Adverbia Penanda Modalitas dalam Novel Karya Andrea Hirata

advertisement
Adverbia Penanda Modalitas dalam Novel Karya Andrea Hirata:
Suatu Kajian Stuktur dan Makna
Oleh Tia Damayanti*
180110080008
ABSTRAK
Kalimat pada novel karya Andrea Hirata menunjukkan kemunculan
adverbia penanda modalitas. Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini.
Penelitian ini dibatasi pada pemakaian modalitas pada novel Laskar Pelangi dan
Sang Pemimpi. Makna yang diidentifikasi merupakan makna yang diungkapkan
oleh adverbia pengungkap modalitas. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik catat. Data
dianalisis menggunakan teknik sisip dan berdasarkan teori yang diterapkan dalam
penelitian.
Kata Kunci: Linguistik, Sintaksis, Semantik, Adverbia, Modalitas, Novel Karya
Andrea Hirata.
ABSTRACT
The sentences on the novels by Andrea Hirata show the appearance of
markers of modality adverbs. This is the reason why this research held. The study
was limited to the use of novel modalities in Laskar Pelangi and Sang Pemimpi.
The identified meaning is the expressed meaning by the adverb expressing
modality itself. This research uses a descriptive method. Data collection
techniques were used is the note technical. The data were analyzed using a
interupsion technique, and applied it in the study.
Keywords: Linguistics, Syntax, Semantics, Adverb, Modality, Novel by Andrea
Hirata.
*Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Lulus
Tanggal 31 Mei 2012
1
PENDAHULUAN
Bagaimana bentuk dan ciri adverbia penanda modalitas dalam novel karya
Andrea Hirata?
Kelas kata apa yang mendampingi adverbia penanda modalitas dalam novel
karya Andrea Hirata?
Bagaimana pengaruh adverbia penanda modalitas terhadap makna yang timbul
setelah kalimat aktif, yang terdapat dalam novel karya Andrea Hirata,
dipasifkan?
Bagaimana keberurutan adverbia penanda modalitas dalam novel karya Andrea
Hirata?
Dalam setiap komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam usaha
penyampaian gagasan, pesan, dan maksud pembicara. Menurut Chomsky (dalam
Chaedar Alwasilah, 1984: 6) alasan mempelajari bahasa ialah adanya
kecenderungan yang menganggap bahwa bahasa merupakan cermin pikiran dan
maksud dari pembicara.
Bahasa merupakan hasil pemikiran manusia yang berfungsi sebagai alat
komunikasi dan penyampai maksud. Hal ini penting karena secara tidak langsung
akan membantu proses penyampaian maksud kepada mitra bicara. Untuk proses
penyampaian maksud itu sendiri dalam bahasa Indonesia pembicara dapat
menggunakan modalitas.
Menurut Djadjasudarma (1993:41) modalitas merupakan istilah linguistik
untuk mengklasifikasi pernyataan menurut logika, yang menyuguhkan,
mengingkari, kemungkinan, keharusan, dan sebagainya. Modalitas bahasa
Indonesia menurut Alwi (1992:26) dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu
modalitas intensional, yang mengungkapkan makna ‘keinginan’, ‘harapan’,
‘ajakan’, ‘pembiaran serta’ permintaan’; modalitas epistemik, yang berhubungan
dengan pengetahuan atau apa yang diketahui; modalitas deontik, yang
berhubungan dengan ‘izin’ dan ‘perintah’; modalitas dinamik, yang
mengungkapkan makna kemampuan”.
2
Dalam hal ini, modalitas merupakan salah satu unsur penting dalam setiap
bahasa. Modalitas dipakai untuk menyatakan bagaimana cara menanggapi suatu
tindakan, keadaan, dan kejadian yang sedang dihadapinya dengan menggunakan
bahasa sebagai alatnya.
Pada umumnya, pembicara mengatakan hal yang dibicarakannya dalam
kalimat-kalimat yang menyatakan maksud pembicara. Kalimat sebagai satuan
bahasa dan wicara yang utuh tidak hanya memberi informasi tentang hubungan
antara gejala dan realitas, tetapi juga menyampaikan sikap pembicara terhadap
realitas tersebut serta pencerminannya dalam kalimat. Melalui kalimat tersebut,
secara tidak langsung mitra bicara dapat mengetahui maksud dari pembicara.
Kalimat tersebut dapat dianalisis berdasarkan fungsi pengisi unsurnya, kategori
kata pengisi fungsinya, dan peran semantis yang mengisi fungsinya tersebut.
Pemakaian penanda modalitas dipengaruhi oleh sikap atau keinginan sang
pembicara. Dalam bahasa Indonesia modalitas dapat diwujudkan dengan kata-kata
ingin, akan, mau, dan lain-lain. Kata-kata tersebut kebanyakan hanya terdapat
pada tingkat sintaksis, yaitu bisa berwujud kata, frasa, klausa, atau konstituen lain
dalam suatu kalimat. Chaer (1994:206) mengungkapkan bahwa sintaksis
membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur lain sebagai
suatu ujaran. Hal ini sesuai dengan asal-usul kata sintaksis itu sendiri, yang
berasal, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti
“menempatkan”. Oleh karena itu, masalah modalitas sangat tepat bila dikaji dari
aspek sintaksisnya.
Kata-kata yang disebutkan sebelumnya merupakan kategori adverbia.
Adverbia menurut Alwi dkk. (1993:218) adalah kata yang digunakan untuk
menerangkan unsur atau bagian kalimat yang berfungsi sebagai predikat, baik
merupakan verba, adjektiva, nomina, maupun numeralia. Untuk itu, mari kita
membangun pemahaman bersama mengenai adverbia penanda modalitas dengan
mengambil data dari novel karya Andrea Hirata, yang berjudul Laskar Pelangi
dan Sang Pemimpi.
3
PEMBAHASAN
Novel karya Andrea Hirata dapat dikatakan “hidup” oleh pembacanya.
“kehidupan” tersebut tidak akan lepas dari penyampaian penulis dalam
menceritakan novelnya. Dalam proses penceritaan tersebut, tidak akan lepas dari
sikap pembicara dari penulis novel yang merupakan kajian modalitas dalam
dunia linguistik.
Tabel Adverbia Penanda Modalitas
dalam Novel Karya Andrea Hirata
No
Jenis
Modalitas
Penanda Makna
‘Keinginan’
1
Modalitas
Intensional
Kadar
‘Keinginan’
Kadar
‘Kemauan’
dan
‘maksud’
Kadar
‘Keakanan’
Pengungkap
Modalitas
Adverbia
Ingin
Jumlah
Mau
3
Akan
‘Ajakan’
‘Ajakan’
dan
‘Pembiaran’ ‘Pembiaran’
Mudahmudahan
Semoga
Mari
Ayo(-lah)
Biar(-lah)
‘Permintaan’
Tolong
‘Harapan’
2
3
1
Mungkin
‘Kemungkinan’
2
3
Modalitas
Epistemik
‘Keteramalan’
‘Keharusan’
‘Kepastian’
Modalitas
Deontik
‘Izin’
‘Perintah’
4
Barangkali
Tampaknya
Seharusnya
Pasti
Tentu
Boleh
Jangan
2
1
1
2
1
1
4
Modalitas
Dinamik
5
Modalitas
Intensional
dan
Modalitas
Epistemik
Modalitas
Epistemik
dan
Modalitas
Intensional
6
7
Modalitas
Epistemik
dan
Modalitas
Dinamik
‘Kemampuan’
Dapat
1
‘Keinginan’ dan
‘Keteramalan’
Ingin
rasanya
1
‘Kemungkinan’ dan
‘Keinginan’
‘Kepastian’ dan
‘Keinginan’
‘Kemungkinan’ dan
‘Kemampuan’
‘Keteramalan’ dan
‘Kemampuan’
‘Kepastian’ dan
‘Kemampuan’
Mungkin
ingin
Barangkali
ingin
Pasti
ingin
Barangkali
dapat
Mungkin
dapat
Mungkin
bisa
Rasanya
dapat
Seharusnya
bisa
2
1
5
1. Modalitas Intensional
Modalitas intensional merupakan modalitas yang paling banyak digunakan
dalam novel karya Andrea Hirata. Adverbia penanda makna ‘keinginan’ ditandai
oleh kata ingin, mau, dan akan; adverbia penanda makna ‘harapan’ ditandai oleh
kata mudah-mudahan dan semoga; adverbia penanda makna ‘ajakan’ dan
‘pembiaran’ ditandai oleh kata mari, ayo-(lah), biar(-lah); dan adverbia penanda
makna ‘permintaan’ ditandai oleh kata tolong.
