ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN SENGARAT

advertisement
ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN SENGARAT
(Belodontichthys dinema, Bleeker 1851) DI SUNGAI TAPUNG
PROVINSI RIAU
Devika Aprilyn1, Roza Elvyra2, Yusfiati2
1
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi
2
Dosen Zoologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
[email protected]
ABSTRACT
Sengarat (Belodontichthys dinema) is one of the fish belongs to Siluridae family
which live in Tapung River, Riau Province. This fish is vurnerable according to
IUCN (International Union for Conservation of Nature). Therefore aquaculture is
needed for its preservation. This research aims to give information about the gut
content of Sengarat fish and categorized it as main food, supplement food and
additional food. Information about gut content becoming a necessary for food
composition in aquaculture and conservation of sengarat fish. Research about the gut
content of Sengarat fish in Tapung River, Riau Province has been conducted for 6
months, since November 2014 until April 2015. Index of Preponderance (IP) was
used to find out the biggest index of food in the gut of Sengarat fish. Result of the
examination on 66 fishes (38 male and 28 female fish) indicated that the animal
debric has the highest IP score (60,94%). Following the animal debric, litterfall, small
fish, fish scale, and insect have IP score respectively (38,04%), (0,70%), (0,26%),
(0,07%). Based on the Index of Preponderance (IP) score Sengarat fish consider as
the carnivore fish.
Keywords : Gut content analysis, Belodontichthys dinema, sengarat fish, Tapung
river.
ABSTRAK
Sengarat (Belodontichthys dinema) merupakan salah satu ikan dari Family Siluridae
yang hidup di Sungai Tapung. Ikan ini dalam kondisi rentan berdasarkan informasi
dari IUCN (International Union for Conservation of Nature). Oleh karena itu
diperlukan adanya usaha budidaya untuk pelestariannya. Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan informasi mengenai isi lambung ikan sengarat dan
mengkategorikannya sebagai makanan utama, makanan pelengkap dan makanan
tambahan. Informasi tentang analisis lambung diperlukan sebagai acuan untuk
1
komposisi makanan dalam budidaya dan pelestarian ikan sengarat. Penelitian
mengenai isi lambung ikan sengarat di Sungai Tapung, Provinsi Riau telah dilakukan
selama 6 bulan, sejak November 2014 sampai April 2015. Index of Preponderance
(IP) digunakan untuk mengetahui indeks bagian terbesar makanan ikan. Hasil
pemeriksaan terhadap 66 lambung ikan (38 ekor jantan dan 28 ekor betina)
menunjukkan bahwa debris hewan memiliki nilai IP tertinggi (60,94%). Menyusul
setelah debris hewan yaitu serasah, ikan kecil, sisik ikan dan serangga dengan nilai IP
masing-masing (38,04%), (0,70%), (0,26%), (0,07%). Berdasarkan hasil nilai IP ikan
sengarat termasuk dalam ikan karnivora.
Kata kunci : Analisis isi lambung, Belodontichthys dinema, ikan sengarat, sungai
Tapung.
PENDAHULUAN
Provinsi Riau memiliki banyak
sungai
yang
potensial
sebagai
sumberdaya
dalam
memenuhi
kebutuhan masyarakat. Salah satu
sungai potensial yang berada di
Provinsi Riau yaitu Sungai Tapung.
Sungai ini termasuk ke dalam sungai
paparan banjir (floodplain river) yang
merupakan ciri khas ekosistem di
Riau. Sungai paparan banjir sangat
penting bagi sumber makanan dan
sebagai habitat ikan.
Sungai Tapung merupakan
suatu ekosistem perairan yang rentan
terhadap
pencemaran.
Hal
ini
disebabkan karena daerah aliran
Sungai Tapung menjadi tempat
pembuangan akhir limbah cair,
mengakibatkan kualitas air sungai
tidak baik bagi pertumbuhan biota
didalamnya. Salah satu ikan air tawar
yang ada di Sungai Tapung adalah
ikan Sengarat (B. dinema).
Aliran air yang masuk ke
muara
Sungai
Tapung
mengindikasikan banyak mengandung
bahan pencemar. Hal ini terjadi karena
di sepanjang sungai yang mengalir ke
muara Sungai terdapat banyak pabrikpabrik atau kegiatan industri yang
beroperasi dan membuang limbahnya
ke sungai. Menurut Sinaga (1995),
pencemaran
akan
melenyapkan
hidrobiota yang sensitif sehingga
kompetisi antar spesies menjadi
berkurang dan jenis hidrobiota yang
mempunyai daya toleransi tinggi akan
bertambah. Pencemaran ini tentu akan
mempengaruhi kuantitas dan kualitas
makanan ikan.
