1.1. Pendahuluan Teori dan konsep sinyal diperlukan pada bidang rekayasa kelistrikan dan bidang teknik lainnya. Dalam bab ini diperkenalkan tentang pengertian sinyal serta klasifikasinya. Beberapa sinyal dasar yang penting serta operasi dasar sinyal juga dibahas dalam bab ini. 1.2. Pengertian Sinyal Secara umum, sinyal didefinisikan sebagai suatu besaran fisis yang merupakan fungsi waktu, ruangan atau beberapa variable. Contoh dari sinyal adalah sebagai berikut: ๏ท Tegangan listrik (V) sebagai fungsi waktu ๏ท Suhu ruangan fungsi waktu ๏ท Potensial listrik fungsi dari posisi pada suatu ruang 3 dimensi ๏ท Intensitas sebagai fungsi koordinat x, y dan waktu Sinyal dapat direpresentasikan secara matematis, misalnya: ๐ = 2 ๐๐๐ (๐๐ก + 100 ) ๐ฃ = 3 ๐ ๐๐ (๐๐ก − 100 ) Sinyal-sinyal di atas adalah sinyal yang dapat didefinisikan dengan suatu fungsi yang jelas. Gambar1.1 Representasi Sinyal ๐ = 2 ๐๐๐ (๐๐ก + 100 ) dan ๐ฃ = 3 ๐ ๐๐ (๐๐ก − 100 ) bab I - sinyal 1 Dalam beberapa kasus, sinyal tidak dapat dilihat hubungan fungsinya secara nyata dan sangat kompleks. Contohnya sinyal pembicaraan seperti terlihat pada Gambar 1.2. Gambar 1.2 Contoh Sinyal Suara Sinyal suara pada Gambar 1.2 dapat dituliskan sebagai fungsi penjumlahan dari gelombang sinus dengan amplitude berbeda: ๏ Ai = sin [2๏Fi(t) + ๏ฑi(t)]. Sinyal mempunyai beberapa jenis informasi yang dapat diamati misalnya amplitudo, frekuensi, perbedaan fasa dan gangguan akibat noise. Untuk mengamati informasi tersebut, dapat digunakan peralatan ukur elektronik seperti osciloskop dan spectrum analyzer. Peralatan tersebut bekerja dengan memanfaatkan model matematik dari sinyal tersebut. Pengolahan sinyal adalah suatu operasi matematik yang dilakukan terhadap suatu sinyal sehingga diperoleh suatu informasi yang berguna. Pengolahan sinyal dapat dilakukan secara analog atau digital. Pengolahan sinyal analog memanfaatkan komponen-komponen analog, misalnya diode, transistor, Op-amp, dan lainnya. Pengolahan secara digital menggunakan komponen-komponen digital seperti register, counter, decoder, summing, mikroprosesor, mikrokontroller, dan lainnya. Untuk kemudahan pada pengolahan sinyal digital sebagai pemroses digunakan komputer (mikrokontroller) untuk merepresentasikan algoritma atau model matematik. 1.3 Klasifikasi Sinyal A. Sinyal Waktu Kontinyu dan Sinyal Waktu Diskrit Sinyal x(t) disebut sinyal waktu kontinyu jika t adalah variabel kontinyu. Jika t adalah variabel diskrit, maka x (t) didefinisikan sebagai sinyal waktu diskrit. Sinyal waktu diskrit sering diidentifikasi sebagai urutan angka, bab I - sinyal 2 dilambangkan dengan {xn} atau x[n], dimana n = bilangan bulat. Ilustrasi sinyal waktu kontinyu x(t) dan sinyal waktu diskrit x[n] ditunjukkan pada Gambar. 