1 - Putra

advertisement
FIKIH IBADAH
M. Jandra
Makna Ibadah
Kesempurnaan Islam seseorang adalah sejauh cocoknya amal perbuatannya
dengan iman yang dikandung dalam kalbunya. tujuannya untuk mencari keridhaan
Allah. Ibadah manusia adalah menyerah mutlak kepada Allah swt. Semua yang
dilakukan oleh "hamba" dalam garis ketaatan terhadap “Yang Disembah” adalah
"Ibadah". Contoh, apabila seseorang sedang bercakap-cakap dengan orang lain,
kemudian dia dengan imannya menjauhkan diri dari "bohong" , maka dia telah mencoba
mencocokkan perbuatannya itu dengan ridha Allah, dan ini adalah "ibadah". Sekalipun
seluruh “perbuatan itu” adalah bersifat "duniawi".
Pedoman umumnya, ialah
"Memberikan hak kepada yang berhak" atau mendudukkan segala sesuatu pada
proporsinya yang sebenarnya. Itulah ibadah. Oleh sebab itu seseorang akan bisa
memasukkan semua amalnya sebagai "ibadah" tergantung kepada Niyat baik di dalam
hatinya, lawannya hanya satu ialah "ma'syiat", ialah semua perbuatan yang
disengajakan untuk menentang ridha dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu 'Ibadah mempunyai dua arti yaitu 'ibadah formal (mahdhah dan
'ibadah informal)
1. lbadah formal ialah seperti yang terdapat dalam rukun Islam ditambah Thaharah.
2. Ibadah informal ialah setiap aktipitas muslim di dalam memenuhi hajat hidup dan
kewajiban-kewajban lainnya dalam rangka mencari ridha Allah swt.
Bila dalam pribadi terpampang tiga hal yang besar, yakni Iman - Amal dan Ilmu,
maka ketiga kebesaran yang dimiliki itu, berporos kepada Ibadah. Iman sebagai poros
pertama, adalah berfungsi akan mendudukkan manusia muslim dalam proporsi sebagai
manusia yang mengenal dengan baik "Siapa Tuhan yang patut Disembah", hanya Allah
swt., tidak ada perantara.
Amal disini disifati dengan shalih, karena perbuatan-perbuatan itu berpangkal
pada "persesuaian" dengan ridha Allah swt. Amal shalih, adalah perbuatan-perbuatan
pilihan yang hanya akan memberikan keuntungan-keuntungan kepada manusia banyak.
Shalih sendiri sebagai bahasa Arab berarti "sehat". Perbuatan sehat dalam ukuran
mental, ukuran hati nurani manusia, ukuran fithrah, ukuran hukum alam yang sudah
dikenal oleh manusia sendiri. Iman dan amal shalih karenanya tidak mungkin dipisahpisahkan. Sebab, “shalih atau sehat” tidak mungkin terjadi bilamana seseorang kosong
dari iman atau malahan menjadi musuhnya faktor iman.
Ibadah Kebutuhan Asasi Manusia.
Manusia diciptakan untuk mengabdikan dirinya “ibadah” kepada Allah. Ini
berarti bahwa keinginan, atau
kebutuhan-mengabdi ini sudah merupakan
kebutuhan-asasi (innate desire) bagi setiap manusia. Jika tidak dilakukannya akan
menimbulkan ketegangan dalam dirinya. Penyakit stress, yang semakin menjalar di
kalangan manusia yang sibuk sekarang ini adalah karena mereka telah melalaikan
pemenuhan kebutuhan-dasar ini.
Manusia yang tidak menghayati dan melaksanakan ibadah ini akan hidup dalam
perasaan yang penuh kegundahgulanaan (frustrasi) Ibarat sebuah kapal pengangkut
barang (kargoship) yang kosong maka akan oleng dan mudah tertelungkup. Sifat
manusia yang hidupnya penuh frustrasi bagai kapal yang oleng itu ialah disebabkan
2
proses kejadian manusia yang sejak awal penuh dengan ketidak pastian. Mari kita
pelajari proses kejadian manusia.
Kejadian manusia dan ketidakpastian dlm hidupnya.
Setiap manusia diciptakan Allah SWT melalui suatu proses yang sangat runut; 9
bulan 10 hari sebelum dilahirkan setiap manusia sudah mengalami perjuangan
hidup-atau-mati yang sangat mengerikan. Ketika itu telah terjadi persetubuhan antara
sepasang suami isteri, si suami rnenyemburkan kira2 250juta spermatozoa - yang sangat
halus, namun telah diperlengkapi Allah dengan gene yang mengandung sifat-sifat dan
bakat kedalam pipa vagina istrinya. Dari pipa vagina ini sperma yang banyak ini mulai
berenang menuju pangkal rahim untuk memperebutkan satu-satunya ovum (telur) yang
menunggu di dalam tabung faloppian pada pangkal rahim itu. Dari ilmu teori
kemungkinan ini berarti, bahwa kemungkinan setiap kita akan hidup pada saat ayah dan
bunda kita bersenggama ialah satu per250 juta saja, yang dalam ilmu pasti biasanya
bilangan sekecil ini disamakan dengan nol Andai kata kita terlambat barang
seper100detik saja dalam memasuki ovum ketika itu, maka bukan kita yang hadir di
muka bumi ini. Hal inilah yang menyebabkan setiap manusia merasakan dirinya tidak
pasti dan tidak pernah puas akan wujud dirinya, sehingga setiap manusia merasa sangat
ingin dipuji dan diakui wujud dirinya. Manifestasi dari rasa ketidakpastian ini ialah
sikap yang mudah terlalu sedih dan putus asa jika mendapat kerugian atau kemalangan,
dan sebaliknya mudah berbangga dan, menepuk dada jika mendapat keuntungan,
sebagaimana diterangkan dalam Al- Qur'an 70:19 - 24)
ِ ‫) إِالَّ الخم‬21( ً‫اْلي ر منوعا‬
ِ
ِ ِ
‫ني‬
ُ َ ُ ‫) َوإِ َذا َم َّسهُ خَخ‬20( ً‫) إِ َذا َم َّسهُ الشَُّّر َج ُزوعا‬19( ً‫نسا َن ُخل َق َهلُوعا‬
َ ‫صل‬
َ ُ
َ ‫إ َّن اإل‬
ِ َّ
ِ ِِ ‫) الَّ ِذين هم علَى‬22(
24‫ين ِِف أ خَم َواِلِِ خم َح ٌّق َم خعلُوم‬
َ َ ‫َ ُخ‬
َ ‫) َوالذ‬23( ‫صالِت خم َدائ ُمو َن‬
'Sesungguhnya manusia itu (proses kejadiannya membuatnya) berwatak cemas jika
mendapat kemalangan berputus asa; jika beruntung segera (menepuk dada babangga
diri; kecuali mereka yang shalat; yang memelihara shalatnya tetap langgeng dan yang
mengaku di dalam harta yang dipunyainya ada hak orang lain;yang menminta atau
tidak. "
Fungsi sholat
Ayat-ayat Allah ini menegaskan kenyataan yang diterangkan di atas serta
mengecualikan mereka yang memelihara shalatnya dengan konsisten. Jadi shalat bagi
setiap manusia merupakan stabilisator bagi jalan hidupnya. Shalat secara teratur dan
tetap akan menimbulkan di dalam diri seseorang rasa-dekat dengan Maha Pencipta
(taqarrub ila Allah}, karena di dalam shalat itu kita dididik untuk merasakan, bahwa
Allah yang telah menciptakan kita adalah Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Pemurah,
disamping Maha Besar dan Maha Agung. Sifat-sifat Allah yang terus-menerus kita
ulang~sebut dalam shalat ini akan mengendap ke dalam bawah-sadar kita. Memory
tentang sifat-sifat Allah yang mengendap ke dalam bawah sadar itu akan mempengaruhi
paling sedikit 60 persen dari perilaku seseorang sehari-hari.
Di samping itu, mereka yang tetap memelihara pelaksanaan shalatnya secara
konsisten pastilah memiliki sikap tawhid yang kuat. Adapun mereka yang belum atau
tidak suka memenuhi kebutuhan shalat ini akan mengalami ketegangan jiwa karena roh
nya mengalami kelaparan rohani (spiritual-hunger) terus menerus disebabkan oleh rasa
tidak pasti diri akibat perjuangan "to be or not to be' yang telah dialaminya sejak ia
berbentuk spermatozoa tadi. Itulah sebabnya maka Allah memperingatkan manusia agar
sesekali merenungkan peristiwa ini sebagaimana difirmankanNya:
3
ِ ‫هل أَتَى علَى ا ِإلنس‬
ِ
ِ
ِ ‫ان ِحني ِم َن الد خ‬
‫نسا َن ِم خن نُطخ َفة أ خَم َشاج‬
َ
‫َخ‬
َ ‫) إ َّّن َخلَ خقنَا اإل‬1( ً‫َّهر َلخ يَ ُك خن َشخيئاً َم خذ ُكورا‬
َ
ِ ‫نَب تَلِ ِيه فَجع خلنَاه ََِسيعاً ب‬
2( ً‫صريا‬
‫خ‬
ُ ََ
َ
ِArtinya: Bukankah telah berlalu bagi manusia suatu masa ketika ia tidak pernah
disebut-sebut, sesungguhnya kami telah ciptakan manusia itu dari setetes cairan yang
bercampur maka agar Kami dapat mentestnya, Kami anugerahi dia dengan pendengaran
dan penglihatan. (QS.76:1-2)
Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa shalat serta segala pengabdian
kepada Allah dalam bentuk 'amal shaleh demi mencari ridhaNya itu lebih merupakan
kebutuhan dari setiap rnanusia dari pada suatu kewajiban. Oleh karena itu pulalah
maka Rasulullah sampai berkata bahwa shalat itulah pemisah antara seorang Muslim
dengan kekufuran Dalam kesempatan lain Rasullullah juga bersabda; Shalat itu tiang
agama barang siapa menegakkannya sesunggahnya mrnegakkan agamanya barangsiapa
melalaikannya sesungguhnya telah menghancurkan agamanya (hadith)
Jika shalat diwajibkan Allah bagi mereka yang beriman tiada lain oleh karena
kasih sayang Allah kepada hamba-harnbaNya. Kebutuhan hati manusia untuk
beribadah itu dapat diumpamakan seperti kapal barang yang ingin diisi sepenuhnya agar
tidak oleng tadi Namun bedanya yang sangat menyolok ialah besar volumenya.
