PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

advertisement
MODUL
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Mengapa
penting
mendiskusikan
7
peran etika dalam
pengambilan
keputusan? Apa yang dimaksud dengan etika dalam pengambilan keputusan
atau etika ~pengambilan
dalam
proses pengambilan
keputusan?
keputusan?
dilekatkan terhadap pengambilan
tentang
Bagaimana
etika
diintegrasikan
Apa saja wujud dari etika yang
keputusan? Begitu pentingnya topik kajian
etika dalam pengambilan
keputusan, maka tidak ada salahnya jika
bagian ini didedikasikan khusus untuk membahas tema tersebut.
A. Beberapa Pertimbangan
Pentiong Dalamm pengambilan Keputusan
Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
salah satu tugas dari pengambil
ekonomi,
bisnis, dan
keputusan.
manajemen
(termasuk
akan utuh tanpa
tersebut merupakan
Kajian kontemporer
di dalamnya
mernbahas
tentang
pengambilan
keputusan),
tidak
ten tang pertimbangan-
pertimbangan
etika. Pertirnbangan­ pertimbangan etika harus menjadi kriteria
yang penting dalam pengambilan keputusan organisasi. Setiap manajer pada
saat ini diharuskan (bila tidak mall disebut diwajibkan) untuk mengikutsertakan
pertimbangan
etika dalam setiap proses pengambilan
utama yang dipakai masyarakat
berkualitas
adalah
pandangan
dunia dalam
menilai
keputusan. Indikator
sebuah
organisasi
organisasi terhadap etika.
82
Pandangan
organisasi
terhadap
pertimbangan
etika dalam
pengambilan
keputusan menghasilkan perwujudan nyata melalui sejumlah konsep ekonomi
dan
manajemen
eco labelling,
kontemporer
green product,
seperti:
business
or
environmentatly-friendly
corporate
ethics,
economic
activities,
dan corporate governance. Konsep-konsep terse but merupakan perkembangan
lebih lanjut dari salah satu konsep dasar yang melandasi tujuan pendirian
organisasi: tanggung jawab
diajukan atas konsep
demi
sosial (social responsibility).
ini adalah:
pemilik perusahaan
jawab
juga
sekitarnya?
saja,
Apakah
ataukah
atas kesejahteraan
Siapa sesungguhnya
hal tersebut;
perusahaan
harus
pelanggan,
yang
beroperasi
bertanggung
dan masyarakat
pencapaian dua tujuan terse but?
yang harus bertanggung
pemerintah
harus
perusahaan
karyawan,
Bagaimana menyeirnbangkan
Pertanyaan
jawab
secara sosial dalam
atau perusahaan?
Konsep tanggungjawab
sosial itu sendiri sesungguhnya memiliki ruang
lingkup yang lebih luas dari sekitar memperhatikan kesejahteraan pemilik dan
pengelola organisasi
menandakan
serta
masyarakat.
bahwa para pengambil
konsekuensi
dari tindakan yang
(environmental
pentingnya
keputusan
diambilnya
responsibility). Tauggung
organisasi
Tanggung
jawab
juga
harus mempertimbangkan
terhadap
jawab
dalam menerapkan
sosial
sosial
lingkungan
juga
pandangan
alam
menandakan
etika
terhadap
kebijakan atau strategi bisnis yang dilakukan. Sebagai contoh: perusahaan
yang
hendak
mematuhi
memasarkan
aturan
periklanan
produknya melalui
untuk
media
seperti:
praktek
promosi
mengklaim
sebuah
utama,
sedang
makanan
yang
produk
harus
tidak menjadikan anak-anak sebagai
pengambil keputusan dalam pembelian barang. Perusahaan
melakukan
televisi,
juga
cenderung membohongi
sebagai
kenyataannya
makanan sehat
produk
dilarang
konsumen,
pengganti
tersebut hanyalah
suplemen terhadap makanan pokok.
Pertimbangan
etika juga harus menjadi sebuah prinsip pokok (axial
principle) bagi seluruh
organisasi,
keputusan
dalam melakukan
dikatakan
sebagai
tersebut juga
harus
terutama
segala
sekali bagi setiap pengambil
aktivitas.
rnesin pernbuat keputusan,
Semenjak
maka
organisasi
tentunya
mesin
membuat keputusan yang dipenuhi oleh nuansa etika.
83
Artinya, pandangan etikalah yang akan
setiap
keputusan
tersebut
yang
menandakan
memandu
organisasi
bahwa
dalam
bisnis dan kelangsungan
persaingan
terhadap
istilah
penjaga
etikalah
yang akan
melakukan kegiatan usahanya. Pertimbangan
organisasi
dalam mempertahankan
hidup organisasi
adlah
"penjaga"
tentang
hanya pertimbangan
yang tangguh,
usaha
menjadi
diambil. Pengertian
etika juga akan menolong
depan, organisasi
selalu
pad a masa depan. Pada masa
berkualitas,
organisasi
pertumbuhan
dan kuat dalam menghadapi
yang
merupakan
mesin pembuat
keputusan berkualitas atas "ikatan" terhadap pertimbangan etika dalam proses
pembuatan
sudah
keputusannnya.
tidak
dapat
Pad a masa
depan,
lagi mengikutsertakan
pengambil
ide pemikiran
keputusan
dasar tentang
manusia dalam ilmu ekonorni; manusia ekonomi rasional (rational economic
man), yang tentunya berperilaku secara rasional (rational behaviour).
