6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dukungan Keluarga
1. Definisi Dukungan Keluarga
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga
dalam kedekatan yang konsisten dan memiliki hubungan yang erat (Helviedalam
Setiadi, 2008).Dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang bermanfaat bagi
individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dicintai, sehingga seseorang
akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintai
(Cahen dalam setiadi, 2008).
Dukunga sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan anatara keluarga
dengan lingkungan keluarga. Dimana studi-studi dukungan keluarga telah
mengkonseptualisasi dukungan sosial koping keluarga, baik dukungan-dukungan
yang bersifat eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga
besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktik kesehatan.
Dukungan kelaurga internal antara lain dari suami atau istri, dari saudara kandung
atau dukungan dari anak (Friedman dalam setiadi, 2008).
Dukungan keluarga tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral,
melainkan dukungan spiritual dan dukungan material, dukungan keluarga juga
dapat meringankan beban bagi seseorang yang sedang mengalami masalah
masalah serta menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang perduli (Azizah,
2011).
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga
adalah kesediaan sumber daya yang dapat memberikan rasa kenyamanan secara
pisikologi yang diperoleh dari interaksi, untuk meyakinkan bahwa individu
tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai dan merupakan bagian dari anggota dalam
6
7
suatu kelompok berdasarkan kepentingan bersama dan dukungan keluarga ini
dapat diperoleh dari individu ataupun dari kelompok.
3. Fungsi Pokok Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman dalam Setiadi (2008) adalah
sebagai berikut :
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah untuk memperthankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk memperthankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
3. Bentuk Dukungan Keluarga
Menurut Gotay & Wilson dalam Katapodi (2002) dukungan keluarga dibagi ke
dalam beberapa bentuk, yaitu :
a.
Dukungan informasi
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, nasihat, saran dan
pemecahan masalah.Dukungan informasi seperti ini dapat menolong pasien
untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.
b.
Dukungan motivasi
Dukungan motivasi yang diberikan keluarga yaitu keluarga memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bertemu dengan orang yang mengalami kondisi
yang sama untuk mendapatkan nasihat, keluarga memberikan dukungan yang
8
dibutuhkan pasien, keluarga memberikan semangat melalui pujian atas sikap
pasien yang positif dan keluarga memberikan kebutuhan yang sangat dibutuhkan
oleh pasien.
c.
Dukungan instrumental
Bentuk dukungan instrumental yang dimaksud yaitu dukungan berupa waktu
dimana keluarga siap mendampingi ketika perawatan, keluarga bersedia
membiayai perawatan,keluarga memberikan bantuan atas pengobatan yang
pasien terima, dan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan fisik dimana keluarga
memenuhi kebutuhan pengobatan yang belum terpenuhi.
d.
Dukungan emosional
Bentuk dari dukungan emosional ini yaitu keluarga memberikan kepercayaan
dalam mengambil suatu keputusan, keluarga bersedia sebagai tempat
mencurahkan perasaan, keluarga memberikan semangat, dan keluarga selalu
memberikan solusi untuk menghadapi masalah yang terjadi.
Menurut Smet dalam Setiadi (2008) setiap bentuk dukungan sosial keluarga
mempunyai ciri-ciri antara lain :
a. Informatif yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh
seseorang yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau
informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada
orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.
b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afektif dari
orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpati dan empati, cinta,
kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi
persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada
orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya,
bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapi, bahkan mau
membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
9
c. Bantuan Instrumen, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan- persoalan
yang dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi,
misalnya dengan menyediakan peraratan lengkap dan memadai bagai
penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.
d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang
kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini
bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.
4. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Friedman dalam Setiadi (2008) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang
kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
a.
Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara langsung
menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari
adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang
terjadi dan seberapa besar perubahan.
b.
Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teatasi. Jika keluarga
mempunyai
keterbatasan
setidaknya
meminta
bantuan
orang
lain
dilingkungan sekitar keluarga.
c.
Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah, apabila keluarga memiliki kempuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan
untuk memperoleh tindakan lanjut agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi.
10
d.
Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e.
Mempertankan hubungan timbal balik antra keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
5.
Sumber Dukungan Keluarga
Menurut Potter & Perry (2009) dukungan keluarga dapat berasal dari berbagai
sumber yang berbeda seperti : pasangan, penggemar, keluarga, teman dan rekan
kerja, tenaga kesehatan atau organisasi masyarakat. Dukungan keluarga dapat
berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, dukungan
dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal,
seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah,
praktisi kesehatan (Friedman dalam Setiadi, 2008).
6. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Ratna (2010) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi efektifitas
dukungan keluarga yaitu : 1) Pemberian dukungan lebih efektif dari orang-orang
terdekat yang mempunyai arti dalam hidup individu. Orang terdekat antara lain
orang tua bagi anak, istri atau suami, teman dekat, saudara, dan tergantung
tingkat kedekatan antara keduanya. 2) Penerimaan dukungan perlu diperhatikan
juga karakteristik orang yang menerima bantuan, kepribadian dan peran sosial
penerimaan dukungan. Misalnya ketika ia menderita sakit dan sering menyendiri
di dalam rumah, maka lebih baik diberikan motivasi dan membangun
semangatnya. 3) Waktu pemberi dukungan, situasi yang tepat hampir sama
dengan jenis dukungan, pemberi dukungan harus mempelajari waktu dan tepat.
Misalnya ketika berkunjung kepuskesmas tidak mengganggu waktu istrahat
pasien (Ratna, 2010).
11
B. Kanker Payudara
1. Defenisi Kanker Payudara.
Kanker payudara adalah tumor ganas yang telah berkembang dari sel-sel normal
yang ada didalam jaringan payudara. Jaringan payudara itu terdiri dari kelenjar
susu, saluran susu dan jaringan penopang (Utami, 2012). Kanker payudara
terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel pada payudara. Organ-organ
dan kelenjar yang terdapat di payudara terdiri dari jaringan-jaringan yang berisi
sel. Sel-sel yang sudah tua akan mati dan digantikan oleh sel-sel baru. Tetapi
ketika sel-sel mati, maka sel-sel baru akan terus tumbuh dan jumlah sel akan
berlebihan sampai tidak terkendali sehingga membentuk tumor (Sastrosudarmo,
2012).
Kankerpayudara merupakan tumor ganas yang menyerang jaringan payudara
yang terkadang kanker payudara ini bisa terjadi pada kaum pria. Insiden ini
meningkat pertambahan usia,<30 tahun kanker payudara sangat jarang muncul.
Pada wanita usia ≥ 30 tahun keatas dan sudah terlebih dahulu terjangkit kanker
payudara memiliki resiko tinggi (De Jong, 2005).
Sel-sel kenker bisa menyebar pada bagian-bagian tubuh lain yang jauh dari
tempat asalnya. Penyebaran bisa terjadi melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening, sehingga tumbuh kanker baru ditempat lain bahkan sampai ke
organ vital seperti otak atau paru (Lubis, 2009).
2. Penyebab Kanker Payudara
Penyebab langsung kanker payudara sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Menurut Simanjuntak dalam Hawari (2004), menemukan beberapa faktor
resiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara luas oleh kalangan
pakar kanker didunia yakni, meliputi :
a.
Wanita berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk mendapat kanker payudara dan resiko akan bertambah sampai
umur 50 tahun dan setelah menopause.
12
b.
Wanita yang tidak menikah resikonya 2-4 kali lebih tinggi dari pada wanita
yang menikah dan mempunyai anak.
c.
Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma atau tumor jinak payudara
resikonya 3 hingga 9 kali lebih besar.
d.
Wanita yang mengalami masa menopause terlambat lebih dari 55 tahun,
resikonya 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi.
e.
Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3 hingga
4 kali lebih tinggi.
f.
Wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) didinding dada, resikonya 2
kali hingga 3 kali lebih tinggi.
g.
Wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara pada
ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan,adik/kakak, resikonya 2
hingga 3 kali lebih tinggi.
h.
Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak
akan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali
lebih tinggi.
3. Gejala klinis kanker payudara
Menurut Utami (2012) gejala kanker payudara pada tahap dini biasanya belum
menimbulkan keluhan.Gejala yang dirasakan hanya benjolan kecil dan teraba
seperti melekat pada kulit. Menurut Sastrosudarmo (2012), keluhan akan timbul
pada stadium lanjut. Keluhan yang biasa timbul adalah :
a.
Ada benjolan pada payudara bila diraba dan akan menimbulkan nyeri pada
saat ditekan.
b.
Terjadi perubahan ukuran atau bentuk payudara.
c.
Timbulnya borok akibat pembengkakan di payudara.
d.
Putting susu yang mengkerut ke dalam atau terasa gatal, bahkan sampai
menimbulkan edema.
e.
Keluar cairan dari putting susu seperti darah, nanah atau cairan encer atau
keluar air susu pada wanita yang tidak sedang hamil ataupun menyusui.
f.
Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk.
13
g.
Benjolan diketiak.
h.
Payudara kemerahan.
4. Stadium klinis kanker payudara
Menurut Sastrosudarmo (2012) penentuan stadium kanker payudara penting
sebagai panduan pengobatan. Berdasarkan American Joint Committee on Cancer
(AJCC) ada 4 stadium yaitu:
Stadium 1
:Tumor dengan diameter 1-2 cm dan belum menyebar keluar
payudara. Bebas dari jaringan sekitarnya, belum ada penyebaran
ke kulit dan jaringan yang dibawahnya (otot).Kelenjar getah
bening aksila belum teraba.
Stadium II dibagi :
Stadium II A :Tumor dengan diameter 2-5 cm dan belum menyebarkan ke
kelenjar getah bening aksila atau ada beberapa tumor dengan
diameter 2 cm yang sudah menyebar ke aksila.
Stadium II B : Tumor dengan diameter lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening atau tumor dengan diameter
2-5 cm tetapi sudah menyebarkan ke kelenjar getah bening.
Stadium III dibagi :
Stadium III A :Tumor dengan diameter kurang dari 5 cm dan sudah menyebar
ke kelenjar getah bening aksila disertai perlengketan satu sama
lain atau perlengketan ke struktur lainnya atau tumor dengan
diameter lebih dari 5 cm sudah menyebar ke kelenjar getah
bening aksila.
Stadium III B:Tumor telahmeluas dalam payudara yaitu kedalam kulit
payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada.
14
Stadium IV
:Tumor seperti pada stadium I, II dan III. Tetapi tumor telah
menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke
hati, tulang dan paru-paru.
Menurut Utami (2012) pengobatan atau tindakan pada kanker payudara yang
terbaik
berdasarkan
stadiumnya,karena
masing-masingstadium
berbeda
penanganannya. Pengobatan kanker payudara yang disepakati ahli-ahli kanker
sedunia adalah:
Stadium I
: Dilakukan operasi dan kemotrapi
Stadium II
:Operasi dilanjutkan dengan kemotrapi ditambah hormonal
Stadium III :Operasi dilanjutkan dengan kemotrapi ditambah radiasi dan
hormonal
Stadium IV :Dilakukan kemotrapi dilanjutkan dengan radiasi dan hormonal.
5. Jenis kanker payudara
Menurut Utami (2012), ada beberapa jenis kanker payudar, yakni :
1. Karsinoma payudara In-situ
Kanker ini tidak menyebar dari area dimana kanker itu muncul dan
seringkali terdeteksi pada mamografi. Pertumbuhan kanker ini hanya berada
didalam kelenjar susu (lobules) dan saluran susu (ductal).
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi
Kenker ini mulai terjadi di dalam kelenjar susu payudara, tetapi sering
menyebar kebagian tubuh yang lain. Kejadian kanker ini 10% sampai 15%
dari seluruh kejadian kanker payudara.
3. Karsinoma duktal menginfiltrasi
Kanker ini terjadi dalam saluran susu payudara dan menjebol dinding
saluran, menyerang jaringan lemak payudara dan kemungkinan terjadi
dibagian tubuh yang lain. Sekitar 80% jenis kanker ini paling umum terjadi.
15
4. Karsinoma medular
Kanker ini hanya 5% dari seluruh kejadian kenker payudara.Kanker ini
membentuk satu batas yang tidak lazim antara jaringan tumor dan jaringan
normal.
5. Karsinoma musinus
Kanker ini merupakan satu jenis kanker yang jarang terjadi.Kanker ini
menghasilkan lendir dan pertumbuhan lambat.
6. Karsinoma tubular
Jenis kanker ini hanya 2% dari keseluruhan diagnose wanita dengan
karsinoma tubular memiliki harapan kesembuhan cukup baik.
7. Karsinoma inflamatori
Kondisi payudara nampak meradang (merah dan hangat) dengan cekungan
atau pinggiran yang tebal karena sel kanker menyumbat pembuluh limfe
kulit
pembungkus payudara.Kejadiankanker
ini
hanya 1%, namun
perkembangannya sangat cepat, daerah sekitar areola dan puting tampak
pecah-pecah, memerah, mengorong (borok) dan mengeluarkan cairan,
kejadian ini hanya 1%.
6. Pengobatan kanker payudara
Pengobatan kanker tergantung dari tipe dan stadium yang dialami penderita.
Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi, yakni:
a. Pembedahan
Menurut Utami (2012) pembedahan yang dilakukan pada kanker payudara
tergantung jenis tumor dan kondisi fisik secara keseluruhan, adapun
pembedahan tersebut adalah: (a) Lumpektomi merupakan pengangkatan
tumor dan sejumlah kecil jaringan normal didaerah sekitarnya. (b)
Mastektomi total merupakan pengangkatan seluruh payudara saja, bukan
kelenjar di aksila. (c) Modifikasi Radical Mastektomi merupakan
pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang
16
selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar aksila. Efek samping dari
terapi ini adalah pembengkakan, kehilangan tenaga, persendian menjadi
kaku, mati rasa atau perasaan gatal-gatal, perdarahan, infeksi dan pembekuan
darah (Hartati,2008).
b. Terapi radiasi
Membunuh sel kanker yang masih tersisa dipayudara setelah operasi.Dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma.Efek samping yang ditimbulkan
adalah nafsu makan berkurang, kondisi menjadi lemah, warna kulit disekitar
payudara menjadi hitam, serta mudah terinfeksi akibat leukosit menurun.
c. Terapi hormonal
Terapi anti estrogen ini akan mengunci kerja hormon estrogen untuk
membatasi pertumbuhan tumor. Pemberian obat anti estrogen ini
menyebabkan kemerahan pada wajah dan siklus haid yang tidak teratur
(Junardi,2008).
d. Imonoterapi
Terapi ini menggunakan obat-obat yang meningkatkan sistem pertahanan
tubuh. Terapi ini akan mengeliminasi sel-sel kanker sehingga pertumbuhan
dan penyebaran sel kanker dapat dicegah. Terapi ini dapat digunakan sendiri
atau kombinasi.Efek samping yang ditimbulkan seperti flu, rasa cepat lelah,
sakit kepala dan nyeri tulang (Baradero,2008).
e. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang bertujuan membunuh sel
kanker.Obat kemoterapi ini bisa digunakan secara tunggal maupun
kombinasi.Efek kemoterapi yang di timbulkan adalah mual dan muntah serta
rambut rontok.
