BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan dari manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik (shareholders) melalui berbagai keputusan dan kebijakan seperti kebijakan investasi, pendanaan, dan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Semakin tinggi harga saham berarti kesejahteraan pemilik meningkat. Untuk mencapai tujuan tersebut para pemilik biasanya mempercayakan kepada pihak lain yaitu manajer. Namun dalam menjalankan fungsinya seorang manajer belum tentu berperilaku seperti yang diharapkan pemilik. Kondisi yang demikian dapat menimbulkan konflik di antara pihakpihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Menurut Brigham, Gapenski, dan Daves (1999) dalam Masdupi (2005), masalah keagenan tersebut bisa terjadi antara: pertama, pemilik (shareholders) dengan manajer ; kedua, manajer dengan debtholders ; dan ketiga, manajer dan shareholders dengan debtholders. Salah satu konflik yang terjadi antara pemilik (shareholders) dengan menajer adalah mengenai keputusan investasi. Para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematis (systematic risk) dari saham perusahaan, oleh karena itu mereka akan melakukan diversifikasi pada portofolio assetnya untuk meminimalkan risiko (Tandelilin, 2001 dalam Hamidi, 2003). Sedangkan manajer akan lebih peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan. 1 Jogiyanto (2003) mengatakan risiko yang dapat didiversifikasi merupakan bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio. Istilah lain dari risiko ini adalah risiko perusahaan atau risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Sedangkan risiko yang tidak dapat didiversifikasi merupakan bagian dari risiko sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio. Istilah lain dari risiko ini adalah risiko pasar atau risiko sistematis (systematic risk). Beberapa penelitian mengungkapkan terdapat hubungan yang signifikan antara risiko dan dividen. Ismiyanti dan Hanafi (2004) mengatakan kebijakan dividen memiliki hubungan negatif dan signifikan. Dividen tinggi dapat menurunkan tingkat risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Penetapan dividen tinggi akan memberi sinyal positif terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang sehingga semakin tinggi dividen berarti semakin baik kinerja perusahaan (Lintner, 1956 dalam Ismiyanti dan Hanafi, 2004). Kondisi ini menyebabkan berkurangnya risiko. Sebaliknya pemotongan dividen menandakan bahwa perusahaan sedang membutuhkan dana yang tidak dapat diatasi dari dana internal. Hal ini akan menimbulkan penilaian negatif mengenai kinerja perusahaan sehingga akan mempengaruhi harga saham. Fluktuasi harga saham tinggi menunjukkan tingkat risiko tinggi. Di sisi lain Tandelilin (2001), mengatakan dalam menentukan nilai saham investor perlu memperhatikan dividen dan earning yang diharapkan dari perusahaan di masa yang akan datang. Besarnya earning yang diharapkan dari suatu perusahaan akan tergantung dari prospek keuntungan yang dimiliki 2 perusahaan dan prospek keuntungan perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan. Untuk itu penilaian saham yang dilakukan investor juga harus memperhitungkan variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Siegel (1991) dalam Tandelilin (2001) menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham dan kinerja ekonomi makro. Kebijakan hutang juga bisa dikaitkan dengan risiko. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diterima dari penggunaan hutang lebih kecil dari pada biaya yang ditimbulkan (Taswan, 2003). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ismiyanti dan Hanafi (2004) yang mengatakan bahwa kebijakan hutang berhubungan positif dengan risiko sehingga peningkatan hutang meningkatkan risiko, karena peningkatan risiko keuangan berarti menimbulkan konflik sehingga diperlukan pengaturan terhadap penggunaan hutang untuk mengatasi konflik keagenan. Emery dan Finnerty (1997) dalam Ismiyanti dan Hanafi (2004) mengatakan kebijakan dividen juga mempengaruhi kebijakan hutang. Perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah yang besar maka akan membiayai investasinya diperlukan tambahan dana melalui hutang sehingga kebijakan dividen mempengaruhi kebijakan hutang secara searah. Sementara itu Habbe (2004) meneliti hubungan variabel makro ekonomi terhadap harga saham. Variabel makro yang diteliti meliputi tingkat inflasi, suku bunga deposito, dan nilai tukar rupiah. Hasilnya menyimpulkan bahwa 3 variabel suku bunga deposito dan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap harga saham, sedangkan inflasi berpengaruh positif terhadap harga saham. Tingkat suku bunga yang tinggi dapat meningkatkan