BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Teori Corporate

advertisement
13
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
1. Teori Corporate Social Responsibility Disclosure
Menurut Gray et al dalam Rizkia1 teori yang sering digunakan dalam
kecenderungan pengungkapan tanggung jawab sosial Perusahaan ada tiga
yaitu decision usefulnes studies, economy theory studies, dan social and
political theory studies.
a. Decision Usefulnes Studies
Pengungkapan tanggung jawab sosial dilakukan Perusahaan karena
informasi tersebut dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan dan
ditempatkan pada posisi yang moderately important.
b. Economy Theory Studies
Studi ini menggunakan agency theory dimana sebagai agen dari
suatu prinsipal yang mewakili seluruh kelompok yang berkepentingan
dengan perusahaan, pihak manajemen melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan publik.
Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara anggota dalam suatu
perusahaan yaitu manajer sebagai agen dan stakeholder dan shareholder
sebagai prinsipal. Dalam hubungan keagenan dimungkinkan terjadinya
1
Rizkia Anggita Sari, ‘’Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’,
(Yogyakarta : Jurnal Nominal Universitas Negeri Yogyakarta, No. 1, I, 2012), hlm. 126.
13
14
konflik antara prinsipal dan agen. Konflik dapat disebabkan karena agen
tidak bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal sehingga hal ini dapat
memicu timbulnya biaya keagenan.
c. Social And Political Theory Studies
Studi dibidang ini menggunakan teori stakeholders, teori legitimasi
organisasi, dan teori ekonomi politik.
1) Teori Stakeholder
Perusahaan tidak hanya bertanggungjawab terhadap para
pemilik (shareholder) dengan sebatas pada indikator ekonomi namun,
bergeser menjadi lebih luas yaitu sampai pada ranah sosial
kemasyarakatan (stakeholder) dengan memperhitungkan faktor-faktor
sosial, sehingga muncul istilah tanggung jawab sosial. Fenomena itu
terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negatif
externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi.
Menurut Gray dalam Ririn2 mengatakan bahwa kelangsungan hidup
Perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder (pemegang saham,
kreditor, konsmen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan juga
pihak lain) dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas
Perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerull
stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.
2
Ririn Dwi Anggraini, ‘’Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report’’, Skripsi,
(Semarang : Universitas Diponegoro,2011), hlm. 15.
15
Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara
Perusahaan dengan stakeholder nya.
Berdasarkan teori stakeholder menyatakan bahwa manajemen
Perusahaan diharapkan untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan
yang diharapkan stakeholder dan melaporkannya kepada stakeholder.
Teori ini menyatakan bahwa para stakeholder memiliki hak untuk
mengetahui semua informasi baik informasi mandotary maupun
voluntary, informasi keuangan dan non keuangan (sosial). Dampak
aktivitas perusahaan kepada stakeholder dapat diketahui melalui
pertanggung jawaban yang diberikan Perusahaan berupa informasi
keuangan dan non keuangan (sosial).3
2) Teori Legitimasi
Teori ini menyatakan bahwa organisasi adalah bagian dari
masyarakat sehingga harus memperhatikan norma-norma sosial
masyarakat. Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi
Perusahaan dalam rangka mengembangkan Perusahaan kedepan. Hal
itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi
Perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri
ditengah lingkungan masyarakat yang makin maju. Legitimasi
merupakan keadaan psikologi keberpihakan orang atau kelompok
orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik
fisik maupun non fisik. O’ donovan berpendapat legitimasi organisasi
3
Ririn Dwi Anggraini, ‘’Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report’’, Skripsi,
(Semarang : Universitas Diponegoro,2011), hlm.16.
16
dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada
Perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari Peusahaan dari
masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengutamakan
keberpihakan atau kepentingan masyarakat, operasi Perusahaan harus
sesuai dengan harapan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi
memiliki manfaat atau sumber daya potensial bagi Perusahaan untuk
mempertahankan hidup.4
3) Teori Ekonomi Politik
Teori ekonomi politik secara eksplisit mengakui kekuatan
konflik yang terdapat dalam masyarakat serta berbagai perebutan yang
terjadi dalam berbagai kelompok dalam masyarakat. Menurut Deegan
persepektif yang dicakup dalam legitimasi dan teori ekonomi politik
adalah bahwa masyarakat, politik dan ekonomi tidak dapat dipisahkan.
Isu-isu ekonomi tidak dapat diinvestigasikan secara bermakna dalam
kondisi ketiadaan pandangan mengenai kerangka institusi politik dan
ekonomi
dimana
kegiatan
ekonomi
itu
dijalankan.
Dengan
mempetimbangkan isu yang memberi pengaruh atas kegiatan
organisasi dan informasi apa yang dipilih untuk diungkapkan.5
4
Rizkia Anggita Sari, ‘’Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’,
(Yogyakarta : Jurnal Nominal Universitas Negeri Yogyakarta, No. 1, I, 2012), hlm. 127..
5
Rizkia Anggita Sari, ‘’Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’,
(Yogyakarta : Jurnal Nominal Universitas Negeri Yogyakarta, No. 1, I, 2012), hlm. 127.
17
2. Definisi Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan
Menurut Chairi dan Ghazali dalam Ririn6 pengungkapan (disclosure)
berarti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila berkaitan
dengan laporan keuangan, laporan keuangan harus memberikan informasi
dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit.
Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan
informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan
atau standart tertentu, dan ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang
merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimun dari
peraturan yang berlaku.
Setiap pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang
saham dan mengkonsentrsikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai
tanggungjawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan,
sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 1 Tahun 2004 Paragraf 9 dikatakan bahwa perusahaan dapat
pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan
hidup dan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri
dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan
yang berperan penting.
Selain itu, dalam PP 47 pasal 6 tahun 2012 telah dijelaskan bahwa
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan
6
Ririn Dwi Anggraini, ‘’Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report’’, Skripsi,
(Semarang : Universitas Diponegoro,2011), hlm. 22.
18
tahunan perseroan dan dipertanggung jawabkan kepada RUPS. Dimana
setiap Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Berdasarkan PP tersebut sebagai landasan bahwa
pengungkapan
pertanggung
jawaban
sosial
merupakan
mandotary
disclosure untuk setiap perusahaan di Indonesia bukan lagi voluntary
disclosure.
