ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN NILAI PASAR INVESTASI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI) (Skripsi) Nama : A. Vicky Nugraha NPM : 0541031134 Jurusan : Akuntansi Pembimbing I : Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Retno Yuni, S., S.E, M.Sc., Akt. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saham adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilihan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagian pendapatan tetap (dividen) dari perusahaan serta kewajiban menanggung risiko kerugian yang diderita perusahaan (Anogara & Pakarti, 2001). Menurut Harahap (2004), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio. Menurut L. Hin (2001:63) Rasio Profitabilitas terdiri dari Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Operating Profit Margin (OPM). Menurut Harahap (2001), laba (gains) adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang bersifat insidentil dan dari transaksi atau kejadian lainnya yang mempengaruhi suatu lembaga selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi pemilik. Laba (income juga disebut earnings atau profit) merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi perusahaan usaha yang dinyatakan dengan istilah keuangan. Laba merupakan informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang. APB Statement mengartikan laba sebagai kelebihan atau defisit penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi. Laba itu berpengaruh penting terhadap harga saham karena laba memberikan pengaruh terhadap laporan kas yang diperlukan untuk membayar dividen. Namun demikian, dividen juga penting berpengaruh karena dividen adalah jumlah yang sesungguhnya yang diperoleh dari laporan keuangan dan dapat diterima di perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba (Anoraga, 2006), antara lain: 1. Biaya Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. 2. Harga Jual Harga jual produk yang akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk yang bersangkutan. 3. Volume Penjualan dan Produksi Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar atau kecilnya biaya produksi. Nilai pasar yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi jika saham tersebut diperdagangkan di bursa. Nilai ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di bursa. Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aset yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masamasa yang akan datang. Menurut Mulyoto (2003), investasi adalah setiap wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan dapat memelihara atau menaikkan nilai dan atau memberikan hasil (returns) yang positif. Nilai pasar investasi adalah gambaran nilai tukar atau sejumlah uang yang mungkin disetujui, jika properti di tawarkan di pasar terbuka pada tanggal penilaian dan dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan definisi nilai pasar. Dasar pengambilan variabel-variabel ini adalah adanya perbedaan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai variabel-variabel tersebut. Rasio laba atau profitabilitas terhadap harga mempengaruhi harga saham karena nilai akuntansi laba per lembar saham perusahaan ditentukan dengan menggunakan laporan laba terakhir dan membagi laba perusahaan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar dan berpengaruh terhadap harga saham. Praptomo (2010), menghasilkan simpulan bahwa rasio profitabilitas tidak ada pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan menurut Saptadi (2007), perubahan harga saham pada perusahaan dan periode yang diteliti dipengaruhi terhadap rasio profitabilitas dan rasio pasar. Secara empiris maka oleh penulis tertarik untuk mengangkat sebuah skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Nilai Pasar Investasi Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.” 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka permasalahannya yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah rasio profitabilitas dan nilai pasar investasi berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.3. Batasan Masalah Dengan mengukur tingkat kebutuhan dalam melakukan penelitian ini maka penulis melakukan batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dan data perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010. 2. Komponen rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) dan Price to Book Value (PBV) pada tahun 2007-2010. 3. Selama periode penelitian, perusahaan mendapatkan laba. 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa rasio profitabilitas dan nilai pasar investasi berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.4.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian antara lain : 1. Sebagai bentuk pengembangan dan pengujian atas penelitian sebelumnya. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi dan mengetahui hasil dari rasio profitabilitas dan investasinya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Laba Laba merupakan salah satu informasi aktual untuk melihat kemampuan perusahaan secara umum, laba digambarkan sebagai selisih antara pendapatan dan beban yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Definisi laba (penghasilan) menurut SAK dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2002:17) : Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Laba (income juga disebut earnings atau profit) merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi perusahaan usaha yang dinyatakan dengan istilah keuangan. Laba merupakan informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang (John & Halsey, 2004). Menurut Harahap (2006), Laba (gains) adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang bersifat insidentil dan dari transaksi atau kejadian lainnya yang mempengaruhi suatu lembaga selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi pemilik. Definisi laba menurut The FASB (35) adalah kenaikan modal pemilik (aktiva neto) dari transaksi insidentil atau transaksi sampingan sebuah perusahaan dan dana dari seluruh transaksi lain, kejadian lain, dan keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode. Berdasarkan pengertian laba yang telah diungkapkan dapat disimpulkan bahwa laba adalah selisih dari pendapatan terhadap beban atau pendapatan yang diterima setelah break even point (BEP) yang disebabkan oleh transaksi atau kejadian lainnya selama 1 (satu) periode. 