BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Secara umum pengertian pasar modal adalah tempat dipertemukannya aktivitas permintaan terhadap modal yang datang dari pihak debitur (peminjam) dan aktivitas penawaran modal yang datang dari pihak kreditur (yang meminjamkan) dalam hal transaksi kredit yang dilakukan oleh kedua belah pihak tersebut umumnya berjangka panjang. Menurut Sunariyah (2004:4), definisi atau pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, “Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan 16 17 dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. 2.1.2 Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, rights, warrants, opsi atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek. Sifat efek yang diperdagangkan di pasar modal (Bursa Efek) biasanya berjangka waktu panjang. (Siamat, 2005:507). 1. Saham Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jaul beli di Bursa Efek, saham sering pula disebut shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas unjuk. Selanjutnya dapat dibedakan antara saham biasa (common stocks) dan saham preferen (preferred stocks) (Siamat, 2005:507). 2. Obligasi Obligasi atau bonds adalah bukti utang dari emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo. (Siamat, 2005:510). 18 Reksa Dana 3. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dari definisi tersebut, terdapat tiga unsur penting dalam reksa dana, yaitu: adanya kumpulan dana masyarakat atau pool of funds, investasi dalam bentuk portofolio efek, dan manajer investasi sebagai pengelola dana (Siamat, 2005:492). 4. Penawaran Terbatas Penawaran terbatas atau Right issue adalah kegiatan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu. Penawaran umum berarti memberikan tawaran kepada publik untuk membeli saham, sedangkan makna terbatas adalah bahwa penawaran umum ditujukan kepada pemegang saham lama. Jadi, kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah penerbitan hak memegang saham terlebih dahulu (Sunariyah, 2004:150). 5. Waran Waran atau warrant menurut Undang-undang adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan, yang memberikan hak kepada pedagang efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu, dengan jangka waktu enam bulan atau lebih. (Sunariyah, 2004:272). 19 2.1.3 Manfaat Pasar Modal Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, perusahaan (emiten), lembaga penunjang, maupun pemerintah. (PAU-UGM, 1990). Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu : 1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar. 2. Modal yang diperoleh saat pasar perdana dapat diterima sekaligus. 3. Tidak ada beban financial yang tetap. 4. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 5. Profesionalisme manajemen perusahaan meningkat. Manfaat pasar modal bagi investor adalah sebagai berikut: 1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ini tercermin pada meningkatnya harga saham. 2. Memperoleh dividen bagi yang memegang saham dan bunga tetap/ mengambang bagi pemegang obligasi. 3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, dan mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang obligasi. 4. Dapat mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko. 5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam (portofolio) untuk mengurangi risiko. beberapa instrumen 20 Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang yaitu: 1. Menuju ke arah profesionalisme di dalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing. 2. Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang. 3. Likuiditas efek semakin tinggi. Manfaat pasar modal bagi pemerintah yaitu : 1. Mendorong laju pembangunan. 2. Mendorong investasi. 3. Penciptaan lapangan kerja. 4. Mengurangi beban anggaran bagian BUMN (Badan Usaha Milik Negara). 2.1.4 Fungsi Pasar Modal Fungsi pasar modal dalam suatu perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut (Sunariyah, 2006:9): 1. Fungsi Tabungan (Savings Function) Bagi investor yang memiliki kelebihan dana, pasar modal dapat dijadikan alternatif untuk penanaman modalnya selain dari tabungan. Dengan menanamkan dananya di pasar modal maka investor akan menerima return yang lebih tinggi dibanding dengan tabungan tidak lepas dari kecenderungan turunnya nilai uang dari tahun ke tahun yang tidak didukung dengan peningkatan tingkat suku bunga tabungan di bank. 21 Fungsi Kekayaan (Wealth Function) 2. Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Dengan menyimpan kekayaan dalam bentuk surat berharga maka kekayaan investor tidak akan mengalami penyusutan seperti aktiva lain contohnya mobil, motor, kapal, dan aktiva lainnya sebaliknya surat berharga memiliki kekuatan beli (purchasing power) pada masa yang akan datang. 