FAKTOR RISIKO KOLONISASI MIKROFLORA PADA VAGINA IBU HAMIL DI MAKASSAR TAHUN 2013 RISK FACTOR MICROFLORA COLONIZATION ON PREGNANCYS VAGINA IN MAKASSAR 2013 Fardi1, Rizalinda2, Nasrun Massi2 1 Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, 2Program Studi Biomedik Pascasarjana, Universitas Hasanuddin,3Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar, Alamat Korespondensi: Fardi S. Kep Program Studi Biomedik Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 No. Hp : 085299385387 E-mail : [email protected] Abstrak Di seluruh dunia angka infeksi berdasarkan kolonisasi diperkirakan 20-30% pada kehamilan 35 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui: a) proporsi kolonisasi bakteri gram positif dan negatif pada Ibu hamil usia lebih dari 31 minggu. b) Faktor risiko apakah pada ibu hamil yang berkorelasi dengan kolonisasi bakteri patogen. Desain yang digunakan adalah desain dengan pendekatan cross sectional study. Sampel yang di gunakan adalah 100 sampel swab vagina ibu hamil (usia kehamilan 31 minggu) dan sampel darah dari bayi yang dilahirkan untuk melihat dan menganalisis transmisi infeksi fetomaternal mikroflora pada vagina. Hasil penelitian dari pemeriksaan 100 sampel dengan menggunakan teknik kultur pada medium Blood Agar (BA), Natrium Agar (NA), Mac Concey, Sabarause Dektrose Agar (SDA) dan Manitol Sukrose Agar (MSA) didapatkan 98 pertumbuhan dengan persentase bakteri gram positif dan negatif 21 sampel (20.6%) dan 77 sampel (75,5%). Sedangkan untuk jamur didapatkan Candida Sp 54 sampel (55.1%). Berdasarkan hasil analisis statistik data pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa umur dengan tingkat kemaknaan 0.01 (ρ<0.05) dan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dengan tingkat kemaknaan 0.038 (ρ<0.05) memiliki hubungan dengan kolonisasi bakteri yang berpotensi terjadinya infeksi fetomaternal pada bayi. Kata Kunci : Kolonisasi Mikroflora, Faktor Risiko, Ibu Hamil Abstract Worldwide infection rates based on estimated 20-30 % colonization at 35 weeks gestation. During normal pregnancy colonization transient, intermittent, or chronic infection and the spectrum varies from asymptomatic colonization to the sepsis. This study aimed to determine : a) the proportion of the colonization of gram positive and negative bacteria in pregnant women over 31 weeks of age . b ) whether the risk factors in pregnant women that correlated with the colonization of pathogenic bacteria. Cross sectional approach had alternated.. The samples used were 100 vaginal swab samples of pregnant women (31 weeks gestation) and blood samples of neonatal to see and analyze the transmission of infection in vaginal microflora fetomaternal. The results of the examination of 100 samples using culture techniques on medium Blood Agar (BA), Sodium Agar (NA), Mac Concey, Sabarause Dektrose Agar (SDA) and Sucrose Mannitol Agar (MSA) obtained 98 percent growth with gram positive and negative bacteria on pregnant women over 31 weeks gestation. Candida Sp obtained on SDA culture and gram staining followed by a number of 54 samples (55.1%). The symptom was to be is Discharge Vagina over 30% cases. Among 76.6% with habitually antiseptic usual. Based on data statistical analysis can be concluded that the age have a significance level 0:01 ( ρ < 0.05) .and contraceptive used have a significance level of 0.038 (ρ < 0.05), had a relationship with a potential fetomaternal infection to infant. Keywords: Microflora Colonization, Risk Factors and Pregnancys PENDAHULUAN Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95 persen Lactobacillus, 