9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran 6 m x 12 m berada di lokasi dengan ketinggian tempat 250 m dpl. Bahan dan Alat Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah bibit tebu berupa bagal satu mata varietas PS 862 dan PS 864. Media yang digunakan adalah tanah jenis Latosol. Kompos blotong diperoleh dari Litbang Tanaman PG Tjoekir PTPN X Surabaya. Pupuk yang digunakan adalah ZA, SP-36, KCl, disinfektan Lysol 20 % dan Dithane-45, insektisida Curacron. Alat Alat-alat yang digunakan antara lain pot, sebagai wadah media tanam; timbangan, untuk menimbang dosis pupuk dan bobot tanaman kering total di akhir percobaan; jangka sorong, untuk mengukur diameter batang; oven untuk mengeringkan tanaman (basah) di akhir percobaan dan penggaris atau meteran untuk mengukur luas daun dan tinggi tanaman. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan dua faktor perlakuan, varietas sebagai petak utama dan dosis sebagai anak petak. Varietas (V) yang digunakan adalah varietas PS 862 (V1) dan PS 864 (V2). Dosis kompos blotong (B) yang digunakan adalah 0 ton/ha (B1), 5 ton/ha (B2), 7.5 ton/ha (B3), 10 ton/ha (B4) dan 12.5 ton/ha (B5). Tiap perlakuan diulang tiga kali dan tiap unit percobaan terdiri atas tiga ember tanaman, sehingga ada 30 satuan percobaan dengan 90 tanaman. Model aditif linier dari rancangan tersebut adalah: Yijk i j ij k ik ijk 10 Keterangan: Yijk = nilai pengamatan peubah Y pada ulangan ke-i, varietas ke-j dan dosis blotong ke-k i = 1,2,3 j = 1,2 k = 1,2,3,4,5 = nilai rataan umum i = tambahan nilai karena ulangan ke-i j = tambahan nilai karena varietas ke-j ( )ij = galat (1) = tambahan nilai karena dosis blotong ke-k k ik ijk = tambahan nilai karena varietas ke-j dan dosis blotong ke-k = galat (2) Data diolah dengan uji F, apabila nyata pada taraf 5 % maka diuji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) taraf 5 % untuk mendapatkan nilai tengah kemudian diregresi. Pelaksanaan Percobaan Pembibitan Bibit yang disemai adalah bibit bermata tunas satu yang dipotong dengan pisau 8-10 cm. Sebelum pemotongan, pisau terlebih dulu dicelupkan dalam larutan Lysol 20 % yang bertujuan mencegah infeksi lewat pisau. Kemudian penyemaian dilakukan di bak tanah selama 1 minggu. Bibit semai ini masih dipelihara untuk mengganti tanaman yang tidak sehat atau mati setelah dipindahkan ke pot. Gambar bibit semai dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Pembibitan PS 862 Umur 3 Minggu Semai 11 Persiapan Media Tanam dan Pemupukan Blotong Media tanah yang akan digunakan dibersihkan dari sampah, baik organik maupun nonorganik. Lalu tanah dikeringanginkan selama dua hari, diayak dan dimasukkan ke dalam pot masing-masing sebanyak 10 kg. Pada saat ini, pipa berdiamater 2 cm yang sisinya berlubang (4-5 lubang) dipasang ke dalam pot. Kompos blotong diberikan dengan cara diaduk dalam tanah. Inkubasi ini dilakukan dua minggu sebelum penanaman. Perlakuan kompos blotong per pot meliputi 0 g (0 ton/ha), 24 g (5 ton/ha), 36 g (7,5 ton/ha), 48 g (10 ton/ha), dan 60 g (12,5 ton/ha). Penanaman dan Penyulaman Bibit tersebut ditanam setelah dua minggu sebelumnya dilakukan inkubasi blotong pada media. Untuk mencegah serangan penyakit, bibit dicelupkan dalam larutan Dithane-45 2 cc/l, penanaman bibit satu tanaman per pot dengan kedalaman 2 cm di bawah permukaan tanah. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang menunjukkan tanda-tanda tidak sehat (merana). Selama percobaan, penyulaman dilakukan satu kali pada tanaman varietas PS 862 dengan perlakuan dosis 5 ton/ha kompos blotong ulangan ketiga (V1B2U3) pada saat berumur tiga minggu setelah tanam ( 3 MST). Pemupukan Pemupukan yaitu 600 kg ZA, 250 kg SP-36, dan 100 kg KCl per hektar atau 2,8 g ZA, 1,2 g SP-36 dan 0,48 g KCl per pot. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar merata pada lingkaran di sekitar tanaman. Pertama, satu minggu setelah tanam (1 MST) dengan ½ dosis ZA dan 1 dosis SP-36 dan kedua pada enam minggu setelah tanam (6 MST) dengan ½ dosis ZA dan 1 dosis KCl. Pemeliharaan Penyiraman dilakukan setiap hari sekitar pukul 06.00 sampai 10.00 dengan volume air kapasitas lapang yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu dengan bobot total pot (pot + tanah) 12 kg atau dengan penyiraman 200 ml air. Penyiraman 12 dilakukan melalui pipa berlubang agar air tersebar merata di dalam tanah (Gambar 2). Gambar 2. Cara Penyiraman pada Tebu Umur 10 MST Melalui Pipa Berlubang Selama penelitian tidak ada serangan hama dan gangguan gulma yang berarti dan tidak ada serangan penyakit. Penanggulangan serangan hama dan gangguan gulma dilakukan secara manual. Pengamatan Percobaan dilakukan selama tiga bulan dan pengamatan dilakukan tiap 2 minggu sejak tanaman berumur dua minggu setelah tanam. Pengamatan terhadap tanah meliputi: 1. Analisis tanah awal. Pengambilan satu contoh tanah pada awal penyiapan media tanam (sebelum inkubasi). 2. Analisis tanah saat inkubasi. Pengambilan empat contoh tanah secara komposit yang mewakili empat perlakuan pupuk blotong dua minggu setelah inkubasi blotong atau tepat sebelum pindah tanam bibit ke pot. 3. Analisis tanah setelah percobaan (akhir). Pengambilan masing-masing varietas sepuluh contoh tanah dengan dua kali ulangan yang mewakili lima perlakuan kompos blotong setelah panen. Hasil analisis tanah akhir ini kemudian diolah dengan uji F, apabila nyata pada taraf 5 % maka diuji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5 % untuk mendapatkan nilai tengah kemudian diregresi. 13 Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah Bogor kemudian hasil analisis sifat tanah digolongkan menurut kriteria hasil analisis tanah Pusat Penelitian Tanah tahun 1983. Pengamatan yang dilakukan meliputi: 1. Tinggi tanaman (TT) batang utama diukur dari permukaan tanah sampai ujung tangkai daun teratas, dilakukan tiap dua minggu. 2. Jumlah daun (JD) pada batang utama dihitung yang telah membuka sempurna dan dilakukan tiap dua minggu. 3. Luas daun (LD) dengan mengukur panjang dan lebar daun (+) 1 (daun pertama yang membuka sempurna) dan dilakukan tiap dua minggu. 4. Jumlah anakan (JA) per tanaman dihitung pada akhir percobaan. 5. Diameter batang (DIB) pada batang utama diukur, yaitu pada ruas kedua dari bawah pada akhir percobaan dengan jangka sorong. 6. Bobot kering tajuk (BKT) dan akar (BKA), tanaman yang sudah dipanen dikeringkan dalam oven selama dua hari dengan suhu 60 0C pada akhir percobaan kemudian baru ditimbang dengan timbangan digital. 7. Sifat kimia tanah, pengambilan sepuluh contoh tanah dengan dua kali ulangan pada akhir pengamatan (setelah dipanen) kemudian dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian Tanah Bogor.