3. Fungsi Likuidasi (Liquidity Function) Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga sangat cepat dan dengan biaya yang murah karena tersedia pasar modal sebagai ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga. 4. Fungsi Pinjaman (Credit Function) Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Dikarenakan pinjaman dari bank dunia memiliki rate yang lebih tinggi, maka pemerintah lebih memilih pasar modal untuk sumber pinjamannya. Salah satu contohnya dengan mengeluarkan Obligasi Ritel Indonesia. 22 2.2 Tinjauan Umum Tentang Saham 2.2.1 Pengertian Saham Saham merupakan surat berharga sebagai tanda bukti kepemilikan suatu perusahaan. Menurut Siamat (2004:268), “Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas”. Jadi jelas bahwa saham merupakan suatu tanda bukti bahwa seseirang menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut, dimana perusahaan tersebut berbentuk perseroan terbatas. 2.2.2 Jenis-jenis Saham Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham merupakan instrumen yang paling banyak diperdagangkan. Saham terdiri dari beberapa jenis, menurut Siamat (2004:268) saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut : 1. Saham Biasa (common stock) Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa tidak memiliki jaminan hasil karena dividen yang diberikan perusahaan nilainya tidak tetap sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan. Bila manajemen perusahaan tidak dijalankan dengan baik sehingga harga saham melemah maka kemungkinan terburuk bagi para investor adalah kehilangan investasinya (tidak mendapat pembagian dividen). Akan tetapi bila perusahaan memperoleh penaikan laba, terdapat kemungkinan adanya peningkatan dividen yang diterima oleh investor. Menurut Dahlan Siamat (2005: 508) saham biasa dapat dibedakan dalam berbagai jenis antara lain: 23 a. Saham unggul (blue chips), yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan besar dan terkenal yang lebih lama memperlihatkan kemampuannya memperoleh keuntungan dan pembayaran dividen. b. Growth stocks, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baik penjualannya, perolehan labanya, dan pangsa pasarnya mengalami perkembangan yang lebih cepat dari rata-rata industri. c. Emerging growth stocks, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung. d. Income stocks, yaitu saham yang membayar dividen lebih dari jumlah ratarata pendapatan. e. Cyclical stocks, yaitu saham perusahaan yang keuntungannya sangat berfluktuasi. f. Defensive stocks, yaitu saham yang perusahaannya dapat bertahan dan tetap stabil dari suatu perioda atau kondisi yang tidak menentu dan resesi. 2. Saham Istimewa(Preferred Stock) Saham istimewa merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti pada obligasi, pemegang saham preferen juga memberikan hasil (dividen) yang tetap dan jumlahnya tidak akan bertambah walaupun perusahaan mengalami keuntungan. Seperti saham biasa, apabila perusahaan terlikuidasi klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi. Saham preferen dapat dibedakan menjadi tiga macam: 24 a. Convertible Preferred Stock, yaitu jenis saham preferen yang memungkinkan bagi pemegangnya untuk menukar menjadi saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. b. Callable Preferred Stock, yaitu bentuk saham perferen yang memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai tertentu. c. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock, yaitu saham yang tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas Treasury bills. Saham ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang baru dikenalkan pada tahun 1982. 2.3 2.3.1 Tinjauan Umum Indeks Harga Saham Pengertian Indeks Harga Saham Bentuk informasi yang dipandang tepat untuk menggambarkan pergerakan harga saham dimasa lalu adalah indeks harga saham yang memberikan deskripsi harga-harga saham pada suatu saat tertentu maupun periode tertentu pula. Menurut Sunariyah (2003:122) “Indeks harga saham adalah catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu”. Sedangkan menurut E.A. Koetin (1994:51) “Indeks harga saham adalah suatu angka yang secara sederhana 25 menggambarkan rata-rata turun atau naiknya harga pasar saham pada suatu saat tertentu”. Jadi dapat dijelaskan bahwa Indeks Harga Saham adalah suatu angka yang secara sederhana menggambarkan rata-rata atau naiknya harga pasar saham pada suatu saat tertentu. Menurut Sunariyah (2006:142) “Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu”. Maksud gabungan dari seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (Composite stock Price Index) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa, baik saham biasa maupun saham preferen. 