BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap bangsa yang besar atau kecil memiliki kerangka masa lalu yang merupakan
mata rantai proses keberadaanya. Ketika suatu bangsa ini menulusuri budaya dan
kearifan-kearifan lokal serta memperbincangkan ilmu-ilmu yang lain, suatu
masyarakat tidak serta mengabaikan masa lalu yang menyertai eksistensi bangsanya.
Pengetahuan masa lalu sangat penting untuk meletakan penilaian pada kondisi
tertentu, agar tidak mendapatkan klaim kebenaran dari individu atau kelompokkelompok masyarakat tertentu.
Masa lalu juga dapat memberi gambaran terhadap proses perkembangan manusia
dalam berinteraksi dengan alam dan lingkungan sosialnya. Meniadakan sejarah dapat
membuat kita kerdil terhadap realitas kelainan. Demikian dengan membincangkan
eksistensi suatu bangsa, dan khususnya daerah pemahaman tentang sejarah memiliki
posisi yang sangat penting. Dalam hal ini, kesadaran kolektif mengenai sejarah suatu
bangsa dapat mengambarkan suatu kualitas dan mempertegas identitas budaya dan
peradaban manusia itu sendiri. Persoalan identitas itu memiliki pengaruh yang
menegakan masyarakat yang terikat dalam suatu identitasa masyarakat buidaya
tertentu.
1
2
Pembentukan suatu Negara tidak lepas dari latar belakang Sejarah yang sangat
panjang. Latar belakang itu berupa kejayaan masa lalu kerajaan Sriwijaya dan
majapahit dan penjajahan oleh Bangsa Barat. Dalam periode kedatangan bangsa
Eropa, nusantara perlahan-lahan memasuki masa suram yang mengantarkan pada
masa penjajahan. Bangsa Eropa dengan sisti kolonialisme menanampakan pengaruh
yang tanpa disadari adalah politik untuk memperluas wilayah jajahanya. Pada ke 16
sampai 20 adalah masa-masa penjjahan yang diderita oleh masyarakat nusantara.
Seluruh kerajaan-kerajaan lokal hampir tidak berkutip melawan ekspansi politik yang
dilakukan oleh orang-orang eropa. Kedatangan bangsa barat dan orang eropa di
Indonesia merupakan buah dari perkembangan di Eropa, dimana dengan lahirnya
Revolusi Industry di Inggris sehingga berdampak pada perkembangan teknologi di
eropa sehingga memicu bangsa eropa untuk melakukan pelayaran dengan tujuan
untuk mencari kekayaan, memperluas wilayah jajahan dan menyebarkan agama.
Tidak hanya itu, kedatngan orang-orang Eropa
salah satunya karena ingin
mencari rempah-rempah bernilai penting baik sebagai bahan pengawet daging atau
keperluan industry yang lain, belanda berusaha sekuat tenaga untuk mencari rempah
– rempah di dunia timur. Belanda akhirnya mempelajari tehnik pelayaran dan pada
tahun 1595 belanda memulai ekspedisinya ke dunia timur dan sampai di nusantara
untuk menerapkan dan melaksanakan sistim politik yang ada di negarnya.
Pada abad ke 20 situasi politik berubah, dimana ada gerakan tanding yang
dilancarkan oleh Jepang. Gerakan tersebut berhasil mengusir beberapa bangsa Eropa
3
yang berkoloni di kawasan asia termasuk Indonesia. Lalu jepang berhasil dikalahkan
oleh sekutu dengan dihancurkanya kota Hiroshima dan Nagasaki yang menjadi
pertahanan tentara jepang dan pusat ekonomi. Kekalahan jepang atas sekutu member
peluang terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Walaupun demikinan dalam
upaya itu pro dan kontra antara kaum muda dan kaum tua dalam persepsi mengenai
proklamasi
kemerdekaan
agar
di
percepat
sehinggga
terjadi
peristiwa
Rengasdengklok yang menjadi sebab diproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah Revormasi dimulai sistim pemerintah berubah dari sentralistik menuju
desentralisasi. Perubahan itu menciptakan gelombang perubahan yang besar dimana
didaerah-daerah memunculkan keinginan untuk memekarkan diri menjadi daerah
yang otonom. Perjuangan pemekaran daerah-daerah salah satu dampak dari
kebebasan yang terpendam selam masa Orde Baru.
Gorontalo Utara merupakan salah satu daerah yang memekarkan diri dari
Kabupaten Gorontalo. Pemekaran ini dilatar belakangi oleh lebih mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat yang selama ini masih terkesan jauh dari pemerintah
induk sehingga berdampak pada pembangunan dan kesejahteran masyarakat yang
diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang Otonomi Daerah. Lahirnya undangUndang No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang mengatur
penyelenggaraan
Pemerintah
Daerah.
dengan
pemerintah
daerah,
dengan
mengutamakan pelaksanaan Asas Desentralisasi menuju perubahan Konstitusional
4
yang memperkuat gerakan sosial masyarakat didaerah untuk mendapatkan hak-hak
otonominya. Hal yang mendasar dalam UU No.22 tahun 1999 adalah mendorong
untuk pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, serta
meningkatkan peran masyarakat dan mengembangkan pungsi dari Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
Seiring dengan perkembangan konstitusi UndangUndang No.22 tahun 1999 dan
Undang-Undang No.32 tahun 2004 diangap kemudian tidak sesuai dengan
perkembangan perkembangan keadaan ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan
Otonomi daerah. Sehingga pada tanggal 2 januari 2007 Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono mengesahkan Undang – Undang No. 11 Tahun 2007 tentang Pemerintah
Daerah. Dengan demikian UU No 11 tahun 2007,dijadikan sebagai acuan dalam
Perjuangan Pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara di Provinsi Gorontalo.
Secara geografis wilayah Kabupaten Gorontalo Utara 75 persen merupakan
wilayah pesisir, dengan panjang garis pantai mencapai 320 kilometer persegi (Km2),
sekaligus merupakan garis pantai terpanjang di Provinsi Gorontalo yang berhadapan
dengan Samudera Pasifik dan 25 persen merupakan dataran rendah dan tinggi. Luas
kabutan ini 1.777.03 km2 dengan jumlah penduduk 125.477 (data 2011) dengan
tingkat kepadatan penduduk 70.61 jiwa /kilometer (data 2011).
Dengan dimekarkan Daerah ini pada tahun 2007 sehingga berdampak pada
kesejahteraan dan perekonomian rakyat yang merupakan amanat dari Otonomi
Daerah. Dilihat dariper kembanganya pertumbuhan perekonomian kabupaten
5
Gorontalo dari tahun ketahun mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dalam
pendapata asli daerah (PAD) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari
tahun 2009-2012 (BPS Kab. Gorontalo Utara), walaupun peningkatanya hanya
beberapa persen ini dikarenakan kabupaten ini adalah kabupaten yang termuda, di
Provinsi Gorontalo sehingga masih banyak yang perlu dibenahi, seperti perautaran
daerah (PERDA), dengan berbagai potensi-potensi yang ada di wilayah kabupaten
Gorontalo utara guna meningkatkan perekonomian daerah khususnya ekonomi
kerakyatan seperti halnya dengan moto dari Kabupaten Gorontalo, Gerakan
Pembanguna Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas).
