GENDER DAN EKONOMI (PERAN GENDER TERHADAP KONSTRIBUSI EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA/RUMAH TANGGA) Oleh: Haslindah, SE.,M.Si Dosen tetap pada Jurusan Syari’ah STAIN Watampone Abstrak: Gender ideology and patriarchal culture have resulted gender inequality, especially at occupation domain. Its can be seen from Workforce Participation level that dominated by men. There’s several factors influencing that inequality, include marginalization to women, on public or domestic domain. Woman subordination in social or cultural aspect also affects discrimination. Labeling (stereotyping) to women and lower education level also affect woman work participation. As a consequence, many women choose work activity at informal environment with very low wages and without health, law, and financial. Ideologi gender dan budaya patriarki telah mengakibatkan ketidaksetaraan gender, terutama pada domain kependudukan. Dapat dilihat dari tingkat partisipasi kerja di dominasi oleh kaum laki-laki. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketimpangan tersebut, termasuk marginalisasi perempuan, pada domain publik maupun domestik. Merendahkan wanita dalam aspek sosial atau budaya juga mempengaruhi diskriminasi pelabelan (stereotyping) untuk wanita dan tingkat pendidikan yang lebih rendah juga mempengaruhi partisipasi kerja wanita. Akibatnya, banyak wanita memilih aktifitas kerja di lingkungan informal dengan upah yang sangat rendah dan tanpa jaminan keamanan kesehatan, hukum, dan keuangan. Keywords: Peran Gender, Konstribusi Ekonomi, Kesejahteraan Keluarga. I. PENDAHULUAN Setiap harinya kita selalu melakukan banyak sekali kegiatan ekonomi, mulai dari hal yang paling kecil hingga paling besar, mulai dari yang tidak kita sadari hingga kita sadari. banyak unsur yang melatar belakangi kita melakukan banyak sekali kegiatan ekonomi, beberapa unsur tersebut diantaranya adalah dimana kebutuhan hidup manusia itu banyak dan beraneka ragam bentuk, kemudian adanya sifat dari manusia itu sendiri yang tidak mudah puas dengan apa yang telah mereka miliki. Ekonomi dapat di bagi menjadi dua, yakni ekonomi golongan Rumah tangga Dan Ekonomi golongan perusahaan, ekonomi Rumah tangga sendiri terdiri dari individu-individu yang ada di dalam keluarga tersebut. Membicarakan soal pelaku ekonomi, dapat dikatakan bahwa semua orang akan melakukan kegiatan ekonomi. tidak ada batasan laki-laki maupun perempuan. semuanya melakukan kegiatan ekonomi. Namun tidak di semua sektor ekonomi perempuan dan laki-laki mengalami persamaan, baik dalam kesempatan maupun hasil dari pembangunan. selalu ada dan terjadi kesenjangan didalamnya. seperti halnya ada dalam Rumah Tangga Ekonomi pasti akan selalu terjadi kesenjangan gender didalamnya. Menurut Vitayala, gender adalah suatu konsep yang menunjuk pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan lelaki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologi, akan tetapi ditentukan oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. WHO mendefinisikan gender adalah seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksikan secara sosial dalam suatu masyarakat.1 II. PEMBAHASAN A. Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi Manusia bukan hanya sebagai makhluk sosial, manusia juga merupakan makhluk ekonomi. Menurut Winardi, manusia sebagai makhluk ekonomi (Homo Economicus) adalah manusia yang dalam melakukan tindakan ekonomi didorong oleh kepentingan sendiri dan tindakannya didasarkan pada asas atau prinsip ekonomi.2 Walaupun manusia saling membutuhkan satu sama lain, tapi manusia tetap memiliki otonomi untuk menentukan kehidupannya sendiri. Kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan tindakan ekonomi seperti bekerja. Dalam melakukan tindakan ekonomi, manusi mempertimbangkan banyak hal, seperti manfaat dan pengorbanan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia sebagai makhluk ekonomi memiliki beberapa ciri, diantaranya:3 1. Berupaya memenuhi kebutuhannya semaksimal mungkin dengan sumber daya yang tersedia. 