AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT

advertisement
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DAN FRAKSIFRAKSINYA TERHADAP Staphylococcus aureus
MULTIRESISTEN DAN Streptococcus pyogenes
SERTA PROFIL KLTNYA
SKRIPSI
Oleh :
ISTIQOMAH
K 100 100 122
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2014
1
2
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA
SAWIT (Elaeis guinennsis Jacq.) DAN FRAKSI-FRAKSINYA TERHADAP
Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN DAN Streptococcus pyogenes
SERTA PROFIL KLTNYA
ANTIBACTERIAL ACTIVITY ETHANOL EXTRACT OF PALM OIL
LEAVES (Elaeis guinennsis Jacq.) AND FRACTIONS AGAINST
Staphylococcus aureus multiresistant AND Streptococcus pyogenes
WITH PROFILE TLC
Istiqomah*, Rima Munawaroh
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Daun kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacg.) telah diteliti memiliki aktivitas
antibakteri terhadap beberapa bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
antibakteri ekstrak etanol daun kelapa sawit dan fraksi-fraksinya terhadap Staphylococcus
aureus multiresisten dan Streptococcus pyogenes serta profil Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) kandungan senyawa didalam ekstrak dan fraksi. Daun kelapa sawit diekstraksi
dengan menggunakan etanol 96% hingga diperoleh ekstrak etanol kental. Ekstrak
dilarutkan dengan etanol:air (1:1) v/v kemudian difraksinasi dengan partisi cair-cair
menggunakan n-heksan, kloroform dan etil asetat. Ekstrak etanol dan fraksi-fraksinya
diuji aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode Kirby Bauer dengan parameter
diameter zona hambat. Kandungan senyawa dideteksi dengan KLT. Hasil penelitian
menunjukkan fraksi etanol-air dan fraksi etil asetat mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus multiresisten tetapi tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Diameter zona hambat fraksi etanol-air
lebih kecil jika dibandingkan fraksi etil asetat. Diameter zona hambat terendah dihasilkan
fraksi etanol-air dengan konsentrasi 2,25 mg/disk (7,27±0,05 mm) sedangkan untuk fraksi
etil asetat dengan konsentrasi 1,5 mg/disk (7,0±0,0 mm). Berdasarkan hasil KLT fraksi
etil asetat mengandung senyawa tanin, alkaloid dan flavonoid, sedangkan fraksi etanol-air
mengandung senyawa alkaloid dan tanin.
Kata Kunci : Elaeis guineensis Jacq., Antibakteri, ekstrak etanol, Staphylococcus
aureus multiresisten, Streptococcus pyogenes, KLT
ABSTRACT
The palm oil leaves (Elaeis guineensis Jacg.) have been studied have
antibacterial activity against several bacteria. This study aims to know the
antibacterial activity of the ethanol extract of the leaves of palm oil and fractions
against multiresistant Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenes and
TLC profiles containing compounds in the extracts and fractions. Palm leaves
were extracted using 96% ethanol to obtain ethanol extract thick. The extract was
1
diluted with ethanol: water (1:1) v / v and then fractionated by liquid-liquid
partition using n-hexane, chloroform and ethyl acetate. Ethanol extracts and
fractions tested antibacterial activity using kirby bauer method with parameters
inhibition zone diameter. The content of the compounds tested by Thin Layer
Chromatography (TLC). The results showed ethanol-water fraction and ethyl
acetate fraction could inhibit the growth of Staphylococcus aureus multiresistant
bacteria but not able to inhibit the growth of bacteria Streptococcus pyogenes.
Inhibition zone diameter of ethanol-water fraction smaller than ethyl acetate
fraction. Lowest inhibition zone diameter of the resulting fractions of ethanolwater at a concentration of 2.25 mg / disk (7.27 ± 0.05 mm), while for ethyl
acetate fraction with a concentration of 1.5 mg / disc (7.0 ± 0.0 mm ). Based on
the results of TLC ethyl acetate fraction containing alkaloids, tannins, steroids,
and flavonoids. While the ethanol-water fraction containing alkaloid and tannins.
Keywords: Elaeis guineensis Jacq., Antibacterial, ethanol extract, Staphylococcus
aureus multiresistant, Streptococcus pyogenes, TLC
PENDAHULUAN
Resistensi antibiotik sekarang telah menjadi perhatian global. Dalam
beberapa tahun terakhir terdapat beberapa insiden peningkatan resistensi
antibiotik terhadap manusia (Westh et al., 2004). Pengobatan infeksi dengan
kombinasi berbagai antibiotik yang semula dipercaya mampu memusnahkan
bakteri penyebab infeksi ternyata menimbulkan permasalahan baru, yaitu
munculnya bakteri multiresisten (Maryati et al., 2007). Bakteri Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pyogenes merupakan patogen utama yang bertanggung
jawab terhadap banyak penyakit yang mengancam hidup (Ahameethunisa, 2010;
Hart, 2004). Menurut penelitian Westh (2004), Staphylococcus aureus telah
resisten terhadap antibiotik metisilin, kuinolon dan aminoglikosida. Sedangkan
bakteri Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang sangat sensitif terhadap
penisilin (O'Leary, 1989).
