FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENYUSU DINI (IMD) DI RSUD DATOE BINANGKANG PELAKSANAAN INISIASI Nontje L. Pangerapan*, Adrian Umboh*, Hesti Lestari* *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis, dan pasal 129, pemerintahbertanggungjawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu (ASI) secara eksklusif. ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, presentasi bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat untuk mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, pendidikan, paritas, pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross sectional yang dilaksanakan di RSUD Datoe Binangkang dilaksanakan mulai bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2016. Populasi pada penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai bayi umur 7-12 bulan dan sampel dengan jumlah 64 responden. Sumber data primer diperoleh dari kuesioner dan data sekunder dari data RSUD Datoe Binangkang. Data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji chi Square (X2)sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Data dianalisis dengan program SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikan paritas (0,488), berat bayi saat lahir (0,649), jenis persalinan (0,221) dan dukungan petugas kesehatan (0,001) dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin RSUD Datoe Binangkang. Kesimpulannya tidak terdapat hubungan antara paritas, berat bayi saat jenis persalinan dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin, sedangkan dukungan petugas kesehatan terdapat hubungan dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin RSUD Datoe Binangkang. Maka disarankan kepada RSUD Datoe Binangkang, agar lebih meningkatkan promosi ASI eksklusif pada ibu bekerja maupun tidak bekerja tentang manfaat pemberian ASI eksklusif, hal ini di mulai sejak ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan. Kata Kunci: Inisiasi Menyusu Dini ABSTRACT Every baby is entitled to exclusive breastfeeding from birth for six (6) months, unless medically indicated, and Article 129, pemerintahbertanggungjawab established a policy in order to ensure the right to get the baby breast milk (ASI) exclusively. ASI in Indonesia is alarming, presentation breastfeeding infants exclusively up to six months is only 15.3%. This is due to public awareness to encourage increased breastfeeding is still relatively low. The purpose of this study was to analyze the relationship between knowledge, education, parity, work with exclusive breastfeeding. This type of research is descriptive analytic with cross sectional study conducted in hospitals Datoe Binangkang conducted from January to December 2016. The population in this research that mothers of infants aged 7-12 months and the sample with 64 respondents. Sources of primary data obtained from questionnaires and secondary data from the data Datoe Binangkang Hospital. Bivariate data were analyzed using Chi Square (X2), while multivariate analysis using logistic regression. Data were analyzed with SPSS version 20. The results showed that significant value parity (0.488), weight of newborn (0.649), type of delivery (0.221) and the support of health workers (0,001) with the implementation of the IMD in maternity hospitals Datoe Binangkang. In conclusion there is no relationship between parity, weight baby during childbirth with the implementation of the type of IMD in the delivery room, while health workers support an association with the implementation of the IMD in maternity hospitals Datoe Binangkang. It is advisable to hospitals Datoe Binangkang, in order to further enhance the promotion of exclusive breastfeeding in the mother works and does not work on the benefits of exclusive breastfeeding, it dates back to the maternal checkups at health workers. Keyword: Initiation Early Breastfeeding Masalah tumbuh kembang anak di