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa penulusaran pertalian masyarakat dan
kebudayaan dalam dimensi ruang dan waktu sangat penting untuk menegaskan suatu
identitas suatu masyarakat. Seperti halnya Otonomi Daerah yang merupakan buah
dari sejarah dimana tumbangnya Sistim Orde Baru dan munculnya Demokrasi yang
dipicu oleh kemarahan mahasiswa pada tahun1998. Maka peneliti merasa perlu
mengkaji adanya hubungan antara masa lalu dan Gerakan Sosial Masyarakat dalam
memperjuangakan pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara di Provinsi Gorontalo
dengan formasi judul “Gorontalo Utara Abad XX”.
6
1.2 Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dan
menghindari terjadinya kerancuan dalam perinterprestasian, maka perlu pembatasan
masalah penelitian yang mencankup :
a. Scope Kajian
kajian disini menunjuk pada bidang atau yang akan dikaji adalah mengenai
sejarah kabupaten Gorontalo Utara, dalam hal ini penulis lebih memfokuskan
pada perkembangan kabupaten setelah dimekarkan.
b. Scope Spasial
Spasial dalam penelitian ini difokuskan di Kabupaten Gorontalo Utara karena
peneliti berasal dari daerah tersebut, sehingga merasa perlu untuk mengambil
bagian dalam usaha melestarikan dan menyajikan sejarah Gorontalo Utara
khusunya setelah dimekarkan menjadi satu kabupaten.
c. Scope Temporal
Secara temporal pembahasan dalam penelitian ini adalah pada abad XX
dengan demikian rentetan periode ini sudah respresentatif untuk ditelaah
secara ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian
adalah :
7
1. Bagaimanakah sejarah Kabupaten Gorontalo Utara?.
2. Bagaimanakah perkembangan (prestasi) Kabupaten Gorontalo Utara setelah di
mekarkan menjadi satu kabupaten?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan sejarah kabupaten Gorontalo Utara.
1.1 Mendeskripsikan perkembangan Kabupaten Gorontalo Utara setelah di
mekarkan menjadi satu kabupaten.
1.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumbangsi
pemikiran kepada masyarakat dan pemerintah daerah dalam rangka pelestarian
sejarah lokal dalam pembentukan kabupaten Gorontalo Utara.
1.3 Tinjauan Pustaka dan Sumber
Pengumpulan data dan sumber merupakan langkah yang pentin untuk
kelengkapan penyusunana historiografi nanti. Adanya sumber tentunya sangat
berpengaruh terhadap proses historiografi karena tidak mungki kita merekronstruksi
sebuah sejarah apabila bahan-bahanya (sumber) tidak tersedia. Kalaupun bisa
mungkin rekronstruksi itu tidak akan utuh dan kokoh. Pentingnya sebuah sumber ini
dibuktikan dengan metode penelitiaan sejarah yang menempatkanya pada tahap
pertama penelitian sejarah atau kita kenal dengan heuristik.
8
Pada penelitian sejarah ini, penulis menggali sumber dari : Hasanudin dan Basri
amin dalam buku Gorontalo Dalam Dinamika Sejarah Masa Kolonial (2012) buku
ini membahas mengenai wilayah Gorontalo pada masa Kolonial Hindia belanda dan
beberapa kerajaan yang terdapat di wilayah Gorontalo yang tergabung dalam
perserikatan lima kerajaan kecil yang membentuk satu sistim pemerintahan tersendiri.
kelima kerajaan tersebut antara lain kerajaan Gorontalo (hulondalo) Limboto (limutu)
bone-suwawa-bintauna, bulango, yang kemudian digantikan oleh Boalemo (baolemo)
dan terakhir Atinggola (andagile). Selain itu buku ini juga membahas masuknya
kolonial hindia-belanda dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat yang
berada di wilayah Gorontalo serta kebijakan-kebijakan politik yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial belanda khususnya dalam mengelolah hasil sumber daya alam
dengan mengunakan sistim Kulturstel atau kerja paksa yang mengakibatkan
terjadinya
perlawanan-perlawanan
yang
dilakukan
oleh
penduduk
pribumi
(Gorontalo) diantaranya perang panipi yang dipimpin oleh Bobihoe dan perlawan
yang dilakukan oleh olabu dan tamuu terhadap para pejabat tentara kolonial belanda
yang mengakibatkan terbunuhnya salah seorang pimpinan yang berna herman cristian
knappert yang berada di pertambangan soemalata (kecamatan sumalata sekarang)
pada tahun 1899.
Joni Apriyanto, dalam buku Sejarah Gorontalo Moderen Dari Hegemoni Kolonial
Ke Provinsi. 2012 buku ini memaparkan Gorontalo pada awal masa kolonial belanda
sampai pada awal Revormasi yang membahas kebijakan yang dilakukan kolonial
9
belanda salah satunya menerapkan sistim pemerintahan langsung, implikasi
pendidikan belanda terhadap pergerakan nasional di Gorontalo, bagaimana infasi
jerman terhdap dunia barat yang mengakibatkan menurunya kekuatan belanda, serta
terjadinya perlawanan yang dilakukan masyarakat pribumi hingga mundurnya
pasukan belanda. Bagaimana Gorontalo pada masa pendudukan militer Jepang (1942)
yang memanfaatkan isu bahwa tentara Jepang mengadakan infasi ke timur khusunya
Gorontalo dala rangka perang pasifik melawan amerika namun semua itu hanya palsu
yang kemudian Jepang menanamkan keuasaanya di Gorontalo (1942) dengan
mengubah sistim pemerintahan yang dilaksanakan oleh hindia-belanda dengan
mengubah nama dari satu wilayah seperti dari tigkat kecamatan, desa, dan kelurahan
digantikan nama ,syu (kotamadya), son (kecamatan), dan ku (kelurahan). Buku ini
juga membahas Gorontalo menjelang proklamasi dan awal kemerdekaan (1942-1945)
serta Gorontalo pada masa orde baru sampai reformasi yang kemudian bergerak
menuju terbentuknya Provinsi Gorontalo.
Arsip sejarah kecamatan Sumalata yang berisi peristiwa-peristiwa yang terjadi di
wilayah tersebut pada masa pemerintahan Raja Amai sampai pada masa kolonial
Hindia Belanda salah satunya membahas tokoh-tokoh yang memimpin di wilayah
sumalata serta perlawanan-perlawan yang terjadi di wilayah pertambangan emas
milik perusahaan belanda yang di awasi oleh seorang pejabat Belanda Herman
Cristian Cnapert
10
Arsip pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo Utara berupa buku-buku yang
dikeluarkan oleh instansi pemerintah antara lain, BAPPEDA dan badan pusat statistik
(BPS) Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2008-2013 yang didalmnya berisi
Kabupaten
Gorontalo dalam angka yang membahas mengenai
kondisi sosial
ekonomi, serta kemajuannya dalam berbagai bidang seperti, perekonomian, ketenag
kerjaan dan lain-lain, yang disajikan dalam bentuk uraian, tabel serta angka untuk
mengukur kemajmuan dan perkembangan yang sudah di capai oleh pemerintah
Kabupaten Gorontalo Utara yang dikeluarkan setiap tahun.
