Strategi Peningkatan Kualitas Kompetensi Profesional Guru

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Strategi Peningkatan Kualitas
2.1.1. Pengertian Strategi
Setiap institusi pendidikan memerlukan strategi
untuk
mewujudkan
tujuan-tujuan
yang
telah
ditetapkannya (Bush dan Coleman, 2008). Hamel dan
Prahalad dalam Rangkuti (2002) menjelaskan bahwa
strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus menerus dilakukan
berdasarkan
sudut
pandang
tentang
apa
yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
Strategi
sangat
diperlukan
guna
mencapai
suatu
tujuan, dalam hal ini demi kepuasan pelanggan yang
akhirnya berdampak positif juga bagi pemakai strategi
tersebut.
Desseler (2008) mendefinisikan bahwa strategi
adalah rencana jangka panjang organisasi berkenaan
dengan
bagaimana
kekuatan
dan
organisasi
kelemahan
itu
dengan
ancaman
eksternal
untuk
keunggulan
kompetitif.
Sedangkan
menyelaraskan
peluang
dan
mempertahankan
Tjokroamidjojo
(2000) mengemukakan pendapat bahwa strategi adalah
suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
(maximum output) dengan sumber-sumber yang ada
supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan
tujuan
apa
yang
akan
dicapai
7
atau
yang
akan
dilakukan,
bagaimana,
bilamana
dan
oleh
siapa.
Berbeda sedikit dengan pendapat sebelumnya, kedua
ahli tersebut menjelaskan teknis cara mencapai tujuan
dari strategi yang akan diterapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas
dapat
disimpulkan
bahwa
strategi
sedikitnya
menyangkut 3 (tiga) hal, yaitu : (1) cara, (2) sumber, (3)
tujuan. Dapat dikatakan bahwa strategi ialah cara yang
dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang
ada guna mencapai tujuan yang lebih baik dari semula.
Strategi memerlukan pemikiran yang matang sebelum
dilaksanakan
agar
menghasilkan
sesuatu
dengan
maksimal.
Agar strategi perusahaan atau organisasi dapat
disusun
secara
efektif,
maka
diperlukan
adanya
informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang berkaitan dengan kondisi dan situasi
perusahaan
metode
atau
untuk
organisasi
mengetahui
tersebut.
kekuatan,
Salah
satu
kelemahan,
peluang dan ancaman perusahaan atau organisasi
adalah analisis SWOT. Menurut Griffin (2004:228),
analisis SWOT adalah evaluasi
atas
kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknes) internal suatu
organisasi yang dilakukan secara berhati-hati, dan juga
evaluasi atas peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dari lingkungan. Dalam analisis SWOT, stategi
terbaik untuk mencapai misi suatu organisasi adalah
dengan (1) mengeksploitasi peluang dan kekuatan
suatu
organisasi, dan
pada
8
saat
yang sama
(2)
menetralisasikan ancamannya, dan (3) menghindari
atau memperbaiki kelemahannya.
2.1.2. Pengertian Kualitas
David Hoyle mendefinisikan kualitas sebagai
berikut:
“The word quality has many meanings, : e.g A degree of
excellence, Conformance with requirements, The totality of
characteristics of an entity that bear on its ability to satisfy
stated or implied needs, Fitness for use, Fitness for
purpose, Freedom from defects, imperfections or
contamination, and Delighting customers.”
Bisa diartikan bahwa :
“Kata kualitas memiliki banyak makna, : misalnya tingkat
keunggulan, kesesuaian dengan persyaratan, totalitas
karakteristik
sebuah
entitas
yang
menunjang
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau tersirat, kesesuaian untuk digunakan,
kesesuaian untuk mencapai tujuan, bebas dari cacat,
ketidaksempurnaan atau kontaminasi, dan memuaskan
pelanggan”.
Jika
diringkas
dengan
kualitas
keunggulan
menurut
dalam
Hoyle
beberapa
berkaitan
hal
yang
dipersyaratkan yang pada akhirnya dapat memuaskan
pelanggan.
Sedangkan Goetsch dan Davis dalam Tjiptono
(2003:4)
menjelaskan
bahwa
kualitas
merupakan
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Selain itu, ahli
yang menjelaskan makna dari kualitas seperti Philip B.
Crosby (Suardi, 2003) mengemukakan bahwa kualitas
merupakan kesesuaian terhadap persyaratan. Dalam
9
buku yang sama Edwards Deming menjelaskan bahwa
kualitas
merupakan
pemecahan
masalah
untuk
mencapai penyempurnaan terus-menerus.
Menurut beberapa ahli diatas kualitas memiliki
beberapa hal yang sama, antara lain kondisi yang
memenuhi atau melebihi harapan, yang akhirnya
memuaskan
pelanggan.
Bahkan
menurut
Deming
kualitas perlu untuk disempurnakan terus-menerus,
hal ini berkaitan dengan semakin tingginya tuntutan
terhadap suatu produk barang maupun jasa yang
kompetitif.
2.1.3. Mengembangkan Budaya Kualitas
Agar kualitas dapat
senantiasa
dijaga
dan
ditingkatkan terus-menerus, diperlukan suasana yang
kondusif serta penciptaan budaya kualitas. Dan agar
tercipta budaya kualitas, diperlukan komitmen dari
seluruh
anggota
organisasi,
dan
dalam
dunia
pendidikan ialah warga sekolah. Menurut Tjiptono
(2006:90)
ada
memperlancar
beberapa
dan
sekaligus
faktor
dapat
yang
dapat
menghambat
pengembangan jasa yang berkualitas, yaitu : (1).
Manusia, (2). Organisasi/struktur, (3). Pengukuran, (4)
Pendukung sistem, (5) Pelayanan, (6). Program, (7).
Komunikasi internal, dan (8). Komunikasi eksternal.
Sekolah pada dasarnya adalah lembaga dimana para
guru memberikan jasanya untuk mendidik anak, dan
ke delapan faktor tersebut juga terdapat di dunia
pendidikan.
10
Dikemukakan
lebih
lanjut
oleh
Tjiptono
(2006:91) bahwa ada delapan program pokok yang
saling terkait guna membentuk budaya kualitas, yaitu :
(1).
Pengembangan
individual,
(2).
Pelatihan
manajemen, (3). Perencanaan Sumber Daya Manusia,
(4). Standar kinerja, (5). Pengembangan karier, (6).
Survey opini, (7). Perlakuan yang adil, (8). Profit
sharing. Meskipun budaya kualitas yang dimasud oleh
Tjiptono adalah dalam hal penyediaan jasa yang terkait
dengan
ekonomi,
pendidikan,
misalnya
tetapi
dengan
pelatihan
bisa
diaplikasikan
menyesuaikan
manajemen
dalam
beberapa
diartikan
hal,
sebagai
pelatihan kompetensi. Dalam hal profit sharing, untuk
lembaga pendidikan negeri lebih ke arah eksistensi
sekolah di mata masyarakat, sedangkan untuk lembaga
pendidikan
swasta
adalah
profit
untuk
yayasan
pengelola pendidikan.
Mengacu
pada
pendapat
Tjiptono
di
atas
pengembangan kualitas kompetensi profesional guru
dapat dilakukan dengan perencanaan dan pelaksanaan
program
pengembangan
pelatihan-pelatihan.
SDM,
Selain
itu
misalnya
dengan
dengan
mengikuti
standar kinerja yang telah ditentukan, misalnya dengan
aktif
membuat
dan
mengembangkan
materi
pembelajaran. Pengembangan karier selain dilakukan
dengan megikuti pelatihan dapat dilakukan dengan
menempuh pendidikan yang lebih tinggi, mengikuti
berbagai kegiatan seperti seminar dan in house training
yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi
profesional guru.
