TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Model Komunikasi Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti "sama". Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2000:41). Dengan demikian, berkomunikasi artinya menyamakan makna atau pengertian dengan rekan komunikasi kita. Menurut DeVito, komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (DeVito 1997:23). Berdasarkan definisi ini maka dapat dirinci bahwa komunikasi itu terdiri dari unsur-unsur: komunikator (orang yang pertama menyampaikan pesan), pesan, gangguan, komunikan (orang yang menerima pesan), efek, feedback (umpan balik), dan konteks. Sedangkan satu lagi unsur lain yang belum tercakup dalam definisi DeVito adalah saluran (channel) atau media. Mengenai model komunikasi itu sendiri, model-model komunikasi ymg paling awal didasarkan pada suatu situasi komunikasi dua orang atau komunikasi diadik. Suatu sumber komunikasi mengirimkan pesan melalui sebuah saluran kepada seorang penerima. Model komunikasi seperti ini disebut juga sebagai model linear satu arah. . Model komunikasi linear telah mendominasi pandangan orang tentang proses komunikasi sampai tahun 1960-an (Gonzalez 1993:go). 8 . Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, teori-teori dan model komunikasi juga mengalami perkembangan. Teori-teori komunikasi lama dianggap telah usang dan diakui tidak lagi mencerminkan realitas serta tidak terbukti berhasil diterapkan dalam strategi komunikasi khususnya di negara-negara dunia ketiga. Kemudian muncullah teori-teori d m model komunikasi baru yang lebih relevan dalam menjawab permasalahan dan fenomena-fenomena yang ada. ~ Kelemahan model linear adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai suatu proses 1 yang pasif dan mekanistis, bergerak satu arah dari sumber ke penerima pesan. Sumber dianggap sebagai pihak yang aktif sementara penerima dianggap pasif (McQuail dan Windahl 1981:11). I ., I I . Dalam pandangan model linear, inforrnasi hanyalah merupakan substansi fisik I dan individu-individu di dalarn pikirannya terpisah-terpisah sehingga: 1) aha 1 kecenderungan melihat obyek-obyek komunikasi terlalu sederhana dan mengabaikan ~ konteks di mana obyek tadi berada; 2) ada kecenderungan menganggap bahwa fungsi ~ utama komunikasi adalah persuasi, d m mengabaikan fungsi-fungsi lain seperti I I pengertian bersama, kesepakatan bersama, dan tindakan bersama; 3) terlalu memusatkan pada efek psikologis dengan menganggap bahwa keberadaan individu- I 1 individu secara terpisah, sehingga kurang memperhatikan efek sosial dan hubungan I individu-individu lainnya dalarn jaringan sosial (Rogers dan Kincaid 1981). I I Setelah model komunikasi linear satu arah dianggap usang, kini model komunikasi ~ I yang menggambarkan komunikasi sebagai suatu proses yang interaktif dua arah di I 1 antara partisipan mulai berkembang dan lebih diterima. Berlo (1960) menganggap I komunikasi di antara partisipan-partisipan ini sebagai transceivers, karena keduanya I I I I I -- 8 mengirim dan menerima pesan (Gonzalez 1993:90). Konsep komunikasi yang demikian menjelaskan kepada kita bahwa proses komunikasi sebenarnya merupakan proses pertukaran pesan atau informasi di antara partisipan (Severin dan Tankard 1979, diacu dalam Setyanto 1993:15). Dengan demikian, komunikasi adalah proses pertukaran pesan atau informasi yang terus menerus. Setiap pesan merupakan 1 akumulasi dari pesan-pesan sebelumnya yang akhirnya akan menimbulkan kesamaan I pengertian di antara partisipan. Gonzalez (1993) menjelaskan bahwa dalarn I I komunikasi terdapat transaksi atau saling tukar informasi di antara partisipan, yang dengan caranya sendiri telah memberikan kontribusi pada proses tumbuhnya pengertian. Dalarn proses kol~lunikasi yang demikian, nlaka peran sumber dan I -- - penerima saling berganti-ganti dalarn pertukaran yesan yang terus menerus (Rogers dan Agarwala-Rogers 1976). I Model konvergen memandang komunikasi antar manusia bersifat dinamis, I I ~ berulang terhadap waktu yang dicirikan oleh saling menjadi penyebab lebih dari I sekedar penyebab