EDISI 12, DESEMBER 2014 BMKG Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Desember 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan November 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Desember 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau . KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002 TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, A.Md. PURWO AJI SETIAWAN, S.ST. AGITA DEVI PRASTIWI, A.Md. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. TATA NASKAH NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail : [email protected] hangnadim.kepri.bmkg.go.id bmkg.bpbatam.go.id DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I. RINGKASAN II. PENGERTIAN 4 5 III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN 5 B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN NOVEMBER 2014 7 1. Monsun 2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) 7 9 10 3. Madden - Julian Oscilation (MJO) 4. IOD (Indian Ocean Dipole) 12 C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER 2014 12 1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan November 2014 15 Stamet Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN DESEMBER 2014 A. DINAMIKA ATMOSFIR 17 1. Tekanan Udara dan Angin 17 2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation) 18 3. MJO 19 4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) 21 A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2014 1. Prakiraan Hujan Dasarian 23 2. Prakiraan Hujan Bulanan 24 V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN DESEMBER 2014 26 VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN DESEMBER 2014 30 VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM DESEMBER 2014 35 VIII.DAFTAR ISTILAH 38 Page 4 EDISI 12 — DESEMBER 2014 I. RINGKASAN 1. Berdasarkan data curah hujan bulan November 2014 yang diterima dari stasiun / pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan November 2014 adalah sebagai berikut: Secara umum bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan berada pada kisaran dibawah normal terhadap rata-ratanya kecuali untuk wilayah Pagoda yang memiliki sifat hujan normal atau sesuai dengan rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0.5 – 130 mm. Berdasarkan hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Selatan hingga Barat dengan kecepatan 5 hingga 20 km/jam. Untuk kondisi atmosfer dibulan November 2014 adalah sebagai berikut: MJO pada bulan November berada pada fase 1 hingga 8 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dalam hal ini MJO melewati wilayah Indonesia namun MJO kurang berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam karena saat MJO melewati wilayah Indonesia sifatnya lemah. Secara umum nilai OLR pada bulan November bernilai relatif rendah di utara wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan November 2014 berkisar antara 28.0 0C hingga 30.0 0C. Suhu muka laut yang hangat (>27.0 0C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya, hal ini menunjukan pada bulan November 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya. II. Secara umum kondisi cuaca bulan November 2014 di Batam berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai November 2014 hingga Desember 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam periode November 1998 s.d November 2014. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,919092 dan RMSE (error) 9.2247 dan dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan November 2014 adalah normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm – 400 mm . Page 5 EDISI 12 — DESEMBER 2014 II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH CH/hari CH/Jam Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Page 6 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepulauan Riau merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit. Page 7 EDISI 12 — DESEMBER 2014 B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN NOVEMBER 2014 1. Monsun Pada bulan November matahari sudah berada jauh melewati garis equator dan sudah berada di wilayah Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1.5° yaitu dari 22°LS menuju 23.5°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah equator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan November 2014 tercatat ada dua kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Nuri dan siklon tropis Sinlaku. Namun hal ini kurang berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau. Gbr.1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan November 2014 Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan November 2014 Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png Page 8 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan November 2014 berkisar antara 28.0 0C hingga 30.0 0C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.0 0C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awanawan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali suhu muka laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan November 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya. Keadaan seperti ini juga mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat pada bulan November 2014. Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan November 2014 Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc Pada bulan November 2014, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi daripada BBS menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angiin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan bertiup dari arah barat hingga utara serta membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan-awan konvektif. Page 9 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan November 2014 Berdasarkan hasil analisa angin (Gbr.5), di wilayah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan November 2014 Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc 2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan November 2014, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir November 2014 sebesar +1.08 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada November 2014 berada pada kondisi normal. Nilainya pada akhir November 2014 sebesar -9.3 Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan November 2014 di wilayah Kepulauan Riau. Page 10 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4 Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png 3. Madden-Julian Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan November bernilai relatif rendah di utara wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil ini menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Page 11 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Gbr.8 Rata-rata OLR bulan November 2014 Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc b. Fase MJO (Median Julian Oscilation) MJO pada bulan November 2014 berada pada fase 8 hingga 4 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5, dalam hal ini MJO melewati wilayah Indonesia namun MJO kurang berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam karena saat MJO melewati wilayah Indonesia sifatnya lemah. Gbr.9 Fase MJO Page 12 EDISI 12 — DESEMBER 2014 4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran di bawah normal dengan kondisi netral (-0,5 °C s.d. 0,5 °C). Pada akhir November 2014 nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai 0.07 0C, sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan November 2014 secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gbr.10 Grafik IOD C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER 2014 Berdasarkan data curah hujan bulan November 2014 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan November 2014 adalah sebagai berikut: Page 13 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan November 2014 Lokasi RR September 2014 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan Hang Nadim 222.1 Normal Mukakuning 201.0 Bawah Normal Nongsa 107.2 239.5 258.7 243.6 Tg. Uncang 27.6 212.8 Bawah Normal Pagoda 266.2 Sengkuang 77.8 312.6 229.2 Bawah Normal Bawah Normal Normal Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran dibawah normal terhadap rata-ratanya kecuali untuk wilayah Hang Nadim dan Pagoda yang memiliki sifat hujan normal atau sesuai dengan rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 25 – 300 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan November 2014 Page 14 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan November 2014 Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan November 2014. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang. dengan nilai antara 200 – 350 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Bandara Hang Nadim. Page 15 EDISI 12 — DESEMBER 2014 1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan November 2014 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan November 2014 di Barelang adalah Bawah Normal (B) sampai dengan Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 27,6 - 266,2 mm atau antara 10,9 % - 105,6 %. Curah hujan terendah terjadi di Tanjung Uncang dan tertinggi di Pagoda. Khusus di Hang Nadim dalam bulan November 2014 terdapat 20 hari hujan terukur dan 2 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 222,1 mm atau berkisar 88,1% dari rata-rata yang berarti sifat hujannya adalah Normal (N). Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 74,2 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 108,6 mm, dan dasarian III terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 39,3 mm. Curah hujan tertinggi 59,4 mm terjadi pada tanggal 13 November 2014. Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan November 2014 di Hang Nadim Page 16 EDISI 12 — DESEMBER 2014 b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 23,4 - 27,0 °C. Suhu udara terendah dalam bulan November 2014 adalah 22,0 °C terjadi pada tanggal 30 November 2014 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,6 °C terjadi pada tanggal 4 November 2014 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan November 2014 di Hang Nadim C. Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 74 % - 993 %. Kelembaban udara terendah 53% terjadi pada tanggal 7 November 2014 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 7, 13 dan 23 November 2014. Dengan demikian udara pada bulan November 2014 lebih basah dibandingkan bulan Oktober 2014. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan November 2014 di Hang Nadim d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III November 2014 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur Laut sampai Barat Daya dengan kecepatan rata-rata 7 km/jam - 10 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Selatan sekitar 32 km/jam terjadi pada tanggal 10 November 2014. Page 17 EDISI 12 — DESEMBER 2014 IV. PRAKIRAAN BULAN DESEMBER 2014 A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Desember 2014, posisi matahari berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1,5° yaitu dari 22°LS menuju 23,5°LS (http:// www.physicalgeography.net). Namun, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Desember akan bergeser ke wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS). Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Desember 2014 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut Rata-rata Tekanan Udara periode Desember 2014 Bulan Desember 2014 Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ glbbld_DJF_nov2012.html Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sehingga, pola angin rata-rata bulan Desember 2014secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada Gbr.17, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) dan pusaran angin (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan. Page 18 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Desember 2014 2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa terjadi EL Nino Lemah untuk Desember 2014. Dengan demikian, di Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG Page 19 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Desember menunjukkan kondisi normal dengan nilai mencapai -9.3. Sehingga diprakirakan untuk bulan Desember 2014 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2012 sampai dengan awal Desember 2014 3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 29 Nopember s.d 13 Desember 2014 MJO mengalami peningkatan aktivitas. Pada akhir November hingga pertengahan Desember intensitasnya meningkat namun tidak saat berada di sekitar Kepulauan Indonesia, pada saat melewati wilayah Indonesia sifatnya lemah. Sehingga diprediksi tidak mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO menunjukkan nilai -5 s.d +5 Wm-2 di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada Desember 2014 cenderung lebih sedikit. Page 20 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan November 2014 dan Prakiraan Bulan Desember 2014 Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/ Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 31 November 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/ Page 21 EDISI 12 — DESEMBER 2014 4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD sampai akhir Desember 2014 berada pada kondisi normal dengan nilai terakhir +0.07 (Gbr.22) dibandingkan dengan nilai normalnya kisaran -0,5 0C s.d 0,5 0C dan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode pada bulan Desember 2014 bernilai 0,09. (Gbr.23). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan Desember 2014 tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan. Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Desember 2014 dari BoM Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG Page 22 EDISI 12 — DESEMBER 2014 5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Desember 2014 di Batam berdasarkan data klimatologis selama 21 tahun (1993-2013) diketahui: Minimum Rata-rata Maksimum SUHU UDARA (C) 22.8 26.6 30.5 KELEMBAPAN UDARA 54% 85% 100% ANGIN (Km/Jam) 8 12 20 HARI HUJAN 17 22 29 *12 hari disertai petir Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 100 – 350 mm selama bulan Desember. Wilayah Batam bagian Tengah merupakan daerah dengan konsentrasi hujan tertinggi yaitu sekitar 250 – 350 mm. Sedangkan daerah Batam Timur dengan konsentrasi hujan terendah yaitu sekitar 100 – 150 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Desember 2014 cenderung lebih kecil dibandingkan pada bulan November dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga lebih kecil. Page 23 EDISI 12 — DESEMBER 2014 B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2014 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Desember 2014 hingga Januari 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Desember 1998 s.d November 2014. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.90549 dan RMSE (error) 9.5819. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Desember 2014 diprakirakan: Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I berada pada atas normalnya, dasarian II berada pada bawah normalnya sedangkan curah hujan pada dasarian III berada pada normalnya. Page 24 EDISI 12 — DESEMBER 2014 2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Desember 2014 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Desember 2014 Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Desember 2014 Page 25 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Berdasarkan prakiraan curah hujan bulan Desember 2014 dapat diperoleh sifat hujan bulan Desember 2014 di Barelang sebagai berikut : Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan DESEMBER 2014 Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Desember 2014 Page 26 V. EDISI 12 — DESEMBER 2014 PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT DESEMBER 2014 Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Desember 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave - 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut: Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Desember 2014 TINGGI WILAYAH PERAIRAN GELOMBANG (m) ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam ) ARUS LAUT ( cm/s ) 0,5 – 1,25 Timur Laut - 10 Utara - 5 Batam - Tarempa 1–2 Timur Laut - 10 Barat Laut - 25 Batam - Natuna 1–2 Timur Laut - 10 Barat Daya - 30 Batam - Karimun 0,5 – 1,25 Timur Laut - 10 Timur Laut - 5 Batam - Lingga 1 – 1,5 Timur Laut - 10 Barat Laut - 15 Batam - Singapura 0,5 – 1 Timur Laut - 10 Utara - 5 Batam - Dumai 0,5 – 1 Timur Laut - 10 Barat Daya - 5 Batam - Tambelan 1–2 Utara - 10 Barat - 20 Batam - Tanjung Pinang Page 27 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Desember 2014 Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan November 2014 Page 28 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Desember2014 Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan November 2014 Page 29 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Desember2014 Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan November 2014 Page 30 EDISI 12 — DESEMBER 2014 VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung anomaly pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut : Page 31 I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, Desember 2014 2. Sekupang, Desember 2014 EDISI 12 — DESEMBER 2014 1 2 Page 32 EDISI 12 — DESEMBER 2014 II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Desember 2014 2. Tanjung Pinang, Desember 2014 3 4 Page 33 EDISI 12 — DESEMBER 2014 III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, Desember 2014 5 IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, Desember 2014 6 Page 34 EDISI 12 — DESEMBER 2014 IV. KABUPATEN ANAMBAS 7 1. Selat Peninting, Desember 2014 V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Desember 2014 8 Page 35 VII. EDISI 12 — DESEMBER 2014 INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM DESEMBER 2014 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Location : E104 07, N01 07, December 2013 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0551 1754 1333 0551 1755 1424 0551 1755 1515 0552 1755 1607 0552 1756 1659 0553 1756 1752 0553 1757 1845 0553 1757 1936 0554 1758 2025 0554 1758 2113 0555 1758 2158 0555 1759 2242 0556 1759 2325 0556 1800 000 0557 1800 0008 0557 1801 0051 0558 1801 0135 0558 1802 0222 0559 1802 0312 0559 1803 0404 0600 1803 0500 0600 1804 0558 0601 1804 0657 0601 1805 0755 0602 1805 0852 0602 1806 0947 0603 1806 1040 0603 1807 1131 0604 1807 1222 0604 1808 1312 0604 1808 000 Set hm 0106 0158 0249 0342 0434 0528 0621 0713 0803 0851 0937 1021 1104 1146 1228 1311 1356 1443 1534 1628 1724 1823 1922 2020 2117 2211 2304 2356 000 0047 000 2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Location : E104 32, N00 55, December 2013 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0549 1753 1331 0105 0549 1753 1422 0156 0549 1754 1513 0248 0550 1754 1605 0340 0550 1755 1658 0433 0551 1755 1751 0526 0551 1755 1843 0619 0551 1756 1934 0711 0552 1756 2024 0801 0552 1757 2111 0849 0553 1757 2157 0935 0553 1758 2240 1019 0554 1758 2323 1102 0554 1759 000 1144 0555 1759 0006 1226 0555 1759 0049 1310 0556 1800 0134 1355 0556 1800 0220 1442 0557 1801 0310 1532 0557 1801 0402 1626 0558 1802 0458 1723 0558 1802 0556 1821 0559 1803 0655 1920 0559 1803 0753 2019 0600 1804 0850 2115 0600 1804 0945 2210 0601 1805 1038 2302 0601 1805 1129 2354 0602 1806 1220 000 0602 1806 1310 0045 000 000 000 000 Page 36 EDISI 12 — DESEMBER 2014 3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Location : E108 24, N03 55, December 2013 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0546 1741 1323 0057 0546 1741 1413 0149 0547 1741 1503 0242 0547 1742 1554 0335 0548 1742 1646 0428 0548 1742 1739 0522 0548 1743 1831 0615 0549 1743 1923 0707 0549 1744 2012 0757 0550 1744 2100 0845 0550 1745 2146 0930 0551 1745 2231 1014 0551 1745 2315 1056 0552 1746 2358 1137 0552 1746 000 1218 0553 1747 0042 1301 0553 1747 0128 1345 0554 1748 0215 1431 0554 1748 0305 1521 0555 1749 0358 1614 0555 1749 0454 1711 0556 1750 0552 1809 0556 1750 0651 1909 0557 1751 0749 2008 0557 1751 0845 2105 0558 1752 0939 2200 0558 1752 1031 2254 0559 1753 1121 2347 0559 1753 1211 000 0600 1754 1300 0039 000 000 1350 0131 4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Location : E103 23, N01 03, December 2013 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0553 1757 1336 0110 0554 1758 1427 0201 0554 1758 1518 0252 0555 1759 1610 0345 0555 1759 1703 0437 0555 1759 1755 0531 0556 1800 1848 0624 0556 1800 1939 0716 0557 1801 2028 0806 0557 1801 2116 0854 0558 1802 2201 0940 0558 1802 2245 1024 0559 1802 2328 1107 0559 1803 000 1149 0559 1803 0011 1231 0600 1804 0054 1314 0600 1804 0138 1359 0601 1805 0225 1447 0601 1805 0315 1537 0602 1806 0407 1631 0602 1806 0503 1727 0603 1807 0601 1826 0603 1807 0700 1925 0604 1808 0758 2023 0604 1808 0855 2120 0605 1809 0950 2214 0605 1809 1043 2307 0606 1810 1134 2359 0606 1810 1225 000 0607 1811 1315 0050 000 000 000 000 Page 37 EDISI 12 — DESEMBER 2014 5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Location : E104 34, S00 28, December 2013 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0548 1754 1331 0548 1754 1422 0548 1754 1513 0549 1755 1606 0549 1755 1658 0550 1756 1751 0550 1756 1844 0551 1756 1935 0551 1757 2024 0551 1757 2112 0552 1758 2157 0552 1758 2241 0553 1759 2323 0553 1759 000 0554 1800 0006 0554 1800 0049 0555 1801 0133 0555 1801 0220 0556 1802 0309 0556 1802 0402 0557 1803 0457 0557 1803 0555 0558 1804 0654 0558 1804 0752 0559 1805 0850 0559 1805 0945 0600 1806 1038 0600 1806 1129 0601 1807 1220 0601 1807 000 000 000 0429 Set hm 0105 0156 0247 0339 0432 0525 0618 0710 0800 0848 0934 1019 1102 1144 1226 1310 1355 1442 1533 1627 1723 1822 1921 2019 2115 2210 2302 2354 000 000 1700 6. Stasiun Meteorologi Tarempa DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Location : E106 15, N03 12, December 2013 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0545 1742 1324 0058 0546 1743 1414 0150 0546 1743 1504 0242 0547 1744 1556 0335 0547 1744 1648 0428 0547 1744 1741 0522 0548 1745 1833 0615 0548 1745 1924 0707 0549 1746 2014 0757 0549 1746 2102 0845 0550 1746 2148 0930 0550 1747 2232 1014 0551 1747 2316 1056 0551 1748 2359 1138 0552 1748 000 1219 0552 1749 0043 1302 0553 1749 0128 1346 0553 1750 0215 1433 0554 1750 0305 1523 0554 1751 0358 1616 0555 1751 0454 1712 0555 1752 0552 1811 0556 1752 0651 1910 0556 1753 0749 2009 0557 1753 0845 2106 0557 1754 0939 2201 0558 1754 1031 2255 0558 1755 1122 2347 0559 1755 1212 000 0559 1756 1302 0039 0600 1756 000 000 Page 38 EDISI 12 — DESEMBER 2014 Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang. Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin. Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu Dasarian : Periode sepuluh harian Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut DMI (Dipole Mode Index) : antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang. Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang : Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina. : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut. Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas ITCZ (Intertropical Convergence Zone) : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul Page 39 La Nina EDISI 12 — DESEMBER 2014 : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. MJO (MaddenNovemberan Oscillation) : Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau. Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb) OLR (Outgoing Longwave Radiation). : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit. Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba. SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst) Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca