BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menciptakan kedewasaan pada manusia. Proses yang dilalui untuk mencapai kedewasaan tersebut membutuhkan waktu yang lama, karena aspek yang ingin dikembangkan bukanlah hanya kognitif melainkan mencakup semua aspek kehidupan, termasuk didalamnya nilai-nilai ketuhanan. Manusia memerlukan pendidikan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah berkembang semakin tinggi dan makin kompleks. Pendidikan sangat dibutuhkan, karena manusia memiliki cita-cita kebudayaan dan nilai yang merupakan pusaka masyarakat yang harus dipelihara dan kemudian dikembangkan setiap zaman. Semua itu akan terwujud melalui bimbingan dan pendidikan atau pembinaan yang baik dan benar. Anak-anak sebagai generasi muda dan orang dewasa sebagai generasi tua harus selalu berinteraksi untuk mengembangkan cita-cita, nilai-nilai dan kebudayaan tersebut untuk dipelihara dan dikembangkan lebih lanjut. Melalui interaksi edukatif ini generasi muda akan menerima amanah atau titipan berharga untuk dijaga dan dipeliharanya, selanjutnya dia akan mewariskan pula kepada generasi penerus sampai akhir hayatnya. Pendidikan di Indonesia sangat erat kaitannya dengan pendidikan moral maupun pendidikan karakter. Lickona (dalam Setiawan, 2014: 3) mendefensikan “ pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak 1 2 dengan landasan inti nilai-nilai etis”. Sedangkan menurut Muslich ( 2011 : 129) “Karakter yaitu cara berpikit dan berperilaku seseorang yang menjadi ciri khas dari tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam keluargaamasyarakat, dan negara”. Sikap dan perilaku masyarakat di Indonesia sekarang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter mulia, seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religius, sedikit demi sedikit mulai terkikis dan terganti oleh budaya asing sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak lagi dianggap penting. Pendidikan moral atau pendidikan karakter di masa sekarang sangat dibutuhkan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda bangsa ini. Meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan pada anak-anak dan remaja, kejahatan seperti pencurian, perampokan, penggunaan narkoba dan pornografi, serta korupsi sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Angkasari dan Harmanto (2014, Vol 3 : 2) mengatakan : Nilai-nilai budi pekerti dianggap penting untuk ditanamkan karena mampu mengembangkan watak peserta didik dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya yang menekankan pada aspek afektif tanpa meninggalkan aspek kognitif dan aspek psikomotorik. Selain itu, penanaman nilai-nilai budi pekerti dapat dijadikan bekal bagi peserta didik di masa depan agar memiliki hati nurani yang bersih, perilaku baik serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Hal tersebut dapat membentuk warga negara yang berakhlak baik, yakni manusia yang memiliki kemampuan berpikir rasional, kesadaran moral, berdasarkan hak dan kewajiban warga negara. Artinya, warga negara memiliki kemampuan untuk bekerja sama berdasarkan nilai-nilai agama, norma dan moral luhur bangsa. 3 Menurut teori Psikoanalisa, seseorang dikatakan bermoral apabila tindakan-tindakannya sesuai dengan nilai-nilai, aturan-aturan yang berlaku di masyarakat saat itu, dan sebaliknya seseorang dikatakan tidak bermoral apabila tindakannya menyimpang dari nilai-nilai, aturan-aturan masyarakat. Perkembangan moral berarti individu makin mampu menginternalisasikan nilainilai dan peraturan-peraturan ke dalam dirinya (Latif, 2009:74). Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter siswa. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik. Pada masa sekarang ini banyak tindak kekerasan dan pelecehan terjadi di sekolah. Tidak hanya itu, sekarang ini masih banyak siswa yang bisa dikatakan jauh dari karakter yang baik. Siswa atau remaja pada masa sekarang ini mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar yang tidak baik. Banyak di jumpai, pada jam pelajaran berlangsung siswa-siswa baik SD, SMP dan SMA masih berkeliaran diluar sekolah, bolos sekolah, merokok, dan melakukan hal-hal buruk lainnya. Ini mencerminkan pendidikan moral yang mereka terima di lembaga pendidikan belum maksimal, sehingga karakter yang baik belum terbentuk di dalam diri mereka. Seperti halnya di