BAB II - UNIMUS Digital Library Universitas Muhammadiyah

advertisement
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengkajian
1. Pengertian Pengkajian
Pengkajian keperawatan didefinisikan sebagai pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau
data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalahmasalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan (Effendy, 1995)
2. Tahap pengkajian
Kegiatan utama dalam tahap pengkajian adalah pengumpulan data,
pengelompokan data, dan analisis data guna perumusan diagnosis
keperawatan. Pengumpulan data merupakan aktivitas perawat dalam
mengumpulkan informasi yag sistemik tentang klien.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan
data
adalah
mengumpulkan
informasiyang
sistemik tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data
dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat, grafik
rekam medic. Klien adalah sumber informasi primer, sumber data yang
asli. Sumber informasi sekunder terdiri dari data yang sudah ada atau
dari orang lain selain klien. Sumber-sumber sekunder meliputi catatan
kesehatan klien, laporan dari laboratorium dan tes diagnostik, keluarga,
orang terdekat, masyarakat dan anggota tim kesehatan. Metode utama
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik.
1) Wawancara
Wawancara atau interviu merupakan metode pengumpulan
data secara langsung antara perawat dank lien. Disini perawast
mendapatkan respon langsung dari klien melalui tatap muka dan
6
pertanyaan yang diajukan. Data wawancara adalah semua
ungkapan klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang
berkepentingan termasuk keluarga, teman, dan orang terdekat
klien.
2) Observasi
Merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan
visual dengan menggunakan panca-indra. Kemampuan melakukan
observasi merupakan ketrampilan tingkat tinggi yang memerlukan
banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah
mempertahankan objektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi
secara khusus tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar, dicium,
dan dikecap akan lebih akurat dibandingkan mencatat I nterpretasi
seseorang tentang hal tersebut.
3) Pemeriksaan
Pemeriksaan menurut Carol
V.A (1991) adalah proses
inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna menentukan ada/tidaknya
penyakit
yang didasrkan pada hasil pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Pemerksaan fisik berfokus pada respon klien
terhadap masalah kesehatan yang dialaminya.
b. Pengelompokan data
1) Data objektif didasarkan pada fenomena yang dapat diamati secara
factual. Dengan kata lain, data tersebut dapat diamati atau diukur
melalui indra perawat : disebut juga sebagai tanda
2) Data subjektif menunjukkan persepsi dan sensasi klien terkait
masalah kesehatannya. Data subjektif merupakan informasi yang
disampaikan klien kepada perawat selama intervie yang disebut
juga sebagai gejala.
7
c. Analisis data
Setelah data hasil pengkajian dikelompokkan, kita dapat mulai
melakukan validasi data, yaitu membandingkan data subjektif dan data
objektif dengan standar atau nilai normal yang baku. Standar atau nilai
normal yang baku. Standar atau nilai tersebut merupakan aturan atau
ukuran yang lazim dipakai.
(Asmadi. 2008)
3. Model dalam Pengkajian Keperawatan
a. Gordon (1982) :
1) Pola Kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan,
kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
2) Pola metabolik – nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik
dan suplai gizi : meliputi pola konsumsi makanan dan cairan,
keadaan kulit, rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh,
tinggi dan berat badan.
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih,
dan kulit), termasuk pola individu seharihari, perubahan atau
gangguan, dan metode yang digunsksn untuk mengendalikan
ekskresi.
4) Pola aktivitas – Olahraga
Menggambarkan pola
olahraga, aktivitas, pengisian waktu
senggang, dan rekreasi ; termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari,
tipe dan kualitas olahraga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pola aktivitas (seperti otot-saraf, respirasi, dan sirkulasi)
5) Pola tidur - istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan
untuk merubah pola tersebut.
8
6) Pola persepsi – kognitif
Menggambaekan pola persepsi-sensori dan pola kognitif ; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengarsn, perabaan,
pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri,
dan kemampuan fungsi kognitif.
7) Pola persepsi diri-konsep diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri
; kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
8) Pola Hubungan peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan ;
meliputi persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam
situasi kehidupan saat ini.
9) Pola Reproduksi – seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas ;
termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia
mampu membedakan jenis
kelamin dan
mengetahui
alat
kelaminnya.
10) Pola koping - toleransi stress
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan ketrampilan
koping dalam mentoleransi stress.
11) Pola nilai dan keyakinan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan
gaya hidup.
