BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada tanggal tertentu. Informasi keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi disebut laporan keuangan. Dimana laporan keuangan tersebut memiliki tujuan salah satunya yaitu memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan. (Martani dkk, 2012:8) Keputusan dapat dilakukan oleh manajemen, kreditur, maupun pihak lain. Laporan keuangan membantu pengambilan keputusan dalam melakukan penilaian yang lebih baik sehingga keputusan yang dibuat didasarkan pada informasi yang relevan dan reliabel. Bagi kreditur, kredit diberikan kepada entitas yang memiliki kemampuan menghasilkan arus kas untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Laporan keuangan dapat menunjukan kinerja dan kondisi entitas, sehingga berdasarkan informasi tersebut pilihan entitas yang akan diberikan kredit tepat (Martani dkk, 2012:13). Oleh karena itu akuntansi ini sangat penting bagi perusahaan karena untuk memberikan informasi kepada pihak internal maupun eksternal mengenai kinerja perusahaan tersebut. Salah satu entitas yang membutuhkan informasi akuntansi ini yaitu bank. Bank merupakan lembaga keuangan yang harus menyajikan laporan keuangan yang sangat baik agar 1 2 masyarakat tertarik untuk menyimpan dananya pada bank, karena sumber dana dari masyarakat tersebut merupakan sumber dana terbesar bagi bank. Analisis laporan keuangan umumnya dilakukan oleh para pemberi modal seperti kreditor, investor, dan oleh perusahaan itu sendiri berkaitan dengan kepentingan manajerial dan penilaian kinerja perusahaan. Kerangka konsep analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang diawali dari analisis kondisi lingkungan perusahaan yang memerhatikan berbagai pihak yang berkepentingan, kemudian informasi manajerial mulai dari visi dan misi manajemen, pengendalian manajemen, sampai tingkat kebijakan operasional perusahaan, yang direfleksikan dalam bentuk kinerja laporan keuangan standar mencakup laporan keuangan neraca, laba rugi, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas ditambah catatan atas laporan keuangan. Adapun alat analisis yang umum digunakan adalah analisis rasio keuangan. (Harmono, 2011:104) Kinerja keuangan perusahaan akan dinilai melalui analisis rasio keuangan oleh para investor dan lembaga perbankan sebagai kreditor. Pada umumnya, dasar evaluasi yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan adalah memanfaatkan alat analisis rasio keuangan sebelum memberikan kredit. Aplikasi analisis rasio keuangan yang digunakan oleh lembaga perbankan sering disebut sebagai rasio CAMEL yang meliputi penilaian Capital, Aktiva produktif, Manajemen, Earnings, Likuiditas. Dimana rasio CAMEL ini digunakan untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank. Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana 3 tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2012:4). menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan yang sangat penting karena melalui kegiatan ini bank dapat memperoleh pendapatan. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomer 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pemberian bunga tersebut merupakan salah satu sumber pendapatan bagi bank itu sendiri. Menurut Manurung dan Rahardja (dalam Hersugondo dan Handy, 2012:1) Indikator efektivitas suatu entitas diantaranya dapat diukur berdasarkan informasi akuntansi melalui rasio keuangan, dan salah satu rasio keuangan perbankan dalam menyalurkan kredit adalah LDR. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit dengan dana yang diterima meliputi giro, deposito, dan tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, modal inti, dan modal pinjaman. Kemudian disesuaikan dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) dengan DPK yang mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak 4 termasuk antar bank). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, angka LDR seharusnya berada di sekitar 85% - 110%. Perbankan nasional di tahun 2014 ini mengalami beberapa ujian, salah satunya yaitu mengetatnya likuiditas yang selama empat tahun terakhir ini pertumbuhan kredit melampaui pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Bahkan pada dua tahun terakhir selisih antara pertumbuhan DPK dan kredit cukup signifikan. Pada tahun 2012 kredit tumbuh 23.89% sedangkan DPK hanya 15.81% dan pada tahun 2013, kredit tumbuh 21.80% dan DPK hanya 13.60%. Menurut Hassim (2014) menyatakan bahwa data per Maret 2014 yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposit Ratio/LDR) sudah mencapai 91.17% atau hampir mendekati batas atas LDR 92% sebagaimana arahan Bank Indonesia (BI). Hal ini menjadi sangat krusial karena likuiditas merupakan hal yang sangat vital jika terjadi peningkatan yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan adalah selisih pertumbuhan kredit yang cukup jauh dari pertumbuhan DPK di dua tahun belakangan ini dimana terdapat