sedangkan penelitian ini menggunakan aktiva tetap milik perusahaan.
31
Ade Prianto (2005) dengan judul ”Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva
Tetap dan Pengaruhnya terhadap Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kepala
Daerah Propinsi Bali (Ditinjau dari Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
29 Tahun 2002)”. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimanakah
perlakuan
akuntansi
aktiva
tetap
dan
pengaruhnya
terhadap
laporan
pertanggungjawaban keuangan Kepala Daerah Propinsi Bali. Yang menjadi
perbedaan penelitian ini terletak pada standar perlakuan akuntansinya yaitu
penelitian sebelumnya menggunakan standar akuntansi pemerintah atau anggaran
sedangkan penelitian ini menggunakan standar akuntansi keuangan atau
komersial.
32
Download