(Patricia, 1996)
b. Model Roy`s (1984) : Model adaptasi :
1) Kebutuhan fisiologis
Komponen sistem adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya
a) Aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
9
b) Nutrisi
Menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk memperbaiki
kondisi tubuh dan perkembangan.
c) Eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi
d) Cairan dan elektrolit
Menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan
elektrolit
e) Oksigen
Menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan
dengan respirasi dan sirkulasi.
f) Indera
Menggambarkan
fungsi
sensori
perceptual
berhubungan
dengan panca indera
g) Integritas kulit.
Menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.
h) Fungsi endokrin
Menggambarkan pola control dan pengaturan termasuk respon
stress dan system reproduksi.
i) Fungsi neurologis.
Menggambarkan pola kontrol neurologist, pengaturan dan
intelektual
2) Konsep diri
Untuk mengetahui bagaimana seseorang mengenal pola-pola
interaksi
sosial
dalam
berhubungan
dengan
orang
lain,
mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang
berhubungan dengan ide sendiri. perhatian ditunjukkan pada
kenyataan keadaan diri sendiri tentang fisik, individual dan moraletik.
10
3) Fungsi peran
Merupakan proses penyesuaian
yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain akibat dari peran
ganda.
4) Interdependent
Merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang
kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
c. Model Orem (1985) : Self-care / kemandirian klien dalam merawat
dirinya sendiri :
1) Pemenuhan kebutuhan oksigen
2) Pemenuhan kebutuhan cairan
3) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
4) Pemenuhan kebutuhan eliminasi
5) Keseimbangan aktivitas dan istirahat
6) Sosial
7) Pencegahan
8) Promosi
d. Doengoes :
1) Aktivitas / istirahat : Kemampuan untuk ikut serta dalam aktivitas
kehidupan
yang
perlu/diinginkan
dan
untuk
mendapatkan
istirahat/tidur.
2) Sirkulasi Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrisi yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan selular.
3) Integritas
ego
Kemampuan
untuk
mengembangkan
dan
menggunakan ketrampilan serta perilaku untuk mengintegrasikan
dan menangani pengalaman hidup.
4) Eliminasi Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
11
5) Makanan dan cairan Kemampuan untuk mempertahankan masukan
dan menggunakan nutrient dan cairan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan fisiologi.
6) Hygiene Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan seharihari.
7) Neurosensori Kemampuan untuk menerima, mengintegrsikan dan
merespon terhadap isyarat internal dan eksternal.
8) Nyeri / ketidaknyamanan Kemampuan untuk mengontrol nyeri.
9) Pernafasan Kemampuan untuk menyediakan dan menggunakan
oksigen.
10) Keamanan
11) Seksualitas
12) Interaksi sosial
13) Penyuluhan / pembelajaran
(Doenges,2000)
e. FITZ PATRICK (1991) : Pola respon manusia :
1) Memilih : memilih di antara alternatif-alternatif.
2) Berkomunikasi : verbal – non verbal.
3) Bertukaran : memberikan, melepaskan, dan kehilangan sesuatu.
4) Merasakan : pengalaman, kesadaran, sensasi, pemahaman atau
pengertian secara sadar / emosional.
5) Mengetahui : mengenal – memahami.
6) Bergerak : mengubah posisi, desakan untuk bertindak / melakukan
sesuatu.
7) Mempersepsikan : memahami dengan pikiran, sadar tentang indera
/ rangsangan eksternal.
8) Berhubungan : menjalin hubungan, membangun hubungan, berada
dalam beberapa asosiasi dengan benda, orang atau tempat.
9) Menilai : perhatian, mengenal, peduli, berharga, berguna
12
4. Faktor yang mempengaruhi pengkajian
a. Tingkah Laku
Kebanyakan orang tingkah Laku dan sikap menjadi satu
keutuhan. Apabila sikap yang paling dominan akan mempengaruhi
tingkah laku kita. Apabila cenderung mengarah keperbuatan positif
maka akan dapat menemukan solusi dari masalah, sebaliknya jika
mempunyai sikap yang negatif maka akan mengalami keputus asaan
dalam pemecahan masalah.
b. Bahasa Tubuh
Tingkah laku kita sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar. 75 persen pesan yang kita terima adalah komunikasi non
verbal. kita dapat mengekspresikan apa yang kita rasakan dengan
bahasa tubuh. Yang termasuk kedalam bahasa tubuh adalah gerakgerik/ gerak isyarat, ekspresi wajah, pakaian dan gaya kita. Ada
beberapa ekspresi wajah yang ditunjukkan antara lain :
1) Gembira
2) Berduka
3) Ketakutan
4) Kemarahan
5) Terkejut
6) Menjengkelkan
c. Tempat/Ruang
Dalam keefektifan komunikasi dengan orang lain, kita perlu
memahami batasan-batasan dari kebudayaan tempat tersebut. disini
ada beberapa tempat yang digunakan untuk proses komunikasi :
1) Tempat/ruang publik.