Budi Winarno, 2013 dengan judul Etika Pembangunan buku ini berisi berbagai
masalah dan solusi dalam pembangunan berkelanjutan kedepan yang dipengaruhi
oleh globalisasi. Pembangunan berkelanjutan suatu negara, serta yang terjadi di
berbagai daerah khusunya yang berada di indonesia dengan di keluarkanya undangundang otonomi daerah paskah revormasi dalam buku ini juga menyajikan beberapa
daerah yang sukses maupun yang gagal akibat dari kebijakan yang dilakukan oleh
seorang pemimpin daerah salah satunya kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
fadel mohamad untuk mendorong perekonomian Provinsi Gorontalo melalui
pembudidayaan jagunng untuk di ekspor ke luar negri yang membawa dampak bagi
kesejahteraan masyarakat Gorontalo.
Beberapa sumber lain diantaranya : Buku keluarga Blongkod-Pulumoduyo dari
bapak Syafrudin Pulumoduyo, 2004 yang berisi mengenai kerajaan Atinggola serta
silsilah keluarga dari Raja Atinggol (Gobel Blongkod), yang memaparkan keluruhan
11
dari seorang putri bangsawan kerajaan yaitu nenek Jubalo Blongkod yang dalam
kehidupanya dikenal orang yang memilki kelebihan.
1.6.1 Pengertian Sejarah
Terkadang orang mengatakan bahwa cerita rakyat merupakan sejarah. Namun
harus ditegaskan bahwa tidak semua cerita adalah sejarah. Sejarah memiliki aturan
main sendiri yang harus dipenuhi agar suatu cerita dapat dikategorikan sebagai cerita
sejarah untuk itu dibawa ini akan dijelaskan mengenai pengertian sejarah.
Secara etimologi sejarah berasal dari bahasa arab”syajarah” yang berarti
pohon. Syajarah an naab berarti pohon, silsilah, pohon keturunan, asal usul,nain
unohdang (2006:1). Menurut munawar (dalam darwin, 2008:9), kata sejarah dalam
bahasa arab sama dengan kata”tarikh” artinya keterangan hal ikhwal tentang umat
manusia dalam segala sesuatu yang terjadi dikalangan pada masa lampau atau yang
masih ada.
Istilah sejarah berarti peristiwa, kejadian atau apa yang telah terjadi dimasa
lampau. Dalam bahasa jerman, sejarah sama artinya dengan geschichte, yang berasal
dari kata geschehen, yang berarti pula hal-hal yang telah terjadi atau kejadian (dalam
daliman:1)
Sedangkan menurut Louis Golchalk (dalam Darwin, 2008:10) istilah sejarah
sebagai ilmu memiliki kesamaan arti kata seperti istilah”history) dalam bahasa inggri
geschidenis dalam bahasa belanda dan bahasa jerman disebut geshichete, lebih lanjut
12
dikatakan bahwa kata history merupakan definisi paling umum yang berarti masa
lampau umat manusia.
Budiono dalam kamus bahasa Indonesia (2005:449) mengatakan sejarah
sebagai istilah asal usul keturunan, kejadian dan peristiwa yang benar -benar erjadi
pada masa lampau. Sedangkan ilmu sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-banar terjadi pada masa
lampau.
Menurut Nugroho Notosusanto 1971 (dalam Darwin:5) pengertian sejarah
terdiri dari dua arti,(1) sejarah sebagai peristiwa-peristiwa masa lampau,(2) sejarah
sebagai kisah dari pada peristiwa-perisiwa itu. Pada hakekaktnya sejarah dala
pengertian pertama ini tidak mungkin terjadi dan dapat diamati lagi. Dalam pengertia
yang ke dua sejarah sebagai kisah, hal ini yang dapat disaksikan karena merupakan
hasil cipta dari oran yang menulisnya yakni sejarawan.
R. Muh. Ali 1961 (dalam darwin:4) mengemukakan pendapatnya bahwa
sejarah adalah (1) keseluruhan perubahan-perubahan kejadian- kejadian yang terjadi
di sekitar kita (2) cerita tentang perbahan-perubahan tersebut (3) ilmu yang
menyelidiki perubahan-perubahan yang benar-benar terjadi pada masa lapau.
Menurut Sidi Gazalba,1966 (dalam Darwin:123) bahwa sejarah adalah
gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai mhluk sosial yang
disusun secara ilmiah dan lenkap, meliputi fakta masa tersebut dengan tafsiran dan
13
penjelasan yang memberi pengertian dan kepamahaman tentang apa yang telah
berlalu.
Sejarah merupakan peristiwa yang benar benar terjadi dimasa lalu yang yang
mengambarkan kehidupan masa lalu umat manusia sesuai dengan fakta pada masa itu
yang disusun secara ilmiah.
1.6.2 Teori Gerakan Aksi Sosial
Perubahan masyarakat dalam waktu menunjukan adanya Gerakan Sosial pada
masyarakat itu sendiri dalam menentukan arah perkembanganya. Gerakan aksi sosial
dapat terjadi karena seperti yang dikatakan oleh Karl Marx (dalam Darsono, 2006 :
78)) adanya perjuangan kelas. Marx membagi dua kelas menjadi yang didasarkan
pada pemilikan alat – alat produksi. Pada prosesnya kedua kelas sosial ini akan saling
berbenturan karena perbeadan kepentingan. Misalnya seorang buruh yang bekerja
pada perusahaan membutuhkan upah yang tinggi, sementara pemilik perusahaan
menginginkan keuntunka yang besar. Tentunya pemilik perusahaan akan mengurangi
pengeluaran dala proses prduksi, termasuk gaji buruh. Perbedaan ini akan
meyebabpka perli darawanan dari kaum buruh dan akan dimenangkan kaum buruh
dan akan melahirkan sintesis yakni masyarakat tanpa kelas.
Menurut Marx hak milik pribadi juga mengasnkan majikan dari haikatnya
majikan pun tidak mapu mengembangkan diri sebagi manusia. Ia hanya secara pasif
menikmati hasil kerja orang lain, pada hal disini marx mengikuti aristoteles bahwa
14
nimat pasif saja tidak mengabangkan manusia. Hanya majikan mengalami sudut
keterasingan.
Gerakan aksi sosial juga dikenal juga disebut dengan aksi sosial yakni suatu
gerak perlawanan, merupakan bagian revolusi atau tahap suatu revolusi (darsono
2006) dan melanjutkan sifat-sifat aksi yakni:
a. Aksi dapat bersifat politik, ekonomi dan sosial.
b. Aksi juga dapat bersifat nasional dan lokal (kedaerahan)
c. Aksi dapat bersipat bersama-sama atau sendiri
d. Aksi dapat bersipat koordinasi atau terpisah-pisah.
e. Aksi dapat bersipat meluas atau sporadis.
Aksi lahir dari kandungan hidupan sosial yang penuh konflik, baik konlik
ekonomi, sosial, maupun politik. Dalam kamus bahasa indonesia aksi dapat diartikan
sebagai gerakan perkplan plitik, tindakan, sikap gerak gerik yang dibuat dan beraksi
berarti bergerak melakukan sesuatu atau tingkah laku yang dibuat – buat.
