Perancangan Peraturan Negara Pertemuan 2

advertisement
Materi Ke-2:
PERATURAN NEGARA
A. Tujuan instruksional Umum
B. Tujuan Instruksional Khusus
C. Isi Kuliah:
PASKA AMANDEMEN
Pasal 1 ayat (3) – Negara hukum
Pasal 5 ayat (1) – RUU
(fungsi pengaturan)
Pasal 5 ayat (2) – Peraturan Pemerintah
(fungsi pelaksanakan ( das der
Vollziehung)
Konsep Trias Politica sebagai separation of
power bukan distribution of power,
dinyatakan dalam pasal 1 ayat 2 UUD
1945
Peraturan Perundang-Undangan
Menurut S.J. Fockema Andrea
Istilah “perundang-undangan” (legislation
wetgeving, atau gesetzgebung)
mempunyai dua pengertian:
1. Perundang-undangan merupakan
proses pembentukan/proses
membentuk peraturan-peraturan
negara, baik di tingkat Pusat, maupun
di tingkat daerah
2. Perundang-undangan adalah segala
peraturan negara, yang merupakan
hasil pembentukan peraturanperaturan, baik di tingkat Pusat
maupun di tingkat Daerah
Landasan Peraturan Per-UU
Landasan filosofis (filisofische grondslag)
1. Harus ada pembenaran (rechvaardiging)
2. Sesuai dng cita-cita dan pandangan
hidup masyarakat , yaitu :
a. cita-cita kebenaran
(idee der waarheid),
b. cita-cita keadilan
(idee der gerechtigheid), dan
c. cita-cita kesusilaan
(idee der zedelijkheid)
Landasan Sosiologis
(sociologische grondslag)
Sesuai dengan keyakinan umum atau
kesadaran hukum masyarakat, harus
sesuai dng hukum yang hidup di
masayrakat (the living law)
Landasan yuridis (rechtsgrond)
dasar legalitas yang terdapat dari
peraturan per-UU yang lebih tinggi,
dapat dibedakan sbb:
1. Aspek formil : pemberian
kewenangan (bevoegdheid)
kepada sesuatu lembaga untuk
membentuknya;
2. Aspek material : substansi yang
harus diatur
Landasan Politis, Ekologis, Medis,
Ekonomis, dan lain-lain
menyesuaikan jenis atau objek yang
diatur oleh peraturan perundangundangan
KONSEP NEGARA HUKUM
Rechtsstaat
- Penyelenggaraan negara berdasar
Konstitusi yang tertulis
- Pembagian Kekuasaan Negara
- Perlindungan Hak-hak Asasi
Manusia
- Peradilan Administrasi (pemerintah)
Rule of Law
Persamaan dihadapan hukum
Penundukan pada hukum dan
peradilan yang sama
Peradilan yang bebas
(kemandirian peradilan)
Kewenangan
Atribusi
Delegasi
Diskresi
PERATURAN YANG BERSIFAT
REGELING
(Norma abstrak, umum dan deurhaftig)
Contoh : UU/Perpu,PP,Perpres,Perda
Peraturan yang bersifat beschikking
Mengikat kedalam
(Norma konkrit, individual, dan einmahlig)
Contoh : SK Presiden, Kepmen
Hal ini bisa juga untuk belaid regel (aturan yang
Berupa kebijakan pejabat negara)
Lembaga-lembaga Negara yang
berwenang
Presiden (pasal 4 ayat (1) UUD 1945, pasal 5 ayat
(1), Pasal 20 ayat (2) – berada di bawah judul
“KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA”
“Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintah menurut UUD”
PEMERINTAHAN NEGARA : (Van Volelenhoven)
Pemerintahan (regering) bisa berarti sebagai
lembaga (overheid), dapat pula berarti sebagai
fungsi, ada 4 fungsi negara dalam arti luas:
1. Ketataprajaan (bestuur)
2. Pengaturan (regeling)
3. Keamanan/kepolisian (politie)
4. Peradilan (rechtspraak) : hal ini dipisahkan
dalam konsep rechtstaat
Jellinek pemerintahan memiliki dua segi : formil
dan materil
Dalam arti formil mengandung kekuasaan
mengatur (Verordnungsgewalt) dan kekuasaan
Memutus (entscheidunggewalt)
Dalam
arti
materil
mengandung unsur
memerintah dan unsur melaksanakan (das
Element der Regierung und das der volziehung)
Menurt Van Wijk dan W. Konijnenbel bahwa
unsur pelaksanaan dapat berarti mengeluarkan
penetapan-penetapan
atau
perbuatanperbuatan nyata lainnya ataupun berupa
pengeluaran peraturan-peraturan nyata lainnya
ataupun berupa peraturan-peraturan lebih lanjut
(gedelgeerde wetgeving)
PASKA AMANDEMEN
Presiden menjalankan UUD 1945,
menjalankan GBHN, menjalankan
pemerintahan pada umumnya
Pasal 5 ayat (1) – RUU
(fungsi pengaturan)
Pasal 5 ayat (2)
Peraturan
Pemerintah
(fungsi
pelaksanakan (das der Vollziehung)
Konsep Trias Politica sebagai
distribution
of
power
bukan
separation of power, dinyatakan
dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945
Fungsi legislasi Presiden
Pasal 5 ayat (2) – RUU : belum memiliki
kekuatan hukum mengikat, materi muatan
diatur dalam UU nomor 10 tahun 2004
Tentang
Tata
Cara
Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (P3)
Terkait dengan substansi atau aspek
materil
Pasal 20 ayat (2) “ Setiap RUU dibahas
oleh
DPR
dan
Persiden
untuk
mendapatkan persetujuan bersama”
Terkait dengan aspek formil
Pasal 20 ayat (3) “ Jika RUU itu tidak
mendapat persetujuan bersama, RUU itu
tidak
boleh
diajukan
lagi
dalam
persidangan DPR msa itu”
Pasal 20 ayat (4) “ Presiden mengesahkan
RUU yang telah disetujui bersama “
Sifat pengesahan hanya deklaratoir bukan
konstitutif
Pasal 20 ayat (5) …”telah disetujui
bersama namun tidak disahkan”
dalam waktu 30 hari sah menjadi UU DAN
WAJIB DIUNDANGKAN
Fungsi Legislasi DPR
Pasal 20 A – fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan
Hak inisiatif pasal 21 UUD 1945 - badan legislasi
(Baleg)
RUU dapat juga dari DPD (berkaiatan dengan
otonomi daerah, perimabangan keuangan pusat
dan daerah, SDA daerah, pemekaran wilayah
(PASAL 22 D ayat (1)}
DPD ikut membahas RUU yang berkaiatan
dengan otonomi daerah (Pasal 22 D ayat (2))
D. Alamat Situs
Latihan Soal Ke-2
Download