2) Tempat/ruang sosial.
3) Tempat/ruang dengan teman/sahabat.
13
d. Sikap
Profesi medis mempunyai kekuatan dberfikir positif dalam
pendokumentasian. Mereka dapat membantu dalam penyembuhan
dengan pemikiran yang optimis dan penuh harapan. Mereka
mengaplikasikan pemikiran yang optims dan penuh harapan kedalam
tindakan mereka.
Mereka tidak pernah menyerah dan selalu berharap situasi akan
berubah jika mereka dapat menemukan solusi yang tepat. hal ini bias
dilihat jika kita mempunyai sikap yang negatif maka kita akan
mempunyai pemikiran yang negatif juga begitu pula sebaliknya.
e. Komunikasi dengan klien
Komunikasi dengan klien ini sangat penting untuk diingat, ini
bukan sebagai pengganti komunikasi antar individu, tetapi ini hany
dilakukan dengan pemikiranyang sesuai dan tepat sehingga dapt
mempengaruhi kemampuan komunikasi pengkajian pada klien.
komunikasi yang tepat dan efektif dapat membantu menentukan
hubungan komunikasi terapeutik yang tepat. hal ini juga memngkinkan
untuk menenrukan apa yang klien butuhkan, seperti kepercayaan dan
kenyamanan dan juga team medis yang baikdan sangat disiplin.
berikut ini adalah prosedur berkomunkasi dengan klien :
1) Mempersiapkan lingkungan, menciptakan suasana yang hangat dan
mendukung.
2) Membina hubungan yang baik kepada klien, dengan sikap tubuh
yang terbuka sehingga menimbulkan kenyamanan.
3) Kontak mata dan tenang.
4) Memastikan klien nyaman, tenang, dan jika memungkinkan bebas
dari rasa sakit.
5) Meminimalkan potensi gangguan pada klien.
6) Melihat kembali informasi yang disiapkan untuk klien.
7) Menentukan bagaimana pesan yang tepat dan komunikasi yang
tepat untuk klien.
14
8) Memperkenalkan diri dan menggunakan nam yang disukai klien.
9) Menjelaskan tujuan dan menganjurkan klien untuk berpartisipasi
dalam komunikasi tersebut.
(Toni R, 2005)
B. Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu
proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi,
dimana proses tersebut mengacu pada perubahan tindakan dari orangorang yang berkomunikasi (Sendjaja, 1994).
Setiap orang memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam membina
hubungan antarpribadi dengan orang lain, namun demikian devito
mengemukakan beberapa tujuan yang mendorong individu untuk menjalin
hubungan antarpribadi dengan orang lain (Devito dalam Supratiknya,
2003):
a.
Untuk mengenal diri sendiri.
b.
Untuk menemukan dunia luar
c.
Untuk membangun dan memelihara hubungan yang sungguhsungguh.
d.
Untuk mengubah sikap dan perilaku.
e.
Untuk bermain dan menghibur.
f.
Untuk mendapatkan pertolongan.
2. Komunikasi Interpersonal
Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi interpersonal
secara berbeda-beda. Devito (1997) mengemukakan sudut pandang
komunkasi interpersonal sebagai berikut :
a. Berdasarkan Komponen
Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati
komponen-komponen utamanya, yaitu mulai dari penyampaian pesan
oleh satu orang penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil
15
orang, dengan berbagai dampak sehingga peluang untuk memberikan
umpan balik.
b. Berdasarkan Hubungan Diadik
Komunkasi interpersonal adalah komunikasi yang langsung
antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas. sebagai
contoh dapat dilihat pada hubungan komunikasi interpersonal antara
anak dengan orang tua, guru dengan murid, dan lain-lain. definisi ini
disebit juga dengan definisi diadik, yang menjelaskan bahwa selalu ada
hubungan yang terjadi antara dua orang tertentu.
c. Berdasakan Pengembangan
Komunikasi
interpersonal
dilihat
sebagai
akhir
dari
perkembangan komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal)
menjadi komunikasi pribadi yang intim.
3. Proses Komunikasi Interpersonal
Adapun proses komunikasi merupakan tahapan-tahapan penyampaian
pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Kotler dalam effendi
(2001:18) mengatakan bahwa mengacu pada paradigma Harold Laswell,
terdapat unsur-unsur komunikasi dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada
seseorang atau sejumlah orang.
b. Encoding (penyandian) adalah proses pengalihan pikiran kedalam
bentuk lambing.
c. Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna
disampaikan oleh komunikator.
d. Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan.
e. Decoding adalah proses dimana komunikan menetakan makna lambing
yang disampaikan komunikator kepadanya.
f. Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
g. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi komunikan setelah
diterima pesan.