11. Gambar 1.3 a. Sinyal Waktu Kontinyu b. Sinyal Waktu Diskrit Sinyal waktu diskrit adalah sinyal yang hanya ada pada waktu tertentu. Misalnya kita mengukur suhu dalam suatu ruangan setiap satu menit, dengan demikian kita tak dapat mengetahui suhu pada menit 1,5 menit. Setiap komponen sinyal diskrit diberi nomor sesuai urutan pembacaan atau pengambilan datanya. Jarak antar pembacaan ini disebut waktu sampling. Sebutan diskrit dipergunakan untuk menunjukkan kondisi sumbu waktunya. Artinya nomor komponen sinyal harus berupa bilangan bulat sedangkan nilai dari sinyalnya berupa bilangan riil. Sebagai contoh, sebuah sinyal diskrit x(m) memiliki komponen sinyal x(0), x(1), x(2), …… tetapi bukan x(1,5) atau atau sesuatu yang semacam ini. Jadi nilai x(1,5) bisa dikatakan tidak ada atau tidak terdefinisi. Konsep ini sangat penting untuk memahami sinyal diskrit. Sinyal waktu diskrit x[n] dapat diperoleh dari sampling sinyal waktu kontinyu x(t) yaitu: x(to), x(t1), …, x(tn), Sampling ke-(to), (t1), …, (tn) = nol dan bil. bulat positif, maka sinyal waktu diskrit dapat ditulis: x[0], x[1], …, x[n] atau Xn = x[n]=x(tn) dengan x[n]= sinyal sampling dan tn = interval sampling Jika interval sampling serbasama/uniform, maka: Xn = x[n]=x(nTs) dengan Ts= interval sampling bab I - sinyal 3 Sinyal waktu diskrit x[n] dapat dinyatakan dengan dua cara: 1. Bentuk aturan tertentu dari urutan nilai ke-n. Contoh 1 ๐ 2 ( ) ๐ฅ[๐] = ๐ฅ๐ = {0 1 1 ๐≥0 ๐<0 1 ๐ {๐ฅ๐ } = {1, , , … , ( ) } 2 4 2 atau 2. Bentuk eksplisit urutan nilai x[n]. Contoh: {๐ฅ๐ } = {… , 0, 0, 1, 2, 1, 2, 2,0,0, … } ↑ tanda ๏ญ menyatakan n=0, dan jika tidak terdapat tanda ๏ญ maka n=0 pada data pertama sedangkan untuk n<0 dianggap data=0 Jumlah dan perkalian sinyal waktu diskrit dinyatakan sbb: {cn} = {an} +{bn} ๏ฎ cn = an +bn {cn} = {an}{bn} ๏ฎ cn = anbn {cn} = ๏ก{an} ๏ฎ cn = ๏กan , ๏ก = konstanta Beberapa contoh sinyal diskrit adalah: ๏ท Keluaran dari sebuah ADC ๏ท Laporan jumlah produksi mesin tiap jamnya ๏ท Catatan IHSG Byrsa Efek Jakarta per Minggu ๏ท Catatan fluktuasi nilai tukar mata uang asing dalam satu tahun Berikut contoh program MATLAB untuk menampilkan sinyal waktu diskrit. Fungsi yang dipergunakan adalah stem n = -5:1:5 % set untuk n dari -5 sampai 5 dengan jarak interval 1 x = [ 1 2 -5 3 -2 7 5 6 -1 5 -3]; stem(n,x,'linewidth',2); bab I - sinyal 4 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 Gambar 1.4 Contoh Sinyal Diskrit Sinyal waktu kontinyu menggunakan bilangan riil pada sumbu waktunya. Karena menggunakan bilangan riil, maka kita bisa mendapatkan nilai sinyal kapanpun. Hal ini tentu berbeda dengan sinyal waktu diskrit. Sinyal waktu kontinyu dinyatakan dalam bentuk garis yang utuh, bukan garis vertikal seperti sinyal diskrit. Penggunaan garis seperti ini menunjukkan kita bisa mendapatkan nilai sinyal untuk setiap nilai waktu. Berikut ini contoh menampilkan sinyal waktu kontinyu menggunakan program MATLAB t=0:0.01:8; x=sin(2*pi*t/4); plot(x,'linewidth',2) 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Gambar 1.5 Contoh Siyal Kontinyu Pada beberapa kasus, pengklasifikasian ini bisa membingungkan. Sebagai contoh, untuk pengukuran suhu ruangan dengan nilai suhu bab I - sinyal 5 bisa berupa bilangan riil. Apabila pencatatan dilakukan tiap 5 menit, maka data yang didapatkan adalah sinyal diskrit. Tetapi saat pembacaan dilakukan dengan menggunakan plotter seperti yang dipergunakan untuk rekam jantung, maka kita mendapatkan sinyal kontinyu. Jadi