17
7. Dampak Penyakit Kanker terhadap Psikologi Pasien
Masalah psikologi timbul akibat dari konsekuensi kanker, karena ini merupakan
penyakit yang menakutkan dan mecemaskan dari semua penyakit yang lain.
Kanker terkait dengan masalah fisik : nyeri, sengsara, kematian dan biaya;
masalah psikososial: ansietas, citra tubuh dan kehilangan.
Penataan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat,
akantetapi walaupun demikian angka kematian (mortality rate) dan angka
kejadian (incidence rate) kanker payudara masih tetap tinggi, disebabkan
penderita ditemukan pada stadium lanjut (Hawari, 2009).Adatiga reaksi
emosional penderita kanker manakala diberitahu bahwa penyakit yang diderita
adalah kanker yang sudah lanjut yaitu: Pase pertama : penderita akan merasakan
shock mental. Pase kedua : penderita diliputi oleh rasa takut (fear), dan depresi.
Pase ketiga; muncul reaksi penolakan (denial) dan kemurungan (Hawari, 2009).
Meskipun banyak bentuk kanker yang dapat disembuhkan dan banyak bentuk
lainnya mencapai status sembuh jika diatasi secara dini tetapi faktanya banyak
pasien dan keluarganya tetap memandang kanker sebagai penyakit fatal yang
tidak dapat dihindari yang disertai rasa nyeri, penderitaan, kelemahan dan
menguruskan.Setelah dokter menginformasikan tentang diagnosa kanker
seringkali pasien berespon dengan syokdan tidak percaya. Kekuwatiran pasien
terhadap penyakit kanker akan dapat terus berlanjut sampai pada akhir hidupnya
jika tidak diberi suatu support serta peningkatkan koping yang adaptif yang
dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
8. Perawatan Pasien dengan Kanker Payudara yang Kemoterapi
a. Personal higiene yang baik harus ditekankan dengan menghindari orangorang yang mengalami infeksi, misalnya penderita TB paru, hepatitis.
Dijelaskan juga kepada pasien untuk mengenal sumber-sumber infeksi seperti
: tusukan jarum infus, kateter uretra, drain. Perlu juga pasien dan keluarga
18
mengerti alasan perlunya pemeriksaan tanda vital, darah lengkap dan
pemeriksaan kimia secara teratur.
b. Pertahankan keseimbangan cairan, saluran pencernaan adalah sistem tubuh
yang sangat peka terhadap kemoterapi. Sebab itu pasien mengalami
anoreksia, mual, muntah dan diare. Semuanya mengakibatkan dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit. Selain itu juga berat badan juga menurun.
c. Peningkatan nutrisi, anoreksia dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri atau
melalui kemoterapi. Dianjurkan agar pasien makan sedikit-sedikit, tetapi
sering. Istirahat sebelum makan dapat menghemat tenaga yang diperlukan
untuk makan. Berat badan dipantau setiap hari atau setiap minggu. Jika pasien
mengalami malnutrisi berat, nutrisi parenteral total harus diberikan.
d. Peningkatan citra tubuh positif, obat-obat kemoterapeutik sangat efektif
terhadap sel sel tubuh yang mempunyai siklus mitosis yang cepat, seperti selsel integumen. Kemoterapi juga dapat mengakibatkan kebotakan, maka perlu
penjelasan dari perawat kepada pasien agar bisa menerima keadaannya.
Untuk itu kalau perlu pasien memakai wig, topi atau penutup kepala lainnya
(Saryono,2009).
C. Kemoterapi
1. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil,
cair atau kapsul atau melalui infuse(Nisman, 2011). Kemoterapi adalah proses
pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil, cair atau kapsul yang
bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi
juga di seluruh tubuh (Dentondalam Nisman, 2011).
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.Kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan
dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat
lain (Imam Rasjidi, 2007).
19
Pengobatan ini biasanya diberikan sebagai kombinasi obat-obatan anti-kanker,
seringkali sekaligus tiga kali.Target utama obat-obatan semacam ini
dimaksudkan untuk mengidentifiksdi dan membunuh sel-sel yang bertambah
dan membelah secara cepat. Sayangnya, obat-obat anti-kanker tidak dapat
mengenali sel-sel kanker secara spesifik dan akan membunuh sel-sel lain yang
membelah secara aktif seperti sel-sel darah atau sumsum tulang. Sumsum
tulang adalah jaringan yang sangat penting dalam tubuh sebab memproduksi
sel-sel darah dan sistem kekebalan untuk melawat infeksi .
