Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE-2 Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Email: [email protected] ABSTRAK Diabetes Melitus tipe 2 adalah jenis diabetes yang didapat setelah dewasa yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga disebut DM Tidak Tergantung Insulin (TTIDM). Gejala DM ditandai dengan keadaan hiperglikemia yaitu kondisi kadar glukosa dalam darah seseorang melebihi kadar normal yang diperbolehkan. Kondisi hiperglikemia sendiri terbagi atas dua kondisi yaitu Pre-diabetes dan Diabetes Melitus. Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, bukan hanya berdasarkan adanya glukosa dalam urine atau glukosuria saja. Terdapat dua keadaan yang berperan dalam patofisiologi DM tipe 2 yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas. Upaya pencegahan DM meliputi pencegahan tersier, sekunder, dan primer. Sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM tahun 2006 di Indonesia, prinsip penatalaksanaan DM adalah meningkatkan kualitas hidup pasien. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu 1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan DM, dan riwayat lahir dengan BBLR atau kurang dari 2500 gram); dan 2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Overweight, Obesitas, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang, merokok, dan stress/depresi). Kata kunci: Diabetes Melitus tipe 2, Faktor risiko DM, Penyakit kronis ABSTRACT Type 2 diabetes melitus is one of diabetes that adolescence occured and caused by insulin resistance (Non-Insuline Dependence Diabetes Melitus/NIDDM). The symptom of DM signed by hyperglicemic that the blood glucose level over the normal conditon. Hiperglicemic condition consist of Pre-diabetes and Diabetes melitus statue. The diagnose of DM should based on the measurment of blood glucose, not even glucosuria condition. There are two condition that role ini pathophysiologic of DM i.e insulin resistance and disfunction of beta cell. According to 2006 Indonesian Diabetic Management Concensus, the basic management of DM is increasing the patient’s quality life. Factors related to DM grouping into two main factors, ie unmodiafiable risk factor (race & ethnicity, age, gender, family history, and lower birth history), and modifiable risk factors (overweight, obesity, sedentary life style, hypertension, dyslipidemia, poor diet, tobacco smoking, and stress/deprecion). Keywords: Type 2 Diabetes Melitus, DM Risk Factors, Chronic disease 1 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 PENDAHULUAN Dalam bukunya “Penatalaksanaan Terpadu Awal” 1921 menemukan insulin, dan pada Pada papyrus Ebers di Mesir tergambar tahun adanya penyakit dengan tanda-tanda 1923 keduanya mendapat anugerah Nobel banyak kencing yakni pada kurang lebih 1500 SM; Tahun berikutnya ditemukan berbagai macam obat yang dapat meningkatkan Kemudian Celsus atau Paracelsus juga kadar insulin, seperti sulfonilurea menemukan penyakit sama pada 30 (1954-1956), dan glibenklamid (1969) SM; Kemudian Frederick Grant Banting dan Charles Herbert Best pada tahun penyakit DM sebagai berikut: Minkowski tahun 1889 (2011) menggambarkan sejarah atau asal mula dan anjing yang diambil pankreasnya pada Melitus Suyono Mehring mendapatkan gejala diabetes pada yang berjudul Diabetes Von Aretaeus (170 SM) menamai penyakit Persoalan baru dalam perkembangan penyakit DM adalah komplikasi jangka “aneh” ini dengan nama “Diabetes” panjang yang diambil dari akar kata “diabere” yang sebelumnya tidak dikenal yang berarti sifon atau tabung untuk Diabetes mengalirkan cairan dari satu tempat ke yang timbul sebagai tempat lain. Aretaeus menggambarkan kumpulan penyakit tersebut sebagai melelehnya seseorang yang disebabkan oleh daging dan tungkai ke dalam urin adanya peningkatan kadar glukosa dalam Pada abad 3 – 6 Masehi, cendekiawan darah. Peningkatan kadar glukosa dalam India dan Cina menemukan penyakit darah ini disebabkan oleh penurunan ini yang ditandai dengan rasa manis sekresi insulin yang progresif, dilatar pada urine belakangi oleh resistensi insulin (Suyono, pada karena 2011). Ibnu Sina pada tahun 1000 pertama Terdapat dua jenis DM yakni 1) DM kali melukiskan gangren diabetes gejala didefinisikan Tahun 1674, Willis menyatakan urine tipe 1 atau disebut diabetes juvenile yaitu pada ini diabetes yang umumnya didapat sejak masa digelimangi madu dan gula, sehingga kanak-kanak yang disebabkan oleh jumlah sejak itu ditambahi kata “mellitus” insulin kurang, sehingga disebut DM yang artinya madu Tergantung Insulin (TIDM); dan 2) DM penderita penyakit tipe 2 yaitu diabetes yang didapat setelah 2 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 dewasa yang disebabkan oleh resistensi Glukosa insulin, sehingga disebut DM Tidak Diabetes Melitus meliputi tiga kondisi Tergantung Insulin (TTIDM) (Riskesdas, yakni 1) tidak membutuhkan insulin; 2) 2013). membutuhkan insulin untuk pengontrolan; dan Gejala dan Tanda-Tanda 3) Puasa. Sedangkan membutuhkan kondisi insulin untuk bertahan hidup. Pada DM tipe 1, fase Gejala dan tanda DM ditandai dengan keadaan kondisi kadar hiperglikemia glukosa dalam gangguan yaitu membutuhkan darah kadar insulin glukosa untuk darah bertahan hidup, sedangkan DM tipe 2 dan tipe seseorang melebihi kadar normal yang lainnya, kebutuhan insulin hanya untuk diperbolehkan. Menurut Suyono (2011) pengontrolan saja, bahkan beberapa tidak dua hal melatarbelakangi keadaan tersebut membutuhkan insulin. yaitu: 1) jumlah insulin yang kurang; dan 2) keadaan resistensi insulin atau kualitas DM tipe 2 disebabkan oleh kondisi insulinnya tidak baik. Pada keadaan kedua, hiperglikemia yang tidak terdeteksi secara meskipun insulin dan reseptor insulin ada, spesifik pada pada gejala awal dan tetapi karena ada kelainan pada sel organ, berkembang secara bertahap. Pada kondisi maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam ini, pasien mengalami peningkatan risiko organ untuk dibakar. Akibatnya glukosa terhadap komplikasi makrovaskuler dan tetap berada di pembuluh darah, sehingga mikrovaskuler. Diperkirakan usia penyakit kadarnya meningkat dalam darah. DM rata-rata mencapai 5-8 tahun saat seseorang terdiagnosa penyakit tersebut. Menurut American Diabetes Association kondisi glukosa dalam darah Selain DM tipe 1 dan