Munculnya resistensi antibiotik merupakan pengurangan efikasi yang serius
sehingga dapat meningkatkan jumlah infeksi yang sulit diobati. Pengembangan
obat-obat non antibiotik mulai digerakkan untuk mengatasi masalah multiresisten
tersebut (Chusri et al., 2009), antara lain mengembangkan antibiotik baru dari
sumber alam, terutama dari tanaman (Ahmad, 2013; Parekh, 2007). Elaeis
guineensis Jacq. adalah tanaman yang memiiki sifat antibakteri (Chong et al,
2008).
2
Penelitian sebelumnya terhadap ekstrak metanol daun kelapa sawit
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi, Bacillus
subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa
(Chong et al.,2008; Vijayaratna et al., 2012). Berdasarkan penelitian tersebut
perlu dikembangkan untuk melanjutkan penelitian daun kelapa sawit dengan
memfraksinasi ekstrak etanol menggunakan n-heksan, kloroform, etil asetat,
etanol air dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus
multiresisten dan Streptococcus pyogenes serta melakukan uji kualitatif
kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak dan fraksi tersebut.
METODE PENELITIAN
Alat
Autoklaf (My Life®), oven, inkubator shaker (New Brunswick®),
inkubator (Memmert®), mikroskop (Olympus®), alat timbang (Precisa®),
mikropipet (Socorex®), Laminar Air Flow (Astari Niagara International®), alat
vorteks, dan kompor listrik.
Bahan
Bakteri yang digunakan : Staphylococcus aureus multiresisten, Streptococcus
pyogenes yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
UGM. Bahan yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri : ekstrak etanol daun
kelapa sawit dan fraksi-fraksinya, etanol 96%, disc blank (Oxoid), disc antibiotic
Kloramfenikol (Oxoid), Meropenem (Oxoid), media cair BHI (Oxoid), media MH
(Oxoid), media agar darah yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran UNS, cat
Gram A, cat Gram B, cat Gram C, cat Gram D, formalin 1%, Hidrogen peroksida,
media KIA (Oxoid), media MIO (Oxoid), media MSA (Oxoid), NaCl (Merck),
dan reagen Kovac.
Jalannya Penelitian
Identifikasi Bakteri
Identifikasi bakteri dilakukan dengan uji biokimia dan pengecatan Gram.
Uji Sensitivitas Antibiotik
Bakteri di uji dengan menggunakan beberapa antibiotik, yaitu Ampisilin,
Kloramfenikol, Tetrasiklin, Eritromisin, Fosfomisin dan Meropenem.
3
Uji Aktivitas Antibakteri
Fraksi n-heksan, kloroform, etil asetat dan etanol-air yang telah dibuat
seri konsentrasi (10%,15%, dan 20%), masing-masing dimasukkan ke dalam disk
kosong sebesar 15 µL. Etanol dimasukkan ke dalam disk yang lain sebagai
kontrol negatif. Media MH dituang ke dalam cawan petri sebanyak 20 mL.
Selanjutnya 300 µL suspensi bakteri yang telah dibuat setara dengan 1,5x108
CFU/mL diteteskan ke dalam media, kemudian diratakan dengan spreader glass.
Disk yang telah diisi masing-masing fraksi n-heksan, kloroform, etil asetat dan
etanol-air dengan berbagai seri konsentrasi, disk yang berisi etanol (kontrol
negatif), dan disk antibiotik kloramfenikol (kontrol positif S aureus)
dan
meropenem (kontrol positif S pyogenes) diletakkan di atas media. Setelah itu
diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C dan diamati diameter zona
hambatnya. Pengujian direplikasi tiga kali.
Uji KLT
Ekstrak etanol dan fraksi-fraksinya dilarutkan dengan etanol. Larutan
sampel sebanyak 3 µL ditotolkan pada fase diam silika GF 254 yang diaktifkan
dulu dengan cara dipanasi pada suhu 1050C-1100C selama 1 jam kemudian dielusi
dengan fase gerak hasil optimasi. Hasil kromatogram diamati pada UV 254 nm
dan UV 366 nm. Bercak dideteksi dengan pereaksi semprot FeCl3, sitroborat,
dragendrof, Libermann Burchard (LB).