Perilaku
yang
rasional
dijelaskan
sebagai
perilaku
pemenuhan
kebutuhan ekonomi yang didorong oleh pandangan individualistis. Pandangan
rasional dalam ilmu ekonomi dapat disamakan dengan pemenuhan kebutuhan
dan keinginan atas kepentingan sendiri. Mengikutsertakan kesejahteraan orang
lain. pandangan mengenai tindakan sosial dalam kegiatan ekonomi mengandung
implikasi
pembatasan
atas
pemenuhan
hak
individual.
Dorongan
untuk
memenuhi kepentingan diri merupakan sesuatu yang dianggap alamiah, sebuah
pandangan moral yang dapat dianggap setara dengan hukum gravitasi di alamo
Dorongan tersebut bukan sebuah dosa yang harus ditanggung, namun merupa­
kan kewajaran atas hakekat kemanusiaan. Prinsip dasar ilmu ekonomi bahkan
menegaskan bahwa pelaku kegiatan ekonomi digerakkan semata-rnata oleh
pemenuhan kepentingan diri. Dengan kata lain, pemenuhan kegiatan ekonomi
yang menyeluruh hanyalah merupakan kumpulan dari pemenuhan kepentingan diri
setiap individu. Menurut pandangan ilmu ekonomi, satu-satunya tanggung jawab
sosial,
kewajiban
manusia terhadap
masyarakat
adalah
menghasilkan
keuntungan dan kemakmuran bagi diri. Dimana tindakan tersebut pada akhirnya
akan menghasilkan kemakmuran bagi masyarakat. Keputusan yang diambil
dalam
pemenuhan
kebutuhan
dan
keinginan
diri
adalah
meningkatkan
keuntungan diri dengan menekan pihak lain. Optimalisasi ala Pareto menegas­ kan
bahwa kondisi yang paling efisien, yang paling optimal dalam memuaskan
84
kebutuhan
adalah dengan menyebabkan orang
lain menjadi
lebih buruk
kondisinya. Jargon utama yang dipakai adalah: "Selalu harus ada pengorbanan
(pihak yang dikorbankan) untuk mencapai 'kernakrnuran bersama'", Pandangan ini
menghilangkan kondisi saling menang (win-win solution) dalam kegiatan ekonorni,
dan memunculkan kondisi
menang-kalah (win-lose solution).
Pan­ dangan
normatif mengenai "apa yang seharusnya! yang sebaiknya! yang ideal" digantikan
oleh pandangan positif; "bagairnana kenyataannya". Oleh hal asumsi dasar ini
pertimbangan moral/ etika! akhlak dikesampingkan dalam mencapai tuj uan.
Paradigma egosentrisme (self interest behaviour) yang merupakan warisan
tunggal dari masa kebangkitan terus tumbuh berkembang selama masa
keemasan ilmu ekonomi. Perkembangan yang berIangsung hampir dua abad
terse but meninggalkan "sejumlah artifak pemikiran besar (artifacts of grand idea)"
terhadap kaj ian lain yang berkembang kernudian, seperti manajemen dan teori
organisasi. Manajemen keuangan sebagai contoh, memberikan batasan ketat
tentang pandangan etika dalam kaj ian tersebut.
Manajemen keuangan merupakan kajian tentang pemanfaatan
untuk mencapai
tujuan.
Kajian
tersebut
berbicara
tentang
uang
bagaimana
mendapatkan
dana (problem of how) dan bagaimana
of where).
Semenjak
maka manajemen
manusia
keuangan
merniliki
menginvestasikan
tujuan
yang
tidak membicarakan
perputaran uang
tidak
dibicarakan
dibicarakan
dalam konteks nilai
keputusan
dalam
besar
terhadap
(increasing
the
"bagaimanapun
tersebut.
metode
value
caranya"
Sebagai
pertimbangan
dalam
of
money
at
all
ini menghilangkan
contoh:
manajemen
etika, pandangan
etika,
Artinya,
hanya menaruh
"pembiakkan uang"
dicapai,
dari
dalam kegiatan apa.
konteks
ekonomi-keuangan.
manajemen keuangan
hendak
tentang darimana,
sumber mana dana didapat, dan hendak diinvestasikan
Arus
dana (problem
namun
pengambil
perhatian
bagaimanapun
yang
caranya
costs). Pandangan
tentang
pertimbangan etika dari kajian
keuangan
sosial-lingkungan
tidak
memba­ has
dalam kasus pendirian
usaha penambangan emas seperti PT Freeport Gold Mining di Irian Jaya.
Pandangan manusia rasional ekonomi dengan demikian dapat dikatakan
85
sebagai pandangan yang tidak menilai manusia sebagai makhluk sosial yang
memiliki etika
(socio-ethical man). Manusia
memasukkan pertimbangan
etika dalam
rasional
ekonomi
pengambilan
hal terse but tidak relevan dengan kaidah-kaidah
tidak
keputusan,
pencapaian
perlu
karena
tujuan yang
dianut secara umum. Sedang menurut pandangan manusia sebagai makhluk
sosial-beretika,
manusia selain merupakan
juga harus menjadi
manusia yang
ekonomi.