Adverbia penanda modalitas intensional dari segi morfologi terdiri dari
adverbia monomorfemis yaitu pada kata ingin, mau, akan, mari, tolong, dan
adverbia polimorfemis yaitu pada kata mudah-mudahan, semoga, ayo-(lah), biar(lah) . Berdasarkan perilaku sintaksisnya, adverbia penanda modalitas intensional
merupakan adverbia ekstraklausal yang tidak dapat diingkarkan. Kecuali pada
modalitas intensional bermakna ‘keinginan’, merupakan adverbia intraklausal
yang dapat diingkarkan.
5
Pendamping kiri adverbia penanda modalitas intensional yang bertindak
sebagai subjek merupakan nomina peraona (NP), nomina fauna (NF) atau
pronomina persona (PP).
(1). [...] aku ingin
PP(S) Adv
tidur lagi. (Laskar Pelangi:266)
V(P)
(2). [...] kambing yang senewen ingin kawin. (Laskar
NF(S)
Adv
V(P)
Pelangi:17)
(3). [...] mandor yang mau membayar mereka [...] (Laskar
NP(S)
Adv
NP(S)
V(P)
Pelangi: 154)
Pendamping kanan adverbia penanda modalitas intensional yang bertindak
sebagai predikat merupakan kategori verba (V) dan juga didampingi pronomina
persona pertama jamak (PPJ). Untuk adverbia ekstraklausal didampingi oleh
sebuah klausa. Klausa tersebut meliputi klausa verbal (Kl.V) dan klausa adjektiva
(Kl.A).
(4). ia
akan menggunakan kata-kata yang dipilih dengan baik.
PP(S)
Adv
V(P)
(Sang Pemimpi: 19)
(5). Beliau
PP(S)
ingin
Adv
kami tegar. (Laskar Pelangi:404)
PPJ
(6). [...] semoga sejahtera kawan. (Sang Pemimpi: 25)
Adv
Kl.A
(7). Mari kita berkuda! (Sang Pemimpi: 71)
Adv
Kl.V
(8). “Pak Cik, tolong belikan aku celengan kuda di Jakarta.” (Sang
Adv
Kl.V
Pemimpi: 58)
Kalimat aktif yang mengandung adverbia penanda modalitas intensional
jika dipasifkan, tidak akan berterima atau terjadi pergeseran makna, jika ditandai
6
oleh adverbia ingin atau mau. Tetapi untuk adverbia penanda modalitas
intensional yang lainnya tidak mempengaruhi makna yang ditimbulkan
(9). Ia ingin membodohi aku. (Laskar Pelangi: 78)
(9a). Aku ingin dibodohinya. (tidak berterima)
(10). [...] mandor yang mau membayar mereka [...] (Laskar
Pelangi: 154)
(10a). Mereka yang mau mandor bayar. (terjadi pergeseran makna)
2. Modalitas Epistemik
Modalitas epistemik dalam novel karya Andrea Hirata ditandai oleh kata
mungkin dan barangkali sebagai penanda makna ‘kemungkinan’, kata tampaknya
sebagai penanda makna ‘keteramalan’, kata seharusnya sebagai penanda makna
‘keharusan’, dan kata pasti dan tentu sebagai penanda makna ‘kepastian’.
Dari segi morfologis adverbia penanda modalitas epistemik merupakan
adverbia monomorfemis dan adverbia polimorfemis dengan gabungan proses
afiksasi -nya dan se-nya. Semua adverbia penanda modalitas epistemik dalam
novel Andrea Hirata merupakan adverbia ekstraklausal yang tidak dapat
diingkarkan. Tetapi untuk modaliats epistemik makna ‘kepastian’ dapat
diingkarkan, dan kata mungkin yang merupakan adverbia penanda modalitas
epistemik makna ‘keteramalanan’ juga dapat diingkarkan.
Karena penanda modalitas epistemik merupakan adverbia ekstraklausal,
maka didampingi oleh sebuah klausa. Klausa tersebut meliputi klausa verbal,
klausa adjektiva, dan klausa nomina.
(11). Mungkin karena pengaruh dari saudara-saudara kandungnya
Adv
Kl.N
yang seluruhnya laki-laki[...] (Laskar Pelangi:46)
(12). Tampaknya Mahar memberi perhatian istimewa pada delapan
Adv
Kl.V
ekor sapi. (Laskar Pelangi:219)
(13). Namun tentu kondisi sekolah negeri lebih baik.
Adv
Kl.A
7
Kalimat aktif yang mengandung adverbia penanda modalitas epistemik
jika dipasifkan akan berterima.
(14). [...] pasti ia menunjuk trapani sambil bersabda. (Laskar Pelangi:
332)
(14a). Trapani pasti ditunjuknya sambil bersabda.