11
2.2. Kompetensi Profesional Guru
2.2.1. Kompetensi Profesional Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama
mendidik,
mengarahkan,
melatih,
mengajar,
membimbing,
menilai,
mengevaluasi
dan
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1). Berdasarkan UU tersebut jelas bahwa guru
dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang
besar dan strategis. Guru adalah sosok yang langsung
berhadapan
dengan
mentransformasi
sekaligus
ilmu
peserta
didik
pengetahuan
dan
mendidiknya
dengan
dalam
teknologi,
nilai-nilai
yang
konstruktif. Dapat dikatakan bahwa guru mengemban
misi dan tugas yang sangat berat demi kemajuan
bangsa di masa mendatang.
Profesional menurut rumusan UU No. 14 Tahun
2005 Bab I Pasal 1 ayat 4 digambarkan sebagai
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta
memerlukan
Mudlofir
pendidikan
mengungkapkan
profesi.
Sedangkan
Ali
bahwa
profesional
itu
mengacu kepada sebutan orang yang menyandang
suatu
profesi
dan
sebutan
tentang
penampilan
seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai
dengan profesinya (2012:35). Dapat disimpulkan bahwa
guru sebagai suatu profesi harus dilaksanakan dengan
12
profesional mengingat profesi tersebut menjadi sumber
penghasilan, melewati pendidikan profesi, dan terlebih
lagi berfungsi untuk mencetak SDM yang handal.
Di dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan Kompetensi Profesional Guru adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan
dalam
Standar
Nasional
Pendidikan.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar
tenaga pendidik. Ia akan disebut profesional jika ia
mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik
dan praktik dalam proses pembelajaran (Janawi, 2011:
48). Seorang guru harus benar-benar menguasai materi
yang diajarkannya baik teori maupun praktik, sehingga
proses transfer ilmu kepada peserta didik bisa lebih
optimal.
Berdasarkan peraturan yang tertuang dalam
Permendiknas
No.
pendidik/guru
harus
16
Tahun
2007,
seorang
memenuhi
standar
minimal
kompetensi yang terdiri dari kompetensi kepribadian,
pedagogis, profesional, dan sosial. Standar kompetensi
profesional
guru
menurut
permendiknas
tersebut
adalah : (1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu, (2) Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi
dasar
pengembangan
yang
materi pelajaran
mata
diampu,
yang diampu
13
pelajaran/bidang
(3)
Mengembangkan
secara
kreatif, (4)
Mengembangkan keprofesionalan secara bekelanjutan
dengan
melakukan
tindakan
reflektif,
dan
(5)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Jika kita disimak lebih lanjut, Permendiknas No.
16/2007
bersifat
meskipun
terbuka
peraturan
kompetensi
yang
dan
mengatur
harus
dinamis.
Artinya,
standar
minimal
dimiliki
oleh
seorang
pendidik/guru, tetapi tidak terdapat ukuran baku yang
menyatakan bahwa seorang pendidik/guru dinyatakan
telah kompeten atau profesional. Peraturan tersebut
adalah rambu-rambu yang di dalamnya mengandung
tuntutan
agar
pendidik/guru
senantiasa
mampu
mewujudkan pengembangan diri untuk meningkatkan
kompetensi dan profesional kerja.
2.2.2. Pentingnya Kompetensi Profesional Guru
Globalisasi sebagai suatu konsep yang mau
tidak mau terjadi akan membawa berbagai dampak,
dan diyakini akan menimbulkan keadaan yang penuh
persaingan
dan
tantangan
dalam
berbagai
hal,
termasuk di dunia pendidikan. Dalam kondisi yang
demikian guru dituntut untuk lebih kreatif, responsif
dan inovatif. Hal ini dikemukakan oleh Daryanto
(2013:122).
