PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC

advertisement
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC,
AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK
(Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 18 Tasikmalaya Tahun
Pelajaran 2012/2013)
Yuvi Nuri Khoeriyah
e-mail: [email protected]
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh positif
penggunaan model pembelajaran SAVI terhadap kemampuan berpikir kritis matematik
peserta didik, dan sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran SAVI. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode penelitian eksperimen. Instrumen yang digunakan berupa soal tes
kemampuan berpikir kritis matematik dan angket sikap peserta didik. Teknik analisis
data menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Hasil penelitian dan analisis data
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif penggunaan model pembelajaran SAVI
terhadap kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Lalu, sikap peserta didik
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI
adalah positif.
Kata Kunci : Model Pembelajaran SAVI, Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Peserta Didik, Sikap Peserta Didik
ABSTRACT
This research purposes to know wether or not there is a positive effect by using
SAVI learning model towards mathematical critical thinking skills by the students and
to know the students attitude towards math learning by using SAVI learning model.
The method was used in this research is an experimental method. The instrument which
is used in this research are math critical thinking skill and students attitude
questionnaire. The data analysis technique was used two difference test average. The
research result and data analysis show that there is positive effect by using SAVI
learning model toward mathematical critical thinking skill by the sudentst. Then, the
attitude of students towards learning mathematics using SAVI is a positive learning
model.
Keywords: SAVI learning model, Mathematic Critical Thinking Skill by the
students, Student Attitude
1
PENDAHULUAN
Pendidikan matematika perlu diberikan pada dunia pendidikan sebagai tuntutan
perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan
kehidupan manusia di berbagai belahan dunia sejak masa lalu, kini, dan masa yang akan
datang. Sampai saat ini matematika diajarkan pada semua jenjang pendididikan, mulai
pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Widaningsih, Dedeh (2010:1)
menyebutkan
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Berdasarkan pendapat tersebut, kemampuan yang perlu diberikan kepada peserta
didik salah satunya kemampuan berpikir kritis merupakan berpikir tingkat tinggi.
Bagian berpikir kritis matematik salah satunya menguji, mengaitkan hubungan,
menjelaskan, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan.
Menurut Sumarmo, Utari (2010:9) “Berfikir kritis memiliki empat komponen
yaitu: kejelasan (clarity), dasar (bases), inferensi (inference), dan interaksi
(interaction)”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Robert Ennis (Wiliyawati, Bety,
2012:18) yang secara singkatnya menyatakan terdapat enam unsur dasar dalam berpikir
kritis yaitu fokus (focus), alasan (reason), kesimpulan (inference), situasi (situation),
kejelasan (clarity), dan tinjauan ulang (overview). Selanjutnya unsur-unsur tersebut
dijelaskan oleh Wiliyawati, Bety (2012:18) sebagai berikut:
a) fokus (focus): langkah pertama dari berpikir kritis adalah mengidentifikasi
masalah dengan baik. Permasalahan yang menjadi fokus bisa terdapat dalam
kesimpulan sebuah argumen; b) alasan (reason): apakah alasan-alasan yang
diberikan logis atau tidak untuk disimpulkan seperti yang tercantum dalam fokus;
c) kesimpulan (inference): jika alasannya tepat, apakah alasan itu cukup untuk
sampai pada kesimpulan yang diberikan? d) situasi (situasion): mencocokkan
dengan situasi yang sebenarnya; e) kejelasan (clarity): harus ada kejelasan
mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam argumen tersebut sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam membuat kesimpulan; f) tinjauan ulang (overview): kita
perlu mencek apa yang sudah ditemukan, diputuskan, diperhatikan, dipelajari dan
disimpulkan.