2. Jenis-jenis Kemoterapi
Menurut Alsagaf dalam wijayanti (2013) ada beberapa jenis kemoterapi
yang diberikan yaitu :
a. Kemoterapi Adjuvant yang diberikan pasca operasi yang bermanfaat
untuk mengurangi kekambuhan dan mengurangi penyebaran yang akan
timbul.
b. Kemoterapi Neo adjuvant yang bertujuan untuk mengurangi ukuran
tumor sehingga lebih mudah untuk dioperasi dan dilakukan sebelum
operasi.
c. Paliatif yaitu kemoterapi yang diberikan untuk meringankan beban
penderita kanker, meningkatkan kualitas hidup dan bila mungkin
memperpanjang
hidupnya,
terutama
bagi
yang
tidak
mungkin
disembuhkan lagi, tujuannya untuk memperlambat dan mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri.
3. Manfaat Kemoterapi
Manfaat dari kemoterapi yaitu penderita dapat sembuh atau hidup
lama.Kanker juga dapat dikendalikan cukup lama dan bermanfaat untuk
paliatif (dapat mengurangi gejala).
20
4.
Cara Pemberian Kemoterapi
a. Secara oral.
b. Subkutan dan Intramuskuler.
c. Parienteral.
d. Intravena (Imam Rasjidi, 2007).
5.
Persiapan Kemoterapi
a.
Sebelum melaksanakan kemoterapi penderita menjalani pemeriksaan awal
b.
Tujuannya adalah untuk mengantisipasi efek samping.
c.
Ditetepkan oleh dokter onkologi medik.
d.
Pemeriksaan antara lain: darah lengkap, test fungsi ginajl, fungsi lever,
pemeriksaan organ tubuh lain.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kemoterapi menurut
Sukardja dalam Wijayanti (2013) adalah :
1.
Jenis obat, dimana obat-obat kemoterapi yang diberikan adalah obat yang
sensitif terhadap jenis kanker.
2.
Dosis obat
3.
Jadwal pemberian
4.
Cara pemberian obat
5.
Perhatikan efek samping
6.
Perhatikan kontraindikasi
6. Akibat Kemoterapi
a.
Ringan,berat tergantung dosis dan regimen
b.
Karena diberikan sistemik, semua sel sedang tumbuh terkena
c.
Sel kanker lebih banyak terkena akibatnya
7. Akibat Kemoterapi yang Perlu Diperhatikan
a.
Sel darah (memerangi infeksi, membawa oksigen, membantu pembekuan
darah)
21
b.
Saluran cerna (muntah, kadang susah buang air besar)
c.
Kulit dan rambut (rambut rontok sementara, kuku dan kulit tampak hitam)
d.
Sistem reproduksi laki-laki dan perempuan (tidak haid sementara dan sperma
kosong).
8. Efek Samping Kemoterapi
Menurut Dalimarta (2008), pengobatan dengan sitostatika dapat menimbulkan
demam bahkan sampai menggigil. Efek sitostatika bereaksi dimulai 6 jam setelah
dilakukan pemberian obat sitostatika. Frekuensi dan beratnya efek samping
tergantung jenis obat, dosis, kombinasi obat (Alsagaf dalam wijayanti, 2013). Efek
samping yang ditimbulkan dari kemoterapi :
a. Gangguan pada sumsung tulang belakang yang menimbulkan penurunan sel
darah putih (leukopenia) yang enyebabkan turunnya daya tahan tubuh sehingga
lebih rentan untuk terinfeksi seperti Infulenza, otitis media (infeksi telingga
tengah), sinusitis, dan faringitis (Baradero, 2008). Penurunan jumlah trombosit
(trombositopenia) sehingga mudah mengalami perdarahan dan penurunan selsel darah merah.
b. Gangguan saluran cerna, seperti mual dan muntah adalah efek samping
kemoterapi yang lebih sering terjadi dan dapat menempati hingga 24 jam
setelah obat. Bahkan menyebabkan diare, gastritis, ulkus lambung, mual
muntah serta kehilangan nafsu makan.
c. Bersifat toksi pada beberapa organ seperti jantung, hati, dan ginjal. Toksisitas
dini terjadi beberapa jam hingga beberapa hari setelah diberikan terapi dan ini
biasanya berkaiatan dengan pengaruh sitotoksik pada sel-sel yang aktif
membelah diri pada sum-sum tulang, epitel saluaran cerna, kulit dan rambut.
d. Gangguan sistem reproduksi, fungsi testicular dan ovarium dapat dipengaruhi
oleh obat-obat kemterapi. Ovulasi normal dan manapouse dini terjadi. Pasien
pria dapat mengalami azoospermia temporer atau permanen (tidak ada
spermatozoa). Sel-sel reproduksi mungkin mengalami kerusakan selama
pengobatan dan mengakibatkan abnormalitas kromosom pada keturunan.
