Teknologi Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI Edisi 31 Januari - 6 Februari 2007) Manggis merupakan komoditas buah tropika yang memiliki prospek pasar sangat cerah terutama untuk Pasar ekspor. Sebagai komoditas ekspor, selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2000-2004), nilai ekspor manggis memberikan sumbangan yang terbesar terhadap total nilai ekspor buah-buahan yaitu mencapai lebih dari 30%. Namun dari total produksi yang dihasilkan ternyata hanya 5 - 20% saja buah yang layak ekspor karena kualitas yang rendah dan tidak memenuhi standar ekspor. Getah kuning merupakan salah satu penyebab utama rendahnya kualitas buah dan sudah merupakan masalah serius yang dihadapi para pelaku agribisnis manggis. Adanya getah kuning pada buah manggis menyebabkan rasa tidak enak dan penampilan kurang menarik sehingga tidak layak ekspor. Mereka sudah berharap cukup lama agar masalah getah kuning pada buah manggis ini dapat diatasi agar ekspor manggis dapat ditingkatkan secara signifikan. Penyebab keluarnya getah kuning pada buah manggis ini pada awalnya belum diketahui secara pasti sehingga sulit untuk mengendalikannya. Beberapa ahli mengatakan bahwa getah kuning pada buah manggis disebabkan oleh gangguan mekanis seperti tusukan/ gigitan serangga, benturan dan lain-lain. Ahli lain mengatakan bahwa getah kuning merupakan gejala fisiologis yang berkaitan dengan turgoritas sel yang menyusun kulit buah, yaitu pecahnya dinding sel akibat perubahan tekanan turgor yang disebabkan oleh perubahan lingkungan secara ekstrim. Penulis bersama tim peneliti manggis di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) merasa terpanggil untuk bisa mendapatkan teknologi pengendalian getah kuning pada buah manggis, dengan melakukan serangkaian kegiatan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian secara intensif yang dilakukan selama beberapa tahun, masalah getah kuning pada buah manggis ini sudah menampakkan titik terang bagaimana cara mengendalikannya. Beberapa hasil penelitian yang menyangkut getah kuning pada buah manggis antara lain adalah: Pertama, getah kuning pada manggis dapat dibedakan menjadi getah kuning yang terdapat pada kulit bagian luar (pericarp) dan getah kuning pada kulit bagian dalam (endocarp) dari buah manggis. Kerusakan yang terjadi akibat adanya getah kuning pada kulit bagian dalam lebih serius daripada getah kuning pada kulit luar, karena getah kuning akan mencemari daging buah sehingga rasanya tidak enak dan tidak layak konsumsi. Kedua, tidak ada korelasi antara getah yang terdapat pada kulit bagian luar dengan getah yang terdapat pada kulit bagian dalam buah manggis. Hal ini menunjukkan bahwa penyebabnya tidak sama. Getah kuning pada kulit bagian dalam disebabkan karena faktor endogen (fisiologis), sedangkan getah kuning pada kulit bagian luar tidak hanya karena faktor endogen tetapi juga karena adanya gangguan mekanis (tusukan/gigitan serangga, benturan, cara panen dan lain-lain). Ketiga, lingkungan terutama fluktuasi air tanah sangat berpengaruh terhadap munculnya getah kuning pada buah manggis. Apabila terjadi perubahan air tanah yang cukup fluktuatif selama manggis sedang dalam fase berbuah maka dapat dipastikan getah kuning akan meningkat secara signifikan. Hal ini disimpulkan berdasarkan hasil observasi yang menunjukkan bahwa: a) Tanaman manggis yang berada di pinggir sungai / kolam yang sebagian perakarannya selalu kena air menghasilkan buah yang getah kuningnya lebih rendah daripada tanaman manggis yang berada jauh dari sumber air; b) Tanaman manggis sedang dalam fase berbuah yang berada jauh dari sumber air dengan kondisi air tanah yang relatif kering, tiba-tiba turun hujan deras dan lebat selama beberapa waktu, maka buah yang bergetah kuning akan meningkat; c) Tanaman manggis yang tumbuh di lahan rawa (hampir selalu tergenang air) jumlah buah yang bergetah kuningnya sangat sedikit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis dan tim peneliti manggis merancang semacam protokol teknologi pengendalian getah kuning terutama getah kuning pada kulit bagian dalam dengan menstabilkan kondisi air tanah pada saat tanaman manggis sedang dalam fase berbuah melalui pemberian air. Percobaan ini telah dilakukan selama 2 tahun di dua lokasi sentra produksi manggis di Sumatera Barat yang kasus getah kuningnya cukup tinggi, yaitu kabupaten Pesisir Selatan dan kabupaten Lima Puluh Kota. Hasilnya pada tahun pertama menunjukkan bahwa pemberian air pada tanaman manggis secara tetes terus menerus selama proses perkembangan buah di Pesisir Selatan dapat mengurangi persentase getah pada kulit bagian dalam dari 52% menjadi 33%, sedangkan di Lima Puluh Kota dari 44% menjadi hanya 21 % (Tabel). Pada tahun kedua, pemberian air di Pesisir Selatan dapat mengurangi persentase getah kuning pada kulit bagian dalam dari 58% menjadi 31 %, sedangkan di Payakumbuh belum panen. Berkurangnya persentase kulit bagian dalam yang bergetah kuning ini mungkin karena pemberian air terus menerus akan menstabilkan kadar air di dalam tanah sehingga dapat mengurangi fluktuasi tekanan turgor di dinding sel. Menurunnya fluktuasi tekanan turgor pada dinding akan dapat mengurangi pecahnya dinding sel sehingga getah kuning tidak keluar dan mencemari daging buah. Hasil penelitian ini masih perlu dikaji lebih lanjut agar hasilnya lebih mantap sebelum direkomendasikan dengan menguji coba di banyak lokasi sentra produksi manggis di Indonesia. Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian) dan masyarakat di sentra produksi manggis yang bermasalah dengan getah kuning dan mempunyai keinginan untuk mencoba teknologi pengendalian getah kuning yang telah dihasilkan ini, dapat menghubungi Balitbu Tropika. Pihak Balitbu Tropika dengan senang hati akan membantu keinginan Pemda dan masyarakat tersebut. M. Jawal Anwarudin Syah dkk - Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika