HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN KOMUNIKASI

advertisement
Prosiding Konferensi Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia 2016
Vol. 1, No. 1, Hal 79-84
HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL MAHASISWA YANG MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL
“LINE”
Anisya Tri1, Ario Pamula Djati2, Citra Sukma Effendi3, Didik Setiawan4, Fristmia Manalu5,
Giva Amara Devega6
Fakultas Psikologi, Universitas Pancasila
Srengseng Sawah, Jakarta, 12640, Indonesia
1
Email: [email protected]
Abstrak
Self-disclosure merupakan hal yang fundamental dalam komunikasi interpersonal. Dalam penelitian ini,
peneliti mencoba mencari tahu hubungan antara variabel self-disclosure dengan variabel lain, yakni
komunikasi interpersonal. Partisipan penelitian ini terdiri dari 101 mahasiswa Universitas Pancasila
yang berusia 19-28 tahun, dan secara aktif menggunakan media sosial “LINE”. Penelitian ini
menggunakan Self-disclosure Scale untuk mengukur variabel self-disclosure, dan Interpersonal
Communication Inventory untuk mengukur komunikasi interpersonal. Adapun teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Teknik korelasinya adalah Pearson Product
Moment. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri
dari empat alternatif pilihan jawaban, yakni sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis alternatif (Ha) peneliti sebelumnya, yakni self-disclosure
memiliki hubungan positif dengan komunikasi interpersonal pada mahasiswa yang menggunakan media
sosial “LINE” (r=0.042, p=0.05). Hubungan yang positif ini mengartikan bahwa jika skor selfdisclosure tinggi maka skor komunikasi interpersonal juga tinggi, dan sebaliknya.
Kata Kunci: Keterbukaan diri, komunikasi interpersonal, mahasiswa
komunikasi yang paling banyak digunakan
masyarakat sekarang ini adalah media
sosial “LINE”.
Istilah percakapan atau komunikasi
berasal
dari
bahasa
Latin
yakni
communicate yang berarti berpartisipasi
atau memberitahukan sesuatu kepada
seseorang, memberi sesuatu kepada
seseorang, memberikan sebagian pada
seseorang, tukar menukar, membicarakan
sesuatu dengan seseorang, bercakap-cakap,
bertukar pikiran, berhubungan, berteman
(Hardjana
dalam
Suseno,
2012).
Sedangkan, Kreitner dan Kinicki (dalam
Suseno, 2012), mendefinisikan bahwa
komunikasi
respon
antara
sebagai
pertukaran informasi antara pengirim dan
penerima pesan, dan saling memberikan
PENDAHULUAN
Dunia informasi sekarang ini tidak
terlepas dari peranan teknologi. Teknologi
diciptakan untuk mempermudah berbagai
kegiatan
manusia.
Seiring
dengan
perkembangan
arus
informasi
dan
teknologi komunikasi, manusia semakin
membutuhkan berbagai fasilitas teknologi
yang mudah mengakses informasi dengan
cepat.
Komunikasi
yang
dulunya
memerlukan waktu yang lama dalam
penyampaian informasi, kini dengan
teknologi segalanya menjadi sangat dekat
dan tanpa jarak. Percakapan yang dilakukan
antar manusia tidak lagi harus bertatap
muka (face to face) secara langsung, namun
percakapan dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja melalui jejaring sosial yang
ada saat ini. Dan salah satu teknologi
[79]
respon antara individu yang terlibat dalam
komunikasi.
Ruang lingkup komunikasi pada
diri seseorang meliputi komunikasi
interpersonal
(interpersonal
communication), komunikasi intrapersonal
(intrapersonal communication), dan juga
hubungan yang mengandung unsur-unsur
memberitahukan
atau
berpartisipasi.
Penelitian ini berfokus kepada bagaimana
komunikasi interpersonal seseorang dengan
lingkungannya. Komunikasi interpersonal
itu sendiri merupakan suatu proses
komunikasi yang berlangsung antara dua
orang atau lebih, yang dilakukan secara
tatap muka maupun jarak jauh dimana
pengirim dapat menyampaikan pesan
secara langsung dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapi secara langsung
(Pace, 1979).
Saat ini, kesulitan berkomunikasi
karena alasan jarak terlalu jauh dapat
diatasi dengan adanya tekonologi di bidang
komunikasi. Begitu banyak produsen yang
menyediakan aplikasi untuk memudahkan
banyak orang dalam berkomunikasi, salah
satunya adalah media sosial “LINE”.
Seluruh lapisan masyarakat mengenal
teknologi komunikasi ini, dari mulai anakanak, remaja, mahasiswa sampai orangtua
atau orang dewasa. Dengan kata lain,
Indonesia merupakan pengguna “LINE”
terbesar kedua di dunia, setelah Jepang
dengan 30 juta pengguna Mahasiswa
adalah salah satu pengguna media sosial
“LINE” tersebut, dimana kebanyakan
mahasiswa
sekarang
ini
sering
menggunakan media sosial “LINE”.
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat
banyak mahasiswa dari fakultas psikologi,
ekonomi
dan
manajemen,
farmasi,
parawisata, hukum dan fakultas ilmu
komunikasi (angkatan 2013-2015) yang
menggunakan media sosial “LINE” sebagai
wadah untuk berdiskusi, berkirim pesan,
berbagi
informasi
seputar
dunia
perkuliahan atau postingan pribadi,
bergabung dengan komunitas, mengirim
foto atau videocall, berbelanja online,
berwirausaha dan lainnya.
Agar komunikasi interpersonal yang
dilakukan
dua
orang
atau
lebih
menghasilkan hubungan yang efektif, maka
setiap orang perlu memiliki sikap terbuka,
sikap percaya, sikap mendukung, dan
terbuka yang mendorong timbulnya sikap
yang paling memahami, menghargai, dan
saling mengembangkan kualitas. Kesediaan
seseorang untuk berbagi atau membuka
dirinya kepada orang lain lewat proses
yang dilakukan secara verbal diistilahkan
dengan self-disclosure (Magno, dkk, 2008).
Self-disclosure merupakan salah satu aspek
penting dalam komunikasi interpersonal.
Berdasarkan penjelasan yang telah
disampaikan, peneliti melihat bahwa
mahasiswa memiliki kecenderungan untuk
berinteraksi atau bersosialisasi dengan
sesama teman maupun orang terdekat
mereka dengan adanya keterbukaan dari
yang timbul oleh kepercayaan, perilaku
suportif dan sikap terbuka lewat media
sosial “LINE”. Dengan demikian, peneliti
berusaha untuk meneliti lebih jauh apakah
terdapat hubungan antara self-disclosure
terhadap komunikasi interpersonal pada
mahasiswa yang menggunakan media
sosial “LINE”.
METODE
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif
(quantitativeapproach) dengan menggunakan variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
(independent variable) pada penelitian ini
adalah self-disclosure
dan variabel
terikatnya (dependent variable) adalah
komunikasi interpersonal. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 101 mahasiswa
yang
berusia
19-28
tahun,
serta
menggunakan jejaring atau media sosial
“LINE” sebagai sarana berkomunikasinya
setiap hari bersama dengan teman-teman,
orangtua, pacar, dosen dan sebagainya.
Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah accidental
sampling, yakni pengambilan sampel
secara aksidental dengan mengambil kasus
atau responden yang kebetulan ada atau
[80]
tersedia di suatu tempat sesuai dengan
konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Metode pengumpulan data yang yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan kuesioner. Alat ukur variabel Selfdisclosure
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah Self-disclosure Scale
dari Magno, Causon, dan Figueroa (2008),
yang memiliki 31 item pernyataan dengan
empat alternatif pilihan jawaban yang
terdiri dari STS (sangat tidak setuju), TS
(tidak setuju), S (setuju), dan SS (sangat
setuju).
Sedangkan
alat
ukur
yang
digunakan untuk mengukur variabel
komunikasi interpersonal (interpersonal
communication) adalah menggunakan alat
ukur baku yang dibuat oleh Millard J.
Bienvenu, (1987), yaitu Interpersonal
Communication Inventory (ICI) dimana
skala ini berjumlah 40 item pernyataan
yang meliputi lima aspek, aspek-aspek
tersebut adalah self-concept, ability, skill
experience, emotion, dan self- disclosure
serta memiliki tiga pilihan jawaban yakni
iya, kadang-kadang, dan tidak. Metode
analisis
data
pada
penelitian
ini
menggunakan teknik korelasi Pearson
Product Moment (PPM) dari Karl Pearson,
dengan bantuan program SPSS 16.0 for
Windows. Pearson Product Moment
Correlation sendiri digunakan untuk
mengukur derajat dua arah dari hubungan
linear antara dua variabel (Gravetter &
Wallnau, 2007).
