KEADAAN UMUM WILAYAH Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis Kota Bandar Lampung berada pada posisi 5 20’ - 5 30’ LS dan 105 28’ - 105 37’ BT dengan luas wilayah daratan 19.722 Ha. Kota Bandar Lampung berada di Teluk Lampung yang terletak di ujung pulau Sumatra. Secara administratif batas daerah Kota Bandar Lampung adalah : - Sebelah Utara : Kecamatan Natar (Kabupaten Lampung Selatan) - Sebelah Selatan : Kecamatan Merbau Mataram (Kabupaten Lampung Selatan) dan Kecamatan Padang Cermin (Kabupaten Pesawaran) - Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Bintang dan Jati Agung (Kabupaten Lampung Selatan) - Sebelah Barat : Kecamatan Gedung Tataan, Way Lima dan Padang Cermin (Kabupaten Pesawaran) Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Propinsi Lampung. Sebagai ibukota provinsi, Kota Bandar Lampung merupakan pusat dari semua kegiatan selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung yang secara ekonomis tentunya sangat menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan daerah. Dalam RTRW Kota Bandar Lampung disebutkan bahwa adanya pertumbuhan ekonomi dan perkembangan aktivitas perkotaan telah mendorong munculnya pusatpusat pertumbuhan baru. Jika pada masa sebelumnya di Kota Bandar Lampung terdapat 3 pusat kegiatan yang dominan dalam lingkup pelayanan ekonomi perkotaan, yaitu Tanjung Karang, Teluk Betung dan Panjang, maka pada saat ini tumbuh pusat kegiatan baru yang merupakan kawasan jasa pelayanan skala kota, seperti wilayah Sukarame, Kedaton, Langkapura dan wilayah-wilayah lainnya di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bandar Lampung ditetapkan terdiri dari 13 Kecamatan dengan 98 kelurahan dengan tambahan kecamatan baru yaitu Kecamatan Kemiling, Rajabasa, Tanjung Seneng dan Sukabumi. Adapun pembagian wilayah kecamatan yang termasuk bagian 38 39 dari Kota Bandar Lampung secara administratif dapat dilihat pada pada Gambar 7 dan Tabel 6. Tabel 6. Luas Kota Bandar Lampung per Kecamatan No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kedaton Kemiling Panjang Rajabasa Sukabumi Sukarame Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Tanjung Karang Timur Tanjung Seneng Telukbetung Barat Telukbetung Selatan Telukbetung Utara Total Luas Wilayah (ha) Jumlah Kelurahan 1.088 2.765 2.116 1.302 1.164 1.687 1.514 668 2.111 1.163 2.099 1.007 1.038 19,722 8 7 7 4 6 5 11 6 11 4 8 11 10 98 Sumber : BPS Kota Bandar Lampung (2007) Kota Bandar Lampung secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan, tetapi sejak tahun 2007 Kabupaten Lampung Selatan mengalami pemekaran menjadi Kabupaten Pesawaran. Antara Kota Bandar Lampung dengan kecamatankecamatan yang berbatasan langsung mempunyai hubungan yang bersifat fungsional dimana Kota Bandar Lampung merupakan salah satu pusat (nodal) bagi kecamatankecamatan yang mengelilinginya (hinterland). Sebagai pusat petumbuhan, wilayah Kota Bandar Lampung mempunyai fungsi sebagai tempat terkonsentrasinya penduduk (permukiman), pusat pelayanan terhadap daerah hinterland, pasar bagi komoditaskomoditas pertanian dan lokasi pemusatan industri manufaktur. Sedangkan kecamatankecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bandar Lampung adalah sebagai hinterland yang berfungsi sebagai pemasok (produsen) bahan-bahan mentah dan atau bahan baku, pemasok tenaga kerja melalui proses urbanisasi dan menglaju (commuting), daerah pemasaran barang dan jasa industri manufaktur dan penjaga keseimbangan ekologis (Rustadi et al, 2007) 40 Kependudukan Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung tahun 2006 berjumlah 844.417 jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Tanjungkarang Pusat (123 jiwa/ha) dan terendah di Kecamatan