Teknik Analisis
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksinya
Diameter zona hambat diamati baik yang radikal maupun irradikal.
Radikal berarti yang dapat membunuh bakteri sedangkan irradikal berarti yang
tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Diameter zona hambat antara
ekstrak etanol dan fraksi-fraksinya dibandingkan.
Kromatografi Lapis Tipis
Hasil deteksi Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dibandingkan dengan
literatur dan dihitung Rf bercak.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Identifikasi Bakteri
Identifikasi bakteri dilakukan dengan cat Gram dan uji biokimiawi.
Berdasarkan hasil pada Tabel 1 dan Tabel 2 maka bakteri yang digunakan sebagai
bahan uji ialah benar Staphylococcus aureus multiresisten dan Streptococcus
pyogenes
yang berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
UGM.
Tabel 1. Hasil Teknik Pengecatan Gram dengan Perbesaran 1000x
Bakteri
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
Pengamatan
Bentuk
Bulat, bergerombol
Bulat, membentuk rantai
Warna
Ungu
Ungu
Pustaka (Fidanoski, 2007)
Bentuk
Warna
Bulat, bergerombol
Ungu
Bulat,membentuk rantai
Ungu
Tabel 2. Hasil Uji Biokimiawi Bakteri Staphylococcus aureus multiresisten dan Streptococcus
pyogenes
Bakteri
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
Hasil Pengamatan Pada Media
Kligers Iron Agar (KIA)
Perubahan warna media dari
merah menjadi kuning (miring
dan bawah),tidak terdapat gas dan
H2S
Perubahan warna media dari
merah menjadi kuning (miring
dan bawah),tidak terdapat gas dan
H2S
Katalase
Katalase positif (terdapat buih)
Katalase negatif (tidak terdapat
buih)
Manitol Salt Agar (MSA)
Perubahan warna media dari
merah menjadi kuning
Motility Indol Ornithin (MIO)
Tidak ada pergerakan pada bekas
tusukan, tidak ada indol dan
deksrboksilase ornitin
Pustaka (Spring, 2009)
Kligers Iron Agar (KIA)
Perubahan warna media dari merah
menjadi
kuning
(miring
dan
bawah),tidak terdapat gas dan H2S
Perubahan warna media dari merah
menjadi
kuning
(miring
dan
bawah),tidak terdapat gas dan H2S
Katalase
Katalase positif (terdapat buih)
Katalase negatif (tidak terdapat buih)
Manitol Salt Agar (MSA)
Perubahan warna media dari merah
menjadi kuning
Motility Indol Ornithin (MIO)
Tidak ada pergerakan pada bekas
tusukan, tidak ada indol dan
deksrboksilase ornitin
Hasil Uji Sensitivitas
Uji sensitivitas bertujuan untuk melihat tingkat sensitivitas dan resistensi
bakteri terhadap antibiotik. Antibiotik yang digunakan dalam uji sensitivitas ialah
tetrasiklin, ampisilin, kloramfenikol, eritromisin, fosfomisin dan meropenem.
Hasil uji menunjukkan bakteri S.aureus bersifat resisten terhadap antibiotik
tetrasiklin, ampisilin dan eritromisin, bersifat intermediate terhadap antibiotik
kloramfenikol. Sedangkan bakteri Streptococcus pyogenes menunjukkan sifat
sensitif terhadap antibiotik tetrasiklin, fosfomisin dan meropenem (Tabel 3).
5
Tabel 3. Hasil Uji Sensitivitas Bakteri S.aureus dan Streptococcus pyogenes Terhadap Antibiotik.
Bakteri
Disc Antibiotik
S.aureus
S.pyogenes
Standar resistensi zona hambat
bakteri
(mm)
Resisten
Intermediate
Sensitif
Tetrasiklin ( 30 µg )
Ampisilin ( 10 µg )
Kloramfenikol ( 30 µg )
Eritromisin ( 15 µg )
Tetrasiklin (30µg)
Meropenem (10 µg)
Fosmomisin (50 µg)
≤ 11
≤ 13
≤ 12
≤ 13
≤ 11
≤ 12
≤ 13
12-14
14-16
13-17
14-17
12-14
13-16
14-20
≥ 15
≥ 17
≥ 18
≥ 18
≥ 15
≥ 17
≥ 21
Diameter
zona
hambat
(mm)
Keterangan
17
18
26
21
Resisten
Resisten
Intermediate
Resisten
Sensitif
Sensitif
Sensitif
Pembuatan Suspensi Bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus multiresisten dan Streptococcus pyogenes
disubkultur dengan cara digores secara streak plate kemudian diinkubasi pada
suhu 370C semalam, diambil 3-5 koloni dengan menggunakan ose steril,
kemudian disuspensikan pada 2 mL media BHI, diinkubasi dengan shacker
incubator selama 2 jam. Suspensi diambil 200 µL dan diencerkan dengan salin
steril sehingga mempunyai kekeruhan yang sama dengan standar Mc Farland
1,5x108 CFU/mL. Suspensi pada konsentrasi terakhir digunakan untuk pengujian.
Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksinya
Pembuatan seri konsentrasi ekstrak etanol dibuat dengan cara ditimbang
100 mg, 130 mg dan 150 mg dilarutkan dengan etanol 1 ml sehingga diperoleh
konsentrasi 10%, 13% dan 15 %. Sedangkan fraksi n-heksan, kloroform, etil
asetat dan
etanol-air ditimbang masing-masing fraksi berturut-turut 100 mg,
150 mg dan 200 mg dilarutkan
dengan etanol 1 ml sehingga diperoleh
konsentrasi 10%, 15% dan 20%.
Hasil Aktivitas Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksinya
Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus
aureus multiresisten dan Streptococcus pyogenes. Konsentrasi ekstrak etanol daun
kelapa sawit yang digunakan adalah 1,5 mg/disk, 1,95 mg/disk dan 2,25 mg/disk.
Sedangkan
konsentrasi fraksi-fraksinya yaitu 1,5 mg/disk, 2,25 mg/disk, dan
3,0 mg/disk.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa fraksi etanol-air ekstrak etanol
daun kelapa sawit dengan konsentrasi 2,25 mg/disk dan 3,0 mg/disk mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus multiresisten yang
ditandai dengan adanya diameter zona hambat di sekitar disk. Sedangkaan fraksi
6
etil asetat ekstrak etanol daun kelapa sawit dengan konsentrasi 1,5 mg/disk, 2,25
mg/disk, dan 3,0 mg/disk juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus multiresisten. Ekstrak dan fraksi-fraksi lainnya tidak dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus multiresisten ditandai
dengan tidak adanya zona hambat disekitar disk.
Baik ekstrak maupun fraksi daun kelapa sawit dengan konsentrasi yang
sama tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes. Hal
ini ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambat di sekitar disk. Hal tersebut
dikarenakan bakteri Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang dinding selnya
terdiri atas peptidoglikan yang sangat tebal sehingga memberikan kekakuan untuk
mempertahankan keutuhan sel (Abdullah & Retnoningrum, 2003 cit Madani A,
2010).
Diameter zona hambat yang dihasilkan fraksi etanol-air dengan
konsentrasi 2,25 mg/disk (7,27±0,05 mm) dan dengan konsentrasi 3,0 mg/disk
(7,50±0,08 mm). Sedangkan diameter zona hambat yang dihasilkan fraksi etil
asetat berturut-turut dengan konsentrasi 1,5 mg/disk (7,0±0,0 mm), konsentrasi
2,25 mg/disk (8,0±0,0 mm) dan konsentrasi 3,0 mg/disk (9,0±0,0 mm). Kontrol
positif (kloramfenikol) pada bakteri Staphylococcus aureus multiresisten memiliki
zona hambat 17,00±0,47 mm. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri
dari fraksi etanol-air dan etil asetat lebih lemah dibandingkan dengan kontrol
positifnya. Etanol sebagai kontrol negatif tidak terdapat zona hambat, sehingga
zona hambat yang dihasilkan dari fraksi etil asetat dan etanol-air tersebut murni
dari fraksi dan tidak dipengaruhi oleh pelarut.
Hasil penelitian ini menunjukkan fraksi etanol-air memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus multiresisten pada konsentrasi
terendah 2,25 mg/disk dengan diameter zona hambat 7,25±0,05 mm, sedangkan
fraksi etil asetat dengan konsentrasi 1,5 mg/disk dengan diameter zona hambat
7,0±0,0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat lebih poten dalam
membunuh bakteri Staphylococcus aureus multiresisten jika dibandingkan dengan
fraksi etanol air. Hal tersebut dikarenakan fraksi etil asetat lebih banyak menyari
7
senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri, sehingga menghasilkan zona
hambat yang lebih besar.
Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit terhadap
Staphylococcus aureus multiresisten dan Streptococcus pyogenes
Komponen
Seri konsentrasi
(mg/disk)
Diameter zona hambat (mm)
Staphylococcus aureus
multiresisten
Streptococcus
pyogenes
1,5
1,95
2,25
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
Fraksi n-Heksan
1,5
2,25
3
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
Fraksi Kloroform
1,5
2,25
3
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
Fraksi Etil Asetat
1,5
2,25
3
7,00±0,00
8,00±0,00
9,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
Fraksi Etanol-Air
1,5
2,25
3
6,00±0,00
7,27±0,05
7,50±0,08
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
Kontrol +
17,00±0,82
Kontrol 6,00±0,00
Keterangan : *=diameter zona hambat termasuk diameter disk
25,00±0,82
6,00±0,00
Ekstrak
Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Identifikasi kandungan kimia ekstrak etanol daun kelapa sawit dan fraksifraksinya dilalukan secara kualitatif terhadap flavonoid, aklaloid, saponin, tanin,
steroid, dan terpenoid karena senyawa-senyawa tersebut terdapat dalam daun
kelapa sawit (Sasidharan, 2010). Kromatografi lapis tipis digunakan untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa kimia tersebut.
Golongan senyawa flavonoid secara teoritis pada UV 254 akan
menghasilkan pemadaman hal ini dikarenakan senyawa flavonoid memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang panjang, tetapi sinar UV 254 tidak dapat mengeksitasi
elektron dalam jumlah yang banyak dan tidak dapat menghasilkan flurosensi
sehingga memadamkan flurosensi indikator dari fase diam (terjadi pemadaman)
(Gritter et al, 1991 cit Yuliastuti, 2013). Pada UV 366 senyawa flavonoid
menghasilkan flurosensi biru, hijau biru, ungu atau biru kelabu (Wagner, 1984 cit
Sari, 2010), flurosensi tersebut dapat terjadi karena adanya interaksi antara sinar
UV dengan gugus kromofor yang terikat pada auksokrom, flurosensi cahaya yang
8
tampak merupakan hasil emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen ketika
elektron tereksitasi dari tingkat dasar ketingkat yang lebih tinggi dan kemudian
kembali seperti semula sambil melepaskan energi (Rahayu, 2010 cit Pratiwi,
2013), sedangkan setelah disemprot dengan pereaksi semprot sitoborat
memberikan warna kuning kehijauan (Sari, 2010).
Golongan senyawa saponin secara teoritis tidak menghasilkan pemadaman
pada UV 254 dan tidak menghasikan flurosensi pada UV 366 (Wagner, 1996 cit
Yuliastuti, 2013). Deteksi saponin menggunakan reagen LB memberikan warna
hijau biru dengan kebanyakan sterol dan triterpena alkohol (Yuliastuti, 2013).
Sedangkan untuk triterpenoid menghasilkan warna merah ungu (violet)
(Farnsworth, 1996).
Golongan senyawa fenolik pada UV 254 menghasilkan pemadaman, pada
UV 366 menghasilkan flurosensi biru tua atau biru kelabu, dan setelah disemprot
dengan pereaksi semprot FeCl3 memberikan warna hijau kelabu (Sari, 2010), biru
kehitaman, hijau atau biru kehijauan (Harbone, 1987 cit Yuliastuti, 2013).
Sedangkan golongan senyawa alkaloid pada UV 254 menghasilkan
pemadaman, pada UV 366 menghasilkan flurosensi biru, hijau biru, ungu atau
biru kelabu, setelah disemprot dengan pereaksi sitoborat memberikan kuning
kehijauan (Sari, 2010).
Hasil KLT ekstrak etanol dengan fase gerak etil asetat 2 ml didapatkan
berbagai bercak. Bercak dideteksi dengan reagen semprot. Hasilnya ekstrak etanol
positif mengandung alkaloid, tanin, dan flavonoid. Senyawa alkaloid dan tannin
ditunjukkan pada bercak pertama dengan reagen dragendrof terjadi bercak coklat
(positif alkaloid), reagen FeCl3 terjadi bercak hijau kelabu (positif tannin)
dilanjutkan uji gelatin hasilnya positif mengandung tanin. Senyawa flavonoid
ditunjukkan pada bercak kedua dengan reagen sitoborat terjadi warna kuning
kehijauan.
9
Tabel 5. Hasil uji KLT ekstrak etanol daun kelapa sawit
Pereaksi Semprot
No
1
2
3
4
5
6
7
Rf
0.12
0.18
0.39
0.61
0.74
0.80
0.98
Vis
H
H
H
UV 254
UV
366
P
P
P
P
P
P
HB
HB
M
M
M
M
Dragendroff
C
H
FeCl3
HK
-
LB
UV 366
Sitroborat
UV 366
M
M
M
Perkiraan
Senyawa
HKG
M
A dan T
F
-
Keterangan: H (hijau), P ( pemadaman), HB (hijau biru), C (coklat), M (merah), HK (hijau kelabu), HKG
(hijau kuning), A (alkaloid), T (tanin), F (flavonoid) dan TT (triterpen)
Hasil KLT fraksi n-heksan dengan menggunakan fase gerak perbandingan antara nheksan: aseton: etil asetat (4:2:1) v/v/v didapatkan bercak, bercak dideteksi menggunakan
reagen semprot sitoboratterlihat bercak ke-1 mengandung flavonoid dengan adanya
fluoresensi kuning kehijauan.