yang satu arah dan mekanistis, dan menekankan pada hubungan- ~ ~ hubungan antar partisipan yang saling bergantung satu sama lain (Setiawan 1983 ). I 1 Model komunikasi konvergen mengarah kepada suatu perspektif hubungan I I I komunikasi antar manusia yang bersifat interpersonal. Oleh karenanya hubungan- I hubungan yang terbentuk merupakan suatu rangkaian jalinan yang interaktif. Dengan kata lain, interaksi komunikasi antar manusia (individu) dalam suatu sistem sosial I ~ akan membentuk suatu jaringan komunikasi. Proses pertukaran pesan yang merupakan inti dari aktivitas komunikasi inilah yang memungkinkan suatu informasi I dapat terdiseminasikan melalui jaringan-jaringan komunuikasi yang terjadi. Pengertian Jaringan Komunikasi Salah satu cara untuk memaharni perilaku manusia adaiah dengan mengamati atau memahami hubungan-hubungan sosialnya yang tercipta karena adanya proses komunikasi interpersonal (Setiawan 1983). Oleh karena itu untuk memahami hubungan sosial yang demikian dapat dipelajari melalui studi jaringan komunikasi. Ketika dua orang atau lebih ikut serta dalam pengiriman pesan, mereka terlibat dalam suatu jaringan komunikasi (Nan Lin 1975, diacu dalam Setyanto 1993:17). Sedangkan pengertian jaringan komunikasi menurut Rogers (1983) adalah suatu jaringan yang terdiri atas: individu-individu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Begitu pula Hanneman dan McEver (diacu dalarn Djamali 1999) menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah pertukaran informasi yang terjadi secara teratur antara dua orang atau lebih. Knoke dan Kuklinski (1982) melihat jaringan komunikasi sebagai suatu jenis hubungan yang secara khusus merangkai individu-individu, obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa (diacu dalam Setyanto 1993:17). Sementara itu Berger dan Chaffee mengutip pendapat Farace (1977) yang melihat jaringan komunikasi sebagai suatu pola yang teratur dari kontak antara person yang dapat diidentifikasi sebagai pertukaran inforrnasi yang dialami seseorang di dalam sistem sosialnya (Berger dan Chaffee 1987:239). Selanjutnya Feldman dan Arnold (1993) membedakan jaringan komunikasi menjadi dua jenis, yaitu jaringan komunikasi formal (menyerupai struktur organisasi) dan jaringan komunikasi informal yang 8. . disebut juga sebagai grapevine atau benalu komunikasi (diacu dalam Djamali 1999: 12). Sajogyo mengistilahkan jaringan komunikasi informal ini sebagai jaringan , komunikasi tradisional. Jaringan komunikasi tradisional merupakan saluran komunikasi yang paling penting untuk mobilisasi desa (Sajogyo dan Sajogyo 1996:11). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan pengertian jaringan komunikasi secara lebih khusus sesuai dengan penelitian ini, yaitu suatu rangkaian hubungan di antara individu-individu dalam suatu sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi di antara individu-individu tersebut, sehingga membentuk pola-pola atau model jaringan komunikasi tertentu. Analisis Jaringan Komunikasi Analisis jaringan komunikasi merupakan salah satu pendekatan dari penelitian yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pendekatan model komunikasi konvergens. Masalah-masalah pokok yang ditanyakan oleh peneliti komunikasi berubah dari "apa efek komunikasi?" kepada apa yang dilakukan manusia dalam berkomunikasi (Setiawan 1983). Rogers dan Kincaid (1981) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, di mana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Lebih lanjut salah satu tujuan penelitian komunikasi dengan menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran urnurn mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem. Struktur kolnunikasi adalah susurlan dari unsur-unsur komunikasi yang berbeda yang dapat dikenali melalui pola arus kornunikasi dalam suatu sistem (Rogers dan Kincaid 1981:177). Beberapa ha1 yang dapat dilakukan dalam analisis jaringan komunikasi, yaitu: (1) mengidentifikasi klik dalam sutau sistem; (2) mengidentifikasi peranan khusus seseorang dalam jaringan misalnya sebagai liaisons, bridges, dan