rancangan - Ditjen Peraturan Perundang

advertisement
1
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : ....... TAHUN ............
TENTANG
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesarbesar
kemakmuran
rakyat
yang
berkeadilan
dan
berkelanjutan yang salah satu unsur terpenting yaitu
dengan meningkatkan daya dukung daerah aliran
sungai;
b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (2)
Undang-Undang
Kehutanan,
Nomor
41
Pemerintah
Tahun
harus
1999
tentang
mempertahankan
kecukupan luas kawasan hutan paling sedikit 30% dari
luas daerah aliran sungai dan/atau pulau dengan
sebaran yang proporsional;
c. bahwa
kerusakan
Indonesia
dewasa
daerah
ini
aliran
sungai
semakin
(DAS)
di
memprihatinkan,
ditandai dengan kejadian banjir, tanah longsor, erosi,
sedimentasi
penurunan
dan
kekeringan
yang
mengakibatkan
fungsi sumber-sumber air, terganggunya
perekonomian dan tata kehidupan masyarakat;
d. bahwa kegiatan pengelolaan DAS yang melibatkan
berbagai
para
pemangku
kepentingan
dewasa
ini
menghadapi berbagai permasalahan yang kompleks,
belum terkoordinasi dan belum mempunyai landasan
hukum;
2
e. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d
perlu
menetapkan
Peraturan
Pemerintah
tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang
Konservasi
Nomor
Sumber
5
Tahun
Daya
Alam
1990
tentang
Hayati
dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3419);
3. Undang-Undang
Kehutanan
Nomor
41
(Lembaran
Tahun
Negara
1999
Republik
tentang
Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2004
tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);
4. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377);
5. Undang-Undang No. 25
tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).
6. Undang-Undang
Pemerintahan
Nomor
Daerah
32
tahun
(Lembaran
2004
Negara
tentang
Republik
3
Indonesia
Tahun
2004
Nomor
125,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
7. Undang-undang
Nomor
33
tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437);
8. Undang-Undang
Nomor
26
Tahun
2007
tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
9. Undang-Undang
Nomor
27
Tahun
2007
tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84,
Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739).
10.Undang-Undang
Pengelolaan
Nomor
Lingkungan
32
Tahun
Hidup
2009
(Lembaran
tentang
Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1.
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu
4
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan.
2.
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
3.
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama
untuk
melindungi
kelestarian
lingkungan
hidup
yang
mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
4.
Bagian hulu DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS
yang dicirikan dengan topografi bergelombang, berbukit dan/atau
bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi dan merupakan sumber
air yang masuk ke sungai utama.
5.
Bagian hilir DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS
yang dicirikan dengan topografi datar sampai landai, merupakan
daerah endapan sedimen atau aluvial.
6.
Sumber daya DAS adalah seluruh sumber daya di dalam DAS yang
dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
sosial-ekonomi dan menopang sistem penyangga kehidupan.
7.
Satuan Wilayah Pengelolaan DAS yang selanjutnya disebut SWP
DAS adalah satu atau lebih DAS dan/atau pulau-pulau kecil,
dimana pulau-pulau kecil tersebut luasnya lebih kecil atau sama
dengan 2.000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya.
8.
Pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola hubungan timbal
balik antara sumber daya alam dengan
dalam
DAS
dan
segala
sumber daya manusia di
aktivitasnya
untuk
mewujudkan
kemanfaatan sumber daya alam bagi kepentingan pembangunan
dan kelestarian ekosistem DAS serta kesejahteraan masyarakat.
5
9.
Pengelolaan DAS Terpadu adalah rangkaian upaya perumusan
tujuan,
sinkronisasi
program,
pelaksanaan
dan
pengendalian
pengelolaan sumber daya DAS lintas para pemangku kepentingan
secara partisipatif berdasarkan kajian kondisi biofisik, ekonomi,
sosial,
politik
dan
kelembagaan
guna
mewujudkan
tujuan
Pengelolaan DAS.
10. Ekosistem
DAS
adalah
suatu
sistem
yang
menggambarkan
hubungan timbal balik antara sub-sistem atmosfir, penutupan
lahan, tanah dan geologi, air dan hayati dalam suatu DAS;
11. Para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah pihak-pihak
terkait yang terdiri dari unsur pemerintah dan bukan pemerintah
yang berkepentingan dengan pengelolaan DAS.
12. Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS adalah istilah umum untuk
organisasi para pemangku kepentingan yang terkoordinasi dan
dilegalisasi
oleh
Nasional/Kepala
Menteri
Badan
Negara
Perencanaan
Perencanaan
Pembangunan
Pembangunan
Nasional,
gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
13. Menteri terkait
adalah menteri lainnya yang tugasnya berkaitan
dengan pengelolaan DAS.
14. Menteri adalah menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab
di bidang kehutanan.
BAB II
PRINSIP, TUJUAN, POLA UMUM DAN RUANG LINGKUP
PENGELOLAAN DAS
Pasal 2
Prinsip Pengelolaan DAS sebagai berikut:
a. Pengelolaan DAS didasarkan
atas DAS sebagai satu kesatuan
ekosistem, satu rencana dan satu sistem pengelolaan secara terpadu.
b. Pengelolaan
DAS
melibatkan
para
pemangku
terkoordinasi, menyeluruh dan berkelanjutan.
kepentingan,
6
c. Pengelolaan DAS bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang
dinamis sesuai dengan karakteristik DAS.
d. Pengelolaan DAS dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi,
beban biaya dan manfaat antar para pemangku kepentingan secara
adil.
e. Pengelolaan DAS berlandaskan pada azas akuntabilitas.