Dijelaskan
lebih
lanjut
bahwa
kreatif
menuntut para guru untuk mencari dan menemukan
cara-cara yang terbaik dalam meningkatkan kualitas
anak didik. Responsif menuntut para guru untuk cepat
tanggap terhadap segala permasalahan yang timbul,
sedangkan inovatif menuntut para guru untuk selalu
14
mencarai
dan
meningkatkan
mengembangkan
kualitas
anak
cara-cara
didiknya.
untuk
Jika
kita
perhatikan dengan seksama, hal-hal di atas berkaitan
erat dengan profesionalisme guru.
UU Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru
merupakan suatu profesi tersendiri di masyarakat yang
setara
dengan
profesi-profesi
lain
seperti
dokter,
akuntan, notaris, pengacara, atau apoteker. Ditegaskan
dalam UU tersebut bahwa guru adalah pendidik
profesional. Di dalam Permendikas No. 16 tahun 2007
ditetapkan
Standar
Kompetensi
Guru,
yang
menyebutkan bahwa guru harus memiliki 4 kompetensi
yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Dan sesuai dengan kebijakan pembangunan di negara
kita yang meletakkan pengembangan sumber daya
manusia
(SDM)
sebagai
prioritas
pembangunan
nasional, maka kedudukan dan peran guru bermakna
sangat
strategis. Jadi kebutuhan
guru-guru
yang
berkualitas sangat diperlukan demi mempersiapkan
SDM yang berkualitas.
Tingkat kualitas kompetensi profesi seseorang
itu tergantung kepada tingkat penguasaan kompetensi
kinerja
(performance
dikemukakan
oleh
competence),
hal
Mudlofir (2012:66).
tersebut
Kompetensi
kinerja lebih ditunjukkan dengan unjuk kerja dalam
melakukan profesi, atau dalam hal mengajar lebih
mengacu
kepada
kompetensi
profesional
atau
penguasaan materi meskipun dalam hal ini kompetensi
yang lain, misalnya kompetensi pedagogik juga turut
mendukung.
15
2.2.3. Aspek-aspek Kompetensi Profesional Guru
Dalam
Permendiknas
No.
16
Tahun
2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, pada halaman lampiran dijabarkan tentang
kompetensi inti yang merupakan
aspek dari masing-
masing 4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial,
dan
profesional.
disajikan
Kompetensi-kompetensi
dalam
bentuk
tabel.
Pada
tersebut
paparan
kompetensi profesional tabel adalah seperti berikut ini.
Tabel 2 : Aspek-Aspek Kompetensi Profesional Guru
No.
KOMPETENSI INTI GURU
Kompetensi Profesional
20
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu
21
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran yang diampu
22
Mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif
23
Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif
24
Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengembangkan diri
Sumber : Permendiknas No. 16/2007
16
Beradasarkan tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa
untuk
memenuhi
standar
kompetensi
profesional, guru harus memenuhi 5 aspek, yaitu : (1)
penguasaan materi dan konsep ilmu, (2) penguasaan
standar kompetensi, (3) pengembangan materi bahan
ajar, (4) pengembangan diri/profesi, (5) pemanfaatan
teknologi pembelajaran. Selain menguasai materi, guru
juga harus selalu mengembangkan diri dan mampu
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan optimal.
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
dengan sangat pesat. Guru mau tidak mau harus
mengembangkan penguasaan materi terkalit dengan
pelajaran
yang
diampunya.
Agung
(2012:104)
menyatakan bahwa pengembangan materi oleh guru
dapat
dilakukan
mewujudkan
apabila
kemauan,
dirinya
terus
kemampuan,
menerus
dan
upaya
mencari, menemukan, dan mengembangkan wawasan
dan
pengetahauan
penguasaan
itu
dari berbagai sumber. Melalui
guru
akan
berusaha
untuk
meningkatkan bahan/materi ajar dalam pelaksanaan
tugas pembelajaran.
Telah
peneliti
kemukakan
bahwa
guru
mempunyai peran sangat strategis dalam membina dan
mengembangkan potensi anak bangsa, dan dengan
derasnya arus globalisasi guru harus senantiasa meng17
up date materi ajarnya, mengingat dinamisnya ilmu
pengetahuan
yang
terus
berkembang.