isolated; dan, (3) $. mengukur berbagai indikator (indeks) s<ruktur komunikasi seperti keterhubungan I Klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik, dan lain sebagainya. i I Sementara itu yang dimaksud dengan klik adalah bagian dari sistem (sub sistem) i dimana anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sarna lain I dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi (Rogers dan Kincaid 1981:138). ~ Sebagai dasar untuk mengetahui apakah individu-i~~dividu itu dapat dimasukkan I I I ke dalam suatu klik atau tidak, ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi klik, yaitu: (1) setiap klik minimal harus terdiri dari 3 anggota; (2) setiap anggota klik minimal harus mempunyai derajat keterhubungan 50% dari hubungan-hubungannya di dalam klik; dan (3) seluruh anggota klik baik secara I 1 langsung maupun tidak langsung hams saling berhubungan melalui suatu rantai hubungan dyadic yang berlangsung secara ltontinyu dan menyeluruh di dalam klik (Rogers dan Kincaid 1981:169). 1 Dengan pengidentifikasian klik dapat diketahui bagaimana struktur komunikasi yang terbentuk, akan tetapi dapat juga dipakai untuk mengukur derajat struktur komunikasinya. Di samping itu, melalui klik juga dapat dilacak tingkat keinovatifan anggoia-anggotanya yaitu dengan melihat tingkat (derajat) keterbukaan dari klik (Clique Openness). Keterbukaan suatu klik dapat dilihat dari pola hubungan antar anggota-anggotanya dengan individu-individu di luar batas klik tersebut. Semakin ~ ~ ~ banyak anggota suatu klik yang berhubungan dengan anggota lain di luar klik tersebut, maka semakin tinggi derajat keterbukaan klik tersebut. Dengan semakin tinggi derajat keterbukaan klik berarti akan semakin banyak I informasi-inforrnasi baru yang diterima oleh anggota-anggota klik. Oleh karenanya I I ~ suatu klik yang lebih terbuka, secara teoritis akan membawa anggota-anggota klik I lebih inovatif. I Adapun yang dimaksud dengan liaison adalah seorang indvidu yang I I I menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistem, namun ia tidak menjadi ~ anggota klik manapun. Sedangkan Bridge adalah seorang individu yang I I I menghubungkan dua klik atau lebih dalarn suatu sistem, dan ia menjadi anggota dari I klik-klik tersebut. Sementara itu yang dimaksud dengan isolated adalah individu yang I i tidak menjadi anggota dalam suatu sistem atau individu yang tidak terlibat dalam i dalam jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid 1981) 1 Sementara itu, Knoke dan Kuklinski (diacu dalarn Setyanto 1993:21) menegaskan 1 bahwa analisis jaringan komunikasi mempunyai dua konsep dasar tentang tingkah I laku sosial, yakni: I 1. Dalam analisis jaringan harus dilihat bahwa keterlibatan individu yang ada di I I dalamnya tidak hanya seorang melainkan melibatkan banyak pelaku yang berpartisipasi dalam sistem sosial itu. Sifat hubungan yang terdapat pada individu juga akan terdapat pada individu lain yang terlibat dan mungkin dapat 1 mempengaruhi terhadap persepsi, kepercayaan dan tindakan dari masing-masing 1 individu. Di dalam analisis jaringan, langkah-langkah ini tidak hanya berhenti I pada penjumlahan dari tingkah laku sosial saja. ~ 2. Di dalam jaringan perlu diperhatikan berbagai tingkatan struktur dalam sistem sosial. Sebab suatu struktur sosial tertcntu berisi keteraturan pola hubungan dari suatu keadaan konkrit. Model dan Struktur Jaringan Komunikasi Suatu jaringan, dalarn sosiologi lazim dikonsepsikan sebagai suatu tipe hubungan antar aktor dengan ditandai oleh bentuk interaksi timbal balik yang simetris. Setiap hubungan antaraktor yang terjalin dalarn masyarakat adalah suatu bentuk jaringan (the building block of network), karena itu dasar hubungan sosial yang berbeda akan .. . melahirkan jaringan yang berbeda pula (Usman 1991:31). Di samping itu, menurut Rogers dan Kincaid (1981) dalam menjalin hubungan sosial tersebut, setiap aktor > . membawa ciri-ciri kepribadiannya sendiri, sehinga konfigurasi masuknya atau keluarnya seorang aktor dalam jalinan hubungan sosial akan mempengaruhi struktur interaksi yang