BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisi Dukungan Keluarga Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan memiliki hubungan yang erat (Helviedalam Setiadi, 2008).Dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dicintai, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintai (Cahen dalam setiadi, 2008). Dukunga sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan anatara keluarga dengan lingkungan keluarga. Dimana studi-studi dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sosial koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktik kesehatan. Dukungan kelaurga internal antara lain dari suami atau istri, dari saudara kandung atau dukungan dari anak (Friedman dalam setiadi, 2008). Dukungan keluarga tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral, melainkan dukungan spiritual dan dukungan material, dukungan keluarga juga dapat meringankan beban bagi seseorang yang sedang mengalami masalah masalah serta menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang perduli (Azizah, 2011). Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga adalah kesediaan sumber daya yang dapat memberikan rasa kenyamanan secara pisikologi yang diperoleh dari interaksi, untuk meyakinkan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai dan merupakan bagian dari anggota dalam 6 7 suatu kelompok berdasarkan kepentingan bersama dan dukungan keluarga ini dapat diperoleh dari individu ataupun dari kelompok. 3. Fungsi Pokok Keluarga Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut : a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. c. Fungsi reproduksi adalah untuk memperthankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk memperthankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. 3. Bentuk Dukungan Keluarga Menurut Gotay & Wilson dalam Katapodi (2002) dukungan keluarga dibagi ke dalam beberapa bentuk, yaitu : a. Dukungan informasi Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, nasihat, saran dan pemecahan masalah.Dukungan informasi seperti ini dapat menolong pasien untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah. b. Dukungan motivasi Dukungan motivasi yang diberikan keluarga yaitu keluarga memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertemu dengan orang yang mengalami kondisi yang sama untuk mendapatkan nasihat, keluarga memberikan dukungan yang 8 dibutuhkan pasien, keluarga memberikan semangat melalui pujian atas sikap pasien yang positif dan keluarga memberikan kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh pasien. c. Dukungan instrumental Bentuk dukungan instrumental yang dimaksud yaitu dukungan berupa waktu dimana keluarga siap mendampingi ketika perawatan, keluarga bersedia membiayai perawatan,keluarga memberikan bantuan atas pengobatan yang pasien terima, dan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan fisik dimana keluarga memenuhi kebutuhan pengobatan yang belum terpenuhi. d. Dukungan emosional Bentuk dari dukungan emosional ini yaitu keluarga memberikan kepercayaan dalam mengambil suatu keputusan, keluarga bersedia sebagai tempat mencurahkan perasaan, keluarga memberikan semangat, dan keluarga selalu memberikan solusi untuk menghadapi masalah yang terjadi. Menurut Smet dalam Setiadi (2008) setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain : a. Informatif yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afektif dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpati dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapi, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. 9 c. Bantuan Instrumen, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan- persoalan yang dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peraratan lengkap dan memadai bagai penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain. d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. 4. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan Friedman dalam Setiadi (2008) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu : a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahan. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teatasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan setidaknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga. c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah, apabila keluarga memiliki kempuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjut agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. 