24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk membandingkan kemampuan antibakteri ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum)dengan pelarut DMSO dan aquades terhadap Staphylococcus aureusATCCdengan menggunakan metode dilusi cair yang dilihat berdasarkan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Pembuatan ekstrak dilakukan di laboratorium Biologi Farmasi Universitas Islam Indonesia pada bulan Februari 2016. Sedangkan untuk penelitian dengan metode dilusi cair dilakukan pada bulan Maret 2016 di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. 3.3 Subjek Penelitian 3.3.1 Bakteri Bakteri yang digunakan untuk penelitian adalah bakteri standar Staphylococcus aureusATCC 25923koleksi dari laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. 3.3.2 Bahan Uji Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak etanol daun sirih merah dengan pelarut DMSO dan aquades. Pembuatan ekstrak etanol daun sirih merah dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Universitas Islam Indonesia. Daun sirih merah yang digunakan diambil daritanaman sirih merah yang ada di wilayah Sleman, Yogyakarta dengan usia tanaman minimal berumur 4 bulan dengan umur daun minimal 1 bulan. 25 3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah yang diencerkan secara serial dengan pelarut DMSO dan aquades pada beberapa konsentrasi tertentu. 3.4.2 Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah perkembangbiakan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 yang dilihat dari hasil Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Nilai KHM diperoleh dengan membandingkan kekeruhan pada tabung perlakuan yang disebabkan oleh perkembangbiakan bakteri dibandingkan dengan tabung kontrol, sedangkan nilai KBM diperoleh dengan melihat perkembangbiakan bakteri pada media agar darah pada konsentrasi tertentu. 3.4.3 Variabel Terkendali Variabel terkendali merupakan variabel yang dapat mempengaruhi penilaian yang dikendalikan untuk menjaga validitas penelitian. Variabel tersebut antara lain : a. Subjek penelitian dijaga dengan menggunakan bakteri uji yang diperoleh dari biakan murni koleksi laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. b. Bahan uji antibakteri dijaga validitasnya dengan memilih tanaman sirih merah minimal berumur 4 bulan dengan umur daun minimal 1 bulan. c. Uji kepekaan dilakukan menurut pedoman kerja laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. 3.5 Definisi Operasional a. Ekstrak daun sirih merah adalah ekstrak pekat yang bahannya menggunakan daun sirih merah sebagai bahan dasar. b. Aquades adalah pelarutair hasil penyulingan dimana kandungan dalam aquades murni hanya air (H2O) tanpa ada unsur lain. 26 c. DMSO adalah pelarut polar aprotik yang dapat melarutkan baik senyawa polar maupun nonpolar dan larut dalam berbagai pelarut organik maupun air. d. Staphylococcus aureus ATCC 25923 adalah bakteri Staphylococcus aureus yang telah distandarisasi dan bukan bakteri yang diambil dari isolat klinik. e. Kadar Hambat Minimal (KHM) adalah konsentrasi terendah/terkecil dari antibakteri yang mampu menghambat perkembangbiakan bakteri (dilihat konsentrasi terkecil yang tetap jernih dibandingkan dengan kontrol). f. Kadar Bunuh Minimal (KBM) adalah konsentrasi terendah dari antibakteri yang mampu membunuh bakteri pada media agar darah (konsentrasi terendah/terkecil yang tidak ada perkembangbiakan bakteri). 3.6 Instrumen Penelitian 3.6.1 Alat a. Tabung reaksi dan rak b. Inkubator c. Ose bulat d. Lampu spiritus e. Mikropipet f. Autoklaf g. Korek api h. Blue tip i. Yellow tip 3.6.2 Bahan a. Bahan awal yang diproses menjadi ekstrak etanol daun sirih merah b. Bakteri Staphylococcus aureusATCC 25923 c. DMSO 10% d. Aquades steril e. Standard Mc Farland f. NaCl g. Penisilin G h. Media : 27 - BHI ds - Agar darah - Mc Conkey - Agar Sabouraud 3.7 Alur Penelitian Pengambilan bahan (daun sirih merah) Pembuatan ekstrak Uji sterilisasi ekstrak Persiapan bakteri Uji kemampuan antibakteri ekstrak etanol daun sirih merah dengan pelarut DMSO dan aquades Analisis hasil Gambar 4. Alur Penelitian 3.7.1 Pengambilan Bahan Daun sirih merah yang digunakan sebagian (2,1 kg) dipesan dari wilayah Sleman dan sebagian lagi (0,65 kg) diambil dari tanaman sirih merah yang ada di wilayah Sleman, Yogyakarta. Untuk pengambilandilakukan pada pagi hari, sirih 28 merah yang sudah dipetik langsung diproses untuk dibuat ekstrak. Sirih merah yang digunakan adalah daun sirih merah yang umurnya cukup tua dengan tanaman sirih merah minimal berumur 4 bulan dan daun yang berumur minimal 1 bulan, dengan daun yang bersih dan warna mengkilap karena pada saat itu kadar bahan aktifnya masih tinggi. Cara pemetikan dimulai dari daun tanaman bagian bawah menuju atas. Setelah dipetik, daun disortir dan direndam dalam air untuk membersihkan kotoran dan debu yang menempel (Hidayat, 2013). 