Kemiling (20 jiwa/ha). Penyebaran penduduk di wilayah Kota Bandar Lampung, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu penyebaran penduduk di daerah perkotaan dan penyebaran penduduk di daerah pedesaan/ pinggiran pusat kota. Berdasarkan penyebaran penduduk, diketahui bahwa sebagian besar berada di daerah perkotaan, karena daerah perkotaan merupakan pusat pemerintahan, industri, perdagangan dan jasa. Faktor kemudahan sarana transportasi dan komunikasi yang memadai serta adanya berbagai fasilitas sosial-ekonomi yang lebih baik, menyebabkan sebagian besar penduduk terkonsentrasi di daerah perkotaan. Penyebaran penduduk di daerah pedesaan atau pinggiran dan pusat kota pada umumnya mengikuti jaringan jalan yang ada. Kecenderungan seperti ini disebabkan oleh adanya kemudahan transportasi. Jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Telukbetung Barat Telukbetung Selatan Panjang Tanjung Karang Timur Telukbetung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Seneng Sukarame Sukabumi Total Sumber : BPS Kota Bandar Lampung (2007) Jumlah Penduduk (Jiwa) 55,945 113,187 64,263 85,622 68,889 82,267 55,183 54,599 92,163 33,247 30,019 55,804 53,229 844,417 41 Karakteristik Fisik Wilayah Topografi Topografi Kota Bandar Lampung sangatlah beragam, mulai dari dataran, pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m. Daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah barat ke timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah timur (Bappeda Kota Bandar Lampung, 2005). Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut : Wilayah pantai terdapat disekitar Telukbetung dan Panjang dan pulau dibagian selatan Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame dibagian Utara Wilayah perbukitan terdapat disekitar Telukbetung bagian Utara Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjungkarang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok dibagian Timur. Tofografi Kota Bandar Lampung berdasarkan peta kelas kelerengan (Bappeda Kota Bandar Lampung, 2005) digolongkan menjadi 4 kelas yaitu : 0 - 2% : Daerah datar 2 - 20 % : Landai sampai berombak 20 - 40 % : Berombak sampai bergelombang > 40% : Bergelombang sampai berbukit Kemiringan lereng untuk masing-masing kecamatan disajikan pada pada Gambar 8 dan Tabel 8. Secara umum kondisi wilayah Kota Bandar Lampung merupakan daerah datar, landai sampai berombak dengan kemiringan lereng 0 sampai dengan 20 persen. Beberapa wilayah di kecamatan Kemiling, Panjang, Tanjung Karang Timur, Teluk Betung Barat dan Tanjung Karang Barat memiliki morfologi bergelombang dengan kemiringan di atas 40 persen. 42 Gambar 8. Peta Kemiringan Lereng Kota Bandar Lampung 43 Tabel 8. Kemiringan Lereng dan Luas Lahan Masing-Masing Kecamatan di Kota Bandar Lampung No Kecamatan 1 Kedaton 2 Kemiling 3 0 - 2% 2 - 20 % 20 - 40 % > 40 % Luas (ha) 607 468 13 - 1,088 - 2,350 301 114 2,765 Panjang 594 664 514 343 2,116 4 Rajabasa 137 1,165 - - 1,302 5 Sukabumi 677 478 9 - 1,164 6 Sukarame 1,654 29 4 - 1,687 7 Tanjung Karang Barat 166 1,205 74 69 1,514 8 Tanjung Karang Pusat 414 220 34 - 668 9 Tanjung Karang Timur 554 1,166 188 203 2,111 10 Tanjung Seneng 1,012 151 - - 1,163 11 Teluk Betung Barat 642 373 890 194 2,099 12 Teluk Betung Selatan 617 383 7 - 1,007 13 Teluk Betung Utara 55 890 93 - 1,038 Jumlah (ha) 7,130 9,541 2,127 922 19,722 Persentase (%) 36.16 48.38 10.79 4.68 100 Sumber : Hasil Analisis dari Peta Lereng Bappeda Kota Bandar Lampung Dengan kondisi lahan datar yang cukup luas ini menunjukkan bahwa Kota Bandar Lampung mampu menampung berbagai pembangunan kota yang secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa serta pemukiman. Sedangkan lahan dengan kelerengan yang