Semenjak
keputusan,
maka tentunya
keputusannya
manusia
Langkah-langkah
beretika
dalam
melakukan
juga merupakan
seluruh
didasarkan
manusia ekonomis rasional, dia
aktivitas dalam
sepenuhnya
pengambilan
makhluk
proses
kegiatan
pengambil
pengambilan
atas pertimbangan
keputusan
etika.
sebagaimana yang diisyaratkan
dalam pandangan rasionalitas dan rasionalitas yang dibatasi dengan demikian
harus seluruhnya berada dalam lingkup pertimbangan etika.
B. Pertimbangan Etika dan Perilaku Organisasi
Semenjak
lingkup organisasi,
keputusan
manajer
maka
melakukan
tentu
pengambilan
bahasan
keputusan
mengenai
etika
dalam
pengambilan
tidak Jengkap tanpa kita membahas tentang etika dalam lingkup
perilaku organisasi. Disiplin perilaku organisasi merupakan "panduan" yang
baik untuk memahami dan meningkatkan peran etika dalam organisasi, dalam
pengambilan
keputusan. Bila pemahaman
yang benar didapatkan
melalui
disiplin tersebut, maka perilaku tidak etis dalam pengambilan keputusan dapat
kita hindari.
Etika (ethic) merupakan
sebuah sistem mengenai
atau ni lai. Etika juga merupakan
moral
dan
nilai tertentu.
bahasan tentang
cara pandang terhadap sebuah standar
Etika-etika
(ethics) merupakan
moral dan pilihan. Kajian tersebut
dikotomis cara pandang: baik­ buruk, benar-salah,
remang-remang"
tentang
standar moralitas
studi mengenai
membahas
dan sejumlah
sesuatu yang dapat dikelompok
dua sisi
"wilayah
pada salah satu
sisi; hitam atau putih, dan tidak pernah abu-abu, Kaj ian tentang moral ini
memiliki batasan yang ketat tentang kategorisasi suatu tindakan, solusi, pilihan,
dan bahkan konsekuensi. Implikasi dari etika akan selalu muneul dari setiap
keputusan yang diambil. Para pengambil keputusan dalam hal ini diisyaratkan
untuk memiliki komitmen terhadap
penerapan
moral
dalam
pengambilan
86
keputusan, dan memiliki keberanian untuk selalu menerapkan prinsip etika
dan moralitas dalam beraktivitas sehari-hari. Studi tentang moralitas, kajian
mengenai etika ini idealnya sudah meresap dalam budaya organisasi. Bila resapan
pandangan etika berlangsufg dengan sempurna, maka etika dalam pengambilan
keputusan tidak lagi menjadi jargon pemanis semata. Oleh karena itu, manajer
membutuhkan kerangka berpikir konseptual guna memahami bagaimana membuat
keputusan yang beretika.
Etika-etika atau etika pengambilan keputusan (decision-making ethics)
merupakan studi tentang penerapan pertimbangan-pertimbangan moral dalam
proses
pengambilan
keputusan.
Semenjak
proses
tersebut
menunjukkan
sejumlah langkah menuju pada pemilihan atas satu alternatif solusi atau
tindakan, maka kaj ian ini membahas tentang pertimbangan moral yang selalu
muneul pad a setiap tahap pengambilan keputusan. Kajian ini khusus membahas
tentang etika, dan tidak membedakan apakah suatu keputusan didasarkan atas
tesis rasional atau rasionalitas yang dibatasi, jenis keputusan, dan segala hal
yang terkait dengan pengambilan keputusan. Tujuan akhir dari studi ini adalah
meneiptakan eara pandang yang mantap mengenai pentingnya pertimbangan
moral, etika pada setiap tahap pengambilan keputusan. Dengan kata lain, etika
pengambilan
keputusan
memiliki ruang
lingkup yang
luas, dimulai
dari
pertimbangan etika dalam penentuan tujuan, pertimbangan etika dalam proses
pengambilan
keputusan,
tahap penerapan
tujuan
sampai
kepada
dan tahap
pertimbangan
mekanisme
feed
etika
dalam
back pertimbangan
etika bagi pencapaian tujuan selanjutnya pada masa depan.
Untuk sampai
keputusan, maka
aspek
pada tahap penerapan
manajer
perlu
yang mempengaruhi
moralitas
memahami
dalam pengambilan
faktor-faktor
atau
aspek-
perilaku yang beretika dan tidak beretika (ethical
and unethical behaviour). Namun sebelum diskusi berjalan jauh, pembahasan
tentang etika dalam kajian pengambilan
mata
disiplin manajemen
keputusan
akan dilihat dari kaca
dan perilaku organisasi. Oleh pisau yang dipakai
adalah dua kajian tersebut, maka definisi tentang etika dan etika-etika yang
dipakai
disesuaikan dengan
manajemen
dan
sejumlah
perilaku organisasi.
konsep
Pandangan
yang
terdapat
mengenai
etika
dalam
atas
87
disiplin
lain seperti: agama dan filosofi, berada di luar diskusi ini. Kerangka
berpikir untuk memahami
perilaku etissl tidak etis dapat ditunjukkan
melalui
gam bar model perilaku etis dan tidak etis dalam organisasi .
Terdapat
sejumlah faktor ekstemal
dan internal yang mempengaruhi
perilaku pengambil keputusan di organisasi. Pada lingkungan eksternal dapat
terlihat
ada
faktor-faktor
yang
yang
mempengaruhi
mempengaruhi
perilaku
secara
melalui
langsung perilaku,
lingkungan
dan
internal. Faktor
perubahan kondisi ekonomi dan politik mempengaruhi perilaku melalui desain,
struktur, dan budaya organisasi. Tiga faktor tersebut kemudian mempengaruhi
lingkungan internal organisasi Faktor dominan (namun bukan utama)
dapat
mempengaruhi
perilaku
pengambil
keputusan
yang
dalam organisasi
adalah budaya organisasi.
Budaya
organisasi
(organisational or corporate culture) itu sendiri
merupakan sebuah sistem tata nilai yang dibagi oleh seluruh anggota suatu
organisasi
yang berkaitan
keyakinan
mengenai bagaimana
sebuah
perusahaan
perwakilan
dari
kelompok.
dengan
hal
penting,
dan
serangkaian
fenomena dunia ini berjalan. Budaya dari
atau organisasi
bentuk
yang
dapat
dinyatakan
interaksi kelompok
Budaya perusahaan
sebagai
dan harapan-harapan
mencakup sejumlah
faktor
kunci:
sebuah
dari
norma,
keyakinan, tata nilai, standar, ritual, struktur, nuansa, dan tipe dari interaksi
yang diharapkan
keseluruhan
tindakan.
terjadi
di perusahaan.
kebijaksanaan
Konsep
manajemen,
dari budaya
Budaya perusahaan
prosedur,
perusahaan
mencakup
tujuan, strategi,
menekankan
dan
pada akumulasi
reflektif atas persepsi bawah sadar yang disebarluaskan kepada para anggota
suatu
organisasi.
Persepsi
ini dapat
meliputi
kata,
tindakan,
rasa,
keyakinan, dan niIai terhadap sesuatu.
Faktor lingkungan internal ini mempengaruhi tata nilai yang dianut seluruh
anggota organisasi. Bila tata nilai yang terbangun adalah baik, maka akan
terbentuk cara pandang ten tang bagaimana mengelola organisasi yang baik
pula. Perubahan cara pandang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja
manajemen
Semenjak
dan sistem pengawasan
manusia
yang berbeda-beda,
merupakan
maka seluruh
perilaku seluruh anggota organisasi.
aktor
yang
selalu
memainkan
peran
faktor, baik internal maupun eksternal
88
tersebut akan mempengaruhi pandangan sang aktor tentang bagairnana peran
seharusnya dimainkan
dalam organisasi.
Peran yang dimainkan
tentunya
berada dalam koridor "skenario" yang telah dirancang organisasi. Oleh karena
itu, organisasi perlu
membangun
sebuah
sistem
pengawasan
perilaku
yang baik. Sistem pengawasan perilaku yang baik akan mendorong timbulnya
kinerja manajemen yang
membantu
berkualitas.
terbentuknya perilaku
Tujuan
yang
akhirnya
beretika,
tidak
lain adalah
termasuk
dalam
hal
pengambilan keputusan.
Kinerja
manajemen
karena keduanya
dan sistem pengawasan
bertindak
sebagai
sebuah
"rnekanisme
(filtering mechanism)", yang bertugas menyaring
dengan pencapaian
tujuan
sejumlah bentuk kongkrit,
pegawai
organisasi.
seperti
penyaringan
perilaku yang tidak sesuai
Mekanisme
Daftar Penilaian
terse but mempunyai
Pegawai
(DP3)
untuk
negeri. Mekanisme penyaringan mernilah-milah manajer yang baik
dan manajer
yang buruk. Dalam sebuah mekanisme
sistem pencatatan perilaku yang baik merupakan
adanya
yang baik ini penting
sebuah
sistem
yang berkualitas,
penyaringan,
suatu
sebuah keharusan. Tanpa
masalah perwakilan (problem of
trusteeship) sebagai akibat adanya penyimpangan tindakan oleh adanya konflik
kepentingan
organisasi.
(conflict of interest) akan mendatangkan
Masalah perwakilan
yang muncul
merupakan
perilaku yang tidak beretika, oleh sebab buruknya
sistem pengawasan
Faktor
belakang pendidikan,
lain yang
keluarga,
mempengaruhi
dan media.
mempengaruhi
persepsi pengambil
Cara pandang
perwujudan
dari
kinerja manajemen
dan
perilaku
Faktor-faktor
adalah
latar
ini tidak
dapat
perilaku. Namun faktor-faktor
mempengaruhi cara pan dang (lebih tepatnya
dan
near bagi
perilaku dan tindakan manajer.
eksternal
dikatakan langsung
kerugian
keputusan,
gaya pemikiran)
tersebut
yang dianut
tentang tat a nilai dan prinsip moral.
dan persepsi tentang tata nilai dan prinsip moral kemudian
akan mengalami proses penyaringan setiap saat. Organisasi yang merupakan
mesin pembuat keputusan dengan
penyaringan
proses
perilaku
pembuatan
demikian
para anggotanya
selalu melakukan
setiap
keputusan. Mekanisme
saat,
mekanisme
termasuk
dalam
yang baik akan menghasilkan
89
sejumlah
keputusan
yang
dilandasi oleh nilai etika, dan demikian
pula
sebaliknya.
Sernenjak
perilaku
seorang
dipengaruhi oleh sejumlah
pengambil
keputusan
faktor, yang kemudian
mengalami
proses penyaringan,
kerangka
pemikiran yang
akan
perilakunya
selalu
akan selalu
maka tentu pengambil keputusan memiliki
berbeda
tentang
bagaimana
seharusnya
pengambilan keputusan dilandasi oleh etika. Manajer dapat mempertanyakan
tentang
etika
apa
yang
dianut organisasi
dalam pengambilan
keputusan.
Manajer juga dapat mempertanyakan tentang bagaimana proses pengambilan
keputusan, penentuan pilihan tentang sebuah
Perbedaan
faktor-faktor
dan persepsi
yang
pengambil
proyek
mem­ pengaruhi
keputusan
dilandasi
perilaku,
tentang etika
oleh etika.
cara pandang
menghasilkan
konsep
mengenai kriteria atas etika dalam pengambilan keputusan.
Kriteria
pedoman,
saling
dalam
ini dapat
disamakan
terhadap
etika.
atau preferensi
bekerja
sebuah
hal
sarna dalam
keputusan,
sebuah
dengan
Walau
tim yang
cara
pengambil
pandang,
keputusan
kokoh untuk menentukan
namun tetap saja perbedaan kriteria atas etika ini akan
selalu muncul. Setiap perbedaan kriteria akan menghasilkan perbedaan dalam
penggunaan
pendekatan,
pengambilan
keputusan
metode, konsep
yang
atau
bahkan
teknik
terhadap
akan dilandaskan pada etika.
C. Kriteria Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Pengambil
keputusan dalam organisasi dapat menggunakan
kriteria pengambilan
beberapa
keputusan beretika: atas paham manfaat (utilitarianism),
fokus atas hak (rights), berdasarkan
pemenuhan kewajiban
atas keadilan (justices, fokus terhadap
(obligations) dan
atas
pandangan
efek
reputasi
(reputation effect). Setiap kriteria memiliki kekuatan dan kelemahannya masingmasing,
dan setiap kriteria tidak dapat dikatakan sebagai kriteria yang terbaik.
1. Paham Manfaat
Kriteria yang pertama didasarkan semata-mata atas hasil atau konsekuensi
dari sebuah keputusan.
Paham manfaat ini menunjukkan
keputusan dibuat untuk menghasilkan
jumlah
terbesar
kebaikan/
bahwa suatu
manfaat terbesar bagi
(to provide the greatest good for the greatest number).
90
Pandangan
kegiatan
ini memiliki konsistensi
bisnis:
dengan tujuan yang hendak
efektivitas, efisiensi,
yang tinggi. Pandangan
keputusan
dalam
seksama,
paham
produktivitas,
ini juga mendominasi
kegiatan
kualitas
dan laba
pemikiran para pengambil
bisnis selama ini. Bila diperhatikan
ini memiliki
diraih
akar pada pemikiran
secara
manusia rasional
ekonomis peninggalan pandangan ekonomi klasik. Dengan meningkatkan
kinerja
organisasi
untuk
meraih
tingkat
(Return On Investment, ROI) sebesar
pengembalian atas investasi
18 %, pengambil
keputusan dapat
mengatakan bahwa mereka telah rnenjarnin dan menyediakan
yang menyeluruh
bagi semua pihak. Nilai ROI tersebut pada akhirnya
akan dialokasikan
kembali
kepada
Keputusan
untuk merelokasikan
Indonesia
ke Vietnam merupakan
pandangan
kebaikan
seluruh
pemilik
pabrik manufaktur
Kekuatan
efisiensi
dan
demikian
difokuskan
dari pandangan ini
produktivitas
terutama
menurut
adalah
dari kriteria
penilaian
dapat
faktor
meningkatkan
organisasi. Pertimbangan
sekali
daya.
elektronik Sony dari
contoh kasus berikutnya
etika atas dasar paham manfaat
ekonomis.
sumber
etika
dengan
terhadap bagaimana tujuan akan
diraih. Namun kelemahan dari paham ini adalah paham ini dapat menekan
hak-hak individu yang memiliki posisi minoritas dalam organisasi.
itu,
pandangan
parsial,
yang
Sehingga
atas
etika
ditujukan
berdasarkan
semata-mata
bisa terjadi
pertimbangan
paham
terhadap
etika
ini
adalah bersifat
pencapaian
selama
Selain
proses
tujuan.
penetapan
tujuan sampai pernilihan alternatif solusi tidak dilakukan.
2. Fokus Pemenuhan Hak
Kriteria
kedua
mendiskusikan
hak-hak indivual,
tepatnya
etika sebagai
hak
azasi
keputusan
yang berlandaskan
menandakan
bahwa proses pengambilan
harus
memberikan
tempat
atas
etika
bagian
manusia.
menurut
keputusan,
bagi penghargaan
(respecting and protecting) atas hak mendasar individu.
tersebut
dapat
kemerdekaan
berupa
hak atas
untuk mengemukakan
hak untuk mendapatkan
perlakuan
kebebasan
dari pemenuhan
Pengambilan
pandangan
ini
sebuah keputusan,
dan
perlindungan
Dimana
hak-hak
pribadi (right to privacy),
pendapat (right to free speech), dan
dan lingkungan
kerja
yang layak
91
(right to healthy working environment). Kekuatan dari pandangan
proses pengambilan
yang menghargai
keputusan akan memasukkan
ini adalah
pertimbangan
etika
seluruh hak azasi manusia, hak para pekerja, dan
melindungi seluruh anggota organisasi dan stakeholders dari tindakan yang
tidak
beretika. Selain itu, kriteria ini juga konsisten
dengan pasal-pasal
mengenai perlindungan hak-hak azasi manusia dalam kegiatan bisnis yang
disepakati oleh masyarakat internasional. Kelemahan dari kriteria ini adalah
fokus yang berlebihan terhadap hak-hak
menjadi
bumerang
azasi
yang mengurangi tingkat
organisasi.
