analisis deskriptif sebaran kasus rawat inap pasien bpjs golongan

advertisement
ANALISIS DESKRIPTIF SEBARAN KASUS RAWAT INAP
PASIEN BPJS GOLONGAN PBI DI BANGSAL OBSGYN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA DEMAK
TRIWULAN I TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Diploma (A.Md.RMIK) dari Program Studi DIII RMIK
Oleh :
SILMI DYNA ISNAYA
D22.2013.01312
PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
i
HALAMAN HAK CIPTA
© 2016
Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah ada Pada Penulis
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Tidaklah Allah menciptakan dan
membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti
(menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.(Qs. Al Luqman;27)
Alhamdulillahirobbil’alamin ..
Sujud syukurku kusembahkan KepadaMu Tuhan Yang Maha Agung nan
Maha Penyanyang, semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal
untukku meraih cita-cita besarku.
Kupersembahkan karya kecil ini untuk Bapak dan Ibu tersayang,
yang tak henti-hentinya memberiku semangat, doa, nasehat dan
pengorbanan yang tak mungkin tergantikan.
Untuk kakak dan adik makasih ya buat segala dukungan
dan doa.
Teman – teman ku kelas 6.1 khususnya (Diyan, Hanak, Izza, Vita), dan
semuany
yg
gak
bisa
ku
sebut
semua,
syukran
banget
atas
supportnya.sahabat-sahabat ku smua yang membuat hari-hari semasa
kuliah lebih berarti. Semoga tak ada lagi duka tapi suka dan bahagia juga
tawa dan canda. oh ya buat (Tian) juga temen yang banyak ide-ide saat di
jalan, temen makan, dan temen yg sering ajak pergi gk jelas penting
happy ...
Untuk Bu Kriswi sebagai pembingbing yang sangat baik hati,
terimakasih sudah sabar membimbingku, menyemangati, sampai akhir
perjuangan KTI ini.
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Silmi Dyna Isnaya
Tempat Tanggal Lahir
: Semarang, 20 April 1995
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Purwosari RT 01 RW 02 Sayung Kabupaten
Demak
Riwayat Pedidikan :
1.
TK Purwosari tahun 2000
2.
SDN 1 Purwosari tahun 2001
3.
SMPN 1 Demak tahun 2007
4.
SMAN 1 KarangTengah tahun 2009
5.
Universitas Dian Nuswantoro Fakultas Kesehatan Program Studi DIII Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan tahun 2013
viii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Analisa Sebaran Kasus Rawat Inap Pasien BPJS Golongan PBI Di
Bangsal Melati RSUD Sunan Kalijaga Demak Triwulan I Tahun 2016” ini. Karya
tulis ini merupakan syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa
penyusunan Karya Ttulis Ilmiah ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimaksih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini kepada :
1.
Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
2.
Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3.
Arif Kurniadi, M.Kom selaku Ketua Program Studi DIII Rekam Medis dan
Informasi
Kesehatan
Universitas
Dian
Nuswantoro
Semarang
dan
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
4.
Kriswiharsi K.S,SKM,M.Kes selaku Pembimbing Akademik.
5.
Dr. Deby Armaswati, Sp.M selaku Direktur RSUD Sunan Kalijaga Demak.
6.
Nurkhayati, SH selaku Kepala Instalasi Rekam Medis RSUD Sunan Kalijaga
Demak.
ix
7.
Seluruh Staf Karyawan dan Karyawati Bagian Rekam Medis di Rumah Sakit
Sunan Kalijaga Demak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun diharapkan dari pembaca
demi perbaikan menjadi masukan untuk peningkatan pelayanan di rumah sakit
agar lebih baik.
Semarang, November 2016
Penulis
x
Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro
Semarang
2016
ABSTRAK
Silmi Dyna Isnaya
ANALISIS DESKRIPTIF SEBARAN KASUS RAWAT INAP PASIEN BPJS
GOLONGAN PBI DI BANGSAL OBSGYN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SUNAN KALIJAGA DEMAK TRIWULAN I TAHUN 2016
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia. Hasil survey menunjukkan pada tahun 2016 triwulan
pertama, bangsal Obsgyn adalah bangsal yang paling banyak pasiennya yaitu
mencapai 746 pasien. 57,4 % pasien bangsal Obsgyn menggunakan cara
pembayaran BPJS jenis PBI (Penerima Bantuan Iuran). Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui sebaran kasus rawat inap pasien BPJS golongan PBI di
bangsal Obsgyn RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini
adalah 81 pasien rawat inap dengan cara bayar BPJS jenis PBI (Penerima
bantuan Iur) dengan kasus obsgyn di bangsal Obsgyn pada triwulan I tahun
2016. Metode pengumpulan data adalah observasi laporan rekapitulasi sensus
harian pasien rawat inap triwulan I tahun 2016, index penyakit, dan dokumen
rekam medis pasien serta wawancara dengan petugas indexing dan analising
reporting.Analisa data secara deskriptif.
Rata-rata lama perawatan Pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn adalah
5 hari. Selama bulan Januari – Maret 2016, jumlah pasien kasus obsgyn
sebanyak 746 pasien, jumlah pasien BPJS jenis PBI dibangsal Obsgyn sebanyak
428 pasien ( 57,4%). Terdapat 24,7% pasien BPJS PBI kasus obsgyn diagnosa
utama Ketuban Pecah Dini. Terdapat 18,7% pasien BPJS PBI kasus obsgyn
diagnosa sekunder lacerasi perinium dan oligohidramnion. Terdapat 37,2%
Pasien BPJS PBI kasus obsgyn dengan jenis tindakan Sectio Cecarea
Transperitoneal Profunda dan Medis Operasi Wanita.
Identifikasi dokumen rekam medis seharusnya disesuaikan dengan
klasifikasi pasien BPJS atau umum, untuk kemudian dikelompokkan kedalam 10
besar diagnosa kasus pada laporan bulanan, tribulan, dan tahunan, Petugas
medis harus memastikan penegakan diagnosa dengan sebaik-baiknya.
Persiapan peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk pasien dengan
kasus obsgyn ketuban pecah dini perlu ditingkatkan mengingat kasus tersebut
cukup tinggi,
Kata kunci : Sebaran kasus, BPJS, Obsgyn.
Kepuatakaan : 19 (1994-2015)
xi
Diploma Degree (D-3) of Medical Records and Health Information
Faculty of Health, Dian Nuswantoro University
Semarang
2016
ABSTRACT
Silmi Dyna Isnaya
Descriptive Analysis Distribution of BPJS Inpatient PBI group cases in
Obsgyn Ward Sunan Kalijaga Regional Public Hospital Demak, 1 st Quarter
of 2016.
Hospital were health care facility that have most strategic role on
improving public health status in Indonesia. Preliminary survey showed that
Obsgyn ward have the highest number of patient on 1 st quarter of 2016. There
were 746 patients (54,4%) in Obsgyn ward used BPJS PBI group as payment
methods. The purpose of this study was to determine the distribution of cases in
BPJS PBI group inpatient in Obsgyn Ward Sunan Kalijaga Regional Public
Hospital Demak.
This study used descriptive study. Sample of this study was 81 inpatient
with BPJS PBI Group payment method to obsgyn cases on Melati ward in the 1 st
quarter of 2016. Data collection used observation on daily recapitulation of
inpatient cencus, patient indexs, medical records and interviewed with indexing
and analising reporting officers. Data were analized in descriptive.
The average length of stay BPJS PBI group patient with obsgyn cases
were 5 days. On january-march 2016, the number of patient with obsgyn cases
were 746 patients, the numer of BPJS PBI group patient in Melati ward were 428
patients (57,4%). %). There were 24,7% patients of BPJS PBI group with obsgyn
cases have had primary diagnostic as Preterm premature rapture of membrane.
There were 18,7% patients of BPJS PBI group with obsgyn cases have had
Secodary diagnostic as perineal laceration and oligohidramnion (18,7%). There
were 37% patients of BPJS PBI group with obsgyn cases have had primary
treatment in sectio caesarea transperitoneal profunda and woman medical
operation.
Medical records identification should be adjusted by classification of
BPJS or general patients, for then grouped into 10 major cases diagnosis in the
monthly, quarterly, and annual reports, medical officer should ensure the
enforcement of the diagnosis as well as possible. Preparation of equipment and
drugs needed for obsgyn case patients with premature rupture of membranes
need to be improved considering the case is quite high.
Keyword
Literature
: The distribution of cases, BPJS, Obgyn.
: 19 (1994-2015)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN HAK CIPTA ........................................................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................................. viii
PRAKATA ........................................................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xvi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1
A.
Latar Belakang ........................................................................................................1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................................................3
C.
Tujuan ....................................................................................................................3
D.
Manfaat Penelitian .................................................................................................4
E.
Ruang Lingkup ........................................................................................................4
F.
Keaslian Penelitian .................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................................10
A.
Rumah Sakit .........................................................................................................10
B.
Rekam Medis ........................................................................................................12
C.
Standar Pelayanan di Rumah sakit .......................................................................14
D.
Indikator Kinerja Rumah sakit ..............................................................................15
E.
BPJS ......................................................................................................................16
F.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) ...........................................18
G.
Sistem Informasi Rekam Medis ............................................................................20
H.
INA CBG’s .............................................................................................................21
I.
Instalasi Pemeriksaan Penunjang .........................................................................23
J.
LOS (Length Of Stay) .............................................................................................24
K.
Gangguan Kehamilan ...........................................................................................25
L.
Kerangka Teori .....................................................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................30
A.
Kerangka Konsep ..................................................................................................30
B.
Jenis dan Metode Penelitian ................................................................................30
C.
Identifikasi Variabel ..............................................................................................31
xiii
D.
Definisi Operasional .............................................................................................31
E.
Populasi dan Sampel ............................................................................................32
F.
Instrumen Penelitian ............................................................................................33
G.
Cara Pengumpulan Data .......................................................................................33
H.
Pengolahan Data ..................................................................................................33
I.
Analisa Data .........................................................................................................34
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................................................35
A.
Gambaran Umum RSUD Sunan Kalijaga Demak ...................................................35
B.
Struktur organisasi RSUD Sunan kalijaga Demak ..................................................42
C.
Gambaran Khusus Instalasi Rekam Medis di RSUD Sunan Kalijaga Demak ..........43
D.
Struktur Organisasi Unit Rekam Medis .................................................................44
E.
Hasil Penelitian .....................................................................................................45
BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................................50
A.