Steger (dalam Idris 2010:35) untuk skala negara yang lebih luas,
memperlihatkan kebohongan-keboongan besar dibalik janji-janji manis kemakmuran,
kesejahteraan keadailan yang ditawarkan oleh negara – negara besar kepada negara
dunia ke tiga. Sekalipun hebatnya perlawanan wacana mengenai ideologi dari kaum
globalis dan para pendukungnya yang berjuan untuk memberikan kesadaran semua,
15
tidak dapat menyembunyikan kenyataan kenyataan bahwa telah lahir begitu banyak
penentangnya yaitu kaum anti globalis dan pendukungya.
Darsono (2006: 160) mengatakan dalam melakukan aksi, terdapat dua pikiran
yaitu pikaran pragmatis dan pemikiran Revolusioner. Pada pemkran prakmatis
melakukan aksi harus menang, jika diperhitungkan tidak menang maka tidak perlu
melakukan aksi, pikiran yang demikian ini adalh pemikiran yang salah, karena jika
tidak pernah melakukan aksi maka tidak akan terjadi Revolusi. Sedangkan pikiran
Revolusioner, melakukan aksi adalah suatu keharusan, menag atau kalah aksi harus
dilakukan, sebab aksi merupakan latihan untuk mengadakan revolusi.
Dari penjelasan diatas telah dijelaskan mengenai teori sejarah dan teori
identitas setidaknya telah terbentuk gambaran mengenai teori-teori itu yang pada
kenyataanya adalah komponen yang saling mempengaruhi. Hubungan itu dapat
dilihat pada keterkaitan manusia dala waktu yang senaniasa berkembang sehinga
melahirkan endapan budaya sebagai identitas masyarakat tertentu.
1.6.3 Teori Identitas sosial
Tajfel dan Turner 1979 (dalam Matt Jarvis :184) menyatakan banyak prilaku
sosial kita yang bisa dijelaskan kecenderungan kita untuk mengidentifikasikan diri
kita sebagai bagian dari kelomok itu atau bukan. Artinya, kita membuat penilaian
tegas tentang orang lain sebagai bagian dari diri kita atau bagian dari mereka.
Walaupun bentuk kelompok yang kita angap sebagai keompok kita akan sangat
16
beragam menurut pengalaman pribadi dan kebdayaan yang kita tempati,
kecenderunan mengangap diri kita sebagai bagian dari suatu atau beberapa kelompok
bersifat universal.
Lebih lanjut Tajfel dan Turner mengemukakan 3 proses
kognitif dalam
menilai orang lain sebagai golongan kita atau mereka. Ketiga proses tersebut
berlangsung menurut urutan tertentu seperti pengelompokan sosial, identifikasi sosial
dan perbandingan sosial.
Wetheral, 1997 (dalam Matt Jarfis : 187)
sebagian orang memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk mendukung elomponya sendiri melebihi
kelompok luar, tergantung pada kepribadian masing – masing penelitian lintas
budaya juga memperlihatkan bahwa tidak semua kebudayaan menunjukan
kecenderungan yang sama untuk mendukung kelompoknya sendiri seperti yang
terjadi di eropa dan amerika.
Menurut Buat Fromm 1947 Identitas diri dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan dari identitas sosial seseorang dalam konteks komunitasnya. Selain
mahkluk individual yang membangun identitas dirinya berdasarkan konsep atau
gambaran dan cita-cita diri ideal yang secara sadar dan bebas dipilih, manusia
sekaligus juga mahkluk sosial yang dalam membangun identitas dirinya tidak dapat
melepaskan diri dari norma yang mengikat semua warga masyarakat tempat ia hidup
17
dan peran sosial yang diembannya dalam masyarakat tersebut.(http idhamyasha:
,blogspot.com teori identitas sosial html)
Erikson (1989) membedakan dua macam identitas, yakni identitas pribadi dan
identitas ego. Identitas pribadi seseorang berpangkal pada pengalaman lansung bahwa
selama perjalanan waktu yang telah lewat, kendati mengalami berbagai perubahan, ia
tetap tinggal sebagai pribadi yang sama. Identitas pribadi baru dapat disebut identitas
Ego kalau identitas itu disertai dengan kualitas eksistensial sebagai subyek yang
otonom yang mampu menyelesaikan konflik-konflik di dalam batinnya sendiri serta
masyarakatnya. Menurut erikson, proses pembentukan identitas berlangsung secara
pelan-pelan dan pada awalnya terjadi secara tak sadar dalam inti diri individu. Proses
pembentukan identitas yang berangsur-angsur itu sebenarnya sudah dimulai pada
periode pertama, yakni periode kepercayaan dasar lawan kecurigaan dasar.
Menurut Sarben & Allen (1968), identitas sosial juga berfungsi sebagai
pengacu keberadaan posisi seseorang berada di mana dia. Berada di tingkatan mana
kita berada, posisi seperti apa saja yang keberadaannya sama dengan kita dan mana
juga yang berbeda. Teori identitas sosial melihat bahwa suatu identitas sosial
selalumengklarifikasikan dirinya melalui perbandingan, tapi secara umumnya,
perbandigannya adalah antara in-groups dan out-groups. In-groups biasanya secara
stereotype positif sifatnya, selalu lebih baik dibandingkan out-groups. (http
idhamyasha: ,blogspot.com teori identitas sosial html)
18
1.6.4 Mobilitas Sosial
Teori mobilitas, dimana sumber daya menguasai lapangan ketika ia
mengalahkan teori psikologi sosial dan teori perpecahan, teori gerakan sosial baru
dan teori mobilitas sumber daya atau pendekatan eropa dan amerika atu sama lain
saling bertanding. Teori. Teori proses-proses politik mengambil alih lapangan dan
psikologi sosial kembali ke pusat perhatian ketika pendekatan kontruksi sosial mulai
mmendapatkan perhatian. Theori bashing menjadi praktik umum didalam literatur
gerakan dan mulai mempertanyakan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada
kenyataan gerakan sosial bisa dipicu oleh ketidak puasan yang timbul belum lama
berselang, oleh sumber daya yang tersedia, oleh peluang yang berubah, dan oleh
rekrontruksi sosial tetang makna. Tetapi, dengan mengabaikan semua itu, pertanyaan
tentang individu yang mencoba mengukur situasinya kemudian memutuskan untuk
berpatisipasi atau tidak, masih tetap relevan. Jadi, selalu ada kebutuhan penjelasan
psikologi sosial tentang protes. Artinya, masih harus ditetapkan bagaimana psikologi
sosial dapat dihubungkan dengan teori-teori tentang gerakan sosial.
