BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: “Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”. Menurut Harahap (2004:207) pengertian analisis adalah: “Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil”. 2.1.1 Laporan Arus Kas 2.1.1.1 Pengertian Laporan Arus Kas Laporan arus kas menggambarkan jumlah arus kas masuk (penerimaan kas) dan kas keluar (pengeluaran kas) dalam satu periode tertentu yang diklasifikasikan dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kas yang mempengaruhi operasi selama satu periode, transaksi investasi, transaksi pendanaan dan kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas selama periode tertentu yang dikelompokkan ke dalam aktivitas operasional, investasi dan pendanaan. Laporan jenis ini dianggap 10 11 informatif daripada laporan perubahan posisi keuangan karena dapat memberikan informasi tentang arus kas historis suatu perusahaan sehingga dapat diketahui arus kas masuk dan arus kas keluar pada masa lalu. Dengan kata lain laporan arus kas menggambarkan penggunaan kas dan setara kas yang ada di suatu perusahaan untuk kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode tertentu. Arus kas berdasarkan PSAK No. 2 (2012:2.2) sebagai berikut: “Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas”. Sedangkan arus kas menurut Fraser (2008:10) sebagai berikut: “Laporan arus kas memberikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari kegiatan operasi, investasi dan pendanaan selama suatu periode akuntansi”. Arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow) masingmasing terbagi dua bagian, yaitu: bersifat rutin dan tidak rutin. 1. Arus kas masuk (cash inflow) a. Bersifat rutin, misalnya: penerimaan dari hasil penjualan secara tunai, penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan kredit yang dilakukan, dan lain-lain. b. Bersifat tidak rutin, misalnya: penerimaan uang sewa gedung, penerimaan modal saham, penerimaan utang atau kredit, penerimaan bunga dan lain-lain. 2. Arus kas keluar (cash outflow) a. Bersifat rutin, misalnya: pembelian bahan baku dan bahan pembantu, membayar upah dan gaji, membeli peralatan kantor habis pakai dan lain-lain. 12 b. Bersifat tidak rutin, misalnya: pembelian aktiva tetap, pembayaran angsuran utang, pembayaran dividen dan lain-lain. Kelebihan arus kas masuk terhadap arus kas keluar merupakan saldo kas yang akan tertahan di dalam perusahaan. Besarnya saldo kas ini akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Jumlah saldo kas perusahaan akan meningkat apabila arus kas masuk yang berasal dari penjualan tunai dan kredit dapat terkumpul lebih besar daripada arus kas keluar untuk bahan mentah, tenaga kerja dan biaya lainnya. Hasil dari arus kas masuk dan kas keluar bisa dijadikan informasi yang terdapat dalam laporan arus kas, yang juga dapat memberikan gambaran untuk memprediksi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan arus kas di masa yang akan datang (future cash flow). Karena dalam laporan arus kas akan terlihat penggunaan kas yang ada dalam perusahaan dan juga arus kas selama periode tertentu. 2.1.1.2 Manfaat dan Tujuan Laporan Arus Kas Tujuan dari laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi keuangan bagi pihak yang berkepentingan seperti manajemen, kreditordan investor mengenai penerimaan dan pengeluaran kas suatu enitas salama suatu periode. Informasi kas tersebut berupa arus kas masuk dan arus kas keluar yang terjadi dalam suatu entitas serta kas bersih yang dihasilkan atau selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar yang dinyatakan dalam aktivitas operasional investasi dan pendanaan. 13 Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield, (2007:601) informasi dalam suatu laporan arus kas, jika digunakan dengan pengungkapan yang berkaitan dan laporan keuangan lain dapat membantu investor, kreditor dan pihak lain untuk: “1. 2. 3. 4. Menilai kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas bersih masa depan. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya, kemampuannya membayar dividen, dan kebutuhan untuk pendanaan ekstern. Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dan penerimaan serta pembayaran kas yang berkaian. Menilai pengaruh pada posisi keuangan suatu perusahaan dari transaksi investasi dan pendanaan kas dan non kasnya selama suatu periode”. Berikut ini penjelasan mengenai tujuan dan manfaat laporan arus kas yaitu: 1. Menilai kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas bersih masa depan. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang memungkinkan untuk meramalkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Dengan memeriksa hubungan antara pos-pos seperti penjualan dan arus kas bersih dari aktivitas operasi dan kenaikan atau penurunan kas, adalah mungkin untuk membuat ramalan yang lebih baik mengenai jumlah, aset, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan dibandingkan dengan menggunakan data berdasarkan akrual. 2. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya, kemampuannya membayar deviden, dan kebutuhan untuk pendanaan ekstern. Secara sederhana, jika suatu perusahaan tidak mempunyai cukup uang kas, karyawan tak dapat dibayar, hutang tak terlunasi, deviden tak 14 terbayar atau peraralatan tak terbeli. Laporan arus kas menunjukan begaimana kas dipergunakan dan dari mana ia datang. Pemberi kerja, kreditor pemegang saham berkepentingan dengan dan pelanggan terutama karena laporan ini laporan ini harus saja menunjukkan aliran kas dalam suatu perusahaan. 3. Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dan penerimaan serta pembayaran kas yang berkaian. Angka laba bersih penting, karena memberikan informasi mengenai keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Bisnis dari satu periode ke periode lain. Tetapi beberapa orang mengkritik laba bersih berdasarkan akrual karena taksiran harus dibuat untuk menghitungnya. Akibatnya, keandalan dari angka itu sering diragukan. Tidak demikian halnya dengan kas. jadi, banyak pembaca laporan keuangan ingin mengetahui alasan-alasan perbedaaan antar laba bersih dan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Kemudian mereka dapat menilai bagi diri mereka sendiri keandalan dari angka laba. 4. Menilai pengaruh pada posisi keuangan suatu perusahaan dari transaksi investasi dan pendanaan kas dan non kasnya selama suatu periode. Dengan memeriksa aktivitas investasi suatu perusahaan (pembelian atau penjualan aktiva selain produknya) dan transaksi pendanaannnya (peminjaman dan pelunasan pinjaman investasi oleh pemilik dan distribusi ke pemilik). Pembaca laporan keuagan dapat memahami 15 lebih baik mengapa aktiva dan kewajiban meningkat atau menurun selama periode itu. Menurut PSAK No. 2 (2012:2.2) : “Informasi tentang arus kas entitas berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut”. Menurut PSAK No. 2 (2012:2.2) Manfaat laporan arus kas sebagai berikut: “Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lainnya, maka laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkainkan pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih perusahaan, sruktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkakan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.” 2.1.1.3 Aktivitas dalam Laporan Arus Kas Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pembayaran kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan yang merupakan aktivitas utama dalam bisnis perusahaan. 2.1.1.3.1 Aktivitas Operasi (Operating Activities) Definisi aktivitas operasi menurut PSAK No. 2 (2012:2.3) adalah: “Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan”. 16 Aktivitas operasi meliputi seluruh transaksi yang mempengaruhi aset lancar dan utang lancar. Jumlah kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator untuk menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Aktivitas operasi meliputi kegiatan operasional suatu perusahaan yang mengakibatkan perubahan kas yang pada umumnya berasal dari transaksi yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. 2.1.1.3.2 Aktivitas Investasi (Investing Activities) Definisi aktivitas investasi menurut PSAK (2012:2.3) adalah: “Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas”. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. 2.1.1.3.3 Aktivitas Pendanaan (Financing Activities) Definisi aktivitas pendanaan menurut PSAK (2012:2.3) adalah: “Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan”. Laporan aliran kas merangkum sumber dan penggunaan dana selama periode tertentu. Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya (sumber-sumber) maupun penggunaannya (pengeluaran). 17 Sedangkan penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut: 1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya. 2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan. 3. Pelunasan atau pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. 4. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertasi dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian. 5. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda dan lain sebagainya. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan kas (cash receipts) dan pengeluaran kas (cash disbursments) yang berdasarkan tiga aktivitas, yang terdiri dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Dengan mengklasifikasikan arus kas menurut aktivitas-aktivitas di atas maka akan memberikan informasi untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. 