Pasal 3
Pengelolaan DAS bertujuan untuk:
a. mewujudkan kondisi tata air DAS yang optimal meliputi jumlah,
kualitas serta distribusi ruang dan waktu;
b. mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai daya dukung dan
daya tampung lingkungan DAS;
c. mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 4
(1) Dalam
rangka
memberikan
arahan
dan
acuan
umum
penyelenggaraan Pengelolaan DAS disusun pola umum, kriteria dan
standar;
(2) Pola umum, kriteria dan standar Pengelolaan DAS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 5
Ruang lingkup pengelolaan DAS meliputi:
a. Perencanaan
b. Kelembagaan
7
c. Pelaksanaan
d. Pengendalian dan Pengawasan
BAB III
PERENCANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Bagian Pertama
Umum
Pasal 6
(1) Perencanaan Pengelolaan DAS meliputi kegiatan :
a. Penetapan urutan DAS Prioritas
b. Penyusunan rencana pengelolaan DAS Terpadu
(2) Perencanaan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinir oleh Menteri.
Pasal 7
(1) Perencanaan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para pemangku
kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah administrasi.
Bagian Kedua
Penetapan Urutan DAS Prioritas
Pasal 8
(1) Penetapan urutan DAS prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (1) huruf a dilakukan melalui penilaian kondisi DAS yang
dilaksanakan oleh instansi berwenang di daerah yang memiliki tugas
pokok dan fungsi bidang pengelolaan DAS.
8
(2) Penilaian
kondisi
DAS
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan berdasarkan kriteria dan standar;
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria dan standar penilaian kondisi
DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
peraturan Menteri.
Pasal 9
(1) Berdasarkan hasil penilaian kondisi DAS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ditetapkan urutan DAS prioritas.
(2) Penetapan urutan DAS Prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Bagian Ketiga
Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu
Pasal 10
(1) Penyusunan
rencana
pengelolaan
DAS
Terpadu
harus
memperhatikan:
a. urutan DAS prioritas; dan
b. keterpaduan dengan rencana tata ruang wilayah.
(2) Penyusunan
dimaksud
rencana
pada
perencanaan.
ayat
pengelolaan
(1)
DAS
dilakukan
Terpadu
pada
sebagaimana
satuan
wilayah
9
(3) Satuan wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa:
a. DAS lintas provinsi;
b. DAS lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi;
c. DAS dalam satu kabupaten/kota; atau
d. SWP DAS.
(4) Penentuan SWP DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d
ditetapkan dengan keputusan menteri.
Pasal 11
Penyusunan rencana pengelolaan DAS Terpadu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 meliputi:
a. proses penyusunan rencana
b. penetapan rencana
Paragraf 1
Proses Penyusunan Rencana
Pasal 12
(1) Proses
penyusunan
rencana
pengelolaan
DAS
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf a. meliputi:
a. Inventarisasi karakteristik DAS;
b. Identifikasi masalah dan parapihak; dan
c. Perumusan tujuan, program dan kebijakan, kelembagaan, sistem
pemantauan dan evaluasi, dan sistem pendanaan.
10
(2) Inventarisasi karakteristik DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, dilaksanakan untuk mengumpulkan data biofisik, sosial
ekonomi, dan kelembagaan.
(3) Identifikasi masalah dan parapihak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan,
tugas, fungsi dan keterkaitan aktivitas parapihak .
(4) Perumusan tujuan, program dan kebijakan, kelembagaan, sistem
pemantauan dan evaluasi, dan sistem pendanaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan untuk menyepakati
kondisi DAS yang ingin dicapai pada akhir periode
rencana
pengelolaan DAS terpadu serta menyusun kebutuhan, mekanisme
dan alokasi pendanaan.
Pasal 13
Pedoman penyusunan rencana pengelolaan DAS terpadu diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri.
Paragraf 2
Penetapan Rencana
Pasal 14
(1) Penetapan rencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b
meliputi lintas provinsi, lintas kabupaten/kota, dan dalam satu
kabupaten/kota.
(2) Rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS lintas provinsi
ditetapkan dengan peraturan bersama gubernur yang bersangkutan.
(3) Rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS lintas kabupaten/kota
dalam satu provinsi ditetapkan dengan peraturan gubernur.
(4) Rencana
pengelolaan
DAS
terpadu
untuk
DAS
dalam
kabupaten/ kota ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
satu
11
Pasal 15
(1) Jangka waktu rencana pengelolaan DAS terpadu berlaku paling
lama 20 (dua puluh) tahun.
(2) Rencana pengelolaan DAS terpadu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditinjau kembali paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
Pasal 16
(1) Rencana pengelolaan DAS terpadu menjadi landasan bagi setiap
sektor dalam menyusun rencana kegiatan sektoral pada DAS dan
rencana pembangunan wilayah untuk mencapai tujuan pengelolaan
DAS terpadu.
(2) Penyusunan rencana kegiatan sektoral pada DAS dan rencana
pembangunan
wilayah
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilaksanakan oleh masing-masing instansi sektor yang bersangkutan.
