analisis efisiensi usaha tani ikan nila dalam keramba

advertisement
ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO
KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI
YOLA NOVIDA DEWI
NPM. 0910483020920
ABSTRAK
Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi budidaya ikan di keramba sekitar
3.886 unit. Kecamatan Muara Bulian merupakan sentra penghasil ikan keramba. Desa Aro
Kecamatan Muara Bulian merupakan desa yang juga penghasil ikan keramba cukup besar. Di desa
ini terdapat sebanyak 50 keluarga petani keramba. Penelitian ini dilakukan terhadap petani pelaku
usaha tani ikan nila dalam keramba di Desa Aro Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang
Hari. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2014. Data
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Populasi petani
keramba di Desa Aro yang memenuhi kriteria diatas sebanyak 165 orang. Pengambilan sampel
dilakukan secara Sample Random Sampling sebanyak 20% dari populasi. Metode analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistika deskriptif yang merupakan kelompok
teknik kuantitatif. Analisis regresi dalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian
menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan nila dalam keramba di Desa Aro
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari adalah benih, pakan dan tenaga kerja.
Penggunaan faktor produksi benih tidak efisien untuk itu penggunaan benih perlu dikurangi.
Penggunaan faktor produksi pakan belum efisien untuk itu perlu di tambah. Penggunaan faktor
produksi tenaga kerja tidak efisien untuk itu perlu dikurangi.
Key words : usaha tani ikan nila, keramba ikan nila
PENDAHULUAN
Indonesia diperkirakan memiliki luas perairan umum lebih dari 50 juta hektar yang terdiri
dari perairan rawa 39,4 hektar, perairan sungai 11,95 hektar serta danau alam dan danau buatan
(waduk) seluas 2,1 juta hektar (Rochdianto, 1999). Kebanyakan perairan umum selama ini hanya
dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan ikan saja. Luas perairan umum di Provinsi Jambi tercatat
seluas 115.000 hektar yang sebagian besar terdiri dari sungai, danau dan daerah banjiran.
(Kartamihardja, 1997).
Di Kabupaten Batang Hari memiliki potensi usaha budidaya ikan dalam keramba yang
cukup besar. Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi budidaya ikan di keramba
sekitar 3.886 unit. Sampai dengan akhir tahun 2012 telah dimanfaatkan sekitar 40,89% atau 1.521
unit yang dikelola oleh 4.423 rumah tangga petani keramba dengan produksi 4.118 ton (Anonim,
2012).
Jika usaha keramba ikan tidak diimbangi dengan usaha budidaya dan penebaran ikan
(restocking), maka dapat mengakibatkan terganggunya kelestarian budidaya perikanan, produksi
ikan yang dapat dihasilkan dari kegiatan keramba ini sangat tergantung kepada ikan yang tersedia di
perairan dan keadaannya sulit dikendalikan. (Kartamihardja, 1999).
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, maka budidaya ikan di masa mendatang sangat
dominan peranannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ikan. Kegiatan budidaya akan
sangat penting menggantikan peranan perikanan perairan umum yang fungsinya cenderung semakin
menurun. Perairan umum merupakan sumber daya yang potensial untuk pengembangan budidaya
ikan, salah satu diantaranya melalui budidaya ikan dalam keramba. Budidaya ikan dalam keramba
ini merupakan sebuah alternatif optimasi pemanfaatan perairan dalam rangka meningkatkan
produksi ikan (Kartamihardja, 1999).
Kabupaten Batang Hari memiliki potensi usaha budidaya ikan dalam keramba yang cukup
besar. Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensial budidaya ikan di keramba sekitar
3.828 unit. Sampai dengan akhir tahun 2008 telah dimanfaatkan sekitar 40,86% atau 3.828 unit
yang dikelola oleh 4.423 RTP (Rumah Tangga Perikanan) Petani dengan produksi 4.118. (Anonim,
2012).
Pengembangan budidaya ikan dalam keramba di Kabupaten Batang Hari dimulai pada saat
adanya program IDT pada tahun 1994. pada tahun-tahun berikutnya usaha ini semakin berkembang.
Hal ini antara lain disebabkan karena (1) semakin terbukanya peluang pasar bagi ikan konsumsi, (2)
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat petani dalam memanfaatkan potensi sumber daya
perairan umum, (3) intensifnya upaya pembinaan dari pihak pemerintah, (4) adanya dukungan
modal usaha dari berbagai pihak swasta dalam bentuk kemitraan dengan petani. Pada umumnya
ikan yang dipelihara adalah Ikan Nila Dalam Keramba (Oreochormis nilotica) dan ikan patin
(pengasius sutchi).
Pesatnya perkembangan usaha tani ikan dalam keramba di Kabupaten Batang Hari tidak
terlepas dari nilai ekonomis yang diperoleh masyarakat dari kegiatan tersebut, dari tahun terakhir
terlihat produksi sebesar 4.083,85 ton dari 33 unit keramba.