2. Bertindak secara rasional (memperoleh hasil rasional dengan pengorbanan yang minimal). 3. Tindakan yang dilakukan untuk kepentingan sendiri. 4. Keputusan yang diambil sesuai dengan tujuan Ketiga ciri tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan atau keinginan manusia yang tidak terbatas, sedangkan sumberdaya atau alat pemuas kebutuhan bersifat terbatas. 1 Definisi,KonsepdanKerangkaAnalisis Gender, diakses dari http://skpm.ipb.ac.id/definisigender/ pada 21 Desember 2014, pkl. 10:27 2 Kardoyo, Esti Mumpuni Hayuningtyas, ‘Model Pembelajaran Role Playing Pada Mata Pelajaran PS-Ekonomi Materi Pokok Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Ekonomi’, Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 4 No.2, hal. 141, dilihat pada 11 Desember 2014, 3 Mamat Ruhimat, et al, 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu, (Bandung: PT. Grafindo Media Pratama, 2006). h. 23 Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi manusia dalam memenuhi kebutuhanya adalah:4 1. Faktor Internal a. Sikap dan gaya hidup b. Selera c. Pendapatan d. Intensitas kebutuhan 2. Faktor Eksternal a. Lingkungan b. Adat istiadat c. Kebijakan pemerintah d. Mode/Trend e. Kemajuan teknologi dan kebudayaan f. Keadaan alam Manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus) adalah manusia yang selalu mememiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari yang bersifat rasional dan tidak pernah puas. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia harus berusaha mengendalikan diri dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral. B. Peran Gender dalam Perekonomian Rumah Tangga Gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis dalam hal alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan memang membawa konsekuensi fungsi reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; laki-laki membuahi dengan spermatozoa). Jenis kelamin biologis inilah merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan dan berlaku sepanjang zaman. Namun demikian, kebudayaan yang dimotori oleh budaya patriarki menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi indikator kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung pada pembatasan hak, akses, partisipasi, kontrol dan menikmati manfaat dari sumberdaya dan informasi. Akhirnya tuntutan peran, tugas, kedudukan dan kewajiban yang pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan sangat bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya.5 4 Ibid Harien Puspitawati, Konsep, Teori dan Analisis Gender, diakses dari http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gender.pdf pada 21 Desember 2014, pkl. 11:01 5 Rumah tangga merupakan representasi dari sebuah kelompok sosial yang bersifat umum. Rumah tangga bisa dikategorikan sebagai hubungan sosial yang dekat, dimana interaksi antarkeluarga terpusat pada hubungan antara laki-laki dan perempuan dan hubungan antara anak dengan orang tua.6 Dalam kehidupan berumah tangga di dalam masyarakat masih ada pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki dalam melakukan pekerjaan. Dalam pembagian pekerjaan tersebut masihlah di pengaruhi oleh faktor gender. Pembagian pekerjaan tersebut adalah perempuan bekerja di sector domestic dan yang laki–laki berkerja di sektor non-domestik mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari. Perempuan