18 2.1.1.4 Prosedur Penyusunan Laporan Arus Kas Menurut Kieso dan Weygandt (2007:193) penyusunan laporan arus kas memerlukan empat langkah utama yaitu: “Menyiapkan laporan arus kas melibatkan tiga langkah utama yaitu: 1. Menentukan penyediaan kas oleh operasi. 2. Menentukan penyediaan kas oleh atau penggunaan dalam aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. 3. Menentukan perubahan (menambah atau berkurang) dalam kas saat periode berjalan 4. Rekonsiliasi perubahan kas dengan total kas permulaan dan pengakhiran”. 2.1.1.5 Metode Penyajian Laporan Arus Kas Perusahaan harus menyusun dan menyajikan laporan arus kas sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan setiap periode penyajian laporan keuangan. Laporan arus kas diharapkan bisa melaporkan arus kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Setiap perusahaan yang menyajikan laporan arus kas pada dasarnya terbagi atas aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Berikut adalah metode yang digunakan dalam aktivitas tersebut dibawah ini: 1. Metode langsung (direct method) Arus kas operasi dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: penerimaan dan pengeluaran kas. Metode langsung pada dasarnya merupakan laporan laba rugi, berbasis tunai atau kas (cash basis income statement). Penyajian laporan arus kas menggunakan metode langsung dimulai dengan melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan 19 pengeluaran kas dari aktivitas operasional secara lengkap, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas investasi dan pendanaan. PSAK (2012:2.4) berpendapat mengenai metode langsung yaitu: “perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung”. Metode langsung dapat menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Dengan menggunakan metode langsung informasi mengenai penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh. Hal ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan karena dapat menjelaskan aliran kas masuk dan kas keluar secara jelas. 2. Metode tak langsung (indirect method) Dengan menggunakan metode tidak langsung, penyajian laporan arus kas dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turun pos aset dan utang lancar. 2.1.1.6 Pengertian Analisis Arus Kas Pengertian analisis arus kas menurut Munawir (2004:37) adalah: “analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis) adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu”. 20 Sedangkan menurut Harahap (2004:201) adalah: “analisis arus kas dapat menunjukkan pergerakan arus kas dari mana sumber kas diperoleh dan ke mana dialirkan”. Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa dengan menganalisis laporan arus kas diharapkan perusahaan dapat mengalokasikan kas dengan tepat sehingga perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya termasuk membayar semua kewajiban yang harus segera dipenuhi. 2.1.2 Likuiditas 2.1.2.1 Pengertian Likuiditas Likuiditas bagi perusahaan merupakan suatu pencerminan bahwa seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang segera harus dipenuhi. Likuiditas menurut John (2007:184) sebagai berikut: “likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kas jangka pendek”. Sedangkan likuiditas menurut Irawati (2006:27) sebagai berikut: “likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek saat jatuh tempo. 2.1.2.2 Rasio-rasio Likuiditas Rasio likuiditas berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan tentang cara menilai dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan. 21 Rasio Likuiditas menurut Fraser (2008:221) sebagai berikut: “Rasio likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan kas ketika kebutuhan tersebut meningkat”. Sedangkan Rasio Likuiditas menurut Irawati (2006:27) sebagai berikut: ”a. Current ratio, merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan utang lancar (current liabilities). Current Ratio = b. Quick ratio, merupakan perbandingan antara jumlah kas, setara kas, surat berharga, dan piutang dengan utang lancar. Quick Ratio = c. Cash ratio, merupakan perbandingan antara kas dan efek dengan utang lancar”. Cash Ratio = Dari uraian tersebut dapat menjelaskan bahwa rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. 2.1.2.3 Pengukuran Likuiditas Pengukuran tingkat likuiditas yang relatif digunakan dalam menilai posisi keuangan jangka pendek (likuiditas) adalah dengan rasio lancar (current ratio). 