BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Biaya
Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya
secara jelas, penulis akan memberikan beberapa definisi biaya menurut
ahli, definisinya adalah sebagai berikut :
Menurut Carter (2009 : 2), biaya adalah “suatu nilai tukar,
pengeluaran, pengorbanan yang dikeluarkan untuk menjamin memperoleh
manfaat”.
Pengertian biaya menurut Firdaus dan Wasilah (2009 : 22) adalah
“pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh
barang atau jasa yang berguna untuk masa depan yang akan datang, atau
mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan”.
Menurut Mursyidi (2010 : 14), biaya adalah “suatu pengorbanan
yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan,
baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan
datang”.
Menurut Mulyadi (2010 : 7), biaya adalah “pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
7
8
B. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data
biaya yang ada. Horngren et al (2006) mengklasifikasikan biaya menjadi
dua yakni:
1. Biaya langsung, yang merupakan biaya yang berhubungan secara
langsung terhadap objek dan dapat dihitung sebagai nilai ekonomis.
2. Biaya tidak langsung, yang merupakan biaya yang berhubungan
dengan biaya produk namun tidak dapat dihitung sebagai nilai
ekonomis produk.
Sementara itu, untuk tujuan perhitungan biaya produk dan jasa,
biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsinya.
Hansen dan Mowen (2006 : 88) mengklasifikasikan biaya kedalam dua
kategori fungsional utama, antara lain:
1. Biaya produksi,
merupakan biaya yang berkaitan dengan
pembuatan barang atau penyediaan jasa. Biaya produksi dapat
diklasifikasikan lebih lanjut sebagai:
a. Biaya bahan langsung, adalah bahan yang dapat di telusuri ke
barang atau jasa yang diproduksi. Biaya bahan langsung ini
dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat
digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh
setiap produk.
b. Tenaga kerja langsung, adalah tenaga kerja yang dapat
ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi.
9
Seperti halnya bahan langsung, pengamatan fisik dapat
digunakan
dalam
mengukur
kuantitas
karyawan
yang
digunakan dalam memproduksi suatu produk dan jasa.
Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau
menyediakan jasa pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga
kerja langsung.
c. Overhead, merupakan semua biaya yang tidak termasuk
kedalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Kategori
biaya overhead memuat berbagai item yang luas. Banyak input
yang diperlukan dalam membuat sebuah produk ataupun jasa.
Bahan langsung yang merupakan bagian yang tidak signifikan
dalam proses produksi biasanya dimasukkan kedalam kategori
biaya overhead. Hal ini dibenarkan atas dasar biaya dan
kepraktisan. Biaya lembur tenaga kerja langsung biasanya
dibebankan ke overhead, dengan asumsi bahwa tidak semua
operasi produksi tertentu secara khusus dapat diidentifikasikan
sebagai penyebab lembur.
2. Biaya non produksi, merupakan biaya yang berkaitan dengan
fungsi
perencanaan,
pengembangan,
pemasaran,
distribusi,
pelayanan pelanggan dan administrasi umum. Terdapat dua jenis
biaya non produksi yang lazim digunakan, diantaranya:
10
a. Biaya penjualan atau pemasaran, adalah biaya yang diperlukan
dalam memasarkan, mendistribusikan dan melayani produk
atau jasa.
b.
Biaya administrasi, merupakan seluruh biaya yang berkaitan
dengan penelitian, pengembangan dan administrasi umum pada
organisasi yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun
produksi. Administrasi umum bertanggung jawab dalam
memastikan bahwa berbagai aktivitas organisasi terintegrasi
secara tepat sehingga misi perusahaan secara keseluruhan dapat
terealisasi.
C. Harga Pokok Produksi
1. Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh dan mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Berikut
adalah definisi harga pokok produksi menurut para ahli :
Menurut Charles T. Horngren, Srikant, dan George (2006 : 45),
harga pokok produksi adalah “biaya barang yang dibeli untuk diproses
sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan”.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2006 : 60), pengertian harga
pokok produksi adalah :
Kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah
persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan
produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada
periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan
biaya produksi apabila tidak ada persediaan dalam proses awal dan
11
akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode tertentu. Harga
pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada
persediaan produk dalm proses awal dan akhir.