2.3.2 Jenis-jenis Indeks Harga Saham 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini beberapa emiten tidak dimasukkan dalam perhitungan IHSG, misalnya emiten-emiten eks Bursa Efek Surabaya karena alasan tidak (atau belum ada) aktivitas transaksi sehingga belum tercipta harga di pasar. 2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada masingmasing sektor. 26 3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbikan oleh Bapepam-LK) dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. 5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 6. Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia 7. Indeks PEFINDO25, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO 8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan KEHATI. 9. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama. 10. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam criteria papan pengembangan. 27 11. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten. (Sumber : http://teorionline.wordpress.com) 2.3.3 Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983. IHSG merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham” (Darmadji,2001:95). IHSG menunjukkan pergerakkan harga saham secara umum yang tercatat dibursa efek. Indeks ini merupakan gabungan dari sejumlah sektor yaitu pertanian, pertambangan, industri kimia dasar, aneka industri, industri barang konsumsi, properti dan real estate, transportasi dan infrastruktur, keuangan, dan perdagangan, jasa dan investasi. Indeks ini mencakup seluruh pergerakan harga saham biasa maupun preferen yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Perhitungan IHSG didasarkan pada jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat dibursa. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEI pada hari tersebut. Perhitungannya sebagai berikut : IHSG= Nilai Pasar / Nilai Dasar x 100 Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini atau disebut sebagai kapitalisasi pasar. Nilai dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masing-masing saham atau berdasarkan harga 28 yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang tercatat dibursa berubah. Penyesuaian dilakukan agar indeks akan benar-benar mencerminkan harga saham. 2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan 1. Tingkat Inflasi Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan pembagian dividen dan daya beli masyarakat juga menurun. Sehingga inflasi yang tinggi, mempunyai hubungan negatif dengan pasar ekuitas. 2. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya dan memindahkannya ke tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Turunnya permintaan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga hargaharga saham turun dan IHSG juga turun. 3. Nilai Tukar (Kurs) Kurs adalah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Risiko nilai kurs merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan 29 mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasi 4. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut. akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang Pertumbuhan ekonomi suatu negara menunjukkan kondisi perekonomian suatu negara yang bersangkutan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila aktivitas ekonomi sekarang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini ditandai dengan meningkatnya jumlah fisik barang dan jasa yang dihasilkan yang mengakibatkan kenaikan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari produk domestik bruto (PDB) yaitu nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka meningkat juga kemampuan masyarakat untuk berinvestasi di pasar saham maupun pasar uang. Dengan makin banyaknya masyarakat yang berinvestasi akan menaikkan hargaharga saham dan IHSG juga ikut naik. 30 2.4 Tinjauan Umum Inflasi Pengertian Inflasi 2.4.1 Menurut Boediono yang dikutip kembali oleh Heryani (2009:41) dinyatakan: “Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.” Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat herga barangbarang secara umum. Atau dapat dikatakan inflasi adalah suatu proses menurunnya nilai uang secara kontinu.Inflasi dikatakan sebagai proses kenaikan harga apabila ada kecenderungan harga meningkat terus menerus atau tidak bersifat musiman. 