20 tahun sebanyak 35 mahasiswa (34,7%),
berusia 21 tahun sebanyak 7 mahasiswa
(6,9%), berusia 22 tahun sebanyak dua
mahasiswa (2,0%), berusia 23 tahun
sebanyak tiga mahasiswa (3,0%) dan
berusia 25 tahun yakni satu mahasiswa
dengan persentase sebesar 1,0%.
Berdasarkan hasil data diri dari 101
partisipan, terlihat bahwa ada 13
mahasiswa fakultas ekonomi (12,9%), 15
mahasiswa fakultas teknik (14,9%), 15
mahasiswa fakultas parawisata (14,9%), 13
mahasiswa fakultas psikologi (12,9%), 15
mahasiswa fakultas ilmu komunikasi
(14,9%), 15 mahasiswa fakultas farmasi
(14,9%), dan 15 mahasiswa fakultas hukum
(14,9%).
Total SD &
KI
Product Moment
(Pearson Correlation)
0,718
Sig. (2-tailed)
0,000
Hasil
analisis
data
diatas
menunjukkan bahwa korelasi antar dua
variabel self-disclosure dan komunikasi
interpersonal memiliki nilai koefisien
korelasi sebesar 0,718, dimana terdapat
hubungan yang kuat antara variabel selfdisclosure dan komunikasi interpersonal.
Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa
kedua variabel dalam penelitian ini
memiliki hubungan yang searah dan
bernilai positif; dimana jika semakin tinggi
skor variabel self-disclosure maka akan
diikuti dengan kenaikan skor pada variabel
komunikasi interpersonal.
Dari korelasi variabel self-disclosure
dan komunikasi interpersonal diperoleh
angka probabilitas signifikansi (p)=0,000.
Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih
kecil dari 0,05 atau (p<0,05), yang berarti
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yakni
terdapat hubungan antara self-disclosure
dengan
komunikasi
interpersonal
mahasiswa yang menggunakan media
sosial “LINE”. Untuk mengetahui seberapa
besar kecilnya sumbangan yang dapat
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data diri dari 101
partisipan kebanyakan subjek penelitian
berjenis
kelamin
perempuan
yakni
berjumlah
66
mahasiswi
(65,3%),
sementara subjek laki-laki hanya berjumlah
35 mahasiswa (34,7%).
Berdasarkan 101 data
yang
diperoleh, rentang usia subjek rata-rata 19
tahun. Pada penelitian ini dapat diketahui
bahwa subjek yang berusia 19 tahun
sebanyak 53 mahasiswa (52,5%), berusia
[81]
diberikan dari variabel bebas (selfdisclosure) terhadap variabel terikat
(komunikasi
interpersonal)
dapat
ditentukan dengan rumus koefisien
determinasi. Koefisien
determinasi
diperoleh dari mengkuadratkan nilai r yaitu
(0,718)2 x 100% sehingga didapat hasil (r2)
sebesar
0,515
yang
menunjukkan
pengertian bahwa variabel komunikasi
interpersonal dipengaruhi sebesar 51,5%
oleh variabel self-disclosure dan sisanya
(100%-51,5% = 48,5%) dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Dalam penelitian ini terdapat
beberapa hal yang dapat didiskusikan.
Sebagaimana diketahui bahwa partisipan
dalam penelitian ini merupakan mahasiswa
yang menggunakan media sosial “LINE”
sebagai sarana untuk berkomunikasi secara
interpersonal dengan sesama. Hal ini
menunjang pendapat Dwi Siswoyo (2007),
bahwa
dalam
kalangan
mahasiswa
misalnya
sifatnya
individualisme,
terkadang mereka bergaul atau bercakapcakap bukannya dengan teman disebelah
kanan maupun sebelah kirinya, melainkan
orang yang berada diluar lingkungan
belajarnya yakni salah satunya melalui
sarana media sosial “LINE” ini.
Dari
hasil
penelitian
telah
ditemukan bahwa terdapat hubungan antara
self-disclosure
dengan
komunikasi
interpersonal pada mahasiswa yang
menggunakan media sosial “LINE” dan
menunjukkan hasil korelasi yang positif.
Korelasi positif ini menunjukkan bahwa
hubungan dua variabel yang diteliti diatas
berbanding
lurus
dimana
memiliki
pengertian jika self-disclosure (keterbukaan
diri)
seseorang
meningkat,
maka
komunikasi interpersonal seseorang itu
juga akan meningkat.
Hal ini sejalan dengan teori Millard
J. Bienvenu (1987) yang mengemukakan
bahwa dengan adanya self-disclousure pada
diri seseorang, maka akan dapat
mempermudah individu tersebut untuk
berkomunikasi kepada orang lain secara
bebas dan terus terang, dengan tujuan untuk
menjaga hubungan interpersonal yang baik.