10 d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. e. Mempertankan hubungan timbal balik antra keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) 5. Sumber Dukungan Keluarga Menurut Potter & Perry (2009) dukungan keluarga dapat berasal dari berbagai sumber yang berbeda seperti : pasangan, penggemar, keluarga, teman dan rekan kerja, tenaga kesehatan atau organisasi masyarakat. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi kesehatan (Friedman dalam Setiadi, 2008). 6. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Ratna (2010) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan keluarga yaitu : 1) Pemberian dukungan lebih efektif dari orang-orang terdekat yang mempunyai arti dalam hidup individu. Orang terdekat antara lain orang tua bagi anak, istri atau suami, teman dekat, saudara, dan tergantung tingkat kedekatan antara keduanya. 2) Penerimaan dukungan perlu diperhatikan juga karakteristik orang yang menerima bantuan, kepribadian dan peran sosial penerimaan dukungan. Misalnya ketika ia menderita sakit dan sering menyendiri di dalam rumah, maka lebih baik diberikan motivasi dan membangun semangatnya. 3) Waktu pemberi dukungan, situasi yang tepat hampir sama dengan jenis dukungan, pemberi dukungan harus mempelajari waktu dan tepat. Misalnya ketika berkunjung kepuskesmas tidak mengganggu waktu istrahat pasien (Ratna, 2010). 11 B. Kanker Payudara 1. Defenisi Kanker Payudara. Kanker payudara adalah tumor ganas yang telah berkembang dari sel-sel normal yang ada didalam jaringan payudara. Jaringan payudara itu terdiri dari kelenjar susu, saluran susu dan jaringan penopang (Utami, 2012). Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel pada payudara. Organ-organ dan kelenjar yang terdapat di payudara terdiri dari jaringan-jaringan yang berisi sel. Sel-sel yang sudah tua akan mati dan digantikan oleh sel-sel baru. Tetapi ketika sel-sel mati, maka sel-sel baru akan terus tumbuh dan jumlah sel akan berlebihan sampai tidak terkendali sehingga membentuk tumor (Sastrosudarmo, 2012). Kankerpayudara merupakan tumor ganas yang menyerang jaringan payudara yang terkadang kanker payudara ini bisa terjadi pada kaum pria. Insiden ini meningkat pertambahan usia,<30 tahun kanker payudara sangat jarang muncul. Pada wanita usia ≥ 30 tahun keatas dan sudah terlebih dahulu terjangkit kanker payudara memiliki resiko tinggi (De Jong, 2005). Sel-sel kenker bisa menyebar pada bagian-bagian tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya. Penyebaran bisa terjadi melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening, sehingga tumbuh kanker baru ditempat lain bahkan sampai ke organ vital seperti otak atau paru (Lubis, 2009). 2. Penyebab Kanker Payudara Penyebab langsung kanker payudara sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Menurut Simanjuntak dalam Hawari (2004), menemukan beberapa faktor resiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara luas oleh kalangan pakar kanker didunia yakni, meliputi : a. Wanita berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara dan resiko akan bertambah sampai umur 50 tahun dan setelah menopause. 12 b. Wanita yang tidak menikah resikonya 2-4 kali lebih tinggi dari pada wanita yang menikah dan mempunyai anak. c. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma atau tumor jinak payudara resikonya 3 hingga 9 kali lebih besar. d. Wanita yang mengalami masa menopause terlambat lebih dari 55 tahun, resikonya 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi. e. Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3 hingga 4 kali lebih tinggi. f. Wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) didinding dada, resikonya 2 kali hingga 3 kali lebih tinggi. g. Wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan,adik/kakak, resikonya 2 hingga 3 kali lebih tinggi. h. Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak akan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali lebih tinggi. 3. Gejala klinis kanker payudara Menurut Utami (2012) gejala kanker payudara pada tahap dini biasanya belum menimbulkan keluhan.Gejala yang dirasakan hanya benjolan kecil dan teraba seperti melekat pada kulit. Menurut Sastrosudarmo (2012), keluhan akan timbul pada stadium lanjut. Keluhan yang biasa timbul adalah : a. Ada benjolan pada payudara bila diraba dan akan menimbulkan nyeri pada saat ditekan. b. Terjadi perubahan ukuran atau bentuk payudara. c. Timbulnya borok akibat pembengkakan di payudara. d. Putting susu yang mengkerut ke dalam atau terasa gatal, bahkan sampai menimbulkan edema. e. Keluar cairan dari putting susu seperti darah, nanah atau cairan encer atau keluar air susu pada wanita yang tidak sedang hamil ataupun menyusui. f. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk. 13 g. Benjolan diketiak. h. Payudara kemerahan. 4. Stadium klinis kanker payudara Menurut Sastrosudarmo (2012) penentuan stadium kanker payudara penting sebagai panduan pengobatan. Berdasarkan American Joint Committee on Cancer (AJCC) ada 4 stadium yaitu: Stadium 1 :Tumor dengan diameter 1-2 cm dan belum menyebar keluar payudara. Bebas dari jaringan sekitarnya, belum ada penyebaran ke kulit dan jaringan yang dibawahnya (otot).Kelenjar getah bening aksila belum teraba. Stadium II dibagi : Stadium II A :Tumor dengan diameter 2-5 cm dan belum menyebarkan ke kelenjar getah bening aksila atau ada beberapa tumor dengan diameter 2 cm yang sudah menyebar ke aksila. Stadium II B : Tumor dengan diameter lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening atau tumor dengan diameter 2-5 cm tetapi sudah menyebarkan ke kelenjar getah bening. Stadium III dibagi : Stadium III A :Tumor dengan diameter kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening aksila disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya atau tumor dengan diameter lebih dari 5 cm sudah menyebar ke kelenjar getah bening aksila. Stadium III B:Tumor telahmeluas dalam payudara yaitu kedalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada. 14 Stadium IV :Tumor seperti pada stadium I, II dan III. Tetapi tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang dan paru-paru. Menurut Utami (2012) pengobatan atau tindakan pada kanker payudara yang terbaik berdasarkan stadiumnya,karena masing-masingstadium berbeda penanganannya. Pengobatan kanker payudara yang disepakati ahli-ahli kanker sedunia adalah: Stadium I : Dilakukan operasi dan kemotrapi Stadium II :Operasi dilanjutkan dengan kemotrapi ditambah hormonal Stadium III :Operasi dilanjutkan dengan kemotrapi ditambah radiasi dan hormonal Stadium IV :Dilakukan kemotrapi dilanjutkan dengan radiasi dan hormonal. 5. Jenis kanker payudara Menurut Utami (2012), ada beberapa jenis kanker payudar, yakni : 1. Karsinoma payudara In-situ Kanker ini tidak menyebar dari area dimana kanker itu muncul dan seringkali terdeteksi pada mamografi. Pertumbuhan kanker ini hanya berada didalam kelenjar susu (lobules) dan saluran susu (ductal). 2. Karsinoma lobular menginfiltrasi Kenker ini mulai terjadi di dalam kelenjar susu payudara, tetapi sering menyebar kebagian tubuh yang lain. Kejadian kanker ini 10% sampai 15% dari seluruh kejadian kanker payudara. 3. Karsinoma duktal menginfiltrasi Kanker ini terjadi dalam saluran susu payudara dan menjebol dinding saluran, menyerang jaringan lemak payudara dan kemungkinan terjadi dibagian tubuh yang lain. Sekitar 80% jenis kanker ini paling umum terjadi. 15 4. Karsinoma medular Kanker ini hanya 5% dari seluruh kejadian kenker payudara.Kanker ini membentuk satu batas yang tidak lazim antara jaringan tumor dan jaringan normal. 5. Karsinoma musinus Kanker ini merupakan satu jenis kanker yang jarang terjadi.Kanker ini menghasilkan lendir dan pertumbuhan lambat. 6. Karsinoma tubular Jenis kanker ini hanya 2% dari keseluruhan diagnose wanita dengan karsinoma tubular memiliki harapan kesembuhan cukup baik. 7. Karsinoma inflamatori Kondisi payudara nampak meradang (merah dan hangat) dengan cekungan atau pinggiran yang tebal karena sel kanker menyumbat pembuluh limfe kulit pembungkus payudara.Kejadiankanker ini hanya 1%, namun perkembangannya sangat cepat, daerah sekitar areola dan puting tampak pecah-pecah, memerah, mengorong (borok) dan mengeluarkan cairan, kejadian ini hanya 1%. 6. Pengobatan kanker payudara Pengobatan kanker tergantung dari tipe dan stadium yang dialami penderita. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi, yakni: a. Pembedahan Menurut Utami (2012) pembedahan yang dilakukan pada kanker payudara tergantung jenis tumor dan kondisi fisik secara keseluruhan, adapun pembedahan tersebut adalah: (a) Lumpektomi merupakan pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal didaerah sekitarnya. (b) Mastektomi total merupakan pengangkatan seluruh payudara saja, bukan kelenjar di aksila. (c) Modifikasi Radical Mastektomi merupakan pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang 16 selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar aksila. Efek samping dari terapi ini adalah pembengkakan, kehilangan tenaga, persendian menjadi kaku, mati rasa atau perasaan gatal-gatal, perdarahan, infeksi dan pembekuan darah (Hartati,2008). b. Terapi