PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 18 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013) Yuvi Nuri Khoeriyah e-mail: [email protected] Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh positif penggunaan model pembelajaran SAVI terhadap kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik, dan sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Instrumen yang digunakan berupa soal tes kemampuan berpikir kritis matematik dan angket sikap peserta didik. Teknik analisis data menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh positif penggunaan model pembelajaran SAVI terhadap kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Lalu, sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI adalah positif. Kata Kunci : Model Pembelajaran SAVI, Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik, Sikap Peserta Didik ABSTRACT This research purposes to know wether or not there is a positive effect by using SAVI learning model towards mathematical critical thinking skills by the students and to know the students attitude towards math learning by using SAVI learning model. The method was used in this research is an experimental method. The instrument which is used in this research are math critical thinking skill and students attitude questionnaire. The data analysis technique was used two difference test average. The research result and data analysis show that there is positive effect by using SAVI learning model toward mathematical critical thinking skill by the sudentst. Then, the attitude of students towards learning mathematics using SAVI is a positive learning model. Keywords: SAVI learning model, Mathematic Critical Thinking Skill by the students, Student Attitude 1 PENDAHULUAN Pendidikan matematika perlu diberikan pada dunia pendidikan sebagai tuntutan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia di berbagai belahan dunia sejak masa lalu, kini, dan masa yang akan datang. Sampai saat ini matematika diajarkan pada semua jenjang pendididikan, mulai pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Widaningsih, Dedeh (2010:1) menyebutkan Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Berdasarkan pendapat tersebut, kemampuan yang perlu diberikan kepada peserta didik salah satunya kemampuan berpikir kritis merupakan berpikir tingkat tinggi. Bagian berpikir kritis matematik salah satunya menguji, mengaitkan hubungan, menjelaskan, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Menurut Sumarmo, Utari (2010:9) “Berfikir kritis memiliki empat komponen yaitu: kejelasan (clarity), dasar (bases), inferensi (inference), dan interaksi (interaction)”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Robert Ennis (Wiliyawati, Bety, 2012:18) yang secara singkatnya menyatakan terdapat enam unsur dasar dalam berpikir kritis yaitu fokus (focus), alasan (reason), kesimpulan (inference), situasi (situation), kejelasan (clarity), dan tinjauan ulang (overview). Selanjutnya unsur-unsur tersebut dijelaskan oleh Wiliyawati, Bety (2012:18) sebagai berikut: a) fokus (focus): langkah pertama dari berpikir kritis adalah mengidentifikasi masalah dengan baik. Permasalahan yang menjadi fokus bisa terdapat dalam kesimpulan sebuah argumen; b) alasan (reason): apakah alasan-alasan yang diberikan logis atau tidak untuk disimpulkan seperti yang tercantum dalam fokus; c) kesimpulan (inference): jika alasannya tepat, apakah alasan itu cukup untuk sampai pada kesimpulan yang diberikan? d) situasi (situasion): mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya; e) kejelasan (clarity): harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam argumen tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat kesimpulan; f) tinjauan ulang (overview): kita perlu mencek apa yang sudah ditemukan, diputuskan, diperhatikan, dipelajari dan disimpulkan. Akan tetapi dari hasil penelitian Mayadiana (Fachrurazi, 2011:77) mengenai kemampuan berpikir kritis masih rendah. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa calon guru SD, ternyata diperoleh data kemampuan berpikir kritis masih rendah, yaitu 2 36,26% untuk mahasiswa berlatar belakang IPA, 26,62% untuk mahasiswa berlatar belakang Non-IPA, serta 34,06% untuk keseluruhan mahasiswa. Perolehan persentase masih di bawah 50%. Sama halnya dengan hasil penelitian Maulana (Fachrurazi, 2011:77) diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa program D2 PGSD kurang dari 50% skor maksimal. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan berpikir kritis. Faktor dari dalam, kemungkinan terbesar terletak dari peserta didik sendiri yang masih kurang tingkat kecerdasannya atau sikap dan minat peserta didik yang kurang dalam pembelajaran matematik. Sedangkan faktor dari luar terletak pada guru matematika yang mengatur dan mengelola kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual). Model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) merupakan pembelajaran yang menggunakan ketiga gaya belajar tersebut disertai dengan aktivitas intelektual. Model pembelajaran SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier, Dave (2003:90) mengemukakan “Belajar Berdasar-Aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dan memanfaatkan indera siswa sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar”. Unsurunsur yang terdapat dalam pembelajaran SAVI menurut Meier, Dave (2003:91) “Unsurunsur SAVI yaitu belajar somatis, belajar auditori, belajar visual dan belajar intektual”. Belajar bisa optimal apabila keempat unsur SAVI tersebut ada dalam pembelajaran. Belajar somatis artinya peserta didik menggunakan organ tubuh gerak dalam belajarnya. Belajar auditori artinya peserta didik menggunakan organ tubuh pendengaran dalam belajar berbicara dan mendengar. Belajar visual artinya peserta didik organ tubuh penglihatan belajar mengamati dan menggambarkan. Belajar intelektual artinya peserta didik menggunakan organ tubuh otak dalam berpikir untuk memecahkan masalah dan merenung. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif yang ditunjukan peserta didik pada materi pelajaran. Jika dihubungkan dengan pembelajaran langsung yang hanya bertumpu pada konsep dan hasil akhir, pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI akan mengubah pembelajaran biasa menjadi pembelajaran interaktif. Pembelajaran dengan 3 menggunakan model pembelajaran SAVI memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematik. Jadi, pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI menuntut sikap peserta didik yang tinggi sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis matematik. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu yang dilaporkan oleh Novia, Sendari S. P. (2011:90) dengan judul “Penggunaan Multimedia Interaktif pada Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam Materi Geometri untuk Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense (Tilikan Ruang) Siswa (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)” dengan kesimpulan terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan spatial sense (tilikan ruang) siswa yang mendapat pembelajaran berupa penggunaan multimedia intetraktif pada model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellktual) dalam materi geometri ruang dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung dan terdapat peningkatan kemampuan spatial sense (tilikan ruang) siswa yang mendapat pembelajaran berupa penggunaan multimedia intetraktif pada model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellktual) dalam materi geometri.. Selain itu, sikap dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika berupa penggunaan multimedia intetraktif pada model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellktual) dalam materi geometri secara umum cenderung positif. Penelitian lain dengan judul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Geometri pada Siswa SMP dengan Menggunakan Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)” dilaporkan oleh Nurokhmatillah, Iah. (2011:100). Hasil Penelitiannya menyimpulkan pemahaman geometri pada siswa SMP yang mendapat model pembelajaran SAVI lebih baik daripada pemahaman geometri pada siswa SMP yang mendapatkan model pembelajaran ekspositori dan peningkatan pemahaman geometri pada siswa SMP yang mendapat model pembelajaran SAVI lebih baik daripada pemahaman geometri pada siswa SMP yang mendapatkan model pembelajaran ekspositori. Secara umum siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI. Penelitian yang relevan dengan kemapuan berpikir kritis matematik yaitu hasil penelitian Supriadi, Atang (2011) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui 4 Pendekatan Inkuiri Terbimbing”. Kesimpulan penelitiannya yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Rata-rata gain siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional dan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang, tinggi dan rendah, serta sedang dan rendah. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ketiga katagori berbeda secara signifikan yang artinya ketiga katagori siswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis setelah melakukan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan dua perlakuan terhadap subjek berupa penggunaan model pembelajaran yang berbeda. Model Pembelajaran SAVI diberikan kepada kelas eksperimen, sedangkan model pembelajaran langsung diberikan kepada kelas kontrol. Populasi penelitiannya adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 18 Tasikmalaya tahun pelajaran 2012/2013. Dua kelas diambil secara acak sebagai sampel, kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran SAVI dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran langsung. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik dan angket sikap peserta didik yang diberikan diakhir setelah semua proses pembelajaran selesai. Ada tiga perlakuan dalam teknik analisis data yaitu statistika deskriptif, uji persyaratan analisis, dan uji hipotesis. Untuk uji hipotesis menggunakan uji perbedaan rata-rata dengan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 18 Tasikmalaya. Penelitian dilakukan pada dua kelas yang berbeda yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas 5 VII-A sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) dan kelas VII-C sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung. Data hasil penelitian skor yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis matematik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes diberikan kepada kelas eksperimen sebanyak 33 peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) dan kelas kontrol sebanyak 31 peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran langsung. Data hasil perolehan dari kelas ekperimen dan kelas kontrol selengkapnya terdapat pada lampiran E. Berdasarkan hasil perhitungan skor tes kemampuan berpikir kritis matematik kelas ekperimen diperoleh skor terkecil 4 dan skor terbesar 20 dengan skor rata-rata 14,18. Sedangkan untuk hasil perhitungan skor tes kemampuan berpikir kritis matematik kelas kontrol diperoleh skor terkecil 3 berbeda dengan kelas eksperimen dan untuk skor terbesar sama dengan kelas ekperimen sebesar 20, dengan skor rata-rata 11,26. Jika skor rata-rata dibagi dengan skor ideal sebesar 20 maka persentase rata-rata terhadap skor ideal pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 70,90% dan pada kelas kontrol diperoleh sebesar 56,30%. Persentase rata-rata terhadap skor ideal pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan persentase rata-rata terhadap skor ideal pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil skor tes kemampuan berpikir kritis matematik pada kelas ekperimen dan kelas kontrol. Selain itu terdapat perolehan standar deviasi pada masing-masing kelas. Untuk kelas ekperimen diperoleh standar deviasi sebesar 3,75, sedangkan kelas kontrol diperoleh standar deviasi sebesar 3,78. Artinya penyebaran data dari skor rata-rata kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan kelas kontrol, dalam hal ini terjadi perbedaan sebesar 0,03. Penguasaan peserta didik terhadap materi tes, diperoleh skor kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik di kelas eksperimen yang mencapai KKM sebesar 75 (skor 15) adalah sebanyak 22 peserta didik (66,67%). Sedangkan skor kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik di kelas kontrol yang mencapai KKM sebesar 75 (skor 15) adalah sebanyak 7 peserta didik (22,58%). Hal ini menunjukkan skor kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik yang mencapai KKM di kelas eksperimen lebih banyak dibandingkan dengan kelas kontrol. 6 1. Pengujian Persyaratan Analisis Data yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis matematik di uji dengan uji normalitas dan homogenitas dari kedua kelas tersebut. Berdasarkan hasil uji normalitas, kedua data berasal dari populasi berdistribusi normal. Kelas eksperimen memperoleh < memperoleh dan kelas kontrol < . Dilanjutkan dengan uji homogenitas dan hasilnya adalah kedua varians homogen karena (1− )( −1, −1) dengan dan ℎ < . 2. Pengujian Hipotesis dan Jawaban Pertanyaan Penelitian a. Pengujian Hipotesis Karena kedua data berasal dari populasi berdistribusi normal dan kedua varians homogen, maka pengujian hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh maka, H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada pengaruh positif penggunaan model pembelajaran SAVI terhadap kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. b. Jawaban Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini, jawaban pertanyaan penelitiannya merupakan deskripsi sikap peserta didik yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran SAVI. Dari data hasil penelitian diperoleh skor rata-rata adalah 4,0 sehingga menunjukkan bahwa sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI positif. PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Pembelajaran Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI), dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan perencanaan mulai dari pembuatan perangkat penelitian yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan 7 instrumen-instrumen penelitian yang terdiri dari bahan ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), tugas sebagai latihan, tes kemampuan berpikir