Metode untuk menilai pengungkapan pertanggung jawaban sosial
Perusahaan selama ini ada beberapa cara, karena sulitnya untuk menilai
secara kuantitatif pertanggung jawaban sosial Perusahaan. Namun, yang
sering dipergunakan adalah metode analisis lapoan tahunan Perusahaan atau
check list. Dalam penelitian ini metode check list yang dipergunakan
berdasarkan aturan dari Global Reporting Initiative (GRI). Alasan
penggunaan
aturan
dari
GRI
merupakan
sistem
pelaporan
yang
komprehensif dari kinerja CSR serta kebanyakan perusahaan yang
mengadopsi GRI ini adalah Perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur,
sumber daya alam, dan energi karena lebih banyak berhubungan dengan
alam.
Menurut Global Reporting Intiative (GRI), dalam konten analisis
terkandung tema tentang pengungkapan pertanggung jawaban sosial, yang
terdiri dari7 :
7
Ririn Dwi Anggraini, ‘’Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report’’, Skripsi,
(Semarang : Universitas Diponegoro,2011), hlm.24.
19
a. Ekonomi
Tema ini berisi sembilan item yang mencakup laba Perusahaan
yang dibagikan untuk bonus pemegang saham, kompensasi karyawan,
Pemerintah, membiayai kegiatan akibat perubahan iklim, serta aktivitas
terkait ekonomi lainnya.
b. Lingkungan Hidup
Tema ini berisi tiga puluh item yang meliputi aspek lingkungan
dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam
menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan
lingkungan akibat pemprosesan sumber daya dan konversi sumber daya
alam.
c. Ketenagakerjaan
Tema ini berisi empat belas item yang meliputi dampak aktivitas
perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas
tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan,
mutasi dan promosi.
d. Hak Asasi Manusia
Tema ini berisi sembilan item yang mencakup berapa besar jumlah
investasi yank melibatkan perjanjian terkait hak asasi manusia, pemasok
dan kontraktor yang menjunjung hak asasi, kejadian yang melibatkan
kecelakaan atau kriminal terhadap karyawan di bawah umur, dan
aktivitas lainnya.
20
e. Kemasyarakatan/Sosial
Tema
ini
berisi
delapan
item
yang
mencakup
aktivitas
kemasyarakatan yang diikuti oleh Perusahaan, misalnya aktivitas yang
terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni serta pengungkapan
kemasyarakatan lainnya.
f. Tanggung Jawab Atas Produk
Tema ini berisi sembilan item yang melibatkan aspek kualitatif
suatu produk atau jasa, antara lain kegunaan durability, pelayanan,
kepuasaan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan
isi pada kemasan, dan lainnya.
3. Definisi Corporate Sosial Responsibility
a. Definisi Corporate Sosial Responsibility
Konsep corporate social responsibility
dapat di lihat dari dua
sudut pandang yang berbeda, diantaranya :
1) The Philanthropic Way
Menyatakan bahwa “ ... business make profit and donate a share
of it to charitable causes “. Artinya bahwa CSR merupakan bagian
dari operasi bisnis bukan merupakan tujuan dari perusahaan (Profit
Oriented).
2) The Business Way
Menyatakan bahwa “ Tujuan Perusahaan adalah mencari laba
(profit),menyejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan
hidup dari planet (planet). Penerapan konsep ini dkenal dengan
21
konsep 3P Yaitu people (health, safety, and walfare), profit
(effectivity,
efficiency,
flexibility
and
creativity),dan
Planet
(environmental quality, and disturbances).
The World Business Council For Sustainable Development
mendefinisikan CSR merupakan komitmen berkesinambungan dari
kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan member kontribusi bagi
pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan
karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas
pada umumnya.8
Implementasi CSR diberbagai negara baik negara berkembang
maupun negara maju pada umumnya bertujuan untuk :
a) Memenuhi tujuan bisnis yaitu menghasilkan profit jangka panjang
b) Menggunakan kekuatan bisnis secara lebih bertanggungjawab
c) Melakukan integrasi social demand dalam operasi bisnis
d) Mendukung sesuatu yang bersifat sosial dan beretika.
Di Indonesia, beberapa perusahaan menerapkan CSR bahkan
tidak hanya perusahaan-perusahaan besar saja, melainkan perusahaan
mikro, kecil dan menengah telah melakukan program CSR. Bentuk
pertisipasi yang dilakukan oleh Perusahaan baik perusahaan besar,
Perusahaan mikro, kecil dan menengah adalah membuka lapangan
kerja bagi masyarakat sekitar sebagai bagian dari upaya peningkatan
kualitas hidup, mendirikan sarana kesehatan, melakukan penyaringan
8
Nor Hadi, Corporate Social Responsibility, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), hlm. 48.
22
limbah, dan tidak mempekerjakan tenaga kerja dibawah usia
produktif.9
Secara garis besar, model implementasi CSR Perusahaan di
Indonesia mencakup hal-hal berikut ini10 :
a) Bantuan sosial meliputi bakti sosial, pengadaan sarana kesehatan,
rumah ibadah, jalan dan sarana umum lainnya, penanggulangan
bencana alam, pengentasan kemiskinan dan pembinaan masyarakat.
b) Pendidikan dan Pengembangan meliputi pengadaan sarana
pendidikan dan pelatihan, melaksanakan pelatihan dan memberikan
program beasiswa kepada anak usia sekolah.
c) Ekonomi meliputi mengadakan program kemitraan, memberikan
dana atau pinjaman lunak untuk pengembangan usaha dan
memberdayakan masyarakat sekitar.
d) Lingkungan meliputi pengelolaan lingkungan, penanganan limbah,
melakukan reklamasi, dan melestarikan alam dan keanekaragaman
hayati.
e) Kosumen meliputi perbaikan produk secara berkesinambungan,
pelayanan bebas pulsa dan menjamin ketersediaan produk.
f) Karyawan meliputi program jaminan hari tua, keselamatan
kesehatan kerja (K3), dan program renumerasi yang baik.
9
David sukardi kodrat, Manajemen Strategi Membangun Keunggulan Bersaing Era Global
Di Indonisia Berbasis Kewirausahaan, (Graha Ilmu : Yogyakarta, 2009), hlm. 263.
10
David sukardi kodrat, Manajemen Strategi Membangun Keunggulan Bersaing Era
Global Di Indonisia Berbasis Kewirausahaan....., hlm.264.