Selain itu dari sembilan dimensi yang
terdapat di dalam komunikasi interpersonal,
salah satu aspek yakni self-disclosure
dianggap sebagai salah satu faktor penting
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Hal ini menguatkan bahwa terdapat
hubungan antara kedua self-disclosure
dengan komunikasi interpersonal. Menurut
Mulyana (2000) fungsi dari komunikasi
interpersonal adalah sebagai fungsi sosial
dan fungsi pengambilan keputusan, hal ini
sejalan dengan sampel yang peneliti
tentukan yaitu mahasiswa dimana gejolakgejolak dalam diri masih sangat butuh
diapresiasikan (Dwi Siswoyo, 2007).
Mahasiswa menggunakan media
sosial “LINE” sebagai tempat untuk
berbagi informasi seputar event atau
pengumuman, video dan foto, berdiskusi
mengenai tugas atau masalah kuliah,
pertemanan/percintaan, membuat status
yang lucu untuk dilihat, bahkan berbelanja.
Hal diatas sejalan dengan tujuan dari selfdisclosure antara lain ekspresi diri,
klarifikasi diri, social validation, kontrol
sosial, pengembangan hubungan.
Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian terbaru dari Novianto (2015)
yang mengatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara variabel selfdisclosure dalam komunikasi antar pribadi
di media Facebook (FB) pada mahasiswa X
didapat nilai sebesar 0.670 dengan
signifikansi p=0.000 (p<0,05). Dimana
semakin besar nilai self-disclosure, maka
semakin meningkatlah nilai komunikasi
antar pribadi.
Penelitian lain juga menemukan
bahwa self-disclosure memiliki hubungan
yang
signifikan
dengan
kualitas
persahabatan antar individu maka selfdisclosure
merupakan
hal
yang
fundamental
dalam
komunikasi
interpersonal setiap orang (Derlega, dkk.
2013). Bahkan Lauer & Lauer (2000)
menyatakan
bahwa
self-disclosure
merupakan mekanisme yang paling penting
dalam pembentukan keintiman dengan
orang lain.
[82]
Tanpa self-disclosure dari dalam
diri seseorang sangat mustahil untuk
membentuk keintiman, rasa dekat dan
hubungan yang bermakna dengan orang
lain. Self-disclosure atau keterbukaan diri
dianggap sebagai hal yang utama dalam
pembentukan, dan pemeliharaan hubungan
dekat antar individu. Selain itu dalam
penelitian ini, para mahasiswi terlihat lebih
serius dan sangat antusias dalam menjawab
setiap pernyataan dalam kuesioner,
sedangkan mahasiswa cenderung malas
serta hanya berusaha untuk melihat
jawaban dari teman-temannya yang lain.
menghindari terjadinya kesalahankesalahan.
4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pengetahuan
bagi
masyarakat
terkhususnya mahasiswa Universitas
Pancasila bahwasannya self-disclosure
sangat dibutuhkan dalam menjalin
komunikasi interpersonal yang baik dan
tepat dalam berinteraksi dengan
lingkungan melalui media sosial
khususnya pengguna “LINE”.
DAFTAR PUSTAKA
Andika,
F.A.
(2015).
Hubungan
komunikasi antar pribadi melalui
media
“Facebook”
dengan
keterbukaan
diri
dalam
berkomunikasi
pada
mahasiswa
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. Naskah
Publikasi.
Surakarta: Fakultas Komunikasi
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Arni, Muhammad. (2005). Komunikasi
organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Aw,
Suranto.
(2011).
Komunikasi
interpersonal. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Bienvenu, M. J. (1987). Interpersonal
communication inventory. University
Associates. Inc.
Cangara, H. (2004). Pengantar ilmu
komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Dea, Y.P. (2013). Hubungan antara selfdisclosure dengan penyesuaian diri
pada ayah dan ibu yang memiliki
anak retardasi mental. (Skripsi,
Fakultas
Psikologi
Universitas
Pancasila, 2013).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(1989). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penulis.
Derlega, V. J., Metts, S., Petronio, S., &
Margulis, S. T. (1993). Selfdisclosure. Newbury Park, CA:
Sage.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
analisis
penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan antara self-disclosure dengan
komunikasi interpersonal mahasiswa yang
menggunakan media sosial “LINE”.