tipe 2, terbagi dua yaitu Normoglycemia (kadar klasifikasi lainnya menurut Soegondo glukosa dalam darah normal sesuai dengan (2011) adalah DM Gestasional dan DM tipe standar yang berlaku) dan Hyperglycemia lainnya yang disebabkan antara lain oleh: defek genetik fungsi sel beta, defek genetik (kadar glukosa dalam darah melebihi standar yang berlaku). kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, Kondisi hiperglikemia sendiri terbagi atas dua endokrinopati, kondisi yaitu Pre-diabetes dan Diabetes infeksi, sebab imunologi yang jarang, dan Melitus. sindrom genetik lain yang berkaitan dengan Prediabetes ditandai dengan karena obat/zat kimia, DM. kejadian Impaired Glucose Tolerance atau Gannguan Toleransi Glukosa (GTG), atau Kondisi bukan DM menurut Nuovo Impaired Fasting Glucose atau Gangguan (2006) disebut juga Pre-diabetes. Kondisi 3 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 ini adalah kondisi dimana seseorang yang meliputi: obesitas, dislipidemia, dan mengalami gangguan toleransi glukosa hipertensi. akan tetapi tidak menujukkan gejala-gejala Diagnosa DM. Gangguan Toleransi Glukosa atau Soegondo Impaired Fasting Glucose adalah kondisi diagnosa seseorang yang memiliki level glukosa DM (2011) harus menyatakan didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, bukan puasa 101 – 125 mg/dL. Seseorang yang hanya berdasarkan adanya glukosa dalam dinyatakan pre-diabetes memiliki risiko urine atau glukosuria saja. Tabel 2.1. yang relatif tinggi untuk berkembang berikut menjadi DM. Gangguan Toleransi Glukosa menyajikan pedoman dalam penyaringan dan diagnosa DM di Indonesia berhubungan dengan sindrom metabolik menurut Perkeni tahun 2006. Tabel 2.1. Pedoman Penyaringan dan Diagnosa DM sesuai Konsensus Pengelolaan & Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia menurut PERKENI 2006 (Sumber: disadur dari Soegondo, 2011) Jenis Kadar Glukosa Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL) Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) Asal Spesimen Darah Bukan DM Belum pasti DM DM Plasma vena < 100 100-199 ≥200 Darah kapiler <90 90-199 ≥200 Plasma vena <100 100-125 ≥126 Darah kapiler <90 90-99 ≥100 Catatan: Penyaringan diulang 1 tahun sekali, pada kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil; dan Penyaringan diulang 3 tahun sekali, pada kelompok berusia ≥ 45 tahun tanpa faktor risiko lain. Pelaksanaan penyaringan/skrining cepat diketahui hasilnya, dan lebih murah DM biasanya dilakukan dengan tiga jenis (Nuovo, 2006). tes laboratorium yakni Glukosa Darah Menurut Nuovo (2006), American Puasa (GDP), Glukosa Darah 2 jam pasca Diabetes Association telah menetapkan asupan, dan HbA1C. American Diabetes kriteria untuk mendiagnosis DM: Association a. (ADA) lebih Terdapat gejala-gejala DM dan level merekomendasikan menggunakan tes GDP, glukosa sewaktu > 200 mg/dL. Istilah karena pelaksanaannya lebih mudah, lebih ‘sewaktu’ didefinisikan sebagai waktu 4 Ade Heryana, SST, MKM kapan b. c. saja Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 dalam tanpa secara autoimun. Pada penderita DM tipe berpatokan pada waktu, sejak makan 2, defisiensi insulin hanya bersifat relatif terakhir. Gejala klasik DM antara lain: dan tidak absolut. Disfungsi sel beta poliuria (banyak buang air kecil), pankreas polidipsia dan tertanganinya kondisi kegagalan sekresi penurunan berat badan tanpa diketahui insulin mengkompensasi resistensi insulin. penyebabnya; Keadaan ini terjadi secara progresif dan Glukosa Darah Puasa (GDP) > 126 sering menyebabkan defisiensi insulin, mg/dL. Definisi ‘puasa’ adalah tidak sehingga akhirnya penderita memerlukan ada intake kalori selama 8 jam terakhir; insulin eksogen (suntik insulin). Glukosa Darah 2 jam pasca asupan > Pencegahan (banyak sehari, minum), terjadi akibat kurang 200 mg/dL atau Tes Glukosa Toleransi Seperti halnya penyakit lain, upaya (TGT). Tes ini, sesuai pedoman WHO, pencegahan DM meliputi pencegahan dilakukan dengan memberikan asupan tersier, sekunder, dan primer. Waspadji glukosa yang setara dengan 75 gram (2011) menjabarkan pencegahan pada DM glukosa sebagai berikut: anhidrat yang dilarutkan dalam air. a. mencegah timbulnya penyakit DM; Patofisiologi Terdapat Pencegahan primer, yang bertujuan dua keadaan yang b. Pencegahan sekunder, yang bertujuan berperan dalam patofisiologi Diabetes mencegah Melitus tipe 2 yaitu 1) Resistensi insulin; meskipun telah terjadi penyakit DM; dan 2) Disfungsi sel beta pankreas. DM tipe dan 2 disebabkan oleh gagalnya atau c. timbulnya penyulit, Pencegahan tersier, yang bertujuan ketidakmampuan sel-sel sasaran insulin mencegah dalam merespon insulin secara normal, kanjut, meskipun telah terjadi penyakit sehingga bukan disebabkan oleh kurangnya DM. sekresi insulin. Keadaan tersebut dikenal dengan Resistensi Insulin. terjadi kecacatan Gambar 2.1 berikut menjelaskan Resistensi upaya insulin umumnya disebabkan oleh obesitas, pencegahan Upaya pencegahan penuaan. Penderita DM tipe 2 dapat pula dilakukan dengan: menghasilkan a. hepatik yang disesuaikan dengan riwayat alamiah penyakit DM. kurangnya aktivitas fisik, dan proses glukosa lebih yang DM Pendekatan dapat kepada berlebihan, namun hal ini tidak diikuti penduduk/populasi/komunitas. dengan perusaka sel-sel beta Langerhans Pendekatan ini berupaya mengubah 5 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 dan memperbaiki gaya hidup agar menguntungkan, b. Mempertahankan pola makan sehari- mencegah hari yang sehat dan seimbang, yaitu: terhadap timbulnya DM atau penyulit meningkatkan konsumsi sayuran dan kroniknya. Pendekatan ini dilakukan buah, pada pencegahan primer dan sekunder; lemak dan karbohidrat sederhana, dan dan mempertahankan Pendekatan dan a. kepada perorangan. tinggi berat badan dan tinggi badan; yang berisiko tinggi mengidap DM dan pasien/penyandang makanan normal/idaman sesuai dengan umur Pendekatan ini dilakukan pada mereka pada membatasi b. DM, Melakukan kegiatan jasmani yang cukup dilakukan pada pencegahan primer, sesuai dengan umur dan kemampuan; dan sekunder, dan tersier. c. Penyulit kronik DM pada dasarnya Menghindari obat yang bersifat diabetogenik. terjadi pada semua pembuluh darah di Upaya yang dilakukan pada tubuh atau disebut angiopati diabetik. pencegahan sekunder antara lain untuk Angiopati ini