Akan tetapi dari hasil penelitian Mayadiana (Fachrurazi, 2011:77) mengenai
kemampuan berpikir kritis masih rendah. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa
calon guru SD, ternyata diperoleh data kemampuan berpikir kritis masih rendah, yaitu
2
36,26% untuk mahasiswa berlatar belakang IPA, 26,62% untuk mahasiswa berlatar
belakang Non-IPA, serta 34,06% untuk keseluruhan mahasiswa. Perolehan persentase
masih di bawah 50%. Sama halnya dengan hasil penelitian Maulana (Fachrurazi,
2011:77) diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa program D2
PGSD kurang dari 50% skor maksimal.
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan berpikir kritis. Faktor
dari dalam, kemungkinan terbesar terletak dari peserta didik sendiri yang masih kurang
tingkat kecerdasannya atau sikap dan minat peserta didik yang kurang dalam
pembelajaran matematik. Sedangkan faktor dari luar terletak pada guru matematika
yang mengatur dan mengelola kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika adalah model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual).
Model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) merupakan
pembelajaran yang menggunakan ketiga gaya belajar tersebut disertai dengan aktivitas
intelektual. Model pembelajaran SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier.
Meier, Dave (2003:90) mengemukakan “Belajar Berdasar-Aktivitas (BBA) berarti
bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dan memanfaatkan indera siswa sebanyak
mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar”. Unsurunsur yang terdapat dalam pembelajaran SAVI menurut Meier, Dave (2003:91) “Unsurunsur SAVI yaitu belajar somatis, belajar auditori, belajar visual dan belajar intektual”.
Belajar bisa optimal apabila keempat unsur SAVI tersebut ada dalam pembelajaran.
Belajar somatis artinya peserta didik menggunakan organ tubuh gerak dalam belajarnya.
Belajar auditori artinya peserta didik menggunakan organ tubuh pendengaran dalam
belajar berbicara dan mendengar. Belajar visual artinya peserta didik organ tubuh
penglihatan belajar mengamati dan menggambarkan. Belajar intelektual artinya peserta
didik menggunakan organ tubuh otak dalam berpikir untuk memecahkan masalah dan
merenung.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI
diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif yang ditunjukan peserta didik pada materi
pelajaran. Jika dihubungkan dengan pembelajaran langsung yang hanya bertumpu pada
konsep dan hasil akhir, pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI akan
mengubah pembelajaran biasa menjadi pembelajaran interaktif. Pembelajaran dengan
3
menggunakan model pembelajaran SAVI memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk aktif mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematik. Jadi, pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI menuntut sikap peserta
didik yang tinggi sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis
matematik.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu yang dilaporkan oleh Novia,
Sendari S. P. (2011:90) dengan judul “Penggunaan Multimedia Interaktif pada Model
Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam Materi Geometri
untuk Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense (Tilikan Ruang) Siswa (Penelitian
Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)” dengan kesimpulan
terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan spatial sense (tilikan ruang)
siswa yang mendapat pembelajaran berupa penggunaan multimedia intetraktif pada
model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellktual) dalam materi
geometri ruang dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung dan terdapat
peningkatan kemampuan spatial sense (tilikan ruang) siswa yang mendapat
pembelajaran berupa penggunaan multimedia intetraktif pada model pembelajaran
SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellktual) dalam materi geometri.. Selain itu, sikap
dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika berupa penggunaan multimedia
intetraktif pada model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellktual)
dalam materi geometri secara umum cenderung positif. Penelitian lain dengan judul
“Upaya Meningkatkan Pemahaman Geometri pada Siswa SMP dengan Menggunakan
Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)” dilaporkan oleh
Nurokhmatillah, Iah. (2011:100). Hasil Penelitiannya menyimpulkan pemahaman
geometri pada siswa SMP yang mendapat model pembelajaran SAVI lebih baik
daripada pemahaman geometri pada siswa SMP yang mendapatkan model pembelajaran
ekspositori dan peningkatan pemahaman geometri pada siswa SMP yang mendapat
model pembelajaran SAVI lebih baik daripada pemahaman geometri pada siswa SMP
yang mendapatkan model pembelajaran ekspositori. Secara umum siswa memberikan
sikap positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI.
