UPACARA MANTU KUCING DI DUSUN CURAHJATI DESA GRAJAGAN KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI (Perspektif Pendidikan Sosio Religius) Oleh Gandi Dwirani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar [email protected] Abstract Java Island is a predominantly Muslim island but its people live side by side with the pillars. One form of inter-religious harmony can be seen from the implementation of the Cat Mantu Ceremony in Dusun Curahjati Village Grajagan Purwoharjo District Banyuwangi Regency followed by various religions, among others: Hinduism, Islam, Buddhism, Christian Religion and Catholicism. Cat Mantu Ceremony was held to beg for rain to Ida Sang Hyang Widhi Wasa. In today's rapidly evolving technological development is not completely displaced all the traditions undertaken by the people of Dusun Curahjati who menjdi a ceremony that must be implemented. The results of this study are: Background held Ceremony Mantu Cats is a factor of Sradha (belief) is believed by the community and the factor of customs. Form of the implementation of Cats Mantu Ceremonies include: (1) Preparation Process Ceremony Cat Mantu, (2) Implementation Phase Ceremony Mantu Cats, (3) Final Stage Ceremony Cat Mantu. the implementation of the Cat Mantu Ceremony contains the values of socio-religious education which include: (1) Social Values or Solidarity, (2) Religion Value, (3) Cultural Preservation Value (Art). Keywords: Ceremony of cat mantu, Socio-religious Education I. PENDAHULUAN Pelaksanaan upacara dalam Agama Hindu yang tersebar di berbagai daerah Indonesia memiliki perbedaan yang telah didasari oleh “dresta” (tradisi atau kebiasaan) yang menjadi pedoman pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu secara turun temurun. Mereka melaksanakan hal tersebut sebagai suatu kewajiban-kewajiban yang kemudian menjadi budaya agama. Seperti halnya upacara yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Dusun Curahjati Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi yang melaksanakan upacara untuk memohon hujan dengan melaksanakan upacara mantu kucing. Upacara mantu kucing di Dusun Curahjati ini dilaksanakan dengan cara menikahkan sepasang kucing yang selayaknya menikahkan sepasang manusia. Upacara mantu kucing ini dilaksanakan sejak tahun 1930an hingga sekarang. Kemajuan teknologi yang berkembang dengan pesat pada era saat ini ternyata tidak sepenuhnya mengusur keyakinan dan kepercayaan masyarakat Hindu di Dusun Curahjati. Terbukti ketika teknologi sudah mampu mendatangkan hujan melalui awan buatan, ternyata masih ada sekelompok masyarakat di Dusun Curahjati yang masih percaya bahwa untuk mendatangkan hujan dengan cara mengelar upacara mantu kucing. Akan tetapi kemajuan teknologi ini apabila tidak diarahkan bisa berakibat buruk bahkan mengancam kelestarian tradisi masing-masing daerah khususnya di Dusun Curahjati dapat mengakibatkan hilangnya rasa toleransi antar agama yang tercermin pada pelaksanaan upacara mantu kucing. 109 II. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan upacara mantu kucing di Dusun Curahjati Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo KabupatenBanyuwangi dilatar belakangi oleh adanya: (1) Sradha (Keyakinan), keyakinan upacara mantu kucing di Dusun Curahjati Desa Grajagan Kecamatan untuk mendapat hasil yang baik berupa turunnya hujan dan keberkahan berupa keselamatan bagi seluruh warga Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.(2) Adat Istiadat, upacara mantu kucing yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Curahjati ini mutlak dilatar belakangi oleh adat istiadat yang dibentuk dan disepakati oleh seluruh masyarakat yang ada di Dusun Curahjati Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Bentuk pelaksanaan upacara mantu kucing di Dusun Curahjati Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi meliputi: (1) Proses Persiapan Upacara Mantu Kucing, proses persiapan ini meliputi: (a) Pelaksanaan Rapat, rapat ini dilaksanakan di rumah sesepuh Desa Grajagan, dalam rapat ini membahas beberapa hal yang diantara lain: Dana Yang Dibutuhkan, Dewasa membuat banten dan pelaksanaan Upacara Mantu