16
h. Feedback adalah umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila
pesan tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
i. Noise adalah gangguan yang tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya psan lain oleh komunikan
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
4. Fungsi Komunikasi Interpersonal
Menurut Uchjana (2009) Komunikasi Interpersonal memiliki enam
fungsi diantaranya:
a) Memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis
Dengan komunikasi interpersonal, kita bisa memenuhi kebutuhan
sosial atau psikologis. Para psikolog pun menyarankan bahwa pada
dasarnya kita adalah makhluk sosial, yaitu orang yang membutuhkan
orang lain, sebagaimana halnya manusia membutuhkan makanan,
minuman, perlindungan dan sebagainya. Apabila kehilangan kontak
dengan orang lain, kebanyakan orang akan berhalusinasi, kehilangan
koordinasi motorik, dan secara umum tidak bias menyesuaikan diri
dengan diri dan lingkungan sekitar
b) Mengembangkan kesadaran diri
Melalui
komunikasi
interpersonal
akan
terbiasa
mengembangkan kesadaran diri mengkonfirmasikan tentang siapa dan
apa diri kita. Apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Namun ada yang
sebagian merupakan refleksi dari apa yang orang lain sebut tentang diri
kita.
c) Matang dan konvensi sosial
Melalui komunikasi interpersonal kita tunduk atau menentang
konvensi sosial. Kita berkomunikasi beramah-tamah dengan orang lain
dalam rangka memenuhi konvensi sosial. Mengabaikan orang lain dan
tidak berbicara berarti menentang konvensi sosial dan menimbulkan
kesan melalikan orang lain.
17
d) Konsistensi hubungan dengan orang lain
Melalui komunikasi interpersonal kita menetapkan hubungan
kita. kita berhubungan dengan orang lain, melalui pengalaman yang
kita lalui bersama dengan mereka. dan melalui percakapan–percakapan
bersama mereka. Ketika kita bertemu dengan seseorang secara
terusmenerus, sifat dasar komunikasinyaakan menetapkan tipe dan
kualitas hubungan kita. Jika percakapan mengenai hal-hal remeh, itu
akan menjadi sekedar kenalan. Jika dalam percakapan itu ada
perdebatan dan perang muluthubungan akan menjadi tidak sehat. Jika
kita memulai percakapan tentang perasaan yang mendalam, berbagai
cerita pribadi mendengarkan orang lain dengan empati dan
pemahaman, dan membicarakan persoalan yang berhubungan dengan
kita, maka kita akan mengembangkan hubungan yang sehat, dekat dan
lebih intim.
e) Mendapatkan informasi yang lebih banyak.
Melalui komunikasi interpersonal, kita juga akan memperoleh
informasi yang lebih. informasi yang akurat dan tepat waktu
merupakan kunci untuk membuat keputusan yang efektif. Jika kita
biasa memperoleh sebagian informasi melalui observasi langsung,
membaca, mendengarkan dari berbagai media, kita bisa memperoleh
banyak informasi yang bisa digunakan untukmengambil keputusan
selama berbicara dengan orang lain.
f) Bisa memperngaruhi atau dipengaruhi orang lain
Melalui komunikasi interpersonal kita mempengaruhi dan atau
dipengaruhi oleh orang lain. Jika hasil yang diharapkan menyangkut
persetujuan
dan
kerjasama
dengan
orang
lain,
komunikasi
interpersonal berfungsi untuk mempengaruhi gagasan dan perilaku.
Kita biasa menggunakan bentuk komunikasi ini untuk mempengaruhi
orang lain, dan demikian pula sebaliknya. Seperti dinyatakan para ahli
komunikasi bahwa tujuan utama usaha komunikasi adalah untuk
mempengaruhi gagasan dari perilaku orang lain. Berdasarkan
18
pemaparan tentang fungsi komunikasi interpersonal dapat diketahui
bahwa Keberadaan komunikasi interpersonal telah berperan aktif
dalam kehidupan, bahkan tidak sedikit manusia yang melakukan
praktik komunikasi interpersonal ini diantara fungsinya adalah
memenuhi
kebutuhan
sosial
dan
psikologis,
mengembangkan
kesadaran diri, matang dan konvensi sosial, Konsistensi hubungan
dengan orang lain, mendapatkan informasi yang banyak, biasanya
mempengaruhi atau dipengaruhi orang lain.
5. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal
M. Rogers dalam Wiryanto (2004) mengartikan bahwa komunikasi
interpersonal/antar-pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut
yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri
komunikasi antarpribadi menurut rogers adalah sebagai berikut:
a. Arus pesan cenderung dua arah.
b. Konteks komunikasi dua arah.
c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.
d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas
keterpaan tinggi.
e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat.
f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap (Eduard Depari dan
colin MacAdrews, 1995)
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Dalam berkomunikasi individu dipengaruhi oleh beberapa hal yang
pada akhirnya menjadi faktor penentu dalam mencapai komunikasi
interpersonal ynag baik. Menurut Rahmat (2007) akan lebih baik lagi bila
dilandasi beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal
adalah :
a. Persepsi interpersonal
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
19
dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
inderawi.
b. Konsep Diri
Menurut William D. Brooks dalam Jalaluddin R (1974)
mendefinsikan konsep diri sebagai “Dari fisik, social, persepsi
psikologi dari diri kita yang kita terima dari pengalaman dan interaksi
dengan orang lain” . Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan
kita tentang diri kita. Persaepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi,
social dan fisis.
Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan
sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk
membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
c. Atraksi Interpersonal
Dean C. Barlund, ahli komunikasi interpersonal, menulis, “
Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial
artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada
siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan
akan diterima.
Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan mengetahui siapa
tertarik kepada siapa atau siapa menhindari siapa, kita dapat
meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin
tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita
berkomunikasi dengan dia. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang, kita sebut sebagai atraksi interpersonal.
d. Hubungan interpersonal
Hubungan
interpersonal
adalah
dimana
ketika
kita
berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi
juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita
20
berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga
menentukan relationship.
1) Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
a) Pembentukan Hubungan Interpersonal
Tahap ini disebut sebagai tahap pengenalan, menurut
Steve Duck (1976): perkenalan adalah proses komunikasi
dimana
individu
mengirimkan
(secara
sadar)
atau
menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi
tentang struktur dan isi kepribadiannya
kepada
bakal
sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda
pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan.
Menurut William Brooks dan Philip Emmert: kesan
pertama sangat menentukan, karena itu, hal-hal yang pertama
menjadi sangat penting dalam tahap pengenalan.
b) Peneguhan Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi
selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan
interpersonal,
perubahan
memerlukan
tindakan-tindakan
tertentu untuk mengembalikan keseimbangan (equilibrium).
Ada empat faktor yang amat penting dalam memelihara
keseimbangan ini : keakraban, control, respons yang tepat, dan
nada emosional yang tepat.
c) Pemutusan Hubungan Interpersonal
Walaupun kita dapat menyimpulkan bahwa jika keempat
faktor diatas tidak ada, hubungan interpersonal akan diakhiri.
menurut Nye (1973) menyebutkan lima sumber konflik :
(1) Kompetisi, salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu
dengan mengorbankan orang lain.
(2) Dominasi, salah satu pihak berusaha megendalikan pihak
lain sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar.
21
(3) Kegagalan, masing-masing berusaha menyalahkan yang
lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
(4) Provokasi, salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu
yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
7. Efektivitas komunikasi antarpribadi
Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar
komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi antar pribadi bersifat
dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat
mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui
secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak.
Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Menurut kumar (2000:121-122) efektivitas komunikasi antarpribadi
mempunyai 5 ciri sebagai berikut:
1. Keterbukaan (openness). Kemauan menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.
2. Empati (empathy). Merasakan apa yang dirasakan orang lain.
3. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif.
4. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif
terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan
menciptakan situasi kondusif untuk interaksi yg efektif.
5. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan.
22
C. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi :
a. Tingkah Laku
b. Bahasa Tubuh
c. Tempat/Ruang
d. Sikap
Mempengaruhi pengkajian
e. Komunikasi dengan klien
(Rakhmat J, 2009), Toni R(2005)
D. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap judul yang dipilih sesuai
dengan identifikasi masalahnya. (Alimul, 2003)
Variabel Independent
Komunikasi Interpersonal
Variabel Dependent
Pengkajian
23
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan konsep berupa variabel bebas dan
variabel terikat sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas yaitu variabel yang bertindak sebagai penyebab atau
variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas (X) dalam
penelitian ini adalah komunikasi interpersonal.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variable lain atau
variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat Y
dalam penelitian ini adalah pengkajian pada mahasiswa keperawatan.
.
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : ada hubungan antara kemampuan komunikasi
interpersonal terhadap pengkajian pada mahasiswa keperawatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Download