22
e. Gangguan sistem neurologi, alkaloid tumbuhan dapat menyebabkan kehilangan
refleks tendon profunda, dan ileus paralitik dapat terjadi. Sering merasa
kesemutan pada ekstremitas dan kelemahan motorik (Baradero, 2008).
f. Ngilu pada tulang
g. Rambut rontok hingga bahkan mengalami alopesia (kebotakan). Produksi
rambut pada folikel selama kemoterapi menghasilkan batang rambut yang tipis
dan lemah, muncul dari permukaan kulit dan mudah patah. Biasanya digunakan
tutup kepala untuk menutupi kerontokan rambut.
h. Gangguan pada kulit, mulut dan tenggorokan seperti kulit kering, memberi atau
bahkan menghitam, kering, serta gatal, sariaawan dan kesulitan menelan.
9.
Syarat-syarat Seseorang Mendapat Kemoterapi
a. Fungsi organ baik
b. Jenis sel darah merah dan darah putih cukup.
c. Tidak demam
d. Tidak perdarahan
D. Kepatuhan Menjalani Kemoterapi
1. Definisi Kepatuhan
Menurut Sackett dalam Niven (2002) kepatuhan adalah sejauhmana perilaku
pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
Kepatuhan adalah tingkat perilaku individu (misalnya minum obat, mematuhi diet
atau melakukan perubahan gaya hidup), sesuai anjuran terapi atau kesehatan.
Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari mengindahkan setiap aspek anjuran hingga
mematuhi semua rencana terapi (Kozier, 2010),
Menurut (Perry dan Potter, 2009) kepatuhan adalah ketaatan klien pada terapi
yang
ditetapkan.Tetapi
tidak
semua
orang
ingin
mempertahankan
kesehatannya.Banyak orang yang tidak mau mengadopsi prilaku sehat atau
mengubah prilaku yang tidak sehat. Berbeda dengan orang-orang yang
menganggap penyakit sebagai ancaman, biasanya mereka akan mengatasi
23
keterbatasan dalam praktik kesehatan yang berubah dan melihat keuntungan
dalam mengadobsi perilaku yang baru. Sebagai contoh penderita diabetes mellitus
terus mengikuti pola makan seperti biasa. Terapi tidak akan berpengaruh kecuali
penderita diabetes mellitus menganggap kesehatan sebagai hal penting. Petugas
kesehatan harus mengkaji motivasi belajar dan kebutuhan pengetahuan penderita
agar dapat membentuk kepatuhan.
Berdasarkan
pendapat Lukman dalam Suprayanto (2010) dapat disimpulkan
bahwa kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdidisiplin melakukan
perintah/nasehat atau aturan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, setelah memahami betul apa yang dianjurkan/disarankan. Seseorang
dikatakan patuh menjalankan kemoterapi apabila mau menjalankan pola hidup
sehat dan mengontrol atau pemeriksaan sel kanker, pemeriksaan fungsi hati,
haimoglobin, leukosit paling lama setiap 2 bulan sekali sesuai dengan ketentuan,
sehingga terhindar dari mestastasi atau penyulit .
Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah
pada tujuan yang telah ditentukan.Kepatuhan memiliki nada yang cenderung
memanipulasi atau otoriter dimana penyelenggaraan perawatan kesehatan atau
pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang, peserta didik anggap bersikap
patuh.Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat
diobservasi.
Menurut Eraker dan Niven(2002), mengatakan kepatuhan pasien program
kesehatan
dapat
ditinjau
dari
berbagai
perspektif
teoritis:Teori
perilaku/pembelajaran sosial yang menggunakan pendekatan behavioristik dalam
hal reward, petunjuk, kontrak dan dukungan sosial. Teori keyakinan rasional yang
menimbang manfaat pengobatan dan resiko penyakin melalui penggunaan logika
cost benefit. Sistem mengatur diri, pasien dilihat sebagai pemecahan masalah yang
mengatur perilakunya berdasarkan persepsi atas penyakit. Menurut Lawrence
Green dalam Notoatmodjo(2005), menjelaskan bahwa perilaku seseorang
dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni faktor predisposisi
24
(predisposing factor), faktor yang mendukung (enabling factor) dan faktor yang
memperkuat atau mendorong ( reinforcing factor). Jadi ada hubungan antara
perilaku seseorang dengan kepatuhan dalam menjalankan kemoterapi.
Menurut Sacket dalam Niven (2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku
pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan.Salah
satu pengobatan yang berkembang dengan cepat saat ini adalah kemoterapi yaitu
penggunaan preparat anti neoplasma, sebagai upaya untuk membunuh sel-sel
tumor dengan mengganggu fungsi reproduksi seluler.Biasanya kemoterapi
dilakukan pada beberapa penyakit kanker yang spesifik seperti kanker payudara,
kanker rahim, kanker paru, leukemia tetapi selalu ada laporan baru tentang
neoplasma yang sebelumnya tidak dapat diatasi sekarang sensitif terhadap
kemoterapi.Obat kemoterapi digunakan untuk membunuh dan menghambat
perkembangan sel kanker payudara.