Pendekatan teoritis yang berbeda-beda dalam gerakan sosial memiliki 4 faktor
pendekatan yaitu:
1. Ketidak puasan
2. Sumber Daya
3. Peluang Politis
19
4. Proses-proses konstruksi pemaknaan
1.6.5 Teori Perubahan Sosial
Para ahli Filsafat Sejarah, Ekonomi, dan para Sosiologi telah mencoba untuk
merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan sosail. banyak yang
berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan gejala
yang wajar timbul dari pergaulan hidup manusia (Soekanto, 1983 hal:305)
Pitirim A.Sorokin 1928 (dalam Soekanto,1982 hal:305) berpendapat bahwa
segenap usaha untuk mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu
dan menetap dalam perubahan – perubahan sosial, tidak akan berhasil baik. dia
meragukan kebenaran akan danya lingkaran – lingkaran perubahan sosial tersebut.
akan tetapi perubahan sosial tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa
lingkaran terjadinya gjala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut
barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi.
Gerth dan Mills (dalam Soekanto, 1982) mengasumsikan beberapa hal,
misalnya perihal pribadi-pribadi sebagai pelopor perubahan, dan faktor material serta
spiritual yang menyebabkan terjadinya perubahan. Lebih lanjut menurut Soekanto,
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan adalah:
a. Keinginan-keinginan secara sadar dan keputusan secara pribadi.
b. Sikap-sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang berubah.
c. Perubahan struktural dan halangan struktural.
20
d. Pengaruh-pengaruh eksternal.
e. Pribadi-pribadi kelompok yang menonjol.
f. Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu.
g. Peristiwa-peristiwa tertentu.
h. Munculnya tujuan bersama.
Perubahan sosial selalu mendapat dukungan/dorongan dan hambatan dari
berbagai faktor. Soekanto 1982:326) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
jalanya proses Perubahan Sosial faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
a. Kontak dengan kebudayaan lain, salah satu proses yang menyangkut dalam hal ini
adalah difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari
perorangan kepada perorangan lain, dan dari masyarakat kepada masyarakat lain.
Dengan difusi, suatu inovasi baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat
disebarkan kepada masyarakat luas di dunia sebgai tanda kemajuan.
b. Sistem pendidikan formal yang maju, pendidikan mengajarkan kepada individu
aneka macam kemampuan. pendidikan memberikan nlai -nilai tertentu bagia manusia,
terutama dalam membua pikiranya serta menerima hal – hal baru dan juga bgaimana
cara berpikir ilmiah.
c. Sikap Menghargai Hasil Karya Dan Keinginan-Keinginan Untuk Maju, apabila
siskap tersebut melembaga dalam masyarakat, maka masyarakat akan meruapakan
pendorong bagi usaha – usaha penemuan baru.
d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation), yang bukan
merupakan delik.
21
e. Sistem Terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat (Open Stratification). Sistem
terbuka memungkinkan adanya gerakan mobilitas sosial vertikal secara luas yang
berarti memberi kesempatan perorangan untuk maju atas dasar kemampuankemampuanya.
f. Penduduk Yang Heterogen ,Masyarakat-masyarakat yang terdiri dari kelompokkelompok sosial yang memiliki latar belakang, ras, dan ideologi yang berbeda
mempermudahkan terjadinya kegoncangan yang mendorong terjadinya proses
perubahan.
Perubahan dari aspek sosial merupakan suatu proses perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat yang meliputi, aspek kehidupan sosial, interaksi sosial, status
sosial dan tindakan sosial lainnya. Perubahan kendatinya terjadi karena adanya
perubahan sikap dan perasaan bahwa ingin merubah struktur yang sudah ada menjadi
lebih baik lagi.
g. Ketidak Puasan Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu,
ketidakpuasan
yang
berlangsung
terlalu
lama
dalam
sebuah
masyarakat
berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.
h. Orientasi Ke Masa Depan.
i. Nilai-nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki
hidupnya.
22
1.6.6 Otonomi Daerah dan Desentralisasi
a. Otonomi Daerah
Berbicara masalah Otonomi tidak lepas dari konsep Desentralisasi, karena
Otonomi merupakan salah satu perwujudan dari Desentralisasi. Antara Desentralisasi
dan Otonomi Daerah memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan
Otonomi atau autonomy berasal dari bahsa Yunani, auto yang berarti sendiri dan
nmous yang berarti hukum atau peraturan. dengan demikian Otonomi adalah
pemerintah yang mampu menyelengarakan pemerintahan, yang dituangkan dalam
peraturan sendiri sesuai dengan aspirasi masyarakatnya. Sarundajang,2000 (dalam
Rosidin 2010:85).
Dwidjowijoto 2000, (Rosidin 2010:85) mengartikan bahwa Otonomi daerah
sebagai hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturn perundng – undangan yang berlaku. secara
prinsipil terdapat dua hal yang tercakup dalam otonomi, yaitu hak wewenang untuk
meanejemi daerah, dan tangung jawab terhadap kegagalan dalam memanejemi
daeranya tersebut. adapun daerh dalam arti Local State Govvernment adalah
pemerintah di daerah yang merupakan kepanjangan tangan dari daerah pusat.
Sedangkan Rasyid (1997), mengemukakan bahwa Istilah otonomi daerah
lebih cenderung pada political aspect (aspek politik kekuasaan negara), sedangkan
desentralisasi lebih cenderung pada administrative aspect (aspek administrasi negara).
23
Namun demikian dilihat dari konteks sharing of power (berbagi kekuasaan), dalam
prakteknya dilapangan; kedua istilah tersebut mempunyai karakteristik yang erat dan
tidak dapat dipisahkan. Artinya jika berbicara mengenai otonomi daerah, tentu akan
menyangkut pernyataan seberapa besar wewenang untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang telah diberikan sebagai wewenang rumah tangga daerah.
lebih lanjut Rasyid (1997), menyatakan bahwa : Otonomi Daerah bukanlah
merupakan hak dari masyarakat dan pemerintah daerah, melainkan kewajiban daerah
dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional. Jadi pada hakekatnya otonomi
daerah itu lebih merupakan kewajiban daripada hak, yaitu kewajiban daerah untuk
ikut
melancarkan
jalannya
pembangunan
sebagai
sarana
untuk
mencapai
kesejahteraan rakyat yang harus diterima dan dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab.
Pendapat tersebut sejalan dengan pengertian otonomi daerah menurut
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa Otonomi Daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
Dari beberapa pendapat diatas bahwa Otonomi merupakan kewajiban dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengurus sendiri rumah tangganya
dengan tujuan mendorong untuk pemberdayaan masyarakat menumbhkan prakarsa
24
dan kreatifitas, serta meningkatkan peran masyarakat setempat dan mengembangkan
peran dan pungsai DPRD sesuai denga peraturan perundang-undangan.
b. Desentralisasi
Desntralisasi adalah suatu istilah yang luas dan selalau manyangkut persoalan
kekuatan (power), basanya dihubungkan dengan pendelegasian atau penyerahan
wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabatnya di daerah atau kepada lembaga lembaga pemerintah daerah untuk menjalnkan urusan-urusan pemerintah didaerah,
Ibid (dalam Rosidin 2010:86).
Sedangkan menurut Sarundajang dalam Encyclopedia Of The Social Scinces,
menjelaskan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari tingkat
pemerintah yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah, baik yang
menyangkut bidang legislatif, yudikatif, maupun administratif. dalam ensiklopedia
tersebut, bahwa desentralisasi merupakan kebalikan dari sentralisasi sebab istilah ini
secara umum lebih lebih diartikan sebagai pendeglasian dari atasan ke bawahanya
untuk melakukan suatu tindakan atas nama atasnya tanpa melepaskan wewenang dan
tanggung jawabnya.