radiasi Membunuh sel kanker yang masih tersisa dipayudara setelah operasi.Dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma.Efek samping yang ditimbulkan adalah nafsu makan berkurang, kondisi menjadi lemah, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta mudah terinfeksi akibat leukosit menurun. c. Terapi hormonal Terapi anti estrogen ini akan mengunci kerja hormon estrogen untuk membatasi pertumbuhan tumor. Pemberian obat anti estrogen ini menyebabkan kemerahan pada wajah dan siklus haid yang tidak teratur (Junardi,2008). d. Imonoterapi Terapi ini menggunakan obat-obat yang meningkatkan sistem pertahanan tubuh. Terapi ini akan mengeliminasi sel-sel kanker sehingga pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dapat dicegah. Terapi ini dapat digunakan sendiri atau kombinasi.Efek samping yang ditimbulkan seperti flu, rasa cepat lelah, sakit kepala dan nyeri tulang (Baradero,2008). e. Kemoterapi Pemberian obat-obatan anti kanker yang bertujuan membunuh sel kanker.Obat kemoterapi ini bisa digunakan secara tunggal maupun kombinasi.Efek kemoterapi yang di timbulkan adalah mual dan muntah serta rambut rontok. 17 7. Dampak Penyakit Kanker terhadap Psikologi Pasien Masalah psikologi timbul akibat dari konsekuensi kanker, karena ini merupakan penyakit yang menakutkan dan mecemaskan dari semua penyakit yang lain. Kanker terkait dengan masalah fisik : nyeri, sengsara, kematian dan biaya; masalah psikososial: ansietas, citra tubuh dan kehilangan. Penataan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, akantetapi walaupun demikian angka kematian (mortality rate) dan angka kejadian (incidence rate) kanker payudara masih tetap tinggi, disebabkan penderita ditemukan pada stadium lanjut (Hawari, 2009).Adatiga reaksi emosional penderita kanker manakala diberitahu bahwa penyakit yang diderita adalah kanker yang sudah lanjut yaitu: Pase pertama : penderita akan merasakan shock mental. Pase kedua : penderita diliputi oleh rasa takut (fear), dan depresi. Pase ketiga; muncul reaksi penolakan (denial) dan kemurungan (Hawari, 2009). Meskipun banyak bentuk kanker yang dapat disembuhkan dan banyak bentuk lainnya mencapai status sembuh jika diatasi secara dini tetapi faktanya banyak pasien dan keluarganya tetap memandang kanker sebagai penyakit fatal yang tidak dapat dihindari yang disertai rasa nyeri, penderitaan, kelemahan dan menguruskan.Setelah dokter menginformasikan tentang diagnosa kanker seringkali pasien berespon dengan syokdan tidak percaya. Kekuwatiran pasien terhadap penyakit kanker akan dapat terus berlanjut sampai pada akhir hidupnya jika tidak diberi suatu support serta peningkatkan koping yang adaptif yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. 8. Perawatan Pasien dengan Kanker Payudara yang Kemoterapi a. Personal higiene yang baik harus ditekankan dengan menghindari orangorang yang mengalami infeksi, misalnya penderita TB paru, hepatitis. Dijelaskan juga kepada pasien untuk mengenal sumber-sumber infeksi seperti : tusukan jarum infus, kateter uretra, drain. Perlu juga pasien dan keluarga 18 mengerti alasan perlunya pemeriksaan tanda vital, darah lengkap dan pemeriksaan kimia secara teratur. b. Pertahankan keseimbangan cairan, saluran pencernaan adalah sistem tubuh yang sangat peka terhadap kemoterapi. Sebab itu pasien mengalami anoreksia, mual, muntah dan diare. Semuanya mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Selain itu juga berat badan juga menurun. c. Peningkatan nutrisi, anoreksia dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri atau melalui kemoterapi. Dianjurkan agar pasien makan sedikit-sedikit, tetapi sering. Istirahat sebelum makan dapat menghemat tenaga yang diperlukan untuk makan. Berat badan dipantau setiap hari atau setiap minggu. Jika pasien mengalami malnutrisi berat, nutrisi parenteral total harus diberikan. d. Peningkatan citra tubuh positif, obat-obat kemoterapeutik sangat efektif terhadap sel sel tubuh yang mempunyai siklus mitosis yang cepat, seperti selsel integumen. Kemoterapi juga dapat mengakibatkan kebotakan, maka perlu penjelasan dari perawat kepada pasien agar bisa menerima keadaannya. Untuk itu kalau perlu pasien memakai wig, topi atau penutup kepala lainnya (Saryono,2009). C. Kemoterapi 1. Definisi Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil, cair atau kapsul atau melalui infuse(Nisman, 2011). Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil, cair atau kapsul yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi juga di seluruh tubuh (Dentondalam Nisman, 2011). Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Imam Rasjidi, 2007). 19 Pengobatan ini biasanya diberikan sebagai kombinasi obat-obatan anti-kanker, seringkali sekaligus tiga kali.Target utama obat-obatan semacam ini dimaksudkan untuk mengidentifiksdi dan membunuh sel-sel yang bertambah dan membelah secara cepat. Sayangnya, obat-obat anti-kanker tidak dapat mengenali sel-sel kanker secara spesifik dan akan membunuh sel-sel lain yang membelah secara aktif seperti sel-sel darah atau sumsum tulang. Sumsum tulang adalah jaringan yang sangat penting dalam tubuh sebab memproduksi sel-sel darah dan sistem kekebalan untuk melawat infeksi . 2. Jenis-jenis Kemoterapi Menurut Alsagaf dalam wijayanti (2013) ada beberapa jenis kemoterapi yang diberikan yaitu : a. Kemoterapi Adjuvant yang diberikan pasca operasi yang bermanfaat untuk mengurangi kekambuhan dan mengurangi penyebaran yang akan timbul. b. Kemoterapi Neo adjuvant yang bertujuan untuk mengurangi ukuran tumor sehingga lebih mudah untuk dioperasi dan dilakukan sebelum operasi. c. Paliatif yaitu kemoterapi yang diberikan untuk meringankan beban penderita kanker, meningkatkan kualitas hidup dan bila mungkin memperpanjang hidupnya, terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi, tujuannya untuk memperlambat dan mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. 3. Manfaat Kemoterapi Manfaat dari kemoterapi yaitu penderita dapat sembuh atau hidup lama.Kanker juga dapat dikendalikan cukup lama dan bermanfaat untuk paliatif (dapat mengurangi gejala). 20 4. Cara Pemberian Kemoterapi a. Secara oral. b. Subkutan dan Intramuskuler. c. Parienteral. d. Intravena (Imam Rasjidi, 2007). 5. Persiapan Kemoterapi a. Sebelum melaksanakan kemoterapi penderita menjalani pemeriksaan awal b. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi efek samping. c. Ditetepkan oleh dokter onkologi medik. d. Pemeriksaan antara lain: darah lengkap, test fungsi ginajl, fungsi lever, pemeriksaan organ tubuh lain. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kemoterapi menurut Sukardja dalam Wijayanti (2013) adalah : 1. Jenis obat, dimana obat-obat kemoterapi yang diberikan adalah obat yang sensitif terhadap jenis kanker. 2. Dosis obat 3. Jadwal pemberian 4. Cara pemberian obat 5. Perhatikan efek samping 6. Perhatikan kontraindikasi 6. Akibat Kemoterapi a. Ringan,berat tergantung dosis dan regimen b. Karena diberikan sistemik, semua sel sedang tumbuh terkena c. Sel kanker lebih banyak terkena akibatnya 7. Akibat Kemoterapi yang Perlu Diperhatikan a. Sel darah (memerangi infeksi, membawa oksigen, membantu pembekuan darah) 21 b. Saluran cerna (muntah, kadang susah buang air besar) c. Kulit dan rambut (rambut rontok sementara, kuku dan kulit tampak hitam) d. Sistem reproduksi laki-laki dan perempuan (tidak haid sementara dan sperma kosong). 8. Efek Samping Kemoterapi Menurut Dalimarta (2008), pengobatan dengan sitostatika dapat menimbulkan demam bahkan sampai menggigil. Efek sitostatika bereaksi dimulai 6 jam setelah dilakukan pemberian obat sitostatika. Frekuensi dan beratnya efek samping tergantung jenis obat, dosis, kombinasi obat (Alsagaf dalam wijayanti, 2013). Efek samping yang ditimbulkan dari kemoterapi : a. Gangguan pada sumsung tulang belakang yang menimbulkan penurunan sel darah putih (leukopenia) yang enyebabkan turunnya daya tahan tubuh sehingga lebih rentan untuk terinfeksi seperti Infulenza, otitis media (infeksi telingga tengah), sinusitis, dan faringitis (Baradero, 2008). Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) sehingga mudah mengalami perdarahan dan penurunan selsel darah merah. b. Gangguan saluran cerna, seperti mual dan muntah adalah efek samping kemoterapi yang lebih sering terjadi dan dapat menempati hingga 24 jam setelah obat. Bahkan menyebabkan diare, gastritis, ulkus lambung, mual muntah serta kehilangan nafsu makan. c. Bersifat toksi pada beberapa organ seperti jantung, hati, dan ginjal. Toksisitas dini terjadi beberapa jam hingga beberapa hari setelah diberikan terapi dan ini biasanya berkaiatan dengan pengaruh sitotoksik pada sel-sel yang aktif membelah diri pada sum-sum tulang, epitel saluaran cerna, kulit dan rambut. d. Gangguan sistem reproduksi, fungsi testicular dan ovarium dapat dipengaruhi oleh obat-obat kemterapi. Ovulasi normal dan manapouse dini terjadi. Pasien pria dapat mengalami azoospermia temporer atau permanen (tidak ada spermatozoa). Sel-sel reproduksi mungkin mengalami kerusakan selama pengobatan dan mengakibatkan abnormalitas kromosom pada keturunan. 