2.4.2 Teori-Teori Tentang Penyebab Inflasi Menurut Boediono (2001 : 161-169), terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi, yaitu: 1. Teori Kuantitas Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi. Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi yaitu: jumlah uang yang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations). Inti dari teori ini adalah sebagai berikut: a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar (uang kartal atau uang giral). Penambahan jumlah uang ibarat “bahan bakar” 31 bagi api inflasi. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebab musabab awal terjadinya inflasi. b. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan keadaan, yaitu: 1. Keadaan pertama adalah bila masyarakat tidak atau belum mengharapkan harga-harga untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Dalam keadaan ini, sebagian besar dari penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima oleh masyarakat untuk menambah likuiditasnya (memperbesar pos kas neraca anggota masyarakat). Ini berarti, sebagian besar dari penambahan jumlah uang tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. Berarti, tidak akan ada kenaikan permintaan barang, yang berarti pula tidak akan ada kenaikan harga barang. Jika ada kenaikan harga, hanya relatif kecil. Misalnya, penambahan jumlah uang yang beredar sebesar 10%, hanya akan diikuti oleh kenaikan harga-harga sebesar 1%. Keadaan ini biasanya dijumpai pada waktu inflasi masih baru mulai dan masyarakat masih belum sadar bahwa inflasi sedang berlangsung. 2. Keadaan kedua adalah keadaan di mana masyarakat mulai sadar adanya inflasi. Masyarakat mulai mengharapkan adanya kenaikan harga. Penambahan jumlah uang yang beredar, tidak lagi untuk menambah pos kas-nya, tetapi untuk membeli barang (memperbesar pos aktiva barangbarang di dalam neraca). Hal ini akan menyebabkan meningkatnya permintaan barang. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga barang. 32 Dalam hal ini, penambahan jumlah uang yang beredar 10%, akan diikuti kenaikan harga-harga sebesar 10% pula. Keadaan ini biasanya dijumpai pada waktu inflasi sudah berjalan cukup lama, dan masyarakat cukup waktu untuk menyesuaikan sikapnya terhadap situasi yang baru. 3. Keadaan ketiga adalah keadaan di mana inflasi telah terjadi lebih parah (hiperinflasi). Dalam keadaan ini masyarakat telah kehilangan kepercayaannya terhadap nilai mata uang. Masyarakat cenderung enggan memegang uang kas. Begitu menerima uang kas, masyarakat cenderung langsung membelanjakannya. Masyarakat memiliki harapan bahwa laju inflasi di bulan-bulan mendatang lebih besar dari laju bulan-bulan sebelumnya. Keadaan ini ditandai dengan makin cepatnya peredaran uang. Dalam keadaan ini penambahan jumlah uang sebesar 10% misalnya, akan menyebabkan kenaikan harga-harga lebih besar dari 10%. 2. Teori Keynes. Teori ini menyatakan, bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan perekonomiannya. Proses inflasi menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barangbarang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia sehingga timbul apa yang disebut dengan inflationary gap (celah inflasi). 33 Inflationary gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan keinginan mereka menjadi permintaan efektif akan barang-barang. Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk mengubah keinginannya menjadi rencana pembelian barang-barang yang didukung dengan dana. Golongan masyarakat ini, mungkin adalah pemerintah sendiri yang menginginkan bagian yang lebih besar dari output masyarakat dengan jalan melakukan defisit anggaran belanja yang ditutup dengan mencetak uang baru. Golongan ini mungkin juga pihak swasta yang ingin melakukan investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari kredit bank. Golongan ini bisa juga dari serikat buruh yang berusaha memperoleh kenaikan gaji para anggotanya melebihi kenaikan produktivitas kerja buruh. Apabila permintaan efektif dari golongan-golongan masyarakat tersebut, pada harga-harga yang berlaku, melebihi jumlah maksimum barang-barang yang bisa dihasilkan oleh masyarakat, maka inflationary gap akan timbul. Akibatnya, akan terjadi kenaikan harga-harga barang. Dengan adanya kenaikan harga, sebagian dari rencana pembelian barang dari golongan-golongan tadi tentu tidak bisa terpenuhi. Pada periode berikutnya, golongan-golongan yang tidak bisa memenuhi rencana pembelian barang tadi, akan berusaha memperoleh dana lagi (baik dari pencetakan uang baru, kredit bank, atau kenaikan gaji). Tentunya tidak semua golongan tersebut berhasil memperoleh tambahan dana yang diinginkan. Golongan yang berhasil memperoleh tambahan dana lebih besar bisa memperoleh bagian dari output yang lebih banyak. Mereka yang tidak bisa memperoleh tambahan dana akan memperoleh bagian output yang lebih sedikit. Golongan yang kalah dalam 34 perebutan ini adalah golongan yang berpenghasilan tetap atau yang penghasilannya tidak naik secepat kenaikan laju inflasi (pensiunan, PNS, petani, karyawan perusahaan yang tidak mempunyai serikat buruh). Inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan masyarakat. Inflasi akan berhenti jika permintaan efektif total tidak melebihi jumlah output yang tersedia. 