negara- PENDAHULUAN negara yang sedang berkembang menjadi 41 perhatian dunia, kurang lebih 200 juta anak di siap menyusu. Kontak langsung kulit ibu dan Negara berkembang berusia di bawah lima bayi akan memberikan kehangatan dan ikatan tahun gagal mencapai potensi mereka dalam antara ibu dan bayi (Maritalia, 2012). perkembangan kognitif dan sosial akibat Penelitian Forster, (2015) meneliti “Feeding kemiskinan, kesehatan yang buruk, gizi, dan infants directly at the breastduring the kurangnya perawatan (Pem, 2015). postpartum hospital stay isassociated with Pem, (2015) mencatat tingkat prevalensi increased breastfeeding at 6 months masalah perkembangan kognitif di Bhutan postpartum” dengan tujuan untuk menyelidiki sebesar 15%, 33,5% dari anak-anak kurang apakah asupan makanan hanya secara langsung dari lima tahun tumbuh kembangnya terhambat dari payudara di 24-48 jam pertama kehidupan dan 9,9% bayi yang lahir dengan berat badan meningkatkan proporsi bayi yang menerima rendah kurang dari 2.500 gram. Lima faktor setiap ASI di 6 bulan yang dilakukan di 3 utama yang diidentifikasi dalam memberikan rumah kontribusi dan menunjukkan bahwa bayi yang diberi makanan perkembangan di usia dini adalah gizi, perilaku hanya ASI lebih mungkin untuk terusmemiliki orang tua, parenting, praktek-praktek sosial ASI pada 6 bulan daripada mereka yang dan budaya, dan lingkungan. Memahami menerima makanan formula bayi. Peneliti tingkat dan besarnya masalah ini terutama menyimpulkan bayi cukup bulan sehat yang dalam 1000 hari anak termasuk dari tanggal makanan hanyalangsung dari payudara 24-48 pembuahan sampai anak masuk usia 2 tahun jam merupakan hal yang sangat penting. menyusui pada 6 bulan dari mereka yang terhadap pertumbuhan Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan sakit setelah menerima proses alami mengembalikan bayi manusia bersalin lahir susu di Melbourne, berpeluang formula akanterus diawal periode postpartum. untuk menyusu yaitu dengan memberikan ASI mengandung zat gizi dan zat protektif kesempatan pada bayi untuk mencari dan yang bermanfaat untuk daya tahan tubuh bayi menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama sehingga pada awal kehidupannya (Lowdermilk, 2013). Penelitian di negara Afrika, IMD dapat WHO-UNICEF mengeluarkan protocol tentang menurunkan resiko kematian bayi usia 2-28 “ASI Segera” yang harus diketahui tenaga hari akibat infeksi saluran nafas akut dan diare kesehatan (bidan). Protocol tersebut adalah (Edmond , 2014). Kontak kulit ibu dan kulit melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi bayi serta ASI pertama (kolostrum) dapat segera setelah lahir selama paling sedikit satu menstimulasi sistem kekebalan tubuh bayi ( jam dan bantu ibu mengenali kapan bayinya Edmond 2014). 42 jarang sakit (Maritalia, 2012). Inisiasi menyusui dini merupakan salah satu Datoe Binangkang bergantung pada kualitas program pemerintah dalam menurunkan AKB kerja bidan. Namun sampai saat ini belum ada terkait target pencapaian MDGs 2015. Program laporan tentang hasil cakupan pelaksanaan IMD secara signifikan akan dapat mengurangi IMD di RSUD Datoe Binangkang sehingga beban penyakit menular karena segera setelah belum ada evaluasi tentang kinerja bidan di lahir bayi telah mendapatkan kolostrum yang RSUD Datoe Binangkang dalam pelaksanaan terbukti mampu meningkatkan immunitas bayi IMD. baru lahir. Immunoglobulin yang terdapat dalam kolostrum akan mengalami penurunan METODE PENELITIAN setelah hari pertama kehidupan bayi, pada hari Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif kedua akan menurun sebayak 50% (Edmond, analitik dengan pendekatan potong lintang 2014). (Cross sectional).Tempat penelitian di RSUD Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Datoe Binangkang dilaksanakan mulai bulan inisiasi menyusu dini sebagai bagian dari Januari sampai bulan Desember tahun 2016. upaya mengoptimalisasi pemberian ASI secara Populasi pada penelitian ini yaitu ibu yang eksklusif dan sebagai bagian manajemen mempunyai laktasi. 