Bukankah pepatah mengatakan bahwa: Sedalam-dalam laut dapat diduga namun
dalamnya hati manusia tidak terkira (alias infinitum); seluas-luasnya laut ada pantainya
luasnya hati manusia tidak mengenal tepi. Jika dalamnya dan luasnya infinitum maka
volumenya pun infinitum pula sehingga kebutuhan hati manusia tidak mungkin akan
terpenuhi kecuali jika diisi dengan sesuatu yang infinitum pula. Itulah dia pengabdian
kepada Yang Maha Besar Allah SWT. Sebelum manusia memenuhi kebutuhan asasinya
yang takberhingga ini manusia tak akan pernah dapat hidup mantap tepat seperti kapal
barang yang kosong ia akan tetap oleng dan rnudah terlelungkup.
DUA MACAM KEWAJIBAN MANUSIA.
1. Fardlu ‘Ain
Fardhu ain ialah kewajiban pribadi yang wajib dilaksanakan oleh setiap pribadi secara
sendiri dan tidak boleh diwakilkan kepada siapapun contohnya ialah semua ibadah
mahdhah seperti shalat puasa zakat dan naik haji. Maka fardhu ain seratus persen
merupakan kewajiban peribadi yang sama untuk setiap manusia tanpa kecuali. Fardlu
‘ain ini tak mungkin dan tak boleh diwakilkan kepada siapapun sedangkan akibatnya
nanti akan dirassakan manusia di akhirat ketika manusia sudah meninggal
Di Jakarta banyak Santri gadungan yang setiap tahun menawarkan naik haji yang
diwakilkan kepadanya. Ini pasti tidak shah dan berlawanan dengan hukum Allah yang
sebenarnya namun banyak orang yang tertipu.
AIQuran tegas menerangkan bahwa kewajiban yang bersifat ukhrawi ini tak mungkin
diwakilkan.
ِ ‫) وأَ خن لَيس لِ ِإلنس‬38( ‫أَالَّ تَ ِزر وا ِزرة ِوخزر أُخرى‬
)39( ‫ان إِالَّ َما َس َعى‬
َ‫ُ َ َ َ خ‬
َ َ ‫َ خ‬
Yaitu. tidak akan ada orang yang memikul beban orang lain; tidak akan ada sesuatu
bagi seseorang kecuali apa yang telah diusahakannya sendiri. (QS. 53:38- 39}
2. Fardlu Kifayah
4
Di sini ayat berbicara kepada manusia sebagai suatu kesatuan masyarakat
comunitas, yang satu terkait dengan yang lain saling mempengaruhi dan membutuhkan.,
contohnya :
ِ َّ ‫َن‬
ِ َّ َّ ‫ص‬
ِ
ِ
ِ ‫يد الخعِ َق‬
َّ ‫اصةً َو خاعلَ ُموا أ‬
‫اب‬
َّ ‫ين ظَلَ ُموا ِمخن ُك خم َخ‬
ُ ‫اَّللَ َشد‬
َ ُ‫َواتَّ ُقوا فخت نَةً ال ت‬
َ ‫يَب الذ‬
ِArtinya: Ber-taqwa (siap siaga)-lah kamu akan suatu fitnah (bencana) yang akan
menimpa bukan hanya mereka yang zhalim saja, ketahuilah, bahwa hukuman Allah itu
sangatlah pedihnya. " (Q. & 25)
Berdasarkan ayat tersebut dapatlah di definisikan fardhu kifayah itu sebagai berikut;
Fardhu kifayah adalah kewajiban bersama yang diwajibkan di atas seluruh masyarakat,
namun jika ada beberapa oang sudah sanggup melaksanakannya dengan baik dan
sempurna maka yang lain akan terlepas dari kewajiban tersebut.
Sebagai seorang muslim tidak mempertentangkan kepentingan pribadi dengan
kepentingan masyarakat setiap Muslim sudah terlatih untuk merasakan kepentingan
pribadi dan masyarakat adalah saling melengkapi. Islam adalah agama jamaah untuk
mendidik manusia hidup bermasyarakat.
Kenyataan mernbuktikan, bahwa di mana saja ada orang Muslim di dunia ini baik
ditimur maupun di Barat mereka akan berkumpul akan rnembentuk suatu jama'ah.
Sekarang ini kita dapati hampir di seluruh dunia telah terbentuk masyarakat Islam. Di
Inggris saja sekarang ini telah berdiri lebih dari 2000 mesjid dan pengaruhnya kepada
penduduk asli merambat dengan cepat.
Dalam beberapa situasi umat Islam telah membeli gereja yang ditinggalkan oleh
jemaat mereka dan merubah fungsi gereja menjadi mesjid. Kejadian ini sudah biasa
berlaku di negeri-negeri Barat, Australia, Amerika Serikat, bahkan akhir-akhir ini
pemerintahan Perancis merasa malu sehingga memerintahkan agar gereja tidak lagi
dijual dan diubah menjadi mesjid sentimen anti Islam juga meruak mereka lebih suka
bekas gereja dijadikan tempat disco dan lain-lain asal jangan jadi mesjid.
Thaharah (Bersuci)
Thaharah (Bersuci) yang diperintahkan ialah wudhu (mengambil air sholat),
ghusl (mandi) dan membersihkan najis dari badan dan pakaian. Shalat yang menjadi inti
ibadah dan tiang Islam itu, baru sah untuk dkerjakan manakala bersuci itu minimal
wudhu atau ghusl dan membersihkan najis dari badan/pakaian – telah pula dilaksanakan
sesuai dengan kaifiah hokum thaharah.
Dasar hukum thaharah disebut dalam Qur’an, antara lain :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
hendaklah cuci mukamu, kedua tanganmu sampai dua siku dan sapulah kepalamu dan
cucilah kakimu sampai kedua mata kaki; dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari buang air (kakusj atau menyentuh
perempuan (bersanggama), lalu kamu tidak memperoleh air maka bertayammumlah
dengan tanah yang bersih, sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.”1)
"Bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah segala kotoran”3)
Bersuci dan Jenisnya
I.
Mensucikan Badan
Hadas adalah kondisi seseorang dalam keadaan kotor jadi abstrak sifatnya
sedangkan najis adalah benda kongkrit yang ditetapkan sebagai kotor atau najis
1)
3)
Al-Maidah (5) : 6.
Al-Muddatstsir (74) : 4-5.
5
1) Bersuci dari hadats kecil caranya dengan mengerjakan wudhu atau
tayammum.
2) Bersuci dari hadats besar dengan cara gusl (mandi) atau dengan
tayammum bila seseorang tidak memperoleh air atau tidak dapat memakai air, lantaran
sesuatu hal. Tayammum adalah suatu rukhshah (keringanan) dalam Hukum Islam,
sebagai pengganti wudhu dan mandi karena sesuatu halangan (udzur).
3) Istinja. Istinja’ artinya bersuci sesudah keluar kotoran (kemih atau tahi)
daripada salahsatu dari dua pintu, yaitu dengan cara menggunakan air atau dengan tiga
buah batu, apabila tidak terdapat air.
4) Membersihkan badan dari segala kotoran dan najis yang melekat, seperti
darah, nanah, tahi, kemih dan lain-lain.
5) Sunnah yang berhubungan dengan kebersihan jasmani (untuk kesehatan
badan sendiri dan menghindarkan rasa jijik orang-orang lain dalam pergaulan. Segi ini
ialah: membersihkan mulut, menyikat gigi, mandi memakai sabun, berkhitan
(circumcisio), mencukur bulu genitalia, menggunting kumis, mencabut bulu ketiak,
mengerat kuku, menyisir rambut dan memakai harum-haruman.
Sabda Rasulullah s.a.w.:
"Kalau tidaklah akan menyusahkan ummatku akan sayasuruh mereka bersugi
(menyikat gigi) pada tiap-tiap wudhu.4)
Nabi juga memerintahkan ummatnya untuk selalu memelihara dan
memuliakan
rambutnya:
"Barangsiapa
yang
berambut,
haruslah
8)
memelihara/memuliakan rambut itu,”
II. Mensucikan pakaian, bejana dan mesjid
1.
Membersihkan pakaian daripada najis dan kotoran. Syarat sah shalat
ialah memakai pakaian dan tempat sujud yang suci dari najis dan kotoran-kotoran. Dan
sangat dianjurkan selalu memakai pakaian rapi, bersih dari daki-daki dan kotoran
dimana saja berada. Rasulullah pernah menegur seorang laki-laki yang pakaiannya
kotor tidak terawat: “Apakah orang ini tidak mempunyai sesuatu untuk mencuci
rambutnya?”10)
2.
Air yang menjadi alat dasar untuk bersuci harus pula dengan air yang
suci lagi mensucikan. Air yang demikian itu boleh diminum dan boleh untuk thaharah,
yaitu: air yang jatuh dari langit atau air yang terbit dari bumi seperti: air hujan, air laut
air sumur, air es, air embun dan air yang keluar dari mata-air.
3.
Membersihkan bejana-bejana, alat-alat dapur dan tempat-tempat
makan/minum karena bersentuh dengan benda-benda najis. Apabila bejana-bejana dan
alat-alat tersebut menjadi cemar karena dijilat anjing atau babi harus dicuci 7 kali
dengan air yang suci lagi mensucikan, dan sekurang-kurangnya satu kali dari tujuh itu
dicampur dengan pasir (tanah).
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
"Bersihkanlah bejana kamu apabila dijilat anjing, bahwa mencucinya tujuh
kali dengan air, air pertama hendaknya dicampur dengan tanah.”11)
4.
Bejana-bejana dari piring, mangkok, belanga bekas dari tempat daging
babi, atau khamar (anggur) harus dibersihkan dan dicuci lebih dahulu, maka baru boleh
dipergunakan oleh orang muslim untuk tempat makan atau minum.
Hadits Riwayat, Malik, Syafi’, Al-Baihaqy dan Al-Hakim.
Hadits Riwayat Abu Dawud
10)
Hadits riwayat Abu Dawud
11)
Hadits Riwayat Muslim
4)
8)
6
5.
Mesjid yang kecemaran oleh najis anjing, harus dibersihkan dan dicuci
dengan air yang bersih.
III. Mensucikan rumah dan pekarangan
Manusia Muslim selalu diperintahkan oleh agamanya untuk selalu menjaga
kerapian menggunakan wangi-wangian, kebersihan rumah dan pekarangan. Sabda
Rasulullah s.a.w.:
“Bahwasanya Allah itu baik dan wangi. Dia menyukai kebaikan dan
kewangian. Bahwasanya Allah itu bersih lagi baik, menyukai kebersihan dan kebaikan.