Pentingnya
pengembangan penguasaan materi, konsep, paradigma
dan sebagainya penting diperhatikan dikemukakan
oleh Agung (2012:105), yang bisa dilakukan antara lain
melalui pembekalan kepada calon guru dalam LPTK
agar
setelah
lulus
guru
dapat
terus
menerus
mengembangkan penguasaan materi.
Alternatif
yang bisa dilaksanakan oleh para
guru agar bisa menguasai materi, struktur, konsep dan
pola pikir keilmuan misalnya melalui seminar-seminar
yang saat ini sering diadakan. Akses yang luas pada
media cetak dan media elektronik saat ini sangat
menguntungkan guru. Meski guru sebagian besar telah
memiliki sertifikat pendidik,
studi lanjut ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi guna menambah wawasan
keilmuan juga perlu dilakukan. Peluang beasiswa dari
berbagai
lembaga
baik
pemerintah
maupun
non
pemerintah bisa dimanfaatkan. Guru yang tidak mau
mengembangkan dirinya dalam penguasaan materi dan
konsep keilmuannya pada akhirnya merugikan anak
didik, yang artinya tidak memahami profesinya sebagai
guru.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran yang diampu
Standar Kompetensi (SK) adalah
kemampuan
minimal
peserta
kualifikasi
didik
yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap
18
tingkat dan atau semester, standar kompetensi terdiri
atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku
yang harus dicapai dan berlaku secara Nasional (
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006), sedangkan
Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK
peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit
dibanding dengan SK peserta didik.
Guru dalam mengajar berpedoman pada standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar
yang
telah
ditetapkan. Standar kompetensi yang telah ditetapkan
harus tuntas diberikan kepada siswa, tetapi guru perlu
untuk terus mengembangkannya agar lebih optimal
diterima peserta didik. Dalam hal ini guru harus
memahami
kemampuan
anak
didiknya,
sekaligus
memahami tujuan dari setiap kegiatan pengembangan
yang dilakukan.
Erat kaitannya dengan kurikulum, maka guru
dapat
mengembangkan
penguasaan
standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang diampunya
melalui
kegiatan
bedah
kurikulum,
review
dan
sinkronisasi kurikulum. Penyusunan RPP (Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran)
juga
mencantumkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
diberikan,
sehingga
guru
harus
benar-benar
menguasainya.
3.
Mengembangkan
materi
pembelajaran
yang
diampu secara kreatif
Pada dasarnya pengembangan materi/bahan
ajar oleh guru dipengaruhi penguasaan teori terhadap
19
pelajaran
yang
diampunya.
Seorang
guru
akan
terkendala mengembangkan materi/bahan ajar dalam
pembelajaran
apabila
tidak
diimbangi
dengan
penguasaan teori yang memadai. Agung (2012:107)
mengemukakan bahwa penguasaan materi saja belum
tentu
akan
peserta
memberikan
didik
dampak
apabila
guru
positif
terhadap
kurang
mampu
mengembangkannya dalam pengelolaan pembelajaran,
dan diduga menghasilkan pembelajaran dan hasil
belajar yang stagnan atau tidak mengalami perubahan
dari waktu ke waktu.
Dalam menghasilkan tenaga pendidik, peran
LPTK
dalam
membekali
calon
guru
penguasaan
pengembangan materi/bahan ajar baik secara teoritis
maupun praktis sangat penting. Termasuk dalam hal
ini adalah pemanfaatan metode pembelajaran yang
relevan.
Kreatifitas
memberikan
materi
guru
sangat
pembelajaran
penting
dalam
agar
tujuan
pembelajaran dapat optimal.
Usaha-usaha yang bisa dilaksanakan oleh para
guru dalam mengembangkan materi misalnya melalui
MGMP, yang hampir telah ada di setiap daerah di
Indonesia. Kunjungan guru ke perpustakaan perlu
digalakkan. Peluang lain yang juga bisa dimanfaatkan
adalah
terbukanya
jendela
dunia
lewat
internet.