Jumlah Pasien dengan Kasus obsgyn ....................................................................50
B.
Diagnosa Utama ...................................................................................................50
C.
Diagnosa Sekunder ...............................................................................................52
D.
Diagnosa Tindakan ...............................................................................................53
E.
Lama Dirawat .......................................................................................................55
BAB VI PENUTUP ..............................................................................................................56
A.
Kesimpulan ...........................................................................................................56
B.
Saran ....................................................................................................................56
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori..............................................................................29
Gambar 3.2 Kerangka Konsep..........................................................................30
Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Sunan Kalijaga Demak......................42
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis RSUD Sunan Kalijaga
Demak...........................................................................................44
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................................................. 5
Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................................ 31
Tabel 4.1 Sejarah RSUD Sunan Kalijaga Demak .............................................................. 36
Tabel 4.2 Jumlah Pasien BPJS PBI Bangsal Obsgyn Triwulan Pertama .......................... 45
Tabel 4.3 Diagnosa Utama Pasien Bangsal Obsgyn ......................................................... 45
Tabel 4.4 Jumlah Diagnosa Sekunder Yang Menyertai Pasien Obsgyn ........................... 47
Tabel 4.5 Sepuluh Diagnosa Sekunder Terbanyak Diderita Pasien Obsgyn .................... 47
Tabel 4.6 Diagnosa Tindakan Terbanyak Diderita Pasien Obsgyn ................................... 48
Tabel 4.7 Distribusi Lama Dirawat (LOS) Pasien Kasus Obsgyn ...................................... 49
Tabel 5.1 Diagnosa Utama ................................................................................................. 51
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pada Tabulasi Silang Antara Diagnosa Sekunder
dengan Lama Dirawat Pada Pasien BPJS PBI Bangsal Melati Kasus
Obsgyn................................................................................................................ 53
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pada Tabulasi Silang Antara Tindakan dengan
Lama Dirawat Pada Pasien BPJS PBI Bangsal Melati Kasus Obsgyn ............. 54
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BPJS
: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
PBI
: Penerima Bantuan Iuran.
Non PBI
: Bukan Penerima Bantuan Iuran.
CPD
: Chepalo Pelvic Disproportion
KPD
: Ketuban Pecah Dini.
HT Betastorial
: Hipertensi Betastorial.
SCTP-MOW
: Sectio Cesarea Transperitoneal Profunda - Medis
Operatif Wanita.
SCTP-IUD
: Sectio Cesarea Transperitoneal Profunda – Intra Uterine
Device.
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Surat Ijin Penelitian
Hasil Wawancara
Hasil Observasi
Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap Triwulan I Tahun 2016
Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap Bulan Januari Tahun
2016
6. Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap Bulan Februari Tahun
2016
7. Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap Bulan Maret Tahun 2016
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran
sangat strategis
dalam
upaya mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia.. Fasilitas tersebut semakin penting
mengingat perkembangan epidemiologi penyakit, perubahan struktur
demografis, perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga mengubah
struktur sosial ekonomi masyarakat. Rumah sakit dituntut dapat
membangun sistem pelayanan yang lebih baik lagi dimana pelayanan
dapat ditingkatkan dengan pengelolaan rekam medis terutama bagian
pelaporan secara lebih cepat dan tepat sesuai ketetapan yang berlaku di
rumah sakit tersebut.(1)
Data rekam medis yang dihasilkan dari pelayanan kesehatan pada
pasien dapat dimanfaatkan untuk bermacam-macam kegiatan di rumah
sakit, salah satunya yaitu untuk perhitungan statistik rumah sakit.(1)
Menurut UU RI No.16 tahun 1997, pasal 1 poin 1 statistik adalah data
yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian dan
analisis serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar unsur
dalam penyelenggaraan statistik.(2)
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), maka terbentuklah BPJS yang
berlaku mulai Januari 2014 dan menjanjikan kesejahteraan kesehatan
1
2
bagi masyarakat Indonesia. BPJS merupakan lembaga baru yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia
yang bersifat nirlaba berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).(3)
Pada hasil survey awal di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga
Demak terhadap data rekapitulasi pasien rawat inap pada triwulan
pertama bulan januari- maret tahun 2016, jumlah pasien BPJS golongan
PBI sebanyak 1828 pasien (36,3%), pasien BPJS golongan Non PBI
sebanyak 1301 pasien (25,8%), dan jumlah kasus pasien rawat inap
terbanyak untuk golongan PBI adalah pasien kasus obsgyn berjumlah
428 pasien (57,4%).
Dari data diatas jumlah kasus pasien BPJS PBI lebih banyak
dibandingkan jumlah kasus pasien Non PBI yang berarti harus
dibuatkannya laporan tentang kasus penyakit khusus pasien BPJS PBI.
Selama ini, di RSUD Sunan Kalijaga Demak tidak pernah dilakukan
analisis
tentang
sebaran
kasus
pasien
BPJS
dengan
alasan
terkendalanya waktu, dimana laporan dicampur antara pasien BPJS
ataupun umum. Jadi jika ingin mengetahui jenis sebaran kasus pasien
BPJS harus melihat dibuku bagian indeksing kemudian memilih satu
persatu pasien sehingga membutuhkan waktu cukup lama. Hal tersebut
menunjukkan permasalahan kurangnya pemanfaatan data rekam medis
khususnya data morbiditas pasien. Padahal data morbiditas sangat
penting artinya dalam pengambilan keputusan manajemen untuk
pengelolaan rumah sakit. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk
mendeskripsikan “sebaran kasus pasien rawat inap golongan PBI yang
3
dirawat dibangsal Obsgyn yang merawat pasien dengan kasus obsgyn”,
mengingat kasus obsgyn adalah kasus terbanyak yang dijumpai pada
triwulan pertama tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Adanya kasus pasien PBI yang yang rawat inap di RSUD Sunan Kalijaga
Demak maka memunculkan sebaran kasus. Bagaimana sebaran kasus
penyakit rawat inap pasien BPJS golongan PBI di bangsal Obsgyn RSUD
Sunan Kalijaga Demak ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui sebaran kasus rawat inap pasien BPJS golongan PBI
di bangsal Obsgyn RSUD Sunan Kalijaga Demak.
2. Tujuan Khusus
a. Menghitung jumlah pasien rawat inap dengan cara
pembayaran BPJS jenis PBI (Penerima Bantuan Iuran)
yang dirawat di bangsal Obsgyn.
b. Mengidentifikasi diagnosa utama pasien rawat inap BPJS
golongan PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dirawat di
bangsal Obsgyn.
c. Mengidentifikasi diagnosa sekunder pasien rawat inap
BPJS golongan PBI (Penerima Bantuan Iuran)
yang
dirawat di bangsal Obsgyn.
d. Mengidentifikasi jenis tindakan pasien rawat inap BPJS
golongan PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dirawat di
bangsal Obsgyn
4
e. Menghitung rerata lama hari dirawatnya seorang pasien
BPJS golongan PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang
dirawat di bangsal Obsgyn.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan rumah sakit dalam menentukan suatu kebijakan
pengelolaan rumah sakit.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi di perpustakaan dan informasi tentang
pengembangan ilmu statistik rumah sakit dan dijadikan bahan
pertimbangan penelitian selanjutnya dengan topik statistik.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan pengalaman dan pengetahuan dalam
penerapan ilmu rekam medis khususnya di bidang statistik rumah
sakit.
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup keilmuan
Lingkup penelitian ini meliputi lingkup ilmu rekam medis dan
informasi kesehatan.
2. Lingkup materi
Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statistik rumah sakit.
5
3. Lingkup lokasi
Penelitian ini dilakukan di RSUD Sunan Kalijaga Demak
khususnya pada instalasi rekam medis bagian indeksing.
4. Lingkup metode
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
observasi dan wawancara.
5. Lingkup objek
Objek yang diamati yaitu indeks penyakit pasien BPJS golongan
PBI, dokumen rekam medis, dan rekapitulasi sensus harian rawat
inap tahun 2015.
6. Lingkup waktu
Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2016.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
NO
1
Peneliti
Judul
Metode
Hasil
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Tahun
Clara
2015
Rahayuningtyas
Analisis Lama Metode
Perawatan
Observasi
Dan
Epidemiologi
Kasus Hernia
Inguinalis
Pasien BPJS
DiRSUD
Tugurejo
Semarang
Tahun 2014
Dari 71 pasien
hernia
inguinalis
tahun 2014
terdapat
67,61% yang
tidak sesuai
(>3hari), dan
32,39% yang
sesuai
(<3hari). Jenis
6
2
Dian Aristika
2014
Deskripsi
Metode
Karakteristik
Observasi
Penderita,
Lama Dirawat
(LOS)
Dan
Epidemiologi
Penyakit
kelamin yang
paling sering
terjadi ada
pada jenis
kelamin lakilaki yaitu
97,18% dan
pada rentang
umur 45-64
tahun
(30,99%).
Diagnosa
utama yang
paling sering
terjadi adalah
hernia
inguinalis
scrotalis
sinistra
(69,01%),
diagnosa
sekunder
adalah
hipertensi
(14,01%),
diagnosa
komplikasi
adalah
incarcerate
dan permagna
(8,45%).
Dimana level1
sebanyak
33,08%, level
2 sebanyak
29,58%, level
3 sebanyak
36,63%.
Berdasarkan
hasil penelitian
diperoleh hasil
dimana jumlah
penderita DM
pada triwulan I
7
Diabetes
Mellitus Pada
Pasien JKN Di
RSUD
Tugurejo
Semarang
Triwulan
I
Tahun 2014.
3
Essi Mazidah
2014
Tinjauan
Metode
Deskriptif
Karakteristik
Observasi
Penderita,
LOS,Dan
Epidemiologi
Penyakit Pada
terbanyak
pada bulan
Februari
sebesar
44,83%, yang
terbanyak
diderita oleh
pasien dengan
jenis kelamin
pria dengan
prosentase
sebesar
51,73%, yang
terdapat pada
kelompok
umur 51-60
tahun yaitu
sebesar
34,48%. Tipe
DM yang
paling sering
diderita tipe II
dengan
komplikasi
terbanyak
adalah Ulcer of
lower limb, not
elswhere
classified. LOS
yang sering
terjadi 8 hari,
LOS yang
tidak sesuai
dengan LOS
INA-CBG’s
pada saverity
level I
(47,62%).