Bahwasanya Allah itu sangat murah tangannya, menyukai kemurahan. Karena itu
bersihkanlah halaman-halaman rumahmu. Jangan kamu menyerupai orang-orang
Yahudi. Mereka mengumpulkan tahi-tahi binatang di rumah-rumah mereka.”12)
IV. Mensucikan jiwa dan tingkah laku
Kebersihan Rohani dan kesucian laku perbuatan, adalah dua hal yang selalu
dituntut oleh Islam. Kesucian jiwa itu dimulai dari tauhid, yaitu jiwa yang suci dari
kepercayaan syirik dengan segala macam bentuknya. Disusul dengan sikap mental yang
tinggi, yaitu niat yang ikhlas, perasaan yang kudus, pikiran yang kreatif, himmah yang
kuat dan cita-cita yang luhur. Sebaliknya Islam menentang mental munafiq, riya (puji
diri), ananiya (egoisme) dan jiwa curang. Pendidikan kesucian rohani ditunjukkan
caranya oleh Qur'an dengan jalan selalu mengjngat (zikir) kepada Tuhan. Sedang zikir
pada Tuhan yang paling baik ialah dengan shalat, dan ialah yang paling baik
memberikan ketenangan jiwa bagi manusia.
Allah s.w.t. berfirman: "Dan tegakkanlah shalat untuk dzikir (mengingat)
kepadaKu.”13)
"Ketahuilah bahwa dengan dzikir pada Allah itu, semua hati menjadi
enteram.”14)
Mensucikan tingkah-laku dimulai dari membersihkan hidup dari perbuatanperbuatan bid’ah dan khurafat. Artinya setiap muslim harus hidup sesuai dengan
Sunnah Rasulullah, khususnya dalam bidang 'ubudiyah. Dan dalam keseluruhan
hidupnya harus menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, sehingga seorang muslim
menjadi “uswatun hasanah” (teladan paling baik) bagi manusia.
Empat jenis bersuci yang telah dibahas di atas, menunjukkan bahwa Islam
menghendaki agar manusia hidup secara suci, lahir, suci batin ; suci aqidah, suci
ibadah dan suci muamalah.
Firman Allah s.w.t. :"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang bertobat
(suci aqidah dan jiwa) dan Dia mencintai orang-orang yang suci (bersih badan,
pakaian, rumah dan pekarangan).”15)
Najis
Najis ada beberapa macam:
1.Bangkai. Tapi mayat manusia, bangkai ikan dan belalang adalah suci. Kategori
bangkai termasuk juga pada binatang yang mati tidak menurut hukum Islam.
Kemudian kulitnya menjadi suci sesudah disamak.
2.Darah dan nanah. Segala macam darah adalah najis. Begitu pula nanah baik
yang cair maupun yang kental.
3.Anjing dan babi.
12)
Hadits Riwayat Al-Bazzar
Thaaha (20) : 14
14)
Ar-Raad (13) : 28
15)
Al-Baqarah (2) : 222
13)
7
4.Segala benda cair yang keluar dari dua pintu yang berasal dari makhluk hidup.
Seperti tahi, air kemih dan madzi (benda cair yang keluar dari genitalia ketika
timbul syahwat). Adapun air mani (sperma) manusia, sebagian ulama
berpendapat suci.
5.Segala macam minuman yang memabukkan. Kalau arak telah berubah menjadi
cuka (asam) maka tidak lagi najis.
6.Bagian binatang yang diambil dari tubuhnya semasih hidup. la disamakan
dengan bangkai binatang.
Syahadat
Ikrar syahadat adalah pengejawantahan "kepribadian muslim" yang
sebenarnya, sebab dia tidak mau "menyembah" apapun selain "Allah", tiada Tuhan
selain Allah, dan ini kesaksiannya yang sebenarnya. Kesaksian selanjutnya ialah
"Muhammad Rasulullah". Muhammad saw. sebagai utusan bukan Tuhan.
Syahadat berarti sekaligus sebagai sikap untuk menjaga kemurnian agama
dalam kalbu setiap insan, tidak lagi mencampur-campur agama dengan kemusyrikan,
mencampur agama dengan keinkaran terhadap agama sendiri, tetapi mendudukkan
setiap sesuatu dalam proporsi yang seharusnya. Menegakkan syahadat dalam
masyarakat, berarti menegakkan "terjaganya kemurnian Islam" dalam kehidupan
masyarakat. Syahadat yang benar tidak mungkin akan membawa kepada penyembahan
kubur, penyembahan pohon-pohon tua, gunung dan sebagainya. Dan menjaga Islam
yang murni ini adalah kewajiban bagi setiap insan muslim.
Ikrar syahadat akan diikuti dengan gerakan da’wah dengan tindak lisan
maupun hati. Gairah akan agama selalu dibangkitkan oleh syahadat, yang diucapkan
beberapa kali dalam sehari itu. Kehidupan tolong-menolong, nasehat-menasehati dan
mengutamakan kesejahteraan umum daripada kepentingan sendiri, akan terpancar dari
syahadat.
Syahadat akan menjauhkan diri dari sifat hypocretis, sifat munafik, sifat yang
tidak mau menegakkan kebenaran hanya karena kepentingan dirinya terhalang. Disini
perjuangan Islam menjadi unsur mutlak dalam pribadi muslim. Jihad tidak berarti mesti
perang. Islam menyukai perdamaian dalam tubuh masyarakat. Islam tidak ingin
menang sendiri. Jihad, yang berarti perang fisik malahan dalam klassifikasi yang
diberikan Nabi Muhammad saw., hanya sebagai perang kecil. Yang terbesar adalah
peperangan manusia melawan penyakit dalam tubuhnya sendiri.
Apa yang dinamakan kejelekan, yang difocuskan oleh Islam sebagai syaitan
dan iblis, harus diperangi. Inilah jihad besar.
Shalat
Firman Allah s.w.t.:
"Dirikanlah shalat itu! Sesungguhnya shalat itu diwajibkan untuk
melakukannya pada waktunya atas sekalian orang mukmin.”20)
Shalat Jum’at terdiri dari dua raka’at, didahului oleh dua khutbah yang berisi
nasehat-nasehat pendidikan dan takwa kepada Tuhan, dilakukan secara berjamaah.
"Wahai manusia beriman, apabila kamu diseru untuk shalat (mendengar
azan) pada hari Jum'at, maka hendaklah kamu segera mengingat Allah (shalat Jum'at),
dan tinggalkanlah jual-beli.”21)
20)
21)
An-Nisa’ (4) : 103
Al-Jumu’ah (62) : 9
8
Maka seorang muslim yang rajin, tentu dia banyak melakukan shalat. Shalat
yang wajib sebanyak lima kali sehari semalam, dan yang sunnat jumlahnya lebih
banyak lagi. Sehingga nampaklah bahwa ibadah yang paling menonjol dalam kehidupan
seorang muslim ialah shalat itu.
Nilai-nilai dan daya-guna yang terkandung dalam sholat
Untuk memelihara iman, memperbaharui dan meningkatkannya, ibadah shalat
itulah yang berperanan. Bacaan-bacaan dalam shalat adalah ucapan-ucapan yang
bersangkut-paut dengan iman kepada Allah dan kepada apa yang diwajibkannya kepada
kita. Seperti arti logat shalat adalah “do’a”, maka memang sebagian besar dari ucapanucapan dalam bacaan shalat mengandung do’a. Do’a untuk memohon hidayah dan
petunjuk agar perjalanan hidup kita sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat. Begitulah
makna yang terdapat dalam bacaan do’a iftitah (bacaan mukaddimah shalat}; dan Surah
Al-Fatihah, surah yang wajib dibaca waktu melakukan shalat; dan bacaan Tasyahhud
(Tahiyat), bacaan akhir shalat. Maka manusia yang shalatnya baik, adalah manusia yang
tinggi kadar imannya dan selalu mendapat hidayah dan taufiq Allah s.w.t.
Shalat dan Kesucian Rohani-Jasmani
Sholat berfungsi sebagai stabilisator kehidupan. Shalat adalah pekerjaan
hamba yang beriman dalam situasi menghadapkan wajah dan sukmanya kepada Zat
yang Maha Suci. Maka manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan kontinu, menjadi
alat pendidikan rohani manusia yang effektif, memperbaharui dan memelihara jiwa
serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Makin banyak shalat itu dilakukan dengan
kesadaran bukan dengan paksaan dan tekanan apapun, berarti sebanyak itu rohani dan
jasmani dilatih berhadapan dengan Zat Yang Maha Suci. Efeknya membawa kepada
Kesucian rohani daa jasmani.
Kesucian rohani dan jasmani akan memancarkan akhlak yang mulia, sikap
hidup yang dinamis penuh amal shalih. Sebaliknya akan terhindar dari berbagai
perbuatan dosa jahat dan keji. Allah s.w.t. berfirman :
"Dan tegakkanlah shalat, karena shalat itu mencegah diri dari perbuatan keji
dan jahat.”22)
"Sesungguhnya manusia dijadikan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kerugian ia mengeluh. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia menjadi kikir,
kecuali mereka yang mendirikan shalat Yaitu mereka yang melakukan shalat dengan
tetap."23)
Ditinjau dari segi disiplin shalat merupakan pendidikan positif menjadikan
manusia dan masyarakatnya hidup teratur. Dengan kewajiban shalat sebanyak lima kali
dalam 24 jam, seorang muslim tentu seorang yang selalu memperhatikan perjalanan
masa dan selalu sadar tentang peredaran waktu. Kesadaran tentang waktu akan
membawa hidup yang teratur dan hidup yang penuh manfaat.
Keterbelakangan masyarakat adalah akibat belum lagi memiliki kesadaran
waktu. Waktu terlalu banyak dihambur-hamburkan tanpa disadari, tidak ada suatu
pertemuan yang dibuka tepat pada waktunya menurut undangan, lebih banyak waktu
digunakan untuk santai, mengobrol dan menganggur daripada waktu yang digunakan
untuk bekerja dan beramal. Filosuf Ibnu Sina (980-1037) yang dikenal di negeri Barat
dengan nama Avecenna berdo’a: “Tuhanku, berikanlah kepadaku hidup walaupun hidup
itu tidak panjang, akan tetapi hidup itu penuh arti dan manfaat.” Dia hidup di dunia
hanya dengan usia 57 tahun, tetapi dengan karya-karya dan buah fikirannya dia telah
22)
23)
Al-Ankabut (29) : (45)
Al-Ma’arij (70) : 19-23
9
berjasa memimpin ilmu dan rohaniah manusia selama berabad-abad walaupun tulangbelulangnya telah hancur dalam tanah.