BAB IV
KELEMBAGAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Bagian Pertama
Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS
Pasal 17
(1) Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan
lintas sektor dan lintas wilayah administrasi.
(2) Pengelolaan DAS terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan
para
pemangku
kepentingan
berbagai
sektor
dan
wilayah
administrasi.
Pasal 18
(1) Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dilakukan
oleh suatu wadah koordinasi yang dapat berupa forum, badan,
12
dewan atau nama lain yang bersifat independen.
(2) Lembaga pemerintah dan/atau lembaga bukan pemerintah dapat
memprakarsai pembentukan lembaga koordinasi pengelolaan DAS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Untuk mengoptimalkan keterlibatan para pemangku kepentingan
dalam
pelaksanaan
kebijakan
pengelolaan
DAS
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1):
a. Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan Lembaga
Koordinasi Pengelolaan DAS Tingkat Nasional.
b. Gubernur menetapkan Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS
Tingkat Provinsi.
c. Bupati/Walikota menetapkan Lembaga Koordinasi Pengelolaan
DAS Tingkat Kabupaten/Kota.
Pasal 19
Anggota lembaga koordinasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (3) terdiri dari unsur lembaga pemerintah, lembaga
bukan pemerintah dan perorangan.
Pasal 20
(1) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat Nasional bersifat non
struktural, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
(2) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat Nasional mempunyai
tugas membantu pemerintah dalam:
a. merumuskan kebijakan nasional dan strategi pengelolaan DAS;
b. memberikan
nasional;
pertimbangan
untuk
penetapan
DAS
prioritas
13
c. melaksanakan koordinasi dan konsultasi untuk memadukan dan
menyelaraskan kepentingan antar sektor dan antar provinsi;
d. melaksanakan koordinasi dan konsultasi terhadap Lembaga
Koordinasi
Pengelolaan
DAS
tingkat
provinsi
dan
tingkat
kabupaten/kota;
e. memfasiltasi pembiayaan pengelolaan DAS yang bersumber dari
dunia usaha dan masyarakat secara transparan dan akuntabel.
f. melaksanakan
pengendalian
terhadap
penggunaan
dan
pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh instansi sektoral, badan
usaha dan masyarakat untuk DAS dalam lintas provinsi.
Pasal 21
(1) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat Provinsi bersifat non
struktural, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
gubernur.
(2) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat Provinsi mempunyai
tugas membantu gubernur dalam:
a. menjabarkan kebijakan nasional dalam pengelolaan DAS Terpadu,
dan merumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan DAS lintas
kabupaten/kota;
b. melaksanakan koordinasi dan konsultasi untuk memadukan dan
menyelaraskan kepentingan antar sektor, antar wilayah dan para
pemilik kepentingan lainnya dalam pengelolaan DAS lintas
kabupaten/kota;
c. menyusun rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS
lintas
provinsi;
d. menyusun rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS
lintas
kabupaten/kota;
e. memfasiltasi pembiayaan pengelolaan DAS yang bersumber dari
dunia usaha dan masyarakat secara transparan dan akuntabel.
14
f. melaksanakan
pengendalian
terhadap
penggunaan
dan
pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh instansi sektoral, badan
usaha dan masyarakat untuk DAS lintas kabupaten/kota.
Pasal 22
(1) Lembaga
Koordinasi
Pengelolaan
DAS
tingkat
kabupaten/kota
bersifat non struktural, berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada bupati/walikota.
(2) Lembaga
Koordinasi
Pengelolaan
DAS
tingkat
kabupaten/kota
mempunyai tugas membantu bupati/walikota dalam:
a. merumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan DAS di dalam
kabupaten/kota;
b. melaksanakan koordinasi dan konsultasi untuk memadukan dan
menyelaraskan
kepentingan
kepentingan
lainnya
antar
dalam
sektor
dan
pengelolaan
para
DAS
pemilik
di
dalam
kabupaten/kota;
c. menyusun rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS di dalam
kabupaten/kota;
d. memfasilitasi pembiayaan pengelolaan DAS yang bersumber dari
dunia usaha dan masyarakat secara transparan dan akuntabel.
e. melaksanakan
pengendalian
terhadap
penggunaan
dan
pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh instansi sektoral, badan
usaha dan masyarakat untuk DAS di dalam kabupaten/kota.
Pasal 23
(1) Hubungan kerja antara Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat
nasional, Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat provinsi dan
Lembaga
Koordinasi
Pengelolaan
DAS
tingkat
kabupaten/kota
DAS
merupakan
bersifat konsultatif dan koordinatif.
(2) Lembaga
koordinasi
pengelolaan
mitra
kerja
Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
dalam pengelolaan DAS terpadu.
15
Pasal 24
Kegiatan Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS dibiayai dari anggaran
pemerintah,
anggaran
kabupaten/kota
pemerintah.
pemerintah
dan/atau
sumber
provinsi,
lain
anggaran
dari
pemerintah
anggaran
bukan
16
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Masyarakat
Pasal 25
(1) Setiap orang berhak untuk menikmati manfaat berupa barang dan
jasa lingkungan yang dihasilkan dari pengelolaan DAS terpadu.