sering di anggap hanya pantas bekerja di sektor domestik saja seperti memasak,mencuci, mengasuh anak, dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Hal seperti ini sering terjadi di dalam perekonomian rumah tangga. Dalam perekonomian rumah tangga batasan-batasan seperti itu sebenarnya tidak bisa di tentukan hanya karena mereka perempuan atau laki-laki saja karena pekerjaan seperti itu bisa di lakukan oleh keduanya. Pekerjaan domesti bisa di lakukan oleh orang laki-laki tidak hanya orang perempuan saja dan pekerjaan nondomestik juga di lakukan oleh orang perempuan tidak hanya bisa di lakukan oleh orang laki-laki saja. Selain itu mereka juga bisa berbagi pekerjaan seperti orang laki-aki membantu orang perempuan melakukan pekerjaan domestik tanpa meninggalkan tugasnya di sektor non-domestik begitu pula sebaliknya dengan orang perempuan. Dalam ekonomi rumah tangga, pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan pun yang mencari penghasilan masih saja dalam sektor domestic, meskipun mereka melakukan pekerjaan domestik tersebut untuk orang lain. Pekerjaan tersebut bisa di bilang sebagai pekerja rumah tangga (PRT). Meskipun, yang melakukan pekerjaan seperti itu kebanyakan di lakukan oleh orang perempuan yang melakukan perantauan. Mereka memilih pekerjaan ini mungkin karena pekerjaan ini pekerjaan yang paling mudah menurut mereka dari pada pekerjaan yang lainnya. Pekerjaan rumah tangga (PRT) mereka lakukan juga mungkin karena kurangnya pendidikan yang mereka dapatkan yang membuat mereka tidak bisa bekerja di tempat–tempat yang lebih layak atau memiliki posisi. Pekerjaan rumah tangga (PRT) juga bisa di pilih sebagai pekerjaan oleh orang perempuan karena kondisi mereka yang membuat mereka harus bekerja seperti itu.7 Tugas untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masih didominasi oleh laki-laki. Hal ini diakibatkan karena laki-laki memiliki 6 Richard Swerberg, Mark Granovetter, The Sociology of Economic, (Westview Press, inc, 1992). hal. 265 7 Siti Farikhah, Pergeseran Peran Gender dalam Kehidupan Komunitas Pekerja Rumah Tangga Perempuan, diakses dari http://www.mediacare.org pada 14 Desember 2014, pkl. 12:50 modal lebih banyak daripada perempuan, seperti jaringan sosial, pendidikan tinggi dan skill. Sementara tugas perempuan dalam perekonomian rumah tangga adalah mengatur bagaimana agar uang yang diperoleh bisa digunakan seefiisiem mungkin untuk menutupi kebutuhan rumah tangga. C. Perempuan, Kerja dan Upah Meskipun perekonomian rumah tangga didominasi oleh laki-laki, namun tidak sedikit perempuan yang bekerja di luar rumah untuk mencari penghasilan. Perempuan yang bekerja di publik (bekerja di luar rumah) secara langsung menguntungkan perekonomian rumah tangga dari keluarga.8 Pemasukan yang di dapat tak hanya dari seorang suami sebagai pencari pendapatan untuk perekonomian. Namun pekerjaan yang bisa di akses perempuan masih dalam kategori pekerjaan yang berhubungan dengan “kewanitaan”. Contohnya kasir atau pembantu, pekerjaan tersebut masih dikategorikan sebagaia pekerjaan yang dikhususkan untuk perempuan. Laki-laki tak ada minat untuk melamar pekerjaan di bidang tersebut. Dan juga jenis pekerjaan tersebut masih di anggap umum hanya untuk perempuan dikarenakan sifat perempuan yang condong ulet dan tekun sesuai dengan pekerjaan kasir. Untuk pekerjaan pembantu, perempuan yang yang kesehariannya melakukan pekerjaan tersebut tak sulit untuk melakukannya. Perempuan yang mahir di dalam bidang tertentu masih menonjolkan sifat “kewanitaannya”. Contohnya Tupperware dan Amway yang merupakan organisasi khas yang dibentuk oleh perempuan dan kebanyakan pekerjanya adalah perempuan. Masih saja pekerjaan publik yang dilakukan