Shalat dan Pembinaan Ummat
Dalam pelaksanaan shalat, sangat dianjurkan melakukannya dengan
berjama'ah. Dua puluh tujuh lipat pahala dan keutamaan mereka yang shalatnya
berjama'ah daripada shalat sendirian.28)
Bahkan berjama’ah diwajibkan melaksanakannya sekali se-Jum’at yaitu Shalat
Jum’at. Islam mendidik pemeluk-pemeluknya bergaul, bermasyarakat, mempertebal
ikatan ukhuwah Isiamiyah, persaudaraan antar muslim. Untuk melaksanakan jama’ah
perlu tempat. Sebab itu mesjid wajib dibangun. Sistem jama’ah di mesjid mengandung
seribu satu nilai-nilai yang penting. la mendidik manusia menumbuhkan solidaritet
sosial yang kuat dan ajaran persamaan antar manusia. Anggota-anggota jama’ah duduk
dalam satu barisan. Yang miskin berdampingan dengan yang kaya dan rakyat biasa
bersisihkan dengan pembesar-pembesar, tak ada tempat yang diistimewakan. Semuanya
sama-sama melakukan gerakan-gerakan yang serupa dan seirama.
Fungsi mesjid bukan hanya sekedar tempat shalat. Mesjid digunakan sebagai
pusat pembinaan jama’ah dan kekuatan ummat. Mesjid merupakan gedung pertemuan
untuk bermusyawarah tentang berbagai masalah yang sama-sama mereka hadapi.
Kalau sistem jama'ah itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka ummat
Islam tidak akan seperti keadaannya sekarang ini yang mengalami kelemahan dalam
berbagai bidang. Dengan kewajiban shalat lima-waktu, hendak-nya ummat Islam
memulai hidupnya di mesjid, kemudian menutup kegiatan hidupnya dengan shalat Isya
di mesjid pula. Dengan kewajiban shalat Jum'at sekali dalam sejum'at, maka mimbar
Jum'at dapat diintensifkan menjadi mimbar penggembelengan untuk menyusun jama'ah
muslimin yang bertenaga jiwa tauhid. Hanya saja sangat disayangkan, bahwa sementara
dari beberapa mesjid tidak berjalan menurut funksinya. Para khatib bukannya
membangunkan semangat jihad, tetapi sebaliknya mereka menyanyikan ninabobok
kepada sidang Jum'at yang membuat mereka mengantuk.
Jadi tujuan shalat ialah kebaikan dan kebahagiaan manusia sendiri di dunia
dan di akhirat. Tepat pula isi panggilan azan yang selalu dikumandangkan oleh
mu'azzin:
"Mari mengerjakan shalat, mari kepada kemenangan!"
Zakat
Menurut bahasa, zakat berasal dari kata tazkiyah artinya mensucikan. Sebab
itu menunaikan zakat berarti mensucikan harta benda dan diri pribadi. Dari arti ini,
maka zakat maal (harta) berfunksi membersihkan harta-benda dari orang-orang yang
berpunya, seperti firman Allah dalam Qur'an:
"Ambillah dari harta-benda mereka zakat untuk membersihkan dan
mensucikan mereka dengan zakat itu. "30)
Menunaikan zakat adalah wajib atas ummat Islam yang mampu. Penunaian
kewajiban itu dilakukan pada tiap-tiap tahun sebagai iuran kemanusiaan secara agama,
dari orang-orang yang berada untuk menanggulangi kesulitan hidup serta mencukupkan
hidupnya orang-orang yang tak berpunya. Dan negara dapat memaksa dengan hukum
kekerasan supaya masing-masing orang yang berpunya menurut suatu nisab (ukuran
minimal) yang sudah ditetapkan supaya membayar kewajiban zakatnya. Mereka yang
mengakui sebagai suatu kewajiban tapi enggan untuk membayar zakat, dihukumkan
28)
30)
Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim.
At-Taubah (9) : 103.
10
kafir. Mereka dianggap memberontak kepada hukum agama. Karenanya mereka boleh
diperangi sampai mereka patuh kembali, sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Khalifah Abu Bakar.
Zakat hanya dikenakan kalau jumlah harta kekayaan sampai pada nilai
tertentu, batas minimal (nisab), dari tiap-tiap jenis barang yang diwajibkan pemungutan
zakat itu. Atau telah dimiliki oleh seseorang dalam tempo cukup setahun. Jadi adalah
sangat berbeda dari arti, nilai dan pelaksanaan apa yang disebut pajak yang dilakukan
dalam berbagai negara.
Pada pokoknya ada 6 jenis harta yang harus dibayarkan zakatnya:
1.Harta kekayaan, namanya “zakatun nuqud”, ialah: emas, perak, uang dan
cheque.
2.Barang-barang dagangan, namanya “zakatut-tijarah” ialah mengenai segala
macam barang-barang perdagangan.
3.Binatang temak, namanya “zakatul an’am” ialah unta, sapi. kerbau, domba dan
kambing.
4.Hasil pertanian, namanya “zakatuz-zira’ah” ialah gandum, beras. jagung dan
lainnya.
5.Hasil perkebunan/buah-buahan, ialah anggur dan kurma.
Tentang hasil perkebunan yang lain dan binatang ternak lain ditempatkan ke
dalam masalah ijtihad baru yang akan mempunyai pembahasan tersendiri.
6.Hasil Usaha
Zakat harta kekayaan (emas, perak, uang, cheque) dan barang-barang
dagangan ialah 1/40-nya (2½ %). Standar yang dipakai ialah emas atau perak. Sedang
batas minimal (nisab) emas 20 dinar atau 85 gram emas murni (24 karat), dan perak 200
dirham.31)
Zakat pertanian dan perkebunan ialah 1/10-nya (10%), jika dihasilkan dengan
air hujan atau air sungai. Tapi jika diairi dengan menggunakan alat-alat dan
pembiayaan, maka zakatnya 1/20-nya (5%). Batas minimal (nisab)nya 300 sha’, sedang
1 sha’ adalah 2% kg. Jadi jumlahnya 750 kg.
Zakat hasil usaha adalah sukuran emas 85 gram dengan kadar zakatnya 2,5%.
Ternyata bahwa hasil pertanian dan perkebunan, zakatnya jauh lebih besar
daripada zakat harta-benda lain-lainnya. Peraturan zakatnya dibayar 10% sampai 5%.
Sedang zakat harta-benda lain-lainnya hanya berkisar 2½ %. Sistem ini memberikan arti
bahwa Islam lebih mementingkan makanan daripada lainnya. Dan bagi fakir miskin,
golongan tidak berpunya, adalah golongan yang selalu dihadapkan dengan persoalan
makanan, lebih penting daripada kebutuhan emas, perak, kambing dan sebagainya.
Kemudian dari arti kebutuhan ekonomis, manusia harus memenuhi kebutuhan
pertamanya (primer) yaitu makanan, baru kemudian yang lain. Suatu prinsip dari ilmu
ekonomi modern.
Ada pun orang-orang yang berhak menerima zakat, adalah mereka yang telah
ditetapkan Tuhan dalam Qur’an. Mereka itu delapan golongan:
31)
Menurut perhitungan H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, hal. 198-199, emas 20 dinar = 93,6 gram;
perak 200 dirham = 624 gram. Menurut Prof. T.M. Hasbi Ashshidieqy, Al-Islam, hal. 533, emas 20 dinar
= 96 gram; perak 200 dirham = 672 gram. Menurut Mu'tamar Tarjih Muhammadiyah ke-XX di Garut
(18-23 April 1976) dalam masalah "Al-Amwaal fil Islam", menguatkan keputusan Tarjih yang
bermu'tamar di Pencongan th. 1972, “Bahwa yang menjadi standar nisab zakat ialah: emas mumi (24
karat) dengan ukuran 85 gram.”
11
“Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, miskin, pengurus
zakat, orang yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan, orang yang berutang, untuk
jalan Allah, dan untuk orang musafir, yang demikian ketentuan dari Allah.” 32)
Keterangan ayat tersebut, sebagai berikut:
1. Golongan fakir (fuqara) yang terlantar dalam kehidupan karena ketiadaan alat
dan syarat-syaratnya.
2. Golongan miskin (masakien) yang tidak berpunya apa-apa.
3. Golongan pengurus atau pegawai zakat (amiliena alaiha) yang bekerja untuk
mengatur pemungutan dan pembagian zakat.
4. Golongan orang-orang yang dihibur hatinya (mu’allafati qulubuhum) yang
memerlukan bantuan keuangan untuk mendekatkan hatinya kepada Islam.
5. Golongan fier-riqab, untuk pembebasan dan kemerdekaan bagi masing-masing
diri atau individu, atau bagi sesuatu golongan atau sesuatu bangsa.
6. Golongan orang-orang yang terikat utang (gharimiena) yang tidak menyanggupi
untuk membebaskan dirinya dari utang itu.
7. Golongan fie sabilillah untuk segala kepentingan umum, jihad dan da’wah
Islam; baik bersifat individu maupun secara kollektif, atau untuk segala kepentingan
pembangunan dalam masyarakat dan negara.
8. Golongan orang-orang yang terlantar dalam perjalanan sebagai musafir (ibnusabil) yang memerlukan bantuan perongkosan untuk kehidupan dan kediamannya dan
untuk pulang ke daerah asalnya.
Tentang siapa golongan fakir dan miskin itu, baiklah pula dikutip suatu
pendapat dari apa yang ditulis oleh Syekh Husseinin Muhammad Mahluf, Ex Rektor
Universitas Al-Azhar di Kairo (Mesir):
“Yang dikatakan orang-orang fakir ialah orang yang mempunyai harta benda
kurang dari hinggaan zakat, atau orang-orang yang sampai mempunyai hinggaan zakat
tetapi ia dalam berhutang, atau dalam kebutuhan sangat untuk hidupnya.”
“Orang-orang miskin, ialah orang-orang yang tidak mempunyai sesuatu juga,
maka sudah tentu lebih sangat daripada orang fakir. Orang miskin itu boleh meminta
untuk mendapat makanan yang perlu, pakaian yang perlu menutupi tubuh mereka, tetapi
orang-orang fakir sebagai yang tersebut di atas maka mereka tidak dibolehkan buat
meminta-minta.”33)
Zakat yang telah disebutkan ialah zakat maliyah (harta benda). Selain dari
kewajiban zakat tersebut, Islam menetapkan lagi iuran kemanusiaan secara agama, yang
harus ditunaikan setiap akhir bulan Ramadhan.pada Hari Raya Fitrah yang dinamakan
Zakat Fitrah (zakat badan). Setiap muslim yang hidup dibulan Ramadhan, kecil atau
besar, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka, apabila ada kelebihan makanan
orang-orang tersebut pada hari itu, wajib mengeluarkan bahan makanan sebanyak 1 sha’
(2½ kg) berupa beras, korma, jagung, atau harga dari jenis yang dizakatkan itu.