diciptakan. Selanjutnya, Rogers dan Kincaid (198 1:135) membedakan pola atau model jaringan komunikasi ke dalarn Jaringan Personal Jari-jari (Radial Personal Network) dan Jaringan Personal Saling mengunci (Interlocking Personal Network). Model jaringan demikian bersifat memusat dan menyebar. Jaringan personal yang memusat (interlocking) mempunyai derajat integrasi yang tinggi. Sementara suatu jaringan personal yang menyebar (radial) mempunyai derajas integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat keterbukaan terhadap lingkungannya. Selanjutnya Rogers dan Kincaid menegaskan, individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi interlocking terdiri dari individu-individu yang homopili, namun kurang terbuka terhadap lingkungannya. Senada dengan Rogers dan Kincaid, Epstein (diacu dalam Setyanto, 1993:22), menyebutkan bahwa tipologi jaringan sosial ini ada yang bersifat Close-knit atau jaringan sosial yang bersifat rapat dan ada jaringan sosial yang bersifat Loose-knit atau jaringan sosial yang bersifat longgar atau terbuka. Berbeda dengan Rogers dan Kincaid yang menekankan model jaringan komunikasi pada masyarakat yang lebih luas, DeVito lebih menekankan pada struktur jaringan komunikasi yang terjaili dalam kelompok atau organisasi. Menurut DeVito (1997:345), ada lima struktur jaringan komunikasi kclompok, yang juga akan relevan di dalam menganalisis model jaringan komunikasi di tirigkat klik. Kelima struktur -- -- tersebut adalah: struktur lingknran, struktur r o d ~ struktur , Y, struktur rantai, dan struktur semua saluran. Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin, semua anggota posisinya sama. Struktur roda mempunyai pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya. Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran, kecuali orang yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sarna dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Karakteristik Individu dan Perilaku Komunikasi Karakteristik individu akan sangat menentukan atau mempengaruhi perilaku komunikasinya. Karakteristik individu ialah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang ditarnpilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya (Nelly 1988:12). Menurut Lionberger, karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi: umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya. Sedangkan McLeod dan O'Keefe Jr. (1972) mengemukakan bahwa variabel demografi seperti jenis kelarnin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan untuk menerangkan perilaku komunikasi (Lionberger 1960; McLeod dan O'Keefe 1972, diacu dalam Saleh 1988 :20). Slainet (1978) memerinci bahwa ada perbedaan karakteristik individu yang turut mempengaruhi cepat lambatnya proses adopsi, yang meliputi: umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan (lokalit vs kosmopolit), keberanian mengarnbil resiko, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalisme, dan diagnotisme. Perilaku komunikasi di sini dimaksudkan adalah aktivitas individu masyarakat dalam mencari informasi dan memilih saluran komunikasi yang tersedia dalam kaitannya dengan diseminasi inforrnasi pertanian. Apabila dihubungkan dengan karakteristik individu, Rogers (1983) rnengatakan bahwa orang-orang ymg dikenal inovatif dan kosmopolit lebih banyak menggunakan saluran komunikasi media massa, sedangkan mereka yang kurang inovatif banyak menggunakan saluran komunikasi interpersonal. Di masyarakat pedesaan, pada dasarnya pengaruh media massa tidaklah begitu kuat. Apalagi di masyarakat tradisional seperti Kampung Naga yang memiliki media massa sangat terbatas. Seperti dikatakan De Fleur dan Rokeach (1975), di samping 16 media massa masih ada pengaruh lain pada khalayak yang sifatnya interpersonal. Sumber pengaruh ini menurut Tubbs dan Moss (1 996) biasanya berasal dari orang-orang yang dikenal sebagai pemuka pendapat atau opinion leaders, yang tidak lain adalah para pemimpin atau pemuka masyarakat yang melalui hubungan personal sehari-harinya dapat mempengaruhi orang lain dalam pembuatan keputusan dan pembentukan