Penelitian yang relevan dengan kemapuan berpikir kritis matematik yaitu hasil
penelitian Supriadi, Atang (2011) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui
4
Pendekatan Inkuiri Terbimbing”. Kesimpulan penelitiannya yaitu peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri
terbimbing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan konvensional. Rata-rata gain siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran secara konvensional dan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa antara siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang, tinggi dan
rendah, serta sedang dan rendah. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ketiga katagori
berbeda secara signifikan yang artinya ketiga katagori siswa yaitu tinggi, sedang, dan
rendah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis setelah melakukan
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan dua perlakuan terhadap
subjek berupa penggunaan model pembelajaran yang berbeda. Model Pembelajaran
SAVI diberikan kepada kelas eksperimen, sedangkan model pembelajaran langsung
diberikan kepada kelas kontrol.
Populasi penelitiannya adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 18
Tasikmalaya tahun pelajaran 2012/2013. Dua kelas diambil secara acak sebagai sampel,
kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran SAVI dan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran langsung.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes kemampuan
berpikir kritis matematik peserta didik dan angket sikap peserta didik yang diberikan
diakhir setelah semua proses pembelajaran selesai.
Ada tiga perlakuan dalam teknik analisis data yaitu statistika deskriptif, uji
persyaratan analisis, dan uji hipotesis. Untuk uji hipotesis menggunakan uji perbedaan
rata-rata dengan uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 18 Tasikmalaya. Penelitian
dilakukan pada dua kelas yang berbeda yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
5
VII-A sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory,
Visual, Intellectual (SAVI) dan kelas VII-C sebagai kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran langsung. Data hasil penelitian skor yang diperoleh dari tes kemampuan
berpikir kritis matematik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes diberikan kepada
kelas eksperimen sebanyak 33 peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) dan kelas kontrol sebanyak
31 peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran langsung.
Data hasil perolehan dari kelas ekperimen dan kelas kontrol selengkapnya terdapat pada
lampiran E.
Berdasarkan hasil perhitungan skor tes kemampuan berpikir kritis matematik
kelas ekperimen diperoleh skor terkecil 4 dan skor terbesar 20 dengan skor rata-rata
14,18. Sedangkan untuk hasil perhitungan skor tes kemampuan berpikir kritis
matematik kelas kontrol diperoleh skor terkecil 3 berbeda dengan kelas eksperimen dan
untuk skor terbesar sama dengan kelas ekperimen sebesar 20, dengan skor rata-rata
11,26. Jika skor rata-rata dibagi dengan skor ideal sebesar 20 maka persentase rata-rata
terhadap skor ideal pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 70,90% dan pada kelas
kontrol diperoleh sebesar 56,30%. Persentase rata-rata terhadap skor ideal pada kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan dengan persentase rata-rata terhadap skor ideal
pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil skor tes kemampuan
berpikir kritis matematik pada kelas ekperimen dan kelas kontrol.
Selain itu terdapat perolehan standar deviasi pada masing-masing kelas. Untuk
kelas ekperimen diperoleh standar deviasi sebesar 3,75, sedangkan kelas kontrol
diperoleh standar deviasi sebesar 3,78. Artinya penyebaran data dari skor rata-rata kelas
eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan kelas kontrol, dalam hal ini terjadi
perbedaan sebesar 0,03.
Penguasaan peserta didik terhadap materi tes, diperoleh skor kemampuan
berpikir kritis matematik peserta didik di kelas eksperimen yang mencapai KKM
sebesar 75 (skor 15) adalah sebanyak 22 peserta didik (66,67%). Sedangkan skor
kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik di kelas kontrol yang mencapai
KKM sebesar 75 (skor 15) adalah sebanyak 7 peserta didik (22,58%). Hal ini
menunjukkan skor kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik yang mencapai
KKM di kelas eksperimen lebih banyak dibandingkan dengan kelas kontrol.