Dibayarkan kepada orang-orang miskin melarat yang tidak berpunya, dimaksudkan agar
pada Hari Raya ‘Idul Fitri itu semua orang dapat menikmati lebaran penuh
kegembiraan. Saat itu adalah momen aksi Islam sedunia membebaskan perut-perut
lapar
Apabila melalui pendidikan kita dapat membiasakan manusia menghormati
orang-orang yang mengerjakan kewajiban-kewajibannya, maka kita menjadikan
kewajiban menjadi sumber perhubungan-perhubungan peradaban dan sosial.
32)
33)
At-Taubah (9) : 60
Dr. Kahruddin Yunus, Sistem Ekonomi Kemakmuran Bersama (BERSAMAISME), hal. 203.
12
Tidaklah sulit untuk menciptakan suatu sikap baru dimana masyarakat nanti
akan lebih menghormati, orang-orang yang menghormati orang-orang yang menunaikan
kewajiban-kewajibannya daripada manusia lainnya.”
Begitulah zakat mendidik manusia lebih mementingkan penunaian kewajiban
dahulu daripada menuntut hak-hak. kelemahan masyarakat kita sekarang ialah karena
lebih banyak menuntut hak-haknya, tapi kewajiban-kewajibannya kurang diperhatikan
bahkan tidak pernah dilaksanakan.
Hikmah Zakat
Ajaran zakat mengandung berbagai hikmah yang tinggi, sebagai berikut :
Pertama, zakat sebagai manifestasi rasa syukur dan pernyataan terima-kasih
hamba kepada Khalik yang telah menganugerahkan rahmat dan nimat-Nya berupa
kekayaan. la adalah pendidikan positif bagi manusia untuk selalu bersyukur dan
berterima-kasih kepada si pemberi.
Kedua, zakat mendidik manusia membersihkan rohani dan jiwanya dari sifat
bakhil, kikir dan rakus. Sebaliknya mendidik manusia menjadi dermawan, pemurah,
latihan disiplin dalam menunaikan "kewajiban dan amanah" kepada yang berhak dan
yang berkepentingan, suatu pendidikan akhlak mulia. Syed Ameer Ali dalam bukunya
"The Spirit of Islam", menulis: “Tidak ada agama di dunia yang lebih dahulu dari Islam
memandang suci sifat kedermawanan, menyokong perempuan-perempuan janda, anak
yatim piatu dan orang miskin yang tidak mempunyai tempat minta tolong, yang
menentukan pokok-pokok dasar yang positif dalam menentukan cara-caranya, seperti
yang telah diperbuat oleh Islam.”34)
Ketiga, di dalam struktur ekonomi Islam maka sistem zakat menunjukkan
bahwa sifat perjuangan Islam selalu berorientasi kepada kepentingan kaum dhu'afa
(kaum lemah). Menunjukkan pula bahwa Islam adalah agama pembela kemanusiaan
sejati. Sejarah perjuangan Rasulullah menjadi bukti, dimana beliau selalu
memperhatikan kepentingan-kepentingan hidup kaum lemah, baik dalam memenuhi
tuntutan kemerdekaan pribadinya dari perbudakan maupun dalam memenuhi tuntutan
sosial ekonomi untuk hidup secara wajar. Allah s.w.t. berfirman:
"Dan Kami hendak memenangkan (perjuangan) bagi mereka yang tertindas di
bumi (kaum dhu'afa) dan Kami hendak menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dan
menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi.” 35)
Keempat, ajaran zakat menunjukkan bahwa kemiskinan adalah musuh yang
harus dilenyapkan. Islam memandang kemiskinan sebagai sumber kejahatan dan
kekufuran, sebab itu kemiskinan harus dilawan. Karena tekanan sosial ekonomi pula
dan dengan iman yang tipis banyak wanita baik-baik terpaksa memperdagangkan
kehormatannya, melacurkan diri. Dan masih seratus macam kejahatan lainnya dalam
masyarakat karena kemiskinan.
Disuatu negeri yang minus, rakyat yang hidup serba kekurangan, maka negeri
itu mudah dijangkiti penyakit krisis akhlak dan menjadi tanah yang subur bagi
perbuatan-perbuatan amoral. Itulah sebabnya Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
"Kemelaratan mendekatkan kepada kekafirun." 36)
Untuk membawa manusia ke jalan Tuhan, satu faktor yang sangat penting
ialah memberantas kemelaratan, karena ia merupakan sumber penyakit masyarakat.
Sebab itu pula sebuah Surah dalam Qur’an menerangkan bahwa pendusta agama
(atheis) ialah mereka yang tidak berjuang melawan kemiskinan.
34)
Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, Ilham Islam II, terjemahan Roesli, hal. 35.
Al-Qashash (28) : 5.
36)
Hadits Riwayat Abu Na’im.
35)
13
"Tiadakah engkau tahu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang
membiarkan anak yatim dan tidak mendorong untuk memberi makan orang miskin.” 37)
Kelima, zakat menjadi alat untuk menghilangkan jurang pemisah (gap) antara
orang-orang kaya dan orang-orang miskin dan antara si kuat dan si lemah. Zakat juga
berfungsi menghilangkan perbedaan-perbedaan sosial yang tajam. Selanjutnya zakat
menghubungkan tali kasih sayang antara golongan berpunya dengan golongan tidak
berpunya. Dengan ajaran zakat maka struktur masyarakat Islam dapat dibina
sebagaimana pola yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w.:
"Orang mu'min terhadap orang mu'min tak ubahnya seperti satu bangunan
yang bagian-bagiannya kuat-menguatkan.” 38)
"Orang-orang mukmin itu dalam sayang-menyayanginya, dan santunmenyantuninya, tak ubahnya bagaikan satu tubuh yang apabila menderita satu anggota
dari tubuh itu akan menderita pula seluruh tubuh itu dengan tidak dapat tidur dan
demam.” 39)
Cara mendapatkan rejeki.
Pertama, manusia harus berusaha dengan tangan sendiri, tidak
menggantungkan nasib kepada pihak lain, dan tidak pula dibenarkan meminta-minta
selama masih sanggup berusaha.
"Sesungguhnya penghasilan yang terbaik ialah hasil usaha tangan sendiri." 42)
"Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, adalah lebih baik bagi seseorang
diantaramu, apabila dia mengambil seutas tali dan memikul kayu api di punggungnya
(untuk mendapat nafkah), daripada dia datang kepada seseorang, lalu meminta-minta,
baik dia diberi maupun tidak.” 43)
Kedua, manusia wajib mencari harta dengan segala usaha yang halal. Sebab
itu Islam melarang manusia makan riba, berjudi, mencuri, memeras, korupsi, menipu
dan lain-lain pekerjaan yang diharamkan baik dalam Qur'an maupun dalam Sunnah.
Dan segala macam usaha ekonomi yang dapat menimbulkan bahaya pada diri sendiri
dan orang banyak. Firman Allah s.w.t.:
"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang batil, dan jangan kamu membawa urusan harta itu kepada
hakim-hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu
dengan dosa, padahal kamu mengetahui " 44)
Akumulasi kekayaan untuk tujuan kekayaan peribadi semata-mata ditentang
keras oleh Islam. Karena yang demikian bisa menjadi sumber maksiat dan munkar, akan
menimbulkan hidup yang bermewah-mewah, foya-foya, keangkuhan dan terhadap
orang lain dapat mendatangkan pemerasan.
"Agar (harta) tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya di antara kamu." 45)
"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan; sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." 46)
"Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan sumbangkanlah daripada apa
yang telah la jadikan kamu sebagai pengurus atasnya." 47)
Al-Ma’un (107) :1-3.
Hadits Riwayat Bukhary.
39)
Hadits Riwayat Muslim.
42)
Hadits Riwayat Bukhary.
43)
Hadits Riwayat Bukhary.
44)
Al-Baqarah (2) : 188.
45)
Al-Hasyr (59) : 7.
46)
Al-A’raf (7) : 31.
37)
38)
14
Manakala harta itu sudah menjadi tujuan pokok, maka ia akan merupakan
kerakusan, dan nafsu keinginan yang kekal menimbulkan berbagai kerusakan dan
membukakan pintu untuk berbagai-bagai kejahatan." 48)
Bahaya tidak berzakat
Akumulasi kekayaan yang tidak berfungsi sosial, berarti "a sosial", terlarang
keras. Bagi yang melakukannya diancam hukum berat oleh Tuhan:
"Dan mereka yang menyimpan-nyimpan emas dan perak, dan tidak
menafkahkannya ke jalan Allah, maka peringatkanlah pada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih.” 49)
Harta milik yang berfungsi sosial akan melahirkan solidaritas sosial,
menghilangkan jurang dan perbedaan-perbedaan tajam dalam kehidupan masyarakat,
serta menghancurkan nafsu kapitalisme, individualisme. Semua amal dan perbuatan
terpuji itu akan mendapat pahala dari Tuhan yang berlipat ganda. Firman Allah s.w.t.:
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menginfakkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi
Maha Mengetahui "
Puasa
Puasa dibulan Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya
fardhu 'ain (wajib perorangan) atas tiap muslim yang sudah baligh. la disyari'atkan pada
tahun kedua Hijriyah, sesudah turunnya perintah shalat dan zakat.
Sejarah puasa.
Firman Allah s.w.t.:
"Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana
telah diwajibkan atas ummat yang terdahulu daripada kamu, mudah-mudahan kamu
bertakwa. Puasa itu hanyalah beberapa hari saja." 50)
Puasa bukanlah barang baru, ia sama tuanya dengan sejarah manusia sendiri.
Peristiwa pelarangan Tuhan kepada nenek kita Adam dan Hawa memakan buah khuldi
di syurga — dalam Qur'an dan Perjanjian Lama — cukup menjadi bukti sejarah,
pertanda puasa sudah bermula sejak awal manusia diciptakan. Karena pelanggaran
puasa yang dilakukan nenek kita Adam dan Hawa itu dengan memakan buah khuldi
berakibat kita semuanya harus hidup di bumi ini.