opini. Hasil penelitian Rogers di Ohio mengungkapkan, bahwa sumber infonnasi mengenai praktek-praktek baru pertanian didominasi oleh majalah pertanian. Ini karena desa-desa di Ohio tergolong desa yang maju. Tetapi meskipun demikian, ternyata sumber informasi terbesar kedua adalah melalui hubungan personal dengan tetangga, mengungguli sumber informasi lain seperti pertemuan dengan penyuluh, radio dan televisi (Rogers, 1960:406). Berlo (1960) berpendapat bahwa orang dari kelas sosial yang berbeda akan berkomunikasi secara berbeda pula. Menurut Rogers (1983) terdapat hubungan antara karakteristik personal anggota sistem sosial seperti keinovatifan dan kekosmopolitan dan karakteristik individu lainnya seperti norma sistem dan sifat-sifat inovasi dengan penggunaan saluran komunikasi. Beberapa penelitian yang ada juga memperlihatkan bahwa karakteristik individu mempenganthi penggunaan saluran komunikasi yang dipilih sebagai sumber informasi. Wardhani (1994) dan Istina (1998) dalarn hasil penelitiannya memperlihatkan l~ahwaprofil petani, yakni umur, pendapatan, luas lahan yang dimiliki, jumlah talzggungan keluarga, pxtisipasi dalarn kelompok dan jarak ke sumber informasi berhubungan dengan upaya memperoleh informasi melalui .- saluran komunikasi interpersonal maupun media massa. Beberapa penelitian lain mcnunjukkan bahwa tingkat. pendidikan seseorang akan sangat mempengaruhi tingkat pemahaman, perubzhan sikap, dan perubahan perilaku mereka terhadap informasi-informasi yang diperoleh baik secara langsung maupun melalui media massa ( Witjaksono 1990). Jaringan Komunikasi dan Adopsi Inovasi Mengenai keterkaitan antara adopsi inovasi dengan jaringan komunikasi, banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa ada hubungan positif antara keterlibatan seseorang dalam jaringan komunikasi dengan tingkat adopsi inovasi mereka. Rogers d m Kincaid (1981) menemukan bahwa ibu-ibu yang terikat dalam suatu jaringan komunikasi, terutama keanggotaannya dalam perkumpulan ibu-ibu, banyak mengadopsi cara-cara berkeluarga berencana. Sedangkan ibu-ibu lain yang tidak terikat dalam jaringan komunikasi itu, hanya sedikit yang mengadopsi. Penelitian Carlson mengenai adopsi ide-ide baru dalam bidang pendidikan di berbagai sekolah, menemukan bahwa para kepala sekolah yang terlibat dalam jaringan persahabatan lebih inovatif daripada yang tidak terlibat di dalarn kelompok persahabatan tersebut. Begitu pula Coleman, Katz dan Manzel menemukan adanya perbedaan tingkat pengadopsian para dokter terhadap obat-obat baru di antara mereka yang terlibat dalam jaringan komunikasi. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa obat baru tersebut lebih cepat terdiseminasi di kalangan dokter-dokter yang terlibat dalam jaringan komuniaksi (Nan Lin 1975, diacu dalam Setyanto 1993:32-33). Peneltian Guimaraes (1972) pada 20 desa di Brasil menunjukkan bukti bahwa keterlibatan seseorang di dalam jaringan komunikasi berhubungan dengan keinovatifan mereka di dalain pertanian (diacu dalam Rogers dan Kincaid, 1981:228). . $ Lin dan Burt 1975 (diacu dalam dalam Rogers dan Kincaid 1981) menjelaskan bahwa para ibu Rumah Tangga di Elsavador yang mempunyai derajat keterhubungan individual yang tinggi dengan jaringan pedesaan, mereka sangat inovatif dalam mengadopsi inovasi kesehatan dan Keluarga Berencana. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara keterlibatan individu dalam suatu jaringan komunikasi dengan adopsi mereka terhadap suatu inovasi. Setiawan (1983) juga mengatakan bila terjadi perubahan perilaku pada suatu kelompok inengenai suatu ha1 yang dianjurkan, para partisipan yang mempunyai hubungan-hubungan komunikasi dalam kelompok tersebut akan menunjukkan penerimaan yang besar daripada yang tidak terlibat dalarn hubungan- .. hubungan komunikasi. Hal ini disebabkan ltarena terjadinya proses belajar sosial (social learning process), sepcrti dikatakan Bandura (diacu dalam Rogers 1983) bahwa orang akan lebih cepat menerima pemahaman baru dari orang-orang yang mereka kenal sebelumnya melalui proses peniruan (modelling). Yadav (diacu