dibagi menjadi dua yaitu jangka pendek melakukan deteksi dini makroangiopati dan penyakit DM dengan kegiatan penyaringan mikroangiopati (mikrovaskulaer). Penyulit (general check up) glukosa darah terutama makrovaskuler meliputi: ginjal (penyakit pada mereka yang memiliki faktor risiko ginjal kronik) dan retina mata (terjadi tinggi. Usaha ini dilakukan oleh semua kebutaan). penyulit petugas kesehatan pada setiap kesempatan, mikrovaskuler meliputi: pembuluh darah atau juga oleh pasien yang berisiko tinggi jantung atas permintaan yang bersangkutan. (makrovaskuler) Sedangkan (penyakit jantung koroner), pembuluh darah kaki (luka sukar sembuh), dan pembuluh darah otak Upaya jangka panjang pencegahan (stroke). sekunder adalah mencegah timbulnya Keduanya dapat terjadi bersamaan (tidak penyulit saling terpisah) dan bukan berrati tidak mikroangiopati, terjadi sekaligus. neuropati. Upaya ini dikerjakan bersama- Tindakan yang dilakukan untuk usaha pencegahan primer kronik dalam makroangiopati, bentuk dan sama oleh dokter dan para petugas meliputi kesehatan. Namun demikian perlu juga penyuluhan mengenai perlunya pengaturan peran aktif para penyandang DM. gaya hidup sehat sedini mungkin, dengan memberikan pedoman sebagai berikut: 6 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder Pencegahan Tersier Mulai dicegah Meninggal Penyulit Kronik Cacat Mulai DM Faktor risiko: Hiperglikemia - Obesitas Hipertensi - Nutrisi - Kurang aktifitas H Genetik Retinopati Nefropati Aterosklerosis Neurofati Buta Gagal ginjal PJK Amputasi TGT Resistensi insulin Hiperinsulinemia H Gambar 2.1. Upaya Pencegahan Diabetes Melitus disesuaikan dengan Riwayat Alamiah Penyakit (Sumber: disadur dari Waspadji, 2011) 7 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 Exercise Penatalaksanaan Sesuai dengan atau latihan fisik Konsensus dianjurkan secara teratur 3-4 kali seminggu, Pengelolaan DM tahun 2006 di Indonesia, selama kurang lebih 30 menit. Sifat latihan prinsip penatalaksanaan meningkatkan kualitas DM adalah sesuai dengan hidup pasien. Continous, prinsip CRIPE Rhythmical, yaitu Interval, Adapun tujuannya terbagi menjadi dua: Progresive, dan Endurance. Pelaksanaan a. Tujuan jangka pendek antara lain training sesuai dengan kemampuan pasien. menghilangkan keluhan dan tanda DM, Sebagai contoh adalah olah raga ringan mempertahankan rasa nyaman, dan jalan tercapainya Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang target pengendalian glukosa darah; b. biasa selama 30 menit. gerak atau bermalasmalasan. Tujuan jangka panjang antara lain mencegah c. kaki dan Pendidikan menghambat penting dalam kesehatan penatalaksanaan DM. progresivitas penyulit mikroangiopati, Pendidikan makroangiopati, dan neuropati. pencegahan primer yang harus diberikan Tujuan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. akhir adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. kesehatan sangat merupakan Pendidikan kesehatan sekunder diberikan Adapun penatalaksanaan DM tipe 2 kepada kelompok pasien DM. Sedangkan terdiri dari upaya-upaya sebagai berikut: pendidikan kesehatan untuk pencegahan Diet, Exercise (latihan fisik/olahraga), tersier diberikan kepada pasien yang sudah Pendidikan kesehatan, dan Pengobatan. mengidap DM dengan penyulit menahun. Prinsip pengaturan makan (Diet) Pengobatan DM diberikan dalam pada penyandang DM adalah makanan dua jenis obat yaitu antibiabetik oral dan yang dengan insulin. Indikasi antidiabetik oral terutama kebutuhan kalori dan zat gizi masing- ditujukan untuk penanganan pasien DM masing individu. Pada pasien diabetes perlu tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal ditekankan pentingnya keteraturan makan, dikendalikan dengan pengaturan asupan yang meliptu jadwal makan, jenis dan energi dan karbohidrat serta olahraga. Obat jumlah makanan, terutama pada mereka antidiabetik oral ditambahkan bila selama yang menggunakan obat penurun glukosa 4-8 minggu upaya diet dan olahraga darah atau insulin. Standar yang dianjurkan dilakukan, kadar glukosa darah tetap di atas adalah makanan dengan komposisi yang 200 mg/dL dan HbA1C di atas 8 mg/dL. seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, Pemilihan antidiaberik oral bisa dilakukan lemak 20-25% dan protein 10-15%. dengan satu jenis obat atau kombinasi, yang seimbang dan sesuai 8 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 disesuaikan dengan tingkat keparahan DM. riwayat lahir dengan BBLR atau kurang Golongan antidiabetik oral antara lain dari 2500 gram), dan faktor risiko yang sulfonilurea, dapat dimodifikasi (Berat Badan berlebih, biguanid, inhibtor alfa glukosidase, dan insulin sensitizing. Obesitas Insulin merupakan protein kecil abdominal/sentral, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet dengan Berat Molekul (BM) 5.808 pada tidak sehat/tidak seimbang, dan merokok). manusia, mengandung 51 asam amino yang Suyono (2011) menyebut faktor tersusun dalam sua rantai. Rantai tersebut risiko atau penyebab DM tipe 2 dihubungkan dengan jembatan disulfide. disebabkan oleh: Faktor turunan, obesitas Fungsi insulin antara lain: menaikkan terutama yang bersifat sentral (bentuk pengambilan glukosa ke dalam sel–sel apel), diet tinggi lemak dan rendah sebagian menaikkan karbohidrat, atau pola makan yang salah, oksidatif, kurang gerak badan, minum obat-obatan menaikkan pembentukan glikogen dalam yang dapat menaikkan kadar gula darah, hati dan otot, serta mencegah penguraian usia (faktor menua), stress, dan lain-lain. besar penguraian glikogen, jaringan, glukosa secara menstimulasi dapat pembentukan Sementara itu, faktor risiko DM tipe protein dan lemak dari glukosa. Kombinasi 2 menurut American Diabetes Association insulin dengan obat-obat lain efektif untuk (ADA) adalah sebagai berikut: Usia ≥ 45 pasien yang tidak terkontrol dengan diet tahun, overweight atau IMT > 25 kg/m2, atau pemberian hipoglikemik oral. Selama riwayat penyakit diabetes pada keluarga, kehamilan, kadang insulin dijadikan pilihan gaya hidup kurang bergerak, ras/etnis, level sementara. Pada pasien DM tipe 2 yang Gangguan Toleransi Glukosa, Riwayat DM memburuk, dibutuhkan penggantian insulin Gestasional atau pernah melahirkan bayi secara total. dengan berat > 9 lbs, hipertensi (> 140/90 mmHg), level HDL Kolesterol < 35 mg/dL, Polycystic