Bangsa-bangsa purba juga telah mengenal dan mempunyai tradisi puasa,
seperti bangsa Mesir purba, Yunani purba, Hindu purba dan masyarakat Cina sampai
kini masih mengenal puasa. Juga suku-suku bangsa primitif sampai hari ini yang
terdapat di Amerika, Afrika, Asia mempunyai tradisi puasa. Begitu pula suku-suku
bersahaja yang terdapat di negeri kita seperti orang Toraja di Sulawesi, Dayak di
Kalimantan, Badui di Banten dan Kubu di Sumatera, mengenal adanya puasa.
Dalam sejarah agama-agama besar puasa adalah merupakan salah satu ibadah
yang penting. Karena memang Tuhan telah pernah mewajibkan puasa kepada ummatummat terdahulu dimana kepadanya dikirimkan Rasul-rasul Allah. la telah diwajibkan
pada masa Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi 'Isa a.s. Bible sendiri banyak menyebutnyebut tentang puasa. Bangsa Arab pra Islam, juga mengenal puasa. Berdasar riwayat
Bukhary dan A'isyah r.a., permaisuri Rasulullah, bahwa kaum Quraisy melakukan pusa
47)
Al-Hadid (57) : 7.
Dr. Mustafa As-Siba’i, Sistim Masyarakat Islam, hal. 44.
49)
At-Taubah (9) : 34.
50)
Al-Baqarah (2): 183-184.
48)
15
'Asyura (10 Muharram) pada zaman jahiliah. Kemudian Rasulullah menyuruh kaum
muslimin puasa pada hari itu sampai diwajibkannya puasa Ramadhan. Sabda Rasulullah
s.a.w.: Barangsiapa hendak puasa ('Asyura) silahkan, dan barangsiapa yang tidak mau
puasa (‘asyura) silahkan pula." 51)
Bagi kelompok hewan yang paling mudah diselidiki ialah bangsa unggas.
Misalnya ayam, ia berpuasa selama mengerami telornya. Biasanya ayam yang sedang
mengeram, makanannya sangat sedikit dan teratur sekali, yakni pada pagi-pagi sekali
atau di sore harinya. Bagi induk ayam yang berani makan banyak semasa mengeram,
cukup mendinginkan perutnya, dan akibatnya kegagalan menetaskan telornya.
Puasa dalam bahasa Arab disebut shaumun atau shiyaamun, artinya menahan
diri dari segala sesuatu, seperti menahan tidur, menahan makan, menahan minum,
menahan bicara dan seterusnya. Menurut istilah, puasa ditujukan kepada menahan diri
dari makan, minum dan bersanggama (jima'/coitus) suami-isteri mulai dari terbit fajar
sampai terbenam matahari, dengan niat melaksanakan perintah Tuhan serta mengharap
ridha-Nya. la harus dilakukan oleh segenap masyarakat yang muslim dan aturanaturannya wajib dipatuhi dengan saksama. Sedikit sajapun makanan yang keras maupun
yang cair, bahkan asap rokok yang masuk ke dalam tubuh, dimana semuanya dilakukan
dengan sengaja, menjadikan puasa itu batal. Maka puasa pada hari itu batal.
Disunnatkan
sahur, dan hendaklah ditunggu sampai dekat waktu fajar akan
menyingsing. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Makan sahurlah kamu, sebab makan sahur
itu mengandung berkah." 52)
Puasa tidaklah dimaksudkan untuk siksaan pisik maupun rohani manusia,
maka manakala ia dalam keadaan tertentu bisa mendatangkan bahaya bagi manusia,
boleh tidak puasa. Oleh karena itu ada beberapa golongan manusia yang diberikan
keringanan atau rukhsah, bahkan ada yang dibebaskan dari kewajiban puasa. Al-Qur'an
Q.S 2: 184 menjelaskan:
"Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan
wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah (yaitu) memberi makanan seorang miskin. Maka barangsiapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kewajiban, maka itulah yang lebih baik baginya.
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. "
Syarat wajib mengerjakan puasa dalam garis besarnya terdiri dari dua hal:
Pertama, telah mencapai umur baligh dan berakal, dengan demikian tidak diwajibkan
puasa kepada anak-anak dan orang yang gila. Kedua, kondisi badan sanggup untuk
mengerjakan puasa itu dan tidak dalam keadaan terlarang mengerjakannya.
Berdasarkan ayat-ayat di muka dan beberapa Hadits Nabi, maka ada beberapa
golongan yang mendapat keringanan dan bebas dari wajib puasa:
1.Orang sakit dan orang yang dalam perjalanan. Golongan ini dibebaskan dari
wajib puasa selama sakit atau selama musafir. Akan tetapi mereka diwajibkan
mengganti puasa sebanyak hari yang ditinggalkannya pada hari-hari lain.
2.Perempuan dalam haidh (menstruatie), perempuan hamil dan perempuan yang
menyusui anak. Tapi mereka harus mengkadha hari-hari yang mereka tiada
berpuasa atau mereka membayar fidyah, bagi kedua golongan yang terakhir ini.
3.Orang tua yang sudah lanjut umur tiada kuasa lagi berpuasa.
4.Orang sakit yang tidak ada harapan lagi sembuh dari sakitnya.
51)
52)
Muhammad Al-Khudhary Banyak, Tarikh At-Tasyri’ Al-Islamy, hal. 47.
Hadits, Muttafaq alaih.
16
5.Mereka yang bekerja berat, dan karena berat kerjanya itu tidak kuasa puasa.
Seperti pekerja-pekerja tambang, abang-abang becak, buruh-bumh kasar di
pabrik-pabrik dan di pelabuhan-pelabuhan dan sebagainya.
Bagi mereka yang tidak mungkin menggantikan puasanya lagi pada hari-hari
lain, seperti sudah terlalu tua, penyakit kronis yang tak ada harapan sembuh dan kerjakerja berat yang tak ada jalan lepas dari pekerjaan itu, maka wajib atas mereka
membayar fid-yah. Melakukan fid-yah yaitu memberi sedekah makanan kepada orang
miskin tiap-tiap hari sebanyak 3/4 liter beras atau dengan uang yang seharga dengan
beras itu. Golongan kedua sampai golongan kelima tersebut di atas, berdasarkan AlBaqarah (2), ayat 184: "Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika
mereka tidak berpuasa) membayar fid-yah, (yaitu) memberi makanan seorang miskin."
Adapun orang yang meninggalkan puasa di bulan Ramadhan dengan sengaja
tanpa halangan, yaitu tidak termasuk kategori-kategori yang telah disebutkan di muka
maka ia telah melakukan, pelanggaran besar, dosa yang berat kepada Allah s.w.t. Nabi
s.a.w. bersabda: "Barangsiapa tidak puasa dengan sengaja dan tanpa 'uzur pada hari-hari
bulan Ramadhan, maka puasa yang ditinggalkannya itu tidak dapat diganti oleh qadha,
sepanjang masa." 53)
Puasa menciptakan kesehatan rohani dan jasmani.
Sebagaimana arti kata puasa dalam bahasa Arab: shaumun, artinya menahan
diri dari segala sesuatu, rnaka berdasar dari kata asalnya, Nabi telah meletakkan nilai
yang sebenarnya tentang puasa. Beliau bersabda: "Bukanlah puasa itu sekedar menahan
diri dari makan dan minum. Sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala
perbuatan yang sia-sia/tidak bermanfaat dan menjauhi perkataan-pcrkataan kotor dan
keji. Sebab itu jika ada orang yang mengajak kamu berbuat sia-sia dan berkata-kata
kotor/keji, wajiblah engkau berkata: saya sedang puasa! Saya sedang puasa! 54)
Menurut Hadits tersebut, orang yang berpuasa selain harus menahan diri
daripada makan, minum, juga wajib baginya menahan diri untuk tidak berkata-kata
kotor dan tidak berbuat sesuatu yang sia-sia. Yang dimaksudkan perkataan-perkataan
kotor ialah segala perkataan yang negatif, berbahaya dan merugikan. Umpamanya:
mengumpat, menfitnah, menipu, berbohong, caci maki, kata-kata porno, mengadu
domba, dan sebagainya.
Dan perbuatan sia-sia ialah segala perbuatan yang haram, yang merugikan,
tidak punya daya guna, dan sebagainya.
Berbagai macam latihan mental yang ditempakan oleh puasa. la mendidik
manusia berjiwa besar, sanggup mengatasi segala macam kesulitan dan cobaan hidup. Ia
menumbuhkan sifat sabar yang hebat pada manusia. Sabar untuk menderita apabila
bentuk hidup itu harus dihadapkan kepadanya, dan tidak mudah putus-asa. Dan tahan
menghadapi musim panca-roba dalam kehidupan. la pun melatih manusia berjuang
mengalahkan hawa-nafsu, mengendalikan dan mengarahkannya. Karena dasar hawanafsu adalah jahat, bertujuan membinasakan manusia. Sebagaimana hawa-nafsu yang
ada pada binatang, tujuannya untuk pemenuhan kebuasan, perut dan sexuil semata.
Puasa pun mendidik manusia berakhlak, teguh memegang amanah, jujur dan
disiplin. Di tempat-tempat sunyi dimana tidak seorangpun yang melihat, di pojok-pojok
rumah, dan di ruang-ruang kamar yang sepi, karena puasa maka berpantang sebutir nasi
masuk ke dalam perut, tidak pula seteguk air membasahi kerongkongan yang terasa
akan retak karena kering dan kehausan. Maka apabila puasa itu dilakukan secara
53)
54)
Hadits Riwayat Abu Daud, An-Nasa’I dan Ibnu Khuzaimah.
Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, dari Abu Hurairah.
17
disiplin oleh ummat Islam yang menjadi ummat mayoritas dari negeri ini, dimana negeri
ini terdiri dari kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Marauke.
Rasa lapar dan dahaga akibat puasa, menanamkan jiwa sosial yang kuat. Puasa
mengajarkan pengalaman sebagaimana nasib kaum dhu'afa yang siang-malam hanya
menghadapi problem perut. Sebagai realisasi dari latihan ini maka setiap kepala
diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 2,5 kg beras pada akhir bulan Ramadhan
untuk dibagi-bagikan kepada fakir-miskin. Maka puasa yang dilakukan dengan sebenarbenarnya puasa adalah suatu "latihan mental dan pisik" mendidik manusia berakhlak
mulia, menciptakan insan berwatak, dengan demikian menciptakan kesehatan rohani.
Kalau puasa kita tinjau dari sudut kesehatan, pasti akan lebih menarik lagi. Dr.