2.1.1.Klasifikasi Laba Dalam penyajian laporan laba/rugi , laba diklasifikasikan menjadi beberapa jenis antara lain: 1. Laba kotor atas penjualan, merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor hasil penjualan bersih sebelum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu. 2. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum. 3. Laba bersih sebelum potongan pajak, merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan, yaitu apabila laba operasi dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan dan biaya. 4. Laba kotor sesudah potongan pajak yaitu laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi pajak perseroan. 2.1.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba Faktor-faktor yang mempengaruhi laba antara lain: 1. Biaya Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. 2. Harga Jual Harga jual produk yang akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk yang bersangkutan. 3. Volume Penjualan dan Produksi Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar atau kecilnya biaya produksi. 2.2.Analisis Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahu dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung profitabilitasnya. Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang merupakan hasil akhir bersih dari serangkaian kebijakan yang diambil perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan efektifitas manajemen. 2.2.1.Pengukuran Profitabilitas Adanya perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai membuat analisa keuangan menjadi beragam, tetapi para investor dan calon investor potensial akan melihat dari segi profitabilitas karena kestabilan harga saham dipengaruhi oleh tingkat keuntungan Skousen (1995:1072): Profitability analysis provide evidence concerning the earnings potential of a company and how effectively a firm is being managed. Dengan kata lain analisis profitabilitas ini memberikan bukti mengenai penghasilan potensial suatu perusahaan dan seberapa efektif perusahaan telah dikelola. Dalam kesempatan ini akan diuraikan dua komponen rasio profitabilitas yang menjadi bagian dalam model analisis penelitian ini. Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Return on Equity (ROE), merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik modal (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka tanamkan ke dalam perusahaan. Rasio ini menggambarkan perputaran aset diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aset dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Kenaikan ROE umumnya akan diikuti dengan naiknya harga saham di lantai bursa. Dan rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila di ukur dari modal pemilik, semakin besar semakin bagus (Harahap, 2006). 2.3.Pengertian Saham Saham adalah tanda bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan atau bukti penyertaan modal pada suatu perusahaan. Wujud saham yang berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan. 2.3.1.Jenis-Jenis Saham Dalam praktek, terdapat banyak jenis saham yang dapat dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang dipeoleh para pemegang saham. Klasifikasi saham dapat dibedakan atas beberapa hal: 1. Cara Peralihan Hak a. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari suatu investor ke investor lainnya. b. Saham Atas Nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 2. Hak Tagihan atau Klaim a. Saham Biasa (common stocks), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. b. Saham Preferen (prefered stocks), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Sedangkan jika dilihat dari kinerja perdagangan, saham dapat dikategorikan atas: 1. Blue Chiep Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. 2. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. 3. Growth Stocks, (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 4. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak bisa terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. 2.3.2.Return dan Resiko Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa akan datang. Return realisasi (realized return), merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Ada beberapa macam pengukuran return realisasi yang banyak digunakan yaitu: 1. Retun Total (total returns) Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. 2. Return Relatif (relative returns) Return relatif digunakan dengan menambahkan niali 1 terhadap nilai return total. 3. Return Kumulatif (cumulative returns) Return kumulatif digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran total yang dimiliki. 4. Return Disesuaikan (adopteds returns) Return ini juga disebut return rill atau return yang disesuaikan dengan inflasi. Sedangkan return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan mengalihkan masing-masing hasil masa depan (outcome) dengan profitabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut. 2.3.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Pergerakan harga saham di bursa efek dipengaruhi oleh banyak faktor, pada umumnya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor fundamental dan faktor teknis. 