6
1. Pengujian Persyaratan Analisis
Data yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis matematik di uji
dengan uji normalitas dan homogenitas dari kedua kelas tersebut. Berdasarkan hasil
uji normalitas, kedua data berasal dari populasi berdistribusi normal. Kelas
eksperimen memperoleh
<
memperoleh
dan kelas kontrol
<
. Dilanjutkan dengan uji
homogenitas dan hasilnya adalah kedua varians homogen karena
(1− )(
−1,
−1) dengan
dan
ℎ
<
.
2. Pengujian Hipotesis dan Jawaban Pertanyaan Penelitian
a. Pengujian Hipotesis
Karena kedua data berasal dari populasi berdistribusi normal dan kedua
varians homogen, maka pengujian hipotesis menggunakan uji perbedaan dua
rata-rata.
Berdasarkan
hasil
perhitungan
diperoleh
maka, H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada pengaruh
positif penggunaan model pembelajaran SAVI terhadap kemampuan berpikir
kritis matematik peserta didik.
b. Jawaban Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini, jawaban pertanyaan penelitiannya merupakan
deskripsi sikap peserta didik yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran SAVI. Dari data hasil penelitian diperoleh skor rata-rata adalah 4,0
sehingga menunjukkan bahwa sikap peserta didik terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI positif.
PEMBAHASAN
1.
Pelaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan model
pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI), dan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Pelaksanaan
penelitian ini dimulai dengan perencanaan mulai dari pembuatan perangkat
penelitian yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
7
instrumen-instrumen penelitian yang terdiri dari bahan ajar, Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD), tugas sebagai latihan, tes kemampuan berpikir kritis matematik, dan
angket sikap peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran Somatic,
Auditory, Visual, Intellectual (SAVI).
Pada awal proses pembelajaran di kelas ekperimen, sebagai tahap persiapan
peneliti mengkondisikan kelas dan memberikan motivasi kepada peserta didik.
Selain itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada
pembelajaran pada materi garis dan sudut.
Pada tahap penyampaian peneliti
mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar sebagai ujicoba kolaboratif. Secara berdiskusi peserta didik mengerjakan bahan ajar, dengan
menunjuk tulisan, membaca, saling berdekatan dan bertukar pendapat antar anggota
maupun kelompok lain dalam mengerjakan bahan ajar berarti peserta didik belajar
somatik, auditori, visual dan intelektual. Penguasaan materi saja belum cukup,
maka diperlukan tahap pelatihan sehingga peserta didik mampu mengerjakan soalsoal matematika. Dalam hal ini, peserta didik mengerjakan LKPD secara diskusi
berupa soal-soal matematik yang harus dikerjakan peserta didik, dengan menunjuk
tulisan, membaca, saling berdekatan dan bertukar pendapat antar anggota maupun
kelompok lain dalam mengerjakan LKPD berarti peserta didik belajar somatik,
auditori, visual dan intelektual. Kemudian peserta didik mempresentasikan hasil
diskusi mereka di depan kelas, dengan berbicara, mendengarkan, memperhatikan,
dan menjawab pertanyaan dari kelompok lain berarti peserta didik belajar auditori,
visiual dan intelektual. Tahap pelatihan belum cukup sampai disini, sebagai
pemantapan peserta didik belajar somatik, auditori, visual dan intelektual dalam
penguasaan materi peneliti memberikan soal lagi kepada peserta didik tetapi dengan
melakukan permainan-permainan matematik agar suasana lebih rileks. Pada tahap
ini pembelajaran nampak ada keceriaan dari peserta didik. Yang terakhir agar
materi masih tetap melekat dan berhasil maka pada bagian penutup pembelajaran
dilakukan penguatan, evaluasi dan tugas rumah yang harus dikerjakan peserta didik
sebagai tahap penampilan hasil.