5 persen patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat keasaman menurun, pertahanan alamiah juga akan turun, dan rentan mengalami infeksi (Morgan dan Haminton, 2003) Ketidakseimbangan ekosistem vagina disebabkan banyak faktor, di antaranya; kontrasepsi oral, penyakit diabetes mellitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching), dan gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau menopause (Iain, dkk, 2003). Peningkatan insidensi infeksi neonatal yang disebabkan oleh GBS telah diteliti oleh banyak peneliti sejak 20 tahun terakhir. Hal ini telah menggeser insidensi infeksi neonatal yang disebabkan Escherichia coli yang banyak dilaporkan sebelum tahun 1970an. Schuchat et al. (2000) melaporkan angka kejadian infeksi neonatal early-onset yang disebabkan oleh GBS adalah 1,4 kasus per 1000 kelahiran, sedangkan yang disebabkan oleh Escherichia coli hanya 0,6 kasus per 1000 kelahiran (Manuaba, 2008). Program peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan program prioritas di departemen kesehatan. Sementara itu, infeksi Streptokokus Grup B (GBS) atau Streptococcus agalactiae pada neonatus telah menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas bayi di seluruh dunia, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang. Bakteri GBS merupakan penyebab utama infeksi yang serius pada bayi baru lahir antara lain menyebabkan pneumonia, septikemia dan meningitis neonatal (Jawetz, dkk, 2008). Data mengenai bakteri-bakteri yang terdapat pada vagina ibu yang berpeluang untuk ditransmisi secara perinatal pada wanita hamil di kota makassar tidak diketahui karena pemeriksaan skrining tidak pernah dilakukan yang akan menyebabkan pemberian antibiotik profilaksis menjadi tidak tepat (Kim, dkk, 2008). Untuk itu lah penelitian mengenai bakteri-bakteri rectovaginal yang berpotensi menyebabkan infeksi pada neonatus beserta faktor risiko pada ibu yang mempengaruhi terjadinya sepsis neonatus perlu dilakukan. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Fatimah Makassar sebagai tempat pengambilan sampel dan Unit Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar sebagai tempat penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Populasi dan Sampel Populasi adalah ibu hamil yang datang ke rumah RSKIA Fatimah untuk pemeriksaan Ante Natal Care (ANC). Sampel sebanyak seratus ibu hamil yang dipilih secara random sampling yang telah memenuhi kriteria yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan > 31 minggu yang memenuhi kriteria serta bersedia untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani Informed Concent yang telah dikeluarkan oleh Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Teknik Pengumpulan Data Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada rektal dan vagina yang dilakukan sendiri oleh ibu hamil setelah mendapatkan penjelasan bidang/dokter yang melakukan pemeriksaan ANC. (Kubota, dkk, 2005) Pengambilan darah dan pengumpulan data dilakukan oleh petugas laboratorium yang terlatih dan data tentang faktor risiko dilakukan dengan wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). (Aziz, 2010). Metode Kerja dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan sampel swab vagina dari ibu hamil dan sampel darah dari bayi yang dilahirkan, selanjutnya sampel tersebut akan diperiksakan di laboratorium rumah sakit unhas. Sampel swab vagina melalui medium transport akan dimasukkan pada medium BHIB kemudian diinkubasi pada suhu 270 C selama 24 jam. Setelah itu sampel akan dikultur pada medium Blood Agar (BA), Mc. Concey (MC), dan Sabarause Dekstrose Agar (SDA), kemudian