Pengurangan
memberikan
efek
negatif
tingkat
bagi
manusial
efisiensi
tersebut pada
pertumbuhan
pekerja
dapat
dan produktivitas
akhirnya
akan
organisasi dalam jangka
panjang. Contoh kasus; kebangkrutan beberapa perusahan tekstil di Jawa
Barat.
sedang
Para karyawan
perusahaan
meminta
hak upah minimun
tidak dapat memenuhi
mereka
permintaan
dipenuhi,
mereka
oleh
kondisi perusahaan yang sedang kesulitan keuangan oleh kegiatan ekonomi
yang tidak menentu. Hal tersebut juga diperparah oleh praktek high cost
economy yang berlaku di Indonesia.
Paksaan untuk memenuhi
mereka mau tidak mau menghabiskan
cadangan
keuangan
hak-hak
perusahaan,
yang pada akhirnya berimbas pada total persed iaan dana perusahaan.
3. Berdasarkan Pertimbangan Keadilan
Kriteria
ketiga
didasarkan
dimaksud dengan
keadilan
atas
pertimbangan
dalam
keputusan
yang berlangsung
menekankan
pada
di
hal
ini?
keadilan.
Proses
organisasi
pentingnya penerapan
Apa
yang
pengambilan
dilakukan
dengan
aturan main yang jelas, adil,
dan tidak memihak satu pihak tertentu. Menurut pandangan ini etika dalam
pengambilan keputusan merupakan kasus penentuan
posisi yang tepat
mengenai
akan menghasilkan
bagaimana
keseimbangan
risiko,
secara
sebuah
keputusan
distribusi manfaat! keuntungan
merata
di
seluruh
dan juga biaya, dan juga
organisasi.
Semenjak
organisasi
merupakan sebuah sisteml mesin pengambilan keputusan, dimana setiap
orang yang bergabung
adalah bagian dari mesin terse but, maka tentu
keseimbangan distribusi
harus terjadi. Contoh kasus dari kriteria tentang
etika ini adalah permintaan
serikat pekerja untuk meminta pembayaran
92
gaji atau upah yang sarna rata untuk sebuah pekerjaan tanpa memandang
perbedaan kinerja.
Namun tentunya kasus tersebut merupakan perwujudan yang salah dari
kriteria ini.
Untuk
kriteria
keadilan,
bukan penya­ marataan
adalah
keadilan
yang
pencapaian
dituju.
akan melindungi
yang cenderung
tidak
praktek-praktek
bisnis
kesejahteraan
merata
Kekuatan
bagi
dan
ini
golongan minoritas
mendukung
memberikan keadilan, keseimbangan,
ini menimbulkan
penyamarataan,
kriteria
Selain itu, pandangan ini juga
yang
dan
di organisasi dan lemah dari
stakeholders. Kelemahan
adalah sebagaimana yang telah disampaikan
itu pandangan
dari
kepentingan
memiliki perwakilan
segi otoritas dan kekuasaan.
keseimbangan,
dan
dari kriteria ini
pada contoh kasus. Selain
seman gat untuk selalu mencapai tahap
bukan
keseimbangan. Kesalahkaprahan
semangat
untuk
pandangan
meneapai
tersebut
tahap
pada
akhirnya
dapat mengurangi inovasi, efisiensi, dan produktivitas organisasi. Bila tidak
hati-hati, kriteria
tentang
etika
atas
dasar
keadilan
akan
memandu
pengambil keputusan pada pandangan raneu atas konsep sarna rata, sarna
rasa.
4. Fokus Pemenuhan Kewajiban
Organisasi didirikan untuk memenuhi dua tujuan; pencapaian tujuan pribadi
dan tujuan sosiall umum. Pandangan kedua menghasilkan
corporate responsibility. Organisasi
kemampuan tinggi
Tanggung
besar
dalam
jawab organisasi
nilainya
organisasi.
organisasi
mengabaikan
yang efektif dapat dipastikan
menyeimbangkan
terhadap
dengan tanggung
Tanpa
tidak
peran
pencapaian
masyarakat
jawab
berjalan
tanggung
dengan
jawab
memiliki
dua
sesungguhnya
mereka
masyarakat (konsumen),
dapat
konsep social/
terhadap
maka kegiatan
baik. Organisasi
sosialnya
tujuan.
sarna
pemilik
bisnis
yang
terhadap lingkungan
akan mengalami kerugian besar dalam jangka panjang. Terlebih lagi bila
konsumen menilai sebuah produk tidak hanya dari fitur yang diperlihatkan,
namun
juga
dari
Gerakan konsumen
perlindungan
peran
hijau
serta
organisasi
terhadap
dan
pendirian
yayasan
konsumen merupakan
bukti
kegiatan
tentang
lembaga
sosial.
dan
pentingnya
93
pemenuhan
kewajiban
tanggung
organisasi
sebagai
jawab
terhadap
kode etik dalam
organisasi.
sosial dilakukan
Penetapan
organisasi.
masyarakat dengan
penentuan
tujuan
demikian
sejumlah kebijakan
organisasi,
Pemenuhan
dan
dijadikan
dan strategi
proses pengambilan
keputusan untuk menemukan solusi terhadap pencapaian tujuan dengan
demikian
akan selalu diisi oleh sejumlah pertimbangan
"penentuan
etika mengenai
porsi" dari peran tanggung jawab sosial organisasi.