Pada kelas kontrol setelah peneliti menyiapkan bahan dan alat pelajaran,
peneliti menjelaskan materi secara langsung kepada peserta didik. Kemudian
peneliti memberikan latihan soal berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk
8
dikerjakan peserta didik dengan mendikusikannya bersama teman sebangku.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan membahas LKPD dan peneliti kembali
memberikan soal untuk dikerjakan peserta didik. Dalam pembelajaran langsung ini
peneliti lebih banyak menjelaskan.
Berdasarkan uraian di atas, peserta didik memberikan respon yang baik
kepada peneliti saat pembelajaran berlangsung baik di kelas eksperimen maupun di
kelas kontrol. Tetapi, keaktifan peserta didik lebih banyak terlihat di kelas
eksperimen dengan kegiatan diskusi. Peserta didik di kelas eksperimen dapat
bertukar pendapat antar anggota maupun antar kelompok.
Meski demikian, ada beberapa kendala saat pelaksanaan pembelajaran.
Kendala tersebut diantaranya masih ada peserta didik yang diam ketika
pembelajaran berlangsung. Selain hal tersbut, kendala dari peneliti jga banyak
diantaranya belum bisa mengatur waktu, mengkondisikan kelas, dan menguasai
materi.
Data skor dari hasil tes kemampuan berpikir kritis matematik ini di analisis
sehingga diperoleh hasil pengujian rata-rata skor kemampuan berpikir kritis
matematik peserta didik kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari
populasi distribusi normal dengan taraf siginifikan 1%. Kemudian untuk pengujian
homogenitas diperoleh kedua kelompok homogen. Selanjutnya pengujian hipotesis
dilakukan dengan taraf 1% menggunakan uji perbedaan rata-rata postes yang
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) berpengaruh
positif terhadap kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Hal ini
dikarenakan pada model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual
(SAVI), masing-masing peserta didik dapat berperan aktif dan saling berbagi
dengan diberikannya bahan ajar dan LKPD. Menurut Meier, Dave (2003:389)
mengemukakan “Meier, Dave (2003:90) mengemukakan “Belajar BerdasarAktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dan
memanfaatkan indera siswa sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran
terlibat dalam proses belajar””. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran Somatic,
Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) yang melibatkan semua aktivitas indera
9
peserta didik ketika proses pembelajaran agar peserta didik aktif dalam belajar.
Selain itu, model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) juga
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling memotivasi, bertukar
pendapat atau ide dalam memahami pelajaran.
2.
Kemampuan Berpikir Kritis
Pada tes kemampuan berpikir kritis, peneliti menggunakan beberapa
indikator, diantaranya alasan (reason), simpulan (inference), situasi (situation),
kejelasan (clarity), dan pandangan menyeluruh (overview). Indikator fokus tidak
diukur karena terangkum dalam semua indikator di atas.
Berdasarkan hasil daya serap soal kemampuan berpikir kritis matematik
peserta didik, terlihat peserta didik mengalami kesulitan pada indikator tinjauan
ulang (overview) baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini
dikarenakan pada indikator tersebut peserta didik dituntut untuk memeriksa
kembali jawaban yang sudah ada. Persentase kelas eksperimen adalah 15,81% jauh
lebih baik dibandingkan kelas kontrol yaitu 13,81%. Meski pada indikator alasan
(reason) dan situasi (situation), persentase kelas ekperimen lebih kecil dari kelas
kontrol. Secara keseluruhan hasil daya serap soal kemampuan berpikir kritis
matematik peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol.
3. Sikap Peserta Didik Terhadap Model Pembelajaran Somatic, Auditory Visual,
Intellectual (SAVI)
Sikap peserta didik pada penerapan model pembelajaran Somatic, Auditory,
Visual, Intellectual (SAVI) adalah kecendrungan peserta didik dalam berpikir,
merasakan suka atau tidak suka, dan bertingkah laku pada model pembelajaran
Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI). Sikap peserta didik pada
penggunaan pembelajaran yang dilaksanakan mencakup suasana dan kegiatan-
10
kegiatan yang berlangsung selama proses pembelajaran. Komponen yang akan
diteliti yaitu: afektif, kognitif dan konatif.