Tabel 6. Hasil KLT fraksi n-heksan dengan jarak pengembangan 5 Cm
Pereaksi Semprot
No
1
2
3
4
5
Rf
Vis
UV 254
UV
366
0.10
0.45
0.50
0.65
0.96
H
H
P
P
P
HB
M
M
M
Dragendroff
FeCl3
LB
UV 366
Sitroborat
UV 366
Perkiraan
Senyawa
-
HK
-
M
-
HKG
-
F
-
Keterangan: H (hijau), P ( pemadaman), HB (hijau biru), M (merah), HK (hijau kelabu), HKG (hijau kuning),
dan F (flavonoid)
Hasil KLT fraksi kloroform menggunakan fase gerak perbandingan antara
kloroform: etil asetat (4:6) v/v. Deteksi menggunakan reagen FeCl3 terjadi warna hijau
kelabu pada bercak ke- 1, hal ini ditegaskan menggunakan uji gelatin hasilnya positif
fraksi kloroform mengandung tanin.
Tabel 7. Hasil KLT fraki kloroform dengan jarak pengembangan 5cm
Pereaksi Semprot
No
1
2
3
4
5
6
Rf
Vis
UV 254
UV 366
0.09
0.20
0.30
0.45
0.72
0.95
H
H
-
P
P
P
BK
M
M
-
Dragendroff
FeCl3
LB
UV 366
Sitroborat
UV 366
Perkiraan
Senyawa
-
HK
-
M
M
-
-
T
-
Keterangan Tabel 7. H (hijau), P ( pemadaman), BK (biru kelabu), M (merah), HK (hijau kelabu), dan T
(tanin)
10
Hasil KLT fraksi etil asetat
menggunakan fease gerak etil asetat: kloroform:
metanol (18:8:4) v/v/v. Deteksi dengan reagen semprot LB untuk mendeteksi adanya
senyawa steroid ditunjukkan dengan adanya warna hijau pada bercak ke 3, reagen
sitoborat untuk mendeteksi adanya senyawa flavonoid yang terlihat pada UV 366 pada
bercak 2, 3 dan 4 menjadi warna kehijauan, reagen dragendrof untuk mendeteksi adanya
senyawa alkaloid ditunjukkan pada bercak 1 terjadi warna coklat dan FeCl3 digunakan
untuk mendeteksi senyawa tanin yang ditunjukkan adanya warna hiaju kelabu pada
bercak 1. Senyawa tanin ditegaskan kembali menggunakan uji gelatin, hasilnya fraksi etil
asetat positif mengandung tanin.
Tabel 8. Hasil KLT fraki etil asetat dengan jarak pengembangan 5 cm
No
Rf
Vis
UV 254
UV 366
1
2
3
4
5
6
7
8
0.11
0.20
0.35
0.50
0.65
0.70
0.78
0,99
H
P
P
P
P
P
P
P
BK
BK
BK
BK
M
M
M
M
H
Pereaksi Semprot
LB
Dragendroff FeCl3
UV 366
C
HK
H
M
M
M
Sitroborat
UV 366
HKG
HKG
HKG
-
Perkiraan
Senyawa
A dan T
F
S dan F
F
-
Keterangan Tabel 8. H (hijau), P ( pemadaman), BK (biru kelabu), C (coklat), M (merah), HK
(hijau kelabu), HKG (hijau kuning), A (alkaloid), T (tanin), S (steroid) dan F (flavonoid)
Hasil KLT fraksi etanol-air menggunakan fease gerak etil asetat: kloroform:
metanol (18:8:4) v/v/v.
Alkaloid pada bercak 1 berwarna coklat setelah disemprot
dragendrof dan tannin pada bercak 1 berwarna hijau kelabu setelah disemprot dengan
FeCl3. Senyawa tanin ditegaskan kembali menggunakan
uji gelatin, hasilnya fraksi
etanol-air positif mengandung tanin.