23
b. Definisi Corporate Social Responsibility Dalam Pandangan Islam
Corporate social responsibility merupakan suatu multi definisi dan
sebagai ruang lingkup operasional yang harus dilaksanakan oleh pihak
perusahaan.11 Dalam bisnis istilah banyak CSR banyak digunakan seperti
Corporate Citizenship, Corporate Philanthropy, Corporate Giving,
Corporate Community Involment, Community Relations, Community
Affair, Corporate Responsibility, And Corporate Social Martketing.
Program CSR merupakan investasi bagi Perusahaan untuk
mendorong pertumbuhan berkelanjutan. CSR bukan sebagai sentra biaya,
melainkan sebagai sentra laba (profit centre) dimasa yang akan datang.
Dalam pandangan islam, CSR merupakan kewajiban pengusaha yang
dikeluarkan dari pendapatan yang jatuh pada kewajiban zakat, infaq,
ataupun sedekah.12
c. Ruang lingkup Corporate Social Responsibility
Selain etika, yang tidak kalah penting dalam melakukan praktek
operasi Perusahaan adalah pertanggung jawaban sosial Perusahaan.
Menurut Zimmerer dalam Suryana13, ada beberapa macam pertanggung
jawaban Perusahaan, yaitu :
1) Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah
lingkungan, artinya perusahaan harus memerhatikan, melestarikan,dan
11
Muhammad, Etika Bisnis Islam,( Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,
2004 ), hlm. 133.
12
Muhammad, Etika Bisnis Islam, ( Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,
2004 ), hlm.135.
13
Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat Dan Proses Menuju Sukses,
(Jakarta : Salemba Empat, 2007), hlm .232.
24
menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang
mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang merusak
lingkungan, dan menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat
yang ada di lingkungan sekitarnya.
2) Tanggung jawab karyawan. Menurut Ronald, semua aktivitas sumber
daya manusia seperti penerimaan karyawan baru, pengupahan,
pelatihan, promosi, dan kompensasi merupakan tanggung jawab
Perusahaan terhadap karyawan.14 Menurut Zimmerer, tanggung jawab
Perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara :
a) Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.
b) Meminta input kepada karyawan.
c) Memberikan umpan balik positif maupun negatif.
d) Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan.
e) Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka
harapkan.
f) Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
g) Memberikan kepercayaan kepada karyawan.
3) Tanggung jawab terhadap pelanggan. Tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap pelanggan, menurut Ronald ada tiga kategori
diantaranya :
a) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas.
b) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar.
14
Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat Dan Proses Menuju Sukses,
(Jakarta : Salemba Empat, 2007), hlm. 233.
25
c) Melindungi hak-hak pelanggan, seperti hak mendapatkan produk
yang aman, hak mendapatkan informasi segala aspek produk, hak
untuk didengar, hak untuk memilih apa yang akan dibeli.
4) Tanggung jawab terhadap investor. Tanggung jawab Perusahaan
terhadap invetor adalah menyediakan pengembalian investasi yang
menarik, seperti memaksimumkan laba. Selain itu, Perusahaan juga
bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangan kepada
investor seakurat dan setepat mungkin.
5) Tanggung jawab terhadap masyarakat. Perusahaan harus bertanggung
jawab terhadap masyarakat sekitarnya, misalnya menyediakan
pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta kontribusi terhadap
masyarakat yang berada di sekitar lokasi Perusahaan tersebut berada.
1. Kinerja Keuangan
Informasi mengenai kondisi keuangan Perusahaan sangat dibutuhkan
oleh para pengguna baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Dari
pihak eksternal, misalnya investor tertarik dengan pengungkapan informasi
pendapatan yang ada saat ini dan taksiran pendapatan yang akan datang,
untuk melihat seberapa stabil kondisi keuangan suatu perusahaan dari waktu
ke waktu. Secara internal manajemen juga membutuhkan analisis keuangan
untuk pengendalian internal seperti analisis perencanaan dan pengendalian
yang efektif.15
15
Hari Suryono Widianto, ‘’ Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
Ukuran Perusahaan, Dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainibility
Report’’, Skripsi,(Semarang : Universitas Diponegoro,2011), hlm. 41.
26
Chen dan shimerda dalam Irham16 menyatakan bahwa rasio
keuangan merupakan bagian penting dalam mengevaluasi kinerja dan
kondisi keuangan dari suatu entitas. Sehingga sesuai dengan pernyataan
diatas bahwa rasio keuangan yang dianalisis adalah yang dianggap secar
teoritis dan disesuaikan dengan bukti empiris yang diperoleh serta
dihubungkan dengan untuk apa rasio keuangan tersebut dipergunakan dan
ditujukan.
Bagi investor ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang
dijadikan rujukan untuk melihat kondisi kinerja suatu Perusahaan,namun
dalam penelitian ini hanya menggunakan dua rasio keuangan diantaranya
yaitu17 :
a. Profitabilitas
Menurut Sutrisno Irham18, Return On Asset (ROA) merupakan
kinerja keuangan perusahaan yang menjelaskan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor. Konsep ROA merupakan kriteria
penilaian yang sangat luas dan dapat dianggap paling valid untuk dipakai
sebagai alat ukur tentang hasil pelaksanaan operasi perusahaan. Penilaian
ROA dimaksudkan untuk mengukur sampai sejauh mana efektivitas
penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. Jadi,
16
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab, ( Bandung :
Alfabeta, 2014), hlm. 57.
17
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab, ( Bandung :
Alfabeta, 2014), hlm. 58.
18
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab....., hlm.31.
27
perusahaan yang memperoleh laba tinggi tidak selalu berarti bahwa
perusahaan tersebut memiliki Return On Asset yang tinggi pula.
Rasio yang umum digunakan untuk menganalsis profitabilitas
Perusahaan adalah Return On Asset (ROA), Returnt On Equety (ROE),
Dan Gross Profit Margin (GPM). Rasio yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan Perusahaan memperoleh laba atas pemanfaatan aset yang
dimiliki. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba tahun berjalan
setelah pajak dengan total aset yang dimiliki.19 Rumus ini diformulasikan
sebagai berikut :
Menurut fauzi dalam Ririn20 Tingkat ROA memiliki hubungan
positif dengan pengungkapan corporate social performance. Jika ROA
dari suatu Perusahaan tinggi, maka Perusahaan memiliki dana yang
cukup dialokasikan untuk kegiatan sosial dan lingkungan sehingga
tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosialnya akan tinggi pula.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizkia tentang
pengaruh
karakteristik
perusahaan
terhadap
corporate
social
responsibility disclosure berhasil menunjukkan adanya pengaruh positif
profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROA terhadap corporate
social responsibility disclosure .