Pendapat tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
pasal 1 ayat (7) bawa Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistim negara kesatuan Repoblik Indonesia. dengan demikian,
25
wewenang pemerintahan tersebut adalah wewenang yang diserahkan oleh pemerintah
pusat saja, sedangkan pemerintah daerah hanya melaksanakan wewenang yang diberi
oleh pemerintah pusat sesuai dengan aspirasi masyarakat daerahnya, walaupun
sebenarnya daerah diberikan kewenangna
untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya secara luas, nyata, dan bertanggung jawab.
kewenangan daerah ini mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan yang dikecualikan dalam Undang-Undng No. 32
Tahun 2004 ini, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (3), yaitu kewenangan dalam
bidang politik luar negri, pertahana dan keamanan , yustisi, moneter, dan fiskal
nasional, dan agama. tujuan utama dari desentralisasi antara lain:
1. tujuan politik, yang ditujukan untuk menyalurkan partisipasi politik di tingkat
daerah untuk terujudnya stabilitas politik nasional;
2. tujuan ekonomis, yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa pembangunan
akan dilaksanakan secara efektif dan efisien di daerah-daerah dalam ranka
meujudkan kesejahteraan sosial.
1.6.7 Dasar Hukum Otonomi Daerah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000
Peraturan pemerintahan Nomor 129 tahun 2000 tentang persyaratan
pembentukan dan kriteria pemekaran , penghapusan dan penggabungan daerah
26
menjelaskan bab 1 ketententuan umum pasal 1 menjaelaskan dalam peraturan
pemerintahan ini yang dimaksud dengan
1. Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturanperundang undangan
2. Daerah Ototnom selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas daerah teryentu yang berwenag mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan repoblik
indonsia.
3. Pembentukan Daerah adalah pemberian status pada Wilayah yang tertentu
sebagai daerah Provinsi , Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
4. Pemekaran Daerah dalah pemecahan Daerah Provinsi daerah kabupaten dan
daerah kota menjadi lebih dari satu daerah.
5. Penghapusan Daerah adalah pencabutan status sebagai Daerah Provinsi
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
6. Penggabungan Daerah adalah penyatuan Daerah yang dihapus kepada Daerah
lain.
7. Dewan petimbangan Otonomi Daerah adalah adalah forum konsultasi
Otonomi Daerah ditingkat pusat yang bertangung jawab kepada Presiden.
27
Tujuan pemekaran daerah dijelaskan dalam Bab 2 tentang tujuan pasal 2
menjelaskan, pembentukan, pemekaran penghapusan dan pemkaran dan pengabungan
daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat dengan melalui
peningkatan pelayanan kepada masyarakat , percepatan pertumbuhan kehdupan
demokrasi, percepatan pelaksana pembangunan perekonomian daerah, percepatan
pengelolaan potensi daerah peningkatan keamanan dan ketertiban peningkatan
hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah. Pada Bab III tentang syarat – sayarat
pembentukan Daerah dijelaskan dalam pasal 3 bahwa Daerah dibentuk berdasarkan
syarat – syarat sebagai berikut: (a). Kemampuan Ekonomi, (b) Potensi Daerah,(c)
Sosial Budaya (d),Sosial Politik (e),Jumlah Penduduk, (f) Luas Daerah dan (g)
Pertimbangan lain – lain yang memungkinkan terselengaranya Otonomi Daerah.
Pasal 4 kemampuan Ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a
merupakan cerminan hasil kegiatan usaha perekonomian yang berlangsng disuatu
Daerah Provinsi Kabupaten/Kota yang dapat diukur dari Produk Domestik Regional
Bruto( PDRB) dan penerimaan.
Pasal 5 potensi daerah sebgaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf b, merupakan
cerminana berdirinya sumber daya yang dapat dimanfaatkan dan memberikan
subangan terhdap penerimaan Daerah dan kesejahtraan rakyat yang dapat diukur dari
:a) Lembanga Keuangan, b) Sarana Ekonomi, c) Sarana Pendidiakn, d) Sarana
Kesehatan e) Sarana Transportassi dan Komunikasi, f) Sarana Pariwisata dan g)
Ketenagakerjaan.
28
Pasal 6 Sosial Budaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c merupkan
cerminan yang berkaitan dengan struktur Sosial dan pola Budaya Masyarakat, kondisi
masyarakat Sosial Budaya yang dapat diukur dari : a) Tempat Peribadatan, b) Tempat
Kegiatan Institusi Sosial Budaya, c) Sarana Olahraga.
Pasal 7 Sosial Politik sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf d, merupakan
cerminan kondisi Sosial Politik masyarakat yang dapat diukur dari a) Partisipsi
Masyarakat dalam Berpolitik, b) Organisasi Kemasyarakatan. Pasal 8 tentang Jumlah
Penduduk sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf e, merupakan jumlah tertentu
pendududuk suatu Daerah. Pasal 9 tentang Luas Daerah sebagamana dimaksud dalam
pasal 3 huruf f, merupakan Luas teretentu suatu Daerah.
Pada pasal 10 tentang pertimbangan lain sebgaiaman dimaksud dalam pasal 3
huruf g, merupakan pertimbangan untuk terselenggaranya Otonomi Daerah yang
dapat diukur dari: a) Kamanan dan Ketertiban, b) Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Pemerintahan, c) Rentang Kendali, d) Provinsi yang akan dibentuk minimal terdiri
dari 3 (tiga) Kabupaten dan atau Kota, e) Kabupaten yang akan dibentuk minimal
terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan , f) Kota yang akan dibetuk minimal terdiri telah dari 3
(tiga) Kecamatan (dalam www.hukumonline.com) diakses pada 3 maret 2013.
Menimbang
a. Bahwa untuk memacu perkembanngan dan kemajuan Provinsi Gorontalo dan
umumnnya dan Kabupaten Gorontalo pada khususnya, serta adanya aspirasi
29
yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan
penyelengaraan Pemeritahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan
publik guna mempercepat terujudnya kesejahteraan masyarakat;
b. Bahwa dengan memperhatikan keampuan Ekonomi, Potensi Daerah, Luas
Wilayah, Kependudukan dan Pertimbangan dari aspek Sosial Politik, Sosial
Budaya, Pertahanan dan Keamanan serta meningkatnya beban tugas serta
volume kerja dibidang Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan di
Kabupaten Gorontalo, dipandang perlu membentuk Kabupaten Gorontalo
Utara di wilayah Provinsi Gorontalo;
c. Bahwa pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara diharapkan akan dapat
mendorong peningkatan pelayanan dibidang Pemerintahan, Pembangunan,
dan Kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan
potensi Daerah;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf A, B,
dan huruf C, perlu membentuk undang – undang tentang pembentukan
Kabupaten Gorontalo Utara Di Provinsi Gorontalo.\
b. Undang – Undang No 32 tahun 2004
Sesuai Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (UU
No 32 thaun 2004) defenisi Otonomi Daerah sebagai berikut “Otonomi Daerah adalah
hak wewenang dan kewajiban Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.