klasifikasi ini sangat tergantung dari cara mendapatkan data yang diinginkan. Beberapa contoh sinyal waktu kontinyu: ๏ท Rekaman suara manusia di pita magnetik ๏ท Pengukuran suhu ruangan yang tidak dilakukan secara sampling B. Sinyal Analog dan Sinyal Digital Jika sinyal waktu kontinyu x(t) mempunyai nilai sembarang (bernilai riil) pada interval waktu kontinyu (a,b) dengan a= - ๏ฅ dan b= ๏ฅ, maka sinyal waktu kontinyu x(t) disebut sinyal analog. Jika sinyal waktu diskrit x[n] mempunyai nilai diskrit (bilangan bulat), maka sinyal waktu diskrit disebut sinyal digital. C. Sinyal Bilangan Nyata dan Sinyal Bilangan Kompleks Sinyal x(t) disebut sinyal bilangan nyata jika nilai x(t) adalah nyata dan x(t) disebut sinyal bilangan kompleks jika nilainya kompleks. Bentuk umum fungsi sinyal bilangan kompleks atau sering disebut sinyal kompleks adalah: x(t) = x1(t) + jx2(t), dengan x1(t), x2(t) = bilangan nyata dan j=๏-1 bab I - sinyal 6 bab I - sinyal 7 bab I - sinyal 8 1.4 Sinyal-sinyal Standar Dalam analisis sistem, kita memerlukan beberapa sinyal standar untuk memberikan hasil yang lebih akurat. Sinyal-sinyal ini terbagi atas sinyal diskrit standar dan sinyal kontinyu standar bab I - sinyal 9 Sinyal diskrit standar Beberapa sinyal standar yang akan dibahas dalam buku ini adalah unit step, unit impulse, unit ramp dan complex exponential. Sinyal unit step adalah sinyal yang bernilai tetap, yaitu satu untuk semua nilai waktu yang positif dan nol. Secara matematis, sinyal ini ditulis sebagai: 1, untuk n ≥ 0 u(n) = { 0, untuk n < 0 Berikut, gambar yang menunjukkan sinyal unit step Gambar 1.6 Sinyal unit step untuk sistem diskrit Kita menggunakan sinyal ini untuk menunjukkan sinyal DC (bisa tegangan maupun arus). Selain itu, kita bisa menggunakannya untuk menunjukkan bahwa sebuah sinyal dimulai dari n = 0. Untuk menunjukkan hal ini, sinyal tersebut harus dikalikan dengan sinyal unit step. Sebagai contoh, sinyal y(n) akan dimulai dari n = 0, maka ditulis y(n) = u(n).sin(3๏ฐn). Hal ini bararti sinyal y(n) dimulai saat n = 0. Untuk n<0, y(n) tidak ada. Sinyal unit impulse adalah sebuah sinyal yang bernilai satu pada saat n = 0 dan untuk n selain nol nilainya nol. Sinyal ini ditulis sebagai ๏ค(n) dan ini dipakai sebagai notasi yang menunjukkan sinyal tersebut. Secara matematis, sinyal ini ditulis sebagai: 1, untuk n=0 δ(n)= { 0, untuk n≠0 Berikut, gambar yang menunjukkan sinyal unit impulse bab I - sinyal 10 Gambar 1.7 Sinyal unit impulse untuk sistem diskrit Sinyal unit step dan unit impulse ternyata berhubungan satu sama lain. Hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut: ∞ ๐ข(๐) = ∑ ๐ฟ(๐ − ๐) ๐=0 ๐ฟ(๐) = ๐ข(๐) − ๐ข(๐ − 1) Sinyal ramp adalah sinyal yang bernilai sama dengan waktunya, sinyal ramp dinyatakan sebagai: Ramp(n)=n, untuk n>=0 Gambar 1.8 Siyal Ramp untuk sistem diskrit bab I - sinyal 11 bab I - sinyal 12 bab I - sinyal 13 bab I - sinyal 14 bab I - sinyal 15 bab I - sinyal 16 bab I - sinyal 17 bab I - sinyal 18 bab I - sinyal 19 bab I - sinyal 20 bab I - sinyal 21 bab I - sinyal 22 bab I - sinyal 23 bab I - sinyal 24 1.5 Representasi Sinyal