Akhirnya berpulang kembali ke guru, guru yang telah
merasa puas dengan materi yang dikuasai dan tidak
mau mengembangkannya akan semakin ketinggalan
dan hanya akan membebani usaha pemerintah untuk
memajukan pendidikan di negara kita.
20
4.
Mengembangkan
berkelanjutan
keprofesionalan
dengan
melakukan
secara
tindakan
reflektif
Guru
sebagai
konsekuensinya
guru
suatu
harus
profesi,
sebagai
menguasai
berbagai
kompetensi. Kompetensi bukanlan suatu kondisi yang
statis, melainkan dinamis dalam arti mengandung
harapan untuk dikembangkan dan ditingkatkan dari
waktu ke waktu. Hal ini penting untuk dilakukan
mengingat ilmu pengetahuan juga terus mengalami
perkembangan. Guru yang tidak mau mengembangkan
profesinya jelas akan merugikan peserta didik, bahkan
mengingkari profesi sebagai pendidik.
Pengembangan profesi dapat dilakukan melalui
beberapa cara. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
alternatif pengembangan
pelaksanaan
profesi kaitannya
Sedangkan
kaitannya
dengan kemampuan penguasaan materi
baik teori
maupun
pembelajaran.
dengan
praktik
dilaksanakan
melalui
berbagai
pendidikan dan latihan yang rutin menjadi program
pemerintah melalui Dinas Pendidikan.
Pemerintah
membuka
peluang
untuk
pengembangan profesi bagi guru kejuruan melalui
LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan), BP Dikjur
(Balai
PPPGT
Pengembangan
(Pusat
Pendidikan
Pendidikan
dan
Kejuruan),
Pelatihan
dan
Guru
Teknologi) yang ada di beberapa provinsi di Indonesia.
21
5.
Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi untuk mengembangkan diri
Perkembangan teknologi yang demikian pesat,
terutama
teknologi
komunikasi
telah
membawa
perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Jika pada
waktu-waktu sebelumnya hubungan antara pendidik
dan peserta didik hanya berlangsung lewat tatap muka,
dibatasi oleh sekat ruang dan waktu, maka kini telah
dikembangkan
komunikasi
on-line
yang
dapat
menembus ruang dan waktu.
Dewasa
ini
bahkan
telah
berkembang
pembelajaran dengan sistem e-learning. Aunurrahman
(2010:232) mengemukakan bahwa e-learning adalah
pengalaman
mengajar
memanfaatkan
utamanya
spektrum
internet
mempercepat
atau
siswa
belajar
teknologi
untuk
dalam
dengan
secara
luas
mempermudah
dan
belajar.
Pemanfaatan
teknologi melalui internet yang juga bisa dimanfaatkan
adalah blog dan e-mail. Hal yang demikian hanya bisa
dilakukan oleh guru apabila guru menguasai teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
SMK Negeri 2 Salatiga telah memanfaatkan
internet dan intranet untuk pembelajaran di kelas,
menyusun
administrasi
dan
melaporkan
hasil
pembelajaran lewat sikadu (sistem akademik terpadu).
Guru-guru juga telah diberikan pelatihan tentang elearning.
22
5.1. Menyusun Strategi untuk Meningkatkan
Kualitas dengan Analisis SWOT
5.1.1. Analisis SWOT
Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk
membuat
strategi
meningkatkan
kualitas
adalah
dengan analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari
Strenghts,
MDITC
Weakness,
(2005)
Opportunities,
menjelaskan
bahwa
dan
Threats.
SWOT
adalah
perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai
langkah awal dalam pembuatan keputusan dan sebagai
perencanaan
strategis
dalam
berbagai
terapan.
Sedangkan Rangkuti (2000:19) berpendapat bahwa
SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor
internal
kekuatan
(strenghts)
dan
kelemahan
(weakness). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
analisis SWOT adalah pengujian terhadap kekuatan
dan
kelemahan
internal,
serta
kesempatan
dan
ancaman dalam menghadapi lingkungan eksternal.