Menurut Dunia dan abdullah, (2012 : 24) mengemukakan bahwa
harga pokok produksi adalah sebagai berikut :
Biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur.
Biaya produksi dibagi ke dalam tiga kategori besar, yaitu: bahan
langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan
biaya overhead pabrik (manufacturing overhead).
2. Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa
besarnya biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dipakai
dan dijual. Penentuan harga pokok produksi sangat penting dalam
suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat
digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan
untuk mengambil keputusan. Adapun tujuan penentuan harga pokok
produksi yang lain, diantaranya adalah :
1. Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan.
2. Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan.
3. Sebagai dasar penilaian bagi penyusunan neraca menyangkut penilaian
terhadap aktiva.
4. Sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran atau harga jual
kepada konsumen.
5. Menentukan nilai persediaan dalam neraca, yaitu harga pokok
persediaan produk jadi dan produk dalam proses pada akhir periode.
12
6. Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan rugi-laba
perusahaan.
7. Sebagai evaluasi hasil kerja.
8. Pengawasan terhadap efesiensi biaya, terutama biaya produksi.
9. Sebagai dasar pengambilan keputusan.
10. Untuk tujuan perencanaan laba.
D. Sistem Biaya Tradisional
Menurut Hilton, Maher, dan Selto ( 2005 ), sistem biaya tradisional
adalah sebagai berikut :
Sistem biaya tradisional yang banyak digunakan perusahaan tidak
dapat memperhitungkan biaya- biaya tidak langsung ke produk
menggunakan dasar alokasi seperti jam tenaga kerja langsung atau
jam mesin.
Menurut Bastian Bustami (2009 : 23), sistem akuntansi tradisional
adalah “sistem yang mengklasifikasikan biaya atas biaya langsung dan
biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan ukuran
volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin”.
Dalam sistem akuntansi tradisional untuk pengalokasian biaya
overhead pabrik ke produk, dilakukan sistem pembebanan dua tahap.
Tahap pertama, estimasi biaya overhead pabrik dalam pusat biaya (cost
center) atau departemen, baik departemen produksi maupun departemen
jasa, kemudian biaya dalam pusat biaya atau departemen jasa dialokasikan
ke departemen produksi dengan metode alokasi, seperti metode alokasi
langsung, metode alokasi bertahap tidak timbal balik, atau metode alokasi
kontinyu, dengan pengukuran dan dasar alokasi tertentu.
13
Tahap kedua, biaya departemen jasa yang telah dialokasikan ke
departemen produksi, kemudian ditentukan pemicu biaya yang tepat untuk
tiap-tiap departemen produksi, umumnya pada metode ini menggunakan
unit related, seperti: jumlah unit yang diproduksi, jam kerja langsung, atau
jam mesin. Berikut adalah gambaran dari tahap-tahap pembebanan biaya
tradisional :
14
Support
Cost
Service
Service
Department S1
Department S2
Production
Production
Department P1
Department P2
Individual Products/Jobs
Gambar 2.1
Tahap-Tahap Pembebanan Biaya Tradisional
15
E. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Biaya Tradisional
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Biaya Tradisional menurut
Cooper dan Kaplan (2005), kelebihan dari sistem biaya tradisional adalah :
1. Mudah diterapkan dan cenderung simple.
2. Memudahkan manager untuk melakukan perhitungan karena tidak
banyak menggunakan cost driver dalam pengalokasian biaya overhead.
3. Mudah diaudit karena cost driver yang digunakan sedikit, biaya
overhead dialokasikan berdasarkan volume based measure.
Sedangkan kelemahan sistem biaya tradisional antara lain :
1. Hanya menggunakan jam kerja untuk mengalokasikan biaya overhead
dari pusat biaya ( cost pool ) ke produk atau jasa.
2. Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume related untuk
mengalokasikan biaya overhead dari cost pool pada produk atau jasa.
3. Cost pool yang terlalu besar dan termasuk mesin- mesin mempunyai
struktur biaya overhead yang sangat berbeda.
4. Biaya dari pemasaran dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda
diantara berbagai saluran distribusi.
F. Activity Based Costing
1. Pengertian Activity Based Costing
Menurut Carter (2006 : 496) Activity Based Costing adalah sebagai
berikut :
Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya
overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan
16
dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan
dengan volume (non-volume-related factor)
Menurut Armanto (2006 : 210) Activity Based Costing adalah
“suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa yang didasarkan atas
penjumlahan biaya (cost accumulation) dari pada kegiatan atau aktivitas
yang timbul berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut”.
Menurut Amin Wijaya Tunggal (2009 : 2) Activity Based Costing
adalah sebagai berikut :
Metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain
untuk memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk
pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang
mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap.
Menurut Dunia dan Abdullah (2012 : 318) Activity Based Costing
dapat didefinisikan sebagai “suatu sistem pendekatan perhitungan biaya
yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan”.
2. Menentukan Jumlah Cost Driver
Dalam ABC, dasar untuk pengalokasian biaya overhead disebut
pemicu biaya (cost drivers) adalah setiap aktivitas yang menyebabkan
suatu biaya dikeluarkan. Menurut Robin Cooper, jumlah minimum
cost driver yang digunakan dalam sistem biaya tergantung pada tingkat
ketepatan yang ingin dicapai dalam perhitungan biaya produksi.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah
cost driver adalah :
a. Biaya pengukuran (measurements costs)
Biaya pengukuran merupakan biaya yang berhubungan dengan
pengukuran yang diperlukan oleh sistem biaya. Dalam sistem ABC,
17
sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan digunakan. Kelompok
biaya (cost pool) yang homogeny dapat menawarkan sejumlah
kemungkinan cost driver. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya
pengukuran.
b. Derajat korelasi (degree of correlation) antara pemicu biaya dan
konsumsi overhead aktualnya.
Konsep dari derajat korelasi ini adalah untuk mengetahui bagaimana
setiap produk mengkonsumsi aktivitas dengan mengamati bagaimana
setiap produk menggunakan cost drivers. Oleh karena itu akurasi dari
alokasi biaya tergantung dari derajat korelasi antara konsumsi aktivitas
dan konsumsi cost driver. Cost driver yang secara tidak langsung
mengukur konsumsi suatu aktivitas biasanya mengukur jumlah
transaksi yang dihubungkan dengan aktivitas tersebut. Kadang
dimungkinkan untuk mengganti cost driver yang secara langsung
mengukur penggunaan suatu aktivitas dengan suatu cost driver yang
secara tidak langsung mengukur penggunaan itu. Contohnya, jam
inspeksi dapat digantikan dengan jumlah inspeksi yang dihubungkan
dengan setiap produk. Jumlah inspeksi ini yang nampaknya lebih
mudah diketahui informasinya. Tentu saja, penggantian cost driver
dapat berjalan hanya jika jam inspeksi yang digunakan setiap inspeksi
diperkirakan sama untuk setiap produk.
18
G. Hirarki Biaya
Hirarki biaya merupakan pengelompokan biaya dalam berbagai
kelompok biaya (Cost Pool) sebagai dasar pengalokasian biaya. Menurut
Mursyidi (2008 : 288) ada 4 kategori dalam pengelompokan biaya pada
ABC, adalah sebagai berikut :
1. Biaya untuk setiap unit (output unit level) adalah sumber daya yang
berhubungan langsung dengan satuan unit produk atau jasa. Biaya ini
akan meningkat penggunaannya seiring dengan peningkatan produk
atau jasa yang dihasilkan.
2. Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu (batch level) adalah sumber
daya yang terkait dengan aktivitas dari sekelompok unit produk atau
jasa, dari pada satuan produk atau jasa secara individual; misalnya
untuk menghasilkan sejumlah produk yang memiliki spesifikasi
tertentu dibutuhkan selama waktu setup yang sama.
3. Biaya untuk setiap produk/jasa tertentu (product/service sustaining
level) adalah sumber daya yang terkait dengan aktivitas untuk
mendukung pembuatan satuan produk atau jasa secara individual.
Misalnya aktivitas perancangan (desain) suatu produk harus dilakukan
untuk setiap jenis produk secara sendiri-sendiri.
4. Biaya untuk setiap fasilitas tertentu (facility sustaining level) adalah
sumber daya yang terkait dengan aktivitas yang tidak dapat
dihubungkan secara langsung dengan produk atau jasa secara
individual.
19
Berdasarkan uraian di atas, maka pengelompokkan aktivitas
kedalam hirarki biaya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Pengelompokkan Aktivitas dalam Hirarki Biaya
Hirarki Biaya
Output
cost
Aktivitas
unit-level Pemakaian bahan
Batch level cost
Penggunaan tenaga kerja
langsung
Jam tenaga kerja langsung
Proses produksi
Setiap produk yang dihasilkan
meningkat akan membutuhkan
proses produksi bertambah atau
lebih lama
Pendistribusian
Tonase atau kemasan, yaitu
aktivitas
distribusi
akan
meningkat karena peningkatan
produk yang akan dikirim, bisa
juga atas dasar kubik
Selama proses produksi dan
setiap saat harus dalam keadaan
bersih dan harus dipelihara.
Alokasi dapat atas dasar luas
lantai
Proses setup mesin untuk
beberapa jenis produk. Alokasi
dapat didasarkan pada jam mesin
Proses setup mesin untuk
beberapa jenis produk. Alokasi
dapat didasarkan pada jumlah
produk yang akan dikirim
Perancangan atas dasar luas area
untuk semua produk
Kebersihan dan
pemeliharaan
Setup mesin
Setup pengangkutan
Product (or services) Desain
– sustaining-cost
Facility-sustaining
Hubungan Sebab-Akibat
Sebagai Dasar Pentapan Dasar
Pembebanan
Unit produk/ jasa
Administrasi
cost
Sumber : Mursyidi 2008
Sumber daya administrasi
mendukung tenaga kerja
langsung, dan didasarkan pada
jam tenaga kerja
20
H. Proses Implementasi ABC
Tahapan penerapan Activity Based Costing menurut Bastian dan
Nurlela (2009 : 26) yaitu:
Cost of Resources
Direct Tracing
Resources Drivers
Assign Cost
Activity
Activity Drivers
Stage One
Activity Pool
Assign Cost
Product
taor Service
Stage Two Cost
Assigned
Gambar 2.2
Tahap-Tahap Pembebanan Activity Based Costing
1. Tahap pertama : Mengidentifikasi, mendefinisikan, dan pool
aktivitas
Tahap utama dan pertama dalam menerapkan Activity Based Costing
(ABC) adalah mengidentifikasi aktivitas yang menjadi dasar sistem
tersebut. Prosedur umum yang dilakukan pada tahap ini, dengan
melakukan wawancara terhadap semua orang yang terlibat atau semua
21
tingkat supervisi atau semua manajer menimbulkan overhead dan
meminta mereka untuk menggambarkan aktivitas utama yang mereka
lakukan.
2. Tahap kedua : Menelusuri biaya overhead secara langsung ke
aktivitas dan objek biaya.
Tahap kedua dalam menerapkan Activity Based Costing (ABC) adalah
sejauh mungkin menelusuri biaya overhead secara langsung ke objek
biaya, yang menyebabkan timbulnya biaya, kemudian menentukan
pemicu biayanya, seperti produk, pesanan pelanggan, dan pelanggan.