Usaha tani dapat dijadikan sebagai mata pencaharian pokok jika ia mampu dihandalkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Demikian pula usaha tani budidaya ikan
dalam keramba. Idealnya pendapatan yang diperoleh petani dari kegiatan ini mampu memenuhi
kebutuhan keluarga, dengan demikian maka budidaya ikan dalam kerambah ini dapat dijadikan
usaha tani utama.
Keputusan seseorang untuk memilih kesinambungan suatu cabang usaha tani yang akan
diusahakan sangat dipengaruhi aspek komersial dan aspek finansial. Aspek finansial terkait dengan
masalah revenue earning (keuntungan pendapatan), yaitu perkiraan pendapatan yang diperoleh dari
usaha tani tersebut. (Gittinger, 1997).
Kecamatan Muara Bulian merupakan sentra penghasil ikan keramba. Dilihat dari produksi
ikan kerambanya sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 pada tabel 2 cukup terlihat bagus
yaitu produksinya terus mengalami peningkatan. Desa Aro Kecamatan Muara Bulian merupakan
desa yang juga penghasil ikan keramba cukup besar. Di desa ini terdapat sebanyak 50 keluarga
petani keramba, pada observasi awal penulis melihat petani-petani tersebut sampai sejauh ini belum
mengetahui efisiensi usaha tani yang mereka lakukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan terhadap petani pelaku usaha tani ikan nila dalam keramba di Desa
Aro Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Agustus sampai dengan bulan Oktober 2014.
Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi sebagai berikut :
1. Karakteristik petani yang meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pengalaman
berusaha tani.
2. Faktor-faktor produksi yang meliputi harga bibit, pakan, dan tenaga kerja yang dicurahkan.
3. Curahan tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani ikan nila dan produksi ikan nila.
4. Alokasi tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani ikan nila.
5. Produksi, biaya dan pendapatan usaha tani ikan nila.
6. Data lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan petani sampel di daerah penelitian
dengan panduan kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai lembaga dan instansi
terkait seperti dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Batang Hari, Dinas Pertanian, BPS
Kabupaten Batang Hari, Kantor Camat Muara Bulian, Kepala Desa dan BPP Muara Bulian.
Data-data primer meliputi : (1) data tentang identitas petani responden, (2) data-data tentang
pengeluaran (biaya) usaha budidaya ikan dalam keramba yang terdiri dari biaya benih, pakan, obatobatan, tenaga kerja, penyusutan alat tahan lama dan biaya lainnya, dan (3) data-data tentang
penerimaan usaha.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Penetapan desa sampel dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu desa sentra produksi
budidaya ikan dalam keramba, petani yang dijadikan sampel adalah petani berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
1. Petani yang memiliki pengalaman berusaha tani keramba minimal tiga tahun.
2. Telah melakukan kegiatan budidaya ikan di keramba minimal empat periode pemeliharaan.
3. Jumlah keramba yang diusahakan minimal 3 unit.
Berdasarkan hasil identifikasi pada kegiatan pra survey, dari populasi petani keramba di
Desa Aro yang memenuhi kriteria diatas sebanyak 165 orang. Pengambilan sampel dilakukan
secara Sample Random Sampling sebanyak 20% dari populasi. Jadi, sampel yang diambil sebanyak
33 orang petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Singarimbun (1999) yang menyatakan bahwa
pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak sebanyak 5-35% sudah mewakili penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Data primer yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu disetarakan kemudian diolah dan
ditabulasikan dalam bentuk tabel dan dianalisa secara deskriptif, metode analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistika deskriptif yang merupakan kelompok
teknik kuantitatif yang sederhana dan oleh sebab itu hanya digunakan untuk pemecahan-pemecahan
masalah kuantitatif tertentu. (Sugiyono, 2010).
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dan disetarakan. Untuk menilai
tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usaha tani ikan nila digunakan analisis regresi
dalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu :
Y = a Xibie
Y = aX1b1X2b2X3b3e
Untuk memudahkan pendugaan dan analisis, maka persamaan diatas diubah menjadi
persamaan linear berganda :
Log Y = log a + b1 log x1 + b2 log x2 + b3 log x3 + e
X1 = Benih ikan (kg)
X2 = Pakan (kg)
X3 = Tenaga kerja (HKSP)
B0, B1, B2, B3
= Parameter yang diduga untuk diamati
Untuk menguji koefisien determinasi secara menyeluruh digunakan uji F yang diganti
dengan analisa variant dengan rumus :
b1 1 b2  2 b3  3 / 2
F=
Ei 2 / n  3
Nilai F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan tingkat kepercayaan/derajat bebas n(k+1) yaitu n-(3+1). Untuk mengkaji apakah hasil pendugaan uji regresi tersebut mempunyai
pengaruh atau tidak dapat diuji dengan koefisien determinasi (R2) yang mempunyai nilai 0-1.