Ovarian Syndrome (PCO), dan FAKTOR RISIKO DIABETES TIPE-2 Kemenkes dalam bulletin Infodatin riwayat penyakit kardiovaskular. tahun 2014 dalam rangka Hari Diabetes Sedunia menyatakan faktor-faktor yang Faktor berhubungan dengan kejadian Diabetes Dimodifikasi Melitus dapat dikelompokkan menjadi 2 A. yaitu faktor risiko yang tidak dapat Risiko yang Tidak Dapat Ras dan etnik Dalam The Sage Dictionary of dimodifikasi (ras dan etnik, umur, jenis Sociology, kelamin, riwayat keluarga dengan DM, dan sekelompok orang atau negara yang 9 ras atau etnik adalah Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 menganggap memliki keturunan yang sama Ras dan etnis minoritas menurut dan biasanya dipersatukan dengan bahasa, Cordario (2011) memiliki kecenderungan agama, kultur dan sejarah yang sama lebih (Bruce & Yearly, 2006). melakukan pengontrolan kadar gula darah. Dalam (bahkan tidak pernah) kesehatan Kecenderungan tersebut disebabkan oleh masyarakat, ras merupakan konsep yang tiga faktor yaitu 1) faktor pasien (kepatuhan penting penyakit yang rendah, biologis dan genetik, selera, berhubungan erat dengan aspek biologis penolakan pengobatan, hambatan ekonomi, dari suatu ras tertentu. Ras berhubungan dan kurangnya akses terhadap jaminan dan dengan interaksi antara gen dan lingkungan pelayanan kesehatan); 2) faktor dokter (Last, 2001). Ras juga berhubungan dengan (steretotipe dan bias, managed care, dan status ekonomi sosial seseorang yang hambatan peresepan obat); dan 3) faktor berdampak pada akses terhadap layanan sistem kesehatan (bahasa dan budaya, kesehatan, perilaku sehat, diskriminasi, dan pembiayaan, dukungan sosial dalam rangka peningkatan pemeriksaan kesehatan dan penyembuhan penyakit pengobatan). (Codario, 2011). B. karena perspektif jarang beberapa Konsep ras sering dan lingkup laboratorium jaminan dan Umur digunakan dalam penelitian kesehatan Konsep umur/usia menurut WHO untuk mengetahui faktor risiko suatu adalah sejumlah waktu yang telah dilalui penyakit. seseorang Ras dan etnik berhubungan erat hingga saat ini dengan menghitung hari/tanggal lahir sebagai dengan kejadian DM. Ras Asia lebih angka nol (Last, 2001). berisiko mengalami DM dibanding Eropa. Fungsi sel beta pada organ pankreas Hal ini disebabkan karena orang Asia akan kurang aktivitas penambahan/peningkatan usia (Holth & dibanding orang Eropa. Kelompok etnis Kumar, 2003). Pada usia 40 tahun tertentu seperti India, Cina, dan Melayu umumnya manusia mengalami penurunan lebih berisiko terkena DM. Pengaruh ras fisiologis lebih cepat. DM lebih sering dan etnis terhadap kejadian DM tipe 2 muncul pada usia setelah 40 tahun sangat kuat pada masa usia muda. Pada (Yuliasih & Wirawanni, 2009), terutama berbagai studi, kasus DM tipe 2 pada pada usia di atas 45 tahun yang disertai pediatrik kebanyakan terjadi pada ras non- dengan overweight dan obeistas. Penderita eropa (Nadeau & Dabelea, 2008). DM di Indonesia sebagian besar pada usia sering melakukan menurun seiring dengan 38-47 tahun dengan proporsi sebesar 10 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 25,3%. Risiko DM makin meningkat sesuai menunjukkan kejadian DM di Indonesia dengan perkembangan usia (Soewondo & lebih Pramono, 2011). Nainggolan dkk (2013) (61,6%) dengan jenis pekerjaan terbanyak dalam studinya menunjukan semakin tua adalah kecenderungan menderita diabetes semakin Demikian pula studi yang dilakukan tinggi. Kelompok umur Nainggolan dkk (2013) perempuan lebih yang paling berisiko adalah pada usia 55-64 tahun. Studi Zahtamal dkk banyak ibu menyerang rumah perempuan tangga (27,3%). banyak mengalami diabetes, namun tidak (2007) ada perbedaan risiko antara perempuan menunjukkan 84% kasus DM dapat dicegah maupun laki-laki. dengan memperhatikan faktor risiko umur, D. Pendidikan serta probabilitas terjadinya DM pada usia Pendidikan merupakan bagian dari < 45 tahun dan 45 tahun adalah sekitar 1 karakteristik status sosial ekonomi (SES) berbanding 6. seseorang. Menurut Cordario (2011) status Sementara Trisnawati dan ekonomi sosial meliputi pekerjaan, Setyorogo (2012) menunjukkan terdapat pendapatan, pendidikan, dan keadilan hubungan antara umur dengan kejadian DM sosial-ekonomi. Kondisi status ekonomi tipe 2 dengan risiko pada kelompok usia < seseorang berdampak pada akses terhadap 45 tahun 72 persen lebih rendah dibanding layanan kelompok usia ≥ 45 tahun. Sementara diskriminasi, dan dukungan sosial dalam menurut Nainggolan dkk (2013) kelompok rangka umur 55-64 tahun memiliki risiko 14 kali penyembuhan penyakit. menderita diabetes dibanding kelompok kesehatan, peningkatan perilaku kesehatan sehat, dan Pendidikan menjadi modal yang usia 25-34 tahun. baik bagi seseorang untuk meningkatkan C. Jenis kelamin pola pikir dan perilaku sehat, karena itu Jenis kelamin adalah penentuan pendidikan dapat membantu seseorang kesadaran, sikap, dan kepercayaan terhadap untuk memahami penyakit dan gejala- gender laki-laki atau perempuan secara gejalanya (Anderson, 2004). Berbagai studi kultural (Last, 2001). Baik pria maupun menunjukkan terdapat hubungan yang wanita memiliki risiko yang sama besar bermakna antara tingkat pendidikan dengan mengalami DM. Risiko lebih tinggi dialami kejadian DM tipe 2. Studi yang dilakukan wanita dengan usia di atas 30 tahun Soewondo dan Pramono (2011) dan dibandingkan pria. Mongisidi (2014) menunjukkan proporsi Sebuah studi yang dilakukan oleh Soewondo & Pramono populasi yang mengalami DM di Indonesia (2011) 11 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 sebagian besar ada pada orang dengan stress dan tekanan serta gaya hidup yang pendidikan sekolah menengah (26%). menyebabkan kejadian DM tipe 2. Penelitian yang dilakukan Studi tentang hubungan pendidikan Trisnawati dan Setyorogo di Puskesmas dengan kejadian diabetes telah banyak Cengkareng (2012), Mongisidi (2014), dan dijalankan, diantaranya yang dilakukan Nainggolan dkk (2013) menunjukkan tidak oleh Soewondo dan Pramono (2011) yang ada hubungan antara pendidikan dengan menunjukkan bahwa di Indonesia sebagian kejadian 2. besar risiko DM ada pada ibu rumah tangga dilakukan (27,3%) dan pengusaha atau penyedia jasa Diabetes Sementara Melitus penelitian Nainggolan dkk yang (2013) tipe menunjukkan (20%). Studi Mongisidi (2014) pendidikan rendah dan menengah lebih menunjukkan kejadian diabetes lebih sering bersifat protektif dibandingkan dengan latar dialami pasien yang tidak bekerja. belakang pendidikan tinggi. Pendidikan Studi yang dilakukan Mongisidi tinggi memiliki risiko 1,43 kali lebih tinggi (2014) menunjukan terdapat hubungan dibanding pendidikan rendah. antara status pekerjaan dengan kejadian Pendidikan secara tidak langsung diabetes, dengan tingkat risiko sebesar berhubungan dengan pengetahuan pasien. 