Makanan merupakan faktor
yang menentukan bagi populasi,
pertumbuhan dan kondisi ikan. Sungai
Tapung yang sudah semakin tercemar
mempengaruhi
keberadaan
ikan
sengarat dan makanan yang ada di
habitatnya. Makanan yang menjadi
sumber kehidupan bagi ikan sengarat
pun akan semakin berkurang karena
pencemaran
perairan.
Penelitian
mengenai analisis lambung ikan
Sengarat perlu dilakukan untuk
mengetahui komposisi makanan ikan
sengarat yang akan dijadikan acuan
dalam pembuatan komposisi makanan
untuk budidaya ikan sengarat. Selain
itu melalui analisis isi lambung
diketahui makanan utama, makanan
2
pelengkap dan makanan tambahan di
dalam lambung, frekuensi kehadiran
makanan dan faktor makanan yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan
tersebut.
Hasil penelitian diharapkan
dapat memberi informasi mengenai
jenis-jenis makanan pada lambung
ikan Sengarat (B. dinema) dan sebagai
referensi tambahan dibidang perikanan
dan pengelolaan ikan sengarat agar
ikan sengarat tetap lestari sehingga
dapat dijadikan sebagai acuan dalam
kegiatan usaha budidaya perikanan.
METODE PENELITIAN
a. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan mulai dari
bulan Oktober 2014 sampai April
2015. Lokasi pengambilan sampel
dilakukan di Sungai Tapung, Provinsi
Riau. Analisis isi lambung ikan
sengarat dilakukan di laboratorium
Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Riau, Pekanbaru.
b. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu alat
bedah (dissecting kit), botol film, gelas
ukur, timbangan O’haus, cawan petri,
pinset, penggaris, nampan, bak parafin,
kamera dan alat tulis. Bahan yang
digunakan yaitu formalin 4% dan
akuades.
c. Prosedur Penelitian
Pengambilan sampel ikan
Sengarat dilakukan di Sungai Tapung
dengan menggunakan alat tangkap
bubu. Ikan Sengarat diperoleh
sebanyak 66 ekor dan dibedakan
menjadi 3 kelompok yaitu ukuran
kecil, sedang dan besar.
Pengukuran ikan Sengarat
dilakukan dengan menghitung Panjang
Standar (PS) dimulai dari ujung mulut
sampai ke ujung terakhir tulang
punggung dengan satuan milimeter
(mm). Pengukuran berat badan dengan
satuan (g) dan ditentukan jenis
kelaminnya.
Ikan dibedah menggunakan
pisau bedah dari anus ke arah
vertebrae hingga ke tulang operkulum
lalu diambil bagian lambung untuk
dibedah dan dianalisis isinya. Isi
lambung
dibedakan
berdasarkan
jenisnya dan ditimbang dengan metode
volumetrik.
Metode Volumetrik merupakan
metode mengukur makanan ikan
berdasarkan volume makanan yang
ada di saluran pencernaan ikan.
Lambung diambil dari perut ikan lalu
dimasukkan ke dalam gelas ukur yang
telah berisi aquades sebanyak 20 ml,
kemudian dicatat pertambahan volume
yang terjadi pada gelas ukur.
Kemudian lambung diletakkan ke
cawan petri dan dibedah menggunakan
gunting bedah lalu dikeluarkan semua
isinya.
Lambung
yang
sudah
dibersihkan kemudian dimasukkan lagi
ke dalam gelas ukur yang berisikan
aquades 20ml dan dicatat pertambahan
volumenya. Hasil pengukuran volume
lambung yang berisi dikurangi volume
lambung kosong adalah volume
makanan ikan.
Makanan ikan yang berada di
cawan petri diencerkan dengan
aquades lalu dilihat jenis-jenis
makanan yang ada dan diidentifikasi
berdasarkan buku Kottelat et al.
(1993).
3
ANALISIS DATA
Analisis data digunakan Index
of Preponderance (IP) atau Indeks
Bagian Terbesar yang dinyatakan
dalam persen dengan rumus :
Keterangan :
IP = Indeks Bagian Terbesar
Vi = Persentase volume satu jenis
makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian
satu jenis makanan
∑VixOi = Jumlah VixOi dari semua
jenis makanan
Untuk menghitung Vi (Persentase
volume satu jenis makanan) dilakukan
dengan rumus
Persentase Oi (Frekuensi kejadian satu
jenis makanan) dilakukan dengan
rumus
Dengan ketentuan :
IP > 40% Sebagai makanan utama
IP 4-40% Sebagai makanan pelengkap
IP < 4% Sebagai makanan tambahan
Ikan
dikelompokkan
berdasarkan ukuran panjang tubuhnya,
ada 3 kelompok yaitu kecil, sedang
dan besar. Menurut Sudjana (1986)
pengelompokan ukuran panjang tubuh
ikan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Tentukan jumlah ikan (n=30)
2. Tentukan panjang tertinggi dan
terendah
3. Tentukan rentang data terbesar
dikurang data terkecil
4. Tentukan banyak kelas interval,
dengan cara : 1+(3,3) log n
5. Tentukan panjang kelas, yaitu (P) :
rentang / banyak kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel ikan Sengarat yang
didapatkan selama 6 bulan penelitian
di Sungai Tapung yaitu 66 sampel ikan
(38 ekor jantan dan 28 ekor betina).