(2) Setiap orang berhak untuk:
a. mengetahui dan mengakses informasi tentang pengelolaan DAS
terpadu, termasuk di dalamnya rencana pengelolaan DAS terpadu.
b. berperanserta dalam proses pengambilan keputusan, penyusunan
rencana,
pelaksanaan
dan
pengendalian
pengelolaan
DAS
terpadu.
c. memperoleh penggantian yang layak dari pemrakarsa kegiatan
atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat dari pelaksanaan
kegiatan pembangunan sesuai dengan rencana pengelolaan DAS
terpadu.
Pasal 26
(1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian ekosistem DAS.
(2) Setiap orang berkewajiban mentaati rencana pengelolaan DAS
terpadu yang telah ditetapkan.
Pasal 27
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundangan.
17
BAB V
PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Bagian Pertama
Umum
Pasal 28
(1) Pelaksanaan Pengelolaan DAS didasarkan pada hasil perencanaan
pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan
memperhatikan
rencana
sektoral
pada
DAS
dan
rencana
pembangunan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.
(2) Pelaksanaan pengelolaan DAS dilakukan pada:
a. kawasan budidaya
b. kawasan lindung
(3) Pelaksanaan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan pada bagian hulu dan hilir DAS.
Pasal 29
(1) Pelaksanaan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 baik pada kawasan budidaya maupun pada kawasan lindung
dilakukan antara lain melalui kegiatan :
a. pemanfaatan hutan, tanah dan air;
b. restorasi hutan;
c. konservasi hutan, tanah dan air;
d. rehabilitasi hutan dan lahan serta reklamasi hutan.
(2) Pelaksananaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh masing-masing instansi atau lembaga sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(3) Pelaksananaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan
persyaratan teknis masing-masing kegiatan.
Bagian Kedua
dan
18
Keberhasilan Pelaksanaan Pengelolaan DAS
Pasal 30
(1) Keberhasilan pelaksanaan pengelolaan DAS dinilai berdasarkan
kriteria biofisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Pasal 31
(1) Pembinaan dan pemberdayaan pengelolaan DAS bertujuan untuk
meningkatkan
kapasitas
dan
kapabilitas
institusi
pemerintah,
institusi bukan pemerintah dan masyarakat.
(2) Pembinaan
dan
pemberdayaan
pengelolaan
DAS
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta
pendanaan.
Pasal 32
(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilakukan oleh
institusi pemerintah secara berjenjang terhadap institusi pemerintah
di bawahnya dan institusi bukan pemerintah.
(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilakukan
oleh institusi pemerintah dan/atau institusi bukan pemerintah
kepada masyarakat secara partisipatif.
Pasal 33
19
(1) Pembinaan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
32
ayat
(1)
dilakukan melalui:
a. koordinasi;
b. pemberian pedoman dan standar;
c. pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi;
d. pendidikan dan pelatihan;
e. pemberian bantuan teknis;
f. sosialisasi; dan/atau
g. penyediaan sarana dan prasarana.
(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
dilakukan
melalui
pendidikan
dan
pelatihan,
penyuluhan,
pendampingan, pemberian bantuan modal, advokasi, penyediaan
sarana dan prasarana.
BAB VII
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Bagian Pertama
Umum
Pasal 34
Pengendalian dan Pengawasan pengelolaan DAS diselenggarakan melalui
kegiatan monitoring, evaluasi, pemeriksaan dan tindak lanjut.
20
Pasal 35
Pengendalian dan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
dilakukan
terhadap
pelaksanaan
kegiatan
pengelolaan
DAS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dalam kawasan budidaya dan
kawasan lindung di bagian hulu dan hilir DAS.
Bagian Kedua
Pengendalian
Pasal 36
Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 bertujuan untuk
mewujudkan kesesuaian rencana pengelolaan DAS dengan pelaksanaan
kegiatan masing-masing sektor.
Pasal 37
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan pengendalian
terhadap
pelaksanaan
pengelolaan
DAS
sesuai
dengan
kewenangannya.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dibantu oleh Lembaga Koordinasi pengelolaan DAS.
Pasal 38
(1) Pengendalian
terhadap
pelaksanaan
pengelolaan
DAS
diselenggarakan dalam bentuk monitoring dan evaluasi
(2) Tata cara pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan menteri.
21
Bagian Ketiga
Pengawasan
Pasal 39
(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 bertujuan untuk
mewujudkan ketertiban pelaksanaan pengelolaan DAS.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
pemeriksaan dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan yang tidak
sesuai dengan perrencanaan pengelolaan DAS.
Pasal 40
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan pengawasan
terhadap
pelaksanaan
pengelolaan
DAS
sesuai
dengan
kewenangannya.
(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dibantu oleh Lembaga Koordinasi pengelolaan DAS.
Bagian Keempat
Sistem Informasi Pengelolaan DAS
Pasal 41
(1) Untuk mendukung penyelenggaraan pengelolaan DAS perlu dibangun
Sistem Informasi Pengelolaan DAS.
(2) Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibangun dan dikelola oleh instansi yang berwenang dalam bidang
pengelolaan
DAS
berkepentingan.
dengan
mengikutsertakan
para
pihak
yang
22
Pasal 42
Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41 dapat diakses oleh para pemangku kepentingan.
Pasal 43
Pedoman pembangunan sistem informasi pengelolaan DAS ditetapkan
dengan keputusan menteri.
BAB VIII
PENDANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Pasal 44
(1)
Sumber dana untuk penyelenggaraan pengelolaan DAS dapat
berasal dari:
a. dana pemerintah;
b. dana dunia usaha;
c. dana masyarakat;
d. dana lainnya.