Kucing, Tempat membuat sesajen, Upakara yang digunakan dalam pelaksanaan Upacara Mantu Kucing dan Penutup. (b) Pelaksanaan pembuatan sesajen, pembuatan sesajen ini dilaksanakan di masing-masing rumah warga yang sudah dibagi-bagi pada saat rapat. Sesajen yang dibuat diantaranya: Sego Gurih, Serundeng, Ingkung, Tumpeng nasi putih, Gedang setangkep, Dawet beras, Kembang Tujuh Rupa dan Cok Bakal. (2) Tahap Pelaksanaan upacara mantu kucing, tahapan pelaksanaan upacara mantu kucing ini meliputi: (a) Doa Lintas Agama sebelum Upacara Mantu Kucing, doa lintas agama ini pelaksanaannya selama lima hari berturut-turut sebelum upacara mantu kucing dilaksanakan. Doa lintas agama ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi baik yang beragama Budha, Hindu, Islam, Kristen maupun katolik. (b) Berkumpul di rumah sesepuh, sebelum upacara mantu kucing ini dilaksanakan warga Desa Grajagan berkumpul di rumah sesepuh untuk berjalan bersama-sama menuju ke sumber air umbul sari sebagai tempat upacara mantu kucing, (c) Memohon ijin sebelum Upacara Mantu Kucing, sebelum sepasang kucing di sumber mata air sesepuh desa Grajagan meminta ijin ke mbah umbul yang dipercaya sebagai penunggu mata air umbul sari, (d) Puncak Upacara Mantu Kucing, pada tahapan puncak mantu kucing ini sepasang kucing diceburkan ke dalam mata air umbul sari, kemudian disusul dengan penyiraman dawet beras tepatnya diatas sumber mata air umbul sari tersebut. (3) Tahapan akhir Upacara mantu kucing, tahapan akhir dari mantu kucing ini diadakan genduren dan petunjukan tarian jaranan butho. Nilainilai pendidikan sosio religius yang terkandung dalam upacara mantu kucing meliputi: (a) Nilai Sosial atau solidaritas, (b) Nilai Agama (religi), (c) Nilai Pelestarian Budaya (Seni). III. SIMPULAN Berdasarkan analisis diatas, maka dapat disimpulkan tentang pelaksanaan upacara mantu kucing yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Curahjati Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi yaitu sebagai berikut: 1. Latar belakang dari pelaksanaan upacara mantu kucing di Dusun Curahjati Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi yaitu meliputi kepercayaan yang ditimbulkan apabila tidak melaksanakan upacara mantu kucing tersebut yang menjadi dasar dari pelaksanaan upacara ini serta adanya kesepakatan bersama antar masyarakat untuk terus melestarikan adat istiadat yang ada agar tidak tergerus oleh kemajuan zaman pada saat ini. 2. Bentuk pelaksanaan Upacara Mantu Kucing di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi dimulai dari proses persiapan upacara yaitu pelaksanaan rapat yang akan membahas tentang dana yang dibutuhkan, waktu pembuatan sesajen dan pelaksanaan upacara mantu kucing, tempat membuat sesajen, dan penutupan rapat. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan Doa bersama 110 sebelum upacara mantu kucing dimulai, setelah itu pembuatan sesajen yang terdiri dari kendurenan. Setelah semua persiapan selesai dilakukan barulah upacara dilaksanakan yaitu tahap awal berkumpul dirumah sesepuh, sesepuh memohon ijin kepada penunggu mata air umbul sari, sampai pada puncak upacara mantu kucing, pada tahap akhir akan dipersembahkan sebuah tarian jaranan buto dan makan bersama kendurenan. 3. Nilai pendidikan sosio religius yang terkandung dalam upacara mantu kucing di Dusun Curahjati Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi yaitu meliputi: (a) Nilai sosial (solidaritas) yang ditunjukan pada rasa gotong royong dan rasa kekerabatan warga dalam mempersiapkan upacara mantu kucing. (b) Nilai Religi yang dilihat pada kesakralan dari ritual yang dilaksanakan serta keberadaan beragam simbol-simbol sesajen yang pada dasarnya mengandung makna religius dan filosofis. (c) Nilai Pelestarian Budaya yang terbukti masih adanya pengunaan kesenian jaranan butho dalam serangkaian upacara mantu kucing tersebut, yang bertujuan agar kesenian jaranan butho tersebut akan terus ajeg dan lestari dan terhindar dari tekanan arus modernisasi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PraktekEdisi Revisi V. Jakarta: Renika Cipta Arikunto. Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika Cipta Artadi, I Ketut. 