2. Kepatuhan Kemoterapi
Kanker payudara umumnya diberikan 6 siklus kemoterapi dengan interval antar
siklus adalah setiap 3 minggu.Ini artinya penderita kanker payudara tersebut harus
menjalani 6 kali kemoterapi sampai kemoterapinya selesai diberikan. Misalkan
kemoterapi pertama diberikan pada tanggal 1 Agustus 2013, maka penderita
tersebut harus dilakukan kemoterapi kedua pada tanggal 22 Agustus 2013,
demikian pula seterusnya untuk kemoterapi ke 3,4,5,6, penderita harus datang
setiap 3 minggu sekali ke rumah sakit.
Jumlah pemberian kemoterapi juga sudah ditetapkan untuk masing-masing kanker
ada yang 4 kali, 6 kali , 12 kali, dsb. Jumlah pemberian ini tidak boleh ditawartawar, misalkan hanya diberikan satu atau dua kali saja lalu berhenti. Hukumnya
dalam pemberian kemoterapi adalah diberikan semuanya atau tidak sama sekali.
Bila diberikan hanya satu atau dua kali saja, tidak ada manfaatnya, karena kanker
tidak akan dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan atau resisten terhadap
25
pemberian kemoterapi berikunya, selain itu efek sampingnya juga hebat namun
tidak memberikan manfaat, juga secara ekonomi memboroskan biaya
Efek lainnya adalah bisa saja kanker justru berkembang dan stadium kankernya
meningkat yang tadinya stadium dua menjadi stadium empat misalnya. Bisa juga
kanker akan kambuh kembali di tempat semula dia tumbuh. Mengingat pemberian
kemoterapi ini sangatlah bervariasi, efek sampingnya juga banyak dan berat, maka
pemberian kemoterapipun tidak dapat diberikan oleh setiap dokter.Hanya dokter
yang sudah benar-benar mengerti pemberian kemoterapi yang umumnya
menangani kemoterapi.
3. Penyebab Terjadinya Kepatuhan
Kepatuhan yang terjadi dalam menjalankan sesuatu dalam kehidupan apakah
dalam mengatasi masalah kesehatan atau penyakit dapat disebabkan banyak hal
yaitu : (1) kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman
tentang pentingnya perilaku yang baru itu, (2) kepatuhan demi menjaga hubungan
baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut,
(3) kepatuhan timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas
kesehatan atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau
diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan
tersebut, tahap ini disebut proses identifikasi. Motivasi untuk mengubah perilaku
individu dalam tahap ini lebih baik dari pada dalam tahap kesediaan, namun
motivasi ini belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum
dapat menghubungkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya,
sehingga jika dia ditinggalkan petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa
tidak perlu melanjutkan perilaku tersebut.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut teori Feuerstein dalam Niven (2002) ada 5 faktor yang mendukung
kepatuhan pasien yaitu :
1. Pendidikan
26
Tingkatpendidikan
pasien
dapat
meningkatkan
kepatuhan
sepanjang
pendidikan tersebut merupakan pendidikan aktif yang diperoleh secara
mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu mulai dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi.Pendidikan ini dapat juga diperoleh secara mandiri dengan
menggunakan buku-buku dan kaset sebagai alat penuntun belajar.
2. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang
dapat memengaruhi kepatuhan. Sebagai contoh pasien yang lebih mandiri,
harus merasakan bahwa dia dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan,
sementara pasien yang mengalami ansietas menghadapi sesuatu, harus
diturunkan terlebih dahulu tingkat ansietasnya dengan cara menyakinkan dia
atau dengan teknik-teknik lain sehingga dia termotivasi untuk mengikuti
anjuran pengobatan.
3. Modifikasi faktor lingkungan dan social
hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman
sangat penting. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk
membantu
kepatuhan
terhadap
program-program
pengobatan
seperti
pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan konsumsi
alkohol.
4. Perubahan model terapi
Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien
terlibat aktif dalam pembuatan program terapi.
5. Dukungan keluarga
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga,
teman, waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam kepatuhan contoh
yang sederhana jika transfortasi dan biaya kurang dapat mengurangi kepatuhan
penderita dan keluarga dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh
27
penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan
dan mereka seringkali dapat menjadikan kelompok pendukung untuk mencapai
kepatuhan (Carpinoto, 2000)
.
Menurut hidayat (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien adalah :
1.
Faktor Internal

Tingkat kebutuhan pasien,
Pasien yang merasakan terapi yang dilakukan merupakan kebutuhan untuk
sembuh akan lebih patuh dari pada pasien yang ridak memiliki harapan untuk
sembuh.

Derajat penyakit
Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan pada terapi yang dilakukan.