22 e. Gangguan sistem neurologi, alkaloid tumbuhan dapat menyebabkan kehilangan refleks tendon profunda, dan ileus paralitik dapat terjadi. Sering merasa kesemutan pada ekstremitas dan kelemahan motorik (Baradero, 2008). f. Ngilu pada tulang g. Rambut rontok hingga bahkan mengalami alopesia (kebotakan). Produksi rambut pada folikel selama kemoterapi menghasilkan batang rambut yang tipis dan lemah, muncul dari permukaan kulit dan mudah patah. Biasanya digunakan tutup kepala untuk menutupi kerontokan rambut. h. Gangguan pada kulit, mulut dan tenggorokan seperti kulit kering, memberi atau bahkan menghitam, kering, serta gatal, sariaawan dan kesulitan menelan. 9. Syarat-syarat Seseorang Mendapat Kemoterapi a. Fungsi organ baik b. Jenis sel darah merah dan darah putih cukup. c. Tidak demam d. Tidak perdarahan D. Kepatuhan Menjalani Kemoterapi 1. Definisi Kepatuhan Menurut Sackett dalam Niven (2002) kepatuhan adalah sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan adalah tingkat perilaku individu (misalnya minum obat, mematuhi diet atau melakukan perubahan gaya hidup), sesuai anjuran terapi atau kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari mengindahkan setiap aspek anjuran hingga mematuhi semua rencana terapi (Kozier, 2010), Menurut (Perry dan Potter, 2009) kepatuhan adalah ketaatan klien pada terapi yang ditetapkan.Tetapi tidak semua orang ingin mempertahankan kesehatannya.Banyak orang yang tidak mau mengadopsi prilaku sehat atau mengubah prilaku yang tidak sehat. Berbeda dengan orang-orang yang menganggap penyakit sebagai ancaman, biasanya mereka akan mengatasi 23 keterbatasan dalam praktik kesehatan yang berubah dan melihat keuntungan dalam mengadobsi perilaku yang baru. Sebagai contoh penderita diabetes mellitus terus mengikuti pola makan seperti biasa. Terapi tidak akan berpengaruh kecuali penderita diabetes mellitus menganggap kesehatan sebagai hal penting. Petugas kesehatan harus mengkaji motivasi belajar dan kebutuhan pengetahuan penderita agar dapat membentuk kepatuhan. Berdasarkan pendapat Lukman dalam Suprayanto (2010) dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdidisiplin melakukan perintah/nasehat atau aturan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, setelah memahami betul apa yang dianjurkan/disarankan. Seseorang dikatakan patuh menjalankan kemoterapi apabila mau menjalankan pola hidup sehat dan mengontrol atau pemeriksaan sel kanker, pemeriksaan fungsi hati, haimoglobin, leukosit paling lama setiap 2 bulan sekali sesuai dengan ketentuan, sehingga terhindar dari mestastasi atau penyulit . Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan.Kepatuhan memiliki nada yang cenderung memanipulasi atau otoriter dimana penyelenggaraan perawatan kesehatan atau pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang, peserta didik anggap bersikap patuh.Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi. Menurut Eraker dan Niven(2002), mengatakan kepatuhan pasien program kesehatan dapat ditinjau dari berbagai perspektif teoritis:Teori perilaku/pembelajaran sosial yang menggunakan pendekatan behavioristik dalam hal reward, petunjuk, kontrak dan dukungan sosial. Teori keyakinan rasional yang menimbang manfaat pengobatan dan resiko penyakin melalui penggunaan logika cost benefit. Sistem mengatur diri, pasien dilihat sebagai pemecahan masalah yang mengatur perilakunya berdasarkan persepsi atas penyakit. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo(2005), menjelaskan bahwa perilaku seseorang dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni faktor predisposisi 24 (predisposing factor), faktor yang mendukung (enabling factor) dan faktor yang memperkuat atau mendorong ( reinforcing factor). Jadi ada hubungan antara perilaku seseorang dengan kepatuhan dalam menjalankan kemoterapi. Menurut Sacket dalam Niven (2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan.Salah satu pengobatan yang berkembang dengan cepat saat ini adalah kemoterapi yaitu penggunaan preparat anti neoplasma, sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi reproduksi seluler.Biasanya kemoterapi dilakukan pada beberapa penyakit kanker yang spesifik seperti kanker payudara, kanker rahim, kanker paru, leukemia tetapi selalu ada laporan baru tentang neoplasma yang sebelumnya tidak dapat diatasi sekarang sensitif terhadap kemoterapi.Obat kemoterapi digunakan untuk membunuh dan menghambat perkembangan sel kanker payudara. 