perempuan masih dalam lingkup sifat “kewanitaan”.9 Hanya sedikit perempuan yang bekerja diluar kategori sangat jauh dari sifat kewanitaan. Seperti pemimpin, hanya segelintir perempuan yang dipercaya untuk mempunyai pekerjaan tersebut, dan juga hanya segelintir perempuan yang bisa mempunyai pekerjaan tersebut. Sifat dasar feminine yang dimiliki perempuan dengan lembut, penyayang, ulet, sabar dan sifat lainnya membuat perempuan sedikit yang berminat dalam sosok pemimpin. Sedang sifat maskulin yang dimiliki laki-laki yang banyak memiliki sifat tegas, kuat, berotot dan berwibawa cocok dengan sosok pemimpin. Pekerjaan publik yang lebih banyak diperuntukkan dengan laki-laki menimbulkan akses yang sedikit untuk perempuan. Pekerjaan di publik seperti pekerjaan kuli dan montir banyak diakses laki-laki. Jika ada perempuan yang bekerja sebagai kuli atau montir maka akan dianggap tabu oleh masyarakat. 8 9 Richard Swerberg, Mark Granovetter, op.cit., hal. 273 Ibid., 277 Wanita sebagai pekerja memperoleh lapangan kerja yang lebih sedikit daripada pria. Jenis pekerjaan wanita sangat ditentukan oleh seks, sedangkan lakilaki tidak. Pekerjaan wanita selalu dihubungkan dengan sektor domestic, seperti: Bidan, perawat, guru dan sekretaris yang lebih banyak memerlukan keahlian manual saja. Akses perempuan yang sedikit untuk terjun ke dunia publik tak menimbulkan sedikit pula upah yang diterima perempuan. Secara umum upah atau gaji yang diterima wanita lebih rendah daripada pria. Menurut analisis gender, perbedaan tingkat upah disebabkan oleh peran ganda yang menimbulkan masalah ketidakadilan dari perbedaan gender tersebut. berbagai manivestasi ketidakadilan yang ditimbulkan dengan adanya asumsi gender, seperti: 1. Terjadinya marginalisasi (pemikiran ekonomi terhadap kaum wanita) Meskipun tidak setiap marginalisasi disebabkan oleh ketidakadilan gender namun yang dipersoalkan oleh analisis gender adalah marginalisasi yang disebabkan oleh perbedaan gender. 2. Terjadinya subordinasi pada salah satu jenis seks yang umumnya pada kaum wanita. Bentuk dan mekanisme dari proses subordinasi tersebut dari waktu ke waktu berbeda. Seperti anggapan bahwa wanita hanya mengandalkan keterampilan alami. 3. Pelabelan negative terhadap jenis kelamin tertentu, terutama terhadap kaum perempuan. Dalam masyarakat banyak sekali stereotype yang dilabelkan pada kaum perempuan dan berakibat membatasi, menyuitkan, memiskinkan, dan merugikan kaum perempuan. Anggapan patrilinieal menyatakan bahwa laki-laki adalah pencari nafkah utama dalam keluarga, sedangkan perempuan hanya sebagai pencari nafkah sekunder. Akibatnya dalam dunia kerja perempuan berstatus sekunder.10 Dari survey yang dilakukan oleh International Labour Organization (ILO), Rata-rata jumlah kesenjangan upah antar gender di dunia mencapai 18%. Di Indonesia sendiri, kesenjangan upah antargender adalah sebesar 19% di tahun 2012.11 Jika perempuan bisa ulet dan kreatif melakukan pekerjaan publiknya, tak jarang penghasilan yang diperoleh juga lebih banyak dari penghasilan suami. Contohnya pekerjaan sekretaris perusahaan, yang banyak di tujukan pekerjaannya untuk perempuan. Upah yang diperoleh perempuan yang bekerja sebagai sekretaris perusahaan lebih banyak dari seorang suami yang seorang supir. 