selisih 8.08% di tahun 2012 dan 8.20% di tahun 2013. Seyogianya pertumbuhan kredit yang tinggi sebagai outflow perbankan dapat direspon dengan tingginya inflow atau kenaikan DPK (dikurangi giro wajib minimum) karena kredit dalam perbankan seharusnya dapat diserap kembali ke dalam pundi-pundi bank sebagai pendapatan. (Hassim, 2014). Bagi perbankan yang menyalurkan kredit pada bidang konstruksi dan perdagangan diminta untuk berhati-hati. Rasio kredit bermasalah atau non 5 performing loan (NPL) pada kedua segmen ini yang tengah mencapai kolektibilitas kredit level 3% - 4% pada akhir tahun 2014. Jika tidak diantisipasi, NPL segmen ini akan membengkak di tahun 2015 ini. OJK melaporkan, rasio NPL untuk kredit konstruksi mencapai 4,4% per Desember 2014, sedangkan NPL untuk kredit perdagangan eceran dan kecil mencapai 3,1% per Desember 2014. Kedua kredit macet ini berpotensi macet jika tidak dicegah. Menurut Muljono (dalam Siswantoro, 2013:3) mendefinisikan dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat ini akan digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui penyaluran kedit. Dana pihak ketiga ini dihimpun oleh bank melalui berbagai macam produk dana yang ditawarkan pada masyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang bersangkutan untuk menyimpan uangnya kemudian ditarik kembali pada saat jatuh tempo dengan imbalan bunga maupun capital dari bank tersebut. Menurut Siamat (2005:358), Non performing loan atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Apabila semakin tinggi rasio ini, maka semakin buruk kualitas kredit bank karena semakin banyak pula jumlah kredit yang bermasalah. Melalui penelitiannya Huda (2014:6) menemukan bahwa Non performing loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan Dana pihak ketiga dinyatakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sementara menurut Ayu dkk (2012:1) menunjukkan bahwa Non performing loan (NPL) berpengaruh negatif dan tidak signifikan 6 terhadap penyaluran kredit, sedangkan Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Selanjutnya peneitian menurut Siswantoro (2013:1) menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Dan penelitian menurut Suryawati (2014:1) menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan Non performing loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta membahas masalah melalui penulisan penelitian dengan judul penelitian: “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non performing loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit (Pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. 1.2 Identifikasi Masalah Informasi laporan keuangan merupakan hal yang penting bagi pihak internal maupun eksternal dimana informasi tersebut akan digunakan sebagai dasar dari suatu pengambilan keputusan bagi suatu perusahaan termasuk perusaahaan perbankan. Informasi mengenai sumber dana dari pihak ketiga dan kredit bermasalah merupakan informasi yang mempengaruhi jumlah penyaluran kredit yang akan diberikan oleh suatu bank. Namun ada beberapa perbedaan antara teori dan fenomena yang ditemukan beberapa tahun lalu yang menyatakan bahwa tingkat dana pihak ketiga dan kredit bermasalah tidak mempengaruhi penyaluran kredit. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 7 1. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyaluran Kredit. 2. Bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit. 3. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) secara simultan terhadap Penyaluran Kredit 1.3 Maksud dan Tujuan Masalah Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan karya ilmiah sehingga diperoleh informasi mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit yang ada di Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit pada bank umum. 2. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit pada bank umum. 3. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) secara simultan terhadap penyaluran kredit pada bank umum. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas, penulis berharap bahwa penelitian ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak berkepentingan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 8 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharpkan dapat memberikan informasi tetang pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit yang disalurkan oleh bank sehingga dapat mengamati peningkatan dan penurunan kredit pada perbankan. 2. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bermanfaat yang dapat dijadikan pedoman atau referensi bagi peneliti lainnya dalam melakukan penelitian sejenis. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian pada penelitian ini, penulis memperoleh data melalui website Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id dan Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia di Jl. Veteran No. 10 Bandung. Waktu penelitian dilakukan pada bulan februari 2015 sampai dengan selesai.