Hasil
penelitian
didapatkan
bahwa
pada
bulan Januari
–April
2014
terdapat
62
8
Kasus
Thypoid
Pasien BPJS
PBI Di RSUD
Dr.M.Ashari
Kabupaten
Pemalang
Bulan JanuariApril
Tahun
2014
kasus
dan
paling banyak
pada
bulan
Februari yaitu
21pasien,
menyerang
pada golongan
umur
5-14
tahun (39%),
dengan jenis
kelamin lakilaki
(58%),
lama dirawat
maksimum 3
hari
(27%),
keparahan
level I yaitu
sebesar 71%,
memiliki
diagnosis lain
sebesar
62,9%, yang
memiliki
diagnosa lain
pada
kelompok
yang
sesuai
LOS
INACBG’s (41,5%)
lebih
besar
dari
pada yang
tidak
sesuai
LOS
INACBG’s
(33,3%).
Penderita
Thypoid yang
memiliki
komplikasi
lebih
kecil
(9,7%)
daripada yang
tidak memiliki
komplikasi
(90,3%).
Persentase
yang memiki
komplikasi
padakelompok
9
yang
tidak
sesuai
LOS
INA-CBG’s
(22,2%) lebih
besar dari
pada
kelompok
yang sesuai
LOS INACBG’s (7,5%).
Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang
adalah lokasi yang berbeda dimana penelitian yang sekarang dilakukan di RSUD
Sunan kalijaga Demak, waktu penelitian yang dilakukan berbeda yaitu tahun
2016 dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization) rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga
kesehatan dan pusat penelitian medik.(4)
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah
Sakit
Umum
mempunyai misi memberikan
pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah
sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara
berdaya
guna
dan
berhasil
guna
dengan
mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan
upaya rujukan. Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka
rumah sakit umum menyelenggarakan kegiatan :
a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Pelayanan penunjang medis dan non medis.
10
11
d. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
e. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
f. Administrasi umum dan keuangan.(5)
Sedangkan menurut undang-undang RI No 44 tahun 2010 tentang rumah
sakit, fungsi rumah sakit yaitu :
a. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan tingkat
ketiga sesuai kebutuhan medis.
b. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam
rangka
peningkatan
kemampuan
dalam
pemberian
pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.(5)
3. Rawat Inap
Pengertian rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses
perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit
tertentu, dimana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit.
Ruangan rawat inap adalah ruang pasien dirawat, ruangan ini dulunya
sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus.
Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip
dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di unit rawat
12
jalan, akan mendapatkan surat perintah dirawat dari dokter yang
memeriksa, bila pasien tersebut memerlukan perawatan didalam
rumah sakit, atau menginap di rumah sakit.(6)
B. Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
Menurut PERMENKES No 269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis
adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis
a. Tujuan Rekam Medis
Rekam medis bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan
di rumah sakit.(7)
Tujuan utama dari rekam medis ini adalah sebagai dokumen
kehidupan pasien yang memadai dan akurat sebagai
sejarah kesehatannya, yang mencakup penyakit-penyakit
dan perawatan-perawatan yang diberikan pada masa
lampau dan pada saat ini (Huffman,1994).(8)
b. Kegunaan Rekam Medis
Menurut seorang pakar Gibony, menyatakan kegunaan
rekam medis mengunakan singkatan ALFRED, yaitu :
13
1) Administration (Administrasi)
Data dan informasi yang dihasilkan dalam rekam medis
dapat
digunakan
menejemen
untuk
melaksanakan
fungsinya guna pengelolaan berbagai sumber daya.
2) Legal (Hukum)
Rekam medis dapat digunakan sebagai alat bukti hukum
yang dapat melindungi pasien, provider (dokter, perawat
dan tenaga kesehatan lainnya) serta pengelolaan dan
pemilik sarana pelayanan kesehatan terhadap hukum.
3) Financial (Keuangan)
Catatan yang ada dalam dokumen rekam medis dapat
digunakan untuk memprekdisikan pendapatan dan biaya
sarana pelayanan kesehatan.
4) Research (Penelitian)
Dapat dilakukan penelusuran terhadap berbagai macam
penyakit yang telah dicatat kedalam dokumen rekam
medis guna kepentingan penelitian.
5) Education (Pendidikan)
Dokumen
rekam
medis
dapat
digunakan
untuk
pengembangan ilmu.
6) Documentation (Dokumentasi)
Dapat digunakan sebagai dokumen karena menyimpan
sejarah medis seseorang.
14
C. Standar Pelayanan di Rumah sakit
1. Standar Pelayanan Rumah sakit
Standar pelayanan sangat berpengaruh pada kondisi tingkat ekonomi,
pendidikan dan sosial suatu masyarakat semakin tinggi tingkatannya
maka tuntutan masyarakat terhadap kuantitas dan kualitas pelayanan
kesehatan semakin tinggi pula. Untuk dapat menilai mutu pelayanan
mutu rumah sakit diperlukan suatu standar pelayanan yang baku.
Standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 2 hal, yaitu:
a. Standar pelayanan rumah sakit, meliputi:
1) Administrasi dan manajemen
2) Pelayanan medis
3) Pelayanan gawat darurat
4) Pelayanan itensif
5) Kamar operasi
6) Pelayanan perinatal resiko tinggi
7) Pelayanan keperawatan
8) Pelayanan aneshtesia
9) Pelayanan radiologi
10) Pemeliharaan sarana
11) Perpustakaan
12) Pengendalian infeksi di rumah sakit
13) Pelayanan sentralisasi sentral
14) Pelayanan gizi
15) Pelayanan laboratorium
15
16) Pelayanan rehabilitasi medis
17) Pelayanan farmasi
18) Keselamatan kerja, kebakaran, kewaspadaan bencana
2. Standar pelayanan Medis
Merupakan pedoman yang dijalankan berguna meningkatkan
mutu untuk menjadi semakin efektif dan efisien. Efisiensi
pelayanan medis dapat dilihat dari tingkat jumlah hari pasien
rawat inap tinggal dirumah sakit, tidak termasuk bayi lahir di
rumah sakit. Angka rata-rata jumlah hari pasien rawat inap
tinggal di rumah sakit merupakan informasi yang penting untuk
menilai atau mengevaluasi efisiensi pelayanan yang telah
diberikan.(9)
D. Indikator Kinerja Rumah sakit
Rumah sakit salah satu institusi pemberian pelayanan kesehatan
yang mengutamakan pelayanan dengan pengelolaan secara
profesional.
Keberhasilan
dalam
pengelolaan
rumah
sakit
didukung adanya sumber daya manusia sebagai tenaga kerja
profesional sarana dan prasarana yang memadai serta beberapa
faktor yang lebih dikenal indikator kinerja rumah sakit, antara lain :
1. Kepuasaan Pasien
2. Kualitas pelayanan medis
3. Efisiensi pelayanan medis
4. Kepuasan pegawai rumah sakit terhadap pekerjaan
16
5. Kualitas limbah cair di rumah sakit.
E. BPJS
1. Pengertian BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah
lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial di Indonesia sesuai dengan undang – undang
No 40 Tahun 2004 tentang sitem jaminan sosial nasional yang
merupakan badan hukum nirlaba. Berdasarkan undang –
undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan
sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia seperti
lembaga asuransi jaminan kesehatan PT Askes Indonesia
menjadi BPJS
kesehatan
ketenagakerjaan
PT
dan
lembaga
Jamsostek
jaminan
menjadi
sosial
BPJS
ketenagakerjaan.(10)
Peserta BPJS dibagi menjadi dua kelompok pertama PBI
(Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan adalah peserta
jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu
dimana iurannya dibayar oleh pemerintah. Sedangkan peserta
bukan penerima bantuan iuran (Non PBI) meliputi pekerja
penerima upah dan keluarganya yaitu seseorang yang bekerja
dengan menerima gaji secara rutin seperti PNS, Polri, dan
semua pekerja yang menerima upah atau gaji dan pekerja
bukan penerima upah dan keluarganya seperti pekerja mandiri.
17
Landasan hukum BPJS Kesehatan :
a. UUD 1945 amandemen Pasal 28 H ayat 1 bahwa setiap
penduduk berhak atas pelayanan kesehatan dan ayat 3
bahwa setiap penduduk berhak atas jaminan sosial.
b. PP Nomor 2/2003 tentang Asuransi Kesehatan Pegawai
Negeri.
c. UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
2. Manfaat BPJS Kesehatan
Manfaat adanya BPJS kesehatan dapat membantu masyarakat
karena iuran yang ditetapkan sangat terjangkau dan dapat
memilih sesuai kondisi ekonomi. Manfaat lain kepesertaan
BPJS yaitu :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan
non spesialistik terdiri dari :
1) Administrasi pelayanan.
2) Pelayanan promotif dan preventif.
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis.
4) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis.
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
6) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi.
7) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif.
18
8) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat
pertama.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi :
1) Rawat jalan, terdiri dari :
a) Administrasi pelayanan.
b) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi
medis.
c) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
d) Pelayanan darah
e) Rehabilitasi medis.
f) Pelayanan alat kesehatan implant.
g) Pelayanan kedokteran forensik.
h) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.
2) Rawat inap, terdiri dari :
a) Perawatan inap di ruang intensif.
b) Perawatan inap non intensif.
F. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)
1. Konsep Dasar Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIM RS) adalah sistem
komputerisasi
yang
memproses
dan
mengintegrasikan
seluruh alur proses layanan kesehatan dalam bentuk jaringan
koordinasi, pelaporan
dan prosedur administrasi untuk
mendukung kinerja dan memperoleh informasi secara ceat,
tepat dan akurat.
19
Sistem
Informasi
Manajemen
(SIM)
berbasis
komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting,
bahkan dapat dikatakan mutlak sebagai operasional rumah
sakit.(11)
Informasi yang digunakan secara optimal, dengan
sistem
informasi
manajemen
yang
terencana
akan
mendukung keberhasilan manajemen disebuah rumah sakit
yang dapat dimanfaatkan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan medik
b. Memudahkan dalam sistem pelaporan.
c. Mengendalikan biaya dan meningkatkan produktifitas.
d. Penelitian medik.
e. Pendidikan.
2. Sistem Informasi Rumah Sakit Sebagai Suatu Sistem.
Sistem informasi manajemen rumah sakit bertujuan untuk
meningkatkan
efisiensi
penggunaan
sumber
daya
dan
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Sehingga dapat
dicapai pemanfaatan sarana rumah sakit secara optimal.