3. Teori Strukturalis. Teori strukturalis adalah teori inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini menekankan pada ketegaran (infleksibilitas) dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian (yang menurut definisi faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) , maka teori ini bisa disebut teori inflasi “ jangka panjang”. Menurut teori ini ada dua ketegaran dalam perekonomian negara-negara sedang berkembang yang bisa menimbulkan inflasi, yaitu : 1. Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Kelambanan ini disebabkan oleh : a. Harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak menguntungkan (dibanding dengan harga-harga barang impor yang harus dibayar), atau sering disebut dengan istilah dasar penukaran (term of trade) semakin memburuk. Dalam hal ini sering dianggap bahwa harga 35 barang-barang hasil alam, yang merupakan barang-barang ekspor dari negara-negara sedang berkembang, dalam jangka panjang naik lebih lambat dari pada harga barang-barang industri, yang merupakan barangbarang impor negara-negara sedang berkembang, b. Suplai atau produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap kenaikan harga (tidak elastis). Kelambanan pertumbuhan ekspor berarti pula kelambanan kemampuan untuk impor barang-barang yang dibutuhkan (baik barang konsumsi maupun investasi). Akibatnya negara yang bersangkutan mengambil kebijakan pembangunan yang menekankan pada pengembangan produksi dalam negeri untuk barang-barang yang sebelumnya diimpor (import-substitution strategy) walaupun harus sering dengan biaya produksi yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih rendah. Biaya yang lebih tinggi menyebabkan harga produk menjadi lebih tinggi. Dengan demikian inflasi akan terjadi. 2. Ketidakelastisan dari suplai atau produksi bahan makanan. Pertumbuhan bahan makanan tidak secepat pertumbuhan penduduk dan penghasilan per kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negeri cenderung naik melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Akibat selanjutnya adalah timbulnya tuntutan dari para karyawan di sektor industri untuk memperoleh kenaikan gaji/upah. Kenaikan upah berarti kenaikan biaya produksi, yang berarti kenaikan harga barang-barang produksi. Kenaikan barang-barang, mengakibatkan tuntutan kenaikan upah lagi. Kenaikan upah akan diikuti oleh 36 kenaikan harga produk. Dan seterusnya. Proses ini akan berhenti dengan sendirinya apabila harga bahan makanan tidak terus naik. Dalam praktek, proses inflasi yang timbul karena dua ketegaran tersebut tidak berdiri sendiri sendiri. Kedua proses tersebut saling berkaitan dan bahkan saling memperkuat satu sama lain. 2.4.3 Jenis-Jenis Inflasi a. Berdasarkan laju inflasi - Inflasi ringan, dibawah 10% setahun - Inflasi sedang, antara 10%-30% setahun - Inflasi berat, 30%-100% setahun - Hiperinflasi di atas 100% setahun b. Berdasarkan sumber inflasi 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja negara dan gagalnya pasar yang berkibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal. 2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflaton), terjadi karena kenaikan harga barang di negara lain, biaya produksi barang luar negeri tinggi, karena impor tarif barang. c. Berdasarkan sebab timbulnya inflasi 1. Tarikan permintaan (demand pull inflation), inflasi ini timbul karena permintaan agregat masyarakat akan berbagai macam barang terus meningkat, misalnya: 37 a. Bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru. b. Bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit bank. 2. Desakan biaya (cost push inflation), inflasi ini diakibatkan oleh kenaikan ongkos produksi, biasanya diawali dengan: a. Kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, dan kenaikan harga bahan baku. b. Berkurangnya jumlah penawaran. c. Naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah produksi dan kualitas barang. d. Berdasarkan asal usul terjadinya 1. Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal atau bersumber dari dalam negeri. Misalnya pemerintah mengalami defisit anggaran belanja kemudian pemerintah mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Keadaan ini akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap, maka hal ini akan mendorong kenaikan harga barang-barang. 2. Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri. Sebagai contoh adalah negara kita, dimana negara kita masih banyak mengimpor bahan baku dan barang modal lainnya. Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya 38 produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan jasa. (sumber: http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adbi4331/modul_4.htm). 2.4.4 Ciri-Ciri Terjadi Inflasi Kondisi suatu Negara yang sedang mengalami inflasi, dapat dilihat dari: 1. Harga barang pada umumnya akan naik terus-menerus. 2. Jumlah uang yang beredar melebihi kebutuhan. 3. Nilai uang (daya beli uang) mengalami penurunan. (sumber: http://www.scribd.com/doc/54995347/INFLASI). 2.4.5 Dampak Inflasi Dampak inflasi terhadap pasar saham akan menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan pembagian dividen dan daya beli masyarakat juga menurun. Sehingga inflasi yang tinggi mempunyai hubungan negatif dengan pasar ekuitas (Sunariyah: 2004). Dari pernyataan tersebut Penulis berpendapat bahwa tingginya harga barang dan jasa akan berpengaruh negatif pada permintaan barang dan jasa karena daya beli masyarakat yang menurun, sehingga permintaan akan turun. Permintaan yang turun akan mengakibatkan pendapatan perusahaan berkurang dan laba yang didapat perusaahaan akan turun, sehingga profitabilitas suatu perusahaan turun. Penurunan profitabilitas pada perusahaan-perusahaan go public akan mengakibatkan pembayaran dividen kepada pemegang saham ikut berkurang. 39 Tujuan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen yang tinggi dan laba per saham (capital gain) yang tinggi, maka profitabilitas suatu perusahaan di Bursa Efek Indonesia dianggap tidak menguntungkan lagi, maka investor tidak mau membeli saham perusahaan tersebut. Kurangnya investor akan membuat perusahaan memutuskan untuk melakukan penurunan harga saham per lembarnya agar menarik investor. Turunnya harga saham per lembar akan mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun, karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan gambaran pergerakan harga saham gabungan. 2.5 Penelitian Terdahulu Kajian yang berhubungan dengan Indeks Harga Saham sudah banyak diteliti oleh peneliti-peneliti terdahulu. Pratikno (2009) telah membuat suatu analisis yaitu tentang pengaruh nilai tukar rupiah, inflasi, SBI dan indeks Dow Jones terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasilnya adalaha bahwa secara serempak variabel-variabel eksplanatori yang digunakan sangat signifikan pada α=5 persen terhadap IHSG. Komariyah (2010) pun telah melakukan suatu analisis mengenai pengaruh suku bunga SBI, nilai kurs dollar dan tingkat inflasi terhadap IHSG. Hasil analisisnya adalah bahwa secara keseluruhan tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan kurs dollar AS berpengaruh terhadap IHSG. Setiawan, (2011). Pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). 40 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen tersebut terhadap variabel dependen yaitu IHSG. Secara lebih jelas penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas dapat pada tabel penelitian berikut ini: dilihat Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Variabel Dependen Variabel Independen Hasil/Temuan 1 Dedy Pratikno (2009) IHSG Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, Indeks Dow Jones Secara serempak variabel-variabel eksplanatori yang digunakan sangat signifikan pada α=5 persen terhadap IHSG 2 Nurul Komariyah (2009) IHSG Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar AS, Tingkat Inflasi 3 Aditya Setiawan (2011) IHSG Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar 4 Deddy Azhar Mauliano (2010) Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar AS, dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia IHSG Dow Jones, NYSE,FTSE, STI, Nikkei, Hang Seng, KOSPI,LSE, Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga, Inflasi Secara keseluruhan tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan kurs dollar AS berpengaruh terhadap IHSG Secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen Secara keseluruhan faktor eksternal yang diwakili oleh indeks Dow Jones, KOSPI, Hang Seng, KLSE dan Harga Minyak maupun faktor internal yang diwakili oleh nilai tukar Rupiah tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap pergerakan IHSG Sumber: Data diolah