(Arikunto, 2011) dengan rumus sebagai berikut :
b1  y12
2
R =
 y12
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi berganda
X1 = Jumlah simpangan dari suatu variabel dari nilai rata-rata.
Y1 = Jumlah simpangan suatu variabel ke-1 dari (Y1 – Y)
Y12 = Jumlah kuadrat simpangan suatu variabel ke1 dari (Y1-Y)


Nilai R2 berkisar antara 0-1 (100%), nilai R2 yang mendekati 1 atau 100% menunjukkan
bahwa hasil perhitungan tersebut semakin baik, berarti semakin besar nilai R 2 semakin besar
kemampuan variabel x untuk menjelaskan variabel y.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi dengan
menggunakan uji-t hitung yang berguna untuk mengetahui variabel faktor tenaga kerja, benih ikan,
dan pakan berpengaruh terhadap usaha tani ikan nila, adapun rumus yang digunakan sebagai berikut
:
B
t= i
Sb1
Dimana :
t
= t-hitung
B1 = Koefisien regresi ke-i
Sb1 = standar deviasi untuk penduga ke-i
Kaidah pengambilan keputusan :
Ho = Ditolak bila t-hitung > t tabel
Ho = Diterima bila t-hitung < t tabel
Kemudian t hitung dibandingkan t tabel pada tingkat signifikan 5%-10% dengan derajat
bebas (L db = n-2)
Menurut Soekartawi (2000) untuk menentukan tingkat efisiensi penggunaan input oleh
petani sampel dilakukan dengan membandingkan nilai produk marginal dengan harga input yaitu :
NPM Xi > 1 : Penggunaan faktor produksi belum efisien produksi ke-1 perlu ditambah.
NPM Xi = 1 : Penggunaan faktor produksi sudah efisien keuntungan maksimum sudah tercapai,
sudah efisien.
NPM Xi < 1 : Penggunaan faktor produksi tidak efisien (faktor produksi ke-1 perlu dikurangi).
Nilai Produk Marjinal (NPM) diperoleh dengan rumus :
NPM Xi = bi .Y/Xi . Py
Dimana :
bi = Elastisitas produksi
Y = Jumlah Hasil Produksi
Py = Harga produksi
Xi = Jumlah faktor produksi
Penggunaan faktor produksi optimal diperoleh dengan rumus:
Xi = bi . Y/BKMxi . Py
Dimana :
bi = Elastisitas produksi
Y = Jumlah Hasil Produksi
Py = Harga produksi
Xi = Jumlah faktor produksi
BKMxi = Biaya Korbanan Marjinal
3.5 Konsep Pengukuran
1. Petani keramba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan kegiatan
usaha tani ikan dalam keramba minimal 3 unit keramba sebagai salah satu sumber
pendapatannya dan memiliki pengalaman berusaha tani keramba minimal 3 tahun serta telah
melakukan kegiatan usaha tani minimal 4 periode pemeliharaan.
2. Penerimaan adalah hasil perkalian dari harga jual ikan dengan produksi total (kg) dalam suatu
periode pemeliharaan dihitung dalam rupiah.
3. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada skala produksi, terdiri dari biaya
penyusutan alat produksi tahan lama yang dihitung dalam rupiah.
4. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada skala produksi terdiri dari biaya
pembelian benih ikan, pakan, tenaga kerja dan obat-obatan yang dihitung dalam rupiah.
5. Biaya penyusutan alat produksi tahan lama adalah biaya yang diperhitungkan atas pengorbanan
pemakaian alat-alat produksi tahan lama dalam satu kali proses produksi untuk mendapatkan
manfaat dari alat tersebut sampai secara ekonomis tidak menguntungkan bagi biaya penyusutan
dihitung dalam rupiah.
6. Keuntungan adalah jumlah produksi dikalikan harga.
7. Produksi (Y) adalah besar total ikan yang dihasilkan per satu kali panen, satuan pengukuran
yang digunakan adalah kg.
8. Unit keramba adalah tempat yang digunakan untuk usaha budidaya ikan diukur dalam m3 yang
terdiri dari pelampung, keramba dan jaring pengaman .
9. Usaha tani utama adalah kegiatan usaha tani yang dilakukan petani dan keluarganya yang
sebagian besar pendapatan petani bersumber dari usaha tani tersebut.
10. Benih ikan yang diperlukan dalam usaha budidaya keramba adalah benih ikan nila yang diukur
dalam satuan ekor.
11. Pakan adalah makanan ikan yang dibutuhkan dari luar yang diukur dalam satuan kg.
Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, pengukuran tenaga
kerja dinyatakan dalam Hari Kerja Setara Pria (HKSP).
Download