lebih besar dari 40 persen hanya seluas 922 ha atau sekitar 4,68 % disarankan sebagai kawasan konservasi. Kondisi Iklim Kota Bandar Lampung termasuk wilayah yang beriklim tropis basah yang mendapat pengaruh dari angin musim (Monsoon Asia). Suhu udara maksimum rata – rata 30.57 C, suhu minimum 25.34 C, kelembaban relatif maksimum rata – rata 89.34 % dan minimum 72.29 %, intensitas penyinaran rata – rata 0.25 jam, kecepatan angin rata – rata adalah 2.34 km/jam dan rata evaporasi 3.95 mm/hari. Curah hujan 44 bervariasi dari 67.2 mm pada bulan September s/d 277.8 mm pada bulan Januari. Curah hujan yang tinggi ( >100 mm/bulan ) terjadi selama tujuh bulan mulai bulan November s/d bulan Mei dan musim kemarau (CH < 100 mm/bulan ) terjadi selama lima bulan mulai bulan Juni s/d bulan Oktober (Bappeda Kota Bandar Lampung, 2005). Kondisi Hidrologi Secara geologis Kota Bandar Lampung dilalui oleh sungai-sungai yaitu Sungai Way Halim, Way Awi, Way Simpur di wilayah Tanjung Karang dan Way Kuripan, Way Balau, Way Kupang, Way Garuntang dan Way Kuwala mengalir di wilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai berada di bagian barat, daerah hilir sungai berada di wilayah bagian selatan yaitu pada dataran pantai. Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil seperti terlihat pada Tabel 9. Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di teluk Lampung. DAS Way Kuala termaksud DAS yang besar yang bermuara di Teluk Lampung. DAS tersebut hulunya terletak di bagian Barat dan banyak melewati daerah pemukiman, rumah sakit, hotel restauran, pasar, dan industri di bagian tengah kota. Sedangkan DAS Way Kuripan bermuara di Teluk Lampung dan hulunya berada di bagian barat dimana sungai bagian hulu dimanfaatkan sebagai sumber air baku PDAM (Bappeda Kota Bandar Lampung, 2005). Tabel 9. Nama Sungai, Panjang, Luas DAS (ha) dan Debit Rata-Rata yang Mengalir di Kota Bandar Lampung No Panjang Luas DAS Debit (Km) (Ha) (m3 /dt) Nama Sungai Muara 1 Way Awi 9 1511 2.996 Teluk Lampung 2 Way Penengahan 5 140 1.188 - 3 Way Simpur 5 421 6.042 - 4 Way Kuala 9 6782 4.943 Teluk Lampung 5 Way Galih 5 790 5.292 - 6 Way Kupang 6 335 t.a Teluk Lampung 7 Way Lunik 6 875 t.a Teluk Lampung 8 Way Kunyit 5 49 t.a Teluk Lampung 45 Tabel 9 (lanjutan) No Nama Sungai Panjang Luas DAS Debit (Km) (Ha) (m3 /dt) Muara 9 Way Kuripan 8 8698 t.a Teluk Lampung 10 Way kedamaian 5 337 3.102 Teluk Lampung 11 Anak Way Kuala 23 330 t.a Way Kuala 12 Way Kemiling 8 1273 t.a Way Kandis 13 Way Halim 10 914 t.a - 14 Way Langkapura 8 393 t.a - 15 Way Sukamaju 9.25 1730 t.a Teluk Lampung 16 Way Keteguhan 5 280 t.a Teluk Lampung 17 Way Simpang Kanan 6 1695 t.a - 18 Way Simpang Kiri 9.5 1490 t.a - 19 Way Betung 14 3490 t.a Teluk Lampung 20 Way Gading t.a t.a t.a Way Penengahan 21 Way Kedaton t.a t.a t.a Way Kandis 22 Way Kandis t.a t.a t.a Way Kandis 23 Way Primus t.a t.a t.a - 24 Way Limus t.a t.a t.a Way Kandis 25 Way Batu Lengguh t.a t.a t.a Way Kandis Sumber : BPPLH Kota Bandar Lampung (2007) Bentuk RTH di Kota Bandar Lampung RTH di Kota Bandar Lampung mempunyai beberapa bentuk. Bentuk RTH yang ada mempunyai manfaat atau fungsi yang berbeda-beda. Bentuk RTH di Kota Bandar Lampung antara lain : 1. Hutan Konservasi Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasikan menjadi bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan bentuk RTH non alami atau binaan (Purnomohadi, 2006). Hutan konservasi merupakan salah satu bentuk RTH alami. Menurut data Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kota Bandar Lampung luas hutan konservasi di Kota Bandar Lampung tahun 2007 adalah 350 ha. Hutan konservasi tersebut tersebar di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara, Tanjung