Sistem informasi manajemen rumah sakit adalah suatu sistem
yang dibentuk untuk manajemen dan melaksanakan fungsinya.
3. Kegunaan Sistem Informasi Rumah sakit(11)
Kegunaan sistem informasi rumah sakit dapat dibedakan
menjadi :
20
a. Sistem informasi untuk pembangunan rumah sakit
Sistem informasi ini, informasi yang dikirim dari sumber
informasi (rumah sakit) ke pusat (Depkes) dapat digunakan
sebagai pedoman.
b. Sistem informasi untuk manajemen rumah sakit
Informasi yang dihasilkan oleh rumah sakit dapat dipakai
untuk keperluan manajemen dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan
rumah
sakit
yaitu
peningkatan
mutu,
cakupan, dan efisiensi pelayanan.
G. Sistem Informasi Rekam Medis
Pengertian rekam medis itu sendiri adalah keterangan
yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnesa,
Sistem informasi ini termasuk dalam hal-hal yang berhubungan
pengolahan data yang ada pada status pasien, kemudian
termasuk pula bagaimana pengelolaan dan pencarian kembali
status pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan
dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien, serta
pengobatan baik rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapat
pelayanan gawat darurat.(12)
21
H. INA CBG’s
1. Pengertian INA CBG’s
Sistem
pengklasifikasian
Casemix
dari
INA
episode
CBg’s
perawatan
adalah
pasien
suatu
yang
dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen
dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasienpasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Case Base
Groups (CBG’s) yaitu cara pembayaran perawatan pasien
berdasarkan diagnosis atau kasus yang relatif sama.rumah
sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata
biaya
yang
dihabiskan
untuk
suatu
kelompok
diagnosis.pengklasifikasian setiap tahap pelayanan kesehatan
sejenis kedalam kelompok yang mempunyai arti relatif sama.
Setiap
pasien
yang
dirawat
di
sebuah
rumah
sakit
diklasifikasikan kedalam kelompok yang sejenis dengan gejala
klinis yang sama serta biaya perawatan yang relatif sama.
Dalam pembayaran menggunakan CBG’s, di rumah
sakit tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan
yang di berikan, melainkan hanya dengan menyampaikan
diagnosis keluar pasien dan kode DRG. Besarnya penggantian
biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara
provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya.
Yang terjadi selama ini, pembiayaan kesehatan pasien di
sarana pelayanan kesehatan adalah menggunakan Free-ForService (FFS) yaitu provider layanan kesehatan menarik biaya
pada pasien untuk tiap jenis pelayanan yang diberikan. Setiap
22
pemeriksaan dan tindakan akan ditentukan setelah pelayanan
dilakukan, dengan sistem ini kemungkinan moral hazart oleh
pihak rumah sakit relatif besar, karena tidak ada perjanjian dari
awal antara ihak rumah sakit dengan pasien. Tentang standar
biaya maupun lama hari perawatan.
2. Manfaat
a. Bagi pasien
1) Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang
lebih baik.
2) Adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas
pengobatan berdasarkan derajat keparahan.
3) Mengurangi pemeriksaan serta penggunaan alat medis
yang
berlebihan
oleh
tenaga
medis
sehinngga
mengurangi resiko yang dihadapi pasien.
b. Bagi rumah sakit
1) Dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan rumah
sakit.
2) Rumah sakit mendapat pembiayaan berdasarkan kepada
beban kerja sebenarnya.
3) Rumah sakit dapat merencanakn budget anggaran
pembiayaan dan belanja yang lebih akurat.
4) Dokter dapat memberikan pengobatan yang tepat untuk
kualitas
pelayanan
keparahan.
Juga
lebih
baik
meningkatkan
berdasarkan
komunikasi
derajat
antar
spesialisasi atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat
23
secara komprehensif serta dapat memonitor Quality
Assurance dengan cara yang lebih objektif.
c. Bagi penyandang dana pemerintah (provider)
1) Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, terhadap
masyarakat luas akan terjangkau.
2) Dapat meningkatkan
efisiensi dalam
pengalokasian
anggaran pembiayaan kesehatan.
3) Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik
seingga meningkatkan kepuasan pasien dan provider.
I.
Instalasi Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang adalah pemeriksaan medis atas
indikasi medis tertentu guna memperoleh keterangan yang
lebih lengkap. Tujuan dan manfaat dilakukannya pemeriksaan
penunjang :
a. Untuk menambah data penunjang selain data pemeriksaan
fisik.
b. Untuk memudahkan dokter dalam melakukan diagnosis
pemeriksaan lanjutan dilakukan ketika data medis yang
mendukung dalam pemeriksaan fisik dirasa kurang.
c. Untuk
memberi
kejelasan
dan
kepastian
tentang
kesungguhan penyakit yang diderita pasien.
Sedangkan
yang
dimaksud
dengan
istilah
Pemeriksaan Penunjang (IPP) adalah pengelompokan unit
24
atau bagian pelayanan penunjang medis yaitu laboratorium
klinis, radiology, dan elektro medik. Dalam melayani rekam
medis,
tugas
pemeriksaan
permintaan
pokoknya
atau
dokter,
adalah
pengobatan
mencatat
hasil-hasil
penunjang
berdasar
menyampaikan
hasil-hasil
tersebut
kepada dokter yang meminta atau ke unit rawat jalan, rawat
darurat,
rawat
inap.
Peran
fungsi
utamanya
adalah
melakukan pencatatan-pencatatan guna melengkapi data
rekam medis dalam pelayanan pasien.(13)
2. Pencatatan Pelayanan Penunjang
Semua kegiatan pelayanan yang ada di laboratorium tentang
pengisian form hasil pemeriksaan mulai dari identitas pasien
sampai nomor register rumah sakit atau laboratorium yang
kemudian akan di cek ulang kelengkapannya agar terhindar
dari kekeliruan hasil pemeriksaan dan untuk mempermudah
dalam pengarsipan.(14)
J. LOS (Length Of Stay)
1. Pengertian
Menurut Depkes RI adalah rata-rata lama rawat seorng pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum nilai
LOS yang ideal berdasarkan Depkes antara 6-9 hari, sedangkan
menurut Barber Johnson 3-12 hari.
25
2. Rumus LOS
Untuk memberikan gambaran pelayanan pada diagnose dengan kasus
obsgyn.
Rumus lama dirawat = Tanggal pasien keluar – Tanggal pasien masuk
K. Gangguan Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah tumbuhnya janin dalam rahim seorang
ibu.Tanda-tanda fisik yang terjadi pada ibu hamil yaitu
pembesaran rahim dan perut, payudara mengeras,keadaan
lemas, mudah lemah,berat badan bertambah, gerakan janin
dalam rahim terasa dan teraba , dan terdengar denyut jantung
janin.
Kasus obsgyn adalah kasus yang terjadi pada ibu hamil
mulai gangguan ringan sampai dengan gangguan berat.
Semua gangguan yang terjadi sebaiknya diwaspadai dan
diketahui.
Kehamilan
dengan
masalah
kesehatan
yang
membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan atau kerjasama
penanganannya seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsia,
dan kondisi-kondisi lain
yang dapat memburuk selama
kehamilan.(15)
Kehamilan
dengan
kondisi
kegawatdaruratan
yang
membutuhkan rujukan segera misalnya perdarahan, eklamsia,
26
ketuban pecah dini, atau kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain
pada ibu dan bayi.(16)
2. Anatomi Dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita (17)
Organ perempuan untuk pembentukan keturunan dapat dibagi
dalam dua kelompok yaitu :
a. Genitalia externa
Meliputi semua organ yang didapatkan antara os pubis,
ramus inferior dan perineum. Pada umumnya disebut vulva
ialah :
1) Mons veneris / mons pubis (tundun) adalah sebuah
bantalan lemak yang terletak di depan simfisis pubis.
2) Labia mayora adalah dua lipatan tebal yang membentuk
sisi vulva dan terdiri atas kulit dan lemak, jaringan otot
polos, pembuluh darah dan serabut saraf.
3) Labia minor merupakan lipatan kulit yang terdapat
diantara kedua labium minora. Pada bagian ini terdapat
banyak pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf.
4) Clitoris mengandung banyak urat-urat saraf sensoris, dan
pembuluh
darah.
Letaknya
dalam
vestibula
dan
berukuran sebesar kacang hijau sampai cabai rawit dan
ditutupi frenulum clitoridis.
5) Vestibulum merupakan rongga yang berada disebelah
lateral dibatasi oleh kedua labia minora, disebelah
27
anterior dibatasi oleh clitoris, disebelah dorsal dibatasi
oleh fourchet.
6) Glandula
vestibularis
majora
merupakan
kelenjar
terpenting di daerah vulva dan vagina. Terletak di kanan
dan kiri ostium vagina.
7) Hymen berupa lapisan tipis dan menutupi sebagian besar
dari introitus vaginae. Lubang-lubang pada hymen
berfungsi sebagai tempat keluarnya sekret dan darah
haid.
8) Urethra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih
keluar.
b. Genitalia interna
Suatu alat reproduksi yang berada di dalam, yang tidak
dapat dilihat kecuali dengan jalan pembedahan. Alat
genitalia bagian dalam terdiri dari :
1) Vagina
yaitu
saluran
musculo-membranosa
yang
menggabungkan uterus dengan vulva. Terletak antara
kandung kencing dan rectum.
2) Uterus adalah organ otot yang berdinding tebal yang
berfungsi tempat implantasi ovum yang sudah dibuahi
dan sebagai tempat perkembangan dan pemberian
makanan kepada janin yang berada di dalamnya.
28
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Pertumbuhan
dan
perkembangan
janin
dalam
rahim
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Faktor ibu :
1) Keadaan kesehatan ibu saat hamil.
2) Kelainan pada uterus.
3) Kebiasaan ibu merokok, alkohol.
b. Faktor janin :
1) Jenis kelamin janin.
2) Penyimpangan genetik kelainan kongenital, pertumbuhan
abnormal.
3) Infeksi intrauterine.
c. Faktor plasenta. :
Plasenta adalah akarnya janin yang dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dalam rahim. Karena itu plasenta
memiliki peran penting untuk menjamin kesehatan janin
dalam rahim.
Setiap ibu hamil beresiko mengalami komplikasi yang
tidak dapat diprediksi. Sehingga setiap ibu hamil harus
mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang
berkualitas. Kegawat daruratan maternal dan neonatal
adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa dan dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan bagian tubuh pada
ibu atau janin.