Model analisis SWOT yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan analisis matrik IFAS
(Internal Factors Analisis Summary), analisis matrik
EFAS (External Factors Analisis Summary) dan analisis
matrik SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and
threats)
model
Grand
Strategy.
Matrik
IFAS
menggambarkan lingkungan internal yang memberikan
informasi tentang kekuatan yang harus digunakan
secara optimal dan kelemahan harus diatasi atau
diminimalkan.
Matrik
EFAS
23
menggambarkan
lingkungan
tentang
eksternal
peluang
yang
yang
memberikan
harus
informasi
dimanfaatkan
dan
ancaman yang harus di hindari.
Matrik
SWOT
menunjukkan
empat
kemungkinan alternatif strategis berdasarkan hasil
audit terhadap lingkungan internal dan lingkungan
eksternal.
Langkah-langkahnya
seperti
berikut
ini
(Rangkuti, 2002: 24) :
1. Mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
ada berdasarkan Permendiknas No. 16/2007 .
2. Menentukan
faktor-faktor
yang
menjadikan
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
3. Menentukan bobot masing-masing faktor dengan
skala mulai dai 1,0 (paling berpengaruh) sampai 0,0
(tidak berpengaruh), berdasarkan pengaruh faktorfaktor tesebut terhadap upaya peningkatan kualitas
kompetensi profesional guru (semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0).
4. Menentukan skor (1 sampai dengan 5) dari masingmasing faktor berdasarkan penting tidaknya faktor
tersebut
terhadap
upaya
peningkatan
kualitas
kompetensi profesional guru mutu sekolah.
5. Menghitung total skor dengan mengalikan bobot
dan skor untuk masing-masing faktor kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman.
6. Menghitung
total
skor
(kekuatan-kelemahan)
akhir
dan
(peluang-ancaman).
24
faktor
faktor
internal
eksternal
2.3.2. Merumuskan Strategi dengan Analisis SWOT
Setelah mengumpulkan semua informasi yang
berpengaruh
terhadap
subjek
penelitian,
tahap
selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi
tersebut dalam model perumusan strategi. Model yang
dipergunakan adalah matrik Grand Strategy. Dalam
Rangkuti (2000:47) ide dasar dari strategi ini adalah
pemilihan
dua
variabel
sentral
di
dalam
proses
penentuan tujuan utama Grand strategy; memilih
faktor-faktor
internal
atau
eksternal
untuk
pertumbuhan atau protabilitas.
Diagram
analisis
SWOT
menurut
Rangkuti
(2000:19) yang biasa digunakan dalam bidang ekonomi
tetapi peneliti adaptasikan dalam bidang pendidikan
dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 1:
Diagram Analisis SWOT
BERBAGAI
PELUANG
6. Mendukung Strategi Turn Around
1. Mendukung Strategi Agresif
BERBAGAI
KELEMAHAN
BERBAGAI
KEKUATAN
4. Mendukung Strategi Defensif
2. Mendukung Strategi Diversifikasi
BERBAGAI
ANCAMAN
25
Kuadran 1 : Ini
merupakan
situasi
menguntungkan.
yang
Perusahaan
sangat
memiliki
Peluang dan Kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah
mendukung
pertumbuhan
yang
kebijakan
agresif
(Growth
Oriented Strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman,
perusahaan ini masih memiliki kekuatan
dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan
adalah
menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka
panjang
dengan
cara
strategi
diversifikasi.
Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar
yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia
menghadapi kendala/kelemahan internal.
Fokus
strategi
perusahaan
ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal
perusahaan
sehingga
dapat
merebut
peluang pasar yang lebih baik
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan
menghadapi
kelemahan
diterapkan
perusahaan
berbagai
internal.
adalah
tersebut
ancaman
Strategi
defensif,
dan
yang
misalnya
dengan melakukan efisiensi dan efektifitas
kerja.
26
Download