Karang Barat dan Kemiling. Menurut Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan konservasi adalah kawasan hutan 46 dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri dari kawasan hutan suaka alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa), kawasan hutan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam) dan taman buru. Salah satu kawasan hutan konservasi yang ada di Kota Bandar Lampung adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurrachman (Tahura WAR) seluas ± 22.244 hektar yang ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan No. 804/KPTS-II/1993 (Dishutbunprop Lampung (2005) dalam Rifki (2007). Definisi Tahura berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Adapun fungsi dari Tahura antara lain (1) sebagai kawasan yang dimanfaatkan potensi alamnya untuk koleksi tumbuhan dan/atau satwa baik yang alami maupun buatan, jenis asli atau bukan asli dan wisata alam, (2) sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan dan (3) sebagai pengawetan jenis tumbuhan dan satwa serta keunikan alam. Bagi masyarakat Lampung, khususnya masyarakat Kota Bandar Lampung dan masyarakat di desa-desa sekitarnya, keberadaan Tahura WAR sungguh amat penting sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologi. Karakteristik bentang alam yang spesifik menjadikan kawasan tersebut sebagai penyedia berbagai jasa lingkungan untuk wilayah sekitarnya. Secara administratif lokasi kawasan Tahura WAR berada di wilayah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Di Kabupaten Pesawaran tahura terletak di kecamatan berbatasan langsung dengan Kota Bandar Lampung yaitu Kecamatan Padang Cermin, Way Lima dan Gedung Tataan. Untuk Kota Bandar Lampung tahura terletak pada 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Kemiling (Kelurahan Sumber Agung dan Kedaung), Kecamatan Teluk Betung Utara (Kelurahan Sukadanaham dan Batu Putu) dan Kecamatan Teluk Betung Barat (Kelurahan Keteguhan dan Sukajaya). 2. Hutan Kota Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota mendefinisikan hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah 47 negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Menurut Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kota Bandar Lampung tahun 2007, hutan kota yang ada di Kota Bandar Lampung berada pada Kecamatan Kedaton, Sukarame, Kemiling dan Tanjung Karang Barat dengan total luasan 86 ha. Luasan hutan kota ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan karena pada tahun 2000 hanya seluas 12 ha. Dalam RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2005-2015 telah ditetapkan kawasan-kawasan yang peruntukannya sebagai hutan kota dapat berupa bukit maupun gunung. Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Akan tetapi kenyataan yang ada di Kota Bandar Lampung sudah sangat memprihatinkan. Kondisi bukit dan gunung yang peruntukannya telah ditetapkan sebagai hutan kota sudah banyak yang menyimpang dari kondisi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam RTRW. Hal tersebut dapat terlihat misalnya kondisi hutan kota yang berada di kecamatan Sukarame yang kini kondisinya memprihatinkan tidak terurus dan terancam pelebaran jalan serta pembangunan permukiman. Kondisi salah satu hutan kota di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada gambar 9. Gambar 9. Hutan Kota 48 3. Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Rakyat Selain hutan konservasi di Kota Bandar Lampung terdapat Hutan Kemasyarakatan (HKm) dengan luas 400 ha. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan. HKm didefinisikan sebagai hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempaat dalam mendapatkan manfaat sumberdaya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Kawasan hutan yang dapat ditetapkan sebagai areal kerja hutan kemasyarakatan adalah kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi. HKm Kota Bandar Lampung tersebar di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara, Tanjung Karang Barat dan Kemiling. HKm bertujuan agar masyarakat terlibat aktif dalam rehabilitasi hutan yang sudah rusak. Masyarakat diharuskan menanam pepohonan yang berfungsi untuk menghijaukan kembali hutan. Selain itu, kelompok yang telah mendapat izin, diperkenankan mengambil hasil hutan, kecuali kayu. Kelompok masyarakat diperkenankan menanam tanaman musiman, seperti kopi dan melinjo. Selain HKm di Kota Bandar Lampung juga terdapat Hutan Rakyat seluas 510 ha. Hutan rakyat yang dimaksud adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik, dengan luas minimal 0.25 ha. Penutupan tajuk didominasi oleh tanaman perkayuan, dan atau tanaman tahun pertama minimal 500 batang (Dephutbun, 1999 dalam Rahmawaty, 2004). Hutan rakyat berlokasi di Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara, Tanjung Karang Barat dan Kemiling. Adanya hutan rakyat dan HKm ini sangat membantu dalam pemulihan kawasan hutan yang telah rusak karena perambahan maupun sebab lainnya, dimana hal ini tentu sangat berarti bagi keberlangsungan RTH yang ada di Kota Bandar Lampung. 4. RTH Taman Kota Taman kota memiliki fungsi utama sebagai fungsi estetika, keberadaan taman bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kebersihan saja, tetapi juga diharapkan dapat menjaga dan mengembalikan fungsi lingkungan seperti peresapan air, menjaga dan meningkatkan populasi flora dan fauna, klimatologis dan lain sebagainya sehingga 49 ekologi kota dapat tertata secara serasi, selaras dan seimbang sebagai bagian dan tatanan lingkungan. Kota Bandar Lampung mempunyai beberapa taman kota yang tersebar di beberapa kecamatan. Taman-taman yang ada tersebut berfungsi sebagai sarana interaksi dan penghasil oksigen. Dengan demikian keberadaan taman ini perlu dijaga dan dilestarikan. Gambar 10. Taman Kota sebagai RTH 5. RTH Kawasan Rekreasi Gambar 11. RTH Kawasan Rekreasi Kawasan rekreasi yang bernuansa alam selain berfungsi sebagai sarana rekreasi juga merupakan kawasan yang berfungsi sebagai RTH. Tempat wisata seperti Taman 50 Wisata Bumi Kedaton dan Lembah Hijau adalah kawasan rekreasi yang bernuansa alam dan merupakan kawasan wisata ekologi. Taman wisata ini berlokasi di Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara dan Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat. 6. RTH Taman Pemakaman Umum Kawasan ini dimasukkan ke dalam salah satu bentuk RTH kota, karena pada area pemakaman ditanam beberapa jenis tanaman yang bertujuan sebagai peneduh dan pengarah. Taman Pemakaman Umum (TPU) merupakan RTH yang ditujukan untuk fasilitas umum berupa perkuburan masyarakat. TPU seperti terlihat pada Gambar 12 tersebar di Kota Bandar Lampung dengan jenis tanaman yang beragam. Gambar 12. Pemakaman Umum sebagai RTH 7. RTH Kawasan Perkantoran Kawasan perkantoran di Kota Bandar Lampung letaknya cenderung terkonsentrasi di pusat kota serta tumbuh dan berkembang terutama di sekitar jalanjalan utama. Sebagian besar RTH di kawasan perkantoran lebih difungsikan sebagai taman pasif untuk menambah estetika bangunan perkantoran. Beberapa tanaman besar lebih difungsikan sebagai peneduh pada sekitar bangunan kantor, seperti tempat parkir, sedangkan tanaman kecil bermanfaat sebagai estetika pada taman agar bangunan lebih 51 terlihat hijau. RTH pada kawasan ini berkontribusi untuk memberikan pemandangan yang indah dan membantu mereduksi pencemaran udara. Gambar 13. RTH Kawasan Perkantoran 8. RTH Kawasan