Med. Ahmad Ramali menulis tentang puasa Islam ini: "Bagi hygiene pun ada arti dan
kepentingan puasa, ….. Istirahat yang diberikan kepada alat-alat pencernaan tiap-tiap
siang-hari, sebulan lamanya, tak lain melainkan menambah tenaganya semata, seperti
tanah-ladang yang dibiarkan beberapa lamanya, agar supaya kesuburannya memberi
hasil timbul pula kembali; sebab alat-alat tubuh manusia itu sudah dijadikan demikian,
hingga istirahat baginya berarti menambah tenaganya bekerja dan kekuatan menahan
payah. Makin baik kerja perut besar dan perut panjang, makin sehat tubuh itu.
Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda: “Berpuasalah agar kamu sehat." 56)
Pada kesempatan lain Nabi s.a.w. pernah bersabda, bahwa manusia yang
banyak makan dan tidak teratur, maka orang itu akan menjadi pemalas dan suka
mengantuk. Ini sejalan dengan ilmu kesehatan, karena kebiasaan yang demikian dapat
merusak onderdil perut (alat pencernaan). Dengan puasa, alat pencernaan disuruh
istirahat sebentar, atau dapat diistilahkan "turun mesin" pada ilmu montir, agar dapat
dikontrol pada bagian-bagian/onderdil-onderdil yang rusak/aus. Dengan memberikan
kesempatan kepada perut untuk istirahat, juga sebagaimana memberikan kesempatan
kepada mesin mobil untuk diistirahatkan (didinginkan), agar tidak cepat rusak.
Perlu diketahui bahwa orang yang 'hidupnya untuk makan', artinya banyak
makan, selalu makan yang enak-enak dan tidak teratur, akan mengundang penyakitpenyakit seperti kencing-manis, tekanan-darah tinggi, disentri, dan sebagainya. Maka
penyakit yang menyerang perut, obatnya dari perut pula, artinya orang itu harus
mengatur makannya, mengatur perutnya. Banyak pengobatan yang dilakukan oleh
dokter-dokter terhadap pasien-pasiennya yang menderita penyakit jasmani dengan
menyuruh mereka diet (makan berpantang), bahkan adakalanya suatu penyakit diobati
dengan cara mengharuskan sang pasien melakukan puasa.
Di dalam melakukan puasa menurut Islam, Nabi s.a.w. menganjurkan agar kita
memperlambat makan sahur dan mempercepat waktu berbuka. Tapi Nabi s.a.w.
mewajibkan kita melakukan niat puasa sebelumnya.
"Barangsiapa yang tidak berniat akan puasa pada malamnya sebelum terbit
fajar, maka tidaklah ada puasa baginya.” 57)
Niat puasa itu dalam cara Islam adalah yang terbaik, bahkan dapat dipakai
dalam berbagai keperluan biologis.
Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol,
misalnya pusat kesadaran, pusat perasaan, pusat gerak, pusat pernafasan, pusat
peredaran darah dan lain-lain. Niat puasa itu sangat penting karena mengontrol pusat
kesadaran. Apabila kontrol pusat kesadaran itu cukup kuat, maka dapat pula mengontrol
pusat-pusat dan fungsi-fungsi lain yang biasanya berada dalam kontrol pusat lain.
Dengan dernikian niat puasa yang ikhlas tidak usah dikhawatirkan akan menimbulkan
penyakit kantong nasi (maag zweer) karena kadar asam yang terlalu tinggi, seperti yang
56)
57)
Dr. Med. Ahmad Ramali, op. cit. hal. 295.
Hadits Riwayat Lima Ahli Hadits.
18
dikhawatirkan oleh sementara orang yang anti puasa. Karena dalam kesadaran yang
penuh dalam puasa, maka berbagai kelenjar juga akan terkontrol oleh pusat kesadaran.
Haji
Haji adalah suatu ibadah berkunjung ke Ka'bah di tanah suci pada suatu masa
tertentu, untuk dengan sengaja mengerjakan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat
tertentu dan atas dasar menunaikan panggilan perintah Allah s.w.t. dan dengan
mengharap ridhaNya.
Haji diwajibkan kepada setiap muslim yang telah memenuhi beberapa syarat.
Syarat-syarat itu ialah orang-orang Islam yang telah baligh, berakal sehat (tidak gila),
mempunyai kebebasan dan kemerdekaan penuh serta memiliki kemampuan materiil,
yaitu kemampuan pisik, keuangan dan alat-alat transpor. Kewajiban mana adalah sekali
dalam seumur hidup.
Firman Allah s.w.t.:
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah; yaitu bagi
orang yang sanggup mengadakan perjalanan pergi ke sana. Barangsiapa yang kafir
(terhadap kewajiban haji) maka bahwasanya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu dari semesta alam."60))
Pusaka Ibrahim
“Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat
berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah sebagian maqam
Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
“Bersihkanlah rumahKu untuk orang-orang yang tawaf, yang I’tikaf, yang ruku’
dan,yang sujud”61)
Sejak zaman Nabi Ibrahim seluruh bangsa Arab telah menjadikan Ka’bah itu
sebagai kiblat dan tempat haji mereka. Ibadah haji, mereka lakukan sesuai dengan
tuntunan Nabi Ibrahim atas perintah Allah s.w.t. Hanya saja karena perjalanan masa
yang cukup lama, dari masa Ibrahim a.s. ke masa Muhammad s.a.w., manusia telah
merubah sistem ibadah haji Ibrahim a.s. yang berdasar tauhid. Manusia kemudian
merubahnya, mencampur-adukkan haji dengan syirik. Mereka membuat patung-patung
sembahan yang kemudian diletakkan di Ka’bah, lalu mereka sembah, mohon syafaat
dan pertolongannya. Mereka tidak lagi menyembah Tuhan.
Nabi Muhammad saw bertugas memperbaiki dan meluruskan kembali aqidah
dan ibadah manusia yang telah menyimpang jauh, juga menyempurnakan sistem ibadah
haji itu warisan Ibrahim a.s. Kebangkitan beliau adalah karena do'a Ibrahim a.s. yang
maqbul. Do’a itu termaktub dalam Surah Al-Baqarah (2); ayat 129: “Ya Tuhan kami,
utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan
kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan hikmah serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”
Sebab itu Muhammad s.a.w. menjadi mujaddid (reformis) besar bertugas
meluruskan, memperbaiki dan memurnikan aqidah dan ibadah manusia. Syari’ah
agama Ibrahim a.s. disempurnakannya, khususnya yang menyangkut ibadah haji. Haji
sebagai bentuk ibadah manusia-purba lalu Tuhan mengutus Ibrahim a.s. membangun
Ka’bah menjadi Kiblat manusia dengan suatu sistem haji berdasar tauhid, sebagai
penyatuan ibadah manusia. Kemudian Muhammad s.a.w. mengambil oper ibadah haji
Ali ‘Imran (3) : 97.
Al-Baqarah (2) : 124-129.
60)
61)
19
itu, dimurnikan dan disempurnakannya. Enam tahun sesudah hijrah ke Madinah barulah
Tuhan meresmikannya haji itu menjadi syari’ah Muhammad s.a.w.
Rukun-Rukun Haji
Rukun Haji ada lima perkara:
1.
Ihram, yaitu memasang niat mengerjakan haji atau umrah seraya
memakai pakaian ihram pada “miqat” (tempat yang ditentukan dan masa tertentu).
"Bagi jama'ah haji Indonesia yang datang dengan kapal haji trip pertama yang
umumnya dari Jeddah lalu pergi ke Madinah lebih dahulu, maka miqat mereka bukan
Yalamlam. Mereka menuju Mekah dari Madinah, maka miqat mereka (tempat memakai
ihram) sama dengan miqat orang Madinah yaitu di satu tempat di perjalanan antara
Madinah-Mekah yang bernama Zulhulaifah, atau tempat yang dikenal sekarang dengan
nama Bir Ali.”
“Jama’ah haji Indonesia yang datang dengan kapal haji trip pertama sampai di
Mekah (biasanya sudah masuk bulan Syawal), tetapi waktu mengerjakan haji masih
lama, umumnya tidak sanggup terus memakai ihram, maka mereka dapat berbuat Haji
Tamattu’, yaitu memakai ihram dengan niat Umrah pada miqat. Sesampai di Mekah,
segera tawaf dan Sa’i, lalu bercukur (tahallul) dan menanggalkan kain ihram.”62)
Memakai ihram ialah menanggalkan pakain berjahit atau yaitu menyarungi,
dan hanya memakai sehelai kain dan sehelai selendang yang tidak berjahit, bagi pria.
Disunnatkan yang putih dan baru/bersih. Adapun bagi wanita cukup dengan pakaian
biasa, tetapi muka dan kedua telapak tangannya harus terbuka. Dalam berihram, ada
beberapa cara yang perlu dilakukan, sebagaimana ada hal-hal yang dilarang
melakukannya. Dalam buku/kitab pedoman Manasik Haji, atau dalam Kitab-kitab Fiqhi
pada bab Haji, dijelaskan tentang cara-cara berihram dan hal-hal yang dilarang
mengerjakannya.
2.
Wuquf, yaitu hadir di padang Arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu
mulai dari tergelincir matahari (waktu zhuhur) tanggal 9 Zulhijjah sampai terbit fajar
tanggal 10 Zulhijjah. Artinya orang yang berhaji itu vvajib berada di Padang Arafah
pada waktu tersebut. Arafah adalah padang-sahara luas, dikelilingi oleh bukit-bukit dan
gunung-gunung, letaknya sejauh 27 km dari Mekah. Wukuf di Arafah adalah manasik
haji yang sangat penting, tanpa melakukan wukuf berarti belumlah seseorang berhaji.
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Al-Hajju ‘arafah” (Haji itu ialah di Arafah).
3.
Thawaf, (berkeliling Ka'bah). Thawaf dilakukan sebanyak tujuh kali
dimulai dari hajar aswad (batu hitam) sedang Ka’bah di sebelah kiri orang yang thawaf,
dan harus dilakukan di dalam Mesjid. Ada beberapa jenis thawaf: thawaf qudum yaitu
thawaf ketika. baru tiba, seperti halnya shalat tahiyyatul mesjid; thawaf ifadhah yaitu
thawaf rukun haji, thawaf tahallul yaitu mengahalalkan barang yang haram karena
ihram, thawaf nazar yaitu thawaf yang dinazarkan dan thawaf sunnat. Perintah
melakukan thawaf khusushya thawaf ifadhah berdasar firman Allah; “Dan hendaklah
mereka thawaf pada Ka'bah itu.”63)
4.