3.7.2 Pembuatan Ekstrak a. Pembuatan serbuk simplisia Daun sirih merah yang sudah dipilih dan dicuci hingga bersih,kemudian dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50oC selama 6-8 jam hingga daun sirih merah menjadi kering. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam daun sirih merah. Setelah daun menjadi kering kemudian dijadikan serbuk dengan menggunakan blender. Kemudian serbuk ditimbang sesuai dengan kebutuhan. b. Proses ekstraksi Proses ekstraksi dilakukan dengan proses maserasi yakni dengan cara serbuk simplisia direndam dengan pelarut etanol 70%. Dimasukkan satu bagian serbuk kering simplisia ke dalam maserator, kemudian ditambahkan 10 bagian pelarut (perbandingan 1:10 untuk serbuk simplisia dan pelarut). Selanjutnya direndam selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk, kemudian didiamkan selama 18 jam. c. Separasi dan pemurnian Setelah serbuk dimaserasi kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner yang tujuannya untuk memisahkan senyawa yang tidak dikehendaki dengan semaksimal mungkin tanpa mempengaruhi kandungan senyawa yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni (pemisahan etanol dengan ampas). 29 d. Pengentalan ekstrak Fitrat dari proses penyaringan diletakkan pada rotary evaporator selama 5 jam yang bertujuan untuk memisahkan ekstrak dengan pelarut etanol. Pada proses ini filtrat yang diletakkan pada rotary evaporator akan menjadi ektrak kental dan siap untuk digunakan (Depkes, 2008). 3.7.3 Uji Sterilisasi Ekstrak Uji sterilisasi ekstrak bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak steril atau tidak. Uji ini dilakukan dengan cara mengambil 1 ose ekstrak dan digoreskan pada media agar darah, Mc Conkey dan Sabouraud. Pada media agar darah dan Mc Conkey yang telah digoreskan kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Sedangkan pada media Sabouraud diinkubasi pada suhu 25-30oC selama 2448 jam. Adanya koloni kuman yang tumbuh pada agar darah, Mc Conkey dan Sabouraud menunjukkan bahwa ekstrak tidak steril. Jika ekstrak tidak steril maka ekstrak akan disaring dengan menggunakan penyaring. 3.7.4 Persiapan Bakteri Bakteri Staphylococcus aureus yang telah disediakan diambil beberapa koloni kuman kemudian digoreskan pada media agar darah dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Hasil bakteri yang ditanam pada media agar darah kemudian diambil dengan menggunakan ose sebanyak 3-4 koloni, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 1 ml BHI ds, diinkubasikan selama 4 jam pada suhu 37oC. Selanjutnya dibuat larutan bakteri dengan kekeruhan 108 CFU/ml dengan cara memasukkan NaCl ke dalam suspensi Staphylococcus aureus sampai kekeruhannya sama dengan standar Mc Farland. Bakteri dengan kekeruhan 108 CFU/ml tersebut kemudian diencerkan 100 kali dengan cara mengambil 0,1 ml bakteri dengan kekeruhan 108 CFU/ml kemudian dimasukkan ke dalam BHI ds sebanyak 9,9 ml sehingga diperoleh kekeruhan 106 CFU/ml yang siap digunakan dalam percobaan dilusi. 30 3.7.5 Perbandingan Uji Kemampuan Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah dengan Pelarut DMSO dan Aquades terhadap Staphylococcus aureus Pengujian dengan menggunakan metode dilusi cair dengan menggunakan ekstrak etanol daun sirih merah dengan pelarut DMSO dan aquades, masingmasing dibuat dengan kadar 100%, kemudian disiapkan 11 tabung steril. Tabung pertama diisi ekstrak etanol sirih merah dan pelarut DMSO dengan kadar 100% sebanyak 2 ml, sedangkan tabung ke-2 sampai tabung ke-10 diisi dengan aquades masing-masing sebanyak 1 ml. Dari tabung pertama diambil 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung ke-2 sehingga konsentrasi tabung ke-2 menjadi setengah dari tabung pertama. Kemudian, dari