3. Tahap ketiga : Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
Pada umumnya biaya overhead, diklasifikasikan dalam sistem
akuntansi perusahaan berdasarkan departemen atau divisi, di mana
biaya tersebut terjadi. Dalam Activity Based Costing (ABC) sangat
umum overhead terkait dengan beberapa aktivitas. Untuk kondisi
seperti tersebut, biaya departemen dapat dibagi ke beberapa
kelompok/pool aktivitas, dengan menggunakan proses alokasi tahap
pertama, yaitu membebankan biaya overhead ke pool biaya aktivitas.
4. Tahap keempat : Menghitung tarif aktivitas.
Tarif aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead
ke produk dihitung dengan menentukan total aktivitas sesungguhnya
yang diperlukan untuk memproduksi bauran produk dan untuk
melayani pelanggan saat ini. Kemudian menentukan tarif aktivitas
22
dengan membagi total biaya pool aktivitas masing-masing aktivitas
dengan pemicu aktivitas.
Total biaya pool aktivitas
Tarif pembebanan /pool rate =
Total pemicu aktivitas
5. Tahap kelima : Membebankan biaya ke objek biaya dengan
menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas.
Langkah berikut dalam penerapan Activity Based Costing (ABC)
disebut alokasi tahap kedua, di mana tarif aktivitas digunakan untuk
membebankan biaya ke produk atau pelanggan, dengan cara
mengalikan tarif pool aktivitas dengan ukuran aktivitas yang
dikonsumsi masing-masing produk atau jasa layanan.
Pembebanan = Pool rate x Jumlah aktivitas yang dikonsumsi
6. Tahap keenam : Menyiapkan laporan untuk manajemen.
Tahap
ini
adalah
tahap
pelaporan
yang
disusun,
dengan
menggabungkan bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead yang ke produk atau jasa layanan berdasarkan aktivitas.
Kemudian menghitung marjin produk atau jasa, melalui laporan hasil
penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang dibutuhkan manajemen
sebagai dasar pengambilan keputusan.
23
Berikut adalah contoh perhitungan biaya berdasarkan Activity
Based Costing (ABC) :
PT. Lion Machine, memprodukis satu jenis mesin jahit dengan merk
“Singo”, yang dijual ke distributor mesin jahit di Jakarta. Perusahaan
menerapkan Activity Based Costing (ABC) yang digunakan untuk
pembuatan keputusan secara internal. Perusahaan memiliki dua
departemen overhead, yaitu overhead pabrik dan overhead pemasaran
& administrasi.
Overhead pabrik
Rp. 12.000.000
Overhead pemasaran dan administrasi
Rp. 8.400.000 +
Total
Rp. 20.400.000
Pool biaya aktivitas dan ukuran aktivitas perusahaan, sebagai berikut :
Tabel 2.2
Pool Biaya Aktivitas dan Ukuran Aktivitas Perusahaan
Pool biaya aktivitas
Ukuran aktivitas
Unit perakitan
Jumlah unit
Pemrosesan pesanan
Jumlah pesanan
Pelayanan pelanggan
Jumlah pelanggan
Lainnya
Tidak ada ukuran
Sumber : Bastian dan Nurlela
Perusahaan mendistribusikan biaya overhead pabrik dan overhead
pemasaran & administrasi ke pool biaya aktivitas berdasarkan hasil
wawancara dengan karyawa, dengan hasil sebagai berikut :
24
Tabel 2.3
Distribusi Konsumsi Sumber Daya di antara Berbagai Aktivitas
Volume Pesanan Pelayanan
Lainnya Total
50%
35%
5%
10%
100%
Overhead pemasaran & 10%
45%
25%
20%
100%
100
Overhead pabrik
adm
Total aktivitas
1000
250
Ukuran aktivitas
Unit
Pesanan Pelanggan
Sumber : Bastian dan Nurlela
Catatan : untuk lainnya tidak dibebankan ke pool biaya, karena tidak
memiliki ukuran, yang terdiri dari kapasitas menganggur dan
pemeliharaan organisasi.