Sinyal dapat direpresentasikan dalam berbagai cara. Representasi sinyal kontinyu dapat dijelaskan dengan lebih mudah dengan contoh berikut: Suatu sinyal kontinyu seperti gambar berikut representasikan dalam suatu persamaan isyarat: x(t) 1 1 2 3 t Gambar 1.8 Sinyal x(t) Sinyal x(t) diatas mempunyai tiga kondisi yaitu: pada saat 0<t<2, pada saat 2<t<3 dan saat t yang lain. Dengan demikian dapat dirumuskan suatu fungsi sebagai berikut: x1(t), 0<t<2 x(t) = x2(t), 2<t<3 x3(t), t lainnya Dari grafik x(t) dapat dilihat bahwa kondisi selain 0<t<2 dan 2<t<3 tidak ada sinyal x(t) atau dapat dituliskan x3(t) = 0. Sedangkan pada saat 2<t<3 terlihat bahwa sinyal x(t) bernilai 1 sehingga dapat dituliskan x2(t) = 1. Untuk mencari nilai x1(t) dipergunakan rumusan persamaan garis antara dua titik. Isyarat x1(t) melalu titik (0,0) yang selanjutnya disebut titik 1 dan titik (2,1) yang selanjutnya disebut titik 2. Dengan dasar tersebut maka isyarat x1(t) dapat dicari sebagai berikut: x1 (t ) ๏ญ x1 t ๏ญ t1 ๏ฝ x 2 ๏ญ x1 t 2 ๏ญ t1 dengan memasukan nilai-nilai titik 1 dan titik 2 didapatkan: x1 (t ) ๏ญ 0 t ๏ญ 0 ๏ฝ 1๏ญ 0 2๏ญ0 bab I - sinyal 25 maka: x1 (t ) ๏ฝ t 2 Jadi x(t) dapat ditulis menjadi persamaan berikut : x(t) = 0,5t, 0<t<2 1, 2<t<3 0, t lainnya Untuk menuliskan persamaan x(t) dalam satu persamaan dapat digunakan u(t-a) dan u(t-b) sebagai awal dan akhir dari sinyal tersebut. Hal tersebut dapat dipahami dengan ilustrasi sebagai berikut: y(t) 1 a b t (a) y1(t) y2(t) 1 1 a (b) b t a b t (c) Gambar 1.9 (a) Sinyal y(t), (b) sinyal y1= u(t-a), (c) sinyal y2=u(t-b) Pada Gambar 1.9(a) adalah suatu sinyal yang bernilai 1 yang dimulai pada t = a dan diakhiri pada t = b. Sinyal tersebut dari gambar dapat dilihat merupakan hasil pengurangan sinyal y1(t) = u(t-a) (sinyal unit step yang tergeser ke kanan sejauh a) dengan sinyal y2(t) = u(t-b) (sinyal unit step yang tergeser ke kanan sejauh b). y(t) = y1(t) – y2(t) = u(t-a) –u(t-b) bab I - sinyal 26 Sehingga representasi sinyal pada contoh soal di atas dalam satu persamaan adalah: x(t) = 0,5t{u(t-0)-u(t-2)} + {u(t-2)-u(t-3)} = 0,5t {u(t)-u(t-2)} + u(t)-u(t-3) 1.6 Operasi Dasar Sinyal A. Atenuasi Gambar Pelemahan Sinyal Dalam bentuk pendekatan operasi matematika, peristiwa ini dapat diberikan sebagai berikut: h(t) =a x s(t) Dalam hal ini nilai a<1, yang merupakan konstanta pelemahan yang terjadi. Contoh: Sebuah sinyal sinus s(t) = 2sin(2πfst) melalui suatu medium kanal yang bersifat meredam dengan konstanta atenuasi 0,5. Berikan gambaran bentuk sinyal sebelum dan sesudah melalui medium. Penyelesaian: Bentuk sinyal setelah melalui medium merupakan hasil kali sinyal masuk dengan konstanta redaman yang dimiliki kanal yang dilaluinya. Dengan memanfaatkan persamaan matematik di atas diperoleh bentuk sinyal keluaran sebagai berikut so(t) = 0,5*s(t) = 0,5*2sin(2πfst) = sin(2πfst) Gambar Pelemahan Sinyal Sinus bab I - sinyal 27 B. Amplifikasi Dalam bentuk penyederhanaan persamaan matematis, bentuk operasinya sama dengan atenuasi, tetapi dalam hal ini konstanta a >1 Contoh: Sebuah sinyal sinus s(t) = 2sin(2πfst) dikuatkan dengan sebuah