1. Faktor Fundamental Berikut ini merupakan beberapa faktor fundamental yang penting, yaitu: a. Kinerja Emiten Investor membeli saham dengan harapan akan memperoleh deviden dan harga sahamnya akan naik sehingga diperoleh capital gain. Dlam kondisi normal yang membuat harga saham naik adalah kemampuan emiten memperoleh laba yang sebagian diantaranya akan dibagikan sebagai deviden. b. Perubahan Suku Bunga Apabila terjadi kenaikan suku bunga, hal tersebut akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimilikinya dan menempatkan dananya di bank. Alasannya sederhana, dana di bank lebih aman dibandingkan di bursa efek. Di samping itu kenaikan suku bunga juga akan mendorong jatuhnya harga saham, hal ini bisa terjadi jika kenaikan suku bunga membuat beban bunga hutang emiten lebih besar, sehingga laba bersih akan menurun. c. Pergerakan Mata Uang Apabila nilai mata uang suatu negara dengan negara berubah, perubahan tersebut akan ikut menentukan pergerakan harga saham. Pergerakan nilai mata uang ini antara lain ditentukan oleh suku bunga di suatu negara. 2. Faktor Teknis Beberapa faktor-faktor teknis yang dianggap berpengaruh terhadap pergerakan harga saham yaitu: a. Penawaran dan Permintaan Pergerakan harga saham di bursa efek seringkali hanya dipahami dengan hukum permintaan dan penawaran. Ketika terjadi lebih banyak pembeli daripada penjual, harga saham akan cenderung naik demikian pula sebaliknya. Begitu juga pada saat yang hampir bersamaan terdapat beberapa IPC harga saham akan cenderung melemah. b. Intervensi Pemerintah Seringkali investasi pemerintah dilakukan dengan diam-diam, misalnya menugaskan lembaga tertentu untuk membeli saham. Tetapi tidak jarang intervensi pemerintah dilakukan secara terbuka, sebagai contoh pemerintah malaysia melakukan intervensi untuk menjaga agar indeks harga saham tidak terus melemah ketika krisis moneter memuncak pada akhir tahun 1997, pemerintah Malaysia melarang transaksi short selling dan margin trading. c. Politik Kehidupan politik suatu negara akan mempengaruhi aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas perdagangan di bursa efek. 2.4.Hipotesis Pasar Efisien Untuk memudahkan penelitian tentang efisiensi pasar, mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypotesis (EMH) yaitu: 1. Efisien dalam bentuk lemah (weak form). Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. 2. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong), merupakan bentuk efisien pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham disamping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu), juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning,deviden, pengumuman stock split, penerbitan saham baru dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). 3. Efisien dalam bentuk kuat (strong form). Pasar efisien dalam bentuk kuat, semua informasi baik yang terpublikasi atau tidak dipublikasikan, sudah tercermin dalam harga sekuritas saat ini. 2.4.1.Pengujian Terhadap Hipotesis Pasar Efisien 1. Pasar Efisien dalam bentuk lemah Diuji dengan melakukan pengujian prediktabilitas retrurn. Pengujian prediktabilitas return dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan: a. Mempelajari pola return seasonal b. Menggunakan data return di masa lalu, baik untuk prediktabilitas jangka pendek maupun jangka panjang. c. Mempelajari hubungan return dengan karakteristik perusahaan. 2.Pasar Efisien dalam bentuk setengah kuat Pengujian hipotesis pasar dalam bentuk setengah kuat bisa dilakukan dengan pengujian event studies, untuk mengamati pengaruh pengumuman suatu informasi terhadap perubahan harga sekuritas. Penelitian event studies umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga saham. Standar metode yang biasanya digunakan dalam event studies adalah: a. Mengumpulkan sampel b. Menentukan hari pengumuman atau event c. Menentukan periode pengamatan d. Menghitung return masing-masing sampel setiap hari selama periode pengamatan e. Menghitung return abnormal f. Menghitung rata-rata return abnormal semua sampel setiap hari g. Terkadang return abnormal harian tersebut digabungkan untuk menghitung return abnormal kumulatif selama periode tertentu h. Mempelajari dan mendiskusikan hasil yang diperoleh. 3.Pasar Efisien dalam bentuk kuat Pengujian pasar efisien dalam bentuk kuat dapat dilakukan dengan pengujian private information. Pengujian ini meliputi pengujian apakah pihak insider trading perusahaan dan kelompok usaha tertentu yang dianggap mempunyai akses informasi lebih baik, dapat memperoleh return abnormal dibandingkan dengan return pasar umumnya. 2.5.Gambaran Umum Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana penghimpunan dana bagi perusahaan-perusahaan dan sekaligus wadah investasi bagi para pemodal yang cukup menarik. Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dengan investasi lebih dari satu tahun, sekaligus juga sebagai pasar kongkrit yang berbentuk lembar surat-surat berharga di bursa efek. 2.5.1.Pengertian Pasar Modal Menurut Kepres No.60 tahun 1998, pasar modal didefinisi sebagai berikut: Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawar dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek. Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan tempat dimana diperdagangkan dana-dana jangka panjang yang melibatkan pihak-pihak tertentu baik emiten, lembaga-lembaga penunjang maupun profesi penunjang serta didukung oleh seperangkat hukum yang mengaturnya. 2.5.2.Lembaga-Lembaga Pendukung Pasar Modal 1. Bursa Efek. Perusahaan sekuritas bergabung bersama membentuk bursa efek. Organisasi tersebut mengatur dirinnya sendiri dengan mengeluarkan berbagai peraturan serta memastikan bahwa anggotanya berperilaku sedemikian rupa sehingga memberikan persepsi positif tentang pasar modal kepada masyarakat. 2. Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP). Peran LKP adalah melaksanakan kliring dan menjamin penyelesaian transaksi. LKP menjamin penyelesaian transaksi di bursa efek dengan bertindak sebagai counter party dari anggota bursa yang melakukan transaksi. Jaminan tersebut dapat berupa dana sekuritas dan jaminan bank kustodian untuk menyelesaikan transaksi tertentu. 3. Lembaga Penyimpanan Dana Penyelesaian (LPP), merupakan lembaga yang memberikan jasa penitipan kolektif yang aman dan efisien kepada bank kustodian, LKP, perusahaan sekuritas, serta pemodal institusional. Jasa yang diberikan harus memenuhi standar internasional dan memberikan keamanan yang maksimal bagi pengguna jasa LPP. 4. Perusahaan Efek, meliputi: a. Penjamin Emisi, berperan sebagai lembaga perantara emisi yang menjamin penjualan sekuritas yang diterbitkan emiten. Penjamin emisi merupakan mediator yang mempertemukan emiten dan pemodal. Mereka bertugas untuk meneliti dan mengadakan penilaian menyeluruh atas kemampuan dan prospek emiten. b. Perantara Perdagangan Efek, merupakan pihak yang mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas, menyediakan informasi bagi kepentingan pemodal, memberi saran serta membantu mengelola dana bagi kepentingan pemodal. c. Manager Investasi, merupakan pihak yang mengelola dana yang dititipkan investor reksadana untuk diinvestasikan di pasar modal. 5. Lembaga Penunjang, meliputi: a. Biro Administrasi Efek, yaitu suatu badan hukum yang berbentuk PT yang melakukan usaha dalam pengelolaan administrasi sekuritas seperti registrasi dan pencatatan sekuritas, pemindahan hak kliring dan tugas-tugas administrasi lainnya bagi emiten. b. Bank Kustodian, adalah bank dengan pengawasan Bank Indonesia bertindak sebagai kustodian di pasar modal. c. Wali Amanat, yaitu pihak yang berperan penting dalam penerbitan obligasi. Wali amanat adalah lembaga yang ditunjuk oleh emiten untuk mewakili kepentingan para pemegang obligasi. d. Penasehat Investasi e. Pemeringkat Efek. Lembaga ini berperan untuk melakukan pemeringkatan sekuritas terutama untuk obligasi dan sekuritas lainnya yang bersifat utama. 6. Profesi Penunjang, meliputi: a. Akuntan, merupakan salah satu profesi penunjang yang bertujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang akan go public. b. Konsultan Hukum, mempunyai peran dalam memberikan perlindungan kepada pemodal dari segi hukum. c. Penilai, merupakan salah satu profesi penunjang pasar modal yang melaksanakan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, sehingga standar kerja profesi penilai sangat penting guna memastikan kualitas jasa yang dihasilkan. d. Notaris, adalah pihak yang berperan dalam pembuatan perjanjian dalam rangka emisi sekuritas seperti perjanjian penjakin sekuritas. Perwalian amanat dan lain-lain perjanjian yang harus dibuat secara nota rill agar berkekuatan hukum. 7. Pemodal, terdiri dari pemodal domestik dan asing merupakan pihak yang mempunyai dana yang siap diinvestasikan pada pasar modal. 8. Emiten, terdiri dari perusahaan publik dan reksadana. Emiten merupakan pihak yang mencari dana dengan menjual sekuritas kepada masyarakat luas melalui pasar modal. Emiten berperan dalam pengembangan pasar modal melalui keterbukaan informasi, peningkatan likuiditas sekuritas, pemantauan harga sekuritas dan menjaga hubungan baik dengan pemodal. 2.5.3.Peranan Pasar Modal Pasar modal memiliki peran sentral bagi perekonomian, bahkan maju tidaknya ekonomi suatu negara dapat diukur dari maju tidaknya pasar modal di negara tersebut. Pasar modal telah tumbuh menjadi leading indicator bagi ekonomi suatu negara. Beberapa manfaat keberadaan pasar modal menurut M. Fakhruddin dan M. Sopian Hadianto antara lain: 1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. 3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara. 4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat. 6. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik. 7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek. Sedangkan manfaat yang akan diperoleh yang go public adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh dana murah yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak ada termin-termin). 2. Tidak ada kewajiban membayar bunga tetap (saham). 3. Emiten akan lebih dikenal masyarakat. 4. Perusahaan dituntut selalu terbuka sehingga memacu manajemen secara profesional. 2.5.4. Persyaratan Emisi Saham Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu perusahaan bisa menerbitkan saham (go public), yaitu: 1. Mengajukan surat permohonan ke BAPEPAM. 2. Laporan keuangan perusahaan telah diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa syarat. 3. Jumlah saham yang listed minimal 1 juta lembar saham. 4. Jumlah pemegang saham minimal 200 orang atau lembaga. 5. Perusahaan telah beroperasi lebih dari 3 tahun. 6. Menghasilkan laba selama 2 tahun terakhir. 7. Total kekayaan minimal Rp 20 milyar. Modal sendiri minimal Rp 7,5 milyar. Modal disetor minimal Rp 2 milyar 8. Kapitalisasi saham yang listed minimal Rp 4 milyar. 9. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputasi yang baik. 2.6 Pengembangan Hipotesis a. Return On Assets (ROA) ROA merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan atas kseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Return on Asset merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada (Anogara & Pakarti, 2001). ROA yang semakin tinggi maka semakin baik juga pengaruh laba perusahaan, karena meningkatnya kemampuan dalam menghasilkan keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang telah dikeluarkan perusahaan. Ha1 : Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap Harga Saham. b. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE), merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan akan berdampak pada para pemegang saham perusahaan tersebut. ROE yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang besar bagi pemegang saham, hal ini tentu dapat meningkatkan tingkat pengembalian saham pada investor. Mengacu pada hal tersebut maka hipotesis kedua dapat dirumuskan sebagai berikut: Ha2 : Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Harga Saham. c. Price to Book Value (PBV) Rasio ini adalah perhitungan atau perbandingan antara market value (harga saham) dengan book value (nilai buku) suatu saham (Harahap, 2006). Cara menghitung PBV adalah nilai pasar dibagi dengan nilai buku. Rasio ini berfungsi untuk melengkapi analisis nilai buku. Jika pada analisis nilai buku, investor hanya mengetahui kapasitas perlembar saham dari nilai saham, pada rasio PBV, investor dapat membandingkan langsung nilai buku dari suatu saham dengan nilai pasarnya, dengan rasio PBV investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali nilai pasar suatu saham di hargai dari nilai bukunnya. Memang tidak ada ukuran pasti mahal tidaknya suatu harga saham jika diukur dengan rasio PBV nya. Karena hal ini sangat bergantung pada ekspektasi dan kinerja perusahaan saham tersebut. Tapi, paling tidak rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham. Maksudnya adalah jika suatu saham yang berkinerja baik pada PBVnya masih rendah dibandingkan dengan rata-rata PBV saham sektornya. Harga saham tersebut masih memiliki potensi untuk naik, demikian pula sebaliknya. Mengacu pada hal tersebut maka hipotesis ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut: Ha3 : Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif terhadap Harga Saham. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang tergabung dalam perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel penelitian ini dipilih dari populasi berdasarkan penelitian metode purposive judgement sampling. Metode ini merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak (non probabilitas) yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999:131). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan perusahaanperusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2007 - 2010, dan telah di listing sebelum tahun 2007, dengan pertimbangan data harga saham dari perusahaan emiten terpenuhi. Data-data keuangan tersebut mencakup harga saham, net after tax, total assets, total equity, dan nilai buku sebagai dasar perhitungan rasio. 3.2 . Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang go-public di bursa efek indonesia. Sedangkan sampel adalah bagian atau wakil populasi yang memiliki karakteristik sama dengan populasinya, dalam hal ini adalah perusahaan manufaktur. Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling yaitu sampel yang memenuhi kriteria tertentu untuk mendapatkan sampel yang representatif. Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Smpel yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar si Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010. 2. Perusahaan yang memiliki sampel profitabilitas nilai positif. 3. Menggunakan kurs rupiah dalam menyampaikan laporan keuangannya. 4. memiliki data-data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. 3.3 VARIABEL PENELITIAN DAN PENGUKURAN VARIABEL 3.3.1 Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata yang diperoleh dengan membagi harga saham tertinggi dan harga saham terendah yang terjadi pada pasar regular (reguler market trading), Tendelilin (2001). Perubahan harga saham tersebut dihitung sebagai berikut: Y = Ht – Ht-1 x100% Ht-1 Keterangan: Y : Persentase perubahan harga saham Ht : Harga saham rata-rata periode t Ht-1 : Harga saham rata=rata periode sebelumnya 3.3.2 Variabel Independen Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan rasio pasar yang dalam penelitian ini diperlihatkan melalui Return On Assets (ROA) dan Price to Book Value (PBV). Dan dinyatakan dengan simbol X. 1. Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan harta yang dimilikinya (Harahap, 2006) ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total Asset 2. Return On Equity (ROE), merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net woerth) secara efektif. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE = Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas 3. Price to Book Value Ratio (PBV) adalah rasio yang menunjukkan harga saham di pasar dengan nilai buku saham yang digambarkan dalam neraca (Harahap, 2006). Price to Book Value Ratio (PBV) = Harga Pasar Saham Nilai Buku 3.4. Alat Analisis Pengujian hipotesis ini menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Persamaan analisis regresi berganda secara umum untuk 3 variabel yaitu: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y : perubahan harga saham a : konstanta b1,b2,b3 : koefesien regresi untuk X1, X2, X3 X1 : persentase perubahan Return On Assets (ROA) X2 : persentase perubahan Return On Equity (ROE) X3 : Persentase perubahan Price to Book Value (PBV) 3.5 Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan suatu model regresi yang baik, diperlukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. Pengujian asumsi klasik ini dilakukan dengan menggunakan software statistik SPSS (Statistical Package for Social Science). 3.5.1 Uji Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan variabel independen dalam model regresi memiliki distribusi normal. Untuk menciptakan suatu model regresi yang baik, maka distribusi datanya normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, analisis grafik dapat digunakan untuk mendeteksi normalitas yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. 