diinkubasi selama 24 jam. Kemudian koloni dari hasil kultur selanjutnya akan dilakukan uji konfirmasi mengenai jenis dan spesifikasi dari bakteri yang diperiksa. Dan untuk melihat morfologinya dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis (Munzilla dan Winkjosastro, 2007) Hasil dari tiap pemeriksaan sampel kemudian ditabulasi dan dianalisis statistik untuk melihat dan menilai hubungan dari gejala yang muncul pada ibu dan bayi yang dilahirkan sebagai dampak infeksi transmisi fetomaternal. HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai September 2013. Pengumpulan sampel dilakukan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Fatimah Makassar. Pengerjaan sampel dilakukan di Unit Penelitian Rumah Sakit Universitas Hasanudin Makassar. Selama periode waktu tersebut diperoleh 10 sampel swab vagina ibu hamil yang datang pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi peneliti serta bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani Informed Consent. Identifikasi mikroflora pada vagina ibu hamil Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi mikroflora pada vagina wanita hamil untuk mengetahui prevalensi dan persentase beberapa mikroflora yang dapat menimbulkan gejala pada ibu hamil maupun yang bersifat asimptomatik dengan menggunakan teknik kultur dengan sampel swab vagina. Selain itu, penelitian ini juga berfungsi sebagai skrining atas beberapa kasus sepsis pada bayi yang dilaporkan beberapa kasus di dunia berhubungan dengan infeksi fetomaternal yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus Group B (GBS). Sampel yang diperoleh dari rumah sakit berupa swab vagina dengan menggunakan Medium Stuart (Medium transport) dimasukkan ke dalam kaldu BHIB dan kemudian di tanam pada 3 medium kultur yaitu Blood Agar (BA), Mc. Concey (MC), dan Sabarause Dextrose Agar (SDA). Dan untuk diferensiasi dan memastikan mikroflora kemudian dilakukan uji biokimia serta pewarnaan gram untuk melihat morfologi dan koloni bakteri. Berikut adalah data hasil pemeriksaan bakteri pada Ibu hamil (Sylvia dan Julius, 2010) Tabel 1 menunjukkan distribusi frekuensi kolonisasi mikroflora pada vagina ibu hamil bahwa jumlah bakteri gram negatif sebanyak 69 sampel (78.6%) pada rektovagina ibu hamil dan ini lebih banyak dari bakteri gram positif yang banyaknya 21 sampel (21.4%). Sedangkan Candida Sp yang teridentifikasi pada medium kultur dan pewarnaan gram adalah sebanyak 54 sampel (54%) dan Non Candida teridentifikasi 46 sampel (46%). Tabel 2 menunjukkan frekuensi jenis bakteri pada pemeriksaan kolonisasi mikroflora vagina ibu hamil. Pada gram positif yang paling banyak ditemukan adalah S. Aureus sebanyak 12 sampel (12.2%) dibandingkan bakteri gram positif lain. Sedangkan pada bakteri gram negatif Enterobacter Agglomerans merupakan bakteri yang paling banyak di antara bakteri gram negatif lainnya yaitu sebanyak 18 sampel (18.4%). Adapun Gejala yang sering muncul adalah keputihan sekitar 30% ibu hamil dan diantaranya 76.6% dari ibu yang mengalami keputihan menyatakan sering menggunakan sabun antiseptik. Hasil analisis statistik faktor risiko yang berkorelasi dengan kolonisasi mikroflora pada ibu hamil Setelah dilakukan analisis statistik terhadap beberapa faktor risiko dengan kolonisasi mikroflora pada rektovagina Ibu hamil, maka didapatkan beberapa data yang tidak berkorelasi dengan kolonisasi bakteri diantaranya adalah pendidikan ibu dengan tingkat kemaknaan 0.824 lebih besar dari 0.05 (p>α), pekerjaan suami dengan tingkat kemaknaan(p=0.414), frekuensi kehamilan dengan tingkat kemaknaan (p=0.816), jumlah kelahiran dengan