1,544. Hasil F. studi hubungan menunjukkan terdapat antara pengetahuan dengan Riwayat keluarga dengan DM Riwayat keluarga merupakan kejadian DM, dan sebagai faktor protektif kondisi yang merefleksikan genetik dan terhadap DM (Zahtamal dkk, 2007). lingkungan yang sama pada beberapa orang E. Pekerjaan (Ahrens & Pigeot, 2005). Riwayat keluarga Pekerjaan menggambarkan secara turut mempengaruhi kerentanan seseorang langsung keadaan kesehatan seseorang terhadap melalui lingkungan pekerjaan baik secara dengan DM pada level pertama (misalnya: fisik dan psikologis (Oakes & Kaufman, orang tua) merupakan faktor risiko yang 2006 dalam Rothman dkk, 2008). Seperti kuat terhadap kejadian DM pada seseorang halnya pekerjaan (Holt & Kumar, 2003). Ada dugaan bahwa menggambarkan status sosial ekonomi gen resesif membawa bakat diabetes pada seseorang yang berdampak pada bagaimana seseorang. Artinya hanya orang dengan orang tersebut mendapat akses pelayanan sifat homozigot dengan gen resesif tersebut kesehatan dalam rangka upaya promosi, yang menderita diabetes (Fatimah, 2015). pendidikan, preventif dan kuratif. Disamping itu diabetes. Berbagai pekerjaan ada kaitannya dengan tingkat Riwayat studi keluarga menunjukkan hubungan yang kuat antara riwayat DM 12 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 pada keluarga dengan risiko DM tipe 2 disebutkan oleh Cordario (2011), status terutama pada populasi usia muda. Anak ekonomi dan sosial berdampak pada akses usia muda memiliki proporsi risiko DM tipe terhadap layanan kesehatan, perilaku sehat, 2 sebesar 45-80% jika paling sedikit salah diskriminasi, dan dukungan sosial dalam satu orangtuanya menderita DM (Nadeau & rangka Dabelea, 2008). Hal ini didukung studi penyembuhan penyakit. peningkatan kesehatan dan Nainggolan dkk (2013) yang menunjukkan Beberapa studi dilakukan untuk kejadian diabetes lebih tinggi pada orang membuktikan Social Economic Statue dengan riwayat keluarga DM dibanding (SES) berhubungan secara positif dengan yang tidak memiliki riwayat. kejadian DM. Makin tinggi status sosial Studi yang dilakukan Zahtamal dkk ekonomi, risiko terkena DM semakin (2007) terdapat hubungan yang bermakna tinggi. Studi yang dilakukan Soewondo & antara riwayat keluarga menderita DM Pramono (2011) serta Nainggolan dkk dengan (2013) kejadian DM. Probabilitas menunjukkan bahwa proporsi terjadinya DM pada orang dengan riwayat penderita DM pada status sosial ekonomi DM dibandingkan orang dengan tidak ada tinggi riwayat DM adalah 1 berbanding 4. ekonomi rendah. Demikian pula studi yang Disamping itu 73% kasus DM dapat dilakukan dicegah dengan memperhatikan faktor diabetes lebih banyak diderita pasien riwayat turunan DM. Demikian pula studi dengan pendapatan di atas UMR (Upah yang dilakukan Najah (2014) terdapat Minimum Regional). hubungan antara riwayat keluarga dengan Studi lebih tinggi Mongisidi yang dibanding (2014) sosial kejadian dilakukan oleh kejadian diabetes, dengan odd ratio sebesar Mongisidi (2014) terdapat hubungan antara 4,78. pendapatan G. mempengaruhi sosial posisi dengan kejadian diabetes dengan faktor risiko sebesar 1,440. Status Sosial Ekonomi Faktor pasien ekonomi individu H. atau Riwayat lahir dengan BBLR atau kurang dari 2500 gram kelompok yang akan berkaitan dengan Menurut WHO (2016), Bayi Berat struktur masyarakat. Status ekonomi sosial Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang merupakan salah satu dimensi stratifikasi baru lahir dengan berat badan kurang atau sosial dan mekanisme penting untuk sama dengan 2500 gram. Faktor risiko melihat ditribusi sumberdaya dan barang BBLR atau Berat Badan Lahir Rendah terakumulasi pada kelompok sosial tertentu terhadap DM tipe 2 dimediasi oleh faktor (Boslaugh, turunan dan lingkungan. BBLR disebabkan 2008). Sebagaimana 13 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 keadaan malnutrisi selama janin di rahim kejadian DM tipe 2 (Kousta & Frank, yang 2006). menyebabkan kegagalan perkembangan sel beta yang memicu peningkatan risiko DM selama hidup. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi BBLR juga menyebabkan gangguan pada A. Overweight sekresi insulin dan sensitivitas insulin Overweight adalah kondisi tubuh (Nadeau & Dabelea, 2008). Malnutrisi dengan Indeks Massa Tubuh lebih dari 25 intrauterin selama kg/m2 (Ahrens & Pigeot, 2005). perkembangan janin secara siginifikan Risiko DM tipe 2 meningkat dapat mempengaruhi metabolisme glukosa, bersamaan dengan peningkatan berat badan serta (Nadeau & Dabelea, 2008). Menurut dapat mempengaruhi kegagalan fungsi sel beta yang berperan dalam sekresi Infodatin insulin pada manusia (Cordario, 2011 dan bersumber dari Riskesdas tahun 2013, Laakso, 2008). proporsi faktor risiko kegemukan atau berat I. Riwayat Polycystic badan Ovarian berlebih Ovarian Syndrome (overweight) yang pada 5,7%, dan 11,5% pada kelompok usia di adalah gangguan sistem endokrin yang atas umumnya menunjukkan menyerang (2014) kelompok usia di atas 16-18 tahun adalah Syndrome (PCO) Polycystic Kemenkes wanita yang 18 tahun. Data proporsi tersebut faktor juga risiko mempengaruhi usia reproduksi. Berbagai kegemukan pada penderita DM pada usia di studi menunjukkan hubungan yang kuat bawah 15 tahun cukup tinggi yakni sebesar antara PCO dengan kejadian diabetes pada 20,6%. wanita. Risiko diabetes tipe 2 meningkat B. pada hampir ¾ wanita dengan PCO. Studi Obesitas Obesitas adalah kondisi tubuh lain menunjukkan dari seluruh populasi, dengan Indeks Massa Tubuh lebih dari 30 4% penderita DM tipe 2 mengalami kg/m2 (Ahrens & Pigeot, 2005). obesitas dan PCO. Onset gangguan gula Obesitas merupakan komponen darah pada wanita dengan PCO terjadi pada utama dari sindom metabolik dan secara usia 30-40 tahun. Meskipun wanita dengan signifikan beehubungan dengan resistensi PCO memiliki kadar gula darah yang insulin. Pedoman yang dikeluarkan oleh normal, namun dengan pengujian yang The National Cholesterol Program-Adult detail memperlihatkan adanya gangguan Treatment metabolik yang berkontribusi terhadap menunjukkan Panel (NCEP-ATP seseorang III) terdiagnosa sindrom metabolik jika menderita tiga atau 14 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 lebih dari lima faktor risiko berikut penyebab diabetes yakni mencapai 26,6% (Cordario, 2011): (pada kelompok usia 15 tahun ke atas). 