dalarn Rogers dan Kincaid 1981:257) menemukan bahwa desa-desa yang mempunyai tingkat inovasi tinggi di bidang pertanian, ternyata tingkat keterhubungan dalam struktur ltomunikasinya juga tinggi. Adanya derajat keterhubungan atau keterlibatan dan luasnya jaringan antar individu yang berbeda-beda akan menyebabkan adanya berbagai istilah dalam analisis jaringan komunikasi, yang menunjukkan perbedaan peranan pada masingmasing anggota jaringan komunikasi. Peranan-peranan tersebut antara lain yang disebut Star (over chosen), y&ni salah seorang individu dalarn suatu jaringan komunikasi yang menerima sc.jumlah besar pilihan oieh anggota-anggota lainnya ,. dalam sistem tersebut. Seorang individu yang berperan sebagai star adalah mereka yang merupakan opinion leader atau pemuka pendapat (Setyanto 1993:35). Opinion leader adalah derajat di mana seorang individu mempunyai pengaruh terhadap individu lainnya dalarn merubah sikap dan perilaku secara informal sesuai dengan cara-cara yang diinginkannya (Rogers dan Shoemaker 1971:199). Penelitian Ustik (1982) menemukan bahwa desa yang berhasil dalam pelaksanaan keluarga berencana memiliki lebih banyak individu-individu yang mempunyai jaringan komunikasi personal luas, lebih banyak memiliki pemuka pendapat (opinion leader) dan memiliki lebih banyak penghubung antar klik, yakni Eiason dan bridge (diacu dalam Setyanto 1993:36). Diseminasi Informasi Istilah untuk penyebarluasan informasi, sering juga digunakan kata diseminasi informasi. Diseminasi berasal dari kata dissemination yang berarti penyebaran, -- penebaran atau penaburan. Diseminasi informasi merupakan dua kata yang sudah dianggap baku dalam literatur-literatur Komunikasi Pembangunan yang maksudnya adalah suatu proses penyebaran inforrnasi di dalarn suatu sistem sosial. Havelock (1971:42) menggambarkan suatu model interaksi sosial dari diseminasi yang menekankan kepada aspek difwsi yaitu pengukuran pergerakan pesan dari orang ke orang (person toperson) dan dari sistem ke sistem. Informasi, menurut Fisher (1986) adalah konsep yang benar-benar khas bagi pembahasan komunikasi manusia. Dalam uraiannya, Fisher membagi informasi ke dalam tiga istilah pembahasan. Pertama, penggunaan istilah informasi secara non ilmiah, yaitu menunjukkan fakta atau data yang dapat diperoleh selama tindak -- komunikasi. Dalam ha1 ini informasi dikonseptualisasikan sebagai kuantitas fisik yang dapat dipindahkan dari suatu titik ke suatu titik yang lain, dari seseorang kepada seseorang yang lain. Informasi bukan semacam peristiwa, tetapi merupakan wujud material secara konseptual karena kehadirannya yang terbentang sepanjang waktu. Penggunaan yang kedua dari istilah informasi, menunjukkan makna data. Informasi dalam ha1 ini merupakan masalah penafsiran atau memberikan makna pada data. Penggunaan ketiga dari istilah informasi berasal langsung dari teori informasi yang semula dikembangkan oleh Shannon dan Weaver. Teori informasi menganggap informasi sebagai jurnlah ketidakpastian yang dapat diukur. Dengan kata lain, di sini informasi hanyalah suatu kuantitas pereduksian pilihan yang dapat diukur dan tidak memiliki semacam "makna" (Fisher 1986:421-422). Informasi diukur dalam artian "berapa banyak" ketidakpastian dapat dihilangkan. Informasi merupakan unsur dasar dalam komunikasi (Kincaid dan Schramm 1987:6). Bagi sistem sosial, informasi merupakan energi. Apabila komunikasi terjadi dalam sistem sosial, maka individu terlibat dalam pengolahan informasi (Fisher 1986:284). Menurut Sunarjo (1995: 152), informasi pada dasarnya berupa tanda-tanda atau kode-kode pesan yang dikirim ke satu jurusan dari pengirim kepada penerima (komunikator kepada komunikan). Sedangkan menurut Effendy (1989:177), informasi adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan ha1 yang baru diketahuinya. Dengan demikian, informasi pertanian maksudnya adalah suatu pesan atau sejumlah pesan yang berisi berbagai ha1 mengenai pertanian, yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah . ,. s orang (khususnya petani) yang bagi penerima pesan itu sendiri merupakan