30
Undang-Undang No 32 tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom
sebagai berikut: daerah otonom slanjutnya disebut daerah adalah kestuan masyarakt
hukum yang mempunyai batas-batas wilaya yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintah dan epentingan masyarakat setempat menurut prakarasa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistim negara kesatuan repoblik indonesia
(untuk lebih jelsnya dapat dilihat pada situs http:scrib.com/doc/1947otonomi daerah
Otonomi daerah berpijak pada dasar perundang-undangan yang kuat yakini:
undang-undang dasar. Sebagaiman telah disebut diatas Undag-Undag dasar 1945
merupakan landasan yang kuat untuk menjalankan otonomi darah. pasal 18 uud
menyebutkan adanya pembaian pengelolaan peemrntah pusat dan daerah .
pemberlakuan sistim otonomi daerah merupakan amanat yang diberikan oleh undangundang dasr negara Repoblik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) amanemen ke dua
tahun 2000 untuk dilaksankan berdasarkan undang-undang yang dibentuk khusus
untuk mengatur pemerintah daerah. uud 1945 paska amandemen itu mencantumkan
permasalahan pemerintah daerah dalam bab VI, yaitu Pasl 18, pasal 18 a, dan Pasal
18 b. Sistim Otonomi Daerah sendiri tertulis secara umm dalam pasal 18 untuk diatur
lebih lanjut oleh Undang-Undang.
1.6.8 Teori Prestasi
Banyak orang yang mengejar prestasi di segala bidang, mereka menilai
kemampuan seseorang dari piala, penghargaan atas prestasi yang telah diraihnya.. tapi
apakah kita sudah mengerti apa sebenarnya hakikat dari pengertian prestasi itu
31
sendiri,, jika kita membahas tentang pengertian prestasi maka banyak orang yang
mengemukakan pendapatnya tentang prengertian prestasi, baik dalam bidang belajar
atau pun bidang lain, Jika berdasarkan istilah atau tata bahasa yang benar atau EYD
atau Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186) “ Pengertian Definisi
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.(
http:// Definisi dan Pengertian.prestasi Wordpress.com diakses tanggal 18/04/2013)
Menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar prestasi adalah apa yang telah dapat
diciptakan hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan cara
keuletan kerja. Prestasi dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan manusia karena
sepasang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan
masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang
bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.Prestasi
meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan
proses belajar siswa yang bersangkutan.(http://definisi dan pengertian prestasi
wordpress.com) diakses tanggal 18/04/2013
Sedangkan Menurut Sardiman A.M (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan
nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik
dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”.
32
Sedangkan pengertian prestasi menurut A. Tabrani (1991:22) “Prestasi adalah
kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan atau
usaha”.
Dari penjelasan diatas bahwa Prestasi merupakan bukti usaha yang telah
dicapai oleh suatu individu, kelompok yang diciptakan melalui hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan cara keuletan kerja baik dibidang
pembelajaran maupun pembangunan untuk kemajuan daerahnya guna menjadikan
manusia (masyarakat) lebih sejahtera.
1.7 Metodologi Penulisan Sejarah
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penyusunan ini menggunakan langkahlangkah rekronstruksi metodologis yang bedasarkan metodologi penelitian sejarah.
Dengan penulisan relevansi sejarah gorontalo utara dan perkembanganya setelah
dimekarkan menjadi satu kabupaten. Hal ini dianggap perlu menjaga dan
melestarikan sebuah peristiwa yang terjadi di masa tersebut diantaranya peristiwa
seputar kerajaan-kerajaan kecil (kerajaan Atinggola) dan masuknya kolonial serta
perkembangan kabupaten Gorontalo Utara.
Penulisan sejarah yang valid maka fakta atau bukti sejarah yang sangat perlu
sebagai acuan penulis dalam menuliskan setiap peristiwa yang terjadi. Karena fakta
merupakan landasan dari objek terhadap suatu peristiwa sejarah dan peristiwa sejarah
33
tersebut tidak menjdi sebuah tulisan yang menjurus pada kontroversial. Untuk
mencapai fktual tersebut maka fakta sejarah harus mempuyai konsep dan generalisasi
yang dapat dibuktikan.
Manusia dalam dimensi waktu, selalu memberikan sisi misteriusnya yang sulit
untuk dijelaskan secara ilmiah. Aspek pemikiran manusia dalam hal inovasi memang
terus mengalami perkembangan yang signifikan sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong lahirnya gerak sejarah. Munculnya
sebuah peradaban dalam realitas historis telah membantu kehidupan masa kini
bahkan di masa depan. Sejarah dijadikan sebagai sebuah alur pijakan dalam
merevitalisasi setiap aspek internal dalam struktur sosial umat manusia
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian
sejarah. Sebagaimana penelitian sejarah memiliki patokan, kaidah dan tahapantahapan yag harus dilalui oleh seorang peneliti sehingga dapat menghasilkan sebuah
karya sejarah yang kebenaranya dapat dipertangungjawabapkan.
Kuntowijoyo (2005:95) menerangkan bahwa kesimpulan sejarah didasarkan
dengan empat tahapan, heuristik atau pengumpulan data sejarah yang betul-betul
valid dan otentik yang kemudia terbagi dalam bentuk data primer dan sekunder.
Kemudian masu kritik atau pengujian kebenaran dari data yang disajikan tersebut.
Seandainya sudah betul-betul lulus ujia alias kebenarnya tidak disangsikan maka data
itu disebut fakta sejarah. Selanjutnya masuk interprestasi. Fakta-fakta sejarah tadi
34
kemudian diinterrestasikan dengan menggunkan bantuan ilmu-ilmu soail atau ilmuilm lainya sehingga dapat diketahui hakikat dibalik kejadian sejarah atau fakta sejarah
apabila sudah melakukan interprestasi bau masuk tahapan menyimpulkan dengan
menuliskanya. Tahap inilah yang disebut historiografi.
1.7.1 Heuristik
Tahapan heuristik ini banyak menyita waktu, biaya, pikiran dan juga perasaan.
Ketika mencari dan mendapatka apa yang dicari maka dapat dirasakan seperti
menemukan “tambang emas). Tetapi jika setelah bersusah payah kemana-mana
(didalam negeri maupun luar negeri) ternyata tidak mendapatkan apa-apa, maka bisa
frustasi. Maka sebelum mengalami yang terakhir ini, maka harus lebih dahulu
menggunakan kemampuan pikiran untuk mengatur strategi dimana dan bagaimana
mendapatkan bahan-bahan tersebut siapa-siapa atau instansi apa yang dapat
dihubungi, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk perjalanan, akomodasi,
fotocopy informan dll.
Data yang didapati dalam proses pengumpulan jejak-jejak sejarah ini melalui
informan yang mengetahui dengan pasti beberapa peristiwa yang terjadi di wilayah
ini (Gorontalo Utara). Adapun informn yang berhasil dihimpun berasal dari kalangan
yang berbeda-beda, dimulai dari kalangan budayawan, pemerhati sejarah, tokoh
masyarakat, panitia pemekaran Kabupaten Gorontalo Utara, dan dari kalngan instansi
pemerintah daerah.