Pertanian Kawasan kebun, sawah dan tegalan merupakan bentuk RTH kawasan pertanian yang dikelola oleh sebagian besar penduduk. Fungsi RTH pada kawasan ini selain fungsi ekonomi juga berfungsi sebagai kawasan yang berpotensi untuk menjadi daerah resapan air. Bentuk RTH ini menyebar hampir di semua kecamatan di Kota Bandar Lampung. Gambar 14. RTH Kawasan Pertanian 52 9. RTH Kawasan Olah Raga Kawasan Olah Raga merupakan kawasan yang dapat dijadikan sebagai salah satu kawasaran RTH. Di Kota Bandar Lampun kawasan olah raga yang di jadikan sebagai RTH antara lain berbentuk lapangan olah raga misalnya lapangan golf. Gambar 15. RTH Kawasan Olah Raga 10. RTH Kawasan Industri Dalam RTRW Kota Bandar Lampung kegiatan industri di wilayah Kota Bandar Lampung terletak di wilayah Sribawono, Jalan Yos Sudarso dan Jalan Sutami. Sedangkan kegiatan industri kecil letaknya menyebar di beberapa kecamatan di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, umumnya RTH kawasan industri di Kota Bandar Lampung saat ini belum ditata secara khusus, meskipun mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan menjadi buffer daerah industri. Kawasan penyangga zona industri diperlukan agar terdapat pembatas fisik yang jelas antara zona industri dengan kawasan lainnya terutama kawasan permukiman. Penyangga yang baik akan mampu berperan sebagai reduktor polusi baik polusi asap, debu maupun suara. 11. RTH Kawasan Pendidikan Kawasan pendidikan merupakan kawasan yang dapat dijadikan sebagai salah satu kawasan RTH. RTH pada kawasan pendidikan ini dapat berupa taman pasif maupun aktif, taman median jalan, lahan praktikum dan lain-lain. Fungsi dari RTH 53 yang ada pada kawasan ini selain menambah estetika juga dapat dijadikan sebagai pengarah yang terdapat pada jalan-jalan yang menghubungkan masing-masing gedung, sebagai sarana interaksi, sarana praktikum lapangan dan sebagainya. Gambar 16. RTH Kawasan Pendidikan 12. RTH Jalur Jalan RTH jalur jalan mempunyai beberapa fungsi antara lain menurunkan kadar pencemaran udara dengan menyerap sisa pembakaran dan debu, memberikan perlindungan dari terik matahari, penyerap air hujan, pengarah jalur lalu lintas dan lainlain. RTH jalur jalan di Kota Bandar Lampung berada pada jalan utama di Pusat Kota, sebagian sudah tertata sesuai dengan fungsinya. Gambar 17. RTH Jalur Jalan 54 13. RTH Kawasan Sempadan Pantai Mangrove merupakan vegetasi RTH yang berada di wilayah sekitar pantai/pesisir. Rusaknya hutan mangrove dapat menyebabkan hilangnya sabuk hijau atau green belt, hilangnya biota laut, abrasi dan intrusi pantai, kesulitan air bersih. Kini kawasan pesisir Teluk Lampung dapat dikatakan sudah tidak memiliki kawasan sabuk hijau lagi karena habis direklamasi. Fungsi penahan gelombang dan penetralisasi air laut yang tercemar sudah tidak ada lagi dan sudah berubah fungsi. Hal ini akibat penebangan oleh pihak tertentu dan banyak yang beralih fungsi menjadi kawasan wisata pantai ataupun perumahan. Melihat kenyataan tersebut tidak menutup kemungkinan keberadaan mangrove akan hilang sama sekali karena konversi menjadi area reklamasi yang diperuntukan sebagai perumahan, pariwisata pantai, industri dan lainnya 14. RTH Kawasan Sempadan Sungai RTH kawasan sempadan sungai ditujukan untuk melindungi kawasan sempadan sungai dari kegiatan budidaya yang dapat menganggu fungsi dari sungai tersebut. Adapun fungsi sungai antara lain sebagai pengendali banjir, pengendali erosi, mengurangi pengikisan tanggul, peningkatan kualitas dan kuantitas air, tempat hidup dan keragaman habitat flora dan fauna dan sebagainya. RTH sempadan sungai ditemui di DAS yang ada di Kota Bandar Lampung seperti terlihat pada Gambar 18. Gambar 18. RTH Sempadan Sungai