19
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perbankan, (Jakarta : Ghalia, 2004), hlm. 29.
Ririn Dwi Anggraini, ‘’Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan Pertanggung jawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report’’,
Skripsi,(Semarang : Universitas Diponegoro,2011), hlm. 31.
20
28
b. Likuiditas
Rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.21 Rasio likuiditas secara
umum ada dua yaitu current rasio dan quick rasio. Rasio yang digunakan
dalam penelitian ini adalah current rasio. Current rasio adalah ukuran
yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu
Perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.22 Adapun
rumus current rasio adalah :
Konsep model kerja atau operasi ini didasarkan atas klasisfikasi
aset dan liabilities dalam bentuk kategori lancar dan tidak lancar.
Menurut R. Agus dalam Hari23 likuiditas adalah kemampuan Perusahaan
untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada
waktunya. Perusahaan yang dapat dengan segera memenuhi kewajiban
keuangannya berarti menandakan memiliki kinerja keuangan yang baik.
Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat
menyebabkan kebangkrutan Perusahaan.24 Kinerja keuangan yang baik
sering diidentikkan dengan pelaksanaan pengungkapan informasi lebih
lengkap yang dilakukan oleh Perusahaan. Perusahaan yang mampu
21
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab, (Bandung :
Alfabeta, 2014), hlm. 65.
22
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab, (Bandung :
Alfabeta, 2014), hlm. 66.
23
Hari Suryono Widianto, ‘’ Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
Ukuran Perusahaan, Dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainibility
Report’’, Skripsi,(Semarang : Universitas Diponegoro,2011), hlm. 58.
24
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab, (Bandung :
Alfabeta, 2014), hlm. 58.
29
memenuhi kewajiban keuangannya tepat waktu, berarti Perusahaan
tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar
daripada hutang lancar. Sehingga, perusahaan yang memiliki likuditas
yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan yang lebih,
sebagai instrumennya untuk meyakinkan para stakeholder-nya. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Samuel C Weaver dan J.
Fred weston dalam Irham25 yang menyatakan bahwa setiap nilai exstrim
dapat mengindikasikan adanya masalah seperti penimbunan kas,
banyaknya piutang yang tidak tertagih, penumpukan persediaan, tidak
efisiannya pemanfaatan pembiayaan, rendahnya pinjaman jangka pendek.
Hal ini mengindikasikan bahwa para manajer perusahaan tidak
mendayagunakan current asset secara baik dan efektif, atau dengan kata
lain tingkat kreativitas manajer perusahaan adalah rendah.
Menurut Subramanyam dan Jhon J wild dalam Irham 26 alasan
digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas
mencakup kemampuannya untuk mengukur :
1) Kemampuan memenuhi kewajiban lancar.
Makin tinggi jumlah asset lancar terhadap kewajiban lancar,
makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.
2) Penyangga kerugian.
Makin besar penyangga, makin kecil resikonya. Rasio lancar
menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup
25
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab,(Bandung :
Alfabeta), hlm.60.
26
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab....., hlm. 66.
30
penurunan nilai asset lancar non kas pada saat asset tersebut dilepas
atau dilikuidasi.
3) Cadangan dana lancar.
Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap
ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian
dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat
membahayakan arus kas secara semantara dan tidak terduga.
2. Status Perusahaan
Menurut Peraturan Presiden RI No. 38 Tahun 2015 tentang kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur. Badan
Usaha adalah Badan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, Badan Usaha Swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas, Badan
Hukum Asing, dan Koperasi. Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas Pasal 74 dikatakan bahwa Perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan Tangung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Status perusahaan terbagi menjadi perusahaan BUMN dan BUMS.
Bersadarkan SK No. 36/MBU/2003 bahwa perusahaan BUMN diwajibkan
untuk menungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan melalui PKBL.
Menurut Yuliarto dalam Desie27, Perusahaan BUMN lebih luas dalam
mengungkapkan tanggung jawab sosial Perusahaan karena Perusahaan
BUMN sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, Negara atau
27
Desie Rakhmawati, ‘’Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan,
Perusahaan Bumn Dan Non Bumn Terhadap Luas Pengungkapan Luas Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial’’, Skripsi,(Semarang : Universitas Diponegoro, 2011), hlm. 25.
31
Rakyat. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, BUMN diawasi
langsung oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang merupakan representasi dari
rakyat.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) terdiri dari dua
program yaitu PK yang berarti Program Kemitraan dan BL yang berarti
Bina Lingkungan. Program Kemitraan diberikan dalam bentuk dana kepada
masyarakat yaitu :
a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja
Dana ini digunakan untuk pembiayaan modal kerja atau pembelian
aktiva tetap dalam rangka meningkatkan penjualan.
b. Pinjaman khusus
Dana ini diberikan untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan
kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan
berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha
mitra binaan.
c. Beban Pembinaan
1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,
promosi dan hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas
mitra binaan serta untuk pengkajian atau penelitian yang berkaitan
dengan pogram kemitraan.
2) Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya bersifat 20 persen dari
dana program kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.
32
3) Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk
kepentingan mitra binaan.
Program Bina Lingkungan (BL) adalah program pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui dua pemanfaatan
dari
bagian laba BUMN, maksimal dua persen dari laba setelah pajak. 28 Sumber
dananya bisa juga dari hasil bunga deposito atau dana jasa giro dari dana
program BL. Ruang lingkup program BL adalah untuk korban bencana
alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan
prasarana dan atau sarana umum, bantuan untuk prasarana ibadah, dan
bantuan untuk pelestarian alam.
Struktur kepemilikan saham perusahaan merupakan salah satu
mekanisme
dalam
corporate
governance.
Struktur
kepemilikan
menggambarkan komposisi kepemilikan saham dari suatu perusahaan.
Struktur kepemilikan juga menjelaskan komitmen pemilik untuk mengelola
dan menyelamatkan perusahaan.
Struktur kepemilikan merupakan salah satu dari karakteristik
perusahaan. Karena sudah banyak penelitian yang menguji karakteristik
perusahaan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial, dalam suatu
perusahaan ada dua jenis shareholder yaitu affiliated shareholder dan non
affiliated shareholder.29 Non affiliated shareholder merupakan pemegang
28
Desie Rakhmawati, ‘’Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan,
Perusahaan Bumn Dan Non Bumn Terhadap Luas Pengungkapan Luas Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial’’, Skripsi,(Semarang : Universitas Diponegoro, 2011), hlm. 27.