tabung ke-2 diambil 1 ml dan dimasukkan dalam tabung ke-3 dan begitu seterusnya sampai tabung ke-7. Setelah mencapai tabung ke-7, pada tabung ke-7 diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung ke-8 sebagai kontrol ektstrak. Konsentrasi ekstrak sirih merah berturut-turut dari tabung pertama sampai ke-7 adalah 100%; 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,13% dan 1,56%. Pada tabung ke-9 telah dimasukkan 1 ml akuades kemudian ditambahkan dengan 1 ml BHI ds dan digunakan sebagai kontrol media. Masing-masing tabung, dari tabung ke-1 sampai ke-7, 10 dan 11 ditambah suspensi Staphylococcus aureusdalam media BHI ds dengan kepadatan bakteri 106 CFU/ml sebanyak 1 ml, sehingga volume masing-masing menjadi 2 ml. Dengan demikian konsentrasi akhir bahan uji menjadi setengah dari konsentrasi awal yakni, 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,13%; 1,56% dan 0,78%. Kemudian tabung-tabung tersebut diinkubasikan dalam suhu 37oC selama 18-24 jam untuk menilai apakah terdapat perkembangbiakan bakteri yang dilihat dengan adanya kekeruhan pada media. Dilakukan hal yang sama dengan membuat campuran ekstrak etanol daun sirih merah dengan pelarut aquades, dimana dibuat konsentrasi 100%; 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,13% dan 1,56% pada tabung ke-1 sampai ke-7. Tabung ke-1 sampai ke-7, tabung 10 dan 11 ditambah suspensi S. aureusdalam media BHI ds dengan kepadatan bakteri106 CFU/ml sebanyak 1 ml, sehingga masing-masing 31 volume menjadi 2 ml. Sehingga konsentrasi akhir menjadi 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,13%; 1,56% dan 0,78%. Kemudian tabung-tabung tersebut diinkubasikan dalam suhu 37oC selama 18-24 jam untuk menilai apakah terdapat perkembangbiakan bakteri yang dilihat dengan adanya kekeruhan pada media. Pada pengujian untuk pelarut DMSO disertakan 4 macam kontrol, yaitu kontrol ekstrak pada tabung ke-8 yang berisi 1 ml aquades dan sisa ekstrak dari tabung ke-7, sebagai kontrol media pada tabung ke-9 yang berisi 1 ml aquades dan 1 ml BHI ds, kontrol bakteri pada tabung ke-10 yang berisi 1 ml akuades dan 1 ml suspensi bakteri 106 CFU/ml dalam BHI ds. Sedangkan untuk kontrol antibiotik pada tabung ke-11 yang berisi 1 ml suspensi Staphylococcus aureus ditambah dengan antibiotik Penisilin G 0,12 µg/ml. Kadar suspensi antibiotik penisilin G yang mampu menghambat bakteri S.aureusadalah 0,06-0,12 µg/ml. Pada pelarut aquades juga terdapat 4 macam kontrol yaitu tabung ke-8 sebagai kontrol ekstrak yang berisi 1 ml aquades dan sisa ekstrak dari tabung ke7, kontrol media pada tabung ke-9 yang berisi 1 ml aquades dan 1 ml BHI ds. Kontrol bakteri pada tabung ke-10 berisi 1 ml aquades dan 1 ml suspensi bakteri 106 CFU/ml dan kontrol antibiotik pada tabung ke-11 yang berisi 1 ml suspensi Staphylococcus aureusditambah dengan antibiotik Penisilin G 0,12 µg/ml. Nilai KHM (Kadar Hambat Minimal) ditentukan dengan mengamati kejernihan dari tabung ke-1 sampai ke-7 kemudian dibandingkan dengan kontrol. Untuk menentukan nilai KBM (Kadar Bunuh Minimal), dari tabung ke-1 sampai ke-11 diambil 1 ose dan digoreskan pada media agar darah kemudian diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu 37oC dan dilihat pertumbuhan S. aureus pada media tersebut. Hasil penelitian dapat dinilai apabila tabung kontrol (tabung ke-8,9 dan 11) jernih dan tidak terdapat perkembangbiakan bakteri, serta tidak ada perkembangbiakan bakteri pada media agar darah. Pada tabung ke-10 menunjukkan kekeruhan dan terdapat perkembangbiakan bakteri pada media agar darah.Hasilnya dibandingkan antara pelarut DMSO dan aquades dengan melihat pada tabung dan media agar darah. 32 3.8 Analisis Data Pada penelitian eksperimental laboratorium ini data dianalisis dengan menggunakan metode dektriptif, yaitu melakukan pengamatan dan perbandingan terhadap kemampuan ekstrak etanol daun sirih merah dengan pelarut DMSO dan aquades untuk menghambat perkembangbiakan dan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dinilai dengan melihat Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yang konsisten. 3.9 Etika Penelitian Penelitian ini telah mendapatkanethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Nomor ethical clearance yang 24/Ka.Kom.Et/70/KE/I/2016. telah didapat pada penelitian ini adalah