Efek samping terapi
Jika terapi yang diberikan menimbulkan efek samping yang tidak sesuai
dengan kepentinggan atau kebutuhan pasien cenderung tidak patuh.
2. Faktor eksternal
 Tenaga medis
Pemberian motivasi oleh tenaga medis yang baik akan memberikan motivasi
pada pasien untuk melaksanakan terapi secara patuh.

Keluarga
Kelurga akan memberikan motivasi terbesar bagi pasien untuk melaksanakan
terapi dengan penuh.
Menurut Allien (2006) 4 faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien penyakit
kanker dalam menjalani kemoterapi adalah
1. Peminataan pemilik ororitas kesehatan (dokter)
2. Persepsi
3. Informasi
4. Variabel-variabel sosial
28
5.
Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan
Menurut Smet (1994) dalam Niven (2002) berbagai strategi untuk meningkatkan
kepatuhan adalah dukungan profesional kesehatan, profesional kesehatan sangat
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contohnya adalah meningkatkan
komunikasi, karena komunikasi memegang peranan penting maka komunikasi
diberikan oleh dokter/perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.
Strategi lain dukungan sosial, dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga.
Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk
menunjang
peningkatan
kesehatan
pasien
maka
ketidakpatuhan
dapat
dikurangi.Modifikasi perilaku sehat juga sangat diperlukan. Modifikasi gaya hidup
dengan mengatur makanan, melakukan aktivitas/olahraga dan kontrol secara teratur
melakukan pengontrolan dengan pemeriksaan darah rutin, USG, kolonoscopy dan
gastroscopy yang perlu untuk penderita kanker payudara.
Strategi terakhir pemberian informasi, pemberian informasi yang jelas pada pasien
dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya. Dalam
hal ini pemberian informasi yang jelas tentang perencanaan makan, aktivitas dan
kontrol darah lengkap, serta pemeriksaan endoscopy yang teratur pada penderita
kanker payudara sehingga penderita paham dan akhirnya patuh menjalankannya.
Kepatuhanadalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada
tujuan yang telah ditentukan.Kepatuhan memiliki nada yang cenderung
memanipulasi atau otoriter dimana penyelenggaraan perawatan kesehatan atau
pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang, peserta didik anggap bersikap
patuh.Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat
diobservasi dan dengan begitu dapat diukur.
29
6. Langkah-langkah Mengidentifikasi Adanya Ketidakpatuhan
Menurut Kozier(2010) untuk meningkatkan kepatuhan, perawat perlu memastikan
bahwa klien mampu melakukan terapi yang diprogramkan, memahami instruksi
yang penting,menjadi partisipan yang mau berusaha mencapai tujuan terapi dan
menghargai hasil perilaku yang direncanakan.Menurut Anderson dalam Niven
(2002) dalam penelitiannya tentang komunikasi dokter dan pasien di Hongkong,
mendapatkan bahwa pasen yang rata-rata diberi 18 jenis informasi untuk diingat
dalam setiap konsultasi, hanya mampu mengingat 31 % saja.Dari penjabaran dan
hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif sangat
diperlukan.Tenaga kesehatan harus memberikan informasi yang lengkap guna
meningkatkan pemahaman penderita sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi.
Langkah-langkah mengidentifikasi adanya ketidakpatuhan adalah:
1. Memastikan alasan klien tidak mematuhi program. Berdasarkan alasan klien,
perawat
dapat
memberikan
informasi,
mengoreksi
kesalahpahaman,
menganjukan konseling bila masalah psikologis menghambat kepatuhan.
Perawat juga perlu mengevaluasi kembali kesesuaian anjuran yang diberikan.
Jika kepercayaan, budaya dan usia bertentangan dengan rencana terapi yang
diberikan.
2. Menunjukan kepedulian. Perlihatkan perhatian yang tulus terhadap masalah dan
keputusan klien serta pada saat yang sama mengakui hak-hak klien terhadap
rangkaian tindakan, misalnya perawat memberi tahu agar jangan lupa minum
obat untuk kemoterapi.
3. Memotivasi klien untuk berperilaku sehat. Apabila penderita kanker payudara
melakukan latihan fisik setiap pagi, perawat dapat memberi pujian untuk
memanbah semangat klien.
4. Menggunakan brosur, gambar untuk memberikan penyuluhan. Contoh, perawat
dapat meninggalkan brosur atau gambar untuk dibaca klien setelah penyuluhan,
juga membuat jadwal pemberian obat kemoterapi pada selembar kertas dengan
arah jarum jam dan tanggal pemberian.
30
5. Memberi hubungan terapeutik yang tidak kaku, saling mengerti dan tanggung
jawab bersama dengan klien dan keluarga sebagai pemberi dukungan kepada
klien.
E. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Dukungan Keluarga
Variabel Dependen
Kepatuhan Menjalani
Kemoterapi Pada Penderita
Kanker Payudara
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalani kemoterapi
pada penderita kanker payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014.
Download