Apabila semakin besar nilai self-disclosure,
maka semakin meningkat pula nilai
komunikasi antar pribadi.
SARAN
Berkaitan dengan hasil penelitian
ini, peneliti memberikan saran metodologis
dan praktis untuk penelitian selanjutnya,
yaitu:
1. Agar dalam penelitian selanjutnya,
dapat
diperluas
ruang
lingkup
penelitian dan sampel penelitiannya,
tidak hanya sebatas mahasiswa
Universitas Pancasila di Jakarta saja,
tetapi populasi lain dari mahasiswamahasiswa di Universitas yang berbeda
dan juga kota-kota besar lainnya sangat
banyak agar hasilnya dapat lebih
digeneralisasikan.
2. Mencari tahu hubungan komunikasi
interpersonal
dengan
aspek-aspek
lainnya tidak hanya dengan selfdisclosure, namun dapat dengan ability,
self-concept dan lainnya.
3. Hendaknya
peneliti
selanjutnya
memperhatikan waktu serta struktur
(jumlah item) pada kuesioner untuk
[83]
DeVito, J.A. (1997). Komunikasi antar
manusia.
Jakarta:
Profesional
Books.
Ekasari, Nurshanti. (2013). Hubungan
antara pengungkapan diri (selfdisclosure)
melalui
blackberry
messenger dan kualitas hidup
(quality of life) pada remaja. Jurnal
Ilmiah
Fakultas
Psikologi
Universitas Surabaya.
Effendy, O.U. (2007). Ilmu komunikasi
teori dan praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Ikhtiara, Seiren. (2014). Penyingkapan diri
dalam “status hubungan” remaja di
Facebook
(studi
pengguna
facebook pelajar SMP di kota
Bengkulu).
(Skripsi,
FISIP
Universitas Bengkulu, 2014).
Kanisius. (2009). Tinjauan psikologis
komunikasi antar pribadi. Yogjakarta:
Kanisius.
Karimuddin, Amir. (13 Agustus 2014).
Indonesia duduki posisi kedua
pengguna line terbesar dengan 30
juta pengguna. Daily Social.
Diunduh
dari
http://dailysocial.id/post/indonesiaduduki posisi- kedua pengguna-line
terbesar-dengan-30-juta-pengguna.
Kenrick, D.T., Neuberg, S.L., & Cialdini,
R.B. (2007). Social psychology in
interaction.
(4th ed).
USA:
Pearson Education, Inc.
Kusumaningtyas, R.W., (2010). Peran
media sosial (FACEBOOK) sebagai
saluran self-disclosure remaja putri
di Surabaya (studi deskriptif kualitatif
mengenai peran media sosial online:
facebook
sebagai saluran selfdisclosure remaja putri di Surabaya).
Jurnal Ilmiah FISIP UPN Veteran
Jawa
Timur.
Lauer,
R.H.
&
Lauer,
J.
C.
(2000). Marriage and family: the
quest
for
intimacy.
(4th ed).
Boston
McGraw Hill.
Mulyana. (2000). Ilmu komunikasi suatu
pengantar. PT. Remaja Rosda Karya:
Bandung.
Myers, D.G. (2012). Psikologi sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Nasution, N.H. (2013). Self-disclosure dan
media komunikasi. (Skripsi, FISIP
USU Medan, 2013).
Pace, R. Wayne. (1979). Techniques for
effective communication. Addison
Wesley
Publishing
Company:
Massachusetts.
Papini, D., Farmer, F., Clark, S., Micka, J.,
& Barnett, J. (1990). The adolescent
age and gender differences
in
patterns of emotional disclosure to
parents and friends, Journal Of
Adolescence, 25,
959-979.
Rakhmat, J. (2008). Psikologi komunikasi.
hlm.107-108.
Bandung:
Remaja
Rosda Karya.
Suseno, M.N. (2012). Pengaruh pelatihan
komunikasi interpersonal terhadap
efikasi diri sebagai pelatih
pada
mahasiswa. Jakarta: Kementerian
Agama RI.
Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O.
(2009). Psikologi sosial. (Ed.2).
Jakarta: Prenada Media Group.
Tim
Pusat
Humas
Kementerian
Perdagangan RI. (2014). Panduan
optimalisasi media sosial untuk
kementerian perdagangan RI. (ebook).
Jakarta:
Pusat
Humas
Kementerian
Perdagangan
Republik Indonesia.
Widjaja, W. A. (1993). Komunikasi dan
hubungan masyarakat. Jakarta:
Bumi Askara.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
[84]
Download