(2) Dana pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi dana APBN dan /atau APBD.
(3) Dana dunia usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. dana yang berasal dari penerapan pembebanan biaya pada pihak
pembuat pencemaran lingkungan daerah aliran sungai.
b. dana yang berasal dari pembebanan biaya pada penerima
manfaat penggunaan/pemanfaatan hutan, tanah dan air.
c. dana tanggungjawab sosial perusahaan.
d. Dana investasi usaha.
23
(4) Dana masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berasal
dari
perorangan
atau
kelompok
masyarakat
untuk
pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS.
(5) Dana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat
berasal dari negara dan/atau lembaga donor.
(6) Pemanfaatan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk
pendapatan jasa giro atau bunga, hanya diperuntukkan membiayai
kegiatan pengelolaan DAS.
(7) Laporan pengelolaan dana pengelolaan DAS disampaikan secara
berkala kepada pejabat yang berwenang.
Pasal 45
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran
peningkatan kualitas ekosistem DAS.
Pasal 46
(1) Pemerintah mengalokasikan anggaran pembangunan sebagai insentif
bagi
pemerintah
provinsi
atau
pemerintah
kabupaten/kota
berdasarkan kriteria:
a. implementasi program pembangunan wilayah dan pembangunan
sektoral mengacu pada Rencana pengelolaan DAS terpadu.
b. kinerja
Lembaga
Koordinasi
Pengelolaan
DAS
di
provinsi,
kabupaten/kota.
c. kinerja pengelolaan DAS.
(2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat menyediakan insentif
kepada kelompok masyarakat yang kondisi ekonominya belum
memungkinkan namun telah konsisten melakukan upaya konservasi,
rehabilitasi dan restorasi DAS.
(3) Pemerintah
dan/atau
Pemerintah
Daerah
memberikan
insentif
kepada kelompok masyarakat dan/atau pelaku usaha yang telah
menyerahkan dana dan/atau melakukan kegiatan pengelolaan DAS.
24
(4) Tata
cara
alokasi
penganggaran
pembangunan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
Pasal 47
(1) Dana pengelolaan DAS terpadu yang bukan berasal dari APBN atau
APBD, dapat dikelola oleh institusi bukan pemerintah.
(2) Tata cara alokasi penganggaran pembangunan, pemanfaatan dan
pengendaliannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Presiden.
BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN
SUNGAI TERPADU
Bagian pertama
Gugatan Perwakilan dan Organisasi
Pasal 48
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan
dan/atau melaporkan kepada aparat penegak hukum terhadap
kerusakan ekosistem DAS yang merugikan kehidupan masyarakat.
(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terbatas pada tuntutan terhadap pelaksanaan kebijakan atau
kegiatan pengelolaan DAS yang tidak sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
(3) Gugatan yang dapat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) meliputi:
a. kerugian nyata yang diderita oleh masyarakat;
b. pemulihan kondisi ekosistem DAS.
Pasal 49
25
(1) Dalam
rangka
pelaksanaan
tanggungjawab
pengelolaan
DAS,
organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk
kepentingan pelestarian fungsi DAS.
(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terbatas pada tuntutan untuk hak melakukan tindakan tertentu
tanpa adanya tuntutan ganti rugi.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa
Pasal 50
(1) Penyelesaian sengketa pengelolaan DAS dapat ditempuh melalui
pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara
sukarela bagi para pemangku kepentingan yang bersengketa.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak berlaku terhadap setiap tindak pidana.
(3) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa pengelolaan DAS di
luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh
apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu
atau para pemangku kepentingan yang bersengketa.
(4) Penyelesaian
sengketa
pengelolaan
DAS
di
luar
pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundangan.
Pasal 51
(1) Menteri
terkait
memfasilitasi
penyelesaian
konflik
antar
para
pemangku kepentingan dalam pengelolaan DAS lintas Provinsi dan
lintas batas negara.
(2) Gubernur
memfasilitasi
penyelesaian
konflik
para
pemangku
kepentingan yang berkepentingan dalam DAS lintas Kabupaten/Kota
di wilayah Provinsi.
26
(3) Bupati/Walikota memfasilitasi penyelesaian konflik para pemangku
kepentingan dalam pengelolaan DAS dalam wilayah Kabupaten/Kota.
Pasal 52
(1) Para pemangku kepentingan yang berhak menuntut penyelesaikan
sengketa pengelolaan DAS di pengadilan adalah yang terkait secara
langsung dengan wilayah DAS yang bersangkutan dan/atau yang
tidak terkait secara langsung tetapi kegiatannya memiliki kaitan erat
dengan pengelolaan DAS di wilayah tersebut.
(2) Penyelesaian sengketa di pengadilan dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 53
Dengan
berlakunya
Peraturan
Pemerintah
ini,
maka
peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai Pengelolaan DAS yang
telah ada sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti dengan yang
baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku.
27
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
28
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
I. U M U M
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS yang
tersebar
di
seluruh
wilayah
Indonesia,
merupakan
kesatuan
ekosistem alami yang utuh dari hulu hingga hilir beserta kekayaan
sumber daya alam dan sumber daya buatan
merupakan karunia
Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri, dilindungi dan diurus
dengan
sebaik-baiknya,
DAS
wajib
dikembangkan
dan
didayagunakan secara optimal dan berkelanjutan melalui upaya
pengelolaan DAS bagi sebesar-besarnya kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia.