3. Modalitas Deontik
Modalitas deontik dalam novel karya Andrea Hirata ditandai oleh kata
boleh sebagai penanda makna ‘izin’, dan kata jangan sebagai penanda makna
‘perintah’. Adverbia penanda modalitas deontik dari segi morfologi merupakan
adverbia monomorfemis dan dalam perilaku sintaksisnya merupakan adverbia
intraklausal yang dapat diingkarkan.
Pendamping kiri adverbia boleh merupakan pronomina persona jamak.
Sedangkan kalimat yang mengandung modalitas deontik bermakna perintah
merupakan bentuk kalimat Imperatif yang memiliki subjek berupa pronomina
persona kedua atau pronomina persona pertama jamak inklusif yang cenderung
tidak hadir. Pendamping kanannya merupakan kategori verba.
(15). “Kalian
PPJ(S)
boleh
pulang, [...] (Laskar Pelangi: 306)
Adv
V(P)
(16). “Jangan tanyakan nama dan alamat pada orang di kebun”. (Laskar
Adv
V(P)
Pelangi: 26) (subjek tidak hadir/inklusif).
Kalimat aktif yang mengandung adverbia penanda modalitas epistemik
jika dipasifkan akan berterima.
(17). [...] kalian boleh membaca buku sampai bola mata kalian
meloncat [...](Laskar Pelangi: 393)
(17a). Buku boleh kalian baca sampai bola mata kalian meloncat.
8
4. Modalitas Dinamik
Adverbia penanda modalitas dinamik dalam novel karya Andrea Hirata
ditandai oleh kata dapat. Dapat merupakan adverbia monomorfemis yang
menurut prilaki sintaksisnya merupakan adverbia intraklausal yang dapat
diingkarkan.
Pendamping kiri modalitas dinamik yang berperan sebagai subjek diisi
oleh pronomina persona, nomina persona, dan nomina. Pendamping kanannya
merupakan kategori verba.
(18). [...] ia
dapat kuliah karena aku telah berpenghasilan
PP3(S)
Adv
V(P)
[...]. (Sang Pemimpi: 98)
(19).[...] siapa pun
dapat
NP(S)
membuat prestasi [...] (Laskar
Adv
V(P)
Pelangi: 232)
(20). [...] awan-awan kapas biru muda itu dapat menjadi
N(S)
Adv
V(P)
penghibur bagi mataku [...] (Laskar Pelangi: 235)
Jika kalimat aktif yang mengandung adverbia dapat dipasifkan, kalimat
pasif akan berterima karena dapat tidak dikaitkan dengan unsur disebelah kiri
yang mendahuluinya. Berikut contoh data pemasifan kalimat aktif yang
mengandung adverbia penanda modalitas dinamik makna ‘kemampuan’.
(21). Aku dapat menyaksikan pemandangan padang sabana.
(Laskar Pelangi: 167)
(21a). Pemandangan padang sabana dapat kusaksikan.
5. Keberurutan Modalitas
Keberurutan modalitas dalam novel karya Andrea Hirata meliputi
modalitas intensional (MI) dan modalitas epistemik (ME) ,), modalitas epistemik
(ME) dan modalitas intensional (MI), modalitas epistemik (ME) dan modalitas
dinamik (MD). Modalitas intensional dan modalitas epistemik ditandai oleh
keberurutan adverbia ingin rasanya yang menerangkan makna ‘keinginan’ dan
‘keteramalan’ (22).
9
(22). Mendengar ocehannya, ingin
rasanya
Adv.MI
Adv.ME
aku mencongkel
PP(S)
V(P)
gembok peti es [...]. (Sang Pemimpi: 2)
Modalitas epistemik dan modalitas intensional ditandai keberurutan
adverbia mungkin ingin, barangkali ingin sebagai penanda makna
‘kemungkinan’ dan ‘keinginan’ (23,24), pasti ingin sebagai penanda makna
‘kepastian’ dan ‘keinginan’ (25).