ha1 yang baru diketahuinya. Sikap: Pengertian, Ciri-ciri dan Fungsinya Allport (1935) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Allport 1935, diacu dalam Sears et al. 1992: 13 7). Definisi di atas sangat dipengaruhi oleh tradisi tentang belajar, yang menekankan bagaimana pengalaman masa lalu membentuk sikap. Dengan alasan yang sama, sikap terutama digambarkan sebagai kesiapan untuk selalu menanggapi dengan cara tertentu dan menekankan implikasi perilakunya. Sebaliknya, Krech dan Crutchfield (1948) yang sangat dipengaruhi perspektif kognitif, mendefinisikan sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dan proses motivasional, emosional, perseptual, dan, kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu (Krech dan Crutchfield 1948, diacu dalam Sears et al. 1992). Definisi ini nampak mengabaikan beberapa petunjuk tentang asal mula sikap dan lebih menekankan pengalaman subjektif di masa sekarang. Sears (1992) mengatakan bahwa dewasa ini, definisi yang paling umum adalah menggabungkan unsur-unsur dari kedua pendekatan itu. Sikap terhadap objek, gagasan, atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu misalnya; fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari selwuh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek (Zimbardo et al. 1977:20). Gerungan (1991) membedakan antara sikap dengan pengetahuan. ~engetahuan mengenai objek tidak sarna dengan sikap terhadap objek tersebut. Pengetahuan belum menjadi penggerak seperti halnya pada sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Dengan kata lain sikap mempunyai segi motivasi yang berarti segi dinamis menuju ke suatu tujuan dan berusaha mencapai tujuan tersebut (Gerungan 1991:152). Menurut Thrustone (1946), sikap itu merupakan tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi: sjmbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Orang dikatakan nzemiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favourable terhadap objek psikologi, dan begitu juga dengan sikap negatif adalah sebaliknya (Thrustone 1946, diacu dalam Ahrnadi 1991:163). Faktor kunci di dalam pembentukan sikap adalah hubungan (relationship) antara kekuatan situasional dan informasi dengan pola-pola motif dan nilai individual. Dengan kata lain, ada hubungan antara perolehan informasi dan karakteristik personality yang dapat membawa kepada asimilasi atau rejeksi terhadap inforrnasi tersebut (Triandis 1971:97). Teori lain untuk menerangkan sikap ini diajukan oleh Doob (1974) yang menyatakan bahwa sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku-balas yang tersembunyi (implicite response) yang terjadi langsung setelah ada rangsang, baik secara disadari atau tidak disadari. Tingkah laku-balas yang tersembunyi ini ditambah dengan faktor-faktor lain dari tlalam diri individu (internalfactor) seperti dorongan, kehendak, kebiasaan dan lain-lain yang akan menimbulkarl tingkah laku nyata (overt behavior). Dengan demikian, maka sikap selalu mendahului suatu tingkah laku nyata tertentu (Doob 1974, diacu dalam Sarwono 1995:20). Selanjutnya Hamalik (1993) mengartikan sikap sebagai proses orientasi dan proses inferensi. Sikap sebagai proses orientasi artinya proses yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara selektif dengan lingkungannya; jadi sikap berkenaan dengan pengarahan (direction) dan selektif. Dengan sikap itu, maka seseorang akan berorientasi untuk melakukan suatu perbuatan yang sesuai dengan sikapnya. Sikap sebagi proses inferensi, artinya sikap itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung karena yang dapat diamati adalah tingkah laku. Berdasarkan tingkah laku yang ! teramati itu dapat ditafsirkan, ditentukan sikapnya (Hamalik 1993:110). Hamalik selanjutnya memberikan ciri-ciri sikap sebagai berikut: 1. Sikap menunjukkan adanya hubungan antara subyek dan obyek. 2. Sikap memiliki arah tertentu. Sikap terarah dan berorientasi ke arah obyek. 3. Sikap bercirikan suatu faktor intensitas. Suatu sikap mengandung kekuatan atau kelemahan. 