Tujuan Pengelolaan DAS untuk mewujudkan kondisi tata air DAS
yang optimal meliputi jumlah, kualitas dan distribusi ruang dan
waktu, mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai daya
dukung dan daya tampung lingkungan DAS serta mewujudkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Guna mewujudkan daya guna dan hasil guna yang tinggi,
kontekstual pengelolaan DAS perlu dipahami meliputi beberapa
dimensi yaitu pendekatan sistem yang terencana, proses manajemen
dan keterkaitan aktivitas para pemangku kepentingan.
Pengelolan daerah aliran sungai (DAS) menjadi hal sangat penting
terutama bila kita melihat kenyataan bahwa terjadi penurunan
kualitas lingkungan DAS akibat pola pengelolaan sumber daya yang
29
tidak
ramah
lingkungan
dan
meningkatnya
potensi
konflik
kepentingan para pemangku kepentingan yang terkait (stakeholders).
Dengan beragamanya sumber daya alam yang saling berkaitan pada
satuan wilayah pengelolaan DAS maka pengelolaan DAS harus
terpadu melalui pola “satu DAS
satu rencana dan satu sistem
pengelolaan ”.
Pengelolaan DAS harus dilakukan secara
lintas sektor dan
karena : a) bersifat
melibatkan berbagai disiplin ilmu;
b) mencakup
lintas wilayah administratif/ geografis (hulu sampai dengan hilir
DAS); c) terdapat keterkaitan yang yang kuat antara kegiatan di hulu
dengan di hilir dimana air sebagai sumber daya alam yang bergerak;
dan d) mengandung potensi konflik kepentingan yang tinggi karena
keterbatasan sumber daya alam. Hal ini pula yang melandasi
mengapa
ekosistem
pengelolaan
sumber
DAS
daya
merupakan
berbasis
satuan
terbaik
dalam
ekosistem.
Dengan
konsep
pengelolaan sumber daya berbasis ekosistem DAS memungkinkan
dilakukannya kajian keterkaitan antar kegiatan pengelolaan sumber
daya serta dampak biofisik dan sosial-ekonomi yang ditimbulkannya
baik dampak ditempat kegiatan itu sendiri (on-site) maupun dampak
diluar tempat kegiatan (off site).
Keterpaduan tersebut
pemecahan
masalah,
antara lain dalam identifikasi dan
menetapkan
sasaran
dan
tujuan,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan, serta pemantauan dan
evaluasi hasil kegiatan. Pengelolaan DAS terpadu seharusnya juga
memperhitungkan faktor lainnya terutama yang berkaitan dengan
aspek sosial, ekonomi, regulasi dan aspek pengaturan kelembagaan.
Dalam pengelolaan DAS terpadu tersebut, perencanaan sangat
penting dilakukan secara partisipatif dan melibatkan para pemangku
kepentingan, lintas wilayah administrasi dari hulu sampai hilir serta
harus didasarkan pada kajian kondisi biofisik, sosial, ekonomi,
politik, kelembagaan dan peraturan perundangan. Hasil perencanaan
tersebut berupa rencana pengelolaan DAS terpadu yang telah
disepakati oleh pihak yang terkait mejadi salah satu masukkan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Nasional
dan
Daerah
30
(RPJPNas dan D) dan menjadi acuan kegiatan sektoral di DAS yang
bersangkutan.
Karena
pengelolaan
DAS
melibatkan
para
pemangku
kepentingan, lintas sektor, lintas wilayah administrasi dan lintas
negara, maka pengelolaan tersebut memerlukan lembaga koordinatif
pada berbagai tingkat wilayah administrasi dan/atau daerah aliran
sungai. Pembentukan lembaga koordinatif dapat diprakarsai oleh
pemerintah dan/atau bukan pemerintah dengan keanggotaan dari
unsur-unsur pemerintah dan non-pemerintah.
Pelaksanaan
kegiatan
pengelolaan
DAS
pada
dasarnya
menyangkut a). pemanfaatan/pendayagunaan, hutan, lahan dan air;
b) rehabilitasi, restorasi
dan reklamasi hutan dan lahan; serta c)
konservasi hutan, tanah dan air. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh
masing-masing sektor sesuai kewenangannya, namun harus tetap
mengacu pada tujuan bersama yang telah ditetapkan dan disepakati
dalam rencana pengelolaan DAS Terpadu.
Pendanaan pelaksanaan pengelolaan DAS terpadu tidak mungkin
ditanggung semuanya oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
karena kemampuannya sangat terbatas. Pendanaan pengelolaan DAS
harus
dilakukan
dengan
berbagai
biaya
(cost sharing)
antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan bukan pemerintah. Dalam hal
ini,
mekanisme
pembiayaan
yang
diatur,
misalnya
dengan
menerapkan prinsip “penerima manfaat dan pembuat pencemaran
membayar” (beneficiaries and polutter pay principles) dan Dana
Alokasi Khusus Lingkungan.
Untuk pengendalian pengelolaan DAS agar sesuai dengan tujuan
yang diinginkan, maka sanksi dan gugatan juga merupakan hal yang
diatur, sehingga diharapkan PP ini dapat dijalankan dengan efektif.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
31
Pasal 2
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan berbagi biaya dan manfaat
(cost benefit sharing) adalah kontribusi biaya dan
manfaat oleh para pemangku kepentingan dalam
pengelolaan DAS.