Diminta :
a. Buatlah alokasi tahap pertama biaya overhead ke dalam pool biaya
aktivitas.
b. Hitunglah tarif aktivitas untuk pool biaya aktivitas.
c. Toko Hidup Baru merupakan salah satu pelanggan perusahaan,
tahun 2008 Toko Hidup Baru memesan 4 kali, untuk 80 mesin
jahit. Hitunglah biaya overhead untuk 80 mesin dengan jumlah 4
kali pesanan.
d. Harga jual per-unit mesin Rp. 675.000, biaya bahan langsung Rp.
210.000 per-unit, biaya tenaga kerja langsung Rp. 175.000 perunit. Berapa marjin untuk 80 unit mesin jahit yang dipesain Toko
25
Hidup Baru. Berapa jumlah keuntungan (profitabilitas) yang
diperoleh oleh perusahaan berdasarkan pesanan Toko Hidup Baru.
Penyelesaian :
Point a
Tabel 2.4
Alokasi Biaya Overhead ke dalam Pool Biaya Aktivitas
Jenis overhead
Pool aktivitas
Perakitan
Pemrosesan
Pelayanan
Lainnya
Total
Overhead Pabrik
Rp. 6.000.000
Rp. 4.200.000
Rp. 600.000
Rp. 1.200.000
Rp. 12.000.000
Overhead Pem & Adm
Rp.
840.000
Rp. 3.780.000
Rp. 2.100.000
Rp. 1.680.000
Rp. 8.400.000
Total
Rp. 6.840.000
Rp. 7.980.000
Rp. 2.700.000
Rp. 2.880.000
Rp. 20.400.000
Sumber : Bastian dan Nurlela
Point b
Tabel 2.5
Tarif Aktivitas Untuk Pool Biaya Aktivitas
Pool biaya aktivitas
Total biaya (a)
Total aktivitas (b)
Unit perakitan
Rp. 6.840.000
1000 unit
Pemrosesan pesanan
Rp. 7.980.000
250 pelanggan
Rp. 31.920
Pelayanan pelanggan
Rp. 2.700.000
10 pelanggan
Rp. 270.000
Sumber : Bastian dan Nurlela
Tarif aktivitas (a/b)
Rp.
6.840
26
Point c
Tabel 2.6
Biaya Overhead
Pool aktivitas
Total aktivitas (a)
Aktivitas (b)
Biaya ABC (axb)
Unit perakitan
Rp.
6.840
80 unit
Rp. 547.200
Pemrosesan pesanan
Rp. 31.920
4 kali
Rp. 127.680
Pelayanan pelanggan
Rp. 270.000
Tidak ada
Sumber : Bastian dan Nurlela
Point d
Tabel 2.7
Perhitungan Margin Produk
Penjualan: 80 unit x Rp. 675.000
Biaya:
Rp. 54.000.000
Bahan langsung: 80 unit x Rp. 210.000 = Rp.16.800.000
Tenaga kerja: 80 unit x Rp. 175.000
= Rp. 14.000.000
Overhead volume
= Rp.
547.200
Overhead pesanan
= Rp.
127.680
Rp. 31.474.880
Marjin produk
Rp. 22.525.120
Profitabilitas – dari Toko Hidup Baru
Marjin produk
Rp. 22.525.120
Overhead pelayanan
Rp.
Margin pelanggan
Sumber : Bastian dan Nurlela
270.000
Rp. 22.255.120
27
I. Manfaat Activity Based Costing
Menurut Bastian dan Nurlela (2009 : 29) manfaat yang diperoleh dalam
penerapan Activity Based Costing, antara lain :
1. Memberi kemudahan dalam pengambilan keputusan. Karena Activity
Based Costing menyediakan informasi biaya yang berhubungan
dengan berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk atau jasa
layanan, bagi manajemen akan memperoleh kemudahan dalam
mendapatkan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan.