1. Obesitas abdomen dengan lingkar Jenis kelamin perempuan lebih besar pinggang > 102 cm (pria) dan > 88 cm proporsinya (42,1%) dibanding laki-laki (wanita); (11,3%). 2. Kadar trigliserida ≥ 150 mg/dl; 3. Kadar HDL < 40 mg/dl (pria) dan 50 Roselinda, mg/dl (wanita); menunjukkan prevalensi obesitas baik 4. Tekanan darah ≥ 130/85 mmHg; dan abdominal atau sentral, mulai meningkat 5. Kadar glukosa puasa ≥ 100 mg/dl. pada umur ≥ 25 tahun dan mulai menurun Risiko penyakit DM Studi yang dilakukan Soetiarto, tipe dan Suhardi (2010) pada usia ≥ 65 tahun sampai dengan usia 2 meningkat bersamaan dengan peningkatan 75+ indeks massa tubuh, rasio pinggul terhadap meningkat pada usia ≥ 35 tahun pada pinggang, dan penimbunan lemak terpusat. wanita dan menurun di usia 75+ tahun. Masalah obesitas bukan hanya terjadi di Berbeda dengan laki-laki yang mulai negara maju, namun juga di negara meningkat prevalensi DM pada usia ≥ 45 berkembang (seperti Indonesia, India) tahun tetapi makin tinggi sampai usia 75+ terutama pada masyarakat urban. Sebuah tahun. Terlihat bahwa mulainya tinggi studi di India melaporkan bahwa 18% prevalensi obesitas pada usia yang lebih populasi usia 13-18 tahun mengalami muda dari pada mulai tingginya prevalensi overweight, DM, ini menunjukkan kejadian obesitas yang behubungan positif dengan usia dan status sosial ekonomi tahun . Prevalensi DM mulai mendahului terjadinya DM. (Nadeau & Dabelea, 2008). Sementara Studi Yuliasih dan Wirawanni studi yang dilakukan Soewondo dan (2009) Pramono (2011) proporsi penderita DM menunjukkan terdapat hubungan yang yang mengalami obesitas abdominal di bermakna Indonesia Sementara dengan peningkatan kadar Gula Darah proporsi pada obesitas sentral sebesar Puasa dan Gula Darah 2 Jam PP. Studi lain 40,9%. menunjukkan, wanita dengan indeks massa sebesar 33,6%. dan Nainggolan antara obesitas dkk (2013) abdominal Menurut Infodatin Kemenkes RI tubuh (IMT) di atas 35 kg/m2 memiliki (2014) faktor risiko DM akibat obesitas di risiko 40 kali menderita diabetes dibanding Indonesia banyak terjadi pada kelompok wanita dengan IMT < 23 kg/m2 (Laakso, usia di atas 18 tahun (14,8%). Obesitas 2008). Sementara menurut Trisnawati dan sentral merupakan faktor risiko utama Setyorogo (2012) orang dengan obesitas 15 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 memiliki risiko 2,7 kali lebih besar D. Hipertensi dibanding yang tidak obesitas. Studi Hipertensi atau dikenal dengan Nainggolan dkk (2013) juga menunjukkan “tekanan darah tinggi” adalah kondisi bahwa maupun dimana tekanan darah seseorang terhadap kegemukan sama-sama memiliki risiko dinding pembuluh arteri secara konsisten diabetes dibandingkan dengan berat badan tinggi, yakni tekanan darah ketika jantung normal. berkontraksi (sistolik) lebih besar sama C. Kurangnya aktivitas fisik dengan 140 mmHg dan tekanan darah Gaya hidup kurang aktivitas fisik ketika berat badan kurus jantung melemah/menguncup (sedentary life style) turut mempengaruhi (diastolik) sebesar lebih besar atau sama patogenesis kegagalan dalam toleransi dengan 90 mmHg (Boslaugh, 2008). glukosa dan merupakan faktor risiko utama Ketidaktepatan penyimpanan garam diabetes (Laakso, 2008). Latihan aerobik dan air serta meningkatnya tekanan dari dapat dalam tubuh pada sirkulasi darah perifer menunda bahkan mencegah perkembangan diabetes tipe 2, dengan merupakan meningkatkan sensitivitas insulin secara berkaitan erat dengan resistensi insulin langsung sebagai (Cordario, 2011). Dengan demikian, kurang aktifitas fisik dapat penyebab pencetus tekanan kejadian darah diabetes (Fatimah, 2015). menyebabkan risiko DM makin tinggi. Hipertensi Faktor risiko DM akibat kurang dengan risiko sangat berhubungan perkembangan diabetes aktifitas fisik pada populasi usia 10 tahun melitus tipe 2, serta sebagai prediktor ke atas mencapai 26,1% (Kemenkes, 2014). penting Studi Soewondo & Pramono (2011) retinopati, dan kardiovaskuler yang menunjukkan proporsi penderita DM yang menyertai DM. Sebuah yang kurang dilakukan di Osaka (Osaka Health Survey), melakukan aktivitas fisik di Indonesia sebesar 72,7%. Menurut Laakso terhadap kejadian nefropati, studi risiko relatif (RR) perkembangan diabetes (2008) risiko melitus tipe 2 sebesar 1,76 pada pria wanita yang kurang melakukan aktifitas hipertensi dibandingkan sebesar 1,39 pada fisik lebih tinggi menderita diabetes pria tensi normal (Cordario, 2011). Studi dibanding yang aktif berolahraga. Wanita Nainggolan dengan berolahraga kurang dari 7 jam per terdapat minggu, 39% menderita diabetes lebih hipertensi rendah dibanding yang beraktifitas fisik dengan risiko diabetes pada kelompok yang kurang dari 0,5 jam per minggu. memiliki riwayat hipertensi lebih tinggi 16 dkk (2013) hubungan dengan menunjukkan bermakna kejadian antara diabetes, Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 dibanding kelompok dengan tensi normal HDL, serta peningkatan kadar kolesterol yaitu 3,41 kali. LDL densiti rendah (small dense LDL) Hipertensi dan diabetes merupakan (Cordario, 2011). Selengkapnya disajikan faktor risiko yang saling berhubungan (autokorelasi). Insiden pada tabel 2.2 berikut. hipertensi Infodatin Kemenkes (2014) meningkat pada pasien diabetes 1,5 – 3 kali menunjukkan proporsi faktor risiko DM dibanding pasien normal. Sebuah studi populasi menunjukkan 40% orang dengan diabetes dislipidemia mengalami hipertensi pada usia 45 tahun, kolesterol pada posisi borderline dan tinggi dan lebih dari 60% pada usia 60 tahun yakni sebesar 35,9%. Sementara pada (Cordario, 2011). kondisi lainnya (22,9%), LDL Faktor risiko DM akibat hipertensi 15 tahun ke tertinggi adalah tinggi atas akibat akibat kadar HDL rendah (15,9%), dan pada populasi usia 18 tahun ke atas trigliserida tinggi (11,9%). Penelitian yang mencapai 2014). dilakukan Trisnawati dan Setyorogo (2012) Namun secara umum proporsi penderita dan Nainggolan dkk (2013) menunjukkan DM yang menderita hipertensi hampir sama adanya hubungan antara kadar kolesterol (Soewondo & Pramono, 2011). dalam darah dengan kejadian diabetes, 25,8% (Kemenkes, Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Setyorogo dengan risiko sebesar 2,41 kali dibanding (2012) orang dengan kolesterol total normal. menunjukkan terdapat hubungan yang F. Diet tidak sehat/tidak seimbang bermakna antara tekanan darah dengan Tidak dapat dipungkiri bahwa diet kejadian DM dengan odss ratio 6,85 kali merupakan salah satu cara yang dapat dibanding orang dengan tensi darah normal. dilakukan seseorang untuk meningkatkan E. Dislipidemia kesehatan. Diet Dislipidemia merupakan kondisi melindungi seseorang yang sehat dari dapat serangan kadar lemak dalam darah tidak sesuai batas penyakit kronis, salah satunya adalah yang ditetapkan atau abnormal (AIHW, diabetes. 