2013, Pengambilan sampel ini dilakukan dengan persentase proses mulai menyusu pada anak 0- metode total populasi dengan jumlah 64 23 bulan di Indonesia kurang dari satu jam (< 1 responden. Sumber data primer diperoleh dari jam) setelah bayi lahir masih sangat rendah kuesioner dan data sekunder dari data RSUD yaitu Datoe Binangkang. Data bivariat dianalisis Menurut 29,3%, data sementara Riskesdas untuk Provinsi Sulawesi Utara sebesar 9,59% (Anonimous, dengan 2 2013). tahun 2014 sebanyak uji analisis 7-12 chi bulan. Square multivariat menggunakan uji regresi logistik. jumlah persalinan normal di RSUD Datoe Binangkang umur menggunakan (X )sedangkan Berdasarkan survei yang telah dilakukan bayi Data dianalisis dengan program SPSS versi 20. 542 persalinan. Dari jumlah tersebut sebanyak 73,2 HASIL DAN PEMBAHASAN % ditolong oleh bidan dan sisanya sebanyak Karakteristik Responden 20% ditolong oleh dokter. Data yang diperoleh Gambaran sebanyak 172 bayi usia 0-6 bulan yang menunjukkan bahwa mayoritas responden melakukan kunjungan di Poliklinik Bayi berumur >26 tahun sebanyak 18 (60,0%) RSUD Datoe Binangkang tahun 2015. Salah sedangkan untuk responden yang berumur <26 satu kunci keberhasilan Program IMD diRSUD sebanyak 12 responden (40,0%) dan gambaran 43 karakteristik responden karakteristik responden menurut pendidikan responden memiliki partisipasi yang tinggi. terakhir menunjukkan bahwa palilng banyak Responden sebagian kecil partisipasi rendah responden berpendidikan (n=7, 33,33%). Mayoritas perilaku kurang 13(43,3%) dan yang SMP sedikit sebanyak responden partisipatif pada partisipasi ibu dalam berpendidikan SD sebanyak 1 responden berkomunikasi dengan bayi Perilaku kurang (3,3%). partisipatif ibu tidak melakukan komunikasi Usia responden pada penelitian ini adalah dengan bayi karena ibu beranggapan bahwa antara usia 20-40 tahun. Dalam penelitian di bayi Amerika IMD usia ibu mempunyai hubungan Komunikasi dengan bayi dapat mempererat yang kuat terhadap keberhasilan IMD. Dalam kasih sayang dan rasa aman bagi bayi dan ibu. penelitian ini usia pada usia lebih dari 20 tahun Komunikasi akan meningkatkan hubungan (Orun batin bayi dan ibu, pada pelasanaan IMD ini et.al, 2011). Usia 20-40 tahun belum diajak bayi menengah kematangan dari fisik maupun hormonal dan diyakini dapat mengurangi psikologis akan kejadian depresi saat melahirkan (Hidayat, pengetahuannya yang partisipasi sehingga berpengaruh pada penelitian pada mengalami komunikasi. merupakan usia menengah dimana pada usia mempengaruhi akan bisa penurunan stress 2012). ini Hubungan Antara Paritas dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang Tabel 1 Hubungan Antara Paritas Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang Paritas Primipara Multipara Total IMD Melakukan IMD Melakukan IMD n % n % 9 30,0 1 3,3 16 53,3 4 13,4 25 83,3 5 16,7 Total n 10 20 30 Nilai p % 33,3 66,7 100,0 0,488 Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara multipara sebanyak 20 responden (66,7%) paritas dengan pelaksanaan IMD Di RSUD dengan yang melakukan IMD sebanyak 16 Datoe Binangkang, diperoleh data bahwa responden (53,3%) dan yang tidak melakukan jumlah responden yang primipara sebanyak 10 IMD responden (33,3%) dengan yang melakukan Berdasarkan hasil analisis uji chi-square IMD sebanyak 9 responden (30,0%) dan yang didapatkan hasil dengan nilai p=0,488>α=0,05 tidak melakukan IMD sebanyak 1 responden yang menunjukkan tidak terdapat paritas (3,3%), sedangkan jumlah responden yang 44 sebanyak 4 responden (13,3%). dengan pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe karena Binangkang. memperoleh Mumpuni dan Utami (2016) menganalisis sebagian besar konseling (60%) ASI sejak sudah masa kehamilan. pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Mujur, dkk (2014) meneliti tentang faktor faktor sosial demografi terhadap ketahanan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Hasil Puskesmas Jumpandang Baru tahun 2014 penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang mendapat IMD dalam waktu lebih dari satu bermakna antara paritas dengan keberhasilan jam setelah kelahiran memiliki risiko 1,6 kali IMD. Pernyataan diatas berbanding terbalik lebih besar untuk tidak menyusu secara dengan teori oleh Prawirohardjo mengatakan eksklusif dibandingkan dengan bayi yang berdasarkan jumlah paritas, ibu dengan paritas diberi ASI pertama dalam waktu satu jam > 3 kali cenderung tidak berhasil melakukan setelah kelahiran, sedangkan faktor sosial IMD demografi yang mempengaruhi ketahanan kesulitan dalam kehamilan dan persalinannya pemberian ASI Eksklusif adalah paritas, IMD terutama kelelahan yang berlebihan sehingga dan status pekerjaan ibu. Persentase bayi yang mempengaruhi kestabilan emosinya untuk berumur 0-6 bulan di Indonesia tahun 2012 melakukan IMD. Sebaliknya, ibu dengan yang mendapat ASI segera setelah kelahiran paritas 1 – 3, biasanya memiliki motivasi yang adalah sebanyak 48,9 persen dan 51,1 persen besar untuk melakukan dan mengetahui apa tidak mendapat ASI segera setelah kelahiran. saja yang bermanfaat bagi bayinya. Selain itu, Hal hampir rentang kelahiran yang ideal dari aspek sebagian besar ibu belum menyadari akan kejiwaan memberikan kesempatan kepada pentingnya pelaksanaan IMD. Bayi yang orang tua untuk lebih intensif mencurahkan mendapatkan ASI pertama pada 1 jam setelah waktu bagi anak pada awal usianya. ini menggambarkan bahwa karena biasanya akan menghadapi kelahiran memiliki persentase lebih besar Penelitian Fitriyani dan Aisyah (2016) untuk masih diberi makanan ASI saja (41 dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi persen) yang sikap ibu hamil Trimester III dalam persiapan mendapat ASI pertama lebih dari 1 jam setelah ladktasi di Kabupaten Pekalongan menemukan kelahiran (32,2 persen) bahwa berdasarkan status paritas menunjukkan dibandingkan dengan bayi Menurut Fahriani dkk. (2014), bahwa tidak bahwa 61,3% subjek penelitian berstatus terdapat perbedaan pemberian ASI eksklusif multigravida. Data uji bivariate menunjukkan antara primipara dan multipara. Proporsi ASI hubungan antara paritas dengan sikap ibu eksklusif yang tinggi pada ibu primipara dalam 45 mempersiapkan IMD dan ASI Eksklusif, sebagian ibu hamil (50%) yang jauh lebih tinggi dibandingkan ibu yang hamil kedua atau lebih (multigravida) memiliki melahirkan pertama kali. Jumlah persalinan sikap baik, begitu juga ibu hamil multigravida yang pernah dialami ibu juga memberikan sebagian memiliki sikap kurang, ibu hamil pengalaman dalam memberikan ASI kepada yang bekerja. Ibu hamil primigravida lebih dari bayi. Berdasarkan penelitian dengan semakin separuh (51,7%) memiliki sikap yang kurang banyak dalam mempersiapkan IMD dan ASI Ekslusif. berpengalaman dalam memberikan ASI dan Hasil square mengetahui cara untuk meningkatkan produksi menunjukkan terdapat hubungan positif antara ASI, sehingga tidak ada masalah bagi ibu paritas dalam dalam memberikan ASI (Hastuti, 2006). Pada mempersiapkan IMD dan ASI Eksklusif ibu dengan jumlah paritas satu seringkali namun menemui masalah dalam memberikan ASI analisis dengan dengan secara sikap uji ibu statistik chi hamil tidak signifikan (p=0,884). Hasil paritas ibu akan semakin pada bayinya. Masalah yang sering muncul penelitian ini sejalan dengan adalah puting susu lecet akibat kurangnya penelitian Proverawati (2010) bahwa ibu yang pengalaman yang dimiliki atau belum siap melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI menyusui secara fisiologis. Hubungan Antara Berat Bayi Saat Lahir Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang Tabel 2 Hubungan Antara Berat Bayi Saat Lahir Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang Berat Bayi Saat Lahir >2500 gram <2500 gram Total Melakukan IMD n % 24 80,0 1 3,3 25 83,3 IMD Melakukan IMD n % 5 16,7 0 0 5 16,7 Total n 29 1 30 melakukan berat bayi saat lahir dengan pelaksanaan IMD (16,7%), sedangkan jumlah responden yang di RSUD Datoe Binangkang, diperoleh data berat bayi saat lahir <2500gram sebanyak 1 bahwa jumlah responden yang berat bayi saat responden (3,3%) dengan yang melakukan lahir >2500gram sebanyak 29 responden IMD (97,3%) IMD Berdasarkan hasil analisis uji chi-square sebanyak 24 responden (80,0%) dan yang tidak didapatkan hasil dengan nilai p=0,649>α=0,05 yang melakukan 46 sebanyak sebanyak 0.649 Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara dengan IMD Nilai p % 97,3 3,3 100,0 1 5 responden responden (3,3%). yang menunjukkan tidak terdapat hubungan kemampuan untuk menyusu sangat kurang antara berat bayi saat lahir dengan pelaksanaan sehingga ASI harus dikeluarkan dan diberikan dengan pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe kepada Binangkang. Hal ini sesuai dengan temuan mempertahankan kualitas laktasi sampai bayi Mujur, dkk (2014) yang meneliti tentang faktor sanggup untuk menghisap sendiri secara keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di langsung dari Puskesmas Jumpandang Baru tahun 2014 Refleks tergantung pada usia gestasi yaitu menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang refleks bermakna berat bayi lahir dengan keberhasilan gestasi minggu 32, koordinasi refleks untuk IMD. Demikian juga Fauziah, (2009) meneliti menghisap, menelan dan bernapas biasanya faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu terbentuk menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di (Doengoes & Moorhouse, 2001). Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta bayi secara manual, demi payudara (Moehji, 1988). rooting terjadi dengan baik pada pada gestasi minggu ke- 32 Bayi dengan berat badan lahir rendah Tahun 2009 Desain penelitian adalah deskriptif (prematur), seharusnya cross ibunya sendiri. Bila tidak terdapat komplikasi sectional dengan jumlah sampel diberikan ASI dari sebanyak 77 ibu. Hasil analisa bivariat seperti menunjukkan bahwa berat badan bayi saat malformasi. lahir waktu prematur biasanya mampu menyusui dengan menyusui bayi baru lahir (p value=0,457). segera (Supriadi, 2002 dalam Rahardjo, 2005). Hasil ini berbeda dengan Menurut penelitian Menurut Brinch (1986) bayi yang lahir dengan Ratri (2000) bahwa ada hubungan bermakna berat badan antara ataupun bayi kembar dapat tetap diberikan ASI tidak berhubungan dengan pemberian ASI pertama kali dengan berat badan bayi saat lahir. Bayi yang lahir kesulitan pernapasan, sepsis dan Maka sebagian besar bayi lahir rendah atau prematur segera setelah lahir, apalagi bayi dengan berat sebelum waktunya lahir normal dapat segera diberikan ASI pada (prematur) atau lahir dengan berat badan yang 1 jam pertama setelah kelahirannya, kecuali sangat rendah mungkin masih terlalu lemah bayi tersebut lahir dalam kondisi apabila harus bermasalah. menghisap ASI dari ibunya. yang Berat badan yang kurang dari 1200 gram Hubungan Antara Jenis Persalinan Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang Tabel 3 Hubungan Antara Jenis Persalinan Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang Jenis Persalinan Melakukan IMD n % IMD Melakukan IMD n % 47 Total n Nilai p % Normal Tindakan Total 21 4 25 70,0 13,3 83,3 3 2 5 10,0 6,7 16,7 24 6 30 80,0 20,0 100,0 0,221 Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara persalinan sebanyak 6 responden (20,0%) jenis persalinan dengan pelaksanaan IMD Di dengan yang melakukan IMD sebanyak 4 RSUD Datoe Binangkang, diperoleh data responden (13,3%) dan yang tidak melakukan bahwa jumlah responden yang jenis persalinan IMD normal (80,0%) Berdasarkan hasil analisis uji chi-square dengan yang melakukan IMD sebanyak 21 didapatkan hasil dengan nilai p=0,221>α=0,05 responden (70,0%) dan yang tidak melakukan yang IMD persalinan dengan pelaksanaan IMD Di RSUD sebanyak sebanyak sedangkan 24 3 jumlah responden responden responden (10,0%), yang jenis sebanyak 2 menunjukkan responden tidak (6,7%). terdapat jenis Datoe Binangkang. Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan IMD Oleh Bidan Di RSUD Datoe Binangkang Tabel 4.Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang Dukungan Petugas Kesehatan Baik Kurang Baik Total Melakukan IMD n % 24 80,0 1 3,3 25 83,3 IMD Melakukan IMD n % 2 6,7 3 10,0 5 16,7 Total n 26 4 30 Nilai p % 86,7 13,3 100,0 0,001 Hasil penelitian menunjukkan antara dukungan dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 3 petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD Di responden (10,0%). Berdasarkan hasil analisis RSUD Datoe Binangkang, diperoleh data uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai bahwa jumlah responden yang menjawab baik p=0,001<α=0,05 yang menunjukkan terdapat sebanyak 26 responden (86,7%) dengan yang dukungan melakukan IMD sebanyak 24 responden pelaksanaan (80,0%) dan yang tidak melakukan IMD Binangkang. petugas IMD kesehatan Di RSUD dengan Datoe sebanyak 3 responden (6,7%), sedangkan Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil jumlah responden yang menjawab kurang baik penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2012), sebanyak 4 responden (13,3%) dengan yang bahwa dukungan tenaga kesehatan yang melakukan IMD sebanyak 1 responden (3,3%) menolong persalinan sebagai faktor penguat 48 untuk pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. bayi yang baru lahir di Rumah Sakit Umum Tenaga kesehatan juga memerlukan sikap yang Daerah Makassar dengan populasi seluruh ibu mendukung melalui yang telah melakukan persalinan dengan pengalaman dan pengertian mengenai berbagai besaran sample sebanyak 100 responden. Hasil keuntungan emberian ASI. Tenaga kesehatan penelitian membina hubungan antara dukungan layanan dengan terhadap atau menyusui membangun kembali kebudayaan menyusui dengan meningkatkan menunjukkan bahwa terdapat pemberian IMD (p = 0. 000). sikap positif yang sekaligus dapat menjadi Yunus (2013) meneliti faktor-faktor yang teladan bagi wanita lainnya (Anonim, 2004). Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Syafrina bahwa Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja keberhasilan dalam pelaksanaan IMD tidak Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013. hanya dari dukungan suami dan keluarga tetapi Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai juga dari petugas kesehatan. χ2hitung=62,956 dan ρ (2011), Penelitian yang menyatakan dilakukan oleh χ2tabel dan ρ Ratri Value Value=0,000 maka χ2hitung > < α 0,05, berarti ada hubungan (2000), menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas bermakna antara pemberian ASI pertama kali kesehatan terkait pelaksanaan IMD. Setelah dengan pemberian nasehat ASI yang diterima diuji keeratan hubungan dengan uji koefisien saat Phi pemeriksaan kehamilan. Ibu yang (RØ) diperoleh nilai 0,903 yang menerima nasehat tentang ASI memiliki rata- menunjukkan bahwa antara pengetahuan ibu rata pemberian ASI pertama kali paling cepat dan pelaksanaan IMD mempunyai tingkat yaitu 26,25 jam setelah lahir. hubungan sangat kuat. Penelitian Khoniasari, (2015) menunjukkan Aprina (2015) melakukan penelitian untuk bahwa peran tenaga kesehatan khususnya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan bidan memiliki hubungan positif dan secara dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini statistik (IMD) hubungan pelaksanaan IMD peran bidan terbukti dengan di RSIA Mutiara Putri Bandar signifikan. Lampung. Populasi penelitian adalah semua Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, ibu post partum di RSIA Mutiara Putri Bandar peran bidan yang besar memiliki kemungkinan