2. Memperbaiki kualitas pengambilan keputusan. Para manajemen
puncak yang telah menerapkan Activity Based Costing, percaya
semakin akurat perhitungan biaya atau jasa layanan yang digunakan
Activity Based Costing, akan mengurangi kemungkinan kesalahan
dalam pengambilan keputusan.
3. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus
menerus. Banyak perusahaan berusaha untuk mengurangi biaya, guna
menawarkan produk atau jasa layanan beraneka yang diinginkan oleh
pelanggan.
J. Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing
Menurut Firdaus dan Wasilah ( 2009 : 331) kelebihan dari sistem
ABC adalah sebagai berikut :
1. Biaya produk yang akurat, baik pada industri manufaktur maupun
industri jasa lainnya khususnya jika memiliki proporsi biaya overhead
pabrik yang lebih besar.
28
2. Biaya ABC memberikan perhatian pada setiap aktivitas, sehingga
semakin banyak biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada objek
biayanya.
3. Sistem ABC mengakui bahwa aktivitas penyebab timbulnya biaya
sehinggang menejemen dapat menganalisis aktivitas dan proses
produksi tersebut dengn lebih baik (fokus pada aktivitas yang memiliki
nilai tambah) yang pada akhirnya dapat melakukan efisiensi dn
akhirnya menurunkan biaya.
4. Sistem ABC mengakui kompleksitas dari diversitas proses produksi
modern yang banyak berdasarkan transaksi (terutama dan perusahaan
jasa dan manufaktur bertekhnologi tinggi) dengan menggunakan
banyak pemicu biaya.
5. Sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variable yang terdapat
dalam biaya tidak langsung.
6. Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan
objek biaya. Baik itu proses, pelanggan.area tanggung jawab
manajerial, dan juga biaya produk.
Kelemahan activity based costing adalah :
1. Implementasi sistem Activity Based Costing ini belum dikenal dengan
baik, sehingga presentase penolakan terhadap sistem ini cukup besar.
2. Banyak dan sulitnya mendapat data yang dibutuhkan untuk
menerapkan sistem Activity Based Costing.
29
3. Masalah joint cost yang dihadapi sistem konvensional juga tidak dapat
teratasi dengan sistem ini.
4. Sistem Activity Based Costing melaporkan biaya dengan cara
pembebanan untuk suatu periode penuh dan tidak mempertimbangkan
untuk mengamortisasi longterm payback expense. Contohnya dalam
penelitian dan pengembangan, biaya pengembangan dan penelitian
yang cukup besar untuk periode yang disingkatkan akan ditelusuri ke
produk sehingga menyebabkan biaya produk yang terlalu besar.
K. Perbandingan Sistem Activity Based Costing dengan Sistem Biaya
Tradisional
Beberapa perbandingan antara sistem Activity Based Costing
(ABC) dan sistem biaya tradisional oleh Carter (2006 : 499) adalah
sebagai berikut :
1. Sistem perhitungan biaya tradisional memiliki karakteristik khusus,
yaitu dalam penggunaan ukuran yang berkaitan dengan volume atau
ukuran
tingkat
unit
secara
eksklusif
sebagai
dasar
untuk
mengalokasikan overhead ke output, sedangkan Activity Based Costing
mengharuskan penggunaan tempat penampungan overhead lebih dari
satu.
2. Jumlah tempat penampungan biaya overhead dan dasar alokasi
cenderung lebih banyak di sistem ABC, tetapi ini sebagian besar
disebabkan karena banyak sistem tradisional menggunakan satu tempat
30
penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk semua tempat
penampungan biaya.
3. Suatu perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional
adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat penampungan biaya.
ABC mengharuskan perhitungan tempat penampungan biaya suatu
aktivitas, maupun identifikasi suatu pemicu aktivitas untuk setiap
aktivitas yang signifikan dan mahal. Akibatnya, ada lebih banyak
kehati-hatian, paling tidak dalam membentuk tempat penampungan
biaya dalam sistem ABC dibandingkan dalam perhitungan biaya
tradisional.