2012). Resistensi insulin berhubungan menunjukkan seseorang yang secara rutin dengan ketidaknormalan dan peningkatan makan buah-buahan dan sayuran memiliki metabolisme asam lemak dan lipoprotein. risiko yang rendah terkena diabetes tipe 2 Hal ini ditandai dengan peningkatan kadar (AIHW, 2012). trigliserida dan penurunan kadar kolesterol 17 Bukti-bukti epidemiologis Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 Tabel 2.2. Karakteristik Abnormalitas Lipoprotein pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 1. Peningkatan LDL 2. Peningkatan VLDL 3. Peningkatan residu 4. Penurunan HDL 5. Peningkatan Trigliserida 6. Peningkatan Small dense LDL 7. Peningkatan fungsi glikasi LDL 8. Peningkatan fungsi oksidari LDL 9. Peningkatan pembentukan antibodi yang meningkatkan aterogenesis 10. Peningkatan Trigliserida yang kaya lipoprotein bersamaan dengan penurunan aktivitas enzim lipase lipoprotein Sumber: Cordario (2011, hal. 214) dewasa sigaret, “tingwe”, cigar, dan pipa) yang menunjukkan diet ketat serat, lemak, dan dilakukan setiap hari, tidak termasuk glukosa tembakau kunyah atau produk bukan Studi pada menurunkan wanita risiko terhadap diabetes (Laakso, 2008). Sementara pada tembakau yang dihisap (AIHW, 2012). populasi 10 tahun ke atas, proporsi faktor risiko DM akibat Kemungkinan terdapat proporsi mengkonsumsi yang sama antara prevalensi perokok yang makanan/minuman manis lebih dari 1x/hari mengalami diabetes dan non-diabetes. adalah 53,1%. Faktor risiko lainnya adalah Merokok dapat mempengaruhi beberapa mengkonsumsi makanan/minuman faktor yang dapat meningkatkan resistensi berlemak lebih dari 1x/hari sebesar 40,7% insulin dan berperan terhadap aktivitas dan makanan/minuman asin lebih dari insulin. Merokok juga secara siginifikan 1x/hari sebesar 26,2% (Kemenkes, 2014). dapat Hasil studi Zahtamal dkk (2007) meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, serta terhadap neropati dan menunjukkan tidak terdapat hubungan nefropati (Haire-Joshu dkk, 1999). antara pola makan tidak sehat dengan Faktor risiko DM akibat merokok kejadian DM, dan hanya 6% kasus DM setiap hari pada populasi berusia 10 tahun dapat dicegah dengan menjaga pola makan ke atas adalah 24,3% (Kemenkes, 2014). yang sehat. Studi G. Pramono (2011) menunjukkan proporsi Merokok Perilaku merokok atau daily berupa dilakukan Soewondo & penderita DM yang merokok setiap hari smoking merupakan salah satu faktor risiko perilaku yang mencapai 18,9%. menghirup/menghisap Studi tembakau atau produk tembakau (meliputi menunjukkan 18 Nainggolan tidak ada dkk (2013) hubungan Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 signifikan antara perilaku merokok dengan gangguan emosi dengan diabetes, serta diabetes, serta proporsi diabetes pada orang proporsi penderita diabetes pada orang merokok lebih rendah dibanding yang tidak dengan gangguan emosional tinggi lebih merokok. Namun menurut Laakso (2008) rendah dibanding orang dengan gangguan merokok lebih dari 14 batang rokok jenis emosional yang rendah. sigaret per hari meningkatkan risiko diabetes sebesar 39%. KESIMPULAN H. 1. Stress dan depresi Stress adalah respon fisik dan Diabetes Melitus tipe 2 adalah jenis diabetes yang didapat setelah dewasa psikologis terhadap tekanan (stressor), dan yang merupakan bisa insulin, sehingga disebut DM Tidak kesehatan Tergantung Insulin (TTIDM). Gejala faktor mempengaruhi risiko yang kondisi disebabkan resistensi seseorang. Stress dapat disebabkan oleh DM berbagai macam faktor seperti tekanan hiperglikemia yaitu kondisi kadar pekerjaan, menganggur, masalah keuangan, glukosa penyakit, penyakit pada anggota keluarga, melebihi putus atau diperbolehkan. Kondisi hiperglikemia meninggalnya salah satu anggota keluarga sendiri terbagi atas dua kondisi yaitu (AIHW, 2012). Pre-diabetes dan Diabetes Melitus. hubungan, dan hadirnya ditandai oleh dengan dalam darah kadar keadaan seseorang normal yang Hubungan antara DM tipe 2 dengan Diagnosa DM harus didasarkan atas depresi bisa terjadi secara dua arah (saling pemeriksaan kadar glukosa darah, mempengaruhi). Beberapa orang dengan bukan DM tipe 2 mengalami obesitas yang glukosa dalam urine atau glukosuria berperan depresi saja. Terdapat dua keadaan yang terutama pada anak muda. Orang dewasa berperan dalam patofisiologi DM tipe dengan diabetes memiliki risiko mengalami 2 yaitu resistensi insulin dan disfungsi depresi dua kali lebih besar dibandingkan sel beta pankreas. Upaya pencegahan kelompok yang non-DM (Nadeau & DM Dabelea, 2008). Penelitian yang dilakukan sekunder, dan primer. Sesuai dengan Trisnawati Konsensus Pengelolaan DM tahun dalam dan munculnya Setyorogo (2012) hanya meliputi menunjukkan ada hubungan antara stress 2006 dengan kejadian diabetes. penatalaksanaan Studi Nainggolan dkk (2013) di berdasarkan pencegahan adanya tersier, Indonesia, prinsip DM adalah meningkatkan kualitas hidup pasien. menunjukkan tidak ada hubungan antara 19 Ade Heryana, SST, MKM 2. Faktor-faktor yang Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 Bruce, Steve dan Steven Yearly, The Sage Dictionary of Sociology, London: Sage Publication, 2006. Codario, Ronald A. Type 2 Diabetes, PreDiabetes, and The Metabolic Syndrome, 2nd edition, PA: Humana Press, 2011. Fatimah, Restyana Noor, “Diabetes Melitus Tipe 2”, dalam Jurnal Majority volume 4 nomor 5, Februari 2015. Gakidou et al, “Management