Lampung pada tahun 2014 yaitu sebanyak 360 meningkatkan pelaksanaan IMD oleh ibu 34.27 orang dengan besar sampel sebanyak 78 orang. kali lebih besar dari pada peran bidan yang Hasil penelitian menunjukkan responden yang kecil. Adam dkk (2016) meneliti pengaruh tidak mau melaksanakan IMD sebanyak 53 pengetahuan, dukungan tenaga kesehatan dan responden (67,9%), tidak pernah melakukan social budaya terhadap pemberian IMD pada IMD sebelumnya 51 responden (65.4%), 49 bersikap positif terhadap pelaksanaan IMD 42 hingga kesehatan yang baik terkait IMD, responden (53,8%), mendapatkan dukungan terdapat dari petugas kesehatan terhadap pelaksanaan (64,3%) yang melaksanakan IMD dan 15 IMD 48 responden (61,5%). Hasil analisis responden (35,7%) yang tidak melaksanakan bivariate menunjukkan terdapat hubungan IMD, sedangkan dari 29 responden yang tidak yang signifikan antara dukungan petugas IMD. Keadaan yang tampak dari lingkungan kesehatan (p value 0,040) dengan pelaksanaan sekitar mendapatkan dukungan dari petugas IMD di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung kesehatan ibu khususnya lingkungan sosial (p value 0,006). dapat dinilai terkait IMD, terdapat 2 responden 27 pasca persalinan responden Petugas kesehatan penolong persalinan (6,9%) yang mempengaruhi pengetahuan ibu. merupakan kunci utama keberhasilan IMD Sebagian besar melaksanakan IMD dan 27 karena dalam waktu tersebut peran dan responden (93,1%) yang ibu yang memiliki dukungan penolong persalinan masih sangat pengetahuan dominan. persalinan melaksanakan IMD. Berdasarkan hasil uji memfasilitasi ibu untuk segera memeluk statistik dengan chi square diperoleh nilai ? = bayinya bayi 21,069 dan = hitung Value 0,000. Tingkat diharapkan segera terjadi. Dengan pelaksanaan kepercayaan 95% (a=0, maka diantara mereka IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap beranggapan bahwa tidak perlu diperoleh memberikan ASI nya sehingga tidak merasa =3,841. perlu atau memeriksakan kehamilan di posyandu, yang minuman kepada bayinya dan bayi akan lainnya pengambilan keputusan penelitian merasa nyaman menempel pada payudara ibu hipotesis dan tenang dalam pelukan ibu segera setelah demikian yang pada (Budiarto, 2002) bahwa lahir. (Roesli, 2010) jika ? (21,069) > hitung tabel dan ? (0,000) < Apabila maka untuk penolong interaksi memberikan ibu dan makanan kurang Sesuai pun terkait dengan akan IMD dasar beranggapan tidak table seperti Rusada dkk (2016) meneliti faktor yang 0,05 maka H ditolak atau Ha akhirnya tidak berhubungan dengan pelaksanaan program salah seorang pun diantara mereka Value inisiasi menyusu dini (IMD) di puskesmas 0diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa Poasia Kota Kendari Tahun 2016. Hasil ada yang mendapatkan informasi mengenai penelitian menunjukkan adanya hubungan IMD dari petugas kesehatan di posyandu yang antara dukungan petugas kesehatan dengan berdampak hubungan yang bermakna antara pelaksanaan IMD (p = 0,000). Dari 47 dukungan responden yang memiliki dukungan petugas pelaksanaan IMD di wilayah kerja puskesmas menangani responden mulai dari persalinan Poasia Kota Kendari tahun 2016. 50 petugas. kesehatan dengan Apabila petugas kesehatan tidak terampil 3. Tidak terdapat hubungan antara jenis dalam penerapan langkah – langkah dalam persalinan dengan pelaksanaan IMD di IMD maka kemungkinan besar IMD akan ruang bersalin RSUD Datoe Binangkang gagal dilaksanakan pascapersalinan, selain 4. Terdapat hubungan antara dukungan dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, sikap ibu petugas kesehatan dengan pelaksanaan serta dukungan suami. Rahmaania (2014) IMD di ruang bersalin RSUD Datoe meneliti gambaran sistem pelatihan terkait Binangkang inisiasi menyusui dini (IMD) di RSIA Srikandi Kabupaten Jember. Hasil dari penelitian SARAN menunjukkan, bahwa tahap pengkajian terdiri Bagi Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu untuk dari penentuan kebutuhan, tujuan, dan kriteria lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan evaluasi. mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) bagi Kekurangannya dalam kriteria evaluasi, RSIA Srikandi hanya mentapkan calon kriteria mendapatkan evaluasi pengetahuan. Tahap ibu, ibu hamil informasi dan suami mengenai agar IMD implementasi terdiri dari penentuan metode, sehingga dapat menambah pengetahuan ibu, pengaturan, dan penyelenggaraan pelatihan. mengubah sikap ibu terkait IMD dan ibu dapat Pada tahap implementasi terdapat beberapa mempersiapkan kondisi fisik dan mentalnya hambatan untuk melaksanakan IMD serta suami dapat yakni penyusunan jadwal dan pemberian umpan balik. Terakhir, tahap mendampingi evaluasi yang terdiri dari evaluasi reaksi dan kepada istri pada saat pelaksanaan IMD belajar. berbekal informasi yang diperoleh. tersebut Kekurangannya tidak dapat adalah evaluasi dan memberikan dukungan mengevaluasi keterampilan, kompetensi, dan komitmen. DAFTAR PUSTAKA Fitriyani dan Aisyah. 2015. Faktor-Faktor KESIMPULAN Yang Mempengaruhi Sikap Ibu Hamil 1. Tidak terdapat hubungan antara paritas Trimester III Dalam Persiapan Ladktasi Di dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin Kabupaten Pekalongan. MOTORIK, VOL rumah sakit RSUD Datoe Binangkang .11 NOMOR 22. STIKES Muhammadiyah 2. Tidak terdapat hubungan antara berat bayi Klaten. saat lahir dengan pelaksanaan IMD di http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/ ruang bersalin RSUD Datoe Binangkang motor/article/view/251 Anonimous. 2016. Profil dan Laporan RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu 51 Anonimous. 2013a. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbangkes Rahmaania, R., Y. T. Herawati, dan C. Sandra. Kemenkes 2014. Gambaran Sistem Pelatihan Terkait RI.Jakarta Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSIA Edmond. K. 2014. Effect of early infant feeding practice neonatal on mortality Srikandi infection-specific in rural Kabupaten Jember. Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Ghana. Fakultas American Journal Nutrition vol.86 Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember Forster, D.A., H.M. Johns., H. L. McLachlan., Ratri, C. 2000. Faktor-Faktor A.M. Moorhead., K. M.McEgan and L. H. Berhubungan Amir. 2015. Feeding infants directly at the Pertama Kali di Purwakarta Jawa Barat breast during the postpartum hospital stay is tahun associated with increased breastfeeding at 6 Pengembangan Survei Cepat Untuk Menilai months postpartum: a prospective cohort Kualitas Pelayanan KIA di DT II). Skripsi. study BMJ Open 2015;5:e007512. doi: Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat 10.1136/bmjopen-2014-007512 Universitas Indonesia Lowdermilk. P. C. 2013. Keperawatan Editor Sujono Dini (IMD) Di Puskesmas Poasia Kota Kendari Mumpuni, R. S. dan E. D. Utami. 2016. Demografi Tahun. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Dan Sosial Sekunder Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Riyadi.Yogyakarta: PustakaBelajar. Faktor Data ASI 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Menyusui. (Analisa Pemberian Rusada, D. A., S. Yusran, dan N. N. Jufri. Maternitas. Singapura: Elsevier Mosby dan 1998 Dengan yang Taringan, I. 2012. Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Ibu Dan Bayi Terhadap Pemberian Ketahanan Pemberian Asi Eksklusif E- ASI Ekslusif. Jakarta : Pusat Humaniora, Journal Widya Kesehatan Dan Lingkungan Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan 116 Volume 1 Nomor 2 April Masyarakat, Pem, D. 2015. Factors Affecting Early Childhood Growth and Pengembangan Development: Keseharan RI Golden 1000 Days”. Adv Practice Nurs 1:101. Faculty of Nursing and Public Health, Khesar Gyalpo University of Medical Sciences of Bhutan. doi:10.4172/apn.1000101 52 Badan Penelitian Kesehatan, Dan Kementerian