29
Ririn Dwi Anggraini, ‘’Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan Pertanggung Jawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report’’,
Skripsi, (Semarang : Universitas Diponegoro, 2011), hlm. 26.
33
saham yang tidak terkait lansung dengan kegiatan perusahaan, seperti
kepemilikan saham oleh institusi atau individu. Sedangkan affiliated
shareholder merupakan pemegang saham yang terkait langung dengan
aktivitas perusahaan, seperti manager dan blockholder. Penelitan ini
menggunakan status Perusahaan baik berkategori BUMN ataupun BUMS
sebagai salah satu indikator yang dapat mempengaruhi corporate social
responsibility disclosure.
Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu media
yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap
masyarakat disekitarnya. Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki
kontrak yang baik dengan stakeholder maka Perusahaan akan lebih
didukung dalam melakukan pengungkapan tanggungjawab sosial.
3. Regulasi Pemerintah
Regulasi Pemerintah adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah untuk mengatur Perusahaan.30 Aspek ini sangat penting untuk
diperhatikan oleh Perusahaan, baik Perusahaan Pemerintah maupun
Perusahaan swasta. Beberapa peraturan terkait isu utama CSR di Indonesia
yaitu peraturan perundang-undangan No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas beserta Peraturan Pelaksanaannya yakni Peraturan Pemerintah No.
47 Tahun 201231 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
30
Angling Mahatma Pian Kusuma Sumedi, ‘’Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan
Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Laporan
Tahunan Di Indonesia’’, Skripsi,(Semarang : Universitas Diponegoro, 2010), hlm. 43.
31
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Tentang
Tanggungjawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Jakarta.
34
Terbatas. Tidak hanya itu keseriusan Pemerintah dalam menanggapi isu
terkait dengan pelaksanaan CSR dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri
BUMN No. Per 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Dalam
Peraturan Pemerintah tersebut berisi tentang aturan-aturan mengenai CSR
Di Indonesia diantaranya :
a. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Pasal 2 dikatakan bahwa setiap
Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan
lingkungan, ketentuan tersebut menegaskan bahwa pada dasarnya setiap
Perseroan sebagai wujud kegiatan manusia dalam bidang usaha, secara
moral mempunyai komitmen untuk bertanggung jawab atas tetap
terciptanya hubungan
Perseroan yang serasi dan seimbang dengan
lingkungan dan masyarakat setempat sesuai dengan nilai, norma, dan
budaya masyarakat tersebut.
b. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Pasal 3 ayat (1) Tanggung
jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
menjadi kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan
Undang-Undang. Yang dimaksud dengan "Perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam" adalah Perseroan yang
kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.
Yang dimaksud dengan "Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
yang berkaitan dengan sumber daya alam" adalah Perseroan yang tidak
35
mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan
usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam
termasuk pelestarian fungsi lingkungan hidup. Yang dimaksud dengan
"berdasarkan Undang-Undang" adalah undang-undang beserta peraturan
pelaksanaan undang-undang mengenai sumber daya alam atau yang
berkaitan dengan sumber daya alam, serta etika menjalankan perusahaan,
antara lain: peraturan perundang-undangan di bidang perindustrian,
kehutanan, minyak dan gas bumi, badan usaha milik negara, usaha panas
bumi, sumber daya air, pertambangan mineral dan batu bara,
ketenagalistrikan, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, hak asasi
manusia, ketenagakerjaan, serta perlindungan konsumen.
c. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Pasal 6 menyatakan bahwa
Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan
tahunan Perseroan dan dipertanggung jawabkan kepada RUPS. Artinya
tidak hanya dilakukan melainkan juga harus diungkapkan atau
dipublikasikan melalui laporan tahunan.
d. UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang didalam
Pasal 88 ayat (1) dinyatakan “BUMN dapat menyisihkan sebagian laba
bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta
pembinaan masyarakat sekitar BUMN”. Pasal 88 UU BUMN lebih lanjut
dijabarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
36
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, dalam
Peraturan Mentri tersebut diperkenalkan Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan yang wajib dilaksanakan oleh Perum atau
Persero.32
e. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 200933 tentang Pertambangan Mineral
dan Barubara (UU Minerba), dalam Pasal 108 ayat (1) dan (2)UU
Minerba dinyatakan “pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, penyusunan program
tersebut dikonsultasikan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
Masyarakat. Ketentuan lebih lanjut dari Pasal 108 UU Minerba terdapat
dalam PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, tepatnya dalam Pasal 106-109.
Istilah yang digunakan dalam UU Minerba dengan UU PT tidaklah sama,
karena dalam UU Minerba digunakan istilah
pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat. Menurut Pasal 110 PP 23/2010, apabila
kewajiban pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dilanggar maka
akan diberikan sanki administratif. Yang dimaksud masyarakat dalam
Undang-undang tersebut adalah masyarakat yang berdomisili disekitar
operasi pertambangan.
32
Ade Adhari, Tinjauan Yuridis Kebijakan Pemberlakuan Tanggungjawab Sosial,
September 2007, 2-5.
33
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral Dan Batubara. Jakarta.
37
B. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan Heni34 tentang pengaruh profitabilitas dan size
perusahaan terhadap corporate social responsibility menunjukkan profitabilitas
(ROA) dan Size perusahaan (Ln of total asset) tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap pengungkapan CSR. Profitabilitas dan size perusahaan
yang terdiri dari ROA dan ln of total asset tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan corporate social responsibility .
Penelitian yang dilakukan oleh Rizkia35 tentang pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap corporate social responsibility disclosure menyatakan
bahwa variabel tipe industri (profile), ukuran perusahaan (size) dan
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility
disclosure, sedangkan variabel leverage dan pertumbuhan perusahaan (growth)
tidak berhasil menunjukkan pengaruh terhadap corporate social responsibility
disclosure.
Penelitian yang dilakukan Maria36 tentang pengaruh profitabilitas dan
kepemilikan saham publik terhadap luas pengungkapan corporate social
responsibility memperoleh hasil bahwa faktor profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap
luas
pengungkapan corporate social responsibility.
34
Heni Triastuti Kurnianingsih,’’ Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap
Corporate Social Responsibility’’, (Sumatera Utara : Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis No. 1,
Maret, XIII, 2013).
35
Rizkia Anggita Sari, ‘’Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’,
(Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, No. I, I, 2012).