4. Sistem Activity Based Costing adalah sistem perhitungan dua tahap. Di
tahap pertama sistem ABC, tempat penampungan biaya aktivitas
dibentuk ketika biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas
berdasarkan pemicu sumber daya. Di tahap kedua, biaya aktivitas
dialokasikan dari tempat penampungan biaya aktivitas ke produk atau
objek biaya final lainnya, sedangkan sistem tradisional bisa merupakan
sistem perhitungan
satu
atau
dua tahap.
Sistem tradisional
menggunakan dua tahap hanya apabila departemen atau pusat biaya
lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat biaya di tahap
pertama, dan kemudian biaya dialokasikan dari pusat biaya ke produk
di tahap kedua. Beberapa sistem tradisional hanya terdiri dari satu
tahap karena sistem tersebut tidak menggunakan pusat biaya yang
terpisah.
31
Tabel 2.8
Penelitian Terdahulu
NO
1.
2.
NAMA
PENELITI/
TAHUN
Wijayanti
(2011)
Pelo (2012)
JUDUL
Penerapan
ABC Sistem
Untuk
Menentukan
Harga Pokok
Produksi Pada
PT Industry
Sandang
Nusantara
Unit Patal
Secang
HASIL
PENELITIAN
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa dengan
diterapkannya
metode ABC
terjadi perbedaan
hasil harga
pokok produksi.
Hal ini
dikarenakan cost
driver yang
digunakan.
Sistem
tradisional hanya
menggunakan
satu cost driver
sedangkan
metode ABC
menggunakan
lebih dari satu
cost driver.
Penerapan
Penerapan
Activity
activity based
Based Costing costing dalam
penentuan tarif
dalam
penentuan
jasa rawat inap
pada Rumah
tarif jasa
Sakit umum
rawat inap
pada Rumah
daya di
Sakit Umum
Makassar dalam
Daya di
kesimpulan
Makasar
penelitian ini
dikatakan bahwa
berdasarkan hasil
perhitungan tarif
jasa rawat inap
dengan
menggunakan
activity based
costing system,
PERSAMAAN
PERBEDAAN
Persamaannya
adalah samasama
membandingkan
bagaimana harga
pokok produksi
sebelum dan
sesudah
menerapkan
metode Activity
Based Costing.
Terletak pada
objek penelitian.
Objek penelitian
oleh Wijayanti
adalah perusahaan
manufaktur
bergerak di bidang
produksi benang
tenun.
Persamaannya
adalah samasama
membandingkan
bagaimana harga
pokok produksi
sebelum dan
sesudah
menerapkan
metode Activity
Based Costing.
Terletak pada
objek penelitian.
Objek penelitian
oleh Pelo adalah
perusahaan jasa.
32
3.
dilakukan
melalui 2 tahap.
Tahap pertama
biaya ditelusuri
ke aktivitas yang
menimbulkan
biaya dan
kemudian tahap
kedua
membebankan
biaya aktivitas
ke produk.
Danang
Penerapan
Perhitungan HPP
(2013)
Activity
menggunakan
Based Costing sistem ABC
Untuk
memberikan
Menentukan
hasil yang lebih
Harga Pokok mahal dari
Produksi PT.
sistem
Celebes Mina tradisional.
Pratama
Sistem
tradisional
memberikan
perhitungan laba
yang lebih besar
dibandingkan
dengan sistem
ABC
dikarenakan
perhitungan
dengan sistem
tradisional hanya
menggunakan
satu cost driver
sehingga banyak
terjadi distorsi
biaya dan
menghasilkan
perhitungan laba
yang tidak
relevan.
Sumber : Jurnal dan Skripsi
Persamaannya
adalah samasama
membandingkan
bagaimana harga
pokok produksi
sebelum dan
sesudah
menerapkan
metode Activity
Based Costing.
Terletak pada
objek penelitian.
Objek penelitian
oleh Danang
adalah perusahaan
yang bergerak di
bidang perikanan
(pengolahan ikan
kayu)
Download