Setelah hasil perhitungan angket sikap yang telah dilakukan, diketahui
bahwa dari hasil pengolahan data angket sikap peserta didik terhadap penggunaan
model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellecuali (SAVI), diperoleh rata
sebesar 4,0. Artinya skor rata-rata keseluruhan pernyataan angket lebih besar
daripada 3, maka disimpulkan bahwa sikap peserta didik terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual,
Intellecuali (SAVI) positif.
Hal ini dapat dilihat pada proses pembelajaran sikap peserta didik menjadi
lebih baik, dalam artian bahwa selama proses pembelajaran berlangsung peserta
didik menjadi berani mengungkapkan ide atau gagasan, lebih percaya diri dalam
menyelesaikan soal-soal dan lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik meningkat. Sehingga dapat
dikatakan sikap peserta didik pada saat pembelajaran menunjukan bahwa peserta
didik bisa menerima pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran
Somatic, Auditory, Visual, Intellecuali (SAVI). Sejalan dengan pendapat Gleder
(Sagala, syaiful, 2012:19) “sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
bredasarkan penilaian terhadap objek tersebut”.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, dapat diperoleh simpulan
sebagai berikut :
1. Ada pengaruh positif penggunaan model pembelajaran SAVI terhadap kemampuan
berpikir kritis matematik peserta didik.
2. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran SAVI positif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
11
1. Kepada Kepala Sekolah diharapkan untuk dapat memberikan dukungan, arahan
kepada guru setiap mata pelajaran agar menggunakan model pembelajaran
bervariasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Somatic,
Auditory, Visual, Intellectuali (SAVI) untuk dapat meningkatkan belajar peserta
didik.
2. Bagi guru dapat menjadikan model pembelajaran model pembelajaran Somatic,
Auditory, Visual, Intellectuali (SAVI) ini sebagai salah satu alternatif dalam
menyampaikan materi pelajaran, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika
terutama dalam meningkatkan hasil belajar matematika.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melaksanakan penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual,
Intellectuali (SAVI) pada kemampuan yang lain seperti kemampuan penalaran,
kemampuan pemahaman, kreativitas dll.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrurazi. (2011). “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar.
(Agustus, I). Jurnal. FMIPA UPI:Bandung. [Online]. Tersedia :
http//jurnal.upi.edupenelitian-pendidikanview637 [20 Desember 2012].
Meier, Dave. (2003). The Accelerated Learning Handbook. Bandung : Kaifa.
Novia, Sendari S.P. (2011). Penggunaan Multimedia Interaktif pada Model
Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellektual) dalam Materi
Geometri untuk Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense (Tilikan Ruang) Siswa
(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung) . Skripsi
pada FMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Nurokmatillah, Iah. (2011). Upaya Meningkatkan Pemahaman Geometri pada Siswa
SMP dengan menggunakan Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual,
Intellektual). Skripsi pada FMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Sumarmo, Utari. (2010). Berpikir dan Disposisi Matematik : Apa, Mengapa dan
Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah. FMIPA UPI Bandung :
tidak diterbitkan.
Supriadi, Atang. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi
Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Inkuiri
Terbimbing. Tesis pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
12
Widaningsih, Dedeh. (2010). Telaah Kurikulum Matematika Sekolah untuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP)/ Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat. Diktat
kuliah. Tasikmalaya : PSPM FKIP UNSIL. Tidak Diterbitkan.
Wiliyawati, Bety. (2012). Peningkatkan Kemapuan Berpikir Kritis dan Self-Eficacy
Matematis Siswa SMA dengan Menggunakan Pendekatan Investigasi. Tesis pada
PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
13
Download