36
Maria Rio Rita . 2011. Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Saham Publik terhadap
Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). (Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
38
Kemampuan perusahaan menghasilkan profitabilitas yang tinggi akan
mendorong semakin luas pengungkapan corporate social responsibility oleh
perusahaan. Faktor kepemilikan saham publik tidak berpengaruh signifikan
terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility.
Penelitian yang dilakukan Angling37 tentang pengaruh karakteristik
Perusahaan dan regulasi Pemerintah terhadap pengungkapan corporate social
responsibility memperoleh hasil bahwa faktor kepemilikan saham Pemerintah,
regulasi Pemerintah, tipe industri, ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial Perusahaan. Sedangkan
kepemilikan saham asing dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial Perusahaan. Hasil ini dikarena
di Indonesia peratran mengenai tanggung jawab sosial perusahaan masil
bersifat khusus seperti yang tercantum dalam UU No. 4 Tahun 2009
dinyatakan ’’ Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, penyusunan program tersebut
dikonsultasikan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dan Masyarakat’’.
Penelitian yang dilakukan oleh Rita38 tentang pengaruh karakteristik
perusahaan
terhadap
pengungkapan
memperoleh hasil bahwa
berpengaruh
terhadap
corporate
social
responsibility
profile Perusahaan dan konsentrasi kepemilikan
pengungkapan
corporate
social
responsibility.
37
Angling Mahatma Pian Kusuma Sumedi, ‘’ Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan
Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility ( CSR ) Pada
Laporan Tahunan Di Indonesia’’, Skripsi, (Semarang : Universitas Diponegoro,2010), hlm. 39.
38
Rita Yuliana, ‘’Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate
Social Responsibility’’, Jumal Akuntansi dan Keuangan Indonesia No. 2, V, 2008).
39
Sedangkan ukuran Perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan komisaris
tidak terbukti berpengaruh terhadap tingkat keluasan pengungkapan corporate
social responsibility. Tingkat keluasan pengungkapan corporate social
responsibility berpengaruh positif terhadap reaksi investor, yang diukur
menggunakan abnormal return dan volume perdagangan saham.
Penelitian yang dilakukan Sembiring39 tentang karakteristik Perusahaan
dan pengungkapan tanggung jawab sosial memperoleh hasil bahwa size, profil,
dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial Perusahaan. Sedangkan profitabilitas dan leverage
berpengaruh
negatif
terhadap
pengungkapan
tanggung
jawab
sosial
Perusahaan. Hal ini karena berdasarkan teori legitimasi bahwa salah satu
argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan CSR
adalah ketika Perusahaan memiliki laba yang tinggi, Perusahaan tidak perlu
melaporkan hal-hal yang mengganggu informasi tentang suksesnya keuangan
perusahaan. Karena nilai profitabilitas yang tinggi menjadikan perusahaan
tidak perlu lagi menambahkan informasi lain untuk mendapatkan dukungan
dari para stakeholdernya demi kelangsungan perusahaan. Selain itu,
berdasarkan economi based theory bahwa pertanggung jawaban utama
perusahaan adalah menggunakan sumber ekonomi yang dimiliki dan
menjalankan kegiatan usahanya dengan tujuan meningkatkan laba.
39
Eddy Rismanda Sembiring, ‘’Karakteristik Perusahaan
Tanggungjawab Sosial’’,(Simposium Nasional Akuntansi VIII, 2005)
Dan
Pengungkapan
40
Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu
No.
1.
2.
3.
Peneliti Dan
Variabel
Judul Penelitian
Tahun
Penelitian
Penelitian
Pengaruh Profitabilitas Dan Heni triastuti Independen
:
Size Perusahaan Terhadap kurnianingsih Profitabilitas,
Corporate
Social (2013)
Size
Rersponsibility
Perusahaan.
Dependen
:
CSR
Pengaruh
Karakteristik Rizkia
Independen:
Perusahaan Terhadap CSRD Anggita Sari tipe
industri,
Pada Perusahaan Manufactur (2012)
ukuran
Yang Terdaftar Di BEI
perusahaan,
profitabilitas,
leverage,
pertumbuhan
perusahaan.
Dependen
:
CSRD
Analisis faktor-faktor yang Marzully Nur Independen
:
mempengaruhi
Denies
profitabilitas,
pengungkapan
CSR
Di priantinah
ukuran
Indonesia
(2012)
perusahaan,
kepemilikan
Alat
Analisis
Regresi
linear
berganda
Regresi
linear
berganda
Regresi
linear
berganda
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
profitabilitas dan size
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
CSR.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
hanya variabel profile,
size, dan profitabilitas
yang
berpengaruh
signifikan
terhadap
CSRD.
Perbedaan Dan
Persamaan
Sampel
yang
digunakan
adalah
perbankan yang
terdaftar di BEI.
Terdapat
satu
variabel
independen
yang
sama.
Waktu
penelitian lebih
sedikit.
Hasil
penelitian
ini
Sampel yang
menyatakan
bahwa
digunakan
profitabilitas,
ukuran peneliti berbeda,
perusahaan, kepemilikan terdapat variabel
saham publik, dewan
independen
41
4.
5.
6.
saham publik,
dewan
komisaris,
leverage,
pengungkapan
media.
Dependen
:
pengungkapan
CSR
Pengaruh size, profitabilitas, Dewi yulfaida Independen
:
profile, leverage, dan ukuran (2012)
size,
dewan komisaris terhadap
profitabilitas,
pengungkapan
tanggung
profile,
jawab sosial perusahaan
leverage, dan
manufaktur di BEI
ukuran dewan
komisaris.
Dependen
:
Pengungkapan
CSR
Pengaruh Profitabilitas Dan Maria rio rita Independen
:
Kepemilikan Saham Publik (2011)
Profitabilitas,
Terhadap
Pengungkapan
Kepemilikan
CSR
Saham Publik.
Dependen
:
Pengungkapan
CSR.
Pengaruh
Karakteristik Angling
Independen
:
Perusahaan Dan Regulasi mahatma pian kepemilikan
komisaris, leverage, dan
pengungkapan
media
secara
simultan
berpengaruh
terhadap
CSRD.
yang sama.
Regresi
linear
berganda
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
hanya
size,
dan
profitabilitas
yang
berpengaruh
signifikan
dan positif dengan CSRI
secara parsial.
Sampel
yang
digunakan
adalah
perusahaan
manufactur
yang terdaftar di
BEI.