suatu rangkaian dengan gain 2x. Berikan gambaran bentuk sinyal sebelum dan sesudah melewati rangkaian penguat. Penyelesaian: Bentuk sinyal setelah melalui rangkaian hasil kali sinyal masuk dengan gain. Dengan memanfaatkan persamaan matematik di atas diperoleh bentuk sinyal keluaran sebagai berikut so(t) = 2*s(t) = 2*2*sin(2πfst) = 4 sin(2πfst) Gambar Amplifikasi sinyal Sinus 3. Pergeseran Operasi pergeseran adalah operasi menggeser sinyal ke kanan atau ke kiri pada sumbu waktu. Dalam aplikasi pengolahan sinyal, hal ini dilakukan dengan tunda waktu. pergeseran ke kanan : x(t-t0) pergeseran ke kiri : x(t+t0) Contoh soal 1.3: bab I - sinyal 28 Lakukan Operasi pergeseran x(t-1) dan x(t+2) terhadap isyarat x(t) pada contoh soal 1.1. x(t-1) dapat dicari sebagai berikut : 0,5(t-1),0<t-1<2 x(t-1) = 1, 2<t-1<3 0, t-1 lainnya dengan penyederhanaan: x(t-1) = 0,5t-0,5, 1<t<3 1, 3<t<4 0, t lainnya Sedangkan x(t+2) dapat dicari sebagai berikut: x(t+2) = 0,5(t+2), 0<t+2<2 1, 2<t+2<3 0, t+2 lainnya x(t+2) dapat disederhanakan: x(t+2) = 0,5t+1, -2<t<0 1, 0<t<1 0, t lainnya Sinyal x(t-1) dan x(t+2) dapat digambarkan sebagai berikut: x(t-1) bab I - sinyal 1 x(t+2) 1 29 Gambar 1.11 (a) Sinyal x(t-1), (b) Sinyal x(t+2) Pada Gambar 1.11, terlihat operasi pergeseran sinyal. Sinyal x(t-1) adalah sinyal x(t) yang tergeser 1 ke kanan. Sinyal x(t+2) adalah sinyal x(t) yang tergeser ke kiri sejauh 2. Jadi pada isyarat dengan t mempunyai tanda positif maka akan tergeser ke kanan sebesar suatu bilangan kalau di kurangi suatu bilangan tersebut. Untuk pergesaran ke kiri (ditambah suatu bilangan) juga demikian. 4. Penskalaan waktu Penskalaan waktu adalah upaya menyempit dan melebarkan isyarat pada sumbu waktu Contoh : Lakukan Penskalaan waktu x(2t) dan x(0.5t) terhadap isyarat x(t) pada contoh soal 1.1. a) x(2t) dapat dicari dengan memasukan 2t untuk menggantikan t pada fungsi x(t) 0,5t, x(t) = 1, 0, bab I - sinyal 0<t<2 2<t<3 t lainnya 30 Nilai t digantidengan 2t maka didapatkan: x(2t) = 0,5.2t, 0<2t<2 1, 2<2t<3 0, 2t lainnya Dengan menyederhanakan 2t maka didapat: x(2t) = t, 0<t<1 1, 1<t<1,5 0, t lainnya Sedangkan untuk x(0.5t) dapat dicari sebagai berikut: x(0,5t) = 0,5(0,5t), 0<0,5t<2 1, 2<0,5t<3 0, 0,5t lainnya Dengan penyederhanaan didapat: 0,25t , x(0,5t) = 1, 0<t<4 4<t<6 0, t lainnya x(2t) x(0,5t) 1 1 bab I - sinyal 31 1 2 3 t 1 2 3 4 5 6 Gambar 1.10 (a) Sinyal x(2t), (b) Sinyal x(0,5t) Pada Gambar 1.10, kalau dibandingkan dengan gambar sinyal x(t) terlihat jelas operasi penskalaan waktu. Sinyal x(2t) merupakan operasi penyempitan skala waktu setengah kali dari skala waktu asli. Sinyal x(0,5t) merupakan operasi pelebaran skala waktu dua kali dari waktu aslinya. 