2. Kepatuhan Kemoterapi Kanker payudara umumnya diberikan 6 siklus kemoterapi dengan interval antar siklus adalah setiap 3 minggu.Ini artinya penderita kanker payudara tersebut harus menjalani 6 kali kemoterapi sampai kemoterapinya selesai diberikan. Misalkan kemoterapi pertama diberikan pada tanggal 1 Agustus 2013, maka penderita tersebut harus dilakukan kemoterapi kedua pada tanggal 22 Agustus 2013, demikian pula seterusnya untuk kemoterapi ke 3,4,5,6, penderita harus datang setiap 3 minggu sekali ke rumah sakit. Jumlah pemberian kemoterapi juga sudah ditetapkan untuk masing-masing kanker ada yang 4 kali, 6 kali , 12 kali, dsb. Jumlah pemberian ini tidak boleh ditawartawar, misalkan hanya diberikan satu atau dua kali saja lalu berhenti. Hukumnya dalam pemberian kemoterapi adalah diberikan semuanya atau tidak sama sekali. Bila diberikan hanya satu atau dua kali saja, tidak ada manfaatnya, karena kanker tidak akan dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan atau resisten terhadap 25 pemberian kemoterapi berikunya, selain itu efek sampingnya juga hebat namun tidak memberikan manfaat, juga secara ekonomi memboroskan biaya Efek lainnya adalah bisa saja kanker justru berkembang dan stadium kankernya meningkat yang tadinya stadium dua menjadi stadium empat misalnya. Bisa juga kanker akan kambuh kembali di tempat semula dia tumbuh. Mengingat pemberian kemoterapi ini sangatlah bervariasi, efek sampingnya juga banyak dan berat, maka pemberian kemoterapipun tidak dapat diberikan oleh setiap dokter.Hanya dokter yang sudah benar-benar mengerti pemberian kemoterapi yang umumnya menangani kemoterapi. 3. Penyebab Terjadinya Kepatuhan Kepatuhan yang terjadi dalam menjalankan sesuatu dalam kehidupan apakah dalam mengatasi masalah kesehatan atau penyakit dapat disebabkan banyak hal yaitu : (1) kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru itu, (2) kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut, (3) kepatuhan timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas kesehatan atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut proses identifikasi. Motivasi untuk mengubah perilaku individu dalam tahap ini lebih baik dari pada dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat menghubungkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga jika dia ditinggalkan petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu melanjutkan perilaku tersebut. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Menurut teori Feuerstein dalam Niven (2002) ada 5 faktor yang mendukung kepatuhan pasien yaitu : 1. Pendidikan 26 Tingkatpendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang pendidikan tersebut merupakan pendidikan aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.Pendidikan ini dapat juga diperoleh secara mandiri dengan menggunakan buku-buku dan kaset sebagai alat penuntun belajar. 2. Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat memengaruhi kepatuhan. Sebagai contoh pasien yang lebih mandiri, harus merasakan bahwa dia dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan, sementara pasien yang mengalami ansietas menghadapi sesuatu, harus diturunkan terlebih dahulu tingkat ansietasnya dengan cara menyakinkan dia atau dengan teknik-teknik lain sehingga dia termotivasi untuk mengikuti anjuran pengobatan. 3. Modifikasi faktor lingkungan dan social hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman sangat penting. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program-program pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan konsumsi alkohol. 4. Perubahan model terapi Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien terlibat aktif dalam pembuatan program terapi. 5. Dukungan keluarga Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga, teman, waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam kepatuhan contoh yang sederhana jika transfortasi dan biaya kurang dapat mengurangi kepatuhan penderita dan keluarga dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh 27 penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadikan kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan (Carpinoto, 2000) . Menurut hidayat (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien adalah : 1. Faktor Internal Tingkat kebutuhan pasien, Pasien yang merasakan terapi yang dilakukan merupakan kebutuhan untuk sembuh akan lebih patuh dari pada pasien yang ridak memiliki harapan untuk sembuh. Derajat penyakit Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang semakin tinggi pula tingkat kepatuhan pada terapi yang dilakukan. Efek samping terapi Jika terapi yang diberikan menimbulkan efek samping yang tidak sesuai dengan kepentinggan atau kebutuhan pasien cenderung tidak patuh. 