10 Hadriana Marhaeni Munthe, Dilema Wanita Pekerja dalam Analisis Gender, diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3837/1/sosiologi-hadriana2.pdf pada 14 Desember 2014, pkl. 14:09 11 Wujudkan upah yang Setara Bagi Laki-Laki dan Perempuan, diakses dari http://www.gajimu.com/main/gaji/kesenjangan-upah pada 14 Desember 2014, pkl. 14:18 D. Perasaan dan Ekonomi Perasaan memerankan peran yang penting dalam kehidupan ekonomi. Sejak manusia mengadopsi istilah ekonomi rasional, penggunaan perasaan dalam kehidupan ekonomi menjadi terkesampingkan. Manusia lebih memilih melakukan tindakan ekonomi secara rasional agar benar-benar memperoleh keuntungan dari tindakannya daripada menggunakan perasaan. Tindakan ekonomi rasional dalah setiap tndakan manusia yang dilandasi atas dasar pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan.12 Analisis mengeanai penggunaan perasaan dijelaskan dalam analisis Weber dalam etika protestan. Dimana Protestan asketik mencoba untuk mengendalikan hidup pengikutnya, termasuk emosi.13 Dijelaskan bahwa pada saat itu perhitungan dan kerja keras bisnis barat didorong oleh perkembangan etika protestan dengan doktrin calvinisme yaitu doktrin tentang takdir, dimana kemudian etika protestan berusaha mengendalikan hidupnya, juga emosinya.14 Meskipun penggunaan emosi merupakan hal yang penting dalam melakukan keputusan atau tindakan ekonomi, namun menekan emosi untuk membuat keputusan ekonomi yang tepat marupakan bagian dari etika ekonomi yang mendominasi. Penggunaan perasaan dianggap dapat menghancurkan keputusan-keputusan ekonomi, sehingga pelaku ekonomi lebih memilih menggunakan rasio daripada perasaan. Ketika pelaku ekonomi ingin membuat keputusan ekonomi yang rasional, maka emosi harus ditekan agar perasaan tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat. Ada beberapa cara pandangan yang berbeda mengenai penggunaan perasaan dalam kehidupan ekonomi. Sebagian menyatakan bahwa penggunaan perasaan merupakan cara strategis yang akan dimanfaatkan oleh orang lain untuk memperoleh keuntungan. Hochschild berpendapat bahwa perasaan bukan merupakan sesuatu yang mengganggu atau menghambat kehidupan ekonomi, melainkan bagian dari kehidupan ekonomi itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Definisi, Konsep dan Kerangka Analisis Gender, diakses dari http://skpm.ipb.ac.id/definisi-gender/ pada 21 Desember 2014, pkl. 10:27 12 “Pengertian Tindakan Ekonomi Rasional dan Irasional” diakses dari http://www.gerbangilmu.com/2014/11/pengertian-tindakan-ekonomi-rasional.html pada 14 Desember 2014, pkl. 06:28 13 Richard Swerberg, Mark Granovetter, op.cit., h, 279 14 George Ritzer, Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012). h. 67 Farikhah, Siti, Pergeseran Peran Gender dalam Kehidupan Komunitas Pekerja Rumah Tangga Perempuan, diakses dari http://www.mediacare.org pada 14 Desember 2014, pkl. 12:50 Harien Puspitawati, Konsep, Teori dan Analisis Gender, diakses dari http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gender. pdf pada 21 Desember 2014, pkl. 11:01 Kardoyo dan Hayuningtyas, Esti Mumpuni, ‘Model Pembelajaran Role Playing Pada Mata Pelajaran PS-Ekonomi Materi Pokok Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Ekonomi’, Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 4 No.2, dilihat pada 11 Desember 2014. Munthe, Hadriana Marhaeni, Dilema Wanita Pekerja dalam Analisis Gender, diaksesdarihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3837/1/sosiolo gi-hadriana2.pdf pada 14 Desember 2014, pkl. 14:09 “Pengertian Tindakan Ekonomi Rasional dan Irasional” diakses dari http://www.gerbangilmu.com/2014/11/pengertian-tindakan-ekonomirasional.html pada 14 Desember 2014, pkl. 06:28 Ritzer, George, Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Ruhimat, Mamat, et al, Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu, Bandung: PT. Grafindo Media Pratama, 2006. Swedberd, Richard dan Granovetter, The Sociology of Economic, Westview Press inc, 1992. Wujudkan upah yang Setara Bagi Laki-Laki dan Perempuan, diakses dari http://www.gajimu.com/main/gaji/kesenjangan-upah pada 14 Desember 2014, pkl. 14:18