5. Pencerminan Operasi pencerminan dilakukan dengan mencerminkan isyarat terhadap sumbu vertikalnya. Contoh : Lakukan Operasi pencerminan x(-t) dan x(-0,5t) terhadap isyarat x(t) pada contoh soal 1.1. a) Operasi pencerminan x(-t) dan x(-0,5t) Nilai x(-t) dapat dicari sebagai berikut: x(-t) = -0,5t, 0<-t<2 1, 2<-t<3 0, -t lainnya dengan penyederhanaan didapatkan : -0,5t, bab I - sinyal -2<t<0 32 x(-t) = 1, -3<t<-2 0, t lainnya Sedangkan sinyal x(-0,5t) adalah sebagai berikut: 0,5(-0,5)t, 0<-0,5t<2 x(-0,5t) = 1, 2<-0,5t<3 0, -0,5t lainnya dengan penyederhanaan didapatkan : x(-0,5t) = -0,25t, -4<t<0 1, -6<t<-4 0, t lainnya Sinyal x(-t) dan x(-0,5t) dapat digambarkan sebagai berikut: x(-t) x(-0,5t) 1 -3 -2 1 -1 1 t -6 -5 -4 (a) -3 -2 -1 (b) Gambar 1.12 (a) Sinyal x(-t), (b) Sinyal x(-0,5t) bab I - sinyal 33 Pada Gambar 1.12, dapat dilihat bahwa sinyal x(-t) adalah hasil pencerminan sinyal x(t). Sinyal x(-0,5t) adalah hasil pencerminan dan penskalaan waktu sinyal aslinya. Penjumlahan Secara matematik dapat diberikan sebagai berikut: g(t) = f(t) + h(t) Contoh Penjumlahan Sinyal Sinyal sinus f(t) = sin(4πfct) dijumlahkan dengan sinyal h(t) = sin(8πfct). Proses penjumlahan dilakukan dengan menjumlahkan komponen sinyal f(t) dan sinyal h(t) untuk setiap nilai t yang sama. Dalam matematis dituliskan g(t) = f(t) + h(t) = sin(4πfct) + sin(8πfct) Perkalian bab I - sinyal 34 Secara matematik dituliskan sebagai berikut: g(t) = f(t) x h(t) Dalam operasi matemati perkalian antar dua sinyal, setiap komponen ke-t sinyal sinyal pertama dikalikan dengan komponen ke-t sinyal ke dua. Contoh Perkalian Sinyal Sebuah pemancar AM DSB-SC menggunakan operasi perkalian dalam proses modulasi sinyal informasi si = 2 sin(2πfst) dan sinyal carrier sc = 4 sin (2πfct). Nilai fs = 1 sedangkan fc=8. Bagaimana gambaran proses operasi perkalian kedua sinyal diatas? Dan bagaiman bentuk sinyal akhir yang dihasilkan? Penyelesaian: Setiap komponen sinyal ss(t) dikalikan dengan komponen sinyal sc(t) untuk setiap nilai t yang sama. Bentuk persamaan matematik dituliskan sebagai berikut: s(t) = si (t) x sc (t) =2sin(2πfst) x 4sin (2πfct) bab I - sinyal 35 Soal-soal untuk diselesaikan secara analitis 1. Beri gambaran sebuah sinyal waktu-kontinyu yang bersifat periodik berupa sinyal sinus dengan frekuensi f = 5 Hz, dan fase awal θ = π/2 radiant. 2. Ulangi langkah tersebut untuk nilai f = 10 Hz, 20 Hz dan 30 Hz sementara fase awalnya ditetapkan θ = 0 untuk semua kasus diatas. 3. Berikan persamaan untuk sinyal seperti Gambar berikut ini: bab I - sinyal 36 Soal-soal untuk diselesaikan melalui Matlab 1. Bangkitkan sinyal sinus pada soal nomor 1 dengan menggunakan Matlab untuk waktu dari t = 0 sampai t = 2 detik. 2. Bangkitkan sebuah sinyal sinus s1(t) = sin(8πfct) dan jumlahkan dengan sebuah sinyal s2(t) = sin(5πfct + 0.5π). Berikan gambaran hasil penjumlahan kedua sinyal tersebut. 3. Bangkitkan sebuah sinyal sinus s1(t) = sin(2πfst) dan kalikan dengan sebuah sinyal s2(t) = sin(5πfct). Berikan gambaran hasil perkalian kedua sinyal tersebut. 4. Sebuah kanal memiliki sifat melemahkan sinyal yang dilaluinya sehingga menyebabkan level sinyal yang lewat turun 20%. Apabila sebuah sinyal sinus memiliki persamaan s1(t) = sin(5πfct), dengan fc=10, maka beri gambaran bentuk sinyal sebelum dan sesudah atenuasi. bab I - sinyal 37 5. Sebuah sistem penguat memiliki gain 2,5x. Apabila sebuah sinyal sinus memiliki persamaan s1(t) = sin(5πfct), bagaimanakah bentuk sinyal sebelum dan sesudah amplifikasi terjadi? bab I - sinyal 38