2. Faktor eksternal Tenaga medis Pemberian motivasi oleh tenaga medis yang baik akan memberikan motivasi pada pasien untuk melaksanakan terapi secara patuh. Keluarga Kelurga akan memberikan motivasi terbesar bagi pasien untuk melaksanakan terapi dengan penuh. Menurut Allien (2006) 4 faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien penyakit kanker dalam menjalani kemoterapi adalah 1. Peminataan pemilik ororitas kesehatan (dokter) 2. Persepsi 3. Informasi 4. Variabel-variabel sosial 28 5. Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan Menurut Smet (1994) dalam Niven (2002) berbagai strategi untuk meningkatkan kepatuhan adalah dukungan profesional kesehatan, profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contohnya adalah meningkatkan komunikasi, karena komunikasi memegang peranan penting maka komunikasi diberikan oleh dokter/perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien. Strategi lain dukungan sosial, dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.Modifikasi perilaku sehat juga sangat diperlukan. Modifikasi gaya hidup dengan mengatur makanan, melakukan aktivitas/olahraga dan kontrol secara teratur melakukan pengontrolan dengan pemeriksaan darah rutin, USG, kolonoscopy dan gastroscopy yang perlu untuk penderita kanker payudara. Strategi terakhir pemberian informasi, pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya. Dalam hal ini pemberian informasi yang jelas tentang perencanaan makan, aktivitas dan kontrol darah lengkap, serta pemeriksaan endoscopy yang teratur pada penderita kanker payudara sehingga penderita paham dan akhirnya patuh menjalankannya. Kepatuhanadalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan.Kepatuhan memiliki nada yang cenderung memanipulasi atau otoriter dimana penyelenggaraan perawatan kesehatan atau pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang, peserta didik anggap bersikap patuh.Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dengan begitu dapat diukur. 29 6. Langkah-langkah Mengidentifikasi Adanya Ketidakpatuhan Menurut Kozier(2010) untuk meningkatkan kepatuhan, perawat perlu memastikan bahwa klien mampu melakukan terapi yang diprogramkan, memahami instruksi yang penting,menjadi partisipan yang mau berusaha mencapai tujuan terapi dan menghargai hasil perilaku yang direncanakan.Menurut Anderson dalam Niven (2002) dalam penelitiannya tentang komunikasi dokter dan pasien di Hongkong, mendapatkan bahwa pasen yang rata-rata diberi 18 jenis informasi untuk diingat dalam setiap konsultasi, hanya mampu mengingat 31 % saja.Dari penjabaran dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif sangat diperlukan.Tenaga kesehatan harus memberikan informasi yang lengkap guna meningkatkan pemahaman penderita sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi. Langkah-langkah mengidentifikasi adanya ketidakpatuhan adalah: 1. Memastikan alasan klien tidak mematuhi program. Berdasarkan alasan klien, perawat dapat memberikan informasi, mengoreksi kesalahpahaman, menganjukan konseling bila masalah psikologis menghambat kepatuhan. Perawat juga perlu mengevaluasi kembali kesesuaian anjuran yang diberikan. Jika kepercayaan, budaya dan usia bertentangan dengan rencana terapi yang diberikan. 2. Menunjukan kepedulian. Perlihatkan perhatian yang tulus terhadap masalah dan keputusan klien serta pada saat yang sama mengakui hak-hak klien terhadap rangkaian tindakan, misalnya perawat memberi tahu agar jangan lupa minum obat untuk kemoterapi. 3. Memotivasi klien untuk berperilaku sehat. Apabila penderita kanker payudara melakukan latihan fisik setiap pagi, perawat dapat memberi pujian untuk memanbah semangat klien. 4. Menggunakan brosur, gambar untuk memberikan penyuluhan. Contoh, perawat dapat meninggalkan brosur atau gambar untuk dibaca klien setelah penyuluhan, juga membuat jadwal pemberian obat kemoterapi pada selembar kertas dengan arah jarum jam dan tanggal pemberian. 30 5. Memberi hubungan terapeutik yang tidak kaku, saling mengerti dan tanggung jawab bersama dengan klien dan keluarga sebagai pemberi dukungan kepada klien. E. Kerangka Konsep Variabel Independen Dukungan Keluarga Variabel Dependen Kepatuhan Menjalani Kemoterapi Pada Penderita Kanker Payudara Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian F. Hipotesis Penelitian Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalani kemoterapi pada penderita kanker payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014.