Huruf e
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Air sebagai unsur ekosistem DAS diperlukan
untuk berbagai kepentingan seperti pertanian,
domestik, industri dan penyeimbang lingkungan,
kebutuhan air tersebut dapat dipenuhi baik
secara kuantitas dan kualitas sepanjang tahun.
Huruf b
Lahan dalam DAS bisa dipandang sebagai faktor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa
guna memenuhi kebutuhan manusia dan mahluk
hidup lainnya, harus diusahakan dalam batasbatas kemampuan sumber daya alam sehingga
dapat berproduksi secara berkelanjutan tanpa
mengalami
degradasi,
termasuk
didalamnya
upaya pengendalian erosi dan tanah longsor.
32
Yang dimaksud dengan daya dukung DAS adalah
kemampuan DAS dalam memenuhi kebutuhan
hidup dan kehidupan manusia yang berada di
dalam
DAS
tersebut
dalam
periode
waktu
tertentu.
Yang dimaksud dengan daya tampung lingkungan
adalah kemampuan lingkungan untuk menerima
masukan materi (biotik dan abiotik) yang berasal
dari luar lingkungan yang bersangkutan tanpa
menimbulkan kerusakan lingkungan.
Huruf c
Kesejahteraan masyarakat diharapkan tercapai
seiring dengan tercapainya kondisi tata air DAS
yang optimal dan kondisi lahan yang produktif.
Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai melalui
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi
antar
para
pemangku
kepentingan
dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
DAS
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Peraturan Menteri Kehutanan memuat antara lain:
a.
Kerangka
dasar
dalam
merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi kegiatan pengelolaan DAS terpadu.
b.
Kriteria
adalah
ukuran
yang
menjadi
dasar
penilaian dan penetapan sesuatu.
c.
Standar adalah spesifikasi teknis atas sesuatu yang
dibakukan
kegiatan.
Pasal 5
sebagai
patokan
dalam
melakukan
33
Cukup jelas
Pasal 6
Perencanaan pengelolaan DAS terpadu dimaksudkan untuk
merumuskan tujuan,
sinkronisasi program dan sistem
monitoring dan evaluasi program dalam DAS.
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Prioritas
DAS
keterbatasan
harus
sumber
diperhatikan
karena
adanya
daya
tersedia
untuk
yang
pengelolaan DAS.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a.
Cukup jelas
Huruf b.
Cukup jelas
Huruf c.
Cukup jelas
Huruf d
Berdasarkan
pertimbangan
efisiensi
dan
efektifitas dalam pengelolaan DAS, maka satu
34
atau
lebih
DAS
dan/atau
pulau-pulau
kecil
dikelola dalam SWP DAS.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Jangka
waktu
rencana
pengelolaan
DAS
terpadu
disesuaikan dengan jangka waktu rencana pembangunan
jangka panjang Nasional dan Daerah (RPJP Nasional dan
Daerah).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Rencana kegiatan sektoral pada DAS antara lain rencana
tahunan untuk rehabilitasi hutan dan lahan, rencana
sektor pertanian, perkebunan, dan pengairan yang disusun
oleh instansi atau lembaga yang menangani sektor tersebut.
35
Rencana
pembangunan
pembangunan
wilayah
adalah
rencana
sektor
dalam
wilayah
seluruh
kabupaten/kota atau provinsi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Secara hakiki karena DAS merupakan ekosistem alam
yang
bersifat
pengelolaan
lintas
DAS
batas
yang
(transboundary),
berkepentingan
maka
dengan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup,
melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor
dan lintas wilayah administrasi.
Keterlibatan para pemangku kepentingan dimaksudkan
untuk terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi
dan
sinergi
pada
setiap
tahap
penyelenggaraan
pengelolaan DAS.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Lembaga pemerintah antara lain instansi/lembaga/ dinas
pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.
Lembaga bukan pemerintah antara lain badan usaha
(BUMN/BUMS/BUMD),
lembaga
legislatif,
lembaga
yudikatif, lembaga donor, LSM, perguruan tinggi, kelompok
masyarakat, media masa.
Ayat (3)
Huruf a
36
Lembaga koordinasi pengelolaan DAS pada tingkat
nasional merupakan wadah koordinasi para pemangku
kepentingan
untuk
membantu
pemerintah
merumuskan kebijakan nasional dalam pengelolaan
DAS lintas sektor dan lintas wilayah administrasi.
Huruf b
Lembaga koordinasi pengelolaan DAS pada tingkat
provinsi merupakan wadah koordinasi para pemangku
kepentingan untuk membantu pemerintah provinsi
menjabarkan kebijakan nasional dalam pengelolaan
DAS ke dalam kebijakan pemerintah provinsi dan
memadukan kebijakan, program, kegiatan lintas sektor
dan lintas wilayah administrasi di DAS lintas provinsi
dan DAS lintas kabupaten/kota.
Huruf c
Lembaga koordinasi pengelolaan DAS pada tingkat
kabupaten/kota merupakan wadah koordinasi para
pemangku kepentingan untuk membantu pemerintah
kabupaten/kota menjabarkan kebijakan pemerintah
provinsi dalam pengelolaan DAS ke dalam kebijakan
pemerintah
kabupaten/kota
dan
memadukan
kebijakan, program dan kegiatan lintas sektor di DAS
dalam satu kabupaten/kota.