tingkat kemaknaan (p=1.000), riwayat keguguran dengan tingkat kemaknaan (p=0.343), gejala keputihan dengan tingkat kemaknaan (p=0.652) dan ibu hamil riwayat pembedahan dengan tingkat kemaknaan (p=0.905). (Agus, 2009) Dari beberapa faktor risiko yang diuji statistik berikut adalah data yang menyatakan ada hubungan atau korelasi antara faktor risiko dengan kolonisasi bakteri pada vagina adalah umur denga kemaknaan 0.01 (ρ<0.05) dan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dengan tingkat kemaknaan 0.038 (ρ<0.05). (Ghozali, 2006). PEMBAHASAN Koloni bakteri yang berperan terhadap kesehatan individu adalah bakteri genus lactobacillus. Laktobasil telah dikenal secara umum sebagai pengendali ekosistem vagina. Kehadiran Laktobasil dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Bacteroides fragilis, Escherichia coli, Gardnerella vaginalis, Mobiluncus spp., Neisseria gonorrhoeae, Peptostreptococcus anaerobius, P. bivia and Staphylococcus aureus. Beberapa spesies bakteri anaerob yang sering didapatkan pada vagina seperti gram: Positif coccus: Atopobium vaginae, peptostreptococcus spp., Staphylococcus spp., Streptococcus spp.,dan Bacteroides spp., Fusobacterium spp.,Gardnerella vaginalis, Mobilincus, Provotella spp,. dan bakteri Gram negatif sistem pencernaan seperti Escherichia coli. Dan juga jenis Candida albicans, Mycoplasma dan Ureaplasma sering didapatkan pada vagina. Beberapa dari bakteri obligat dan fakultatif anaerob sering juga dihubungkan dengan Bacterial Vaginosis (Ravel dkk, 2011). Para agen infeksi yang terkait dengan sepsis neonatorum telah berubah selama 50 tahun terakhir S. Aureus dan E. Coli adalah infeksi yang paling umum dan bakteri berbahaya untuk neonatus selama tahun 1950 di Amerika Serikat. Selama dekade berikutnya, GBS diganti S. Aureus sebagai organisme gram positif yang paling umum menyebabkan sepsis awal. Selama tahun 1990, GBS dan E. Coli terus dikaitkan dengan infeksi neonatal, namun Staphylococcus epidermidis koagulase negatif sekarang lebih sering diamati. Organisme lain, seperti L monocytogenes, Chlamydia pneumoniae, H influenzae, Enterobacter aerogenes, dan spesies Bacteroides dan Clostridium juga telah diidentifikasi dalam sepsis neonatorum. (Hummelen, dkk, 2011) Sepsis neonatal yang disebabkan oleh bakteri merupakan penyebab utama penyakit dan kematian pada bayi baru lahir. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kashan, Iran selama 3 tahun dengan fokus penelitian bakteri gram negatif menunjukkan bahwa dari 1680 neonatus yang dilakukan pemeriksaan dinyatakan bahwa 6.6% positif kultur darah. Dari persentase ini, 36% dinyatakan positif kultur Pseudomonas aeruginosa, 20.7% Staphylococcus dan 17% Klebsiella Spp sedangkan bakteri gram negatif totalnya 72.1 % dari bakteri gram positif kultur. Sedangkan angka kematian bayi 19.8% dan diantaranya 63.6% yang lahir preterm (Tumbaga dan Philip, 2003) Pada tabel distribusi dan hubungan faktor risiko dengan kolonisasi bakteri yang berpotensi terjadinya infeksi fetomaternal pada bayi menyatakan bahwa faktor umur dan penggunaan alat kontrasepsi merupakan faktor risiko terjadinya infeksi fetomaternal pada bayi. Hal ini sesuai dengan teori Iain T.C, dkk (2003) yang menyatakan bahwa, dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat keasaman menurun, pertahanan alamiah juga akan turun, dan rentan mengalami infeksi. Ketidakseimbangan ekosistem vagina disebabkan banyak faktor, di antaranya; kontrasepsi oral, penyakit diabetes mellitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching), dan gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau menopause (Saifudin, 2005). KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian dari pemeriksaan 100 sampel didapatkan 98 pertumbuhan dengan persentase bakteri gram positif dan negative pada vagina ibu hamil usia lebih dari 31 minggu adalah 21 sampel (20.6%) dan 77 sampel (75,5%). Berdasarkan hasil analisis statistik data pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa umur dengan tingkat kemaknaan 0.01 (ρ<0.05) dan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dengan tingkat kemaknaan 0.038 (ρ<0.05) memiliki hubungan dengan kolonisasi bakteri pada ibu hamil. Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan melakukan cross cek pada bayi yang dilahirkan untuk mengetahui infeksi fetomaternal yang didapatkan pada ibu. DAFTAR PUSTAKA Agus, R (2009). Pengelohan Dan Analisis Data Kesehatan, cetakan kedua. Yogyakarta: Nuha Medika Aziz, A. H. (2010). Metode Penelitian Kesehatan, Paradigm Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing . Ghozali, I(2006). Statistik Nonparametrik. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Hummelen, R., A. D. Fernandes, J. M. Macklaim, R. J. Dickson, J. Changalucha, G. B. Gloor, and G. Reid. (2010). Deep sequencing of the vaginal microbiota of women with HIV. London: Development Centre for Probiotics. Iain T. Cameron, Brian A. Magowan, Ralph N. Roberts.(2003). Problem-Based Obstetrics and Gynaecology, London; Churchill Livingstone. Jawetz, J.L. et al. (2008). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kim E. J, Kwan Young Oh, Moon Young Kim, Yong Soo Seo, Jung Hwan Shin, Young Rae Song, Jae Hyug Yang, Betsy Foxman, Moran Ki,. (2008). Risk Factors for Group B Streptococcus Colonization Among Pregnant Women in Korea, USA: Department of Preventif Medicine. Kubota T, Nojima M, Itoh S.(2005). Vaginal bacterial flora of pregnant women colonized with group B streptococcus, Korea: Department of Obstetrics and Gynecology. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC. Morgan, G dan Haminton, C. (2006). Obstetric dan Ginekologi, Jakarta: EGC, Munzila, S and Wiknjosastro, (2007). Pemeriksaan pH dan LEA Vagina dengan Dipstick sebagai Metoda Penapisan Vaginosis Bakterial dalam Kehamilan, Indonesia: Departement of Gynecology. Ravel, J., P. Gajer, Z. Abdo, G. M. Schneider, S. S. Koenig, S. L. McCulle, S. Karlebach, R. Gorle, J. Russell, C. O. Tacket, R. M. Brotman, C. C. Davis, K. Ault, L. Peralta, and L. J. Forney. (2011). Vaginal microbiota of reproductive age women. USA: Departement of Gynecology. Saifudin. (2005). Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sylvia Y.M, Julius E.S. (2010). Diagnosis praktis vaginosis bakterial pada kehamilan. Jakarta: Bagian Mikrobiologi Kedokteran Trisakti. Tumbaga PF, Philip AGS. (2003). Perinatal Group B Streptococcal Infections: Past, Present, and Future. USA: American Academy of Pediatrics. Lampiran Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kolonisasi Mikroflora Pada Vagina Ibu Hamil Demografi 1. Bakteri Gram positif Gram negative 2. Jamur Candida Sp Non Candida Sp N % 21 77 21.4 78.6 54 46 54 46 Tabel 2 Frekuensi jenis bakteri pada pemeriksaan kolonisasi mikroflora vagina ibu hamil Jenis Bakteri 1. Bakteri Gram Positif GBS S. Aureus S. Epidermidis 2. Gram negative Eschericia coli Klebsiella Pneumonie Klebsiella Oxytoca Enterobacter Agglomerans Enterobacter Aerogenes Enterobacter Cloacae Enterobacter Hapniae Providencia Alcalifaciens Proteus Vulgaris Proteus Mirabilis Acinetobacter Sp Alkaligenes Faecalis N 21 1 12 8 77 7 4 1 18 13 2 1 13 6 3 6 2 % 21.4 1 12.2 8.2 78.6 7.1 4.1 1 18.4 13.3 2.1 1 13.3 6.1 3 6.1 2.1