4. Sikap diperoleh melalui proses belajar. Sikap bukan bawaan sejak lahir, melainkan diperoleh berkat diskriminasi dan generalisasi. 5. Sikap ditandai oleh stabilitas dan konsistensi. Kestabilan dan keserasian suatu sikap tampak pada penafsiran dan reaksi terhadap lingkungannya. Mengenai fungsi sikap, Sarwono (1995) mengatakan bahwa sikap berfungsi untuk . mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu. Fungsi ini dapat \ dilakukan dalam kesadaran yang penuh, dan bisa pula berupa bagian dari suatu proses yang tidak disadari. Sementara itu, Triandis (1971) mengiden tifikasi adanya empat fungsi dari sikap yaitu: a) membantu memahami dunia di sekitar kita melalui pengorganisasian dan penyederhanaan input dari lingkungan yang sangat kompleks; b) melindungi self-esteem melalui kemungkinan untuk menghindari kebenaran yang tidak menyenangkan; c) membantu penyesuaian di dalam dunia yang kompleks melalui tindakan memaksimalkan ganjaran (reward) dari lingkungan kita; dan d) membantu dalam mengekspresikan nilai-nilai dasar (Triandis 1971:4). Masyarakat Tradisional . .. 9 Membicarakan suku-suku bangsa dan desa yang tradisional, menurut Harsojo (1988:249) ada dua konsep yang pantas dikemukakan, yaitu konsep tentang tradisi dan tradisionalisme. Tradisi adalah seluruh kepercayaan, anggapan dan tingkah laku yang diteruskan sejak zarnan dahulu, melalui beberapa generasi. Sedangkan tradisionalisme adalah satu sikap mental, satu sikap batin yang memuja zaman lampau. Konsep tradisi d m tradisionalisme ini sangat penting untuk membahas pembangunan, karena menyangkut mengenai bagaimanakah manusia itu melihat masa larnpaunya dan sikapnya terhadap pembaharuan. Selanjutnya Harsojo menambahkan, bahwa dalam membicarakan tradisi ada dua aspek kebudayaan yang terdapat pada suku bangsa dan pada masyarakat perdesaan di Indonesia, yang susah mengalmi perubahan dan kuat bertahan terhadap berbagai pengaruh yang datang dari luar. Lembaga kebudayam :ping dimaksud adalah struktur sosial berdasarkan kekerabatan dan sistem kepercayaan (Harsojo 1988:250). Berkaitan dengan perilaku komunikasi, struktur sosial berpengaruh terh~dap tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku dalam menjawab rangsangan , komunikasi. Demikian pula dalam proses difusi, struktur sosial mempunyai hubungan saling pengaruh yang kompleks dengan tersebarnya inovasi ke dalam suatu sistem sosial. Struktur sosial dapat merintangi atau memudahkan proses difusi, dan sebaliknya dihsi dapat merubah struktur sosial suatu masyarakat (Hanafi 1987:128). Selanjutnya Hanafi (1987: 131) menyebutkan adanya enarn tanda atau ciri-ciri dari sistem sosial tradisional, yaitu: (1) kurang berorientasi pada perubahan, (2) kurang maju atau masih sederhana d a l m teknologi, (3) reltttif rendah dalam kemelekhutufan, pendidikan dan pemahamannya terhadap metode ilmiah, (4) hubungan interpersonal masih efektif, (5) sedikit sekali komunikasi yang diiakukaun dengan pihak luar, dan (6) kurang mampu menempatkan atau melihat dirinya dalam peranan orang lain, .- terutama peranan orang di luar sistem. Khusus menegnai masyarakat petani kecil (peasant), Rogers (1969:40) memberikan karakteristik sebagai berikut: (1) mutual distrust atau saling curiga satu sama lain, (2) cenderung mempercayai pemikiran limited good atau bahwa semua ha1 yang didambakan dalam hidup sudah tersedia, (3) familistik atau kekeluargaan yang tinggi, (4) lack innovativeness atau kurang inovatif, (5) fatalisme, (6) lokulit, dan (7) secara relatif rendah empati (low emphaty). Jadi yang dimaksud dengan masyarakat tradisional itu sendiri adalah masyarakat yang memilki ciri-ciri: kurang berorientasi pada perubahan, saling curiga satu sama lain, masih sederhana dalam teknologi, relatif rendah dalam kemelekhmfan dan pendidikan, sedikit sekali komunikasi yang dilakukan dengan pihak luar (lokalit), familistik, fatalisme, dan kurang mampu menempatkan atau melihat dirinya dalam peranan orang lain (low emphaty). Disamping itu, Eugene V. Schneider mengatakan bahwa dari segi motivasi pada dasarnya masyarakat tradisional itu tidak mempunyai motif untuk mencari keuntungan (Susanto 1998:137).