Contoh
kasus: sebuah perusahaan hendak mengeluarkan produk baru. Perusahaan
tentu harus mempertimbangkan
tersebut
strategi promosi yang tepat agar produk
laku. Di sisi lain, perusahaan
sosialnya
kepada
masya­ rakatl
juga harus menunjukkan
konsumen.
Pertanyaan
tugas
yang
diajukan adalah: bagaimana peru sa­ haan dapat menyeimbangkan
harus
antara
kegiatan promosi dengan kegiatan sosial?
5. Pandangan Terhadap Efek Reputasi
Salah satu pengaruh penting penerapan pertimbangan etika dalam pengambilan
keputusan adalah untuk meraih efek reputasi organisasi. Kriteria ini tidak terlalu
jauh berbeda dengan kriteria pemenuhan hak, keadilan, dan tanggung jawab
sosial.
Organisasi yang selalu menjadikan etika· sebagai landasan dalam
kegiatan bisnis akan dinilai positif oleh konsumen dan rekanan bisnis. Penilaian
positif merupakan prasyarat utama bagi organisasi untuk mendapatkan kriteria
organisasi bereputasi baik, dimana hal tersebut merupakan harta terbesar bagi
organisasi.
Dalam
tentunya) diistilahkan
laporan
keuangan,
efek
reputasi
(yang
baik
sebagai good will. Dimana letak dari efek reputasi
terse but adalah di sisi aktiva.
Hal
ini menandakan
bahwa
reputasi
merupakan hasil "investasi" tindakan, kebijakan dan strategi yang dipenuhi
oleh pertimbangan-pertimbangan etika.
didasarkan
atas pertimbangan
Pengambilan
keputusan
kriteria etika ini selalu akan berpikir untuk
menemukan cara melakukan investasi yang dapat menghasilkan
yang baik bagi organisasi. Efek reputasi membantu menjelaskan
manajer
organisasi
tidak
dan pegawai
merupakan
membangun
berperilaku
mengikuti
aturan
sebuah sistem, maka sebuah
budaya
yang
dan standar
reputasi
mengapa
etika. Semenjak
organisasi
etika sebagai
yang
pilar kegiatan
94
bisnisnya akan memberikan
efek reputasi yang negatif bagi anggotanya.
Pihak luar pada umumnya menilai dengan memakai cara pandang "pukul
rata" terhadap
para pengambil
mengindahkan
etika
keputusan
di organisasi
yang
tidak
sebagai "orang yang tidak memiliki etika". Walau
berlaku peribahasa "karena nila rusak susu sebelanga", namun tetap saja
persepsi manusia sulit diubah.
Perilaku
tidak
dilakukan sebagian
seluruh
etis,
penyimpangan
pengelola
anggota organisasi
organisasi
perilaku,
dan
tindakan
akan memberikan
dan tentu memberikan
yang
imbas pada
efek reputasi
negatif.
Nilai good will yang rendah merupakan indikator terbaik bagi pihak luar dalam
menilai perilaku etis pengambil
keputusan
kasus adalah kumulatif perilaku
tidak etis yang ditunjukkan
pengelola
organisasi perbankan,
uang nasabah
yang terwujud
yang besar, membuat
membantu
keputusan
ditujukan untuk meningkatkan
kriteria
etika
atas
dasar
tentu
ban yak
maka kriteria efek reputasi
oleh beberapa
pengelola
keputusan
reputasi di mata masyarakat.
yang
Sebagaimana
kewajiban tanggung jawab
akan memberikan
bank
perilaku. Efek reputasi
dalam menghasilkan
pemenuhan
Contoh
menilai buruk terhadap
tidak melakukan penyimpangan
pengambil
organisasi.
pad a tingkat pembobolan
masyarakat
hampir seluruh sistem perbankan. Walau
yang sesungguhnya
di sebuah
sosial,
manfaat yang besar dalam
jangka panjang. Dan kriteria ini membantu keberlangsungan hidup perusahaan
dalam jangka
terbangun
atau
panjang.
Kelemahan
dari kriteria
ini adalah
efek reputasi
melalui perilaku yang beretika. Artinya, efek ini merupakan hasil
akibat
dari
sebab
perilaku
beretika.
Ketika
sejumlah
organisasi gagal menerapkan perilaku etika dalam pengambilan
anggota
keputusan,
maka seluruh anggota organisasi akan terkena "getahnya". Oleh karenanya
penting
bagi
organisasi
memantau
penerapan
dari
kriteria
ini
dalam pengambilan keputusan.