Tabel 9. Hasil KLT fraksi etanol air dengan jarak pengembangan 5 cm
No
1
2
Rf
Vis
UV 254
UV 366
0.05
0.92
H
P
P
BK
-
Pereaksi Semprot
LB
Dragendroff FeCl3
UV 366
Coklat
HK
-
Sitroborat
UV 366
-
Perkiraan
Senyawa
A dan T
-
Keterangan Tabel 9. H (hijau), P ( pemadaman), BK (biru kelabu), C (coklat), HK (hijau kelabu),
A (alkaloid) dan T (tanin)
Berdasarkan uji KLT di atas dapat terlihat beberapa senyawa yang tersari di
dalam ekstrak etanol yaitu tanin,alkaloid, dan flavonoid. Pada fraksi n-heksan senyawa
yang tersari yaitu flavonoid, pada fraksi kloroform tersari senyawa tanin, pada fraksi etil
asetat yang tersari adalah alkaloid, steroid, flavonoid, dan tanin, sedangkan pada fraksi
11
etanol-air tersari senyawa alkaloid, dan tanin. Hal tersebut sudah sesuai dengan penelitian
Sasidharan (2010), bahwa daun kelapa sawit mengandung senyawa tanin, flavonoid,
alkaloid, steroid, dan terpenoid.
Tabel 11. Hasil kandunagn senyawa ekstrak etanol dan fraksinya
Komponen
Ekstrak etanol
Fraksi n-heksan
Fraksi kloroform
Fraksi etil asetat
Fraksi etanol-air
Kandungan senyawa
Alkaloid, tanin, dan flavonoid
Flavonoid
Tanin
Alkaloid, tanin, steroid dan flavonoid
Alkaoloid, dan tanin
Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri terhadap S.aureus multiresisten,
fraksi etil asetat mempunyai aktivitas antibakteri lebih besar jika dibandingkan
dengan fraksi etanol-air. Hal ini disebabkan karena fraksi etil asetat lebih banyak
menyari golongan senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri. Menurut
penelitian Nanyanyo, et al. (2010) daun kelapa sawit mengandung senyawa
luteolin dan chyrysoeriol. Luteolin adalah flavonoid semi polar yang diduga
tersari dalam fraksi etil asetat. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan fraksi etil
asetat memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
fraksi etanol-air. Luteolin mempunyai aktivitas antibakteri dengan cara
mengurangi sintesis asam nukleat dan protein (Xie, et al., 2010). Menurut
penelitian Schinor et al. (2007) senyawa luteolin mempunyai aktivitas antibakteri
yang tinggi terhadap S. aureus karena luteolin memiliki gugus hidroksil pada
posisi 3’, gugus hidroksil pada posisi 3’ dapat bertanggungjawab terhadap
aktivitas antimikroba. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa senyawa
luteolin mempunyai aktivitas antibakteri terhadap S.aureus multiresisten.
Sedangkan ekstrak etanol dan fraksi n-heksan juga menyari flavonoid tetapi
tidak
mempunyai
aktivitas
antibakteri
terhadap
Staphylococcus
aureus
multiresisten, hal ini dikarenakan kemungkinan flavonoid yang tersari dalam
ekstrak dan fraksi n-heksan adalah flavonoid chyrysoeriol. Senyawa chyrysoeriol
ini tidak mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme (Schinor et al, 2007), hal
ini disebabkan karena adanya gugus metoksi yang dapat menurunkan aktivitas
antibakteri (Alcaras et al 2000 cit Cushni & Lamb 2005). Hal lain yang
menyebabkan ekstrak etanol dan fraksi lainnya tidak mempunyai aktivitas
12
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus multiresisten adalah adanya
perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri terhadap media agar (Ariyanti,
2012).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Fraksi etanol-air dan etil asetat ekstrak etanol daun kelapa sawit memiliki
aktivitas antibakteri dengan menghasilkan diameter zona hambat terhadap
Staphylococcus aureus multiresisten pada konsentrasi minimal berturut-turut
2,25 mg/disk (7,27±0,05 mm) dan 1,5 mg/disk (7,0±0,0 mm), tetapi ekstrak
etanol dan fraksinya hingga konsentrasi 3,0 mg/disk tidak memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes.
2. Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri paling
besar terhadap Staphylococcus aureus multiresisten jika dibandingkan dengan
fraksi lain.
3. Ekstrak etanol mengandung senyawa tanin, alkaloid, dan flavonoid. Fraksi nheksan mengandung senyawa flavonoid. Fraksi kloroform mengandung
senyawa tanin. Fraksi etil asetat mengandung senyawa alkaloid, tanin, steroid
dan flavonoid. Fraksi etanol air mengandung senyawa flavonoid, dan tanin.
SARAN
Perlu dilakukan optimasi fase gerak lagi agar dihasilkan pemisahan yang lebih
baik.