3.5.2. Uji Autokorelasi Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara residual faktor pada periode t dan pada periode t-1 dalam model regresi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan pada suatu periode saling berkaitan satu sama lain karena residual faktor tidak bebas dari satu pengamatan ke pengamatan selanjutnya. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi, dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Apabila nilai statistik DW bernilai 2, maka hal tersebut berarti tidak terdapat autokorelasi. Apabila nilai statistik DW bernilai 0, maka hal tersebut berarti terdapat autokorelasi positif. Apabila nilai statistik DW bernilai 4, maka hal tersebut berarti terdapat autokorelasi negatif (Mulyoto, 2003). Dengan demikian, tidak adanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai statistik DW yang mendekati angka 2. Dalam penelitian ini, batasan mendekati angka 2 yang ditetapkan adalah 2 nilai batas bawah (dL) dan batas atas (dU) pada tabel DW dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bila DW < dL, maka terdapat autokorelasi positif, b. Bila dL < DW < dU, maka tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak, c. Bila dU < DW < (4 – dU), maka tidak terdapat autokorelasi, d. Bila (4 – dU) < DW < (4 – dL), maka tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak, dan e. Bila DW > (4 – dL), maka terdapat autokorelasi negatif. 3.5.3. Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini bertujuan mengetahui apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variansi dari residual faktor satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk menciptakan suatu model regresi yang baik, maka dalam model regresi tersebut tidak boleh terdapat heteroskedastisitas atau harus bersifat homoskedastisitas. Untuk mendeteksi apakah terdapat heteroskedastisitas dalam penelitian ini, digunakan metode grafik Scatterplot dan Spearman Rank Correlation Test. Pada grafik scatterplot, homoskedastisitas ditandai dengan pola plot dalam grafik yang random atau tidak membentuk suatu pola. Pada Spearman Rank Correlation Test , tingkat signifikan yang diterapkan dalam penelitian ini. Hal ini berarti apabila nilai signifikan (sig. (2-tailed) korelasi masing-masing variabel independen dengan nilai residual lebih kecil dari 5%, maka dapat disimpulkan terdapat heteroskedastisitas dalam model penelitian ini. Apabila nilai signifikan (sig. (2-tailed) korelasi masing-masing variabel independen dengan nilai residual lebih besar dari 5% maka disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas atau bersifat homoskedastisitas. 3.5.4. Uji Multikolineritas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat multikolineritas dalam model regresi. Multikolineritas adalah adanya korelasi yang signifikan antar variabel independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya multikolineritas yang kuat dalam penelitian ini digunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance value. Apabila tolerance value lebih kecil daripada 0,2 dan nilai VIF melebihi 5, maka dapat disimpulkan terdapat multikolineritas yang kuat antar variabel independen. Maka variabel independen yang memiliki multikolineritas akan dikeluarkan dari model regresi dan kemudian mengidentifikasi variabel independen lain yang tidak memiliki multikolineritas untuk membantu penelitian (Mulyoto, 2003). 3.6 Rerangka Karangan Rasio Profitabilitas Harga Saham Nilai Pasar Investasi BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis deskriptif Menurut Ghozali (2007) ststistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif yang dapat dilihat rata-rata (mean). Standar deviasi, maksimum, minimum dari masing-masing variable independen dan variabel dependen. Berikut ini perincian data deskriptif berdasarkan data dari tabel: • Nilai minimum untuk variabel ROE dimana rasio ini menunjukan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif adalah sebesar 0.02, nilai ini merupakan nilai minimum dari variabel ROE, sedangkan untuk nilai maksimum pada variabel ROE adalah 143,62, nilai rata-rata ROE sebesar 18.66 nilai ini merupakan nilai rata-rata 4 periode penelitian dengan jumlah sample (N) sebanyak 76 dan standar deviation sebesar 22.15 • Variabel ROA memiliki rentang nilai 0.64 hingga 50.43. Tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan laba minimum sebesar 0.64, sedangkan yang terbesar adalah sebesar 50.43 , dengan nilai rata-rata ROA sebesar 9.04 dengan jumlah sample (N) sebanyak 76 dan standar deviation sebesar 9.04 • Variabel PBV yang menunjukan harga saham dipasar dengan nilai buku memiliki nilai minimum 0.16 ; nilai maksimum 20.37 ; nilai rata-rata PBV sebesar 2.23 dengan jumlah sample (N) sebanyak 76 dan standar deviation sebesar 3.44. • Variabel HARGA SAHAM memiliki nilai minimum -1.08 ; nilai maksimum 0.89 ; nilai rata-rata HARGA SAHAM sebesar 0.37 dengan jumlah sample (N) sebanyak 76 dan standar deviation sebesar 0.24. 4.1.2 Uji Asumsi Klasik Salah satu syarat yang mendasari model regresi berganda adalah terpenuhinya semua asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik melalui uji normalitas data, uji autokorelasi, uji hesterokedastisitas, dan data asumsi klasik lainnya. 4.1.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal serta untuk menghindari bias dalam model regresi. Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila nilai signifikan lebih besar daripada 0.05, maka Ha diteriima, sedangkan jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05, maka Ho diterima. Dari hasil pengolahan data unstandardized residual secara keseluruhan berdistribusi normal karena nilai signifikansi dari masing-masing variabel tersebut lebih besar dari 0,05. dengan demikian data dapat diajukan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelasnya, berikut turut dilampirkan grafik histogram dan data terdistribusi normal. Dari hasil grafik histogram yang ada pada lampiran, dapat disimpulkan bahwa distribusi data mendekati normal, karena grafik histogram menunjukan garis diagonal yang tidak menceng (skewnes) baik ke kiri maupun ke kanan. Pada Grafik p-plot yang terdapat pada lampiran menunjukan titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. Kondisi demikian menunjukan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal. 4.1.2.2 Uji Multikoleniaritas Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya Multikoleniaritas adalah dengan menggunakn nilai VIF ( Variance Inflation Factor ). Menurut Ghozali (2007), nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya Multikoleniaritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10. berikut adalah hasil Multikoleniaritas : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Multikoleniaritas dengan dasar nilai VIF untuk setiap variabel independen. Gejala Multikoleniaritas terjadi apabila VIF lebih besar dari 10, dan dari data diatas dapat terlihat bahwa nilai VIF untuk semua variabel, lebih kecil dari 10. 4.1.2.3 Uji Autokorelasi Untuk menguji ada atau tidaknya autokoralasi, peneliti menggunakan uji durbin watson. Hasil pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut: Hasil uji autokorelasi diatas menunjukan nilai statistik durbin-watson (DW) sebesar 1.825. nilai kemudian dibandingkan dengan nilai tabel durbin-watson yang menggunakn signifikansi 5% dengan jumlah sampel 76 dan jumlah variabel independen sebanyak 3 variabel (n=76, k=3). Pada tabel durbin-watson didapat nilai batas atas (du) 1.7104 dan nilai batas bawah (dl) 1, 5467. oleh karena nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du) atau 1,7104<1,825<2,2896 maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi. 4.1.2.4 Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas adalah ketidaksamaan variance dari residual pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan ketentuan bahwa titiktitik yang tersebar pada scatterplot regresi tersebar acar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dari grafik scatterplot terlihat pada grafik yang tertera didalam lampiran, bahwa titiktitik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heterodastisitas pada model regresi. Dengan demikian model ini layak dipakai untuk memprediksi pengungkapan sosial pada paerusahaan manufaktur yang terdaftar du Bursa Efek Indonesia berdasarkan masukan variabel ROA, ROE, PBV. 4.2. Pengujian Regresi pengujian terhadap model dilakukan dengan menggunakan uji bersama-sama dan menggunakan uji parsial, dimana hasil signifikansi harus dibawah tingkat signifikansi alpha telah ditetapkan yaitu sebesar 5%. Hasil pengujian model regresi dapat dilihat pada tabel ANOVA. Dari uji ANOVA ( analysis of varians ) atau uji F, menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 1,623 sedangkan F tabel sebesar 2,73 dengan df pembilang = 3, df penyebut = 72 dan taraf signifikansi α = 0,05, sehingga F hitung < F tabel, dengan tingkat signifikansi 0,192 > 0,05. Artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen Return on asset (ROA), Return on equity (ROE), Price to book value (PBV) secara bersama-sama terhadap variabel dependen Harga Saham. 4.3 Pengujian Hipotesis pengujian ini dilakukan dengan melakukan uji signifikansi. Uji signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan menggunakan uji bersamasama maupun parsial. Variabel independen dikatakan mempunyai pengaruh terhadap dependen apabila Pvalue dari masing-masing variabel independen dibawah 0,05. Hasil pengujian hipotesis ini mengunakan metode regresi linier berganda yang disajikan pada tabel. Berdasarkan tabel pada kolom Unstandardized Coefficients diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = 0,369 + 0,006ROE – 0,006ROA – 0,020PBV • Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah 0,369, ini dapat diartikan bahwa Y (harga saham) akan bernilai 0,369 jika ROE, ROA, dan PBV masing-masing bernilai 0. nilai itu berarti harga saham akan ada meskipun tidak dipengaruhi oleh ROE, ROA, dan PBV. • Koefisien regresi untuk ROE sebesar 0,006 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen pada variabel ROE, maka akan meningkatkan indeks harga saham sebsar 0,006. • Koefisien regresi untuk ROA sebesar -0,006 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen pada variabel ROA, maka akan mengurangi indeks harga saham sebesar -0,006. • Koefisien regresi untuk PBV sebesar -0,020 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen pada variabel PBV, maka akan meningkatkan indeks harga saham sebesar -0,020. 4.4 Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi ini berguna untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1. jika nnilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati 1 berarti variabelvariabel independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Namun karena penggunaan koefisien determinasi memiliki kelemahan mendasar yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan kedalam model, maka banyak peneliti menganjurkan untuk menunjukkan nilai adjusted R2 dapat naik dan turun apabila satu model independen ditambakan kedalam model. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat nilai adjusted R2 yang diperoleh dari pengujian regresi yang dilakukan sebesar 0,024. Hal ini menunjukkan bahwa 2,4% keragaman variasi Harga Saham mampu dije;askkan oleh variabel Return on assets (ROA), Return on equity (ROE), Price to book value (PBV) sisanya 97,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini. 4.5. Hasil Analisis 4.5.1 H1 = ROE berpengaruh terhadap harga saham Variabel ROE mempunyai nilai signifikan sebesar 0,033 (p<0,05) yang menyatakan bahwa variabel ROE berpengaruh terhadap harga saham. Pada Uji t=tabel = 1,9917, sedangkan t-hitung menunjukkan angka 2,171 yang berarti mendukung H1. Hasil ini menyatakan bahwa perusahaan melakukan perhitungan rasio profitabilitas dan nilai investasi pasar dipengaruhi oleh harga saham, semakin besar saham yang dimiliki oleh ROE maka semakin tinggi harga saham suatu perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan analisis Taslim (2006) dan Bancin (2007). 4.5.2 H2 = ROA berpengaruh terhadap harga saham Variabel ROA (Return On Assets) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,209 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa variabel ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Pada uji t-tabel = 1.9917, sedangkan t-hitung menunjukkan angka -1.268 yang berarti mendukung H2. Hal ini menjelaskan bahwa tidak semua perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi saja dapat menjelaskan perubahan harga saham, namun perusahaan dengan profitabilitas rendah juga dapat melakukan aktivitas perubahan harga saham. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro dan Andreani (2008) yang menemukan fakta bahwa Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham. 4.5.3 H3 = PBV berpengaruh terhadap harga saham Variabel PBV mempunyai nilai signifikan sebesar 0.137 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa variabel PBV tidak berpengaruh terhadap harga saham. Pada uji t-tabel = 1.9917, sedangkan t-hitung menunjukkan angka -1.503 yang berarti tidak mendukung H3. Dan hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Manulang (2004) dan Giatra R (2009) yang menemukan fakta bahwa Price To Book Value (PBV) tidak berpengaruh terhadap harga saham. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan beberapa hal mengenai pengaruh perubahan harga saham yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, yaitu : 1.Berdasarkan pengujian secara Parsial hanya Return On Equity (ROE) yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Simpulan ini mengindifikasikan bahwa pergerakan harga saham pada ROE cukup berperan penting. 2. Berdasarkan pengujian selanjutnya yang dilakukan pada Return On Assets (ROA) dan Price To Book Value (PBV), terbukti bahwa tidak adanya pengaruh terhadap perubahan harga saham, hal ini mengindikasikan bahwa investor pada penelitian ini kurang begitu memperhatikan kondisi keuangan perusahaan dalam mengambil keputusan investasinya namun hal ini tidak dapat digeneralisir dikarenakan keterbatasan sampel penelitian yang hanya terfokus pada populasi perusahaan manufaktur di BEI. 5.2. Keterbatasan Penelitian penelitian ini mempunyai keterbatasn-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. 1.Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan tahunan yang berupa data sekunder. 2.Jumlah sampel perusahaan yang hanya terbatas pada 76 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI dengan periode penelitian selama 4 tahun berturutturut yakni tahun 2007-2010, sehingga hasil penelitian ini mungkin tidak berlaku untuk perusahaan-perusahaan dari sektor lain atau dengan sektor yang sama tetapi tidak terdaftar di BEI. 5.3.Saran 1. Para investor hendaknya mempertimbangkan faktor profitabilitas dari perusahaan yang sedang atau akan diinvestasi jika menginginkan capital gain yang tinggi. Laba yang tinggi saja belum menjamin perusahaan meningkatkan harga sahamnya. Selain itu, investor perlu mengamati faktor-faktor lain yang berpengaruh pada harga saham seperti kondisi bisnis secara umum kesempatan berinvestasi, situasi politik dan keamanan global, kebijakan pemerintah dan sebagainya. 2. Bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini sebaiknya dapat memperbanyak lagi sampel penelitian pada periode pengamatan serta faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham yang belum diamati pada penelitian ini DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Cetakan Kelima. PT.Rineka Cipta. Jakarta. Baridwan, Zaki. 1999. Intermediate Accounting. BPFE. Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisa Krisis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hin, Thian L. 2001. Panduan Berinvestasi Saham. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. http: //www. Idx. Com Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuaangan. Salemba Empat. Jakarta. Mulyoto, Sri. 2003. Statistika Untuk Ekonomi (2nd ed). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Praptomo, Rakhmad Isya. 2010. Analisis Pengaruh Informasi Perubahan Laba dan Harga Pasar Investasi terhadap Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Publik pada BEI. Skripsi. Universitas Lampung. Saptadi, Anung. 2007. Pengaruh Return On Investment (ROI), Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Sharpe, W. F., Alexander, G.J.,& Bailey, J.V, 1995. Investments. Prentice Hall. New Jersey. Tendelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. BFPE. Yogyakarta. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung. Subiyantoro, dan Adreani. 2008. Pengaruh Eva dan Rasio-rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Empirika, Vol.19 No.1. Yogyakarta. Manulang, Butet. 2004. Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Harga Saham Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Unila. Bandar Lampung. Taslim, Boby Kurniawan, 2006. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Perubahan Harga Saham Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Jurusan Akuntansi. Universitas Lampung. Bancin, Lapranto.P. 2007. Pengaruh Profitabilitas terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Jurusan Manajemen. Universitas Sumatera Utara.