kritis matematik, dan angket sikap peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI). Pada awal proses pembelajaran di kelas ekperimen, sebagai tahap persiapan peneliti mengkondisikan kelas dan memberikan motivasi kepada peserta didik. Selain itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pembelajaran pada materi garis dan sudut. Pada tahap penyampaian peneliti mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar sebagai ujicoba kolaboratif. Secara berdiskusi peserta didik mengerjakan bahan ajar, dengan menunjuk tulisan, membaca, saling berdekatan dan bertukar pendapat antar anggota maupun kelompok lain dalam mengerjakan bahan ajar berarti peserta didik belajar somatik, auditori, visual dan intelektual. Penguasaan materi saja belum cukup, maka diperlukan tahap pelatihan sehingga peserta didik mampu mengerjakan soalsoal matematika. Dalam hal ini, peserta didik mengerjakan LKPD secara diskusi berupa soal-soal matematik yang harus dikerjakan peserta didik, dengan menunjuk tulisan, membaca, saling berdekatan dan bertukar pendapat antar anggota maupun kelompok lain dalam mengerjakan LKPD berarti peserta didik belajar somatik, auditori, visual dan intelektual. Kemudian peserta didik mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas, dengan berbicara, mendengarkan, memperhatikan, dan menjawab pertanyaan dari kelompok lain berarti peserta didik belajar auditori, visiual dan intelektual. Tahap pelatihan belum cukup sampai disini, sebagai pemantapan peserta didik belajar somatik, auditori, visual dan intelektual dalam penguasaan materi peneliti memberikan soal lagi kepada peserta didik tetapi dengan melakukan permainan-permainan matematik agar suasana lebih rileks. Pada tahap ini pembelajaran nampak ada keceriaan dari peserta didik. Yang terakhir agar materi masih tetap melekat dan berhasil maka pada bagian penutup pembelajaran dilakukan penguatan, evaluasi dan tugas rumah yang harus dikerjakan peserta didik sebagai tahap penampilan hasil. Pada kelas kontrol setelah peneliti menyiapkan bahan dan alat pelajaran, peneliti menjelaskan materi secara langsung kepada peserta didik. Kemudian peneliti memberikan latihan soal berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk 8 dikerjakan peserta didik dengan mendikusikannya bersama teman sebangku. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan membahas LKPD dan peneliti kembali memberikan soal untuk dikerjakan peserta didik. Dalam pembelajaran langsung ini peneliti lebih banyak menjelaskan. Berdasarkan uraian di atas, peserta didik memberikan respon yang baik kepada peneliti saat pembelajaran berlangsung baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Tetapi, keaktifan peserta didik lebih banyak terlihat di kelas eksperimen dengan kegiatan diskusi. Peserta didik di kelas eksperimen dapat bertukar pendapat antar anggota maupun antar kelompok. Meski demikian, ada beberapa kendala saat pelaksanaan pembelajaran. Kendala tersebut diantaranya masih ada peserta didik yang diam ketika pembelajaran berlangsung. Selain hal tersbut, kendala dari peneliti jga banyak diantaranya belum bisa mengatur waktu, mengkondisikan kelas, dan menguasai materi. Data skor dari hasil tes kemampuan berpikir kritis matematik ini di analisis sehingga diperoleh hasil pengujian rata-rata skor kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi distribusi normal dengan taraf siginifikan 1%. Kemudian untuk pengujian homogenitas diperoleh kedua kelompok homogen. Selanjutnya pengujian hipotesis dilakukan dengan taraf 1% menggunakan uji perbedaan rata-rata postes yang menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI), masing-masing peserta didik dapat berperan aktif dan saling berbagi dengan diberikannya bahan ajar dan LKPD. Menurut Meier, Dave (2003:389) mengemukakan “Meier, Dave (2003:90) mengemukakan “Belajar BerdasarAktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dan memanfaatkan indera siswa sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar””. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) yang melibatkan semua aktivitas indera 9 peserta didik ketika proses pembelajaran agar peserta didik aktif dalam belajar. Selain itu, model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling memotivasi, bertukar pendapat atau ide dalam memahami pelajaran. 