35
Pengumpulan data dilaksanakan berdasarkan dua prosedur, yang pertama
melalui wawancara dan dokumentasi.
a. Wawancara
Metode
wawancara menjadi alat peneliti yang penting dalam ilmu-ilmu
sosial. Para peneliti menggunakan cara-cara pertisipn pengamat (participantobserver), melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dikaji, berdialog dengan
mereka termasuk juga mengumpulkan sejarah hidup (life-histories) anggota-anggota
masyarakat. (Sjamsuddin, 2012 :83)
Wawancara juga merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh
informasi langsung dari sumber data, yang mengetahui lebih jelas tentang peristiwa
bersejarah yang terjadi di wilayah Gorontalo Utara. Adapun responden yang akan
diwawancarai terdiri atas :
1. Tokoh Mayarakat
2. Panitia Pemekaran Kabupaten
3. Instansi Pemerintah Daerah Gorontalo Utara dan
4. Unsur-unsur yang berkaitan.
2. Dokumentasi
Catatan rekaman mempunyai karakteristik utama yaitu dimaksudkan untuk
memuat informasi tentang kenyataan kegiatan masa lalu (past actuality). Karena
informasi merupakan tujuan utama catatan. Maka catatan itu biasanya dibagi atas
36
gambar (pictoral), lisan (oral), dan tulisan. Contoh-ontoh catatan adalah peta,
gambar, lukisan, sejarah, lukisan dinding (moral), mata uang yang bercap, patung,
relief foto-foto dan gambar yang lain, film. Bentuk-bentuk gambar ini dibuat atau
digunakan untuk mengingat peristiwa-peritiwa sejarah tertentu. Metode dokumentasi
ini digunakan untuk memperoleh data dari lokasi penelitian melalui berbagai
dokumen yang ada guna mendukung penulisan.
1.7.2 Kritik Sumber
Verifikasi, dimana seorang peneliti berusaha menilai sumber-sumber yang
telah ada. Pada proses ini terdiri dari dua aspek yaitu kritik eksternal dan kritik
internal. Kritik eksternal berusaha mempersoalkan apakah suatu sumber yang dapat
dipercaya dalam memberikan informasi yang diperlukan. Sartono Kartodirjo
(1984:16) mengemukakan bahwa: kritik eksternal meniliti apakah dokumen tersebut
autentik , yaitu kenyataan identitasnya jadi bukan tiruan atau palsu. Kesemuanya
dilakukan dengan melalui bahan yang dipakai, jenis, tulisan, gaya bahasa dan lain
sebagainya.
Sementara itu, kritik internal berusaha mempersoalkan apakah isi dari sebuah
informasi dapat di pertanggungjawabkan sebagai sebuah informasi terkait dengan
persoalan yang akan di teliti dalam masalah kritik internal atau mencari kredibilitas,
Kuntowijoyo (2005:101).
37
Para informan yang diselidiki mempunyai pengetahuan yang bisa dikatakan
relatif baik dalam menyajikan peristiwa-peristiwa bersejarah yang benar-benar terjadi
di wilayah Gorontalo Utara khusunya sebelum dan sesudah pemekaran.selebihnya
peneliti dapati dari bebrapa dokumen yang membahas tentang peristiwa di atas.
Namun adapula referensi yang ditemukan tidak berupa dokumen buku tapi makalah
yang belum sempat diterbitkan.
1.7.3 Interprestasi
Kuntowijoyo (2005:101) berargumen bahwa, interprestasi sering disebut
sebagai bidang subjektifitas. Sebagian itu benar tetapi sebagian itu salah. Benar
karena tanpa penapsiran sejarawan maka data tidak bisa bicara. Sejarawan yang jujur
akan mencantumkan data dan keterangan darimana data itu diperoleh sehingga orang
lain dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, subjektifitas
penulis sejarah itu diakui,tetapi untuk dihindari.
Interprestasi, menapsirkan sumber-sumber yang telah terkumpul, kemudian
membanding-bandingkan antara satu dengan yang lainya sehingga menjadi satu
kesatuan kebenaran informasi yang dapat ditulis dan dipublikasikan. Tahapan ini
membutuhkan kehati-hatian dan integritas serang penulis untuk menghindaari
interprestasi yang subjektif terhadap fakta.
38
Peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi sebelum dan sesudah pembentukan
Kabupaten Gorontalo Utara merupakan suatu rentetan perjalan yang sangat panjang.
Beberapa sumber penulis dapati dari sumber sekunder, yaitu sumber yang ditemukan
melalui wawancara maupun cerita rakyat yang turun temurun mengenai peristiwa
bersejarah yang berada di wilayah Utara Gorontalo. Sehingga dalam menafsirkan data
tersebut dilakukan klasifikasi sumber mana yang dibutuhkan yang akan mendukung
dalam penulisan penelitian ini.
1.7.4 Historiografi
Historiografi merupakan penulisan sejarah dengan merangkaikan fakta-fakta
sebagai sumber, kemahiran menulis dalam menstruktur fakta-fakta dalam bentuk
tulisan sejarah menjadi kisah sejarah berdasrkan data-data yang suda dianalisa.
Penulisan sejarah merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian dari metode
penulisan sejarah. Tahap heuristik, kritik, serrta interpretasi kemudian di elaborasikan
sehingga menghasilkan sebuah historiografi. Dimana seorang peneliti mulai menulis
sejarah dari data-data yang ada dan melalui tahapan-tahapn sebelumnya. Dalam
penulisan sejarah umumnya sangat memperhatikan aspek kronologis agar hasilnya
dapat menarikdan sistimatik. Yang sehingganya bahwa dalam penulisan sejarah,
digunakan secara bersamaan tiga bentuk dasar teknik tulis menulis yaitu deskripsi,
narasi dan analisis. (Helius Sjamsudin 2007 Hlm:121)
39
Adapun yang disajikan disini adalah hal-hal yang terkait dengan sumber yang
dimiliki oleh peneliti dalam penyusunan tulisan ini, terkait atau masuk dalam ruang
lingkup kajian sejarah Gorontalo Utara khsunya setelah pemekaran. Dilakukan
dengan memberi makna ats simbol-simbol sejarah melalui metode atau cara
penghayatan maupun dengan dengan mencari hubungan sebab akibat. Penjelasan
dilakukan baik secara naratif maupun analisis sintesis (menguraikan dan menyatukan)
dengan menggunakan bahasa ppuler atau bahasa yang digunakan sehari-hari.
Selanjutnya penjelasan hasil penelitian disajikan dalam bentuk laporan hasil
penelitian.
1.8 Sistimatika Penulisan
Adapun sistimatika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut: (1) Judul Skripsi Gorontalo Utara Sejarah Dan Prestasi (2) Lembar
Persetujuan Pembimbing (3) Lembar Pengesahan (4) Moto dan Persembahan (5)
Abstrak (6) Kata Pengantar (7) Daftar Isi (8) Bab I Pendahuluan yang terdiri dari
Latar Belakang, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Kajian Sumber dan Pustaka, Meodologi Penelitian, serta Sistimatika
penulisan (9) Bab II Deskripsi lokasi penelitian (10) Bab III Hasil Penelitian dan
Pembahasan (11) Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran dalam
peneltian ini.
Download