Sa’yi (berlari-lari kecil) di antara dua buah bukit Safa dan Marwah,
sebanyak tujuh kali pergi dan kembali. Melakukan Sa’yi dimulai dari bukit Safa dan
diakhiri di bukit Marwah. Waktunya ialah sesudah selesai melakukan thawaf, baik
thawaf ifadhah maupun thawaf qudum. Kedua bukit Shafa dan Marwah dalam rangka
berhaji disebutkan dalam Qur'an, Al-Baqarah (2) ayat 158. Jarak antar kedua bukit itu
sejauh 405 meter.
62)
Direktorat Jendral Urusan Haji, Manasik Haji dan Do’a-Do’a Ziarah, No. 38, hal. 20-21.
63)
Al-Haj (22) : 29.
20
5.
Tahallul, yaitu mencukur dan menggunting rambut, sekurang-kurangnya
menghilangkan tiga helai rambut. Bagi pria sunnat cukur habis dan bagi wanita
menggunting ujung rambut sepanjang jari, dan bagi orang yang botak sunnat dilakukan
dengan pisau cukur di atas kepalanya.
6.
Hendaklah pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas dilakukan secara tertib,
yaitu mendahulukan yang pertama dan secara berturut-turut sampai pada terakhir, juga
termasuk rukun haji.
Dalam pelaksanaan beberapa ibadah Islam, khususnya dalam segi-segi
manasik haji, maka ada dua hal yang perlu dipahami yaitu segi ta'abbudi dan ta'aqquli
“Ta'abbudi ialah ibadah yang tidak dapat dikorek-korek dengan akal, mengapa
dikerjakan demikian. Ta’aqquli ialah yang bisa diketahui dengan akal. Kita mengetahui
apa hikmahnya mengerjakan sholat; itu namanya ta’aqquli. Tetapi kita tidak dapat
mengakali mengapa Zhuhur 4 rakaat dan Shubuh 2 rakaat. Itu namanya ta’abbudi. Kita
dapat mengetahui hikmah mengerjakan haji sekurang-kurangnya sekali seumur hidup
(ta’aqquli), tetapi kita tidak dapat mengetahui mengapa ada perintah melempar Jumrah
dengan batu kecil 7 kali (ta’abbudi).”64) Begitulah banyak kita jumpai dalam manasikhaji, tak dapat kita rasionilkan, tetapi kita melaksanakannya dengan penuh., disiplin
tinggi, hanya karena jiwa tauhid dan mengharap redha Allah semata-mata.
Manfaat haji
Ahmad bin Hanbal (Imam Hambali) daripada meminta sedekah dan mencaricari hadiah dari orang lain apabila beliau naik Haji, beliau tidak segan menolong
memikul beban orang dan menerima upah mengangkat barang-barang orang; tegasnya
jadi kuli. Beliau memakai prinsip bahwa tidak ada salahnya mencari rezki, baik menjadi
kuli ataupun berniaga selama Haji itu, asalkan mencari uang bakan menjadi tujuan
utama. Sesuai dengan ayat 198 dalam Surah Al-Baqarah yang berhubungan dengan
masalah Haji. “Tidaklah mengapa bahwa kamu mencari anugerah dari Tuhan kamu, ...”
Kaum muslimin seantero dunia berjuta-juta membanjiri tanah haram, adalah
semata-mata memenuhi panggilan Rasulullah, pusaka Nabi Ibrahim a.s.
Firman Allah s.w.t.:
"Dan serulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan ber/alan kaki dan naik kendaraan, mereka datang dari
segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka memperoleh beberapa manfaat dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan, karena Tuhan telah
memberikan mereka rezki berupa binatang ternak; sebab itu makanlah sebagian
daripadanya dan sebagiannya berikanlah kepada orang-orang miskin dan sengsara.
Kemudian itu, mereka hendaklah mensucikan tingkah lakunya dan memenuhi janjinya
(berqurban) dan thawaf keliling rumah suci yang telah tua itu (Baitullah). "65)
Dalam manasik-haji, dimanifestasikannya dengan suatu talbiyah:
"Ya Tuhanku! Inilah aku, hambaMu telah datang, segala panggilanMu telah
aku sambut dengan segala kerendahan hati. Tidak ada sekutu bagiMu, segala puji,
ni'mat dan kekuatan pun Engkaulah yang punya. Tak ada sekutu bagiMu. "66)
Berdasar ayat di muka di pangkal ayat 28 Surah Al-Haj, Qur'an menegaskan
bahwa naik Haji itu mengandung berbagai manfaat bagi manusia; “Liyasyhaduu
manaafi’ah lahum”. Setelah diteliti maka ibadah Haji jelas mendatangkan keuntungan
spirituil dan materiil:
1.Menumbuhkan jiwa tauhid yang tinggi.
64)
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar II, hal. 40-41.
Al-Hajj (22) : 27-29.
66)
Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim.
65)
21
2.Pembentukan sikap mental dan akhlak mulia.
3.Menyatukan Ummat Islam sedunia menjadi “Ummah Wahida”, karena kesatuan
aqidah dan kesatuan idiologi.
4.Mengajarkan sejarah, khususnya sejarah perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. dan
Nabi Ibrahim a.s.
5.Mendorong untuk mengenal peta planit bumi, mengetahui tentang manusianya
dan mengerti tentang masyarakatnya.
6.Menjadi forum “Muktamar Akbar” Ummat Islam sedunia, sekali setahun untuk
membahas dan memecahkan problematika alam Islami.
Tentang pekerjaan melakukan ibadah Haji, Qur’an hanya menerangkan garisgaris besarnya. Qur’an hanya menyebut tentang wukuf di ‘Arafah, mabit (bermalam) di
Masy’aril Haram (Muzdalifah), disebut juga tentang thawaf keliling Ka’bah dan Sa’yi
di antara bukit Shafa dan Marwah. Tetapi kaifiyah (cara-cara) mendatail mengerjakan
semua itu, seperti di tanggal berapa wukuf, berapa kali sa’yi, adalah semua berdasar
teladan yang diberikan oleh Rasulullah. Apatah lagi dari hal melempar Jumrah, tidaklah
ada disebut dalam Qur'an. Rasulullah naik Haji hanya sekali, yaitu pada Haji Wada
(perpisahan) pada tahun kesembilan hijrah. Sebelum itu beliau masuk Mekah dua kali di
luar musim Haji, yaitu ketika ‘Umrah-Qadha di tahun ketujuh dan penaklukan Mekah di
tahun kedelapan. Sedang naik haji di tahun kesembilan, pimpinan jama’ah diserahkan
kepada Abu Bakar Ashshiddieq. Ketika naik Haji terakhir itulah Rasulullah
menyampaikan amanatnya yang kemudian menjadi dasar dalam melaksanakan kaifiyah
beribadah Haji. Beliau bersabda: “Khudzuu ‘annii manasikakum,”69) artinya: “Ambillah
daripadaku segala amalan hajimu!”
Ibadah Haji mengandung nilai-nilai sejarah fundamentil. Wukuf di Arafah,
sebuah padang sahara yang luas dikelilingi oleh bukit-bukit dan gunung-gunung
letaknya sejauh 27 km dari kota Mekah, wukuf yang menjadi manasik-haji yang
terpenting selain menanamkan rasa terharu yang dalam, juga memberikan keinsafan
insani sebagai hamba Allah yang kecil sebagai bagian darialam-raya. Dengan pakaian
seragam putih, meniadakan segala perbedaan bentuk dan potongan pakaian. Perlambang
dari ketiadaan perbedaan pangkat dan darah dalam pandangan Islam. Besar-kecil, kayamiskin, pembesar atau rakyat-kecil, ras-putih dan ras-hitam adalah sama-sama makhluk
yang sujud kepada Tuhannya. Di tempat itu mereka sama-sama memuja-memuji,
berdo’a dan mendekatkan diri kepada Allah Rabbul ‘alamien.
Wukuf di Arafah mengungkapkan kembali sejarah berakhirnya risalah langit
dengan turunnya wahyu-terakhir (Al-Maa’idah, ayat 3). Di samping itu mengingatkan
akan padang Mahsyar.
Adapun hajar aswad (batu hitam) yang ada di Ka’bah itu, adalah benda yang
pernah diletakkan oleh Ibrahim a.s. dulu sebagai tanda untuk memulai thawaf. Hajar
aswad itu terletak di sudut Ka’bah sebelah Tenggara, sebuah batu pemberian Malaikat
Jibril kepada Nabi Ibrahim a.s. dalam rangka pembinaan Ka’bah. Tak ada suatu
kemuliaan dan kesucian pada diri batu itu yang dapat membuat manusia
menyembahnya. Memang ia dicium oleh orang-orang yang thawaf, tetapi ini adalah
masalah ta’abbudi. Umar bin Khattab pernah berkata tentang batu hitam itu:
“Sesungguhnya aku mengerti bahwa engkau ini adalah batu biasa, tidak dapat
mendatangkan bahaya sebagaimana tidak dapat pula mendatangkan manfaat; andaikata
aku tidak melihat sendiri Rasulullah menciummu, niscaya aku tidak akan
menciummu.”70)
69)
70)
Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim.
Mahmud Syaltut, op. sit. Hal. 129.
22
Manifestasi zikir adalah yang paling berkesan dalam ibadah haji, ruku’ dan
sujud lebih berkesan, tilawat qur’an lebih terasa, kesatuan bahasa taqwa lebih dirasakan
sehingga tidak jarang air mata keluar ketika mulai menginjakkan kaki di masjid haram.
Hati mereka tergugah oleh perjuangan yang dilakukan oleh Nabi-nabi terdahulu dan
pahlawan-pahlawan Islam yang tak pernah pamrih, belum dikotori oleh nafsu apa lagi
gambling, tidak terdapat dalam kamus mereka. Tidak hanya terhenti disitu ummat Islam
mengintensifkan hajinya, akan tetapi juga ziarah-ziarah dan lain-lain.
Fisik dan psykhis disatukan dalam upacara-upacara haji yang sesingkat itu,
secara intensif bisa dilakukan lebih kurang 8 hari, dan dengan kepuasan ummat Islam
mengakhiri hajinya dengan syukur kepada Allah dengan thawaf wada’ dan sholat-sholat
di sekitar Ka’bah. Dan apabila manusia mau sejenak saja melupakan kepentingan diri
masing-masing dan hanya mengingat Allah, maka mereka akan sangat mudah untuk
mengadakan "perdamaian", bukan peperangan dan kebencian, sebagai yang
dicerminkan dalam kehidupan berbudaya hari-hariannya, yang "keuntungan" selalu
menjadi motif hidup. Dalam haji hidup harus diisi dengan taqwa yang benar.
Download