2. Kemampuan Berpikir Kritis Pada tes kemampuan berpikir kritis, peneliti menggunakan beberapa indikator, diantaranya alasan (reason), simpulan (inference), situasi (situation), kejelasan (clarity), dan pandangan menyeluruh (overview). Indikator fokus tidak diukur karena terangkum dalam semua indikator di atas. Berdasarkan hasil daya serap soal kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik, terlihat peserta didik mengalami kesulitan pada indikator tinjauan ulang (overview) baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada indikator tersebut peserta didik dituntut untuk memeriksa kembali jawaban yang sudah ada. Persentase kelas eksperimen adalah 15,81% jauh lebih baik dibandingkan kelas kontrol yaitu 13,81%. Meski pada indikator alasan (reason) dan situasi (situation), persentase kelas ekperimen lebih kecil dari kelas kontrol. Secara keseluruhan hasil daya serap soal kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. 3. Sikap Peserta Didik Terhadap Model Pembelajaran Somatic, Auditory Visual, Intellectual (SAVI) Sikap peserta didik pada penerapan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) adalah kecendrungan peserta didik dalam berpikir, merasakan suka atau tidak suka, dan bertingkah laku pada model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI). Sikap peserta didik pada penggunaan pembelajaran yang dilaksanakan mencakup suasana dan kegiatan- 10 kegiatan yang berlangsung selama proses pembelajaran. Komponen yang akan diteliti yaitu: afektif, kognitif dan konatif. Setelah hasil perhitungan angket sikap yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari hasil pengolahan data angket sikap peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellecuali (SAVI), diperoleh rata sebesar 4,0. Artinya skor rata-rata keseluruhan pernyataan angket lebih besar daripada 3, maka disimpulkan bahwa sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellecuali (SAVI) positif. Hal ini dapat dilihat pada proses pembelajaran sikap peserta didik menjadi lebih baik, dalam artian bahwa selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik menjadi berani mengungkapkan ide atau gagasan, lebih percaya diri dalam menyelesaikan soal-soal dan lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik meningkat. Sehingga dapat dikatakan sikap peserta didik pada saat pembelajaran menunjukan bahwa peserta didik bisa menerima pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellecuali (SAVI). Sejalan dengan pendapat Gleder (Sagala, syaiful, 2012:19) “sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek bredasarkan penilaian terhadap objek tersebut”. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh positif penggunaan model pembelajaran SAVI terhadap kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. 2. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI positif. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 11 1. Kepada Kepala Sekolah diharapkan untuk dapat memberikan dukungan, arahan kepada guru setiap mata pelajaran agar menggunakan model pembelajaran bervariasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectuali (SAVI) untuk dapat meningkatkan belajar peserta didik. 2. Bagi guru dapat menjadikan model pembelajaran model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectuali (SAVI) ini sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pelajaran, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama dalam meningkatkan hasil belajar matematika. 3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectuali (SAVI) pada kemampuan yang lain seperti kemampuan penalaran, kemampuan pemahaman, kreativitas dll. DAFTAR PUSTAKA Fachrurazi. (2011). “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. (Agustus, I). Jurnal. FMIPA UPI:Bandung. [Online]. Tersedia : http//jurnal.upi.edupenelitian-pendidikanview637 [20 Desember 2012]. Meier, Dave. (2003). The Accelerated Learning Handbook. Bandung : Kaifa. Novia, Sendari S.P. (2011). Penggunaan Multimedia Interaktif pada Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellektual) dalam Materi Geometri untuk Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense (Tilikan Ruang) Siswa (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung) . Skripsi pada FMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Nurokmatillah, Iah. (2011). Upaya Meningkatkan Pemahaman Geometri pada Siswa SMP dengan menggunakan Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intellektual). Skripsi pada FMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Sumarmo, Utari. (2010). Berpikir dan Disposisi Matematik : Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah. FMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Supriadi, Atang. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Tesis pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan. 12 Widaningsih, Dedeh. (2010). Telaah Kurikulum Matematika Sekolah untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat. Diktat kuliah. Tasikmalaya : PSPM FKIP UNSIL. Tidak Diterbitkan. Wiliyawati, Bety. (2012). Peningkatkan Kemapuan Berpikir Kritis dan Self-Eficacy Matematis Siswa SMA dengan Menggunakan Pendekatan Investigasi. Tesis pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan. 13