DAFTAR ACUAN
Abdullah, C. & Retnoningrum, D.S., 2003 cit Madani, M., 2010, Perbandingan
Aktivitas dan Mekanisme Penghambatan Antibakteri Ekstrak Air dengan
Etil Asetat Gambir (Uncaria gambir Roxb.) terhadap Bakteri
Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans, dan Streptococcus
pyogenes, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
13
Alcaras et al 2000 cit Cushnie, T.P.T, & Lamb, A.I., 2005, Antimicrobial Activity
of Flavonoids, International Journal of Antimicrobial Agent, 26, 343-356
Ahameethunisa, A.R. & Hopper, W., 2010, Antibacterial activity of
Artemisianilagirica leaf extracts against clinical and phytopathogenic
bacteria, BMC Complementary and Alternative Medicine, 1-6
Ahmad, B. & Ali, J., 2013, Physiochemical, minerals, phytochemical
contents,antimicrobial activities evaluation and fourier transform infrared
(FTIR) analysis of Hippophae rhamnoides L. leaves extracts, African
Journal of Pharmacy and Pharmacology, 7 (7), 375-388
Chong, K. H., Zuraini, Z., Sasidharan, S., Devib Kalnisha, P. V., Yoga Lathac,L.
& Ramanathand, S., 2008. Antimicrobial Activity of Elaeis Guineensis
Leaf, Pharmacologyonline, 3, 379-386
Chusri, S., Villaneuva, I., Voravuthikunchai, S. P.,Davies, J., 2009, Enhancing
Antibiotic Activity : A Strategy to control Acinetobacter Infection, Jurnal
of Antimicrobial Chemotherapy, 64 (6), 1203-1211
Cowan & Marjorie, M., 1999, Plant Product as Antimicrobial Agent,
Microbiology Review, 12 (4), 564-582
Farnsworth, N. R., 1966, Biological and Phytochemical Screening of Plants,
Journal of Pharmaceutical Sciences, 55 (3)
Fidanoski, N & Fidanoski B., 2007, Staphylococcus Vs Streptococcus A
Comprehensive Analysis Comparison and Contras, Port Credit, Canada
Gritter et al, 1991 cit Yuliastuti, D. & Sulistyani, N., 2013, Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etil Asetat Batang Binahong (Anredera cordifolia tenore Steen.)
Terhadap Salmonella typhi serta Skrining Fitokimia, Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Hart, Tony, 2004, Microterrors. Buffalo, New York, Firefly Books Ltd
Maryati, Fauzia, R. S, & Rahayu, T., 2007, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak
Atsiri Daun Kemangi (Ocinum basilicum L.) Terhadap Staphylococus
aureus dan Eschericia coli, Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, 8 (1),
30-38
Nyananyo, B. L., Mensah, S. I., & Achama, C. Phytochemical Investigations of
Some Tropical Plants from The Niger Delta Area of Nigeria, Scientia
Africana, 9 (1), 173-177
14
O'Leary, William, 1989, Practical Handbook of Microbiology, CRC Press Inc,
Boca Raton
Parekh, J. & Chanda, S., 2007, Antibacterial and phytochemical studies on twelve
species of Indian medicinal plants, African Journal of Biomedical
Research, 10, 175 – 181
Rahayu, 2010 cit Pratiwi, D., Wahdaningsih, S. & Isnidar, 2013, Uji Aktivitas
Antioksidan Daun Bawang Mekah (Eleutherine americana Merr.) dengan
Metode DPPH, Trad Med Jurnal, 18(1), 9-16
Sasidharan, S., Nilawatyi, R., Xavier, R., Latha, LY., & Amala, R., 2010,Wound
Healing Potential of Elaeis guinensis. Jacq Leaves in a Infected Albina Rat
Model, International Journal of Molecular Sciences, (15), 3186-3199
Schinor, E. C., Salvador, M. J., Ito, I. Y., Dias, D. A., 2007, Evaluation of the
Antimicrobial Activity of Crude Extracts and Isolated Constituens from
Chresta scapigera, Brazilian Journal of Microbiology, 38, 145-149
Spring,
2009,
Microbiology
20
Biochemical
Unkow,
(Online),
http://www.lamission.edu/lifesciences/steven/biochemicalunknownguideli
nes.pdf, diakses tanggal 4 september 2012
Wagner, 1984 cit Sari, Y. D., Djannah, S. N. & Nurani H. L., 2010, Uji Aktivitas
Antibakteri Infusa Daun sirsak (Annona muricata L.) secara In Vitro
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta Profil KLTnya,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Westh,
H., Zinn, C.S., Rosdahl, V. T., Group S.S., 2004, An
InternationalMulticenter Study of Antimicrobial Consumption and
Resistance in Staphylococcus aureus Isolates from 15 Hospitals in 14
Countries, Microbial Drugs Resistant, 10 (2), 1-8
Vijayarathna, S., Zakaria, Z., Chen, Y., Latha, L. Y., Kanwar, J. R., Sasidharan,
S., 2012, The Antimicrobial Efficacy of Elaeis guineensis:
Characterization, in Vitro and in Vivo Studies, Molecules, 17, 4860-4877
15
Download