Para pengambil keputusan di organisasi yang "bermazhab
untuk selalu
mendapatkan
laba
(for profit
dogmatis"
only organisation), cenderung
lebih menyukai pandangan etika atas dasar paham manfaat. Hal ini masih
berlaku dalam sejumlah praktek bisnis pada saat ini. Berdasarkan
pertama seluruh
keputusan
yang
diambil
organisasi
selalu
kriteria
diorientasikan
95
untuk mencapai:
organisasil
kepentingan
kepentingan
individu
pemegang
(self
saham
interest) dan
(the
interest
of
kepentingan
organisation/
stockholders). Lalu kemana kepentingan stakeholders? Oleh pertanyaan tersebut,
kriteria keadilan, pemenuhan
hak
azasi,
pemenuhan
kewajiban,
dan efek
reputasi dimajukan sebagai penyeimbangan pandangan pertama. Seluruh kriteria
pada
akhirnya memberikan
kerangka
berpikir
yang
baik
bagi
pengambil
keputusan dalam menerapkan pertirnbangan-pertimbangan etika terhadap proses
pengambilan keputusan.
Pernyataan
ini menandakan bahwa suatu proses
pengambilan keputusan, baik yang berlandaskan atas pandangan rasional maupun
rasionalitas yang dibatasi, dan berjenis terstruktur maupun tidak terstruktur,
akan didasarkan atas pertimbangan etika berlandaskan atas sejumlah kriteria
tersebut. Dimana dalam hal ini kriteria-kriteria etika tersebut dapat dibagi menjadi
sub­ sub kriteria yang menunjukkan sejumlah pertimbangan etika, yang tentunya
dianggap relevan terhadap pencapaian tujuan.
Kriteria-kriteria etika yang dijelaskan di atas tentunya tidak dapat diambil
begitu saja mentah-rnentah. Tidak terdapat kriteria terbaik yang dapat diguna­ kan.
Kriteria tentang etika dalam pengambilan keputusan akan dipengaruhi oleh
lingkungan eksternal organisasi. Artinya, penerapan dari setiap kriteria akan
dipengaruhi
oleh
perubahan
variabel
lingkungan yang
pesat.
Pengambil
keputusan dapat saja menggunakan gabungan kriteria untuk menghasilkan
sejurnlah
pertimbangan· etika
dalam
pengambilan
keputusan.
Memajukan
pandangan dikotomis bukanlah sebuah cara yang elegan. Seluruh kriteria ini
membantu pengambil keputusan dalam menilai apakah sebuah alternatif solusi,
tindakan beserta konsekuensinya sudah memasukkan pandangan etika atau
belum. Semenjak proses pengambilan keputusan dibantu oleh penggunaan
sejumlah teknik pengambilan keputusan, maka tentunya kriteria di atas perlu
diintegrasikan dalam teknik-teknik pengambilan keputusan yang dipakai.
Pertimbangan etika yang digunakan dalam pengambilan keputusan juga
harus mempertimbangkan ,nilai etika yang dianut suatu bangsa. Setiap bangsa
atau suku bangsa mempunyai cara pandang tersendiri tentang etika. Pada
umumnya, faktor
keunikan budaya merupakan pandangan mendasar yang
menghasilkan perbedaan cara pandang terhadap etika. Sebagai contoh: di negaranegara Timur Tengah, memperlihatkan aurat wanita untuk sebuah iklan body lotion
96
di papan iklan merupakan hal yang melanggar etika. Namun bagi masyarakat barat,
iklan demikian bukan rnasalah. Iklan rokok di televisi pada saat ini di Amerika
merupakan hal yang melanggar kode etik periklanan, dan pemerintah sudah
melarang kemunculan iklan rokok di televisi. Di beberapa negara Asia, iklan rokok
masih dianggap sesuatu yang wajar, dan tidak melanggar etika. Walau muncul
gerakan etika untuk melarang kemunculan iklan rokok di televisi.
Ilustrasi paling baik dan paling sering tentang pertirnbangan etika di bidang
bisnis adalah kisah The
Body Shop. Kisah mengenai perusahaan yang
berwawasan lingkungan tersebut diikuti pada sejumlah buku teks pernasaran,
perilaku konsumen, atau etika bisnis. Perusahaan terse but rnenjadikan the
societal marketing concept sebagai pilar utama pendukung kegiatan bisnisnya, dan
hal tersebut bertepatan dengan kemunculan gerakan konsumen hijau di daratan
Eropa. Pertimbangan kriteria etika untuk mernenuhi kewajiban sosial sekaligus
meraih manfaat bisnis telah menjadikan perusahaan The Body Shop berhasil
meraih simpati konsumen di seluruh dunia. Kisah perusahaan tersebut merupakan
salah satu contoh terbaik tentang penggunaan pertimbangan etika dalam
pengambilan keputusan bisnis.
Perbedaan cara pandang tentang etika di setiap negara, atau masyarakat
tertentu, mendorong pengambil keputusan untuk mempertirnbangkan kriteria etika
yang cocok digunakan dalam kasus tertentu. Pertimbangan etika memang tidak dapat
digunakan secara pukul rata, namun pertimbangan tersebut disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi. Namun pada intinya, setiap rnanajer dan
organisasi harus selalu, dan wajib untuk, menerapkan pertimbangan-pertirn­
bangan etika dalarn pengambilan keputusan, dalam menentukan kebijakan dan
strategi bisnis. Pertimbangan etika tentu, merupakan sebuah pilihan: "Ethics now,
later, or never. You choose".
97
Download