(23). Mungkin awalnya ia hanya ingin menggoda temanAdv.ME
PP3(S)
Adv.MI
V(P)
temannya. (Laskar Pelangi: 292)
ingin tahu pendapatku tentang
(24). Barangkali dia
Adv.ME
PP3(S)
Adv.MI
V(P)
seninya itu! (Laskar Pelangi: 455)
(25). Agak aneh memang, tapi paling tidak sejak usia muda Borek
NP(S)
sudah menjadi dirinya sendiri dan sudah tau pasti
Adv.ME
ingin
Adv.MI
menjadi apa nantinya. (Laskar Pelangi: 74)
V(P)
Modalitas epistemik dan modalitas dinamik ditandai keberurutan adverbia
barangkali dapat, mungkin dapat, mungkin bisa sebagai penanda makna
‘kemungkinan’ dan ‘kemampuan’ (26, 27,28), rasanya dapat sebagai penanda
makna ‘keteramalan’ dan ‘kemampuan’ (29), seharusnya bisa sebagai penanda
makna ‘kepastian’ dan ‘kemampuan’ (30).
(26). Mengajarkan mentalitas merealisasikan ide menjadi tindakan
N(S)
nyata barangkali dapat dipertimbangkan sebagai mata
Adv.ME
Adv.MD
V(P)
pelajaran baru di (Sang Pemimpi 65)
(27). [...] mungkin topi kapten kapal yang besar dapat menutupi
Adv.ME
N(S)
Adv.MD
V(P)
sebagian kepala kalengnya itu. (Laskar Pelangi 321)
(28). “Tapi mungkin
anak muhamaddiah yang cemerlang ini
Adv.ME
bisa
Adv.MD
NP(S)
membantu.” (Laskar Pelangi 355)
V(P)
10
(29). [...] kelelahan kami
N(S)
rasanya
Adv.ME
dapat
Adv.MD
ditahankan.
V(P)
(Laskar Pelangi 302)
(30). Seharusnya Bapak
Adv.ME
bisa melihat tidak diterimanya anak
NP(S) Adv.MD
V(P)
Bapak sebagai peluang untuk menunjukkan pada khalayak
bahwa kita konsisten mengelola sekolah ini. (Sang
peminpi:5)
SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
Dari seluruh modalitas yang ditemukan, bentuk adverbia penanda modalitas
dalam novel karya Andrea Hirata merupakan adverbia monomorfemis dan
polimoefemis yang menurut prilaku sintaksisnya merupakan adverbia intraklausal
dan ekstraklausal yang dapat diingkarkan dan ada pula yang tidak dapat
diingkaerkan.
Pendamping kiri, yang bertindak sebagai subjek, adverbia intrakalusal
merupakan kategori nomina persona dan pronomina persona. Khusus untuk
modalitas intensional makna ‘keinginan’ kadar ‘keinginan’ dan ‘keakanan’, juga
didampingi nomina fauna. Pendamping kanan adverbia intrakalusal yang
bertindak sebagai predikat merupakan kategori verba. Pada adverbia penanda
modalitas intensional makna ‘keinginan’ kadar ‘keinginan’ dalam novel karya
Andrea Hirata juga didampingi pronomina persona pertama jamak. Untuk
modalitas yang adverbianya merupakan adverbia ekstraklausal didampingi oleh
sebuah klausa. Klausa tersebut meliputi klausa verbal, klausa adjektiva, dan
klausa nomina.
Setelah kalimat yang mengandung adverbia penanda modalitas dipasifkan
terjadi beberapa pengaruh terhadap makna, tetapi ada pula yang tidak terpengaruh
oleh hadirnya adverbia. Pengaruh terhadap makna tersebut, misalnya pergeseran
makna dan perubahan makna. Ini terjadi pada modalitas yang mengandung
adverbia ingin dan mau. Namun adverbia ingin pada keberurutan adverbia
penanda modalitas ingin rasanya dapat dipasifkan.
11
Keberurutan adverbia penanda modalitas dalam novel karya Andrea Hirata
memungkinkan terjadi dua keberurutan adverbia. Dalam keberurutan tersebut,
adverbia ekstraklausal menerangkan klausa yang di dalamnya terdapat adverbia
intraklausal, terkecuali dalam modalitas epistemik dan modalitas dinamik makna
‘perintah’ dan makna ‘kemampuan’ yang keduanya merupakan adverbia
intraklausal. Keberurutan adverbia penanda modalitas dalam novel karya Andrea
Hirata ada yang berbentuk saling berdampingan langsung, ada pula yang diselingi
oleh subjek antara adverbia penanda modalitas dengan adverbia penanda
modalitas yang lainnya.
DAFTAR SUMBER
Alwi, Hasan. 1992. Modalitas dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Chaedar, Alwasilah. 1984. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma,T. Fatimah. 1993. Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal.
Bandung: PT Refika Aditama.
. 1993. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Refika
Aditama.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
12
Download