Regresi
linear
berganda
Hasil
penelitian
ini Tahun
menunjukkan
bahwa
profitabilitas berpengaruh pengamatan
terhadap pengungkapan
CSR.
singkat.
Analisis
regresi
Hasil dari penelitian ini Waktu
menunjukkan
bahwa penelitian
42
Pemerintah
Terhadap KS (2010)
Pengungkapan CSR Pada
Laporan
Tahunan
Di
Indonesia
saham
berganda
pemerintah,
kepemilikan
saham
asing,
regulasi
pemerintah, tipe
perusahaan,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas.
Dependen
:
CSR.
7.
Pengaruh
Karakteristik Rita yuliana,
Perusahaan Terhadap CSRD dkk (2008)
Dan Dampaknya Terhadap
Reaksi Investor
8.
Pengaruh
Independen
:
profile
perusahaan,
konsentrasi
kepemilikan,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
dan
ukuran
dewan
komisaris.
Dependen
:
CSRD
Dan
Reaksi investor.
Independen
:
Karakteristik Sembiring
Regresi
linear
berganda
Regresi
faktor kepemilikan saham
pemerintah,
regulasi
pemerintah,
tipe
perusahaan dan ukuran
industri berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan CSR di
Indonesia. Sementara itu,
kepemilikan saham asing
dan profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan
CSR di Indonesia.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
karakteristik perusahaan
yang
terbukti
berpengaruh
terhadap
tingkat keluasan CSRD
adalah profile perusahaan
dan
konsentrasi
kepemilikan. Selain itu
tingkat keluasan CSRD
berpengaruh
positif
terhadap reaksi investor.
Hasil
singkat.
Terdapat
variabel
independen
yang sama.
Memiliki
variabel
yang
sama. Sampel
yang digunakan
berbeda dengan
jumlah
yang
lebih banyak.
penelitian Sampel
43
Perusahaan
Dan (2005)
Pengungkapan
Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
size,
profitabilitas,
leverage.
linear
berganda
menunjukkan bahwa size penelitian
perusahaan berpengaruh perusahaan yang
terhadap
CSRD. terdaftar di BEJ.
Sedangkan profitabilitas
dan
leverage
tidak
berpengaruh
terhadap
CSRD.
44
Berdasarkan tabel di atas, penelitian ini memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain :
1) Variabel penelitian, Penelitian ini memiliki kesamaan variabel dengan
penelitian yang dilakukan oleh Heni, Rizkia, Maria, Angling, Rita dan juga
Sembiring. Namun, peneliti menambahkan variabel lain seperti Likuiditas
dan Status Kepemilikan Saham dalam penelitiannya.
2) Objek penelitian, Objek penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu
yang di lakukan di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan pada penelitian ini
peneliti melakukan objek penelitian pada saham yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks.
3) Waktu penelitian, rentang waktu penelitian dilakukan pada tahun yang
berbeda-beda. Rentang waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih
lama dibandingkan dengan peneliti-peneliti sebelumnya.
4) Alat analisis, statistik uji yang digunakan dalam penelitian sama dengan
statistik uji yang digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang
menggunakan regresi linear berganda untuk alat uji analisis datanya.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan telaah pustaka dan tujuan penelitian maka kerangka kerja
antara Profitabilitas, Likuiditas, Status Perusahaan, dan Regulasi Pemerintah
dengan Corporate Social Responsibility Disclosure adalah sebagai berikut40 :
40
Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dan Aplikatif,
(Bandung : PT Refika Aditama, 2011), hlm. 127.
45
Gambar 1.1
Kerangka berpikir
Profitabilitas (X1)
Likuiditas (X2)
as ( X1 )
Status Perusahaan (X3)
Corporate Social
Responsibility
Disclosure (Y)
Regulasi Pemerintah
(X4)
Kerangka pemikiran merupakan suatu model konseptual tentang
bagaimana teori yang berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah riset. Pengembangan alur pemikiran dalam penelitian ini
adalah pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Status Perusahaan, dan Regulasi
Pemerintah terhadap Corporate Sosial Responsibility Disclosure. Dimana
variabel-variabel diatas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
Corporate Sosial Responsibility Disclosure. Kerangka pemikiran diatas
menggambarkan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependennya.
D. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Antara Variabel Profitabilitas Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
Rasio
profitabilitas mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
46
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.41
Semaikn baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan Perusahaan. Menurut belkoui
dan karpik42 hubungan kinerja keuangan dengan tanggungjawab sosial
Perusahaan paling baik diekspresikan dengan profitabilias, hal itu
disebabkan karena pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari
manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu
Perusahaan memperoleh laba. Selain itu tingkat profitabilitas dapat
menunjukkan seberapa baik pengelolaan manajemen Perusahaan. Menurut
Fauzi43 tingkat ROA memiliki hubungan positif dengan pengungkapan
corporate social performance. Jika ROA dari suatu Perusahaan tinggi, maka
Perusahaan memiliki dana yang cukup dialokasikan untuk kegiatan sosial
dan lingkungan sehingga tingkat pengungkapannya pertanggung jawaban
sosialnya akan tinggi pula. Penelitian yang dilakukan oleh Rizkia44 berhasil
menunjukkan adanya pengaruh positif profitabilitas terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure. Hal ini dikarenakan Perusahaan dengan
laba yang tinggi akan menjadi sorotan, untuk mengurangi tekanan tersebut
41
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab, ( Bandung :
Alfabeta, 2014), hlm. 80.
42
Rizkia Anggita Sari,’’ Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’,
Jurnal Nominal, (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta No. I, I, 2012),hlm. 129.
43
Ririn Dwi Anggraini, ‘’ Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan Pertanggung jawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report’’, Skripsi,
(Semarang : Universitas Diponegoro, 2011), hlm. 32.
44
Rizkia Anggita Sari,’’ Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’,
Jurnal Nominal, (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta No. I, I, 2012), hlm. 138.
47
perusahaan akan mengeluarkan biaya yang berkaitan dengan tanggung
jawab sosial.