SMP Negeri 3 Hinai, masih ada beberapa siswa-siswi disekolah ini yang belum memiliki karakter yang baik. Masih ada siswa-siswi yang tidak taat terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Tidak jarang anak didik di sekolah ini melakukan kasalahan-kesalahan yang cukup fatal, yang mengakibatkan mereka di skors dari sekolah bahkan dikeluarkan dari sekolah 4 tersebut. Seperti melakukan pelecehan seksual, menonton video porno, cabut dari sekolah, tidak hadir kesekolah tanpa alasan yang jelas. Penerapan pendidikan moral yang baik dan benar akan mempengaruhi karakter siswa yang terbentuk nantinya. Karena melalui pendidikan ini anak didik akan menjadi pribadi yang berkarakter, sehungga perilaku-perilaku buruk pada siswa tidak akan terjadi. Dengan kata lain, pendidikan moral harus mampu mengemban misi pembentukan karakter sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia. Dengan pendidikan moral yang baik, diharapkan akan tercipta generasi yang mampu membawa bangsa ini menuju ke arah yang lebih baik lagi. Melalui pemahaman mengenai konsep moral ini, kita sebagai pendidik dan calon pendidik diharapkan mampu menerapkan pemahaman moral terhadap anak didik kita nanti agar terbentuknya karakter yang baik. Dengan demikian dari uraian di atas bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah “Korelasi Pemahaman Konsep Moral dengan Karakter Siswa SMP Negeri 3 Hinai”. B. Identifikasi Masalah Dalam suatu penelitian perlu diidentifikasi masalah yang akan diteliti menjadi terarah dan jelas tujuannya sehingga tidak mungkin terjadi kesimpangsiuran dan kekaburan didalam membahas dan meneliti masalah yang 5 ada. Jika identifikasi masalah sudah jelas, tentu dapat dilakukan penelitian lebih mendalam. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Rendahnya pemahaman sekolah terhadap konsep moral. 2. Kurangnya bimbingan guru mengenai pemahaman konsep moral bagi peserta didik. 3. Rendahnya kemauan siswa dalam menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. 4. Belum optimalnya pendidikan karakter yang diterapkan sekolah menyebabkan tidak terbentuknya karakter siswa dengan baik. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian, agar peneliti terarah dan juga tidak luas. Hal ini sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh Sukmadinata ( dalam Setiawan 2014 : 69) dimana beliau mengatakan bahwa: “pembatasan masalah ialah membatasi variabel atau aspek mana yang diteliti dan mana yang tidak”. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan hasil yang mengambang, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini ialah: 1. Kurangnya pemahaman terhadap konsep moral yang dilakukan dalam sekolah. 6 2. Belum optimalnya pendidikan karakter yang diterapkan sekolah menyebabkan tidak terbentuknya karakter siswa dengan baik. D. Perumusan Masalah Rumusan masalah merupakan kelanjutan dari uraian terdahulu. Dalam perumusan masalah penulis membuat rumusan spesifikasi terhadap hakikat masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah pemahaman konsep moral dengan karakter siswa di SMP Negeri 3 Hinai ?”. E. Tujuan Penelitian Setiawan (2014:70) dalam menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan tertentu, dengan berpedoman pada tujuannya. Akan lebih mudah mencapai sasaran yang diharapkan, berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang dilihat dari tercapai atau atau tidaknya tujuan yang ditetapkan lebih dahulu. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui gambaran faktual mengenai pemahaman konsep moral dengan karakter siswa di SMP Negeri 3 Hinai”. F. Manfaat Penelitian Pada hakekatnya penelitian mempunyai manfaat,baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. 7 Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: 1. Merupakan bahan masukan bagi pengembangan pendidikan khusus bagi SMP Negeri 3 Hinai. 2. Secara akademik untuk menambah dan mengembangkan khazanah keilmuan penelitian dlam hal pentingnya pemahaman konsep moral dalam mewujudkan siswa yang berkarakter. 3. Secara teoritis dapat menambah wawasan dan informasi bagi guru-guru dan calon guru dalam pemahaman konsep moral untuk mewujudkan siswa yang berkarakter. 4. Bagi masyarakat secara praktis hasil penelitian ini sebagai informasi bahwa pentingnya pemahaman mengenai konsep moral untuk mewujudkan siswa yang berkarakter