22 Pengukuran Likuiditas menurut Irawati (2006:27) bahwa: “current ratio merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar (current assets) yang dimiliki perusahaan dengan utang jangka pendek (current liabilities)”. Sedangkan pengukuran likuiditas menurut John (2007:188) sebagai berikut: “Rasio lancar (current ratio) adalah perbandingan antara aset lancar (current assets) dengan utang lancar (current liabilities)”. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Current Ratio = Unsur-unsur current ratio yaitu: 1. Current assets : kas, bank, surat berharga (efek), piutang dagang dan persediaan (inventory). 2. Current liabilities : utang dagang, utang wesel, utang jangka pendek, utang jangka panjang yang jatuh tempo. Alasan pengukuran likuiditas menggunakan current ratio menurut Soemarso (2005:385) sebagai berikut: “analisis rasio yang menghubungkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar dapat memberikan ukuran yang tepat dan mudah tentang likuiditas”. Sedangkan menurut John (2007:188) sebagai berikut: “alasan digunakan rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur: 1. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar, semakin tinggi perkalian kewajiban lancar terhadap aktiva lancar maka semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar; 2. Penyangga kerugian, semakin besar penyangga, semakin kecil resikonya; 23 3. Cadangan dana lancar, rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio lancar merupakan salah satu rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan karena menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar yang jatuh tempo. 2.1.2.4 Hubungan Arus Kas dan Likuiditas Salah satu teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan arus kas dan likuiditas yaitu dengan analisis terhadap laporan arus kas. Analisis arus kas sering dipakai sebagai alat analisis yang diharapkan dapat memberikan gambaran kesanggupan perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban dan membiayai operasi perusahaan. Arus kas perusahaan tercermin dalam laporan arus kas, yang dibagi dalam tiga aktivitas yaitu aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Laporan arus kas merupakan salah satu objek dari analisis terhadap laporan keuangan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Dengan demikian laporan arus kas mempunyai pengaruh penting terhadap likuiditas. Likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo atau kewajiban jangka pendek. Likuiditas juga merupakan salah satu faktor yang menentukan lancar tidaknya suatu perusahaan. Untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, suatu perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar, yaitu berupa aset-aset lancar. Makin besar jumlah aset lancar 24 dibandingkan dengan seluruh kewajiban yang harus segera dipenuhi, berarti semakin besar pula tingkat likuiditasnya, demikian sebaliknya. Indikator yang digunakan likuiditas mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Likuiditas juga berkaitan dengan kemampuannya untuk mengubah aset lancar tertentu menjadi uang kas. Dalam hal ini hubungan arus kas dengan likuiditas terdapat pada pengukuran tingkat likuiditas suatu perusahaan melalui tiga cara yang dapat dilakukan yaitu rasio kas (cash ratio), rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat(quick ratio). Dari caracara tersebut maka tingkat likuiditas melalui arus kas dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, tingkat keamanan kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutanghutangnya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan arus kas terhadap tingkat likuiditas adalah adanya pengendalian dalam mengalokasikan dana perusahaan dengan baik atau semua kewajiban yang harus segera dipenuhi dapat dibiayai oleh aset lancar, maka likuiditas perusahaan akan terjaga. Tersedianya jumlah kas yang berasal dari arus kas yang memadai, sangat diperlukan agar perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kas dapat memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan kondisi likuiditas perusahaan perusahaan di masa yang akan datang. 