2. Hubungan Antara Variabel Likuiditas Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.45
Perusahaan
dengan tingkat likuiditas yang tinggi berarti
menandakan
kemampuan yang besar untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya tepat waktu. Kondisi perusahaan yang memiliki current rasio
yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun
jika current rasio terlalu tinggi dianggap tidak baik. Menurut Samuel dalam
Irham46 tingat current rasio yang tinggi mengindikasikan
adanya
penimbunan kas, banyaknya piutang yang tidak tertagih, penumpukan
persediaan, rendahnya pinjaman jangka pendek. Perusahaan yang memiliki
likuiditas yang tinggi akan menciptakan
dimata para
image
yang kuat dan positif
stakeholder-nya. Upaya-upaya yang dapat ditempuh
Perusahaan untuk membentuk dan memperkuat image-nya adalah melalui
pembuatan laporan-laporan tambahan.47
Salah satu upaya pengungkapan yang dapat dilakukan oleh perusahaan
adalah melalui pembuatan sustainability report secara sukarela, sebagai aksi
45
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab, ( Bandung :
Alfabeta, 2014 ), hlm. 65.
46
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab....., hlm. 69.
47
Hari Suryono Widianto, ‘’Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
Ukuran Perusahaan, Dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainibility
Report’’, Skripsi,(Semarang : Universitas Diponegoro,2011), hlm. 59.
48
perusahaan untuk mendapatkan dukungan dari para stakeholder-nya.
Perusahaan yang dapat dengan segera memenuhi kewajiban keuangannya
menandakan Perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik.
Kinerja keuangan yang baik sering diidentikkan dengan pelaksanaan
pengungkapan informasi lebih lengkap yang dilakukan oleh Perusahaan.
Sehingga, Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi akan cenderung
untuk melakukan pengungkapan yang lebih.
Current rasio menggambarkan kemampuan seluruh aktiva lancar
dalam menjamin seluruh utang lancarnya. Tidak ada suatu ketentuan mutlak
tentang besarnya current rasio yang terbaik bagi perusahaan untuk di
pertahankan. Untuk menjaga current rasio yang tepat, manajemen harus
memperhatikan beberapa faktor, antara lain jenis usaha, cash flow, maupun
tingkat kredibilitas Perusahaan tersebut dalam hubungannya dengan
kreditor. Sebagai pedoman umum, current rasio 200 % sudah dapat
dianggap baik, khususnya bagi Perusahaan industri.48
3. Hubungan Antara Variabel Status Perusahaan Terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure
Kepemilikan saham oleh Pemerintah menyebabkan perusahaan
tersebut dalam menjalankan aktivitasnya harus selaras dengan kepentingan
Pemerintah. Pemerintah berhak menunjuk direktur perusahaan tersebut
sehingga keputusan bisnis yang diambil merupakan kepanjangan tangan
48
Moeljadi. Manajemen Keuangan 1 Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif. (Malang :
Bayumedia Publishing, 2006), hlm. 68.
49
dari kepentingan Pemerintah. Menurut yuliarto Desie49 Perusahaan akan
mendapatkan sorotan yang lebih besar oleh masyarakat, karena masyarakat
memiliki ekspektasi yang lebih besar terhadap BUMN dari pada Perusahaan
swasta. Bagi masyarakat, pengelolaan BUMN yang baik mencerminkan
keberhasilan Pemerintah dalam berbisnis.
Kepemilikan Saham Swasta atau Badan Usaha Milik Swasta adalah
Badan Usaha yang didirikan, dikelola oleh pihak swasta, dan modalnya pun
dari piak swasta (perorangan atau beberapa orang). BUMS dibentuk atas
dasar pasal 33 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi ‘’ Cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara’’.
Tekanan Pemerintah dan publik yang kuat membuat Perusahaan ini
harus lebih transparan dalam pengelolaannya. Perusahaan menggunakan
laporan tahunan sebagai salah satu media pelaporan pertanggung jawaban
manajemen mereka sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 47
Tahun 2012.
Pengungkapan
yang lebih
besar merupakan wujud
akuntabilitas atas pengelolaan Perusahaan.
49
Desie Rakhmawati, ‘’Pengaruh Stuktur Kepemilikan, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan,
Perusahaan BUMN Dan Non Bumn Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial’’,
Skripsi,(Semarang : Universitas Diponegoro,2011), hlm. 25.
50
4. Hubungan Antara Variabel Regulasi Pemerintah Terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure
Regulasi pemerintah adalah peraturan-peraturan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah.50 Peraturan ini menjadi aspek penting yang harus
diperhatikan oleh Perusahaan. Beberapa contoh yang termasuk dalam
regulasi Pemerintah ini antara lain izin operasional Perusahaan, analisis dan
standar dampak lingkungan, peraturan tentang tenaga kerja/perburuhan dan
lainnya. Bapepam LK mengeluarkan keputusan No. 134/BL/2006 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten dan Perusahaan
Publik, khususnya yang terkait dengan praktek Corporate Governance.
Pada tahun 2012, Pemerintah menerapkan PP Republik Indonesia No.
47 Tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan
Terbatas. Dalam Peraturan Pemerintah Pasal 2 disebutkan bahwa Setiap
Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Hal ini akan berdampak pada semakin banyaknya informasi
operasional perusahaan yang harus diungkapkan dalam laporan tahunan
Perusahaan,
termasuk
dalam
pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility. Hal itu sesuai dengan PP No. 47 tahun 2012 Pasal 6 bahwa
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan
tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS.
50
Angling Mahatma Pian Kusuma Sumedi, ‘’Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan
Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility ( CSR )’’, Skripsi,
(Semarang : Universitas Diponegoro, 2010), hlm. 44.
51
E. Hipotesis
Hipotesis
adalah
kesimpulan
sementara
yang harus
dibuktikan
kebenarannya atau dapat dikatakan proposisi tentatif tentang hubungan antara
dua variabel atau lebih.51
Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian serta telaah pustaka seperti yang telah diuraikan tersebut diatas,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H01: Profitabilitas Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure.
Ha1: Profitabilitas Perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure.
H02: Likuiditas Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure.
Ha2: Likuiditas
Perusahaan
berpengaruh
terhadap
Corporate
Social
Responsibility Disclosure.
H03: Status Perusahaan
tidak berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure.
Ha3: Status Perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure.
H04: Regulasi Pemerintah tidak berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure.
51
Masyhuri dan zainudin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif.
(Bandung : PT Refika Aditama, 2008), hlm. 136.
52
Ha4:
Regulasi
Pemerintah
berpengaruh
terhadap
Corporate
Social
Responsibility Disclosure.
H05: Profitabilitas, Likuiditas, Status Perusahaan, dan Regulasi Pemerintah
tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Diclosure.
Ha5: Profitabilitas, Likuiditas, Status Perusahaan, dan Regulasi Pemerintah
berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Diclosure.
Download