Rasio jenis kelamin ikan di perairan
dipengaruhi oleh distribusi individu
dalam suatu tempat, dalam waktu dan
suhu tertentu (Debuse et al. 1999).
Jumlah terbanyak didapatkan
pada bulan November 2014 sebanyak
30 ekor, sedangkan jumlah paling
sedikit didapatkan pada bulan Februari
2015 sebanyak 3 ekor terlihat pada
Gambar 1. Data ukuran panjang tubuh
ikan dibagi menjadi 3 kelompok
ukuran yaitu besar, sedang dan kecil.
Panjang
tubuh
ikan
sengarat
ditunjukkan dalam bentuk grafik
batang, terbagi atas jenis kelamin
jantan dan betina dan dikelompokkan
ke dalam
3 ukuran tubuh yang
diperoleh setiap bulannya seperti yang
terlihat pada Gambar 2.
Ikan dengan ukuran kecil dan
ukuran sedang yang berkisar dari
ukuran 308-405 mm dan 406-552
cenderung lebih banyak diperoleh di
perairan. Hal ini disebabkan karena
ikan sengarat ukuran kecil dan
menengah sedang dalam masa
4
Gambar 1.Diagram batang jumlah ikan yang diperoleh setiap bulannya.
Gambar 2. Diagram batang kelompok ukuran tubuh ikan sengarat (B.dinema) di
Sungai Tapung.
pertumbuhan dan mencari makan.
Sedangkan ikan yang berukuran besar
yang berkisar dari 553-605 mm
cenderung berada di dasar perairan
mencari makan selain karena ukuran
tubuhnya
yang
besar
juga
keberadaannya
yang
bisa
saja
terancam ditangkap bila muncul ke
perairan. Menurut Simanjuntak (2007)
ikan memiliki pertumbuhan yang baik
karena kondisi lingkungannya yang
baik.
Hasil analisis penelitian dari 66
ekor ikan Sengarat (B. dinema) yang
diperoleh
di
Sungai
Tapung,
didapatkan 63 lambung ikan yang
5
berisi sedangkan 3 ekor ikan lagi tidak
berisi (kosong) dengan persentase
95,4% lambung berisi dan 4,5%
lambung kosong. Sjafei (2001)
mengemukakan lambung ikan yang
kosong disebabkan karena makanan
ikan yang telah tercerna sempurna atau
pada saat penangkapan ikan sedang
lapar. Pada saat penelitian ditemukan 5
kelompok makanan pada perut ikan
yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Menurut Ng (2006) ikan
sengarat termasuk ikan karnivora yang
hanya memakan ikan hidup. Predator
sejenis dari family Siluridae akan
mengkonsumsi
organisme
besar
(misalnya katak, udang besar), namun
B. dinema akan mengabaikannya dan
hanya mengkonsumsi ikan.
Ikan sengarat adalah salah satu
ikan catfish dengan morfologi
moncong yang tajam dan kuat yang
memang cocok untuk menangkap
mangsa. Bentuk tubuh ikan sengarat
besar dan geraknya cepat untuk
menangkap mangsa seperti ikan.
Moncong
ikan
sengarat
memiliki bukaan mulut yang besar
sehingga dapat jelas diketahui bahwa
ikan sengarat hanya memakan ikan
saja, sedangkan bahan-bahan lain yang
terikut masuk saat ikan sengarat
membuka mulut masuknya secara
tidak sengaja. Jenis gigi ikan sengarat
adalah viliform dan bentuk mulut
terminal. Lambung ikan sengarat
berbentuk seperti huruf J. Dengan
melihat bentuk lambung ikan sengarat,
maka dapat diketahui bahwa ikan
sengarat adalah ikan karnivora.
Nilai Index of Preponderance
(Indeks Terbesar) Ikan Sengarat (B.
dinema) Selama Penelitian
Berdasarkan Tabel 2 dapat
dilihat bahwa IP terbesar yang
ditemukan yaitu debris hewan dengan
persentase sebesar 60,94%. Kemudian
diikuti dengan serasah 38,04%, sisik
0,26%, ikan kecil 0,7% dan serangga
0,07%.