2003. Batas Kebudayaan Religi dan Kebajikan.Denpasar: Sinay Artadi, I Ketut. 2011. Kebudayaan Spritualitas Nilai Makna dan Martabat Kebudayaan Dimensi Tubuh Akal Roh dan Jiwa. Pustaka Bali Post Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: GPU Budhimataam, Made. 2016. Sasolah Rejang Takilan Dalam Upacara Nindih Di Pura Bale Pakencan Desa Adat Bungaya Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem Perspektif Pendidikan Agama Hindu. Skripsi S1 Pendidikan Agama Hindu IHD Negeri Denpasar Bungin, Burhan. 2001. Analisi Data Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt. Raja Grafindo Persada. Clolid. 2001. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara Dalu, Ki Buyut. 2011. Cara Mudah Memahami Agama Hindu. Denpasar:CV. Kayu Mas Darmawan, Made. 2010. “Peranan Upacara Gebug Ende Di Desa Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem”. Skripsi S1 Pendidikan Agama Hindu IHD Negeri Denpasar Farouk, Muhamad. 2003. Metodelogi Penelitian Sosial (Bunga Rampai). Jakarta: Restu Agung Gorda, I Gusti Ngurah. 1999. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Praktisi. Denpasar. Pusat Pengembangan Manajemen dan Ilmu Pengetahuan Universal Pendidikan Nasional. Hindropusoito.O.C.D. 2000. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kansius Iqbal, Hasan. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Prest Juliawati, Ni Kadek. 2015. Prosesi Upacara Aci Neduh Ketupat di Pura Msceti Desa Medahan Kecamatan Blahbatuh Kabupaten GianyarPerspektif Pendidikan Agama Hindu. Denpasar: Skripsi IHDN Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat Paradigma Bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum, dan Seni. Yogyakarta: Paradigma Koentjaraningrat. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada 111 Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: Gaung Persada Krisnawati, Ni Luh Putu. 2015. Tradisi mencabik Mayat Dalam Upacara Ngaben Di Banjar Buruan, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar (Perspektif Sosio Religius). Denpasar: skripsi IHDN Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya Na’im, Akhsan. Syahputra, Hendry. 2011. Subdirektorat Statistik Demografi.Jakarta: Badan Pusat Statistik Narbuko. Achmadi.1997. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: Paramita Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nasution. 2009. Metode Resercha. Jakarta: Bumi Aksara Oka Mas, Dewa Ayu. 2012. Upacara Perkawinan Massal Di Desa Pengotan Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli Perspektif Pendidikan Agama Hindu. Denpasar: Skripsi IHDN Purwanto. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Balai Pustaka Ria Lestari. 2014. Kepercayaan Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita Ridwan, M. 1990. Kamus Ilmiah Populer. Ritzer. 2004. Fungsional dalam Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka Samudra, Angga. 2014. Upacara Mantu Kucing di Dusun Curahjati, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi Perspektif Pendidikan Agama Hindu. Denpasar: Skripsi IHDN Sanjaya, Putu. 2011. Filsafat Pendidikan Agama Hindu. Surabaya:Paramita Subdirektorat Statistik Demografi Tahun 2011. Sudarsana. 2003. Ajaran Agama Hindu Acara Agama. Denpasar: Widya Dharma Sudarsana, I. K. (2014). PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar. Sudarsana, I. K. PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK USIA DINI. STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI BERKUALITAS. Sudiro, Tungki. 2016. Realisasi Toleransi AntarAgama Dalam Tradisi Bersih Desa Di Desa Kesamben Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.Denpasar: Skripsi IHDN Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuatitatif. Bandung: Alfabet Supryaga, Iman dan Tambroni. 2011. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rosda Karya Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung:Tarsito Surayin, Ida Ayu Putu. 2004. Melangkah Kearah Persiapan Upakara Yadnya. Surabaya:Paramita Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Usman, Husaini. 2006. Manajeman Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Pt. Bumi Aksara 112