25 2.2 Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi keuangan suatu perusahaan serta kemampuannya dalam memenuhi kewajiban keuangan perusahaan dapat dilakukan analisis atas laporan arus kas perusahaan. Arus kas merupakan jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, arus kas adalah perubahan yang terjadi dalam jumlah kas perusahaan selama suatu periode tertentu. Arus kas perusahaan tercermin dalam laporan arus kas yang berbasis akrual. Informasi yang diberikan berupa informasi penerimaan kas dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Menurut Supangkat (2003:33) menyatakan “bahwa arus kas adalah ringkasan mengenai transaksi dalam bentuk kas yang berasal dari tiga macam kegiatan yang dilakukan perusahaan yaitu kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan pendanaan”. Dapat diketahui bahwa laporan arus kas dibuat untuk mengetahui sumber kas yang diperoleh dan pengalokasian kas selama satu periode kegiatan perusahaan. Tujuan utama dari laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan mengenai pemasukan dan pengeluaran kas perusahaan baik rutin maupun tidak rutin selama satu periode. Makin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan berarti perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi hal ini tidak berarti perusahaan harus mempertahankan 26 persediaan kas dalam jumlah yang besar karena semakin besar kas maka semakin banyak uang yang menganggur. Perusahaan yang mampu menghasilkan kas yang cukup dari aktivitas operasinya kemungkinan besar memiliki kondisi keuangan yang sehat karena tidak tergantung pada sumber pembiayaan dari luar perusahaan. Perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sehat akan mampu bertahan hidup dan memenuhi kewajiban – kewajiban pada saat jatuh tempo. Tingkat likuiditas dijadikan sebagai salah satu ukuran mengenai kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang tingkat likuiditas tinggi berarti perusahaan tersebut mempunyai kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor. Untuk menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dilihat pada laporan arus kas khususnya arus kas operasi. Menurut John (2007:335) hubungan arus operasi dan likuiditas yaitu: “arus kas dari operasi meliputi elemen pendanaan serta bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang”. Berkaitan dengan likuiditas perusahaan, arus kas memberikan informasi bagi manajer mengenai kesanggupan perusahaan menyediakan kas untuk membayar kewajiban jangka pendek. Syamsuddin (2004:41) mengemukakan tentang likuiditas yaitu: ”Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia”. 27 Menurut pengertian ini, likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menggunakan kas. Tersedianya jumlah kas yang memadai sangat diperlukan agar perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Likuiditas sering disebut sebagai tingkat kemampuan perusahaan untuk dapat membayar kewajiban jangka pendek perusahaan. Kemampuan untuk membayar kewajiban jangka pendek dari suatu perusahaan dapat diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan kas atau kemampuannya untuk mengubah aktiva non kas menjadi kas. Kebijakan likuiditas merupakan ketentuan yang dibuat oleh pihak perusahaan untuk mengatur kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Untuk menentukan tingkat likuiditas jumlah kas yang tersedia dengan kewajiban yang harus segera dipenuhi, perusahaan harus melakukan analisis tingkat likuiditas perusahaan dengan menggunakan analisis rasio likuiditas. Mamduh dan Halim (2003:77) mengemukakan tentang rasio likuiditas adalah sebagai berikut : ”Rasio likuiditas adalah mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan)”. Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan, pada umumnya terdiri dari : 1. Rasio Lancar (Current Ratio) 2. Rasio Cepat (Quick Ratio / Acid Test Ratio) 3. Rasio Kas (Cash Ratio) 28 Nilai rasio yang rendah menunjukkan adanya masalah likuiditas bagi perusahaan. Sedangkan angka yang tinggi berarti menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar. Penilaian likuiditas suatu perusahaan menggunakan analisis rasio pada umumnya digunakan pada perusahaan yang siklus operasinya melampaui satu periode akutansi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktu jatuh tempo berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid” atau dengan kata lain perusahaan tersebut mempunyai aktiva lancar yang lebih besar dari utang lancar atau utang jangka pendek, sedangkan perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo maka perusahaan tersebut dinyatakan dalam keadaan “illikuid”. 29 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Laporan Posisi Keuangan Analisis Laporan Arus Kas Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan Perubahan Ekuitas Hasil Analisis Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas Catatan atas Laporan Keuangan Penentuan Tingkat Likuiditas Rasio Likuiditas Rasio Lancar Rasio Cepat Rasio Kas Rasio Modal Kerja terhadap Total Asset Likuiditas Tinggi Likuiditas Rendah 2.3 Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah (penelitian) yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Arus kas tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2012. 30 Ha : Arus kas berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2012