29
L. Kerangka Teori
SHRI
a. Jumlah pasien BPJS RI
tahun 2016.
b. Bangsal Melati
Indeks penyakit :
a. Lama dirawat
(LOS)
b. Nomor RM
c. Diagnosa utama
Sebaran Kasus
a. Diagnosa sekunder.
b. Tindakan.
Mutu Pelayanan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : (10,12,13,14)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Jumlah pasien RI
BPJS PBI bangsal
melati
1.
2.
3.
4.
Lama dirawat (LOS)
Diagnosa utama
Diagnosa sekunder.
Tindakan.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Jenis dan Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang
bertujuan menggambarkan hasil – hasil yang telah didapatkan sesuai
dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca lebih mudah mengerti
dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian.
30
31
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode
observasi, dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara
langsung dilapangan.
C. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :
1. Jumlah pasien BPJS PBI rawat inap triwulan I tahun 2016
2. Lama dirawat (LOS)
3. Diagnosa utama
4. Diagnosa sekunder
5. Tindakan.
D. Definisi Operasional
No
1
2
3
4
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Operasional
Jumlah seluruh pasien yang menjalani rawat
inap di bangsal melati pada tahun 2015,
dengan cara pembayaran BPJS PBI
berdasarkan observasi data rekapitulasi
sensus harian tahun 2015.
Lama dirawat (LOS) Rerata lama hari dirawatnya seorang pasien
di Bangsal Melati triwulan I tahun 2016.
Diagnosa utama
Suatu diagnosis / kondisi kesehatan yang
menyebabkan
pasien
memperoleh
perawatan
atau
pemeriksaan,
yang
ditegakkan pada akhir episode pelayanan
dan bertanggung jawab atas kebutuhan
sumber daya pengobatannya, yang diperoleh
berdasarkan observasi pada buku indeks
penyakit bangsal melati dan DRM RM 1 .
Variabel
Jumlah pasien
BPJS PBI RI
Diagnosa sekunder
Diagnosis yang menyertai diagnosis utama
32
5
Tindakan
atau kondisi pasien saat masuk yang terjadi
selama episode pelayanan, yang diperoleh
berdasarkan observasi pada DRM RM 1.
Suatu intervensi medis yang dilakukan pada
seseorang berdasar atas indikasi medis
tertentu yang dapat mengakibatkan integritas
jaringan atau organ terganggu, berdasarkan
observasi pada DRM RM 1.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah DRM pasien BPJS PBI
(Penerima bantuan Iuran) dengan jenis kasus penyakit obsgyn pasien
rawat inap berjumlah 428 pasien pada bangsal melati triwulan I tahun
2016 di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
2. Sampel
Sampel merupakan total populasi yaitu sebanyak jumlah kunjungan
pasien bangsal melati triwulan pertama tahun 2016 (N) sebanyak 428
pasien, tingkat ketepatan absolut (d) 10% dengan rumus
𝑁
𝑛 = 1 +𝑁(𝑑2 )
428
= 1 +428(102 ) = 81
maka didapat hasil jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 81 DRM.
33
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan check list untuk mengambil dan mengumpulkan data yang
didapat dari indeks penyakit yaitu mencatat No.RM pasien BPJS PBI dan
mengamati pada dokumen rekam medis RM 1.
G. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara observasi yaitu melakukan pengamatan
langsung terhadap data pasien BPJS PBI kasus obsgyn pada triwulan I
tahun 2016 dari indeks penyakit dan RM 1. Jenis data yang digunakan
adalah data sekunder yaitu dokumen rekam medis dan indeks penyakit pada
bangsal melati triwulan I tahun 2016.
H. Pengolahan Data
Peneliti dalam melakukan penelitian menggunakan Pengolahan Data
Dari hasil pengumpulan data instrumen penelitian data, maka peneliti
menggunakan pengolahan data dengan :
1. Colecting yaitu pengolahan data – data meliputi data identitas, identitas
klinis.
2. Editing yaitu mengoreksi data yang telah dikumpulkan.
3. Klasifikasi yaitu pengelompokan data – data menurut kategori dan
klasifikasi tertentu.
34
4. Tabulating yaitu menampilkan data – data dalam bentuk tabel untuk
memudahkan analisis.
I.
Analisa Data
Dalam penelitian ini data dianalisis secara deskriptif, yaitu menguraikan hasil
pengamatan sebaran kasus obsgyn pasien BPJS PBI (Penerima Bantuan
Iuran) untuk memudahkan analisis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum RSUD Sunan Kalijaga Demak
1. Sejarah
RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak terletak di Jl. Sultan
Fatah Nomor 669/50 Demak seluas + 4 hektar. RSUD Sunan Kalijaga
berada di Kota Demak dan juga berada di jalur utama pantai utara
Jawa Tengah. RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak pada
awalnya didirikan oleh Pemerintah Belanda tahun 1938 yang
lokasinya di sekolahan Ongko Loro (saat ini
masih digunakan
sebagai gedung pertemuan rumah sakit dan ruang Instalasi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit). Kepala Rumah Sakit Demak
yang pertama di jabat oleh dokter Sastro berdasarkan Surat
Keputusan Departemen Van Gezondheid Semarang.
Perubahan status Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga
Kabupaten Demak sejak tahun 1938 hingga tahun 2008 adalah
sebagai berikut :
35
36
Tabel 4.1 Sejarah RSUD Sunan Kalijaga Demak
Tahun 1938 –1949
Balai Kesehatan.
Tahun 1949 –1979
Status Rumah Sakit Umum Kabupaten. Status Rumah
Sakit Umum Demak kelas D.
Tahun 1979 –1993
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 51/Menkes/SK/ II/1979 tentang Rumah
Sakit Umum Kelas D untuk Pemda Tingkat II.
Tahun 1993 – 2009
Status
Rumah
Sakit
Umum
Demak
kelas
C.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 204/Menkes/SK/II/1993 tanggal 26 Pebruari
1993 tentang Persetujuan Peningkatan Kelas Rumah
Sakit Umum Daerah Demak milik Pemda Tk II Demak.
Tahun 2010
Rumah Sakit Lulus Penuh akreditasi 16 Pokja
(tanggal26Juli2010)
pelayanan
Tahun 2011
Status Rumah Sakit Umum Demak menjadi Badan
Layanan
Umum
Daerah
berdasarkan
SK
Bupati No.900/607/2010.
Pada tahun 1997, dalam rangka mendukung slogan “Demak Beramal“,
H.DJOKO WIDJI SUWITO, SIP sebagai Bupati Demak telah menerbitkan
Surat Keputusan Nomor 445.1/1.500 / 1997 tanggal 12 Nopember 1997
tentang Penetapan Nama RSU Kabupaten Demak dengan nama “RSUD
Bhakti Karya Husada“. Selanjutnya, karena dipandang nama ”Bhakti Karya
Husada” di pandang belum sesuai dengan ciri khas Daerah Kabupaten
Demak, guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat di daerah tersebut di
37
ganti dengan nama ”Rumah Sakit Daerah Sunan Kalijaga Kabupaten Demak”
berdasarkan Perda Nomor 7 tahun 2008, maka berubah menjadi RSUD
Sunan Kalijaga Kabupaten Demak.
2. Visi, Misi, dan Motto
a. Visi Rumah Sakit
“Menjadi Rumah Sakit pilihan utama masyarakat Wilayah Utara Jawa
Tengah”
b. Misi Rumah Sakit
1) Mengutamakan kepuasaan pelanggan sesuai standar pelayanan
Rumah Sakit.
2) Mengembangkan pelayanan Trauma Center dan Rumah Sakit
jemput pasien.
3) Mengembangkan Sumber Daya Manusia berkelanjutan.
4) Menciptakan suasana dan lingkungan Rumah Sakit yang aman dan
nyaman.
5) Menjalin kerja sama antar mitra kerja.
c. Motto Rumah Sakit
“ Senyum Untuk Kesembuhan Anda “
3. Jenis Pelayanan Rumah Sakit
a. Pelayanan Rawat Jalan :
1) Poliklinik Umum
2) Poliklinik DOTS
38
3) Poliklinik Gigi
4) Poliklinik VCT/HIV/AIDS
5) Poliklinik spesialis:
a) Penyakit dalam.
b) Kesehatan anak.
c) Kebidanan dan penyakit kandungan.
d) Bedah.
e) Syparaf.
f) Penyakit mata.
g) Telinga, hidung, tenggorokan (THT).
h) Penyakit kulit dan kelamin.
i) Kesehatan jiwa.
j) Rehabilitasi medik.
k) Gigi (konservasi gigi, bedah mulut dan orthodonti).
b. Pelayanan Rawat Inap
1) VIP A
2) VIP B (Wijaya Kusuma)
3) Ruang penyakit dalam (Mawar).
4) Ruang anak (Dahlia).
5) Ruang bedah (Kenanga).
6) Ruang bersalin / obsgyn (melati).
7) Ruang perinatal (Bougenvile).
8) Ruang intensive care unit (ICU).
39
9) Ruang THT, Penyakit mata, Penykit syaraf (Sokka)
10)
Ruang khusus pasien Jamkesmas dan Jamkesda (cempaka)
11)
Ruang THT, penyakit mata, penyakit dalam (teratai)
12)
Ruang Lily
c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat :
1) Pengembangan trauma centre.
2) Pengembangan rumah sakit jemput pasien.
3) One Day Care.
d. Instalasi Radiologi :
1) Pemeriksaan kontras dan non kontras.
2) USG konvensional dan non konvensional 3 dimensi.
3) Pemeriksaan EKG dan EEG.
e. Instalasi Laboratorium :
1) Kimia klinik
2) Hematologi klinik
3) Urine rutin
4) Unit bank darah
f. Instalasi Farmasi :
1) Instalasi farmasi satelit di poliklinik.
2) Instalasi farmasi satelit gedung lantai III
3) Instalasi farmasi satelit di IBS.
g. Instalasi Gizi :
1) Konsultasi gizi rawat jalan dan rawat inap.
40
2) Asuhan gizi klinik.
h. Instalasi intensif care unit.
i. Instalasi bedah sentral.
j. Instalasi pemeliharaan sarana.
k. Instalasi pendidikan dan pelatihan.
Jenis Pelayanan Penunjang Rumah Sakit.
a. EKG (Elektrokardiogram).
b. EEG (Electronecephalogram / electroencephalograph).
c. Laboratorium.
d. Pelayanan Laboratorium (24jam) meliputi :
1) Hematologi.