tingkat bunga pinjaman. Keadaan ini dapat menimbulkan konflik di antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahan. Para pemegang saham cenderung tetap menginginkan adanya pembagian dividen dalam jumlah besar, sementara itu manajer harus tetap memenuhi kewajibannya membayar hutang dan mensejahterakan pemilik modal. Hal ini terjadi karena biasanya para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematis dari saham perusahaan. Berbeda dengan manajer, seorang manajer lebih peduli terhadap risiko perusahaan secara keseluruhan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti dan Hanafi (2004) yang menguji hubungan simultan antara kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, kebijakan dividen dan risiko menyimpulkan bahwa terdapat hubungan interdependensi antara kepemilikan manajerial, risiko, kebijakan hutang, kebijakan dividen dan kepemilikan institusional. Taswan (2003) mengatakan bahwa insider ownership, kebijakan hutang dan kebijakan dividen dapat saling mempengaruhi (interdependensi) secara simultan. Pernyataan ini didukung oleh Jensen, et. al (1992) yang melakukan penelitian tentang hubungan antara insider ownership, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa insider ownership, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen mempunyai hubungan yang interdependensi. Senada dengan apa yang dilakukan oleh Ismiyanti dan Hanafi (2004), penelitian ini juga akan 4 menguji hubungan simultan di antara risiko, kebijakan dividen dan kebijakan hutang. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini akan menguji hubungan simultansi tidak hanya risiko sistematis tetapi juga risiko tidak sistematis. Penelitian ini menggembangkan model persamaan simultan untuk mengetahui hubungan interdependensi pada variable endogen. Model simultan terdiri dari lebih dari satu variable tidak bebas (endogenous variable) dan lebih dari satu persamaan, yaitu persamaan tingkat suku bunga sebagai risiko sistematis (systematic risk), risiko tidak sistematis (unsystematis risk), hutang dan dividen. Hubungan interdependensi menyebabkan variabel endogen yang menjelaskan (dependen explanatory variable) menjadi stokastik dan terkorelasi dengan gangguan (disturbance) dari persamaan yang muncul sebagai variabel yang menjelaskan. Berkaitan dengan penjelasan di atas, diharapkan penelitian ini akan mampu menjelaskan hubungan simultan di antara risiko sistematis, risiko tidak sistematis, kebijakan dividen, dan kebijakan hutang pada perusahaan yang go public di BEJ pada periode 2000-2004, untuk itu penelitian ini diberi judul : “RISIKO TIDAK SISTEMATIS, RISIKO SISTEMATIS DAN KEBIJAKAN PENDANAAN : ANALISIS PERSAMAAN SIMULTAN”. 5 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan simultan antara systematic risk, unsystematic risk, kebijakan hutang dan kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan yang go public di BEJ pada periode 2000-2004? 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak melebar maka penelitian ini hanya dibatasi pada perusahaan-perusahaan yang go public di BEJ pada periode 2000-2004. Hal ini dilakukan untuk mengurangi outliers krisis bila memasukkan perusahaan yang baru go public saat krisis. 1.4 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis hubungan simultan antara unsystematic risk, systematic risk, kebijakan hutang dan kebijakan dividen perusahaan-perusahaan yang go public di BEJ pada periode 2000-2004. 1.5 Kontribusi penelitian 1. Bagi investor − Dapat memberikan informasi mengenai simultansi keempat persamaan yaitu unsystematic risk, systematic risk, kebijakan hutang dan kebijakan dividen untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. 6 2. Bagi akademisi − Dapat memberikan infomasi sejauh mana kebijakan hutang dapat berpengaruh terhadap kebijakan dividen, risiko bisnis, risiko pasar dalam perusahaan, begitu pula sebaliknya. − Dapat memberi informasi mengenai bagaimana risiko, baik risiko sistematis maupun risiko tidak sistematis dapat mempengaruhi kebijakan dalam perusahaan. − Memberikan informasi mengenai silmutanitas antara risiko sistematis khususnya tingkat suku bunga, risiko tidak sistematis, kebijakan hutang dan kebijakan dividen pada perusahaanperusahaan yang go public di BEJ − Sebagai tambahan pengetahuan tentang pengaruh masing-masing variable yang diteliti. − 3. Sebagai masukan dan acuan untuk penelitian selanjutnya. Bagi penulis − Menambah pengetahuan dan memperdalam pengetahuan mengenai kebijakan hutang, kebijakan dividen, dan risiko, baik itu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis yang merupakan bagian dari bidang studi di Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Kristen Duta Wacana. 7