of Diabetes and Associated Cardiovascular Risk Factors in Seven Countries: a Comparison of Data from National Health Examination Surveys”, Bulletin of World Health Organizatons, Vol.89 No.3, March 2011, diakses tanggal 21 April 2016 dari http://www.who.int/bulletin/volumes/8 9/3/10-080820/en/ Haire-Joshu, Debra, Russel E. Glasgow, dan Tiffany L. Tibbs, “Smoking and Diabetes”, dalam Diabetes Care, volume 22, nomor 11, November 1999. Holt, Tim dan Sudhesh Kumar, ABC of Diabetes 6th edition, NJ: WileyBlackwell, 2003. International Diabetes Federation, Annual Report 2014, diunduh tanggal 21 April 2016, dari website http://www.idf.org/publications/annual -report, Kemenkes, Situasi dan Analisis Diabetes, Jakarta: Pusdatin Kemenkes, 2014 Kousta, Eleni dan Stephen Franks, “Polycystic Ovary Syndrome and Women with Diabetes” dalam Diabetes Voice, Issue 4, Volume 51, Desember 2006 Laakso, Markku, “Epidemiology of Type 2 Diabetes”, dalam Barry J. Goldstein dan Dirk Muller-Wieland (ed), Type 2 Diabetes: Principles and Practice, 2nd edition, New York: Informa Healthcare, 2008. Lapau, Buchari, Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi edisi revisi, Jakarta: Pustaka Obor, 2012 -------------------, Prinsip dan Metode Epidemiologi, Jakarta: FKUI, 2013 Last, John M. (ed.), A Dictionary of Epidemiology 4th edition, Oxford: Oxforf Press, 2001 Martyn, Jeffery, “Hypertension Guidelines: Revisiting the JNC 7 berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu 1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan DM, dan riwayat lahir dengan BBLR atau kurang dari 2500 gram); dan 2) Faktor risiko yang (Overweight, dapat Obesitas, dimodifikasi kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang, merokok, dan stress/depresi). DAFTAR PUSTAKA Ahrens, Wolfgang, dan Iris Pigeot (ed.), Handbook of Epidemiology, Bremen: Springer, 2005 Aikins, Ama de-Graft, dan Charles Agyemang, “Introduction: Addressing the Chronic Non-communicable Disease Burden in Low-and-Middle-income Countries”, dalam Ama de-Graft Aikins dan Charles Agyemang, eds. Chronic Noncommunicable Disease in Low and Middle-income Countries, London: CAB Publishing, 2016. American Diabetes Association, “Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus”, Diabetes Care, Vol.27, Supplement 1, January 2004 Anderson, Norman B (ed.), Encyclopedia of Health and Behavior 1, California: Sage publication, 2004. Australian Institute of Health and Welfare, Risk Factors Contributing to Chronic Disease, Canberra: AIHW, 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta: Balitbangkes, 2013 Boslaugh, Sarah (Ed.), Encyclopedia of Epidemiology 1&2, California: Sage Publication, 2008 20 Ade Heryana, SST, MKM Faktor Risko Diabetes Melitus Tipe 2 Recommendations”, The Journal of Lancaster General Hospital, Vo.3 No.3, Fall 2008 McPherson, Darlene, “Body Mass Index”, dalam Sarah Boslaugh (eds.) Soewondo, Pradana, dan Laurentius A. Pramono, “Prevalence, Characteristics, and Predictors of Pre-diabetes in Indonesia”, Medicine Journal Indonesia, Vol.20, No.4, November 2011. Suyono, Slamet, “Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes”, dalam Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti (editor), Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Edisi kedua, Jakarta: FKUI, 2011 -------------------, “Patofisiologi Diabetes Melitus”, dalam Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti (editor), Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Edisi kedua, Jakarta: FKUI, 2011 Trisnawati, Shara Kurnia dan Soedijono Setyorogo, “Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitas Type II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012”, Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.5, No.1, Jan 2013. Truman, Benedict I, dan Steven M. Teutsch, “Screening in the Comunity”, dalam Ross C. Brownson dan Diana B. Petiti, Applied Epidemiology: Theory and Practice, New York: Oxford University Press, 1998. Waspadji, Sarwono, “Diabetes Melitus: Penyulit Kronik dan Pencegahannya”, dalam Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti (editor), Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Edisi kedua, Jakarta: FKUI, 2011. World Health Organization, Definition and Diagnosis of Diabetes Melitus dan Intermediate Hyperglicemia: Report of the WHO/IDF Consultation, Geneva: WHO, 2006 Yuliasih, Wiwi, dan Yekti Wirawanni, Obesitas Abdominal sebagai Faktor Risiko Peningkatan Kadar Glukosa Darah, Semarang: Universitas Diponegoro, 2009 Zahtamal dkk, “Faktor-faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus” dalam Berita Kedokteran Masyarakat Vol.23 No.3 September 2007. Encyclopedia of Epidemiology 1&2, California: Sage Publication, 2008 Mongisidi, Gabby, Hubungan Antara Status Sosio-Ekonomi dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Interna BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado, Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 2014. Nadeau, Kristen dan Dana Dabelea, “Epidemiology of Type 2 Diabetes in Children and Adolescents” dalam Dana Dabelea & Georgeanna J. Klingensmith (ed), Epidemiology of Pediatric and Adolescent Diabetes, New York: Informa Healthcare, 2008. Nainggolan, Olwin, A. Yudi Kristanto, dan Hendrik Edison, “Determinan Diabetes Melitus (Analisa Baseline Data Studi Kohort Penyakit Tidak Menular Bogor 2011)”, dalam Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, volume 16, nomor 3, Juli 2013. Nuovo, Jim, “Type 2 Diabetes”, dalam Jim Nuovo (eds), Chronic Disease Management, California: Springer Science+Business Media, 2007 Rosen, Meghan, “Global obesity rates continue climb” dalam http://sciencenews.org/article, diakses tanggal 21 April 2016 Rothman, Kenneth J., Sander Greenland, dan Timothy L. Lash, Modern Epidemiology 3rd edition, Lippincot William & Wilkins, 2008 Soegondo, Sidartawan, “Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini”, dalam Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti (editor), Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Edisi kedua, Jakarta: FKUI, 2011 Soetiarto, Farida, Roselinda, dan Suhardi, “Hubungan Diabetes Melitus dengan Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang Data Riskesdas 2007”, Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.38, No.1, Maret 2010. 21