2) Kimia klinik.
3) Bakteriologi.
4) Serologi.
5) Urinalisa.
6) Narkoba.
7) Tes HIV
e. Radiologi.
f. Pelayanan radiologi (24jam) meliputi :
1) Radiologi
2) USG 3 dimensi.
3) Mobile X ray.
41
g. Farmasi
Pelayanan farmasi memberikan layanan untuk pembelian obat-obatan,
baik obat generik maupun obat paten dan alat kesehatan, bahan habis
pakai.
h. Rehabilitasi medik/ fisioterapi
1) Konsultasi dokter spesialis rehabilitasi medik.
2) Pelayanan fisoterapi.
Pelayanan terapi wicara.
42
B. Struktur organisasi RSUD Sunan kalijaga Demak
DIREKTUR
KOMITE
MEDIS
SATUAN
PENGAWAS
INTERN
KOMITE KEPERAWATAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
KABAG TATA USAHA
KASUBAG
UMUM &
KEPEGAWAIAN
N
KABID
PELAYANAN
KASIE
PELAYA
NAN
MEDIS
KASIE
PELAYANAN
PENUNJANG
& NON
MEDIS
KABID
PERAWATAN
KASIE
ASUHAN
KEPERA
WATAN
KASUBAG
KEUANGAN
KASUBAG
PROGRAM
KABID
PEMASARAN &
REKAM MEDIS
KASIE
SDM
PERAWA
TAN
KASIE
PEMASA
RAN
Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Sunan Kalijaga Demak
KASIE
REKAM
MEDIS
43
C. Gambaran Khusus Instalasi Rekam Medis di RSUD Sunan Kalijaga
Demak
Visi Rekam Medis
“Terwujudnya rekam medis sebagai sumber daya manusia pelayanan
kesehatan dan manajemen di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak”
Misi Rekam Medis
a. Melaksanakan sistem rekam medis sesuai dengan buku pedoman dan
standar yang ditetapkan.
b. Memberikan pelayanan rekam medis yang bermutu tinggi sesuai
standar profesional tertinggi.
c. Penataan sistem administrasi dan manajemen rekam medis.
d. Mengembangkan pola pendidikan dan pelatihan petugas rekam medis
untuk mencapai kinerja profesional.
e. Meningkatkan jalinan kerjasama antar bagian di rumah sakit.
Motto
" Rekam medis anda bagi kami paling utama".
44
D. Struktur Organisasi Unit Rekam Medis
DIREKTUR
KABID PEMASARAN & RM
KA.INSTALASI
REKAM MEDIS
TPPRJ
TPPRI
ASSEMB
LING
KODING/
INDEKSING
ANALISING/
REPORTING
FILLING
ADM.ASURA
NSI &VISUM
ET
REPERTUM
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis RSUD Sunan Kalijaga
Demak
45
E. Hasil Penelitian
1. Jumlah pasien rawat inap dengan cara pembayaran BPJS PBI di
bangsal melati yang merawat pasien dengan kasus obsgyn triwulan
1 tahun 2016.
Tabel 4.2 Jumlah Pasien BPJS PBI Bangsal Obsgyn Triwulan
Pertama
NO
1
2
3
∑
147
144
137
428
Bulan
Januari
Februari
Maret
Jumlah
%
34,4
33,6
32,0
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa persentase jumlah pasien di bangsal
Melati pada triwulan 1 tahun 2016 paling banyak terdapat pada bulan Januari
sebesar 34,4% dan paling sedikit bulan Maret sebesar 32,0%.
2. Diagnosa utama pada pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn di bangsal
melati.
Tabel 4.3 Diagnosa Utama Pasien Bangsal Obsgyn
NO
1
2
3
4
5
DIAGNOSA
KPD (Ketuban Pecah Dini)
Persalinan pervagina 77
PEB (preeklamsia berat)
Letak sungsang
Bekas SC (sectio
caesarea)
6 Serotinus
7 Letak lintang
8 Bayi besar
Kode
O42.9
O80.9
O14.1
O32.1
O82.9
JUMLAH
20
7
6
6
6
%
24,7
8,6
7,4
7,4
7,4
O48
O32.2
P08.0
5
4
3
6,2
5,0
3,7
46
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
CPD
Partus spontan
Partus tak maju
Plasenta previa
Induksi tak respon
Ruptur perineum
Partus macet
Partus prematur
Abortus Imminens
Partus dengan sectio
caesarea
TOTAL
O33.9
O80.9
O65.4
O44
O61.0
O70.9
O64
O60.1
O20.0
O82.9
3
3
2
2
2
2
1
1
1
7
81
3,7
3,7
2,5
2,5
2,5
2,5
1,2
1,2
1,2
8,6
100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dari 81 sampel yang di teliti, kasus KPD (Ketuban
Pecah Dini)
merupakan jumlah kasus terbanyak yang diderita pasien
sebanyak 24,7 %. Untuk kasus-kasus obsgyn lainnya tidak lebih dari 10
kasus penyakit. Kasus partus macet, partus prematur, dan hemoroid paling
sedikit hanya ada 1,2 %.
3. Diagnosa sekunder pada pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn di
bangsal melati.
Diagnosa
sekunder
merupakan
diagnosa
tambahan
yang
menggambarkan suatu kondisi yang muncul setelah di mulainya observasi
perawatan yang ada di rumah sakit yang dapat mempengaruhi perjalanan
penyakit pasien dan tercantum pada indeks penyakit kasus obsgyn di
RSUD Sunan Kalijaga Demak.
47
Tabel 4.4 Jumlah Diagnosa Sekunder Yang Menyertai Pasien
Obsgyn
NO
Jumlah diagnosa sekunder Jumlah Persentase
1
>2 diagnosa sekunder
6
7,4
2
1-2 diagnosa sekunder
38
47,0
3
0 diagnosa sekunder
37
45,6
Jumlah
81
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 pasien dengan diagnosa kasus obsgyn yaitu
gangguan kehamilan dan persalinan yang memiliki diagnosa sekunder lebih
dari atau sama dengan 2 sebesar 7,41% jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan pasien yang memiliki diagnosa sekunder kurang dari 2 atau hanya
ada diagnosa utama.
Tabel 4.5 Sepuluh Diagnosa Sekunder Terbanyak Diderita
Pasien Obsgyn
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jenis diagnosa sekunder
Lacerasi Perinium
Oligohidramnion
Induksi tak respon
Letak sungsang
Bekas sectio caesarea
Serotinus
KPD
HT Bestastorial
Persalinan pervagina,
anemia sedang
10 Ruptur Perinium
Jumlah
Jumlah
6
6
4
3
3
2
2
2
2
%
18,7
18,7
12,5
9,3
9,3
6,3
6,3
6,3
6,3
2
32
6,3
100
48
Dari tabel diatas, didapatkan bahwa dari 41 diagnosa sekunder di dapat 10
besar diagnosa sekunder yang terbanyak, diagnosa yang sering terjadi yaitu
ruptur perineum. Urutan yang kedua diagnosa sekunder yang terjadi adalah
oligohidramnion dan diagnosa-diagnosa sekunder lain yang ada di tabel.
4. Tindakan pada pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn di bangsal melati.
Tabel 4.6 Diagnosa Tindakan Terbanyak Diderita Pasien
Obsgyn
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Tindakan
SCTP + MOW
SCTP
Jahit lacerasi
SCTP + IUD
Dilatasi curettage
Konservatif
Repair perineum
Induksi persalinan dan
repair perineum
9 Induksi persalinan
10 Curetage
Jumlah
Jumlah
25
13
8
6
4
3
3
4
%
35,7
18,6
11,5
8,6
5,7
4,3
4,3
5,7
2
2
70
2,8
2,8
100
Tindakan yang sering dilakukan pada kasus obsgyn mengenai
kehamilan dan persalinan yaitu SCTP + MOW ( stream control
transmission protocol + medis operasi wanita ) sebesar 35,7 % pasien dan
yang terendah yaitu tindakan curetage dan Induksi persalinan.
49
5. Lama Dirawat / LOS ( Lenght Of Stay )
Lama dirawat merupakan jumlah hari pasien dirawat di rumah sakit dari
perhitunga (tanggal keluar – tanggal masuk) berdasarkan indeks penyakit
di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Berikut hasil pengolahan data dari total
sampel 81 pasien.
Tabel 4.7 Distribusi Lama Dirawat (LOS) Pasien Kasus
Obsgyn
LOS (hari)
2
3
4
5
6
8
11
Jumlah
Jumlah
6
23
13
27
6
4
2
81
%
7,4
28,4
16.1
33,3
7,4
4,9
2,5
100,0
Berdasarkan tabel 4.7 rata-rata lama pasien dirawat antara 3 sampai 5 hari.
Hanya ada 2 pasien yang di rawat selama lebih dari 10 hari persentase lama
dirawat tertinggi yaitu sebesar 33,3%
BAB V
PEMBAHASAN
A. Jumlah Pasien dengan Kasus obsgyn
Kasus obsgyn adalah kasus yang terjadi pada ibu hamil mulai gangguan
ringan sampai gangguan berat. Semua gangguan yang terjadi sebaiknya
diwaspadai dan di ketahui.(15) Dari bulan Januari – Maret 2016, jumlah kasus
obsgyn sebanyak 735 kasus, dengan jumlah pasien terbanyak adalah pasien
BPJS PBI dengan jumlah pasien sebanyak 428 pasien (58,2 %). Berdasarkan
data rekam medis yaitu pada lembar anamnesa, didapatkan bahwa pasien yang
mengalami gangguan persalinan terjadi karena kegawat daruratan medis
karena pasien biasanya rujukan dari puskesmas ataupun bidan desa.
B. Diagnosa Utama
Suatu
perawatan
kondisi
atau
kesehatan
yang
pemeriksaan,
menyebabkan
yang
ditegakkan
pasien
pada
mendapatkan
akhir
episode
pelayanan.(15)
Dalam penelitian ini diperoleh diagnosa utama diperoleh dari indeks penyakit
dan RM 1 untuk pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn terbanyak pada kasus
KPD ( Ketuban Pecah Dini ) sedangkan untuk kasus partus macet, partus
prematur dan abortus imminent hanya ada satu pasien.
50
51
Berdasarkan teori keluarnya cairan berupa air dari vagina di namakan
ketuban pecah dini (KPD) terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum 37
minggu maupun kehamilan aterm, untuk meghindari terjadinya ketuban pecah
dini sebelum waktunya dapat dilakukan hal seperti melakukan pemeriksaan
rutin.(17)
Dari hasil observasi menunjukkan bahwa yang tertulis pada diagnosa utama
sudah tertulis lengkap berdasarkan hasil sebab dirawat, hasil anamnesa, dan
pemeriksaan yang telah dilakukan.
Ada beberapa jenis kasus yang termasuk pada kasus obgyn seperti masalah
tentang kehamilan, persalinan, kanker.
Hasil observasi khusus pasien BPJS PBI dengan gangguan kehamilan dan
persalinan yang dirawat pada bangsal melati. Namun RSUD Sunan Kalijaga
Demak dalam indeks semua kasus obsgyn dijadikan satu dalam indeks
meskipun pasien dirawat pada bangsal yang berbeda dan ada beberapa pasien
dengan cara bayar BPJS tanpa diketahui apakah menggunakan BPJS PBI atau
Non PBI.
NO RM
Tabel 5.1 Diagnosa Utama
Diagnosa Utama
Diagnosa
Tindakan
Sekunder
120XXX
KPD(ketuban
pecah dini)
Letak sungsang
125XXX
Persalinan
pervagina
Ruptur perinium
Sectio Cecarea
Transperitoneal
Profunda dan
Medis Operasi
Wanita
Jahit perinium
LOS
11
2
52
124XXX
PEB(preeklamsia
berat)
Primitua
122XXX
Bekas sectio
caesarea
-
126XXX
Serotinus
Induksi tak
respon
Sectio Cecarea
Transperitoneal
Profunda –Intra
Uterine Device
Sectio Cecarea
Transperitoneal
Profunda dan
Medis Operasi
Wanita
Sectio Cecarea
Transperitoneal
Profunda dan
Medis Operasi
Wanita
4
5
5
Berdasarkan hasil tabel 5.1 didapat bahwa lama dirawat ditentukan tidak
hanya pada diagnosa utama saja, tetapi diagnosa sekunder dan tindakan juga
sangat mempengaruhi lama dirawat seorang pasien. Tindakan yang dilakukan
sama tetapi diagnosa utama dan sekundernya berbeda maka lama dirawatpun
bisa sama tetapi bisa juga berbeda tergantung kondisi pasien juga. (18)
C. Diagnosa Sekunder
Diagnosa yang menyertai diagnosis utama atau kondisi pasien saat masuk
yang terjadi selama episode pelayanan.
Berdasarkan hasil penelitian, hasil terbanyak pada diagnosa sekunder
kurang dari dua pada pasien BPJS PBI sebesar 47,0 % . Dengan diagnosa
lacerasi perinium dan oligohidramnion sebesar 18,7 %. Untuk mengurangi
terjadinya lacerasi perinium dapat dilakukan tindakan episotomi untuk
memperluas pembukaan perineal untuk kepala bayi dan mencegah robekan.
53
Tetapi ada juga cara lain untuk menghindari episotomi seperti perineal massage
yaitu belajar untuk rileks selama persalinan dan memungkinkan jaringan
menjadi lebih fleksibel dan dapat mencegah robek.(19)
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pada Tabulasi Silang Antara Diagnosa sekunder
dengan Lama Dirawat Pada Pasien BPJS PBI Bangsal Melati Kasus
Obsgyn
Diagnosa
Sekunder
Lama dirawat
>5
≤5
Total
Ada
diagnosa
Jumlah
11
33
44
Tidak ada
diagnosa
%
Jumlah
25,0
1
36
75,0
100,0
37
%
2,7
97,3
100,0
Dari hasil tabel 5.2 lama dirawat 5 hari ditentukan dari nilai median, persentase
pasien BPJS PBI dengan lama rawat ≤5 hari tidak ada diagnosa (97,3%) lebih
besar dibandingkan dengan lama rawat ≤5 hari dengan diagnosa sekunder
(33%). Hal ini menunjukkan bahwa RS berupaya untuk menyesuaikan dengan
lama dirawat yang telah ditentukan oleh BPJS untuk pasien BPJS PBI agar
tidak mengalami kerugian dengan lama rawat yang panjang.(18)
D. Diagnosa Tindakan
Suatu intervensi medis yang dilakukan pada seseorang berdasar atas
indikasi medis tertentu yang daat mengakibatkan integritas jaringan atau organ
terganggu. Tindakan diberikan kepada pasien berdasarkan diagnosa utama
pasien. Pada pasien BPJS PBI kasus obsgyn di bangsal Melati paling banyak
54
dengan dilakukannya tindakan SCTP-MOW
sebesar 37,2%. SCTP-MOW
adalah 2 tindakan yang berbeda dimana SCTP (Sectio Cecarea Transperitoneal
Profunda) yaitu sectio cesarea dengan insisi melintang pada segmen bawah
rahim, biasa dilakukan dengan kondisi diagnosa utama seperti CPD
(cephalopelvic
disproportion),
kelainan
letak,
kesempitan
panggul,dll.
Sedangkan MOW (Medis Operasi Wanita) merupakan tindakan penutupan
terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak
dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu
dengan sperma sehingga tidak terjadi kehamilan. Untuk mencegah terjadinya
tindakan SCTP-MOW dengan melakukan olahraga secara rutin dan teratur atau
mengikuti senam ibu hamil untuk membantu proses kelahiran secara normal,
memberi dan mencukupi asupan makanan yang bergizi dan bernutrisi seimbang
selama masa kehamilan.(17)
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pada Tabulasi Silang Antara Tindakan dengan
Lama Dirawat Pada Pasien BPJS PBI Bangsal Melati Kasus Obsgyn
Tindakan
Ada
Tidak ada
Tindakan
tindakan
Jumlah
%
Jumlah
%
Lama dirawat
>5
11
13,9
0
0,0
≤5
68
86,1
2
100
Total
79
100,0
2
100,0
Dari hasil tabel 5.3 diperoleh persentase pasien BPJS PBI dengan lama rawat
>5 hari dengan ada tindakan (13,9%) lebih besar dibandingkan dengan yang
55
tidak ada tindakan (0,0%). Hal tersebut menunjukkan kemungkinan adanya
tindakan dapat memperpanjang lama rawat seorang pasien.
E. Lama Dirawat
Lama dirawat yaitu selisih dari tanggal pulang( tanggal keluar rumah sakit,
baik hidup atau mati) dengan tanggal masuk rawat inap setiap psien. Pasien
dihitung 1 hari untuk yang masuk dan keluar pada hari yang sama. Hari
perawatan dihitung dengan cara mengambil data dari formulir sensus harian
rawat inap (SHRI). Sensus harian rawat inap adalah kegiatan penrhitungan
pasien rawat inap yang dilakukan setiap hari tentang mutasi keluar masuk
pasien selama 24 jam. Bertujuan untuk memperoleh informasi semua pasien
yang masuk dan keluar rumah sakit selama 24 jam.(18) Pada pasien BPJS PBI
dengan kasus obsgyn di bangsal Melati memiliki lama dirawat terbanyak selama
5 hari, hal tersebut cukup baik karena terlalu lama berada di rumah sakit
beresiko tinggi terhadap infeksi terutama untuk pasien yang melakukan tindakan
caesar. Karena lama dirawat seorang pasien harus sesuai indikasi dan penilaian
dokteryang merawat.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada Triwulan pertama bulan januari – Maret jumlah pasien dengan kasus
obsgyn sebanyak 746 pasien, yang terbanyak yaitu pasien dengan cara
pembayaran BPJS PBI sebesar 57,4 %.
2. Pada kasus obsgyn pasien BPJS PBI, diagnosa utanna terbanyak pada
kasus KPD (Ketuban Pecah Dini) sebesar 24,7 %.
3. Pada kasus obsgyn pasien BPJS PBI, diagnosa sekunder terbanyak pada
kasus lacerasi perinium dan oligohidramnion sebesar 18,7 %.
4. Pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn terbanyak dengan jenis tindakan
SCTP-MOW sebesar 37,2 %.
5. Pada kasus obsgyn pasien BPJS PBI dengan paling banyak memiliki lama
dirawat 5 hari sebesar 33,3 %.
B. Saran
1.
dentifikasi dokumen rekam medis seharusnya disesuaikan dengan
klasifikasi pasien BPJS atau umum, untuk kemudian dikelompokkan kedalam
10 besar diagnosa kasus pada laporan bulanan, tribulan, dan tahunan
2. Untuk petugas medis :
a. Dapat meningkatkan pengtahuan dan ketrampilannya agar dengan sering
mengikuti pelatihan atau seminar ilmiah sehingga dapat menambah
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan lainnya.
56
57
b. Untuk dapat memberikan pelayanan pada pasien dengan sebaik-baiknya,
utamanya dalam penegakan diagnosa sehingga tidak menimbulkan
komplikasi yang diakibatkan oleh kesalahan diagnosa atau tindakan.
3. Perlunya persiapan peralatan ataupun obat-obatan yang dibutuhkan pasien
untuk pasien-pasien dengan kasus obsgyn ketuban pecah dini mengingat
kasus tersebut cukup tinggi.
4. Perlunya pemahaman khusus dalam penyusunan clinical pathway sehingga
dapat digunakan untuk prediksi lama hari dirawat dan biaya pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan agar pemanfaatan sumber daya rumah sakit
dapat dioptimalkan.
5. Perlunya pemanfaatan yang lebih terhadap Sistem Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) sangat penting karena proses manajemen rumah sakit bisa
terintegrasi antara satu bagian dengan bagian lainnya, riwayat penyakit dan
perawatan (medical record) pasien bisa dikelola dan dipanggil dengan cepat
dan otomatis,
dan efisiensi kerja karyawan menjadi meningkat karena
beberapa proses rutin seperti pembuatan laporan atau perhitunganperhitungan dilakukan secara otomatis dan cepat dengan demikian karyawan
lebih bisa berkonsentrasi kepada hal-hal yang bersifat strategis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ery Rustiyanto. Statistik Rumah sakit Untuk Pengambilan Keputusan.
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010.
2. Undang-undang Republik Indonesia, No 16 Tahun 1997, Tentang Statistik.
3. Undang-undang Republik Indonesia, No 40 Tahun 2004, Tentang Sistem
jaminan Sosial Nasional.
4. http://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/24/
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Rawat_Inap.
6. Birza, Farrer dkk, Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Sumatera Utara :
Perpustakaan
universitas Sumatera Utara. 2003.
7. Huffman, EK. Health Information Manajement. Airlangga University Press.
Surabaya. 1999.
8. Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan; edisi ketiga, Mitra Cendikia.
Yogyakarta. 2009.
9. Direktorat Jendral Pelayanan Medis, Depkes RI. Pedoman Pengelolaan
Rekam Medis RS di Indonesia. Depkes RI, Jakarta; 1997.
10. Undang-undang Republik Indonesia, No 24 Tahun 2011, Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
11. Ernawati, Etty. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit Untuk
Meningkatkan Kualitas Pelayanan. 2012.
12. Sabarguna, BS. MARS. Buku Pegangan Mahasiswa manajemen Rumah
Sakit jilid 2. Sagung Seto. Jakarta. 2009.
13. Swartz. Intisari Buku Ajar diagnostik Fisik. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
1995.
14. Pedoman
Penyelenggaraan
Rekam
Medis,
Direktorat
Umum
dan
Operasional RSUD Sunan kalijaga Demak.
15. Rismalinda. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta. 2015.
16. Coad, J, Dunstal, M. Anatomi dan Fisiologi Untuk Bidan, EGC. Jakarta,
2007.
17. Lisnawati, Lilis. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. 2013.
18. Sendika, Nofitasari. Analisa Lama Perawatan (LOS) pada Partus sectio
Caesaria (CS) Pasien RI Jamkesmas Berdasarkan Lama Perawatan (LOS)
Jamkesmas INA-CBGs.
19. Wiknojosastro Hanafi. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirihardjo,Jakarta. 1994.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Pribadi :
Nama
: IKA
Bagian
: Analisisng Reporting
B. Pertanyaan :
1. Mengenai petugas indeksing
a. Berapa jumlah petugas indeksing yang ada di RSUD Sunan kalijaga
demak ?
Jawab : jumlah petugas ada 3 orang.
b. Apakah semua petugas rekam medis merupakan lulusan DIII rekam
medis ?
Jawab : tidak semua petugas lulusan DIII rekam medis, karena ada
petugas yang tamat SMA.
c. Apakah pernah ada semacam pelatihan untuk menambah wawasan
bagi petugas indeksing ?
Jawab
: untuk petugas indeksing hanya dikasih panduan mengenai
pekerjaaanya.
2. Analisis laporan kasus rawat inap BPJS
a. Apakah ada petugas yang secara khusus membuat laporan untuk
pasien BPJS PBI atau Non PBI ?
Jawab : tidak ada petugas secara khusus membuat laporan untuk
pasien BPJS.
b. Apakah pernah dilakukan analisis mengenai kasus pasien BPJS rawat
inap ?
Jawab : laporan di buat dan dianalisis secara keseluruhan tanpa
adanya
prioritas anatara pasien umum ataupun pasien
yang menggunakan asuransi seperti BPJS dan asuransi lain.
c. Apakah ada laporan khusus tentang pasien BPJS ?
Jawab : untuk sekarang laporan khusus mengenai pasien BPJS tidak
ada,
yang ada hanya laporan keseluruhan pasien dengan
keterangan cara pembayaran.
d. Apa saja faktor kendala dalam pembuatan laporan rekam medis ?
Jawab : semakin banyaknya jumlah pasien yang berkunjung yang
membuat
jumlah
DRM
semakin
banyak
sehingga
membutuhkan waktu cukup lama untuk pembuatan indeks
penyakit.
3. Mengenai prosedur pelaporan
a. Apakah pelakanaan pengelolaan pelaporan sudah sesuai prosedur
yang sudah di tetapkan ?
Jawab : semua pengelolaan pelaporan sudah dilaksanakan sesuai
dengan prosedur yang sudah ada.
b. Apakah sistem pencatatan pelaporan sudah sudah berjalan teratur ?
Jawab : untuk sistem pelaporan sudah berjalan dengan baik karena
setiap akhir bulan semua laporan di serahkan ke dinas
kesehatan daerah.
HASIL OBSERVASI
Sumber Data :Index Rekam Medis dan Dokumen Rekam Medis
Periode
: januari 2016
NO
NO.RM
Dx.Utama
1
121xxx
Bayi besar
2
120xxx
PEB
3
041xxx
4
Dx. Sekunder
Tindakan
LOS
(hari)
-
SCTP-MOW
5
-
SCTP-MOW
5
Serotinus
Induksi tak respon
SCTP-MOW
11
121xxx
Letak sungsang
Miopia tinggi
SCTP-MOW
5
5
120xxx
KPD
Letak sungsang
SCTP-MOW
11
6
121xxx
KPD
--
7
121xxx
Partus tak maju
-
SCTP-MOW
5
8
122xxx
Bekas SC
-
SCTP-MOW
5
9
084xxx
KPD
-
SCTP
5
10
121xxx
Letak sungsang
-
SCTP-IUD
5
11
118xxx
CPD
-
SCTP
5
12
052xxx
Placenta previa
SCTP-MOW
5
13
122xxx
Letak lintang
SCTP-MOW
4
Pre syok, bekas
SC
-
-
3
14
122xxx
CPD
15
121xxx
Partus dengan
sectio caesarea
16
121xxx
17
Bekas SC
SCTP-MOW
5
-
Dilatasi,
curetage
3
Partus dengan
sectio caesarea
-
Dilatasi,
curetage
3
120xxx
P. pervagina
-
Induksi
persalinan
3
18
125xxx
P. pervagina
Jahit perineum
2
19
122xxx
Partus spontan
3
20
107xxx
Letak sungsang
Bekas SC
Manual
placenta,
curetage
konservatif
21
125xxx
Partus dengan
sectio caesarea
-
Dilatasi
3
22
126xxx
P.macet
-
Induksi
persalinan,
vacum ekstraksi
4
23
126xxx
Partus dengan
sectio caesarea
-
konservatif
3
24
121xxx
KPD
Jahit lacerasi
8
25
126xxx
Partus dengan
sectio caesarea
konservatif
3
26
104xxx
KPD
27
096xxx
Letak sungsang
Ruptur perineum
-
Asma, p.pervagina
Letak sungsang
-
3
-
4
SCTP
5
Periode
NO
NO.RM
: Februari 2016
Dx.Utama
Dx. Sekunder
Tindakan
LOS
(hari)
1
123xxx
Induksi tak
HT bestastorial
SCTP-MOW
5
HT bestastorial
SCTP-MOW
5
Letak sungsang
SCTP-MOW
4
SCTP
5
respon
2
101xxx
Induksi tak
respon
3
124xxx
4
121xxx
Bayi besar
Partus dengan
-
sectio caesarea
5
124xxx
PEB
primitua
SCTP-IUD
4
6
045xxx
KPD
CPD
SCTP
4
7
121xxx
PEB
CPD, KPD
Induksi
6
persalinan,
SCTP
8
123xxx
Letak lintang
Bayi besar
SCTP-MOW
5
9
123xxx
Letak sungsang
Serotinus
SCTP-IUD
5
10
123xxx
Serotinus
Oligohidramnion
SCTP-MOW
5
11
123xxx
Letak lintang
KPD,
SCTP
5
oligohidramnion
12
123xxx
KPD
Oligohidramnion
SCTP
8
13
017xxx
PEB
Oligohidramnion
SCTP
5
14
119xxx
Bekas SC
-
SCTP-MOW
5
15
123xxx
Bekas SC
-
SCTP-MOW
5
16
122xxx
Serotinus
Induksi tak respon
SCTP-IUD
5
17
125xxx
KPD
Oligohidramnion
SCTP
4
18
022xxx
Placenta previa
SCTP – IUD
5
-
totalis
19
124xxx
Letak sungsang
Serotinus
SCTP + MOW
4
20
123xxx
P. pervagina
serotinus
Curetage
4
21
125xxx
P. spontan
KPD
Jahit lacerasi
5
22
120xxx
PEB
Induksi tak respon
SCTP – MOW
6
23
126xxx
Serotinus
Induksi tak respon
SCTP – MOW
6
24
124xxx
CPD
Bekas SC
SCTP – MOW
5
25
126xxx
Bekas SC
-
SCTP – MOW
5
26
125xxx
KPD
SCTP
5
27
126xxx
Serotinus
Oligohidramnion
-
Jahit lacerasi,
SCTP - MOW
8
Periode
NO
NO.RM
: Maret 2016
Dx.Utama
Dx. Sekunder
Tindakan
LOS
(hari)
1
125xxx
KPD
P.pervagina,
Curetage
repair 6
anemia sedang
perineum, transfusi
2
127xxx
KPD
Ruptur perineum
Jahit lacerasi
2
3
009xxx
KPD
Ruptur perineum
SCTP-MOW
4
4
127xxx
KPD
P.pervagina,
Curetage
anemia sedang
perineum, transfusi
repair 6
5
125xxx
Partus prematur
-
-
3
6
045xxx
KPD
-
Jahit lacerasi
2
7
122xxx
KPD
-
Jahit lacerasi
2
8
126xxx
KPD
-
Jahit lacerasi
3
9
125xxx
Abortus
-
Jahit lacerasi
3
Imminens
10
126xxx
KPD
L.perineum
Repair perineum
2
11
125xxx
KPD
L.perineum
Repair perineum
3
12
111xxx
KPD
L.perineum
Repair perineum
2
13
127xxx
Dilatasi curetage
3
Partus dengan
sectio caesrea
-
14
127xxx
P. pervagina
L. perineum
Induksi persalinan, 3
repair perineum
15
126xxx
P. pervagina
L. perineum
Induksi persalinan, 3
repair perineum
16
126xxx
P. pervagina
-
Induksi perineum
3
17
126xxx
L. perineum
-
Induksi persalinan
3
18
126xxx
L. perineum
-
Induksi persalinan, 3
repair perineum
19
126xxx
Partus dengan
-
Curetage
4
Jahit lacerasi
4
SCTP
5
sectio caesarea
20
126xxx
P. spontan
21
123xxx
Letak lintang
22
016xxx
P. pervagina
KPD
L. perineum
Induksi persalinan, 3
repair perineum
23
124xxx
Bayi besar
24
122xxx
KPD
25
121xxx
26
27
-
SCTP
5
Oligohidramnion
SCTP
6
Bekas SC
Obesitas
SCTP + MOW
5
123xxx
Bekas SC
-
SCTP + MOW
5
127xxx
KPD
Fetal distress
SCTP + IUD
8
Download