Nilai IP yang paling tinggi
yaitu debris hewan dengan persentase
60,9 % dan yang kedua yaitu serasah
dengan 38,04%. Debris hewan
memperoleh IP> 40% namun belum
dapat dikategorikan ke dalam makanan
utama ikan sengarat karena berupa
material yang tidak dapat diidentifikasi
lagi sehingga debris hewan hanya
dikategorikan
mendominasi
isi
lambung ikan sengarat. Sedangkan
nilai IP tertinggi kedua yaitu serasah
memperoleh IP 4-40% diperkirakan
serasah hanya ikut masuk bersamaan
dengan membukanya mulut ikan.
Tabel 1. Komposisi makanan yang terdapat di dalam lambung ikan sengarat
(Belodontichthys dinema) di Sungai Tapung
6
Tabel 2.Persentase volume makanan (ml), frekuensi kejadian makanan (Oi) dan nilai
Index of Preponderance pada ikan Sengarat (B. dinema) di Sungai Tapung
Keterangan : V= volume, Vi= Persentase volume satu jenis makanan, Oi = Persentase
frekuensi kejadian satu jenis makanan
makanan,, IP = Indeks bagian terbesar.
Ketentuan persentase :
IP > 40% Sebagai makanan utama
IP 4-40% Sebagai makanan pelengkap
IP < 4% Sebagai makanan tambahan
Gambar 3. Nilai IP (Index of Preponderance) Ikan Jantan dan Ikan Betina di Sungai
Tapung
Nilai Index of Preponderance
(Indeks Terbesar) Ikan Sengarat (B.
dinema) Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis makanan di dalam
lambung ikan sengarat betina dan
jantan yang mendominasi sama-sama
debris hewan. Persentase keberadaan
debris hewan antara jantan dan betina
tidak jauh beda. Pada betina, nilai IP
cenderung lebih besar yaitu 68,27%
sedangkan IP jantan yaitu sekitar
53,51%. Perbandingan IP antara ikan
Sengarat jantan dan betina dapat
dilihat pada Gambar 3.
7
Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup R.I.
Jakarta.
KESIMPULAN
Komposisi
makanan
ikan
sengarat (Belodontichthys dinema)
yang ada di Singai Tapung yaitu debris
hewan, serasah, ikan kecil, sisik dan
serangga.
Nilai
Index
of
Preponderance (IP) masing masing
yaitu debris hewan 60,94%, serasah
38,04%, ikan kecil 0,70%, sisik 0,26%
dan serangga 0,07%. Makanan utama,
makanan pelengkap dan makanan
tambahan dari ikan sengarat belum
diketahui karena debris hewan yang
mendominasi isi lambung ikan.
Berdasarkan analisis lambung ikan
sengarat, ikan ini merupakan ikan
karnivora.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada DP2M DIKTI
yang telah memberikan kepercayaan
dan kesempatan atas pendanaan
penelitian melalui Hibah Penelitian
Fundamental Tahun 2015 atas nama
Drs. Khairijon, MS, Dr. Roza Elvyra,
M.Si dan Yusfiati, M. Si.
Meliawati. 2014. Analisis Isi Lambung
Ikan
Lais
Panjang
(Kryptopterus apogon) di
Desa
Mentulik
Sungai
Kampar Kiri dan Desa Kota
Garo
Sungai
Tapung
Provinsi Riau. [Skripsi].
FMIPA Biologi, UNRI.
Ng HH. 2006.Planet Catfish. www.
Planet
catfish.com
/cotm/cotm .php?article_id=
338[30 september 2014]
Simanjuntak CPH. 2007. Reproduksi
Ikan
Selais,
Ompok
hypophthalmus
(Bleeker)
berkaitan dengan perubahan
hidromorfologi perairan di
rawa
banjiran
sungai
Kampar Kiri [Tesis]. Bogor:
Sekolah
Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Sinaga
TP.
1995.
Bioekologi
Komunitas Ikan di Sungai
Banjaran
Kabupaten
Banyumas Jawa Tengah.
[Tesis].
Program
Pascasarjana
Institut
Pertanian Bogor.
Sjafei
DS. dan Robiyani. 2001.
Kebiasaan Makanan dan
Faktor Kondisi Ikan Kurisi
(Nemipterus
tambuloides
Blkr) di Perairan Teluk
Labunan, Banten. Jurnal
Ikhtiologi Indonesia. 1(1):711
DAFTAR PUSTAKA
Debuse et. al. 1999. The effects of sex
ratio on sexual competition
in the European lobster.
Aniv Behav 58 : 973-981.
Kottelat MAJ, Whitten MS, Kartika
dan Wiroatmojo S. 1993.
Ikan air tawar diIndonesia
bagian Barat dan Sulawesi.
Seriplius Edition (HK), Ltd.
Kerjasama dengan proyek
EMDI, Kantor Menteri
Sudjana MA. 1989. Metode Statistic.
Bandung : Tarsito.
8
9
Download