Pasal 19
Posisi unsur lembaga pemerintah dalam lembaga koordinasi
pengelolaan DAS sebagai instansi utama (leading agency) dalam
melaksanakan tugas yang bersifat kepemerintahan, Sedangkan
lembaga bukan pemerintah dan perorangan sebagai lembaga
pendukung
(supporting
agency).
Sedangkan
untuk
melaksanakan tugas yang bersifat bukan kepemerintahan,
unsur lembaga bukan pemerintah dapat menjadi leading
agency.
37
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Yang dimaksud bersifat konsultatif dan koordinatif adalah
hubungan
kerja
antar
mengkomunikasikan,
lembaga
koordinasi
mengintegrasikan
dalam
dan
mensinkronisasikan tugas-tugas lembaga koordinasi.
Antar Lembaga koordinasi secara struktural tidak ada
hubungan hirarki.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang per orang
dan dunia usaha.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Bentuk-bentuk kewajiban antara lain:
38
a. mencegah terjadinya kerusakan hutan dan lahan
b. mencegah terjadinya pencemaran.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Yang
dimaksud
penggunaan
dengan
lahan
kriteria
(penutupan
biofisik
antara
vegetasi,
lain
kesesuaian
penggunaan lahan, erosi, kerawanan tanah longsor), tata air
(debit
sungai,
laju
sedimentasi,
koefisien
limpasan,
kandungan pencemar).
Yang dimaksud dengan kriteria sosial ekonomi antara lain
kepedulian
individu,
partisipasi
masyarakat,
tekanan
penduduk, ketergantungan penduduk terhadap lahan dan
tingkat pendapatan.
Yang dimaksud dengan kriteria kelembagaan antara lain
keberdayaan
ketergantungan
lembaga
masyarakat
masyarakat
kepada
lokal
pemerintah,
(adat),
KISS
(koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplipikasi) dan
keberadaan usaha bersama.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 31
39
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan institusi bukan pemerintah antara
lain swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
40
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan dibangun dan dikelola adalah
menghimpun data dan informasi dari berbagai pihak untuk
dirumuskan ke dalam sistem informasi pengelolaan DAS
dan untuk selanjutnya dikelola sebagai pusat informasi
pengelolaan DAS.
Pasal 42
Yang dimaksud produk dari sistem informasi pengelolaan DAS
antara lain berupa data pokok DAS baik numerik maupun
spatial dan sistem pendukung pengambilan keputusan pada
setiap tingkat pengelolaan DAS.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Dana pengelolaan DAS terpadu dibebankan pada anggaran
instansi-instansi yang melaksanakan kegiatan yang menjadi
bagian dari pengelolaan DAS terpadu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Pengenaan
pembebanan
biaya
antara
lain
dapat
menggunakan instrumen pajak, retribusi, iuran.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Dana ini berupa dana perusahaan yang dikeluarkan
untuk membiayai pelestarian dan atau kepedulian
41
perusahaan terhadap ekosistem DAS karena aktifitas
perusahaan.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Dana lainnya
global
dapat berupa dana lingkungan antara lain
environmental
facility
(GEF),
clean
development
mechanism (CDM), trust fund, enviromental fund.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah:
a. Presiden untuk tingkat nasional;
b. Gubernur untuk tingkat provinsi;
c. Bupati/Walikota untuk tingkat kabupaten/kota.
Pasal 45
Pemerintah secara proaktif membiayai kegiatan pembangunan
untuk meningkatkan kualitas dan melestarikan eksosistem
DAS, seperti restorasi/rehabilitasi/reklamasi dan perlindungan/
konservasi hutan, tanah dan air termasuk pembangunan
sarana/prasarana pengendalian banjir, erosi, tanah longsor dan
kekeringan.
Pasal 46
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
42
Yang dimaksud dengan kinerja pengelolaan DAS adalah
tingkat kemampuan dan kemajuan penyelenggaraan
kegiatan
pengelolaan
DAS
oleh
para
pemangku
kepentingan terkait.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud institusi di luar instansi pemerintah antara
lain lembaga koordinasi,
yayasan, LSM dan lembaga
keuangan alternatif.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 48
Ayat (1)
Yang dimaksud hak mengajukan gugatan perwakilan pada
ayat ini adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk
bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang
dirugikan
atas
dasar
kesamaan
permasalahan,
fakta
hukum dan tuntutan yang ditimbulkan karena pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan
apabila memenuhi persyaratan:
43
a.
Berbentuk badan hukum atau yayasan;
b.
Dalam anggaran dasar organisasi lingkungan hidup
yang bersangkutan menyebutkan dengan tegas bahwa
tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk
kepentingan pelestarian fungsi DAS;
c.
Telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran
dasarnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 50
Ayat (1)
Penyelesaian
sengketa
pengelolaan
DAS
melalui
perundingan di luar pengadilan dilakukan secara sukarela
oleh para pemangku kepentingan yang berkepentingan,
yaitu
para
pemangku
kepentingan
yang
mengalami
kerugian dan mengakibatkan kerugian, instansi pemerintah
yang terkait dengan subyek yang disengketakan, serta
dapat
melibatkan
pihak
yang
mempunyai
terhadap pengelolaan DAS Terpadu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
kepedulian
44
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR .............
Download