analisis pengaruh rasio profitabilitas dan nilai pasar investasi

advertisement
ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN NILAI
PASAR INVESTASI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM
PERUSAHAAN MANUFAKTUR PADA BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)
(Skripsi)
Nama
: A. Vicky Nugraha
NPM
: 0541031134
Jurusan
: Akuntansi
Pembimbing I
: Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II
: Retno Yuni, S., S.E, M.Sc., Akt.
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saham adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilihan
suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan
mendapatkan hak untuk menerima sebagian pendapatan tetap (dividen) dari perusahaan serta
kewajiban menanggung risiko kerugian yang diderita perusahaan (Anogara & Pakarti, 2001).
Menurut Harahap (2004), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio.
Menurut L. Hin (2001:63) Rasio Profitabilitas terdiri dari Return On Assets (ROA), Return
On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Operating Profit Margin (OPM).
Menurut Harahap (2001), laba (gains) adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang
bersifat insidentil dan dari transaksi atau kejadian lainnya yang mempengaruhi suatu
lembaga selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi
pemilik.
Laba (income juga disebut earnings atau profit) merupakan ringkasan hasil aktivitas
operasi perusahaan usaha yang dinyatakan dengan istilah keuangan. Laba merupakan
informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang.
APB Statement mengartikan laba sebagai kelebihan atau defisit penghasilan di atas
biaya selama satu periode akuntansi.
Laba itu berpengaruh penting terhadap harga saham karena laba memberikan
pengaruh terhadap laporan kas yang diperlukan untuk membayar dividen. Namun
demikian, dividen juga penting berpengaruh karena dividen adalah jumlah yang
sesungguhnya yang diperoleh dari laporan keuangan dan dapat diterima di
perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laba (Anoraga, 2006), antara lain:
1. Biaya
Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk akan
mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
2. Harga Jual
Harga jual produk yang akan mempengaruhi besarnya volume penjualan
produk yang bersangkutan.
3. Volume Penjualan dan Produksi
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk
tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar atau
kecilnya biaya produksi.
Nilai pasar yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi jika saham tersebut
diperdagangkan di bursa. Nilai ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
tersebut di bursa.
Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aset yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masamasa yang akan datang.
Menurut Mulyoto (2003), investasi adalah setiap wahana dimana dana ditempatkan
dengan harapan dapat memelihara atau menaikkan nilai dan atau memberikan hasil
(returns) yang positif. Nilai pasar investasi adalah gambaran nilai tukar atau sejumlah
uang yang mungkin disetujui, jika properti di tawarkan di pasar terbuka pada tanggal
penilaian dan dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan definisi nilai pasar.
Dasar pengambilan variabel-variabel ini adalah adanya perbedaan hasil-hasil
penelitian sebelumnya mengenai variabel-variabel tersebut. Rasio laba atau
profitabilitas terhadap harga mempengaruhi harga saham karena nilai akuntansi laba
per lembar saham perusahaan ditentukan dengan menggunakan laporan laba terakhir
dan membagi laba perusahaan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar dan
berpengaruh terhadap harga saham. Praptomo (2010), menghasilkan simpulan bahwa
rasio profitabilitas tidak ada pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan
menurut Saptadi (2007), perubahan harga saham pada perusahaan dan periode yang
diteliti dipengaruhi terhadap rasio profitabilitas dan rasio pasar.
Secara empiris maka oleh penulis tertarik untuk mengangkat sebuah skripsi dengan
judul “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Nilai Pasar Investasi Terhadap
Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.”
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka permasalahannya yang
akan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah rasio profitabilitas dan nilai pasar
investasi berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur pada
Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.3. Batasan Masalah
Dengan mengukur tingkat kebutuhan dalam melakukan penelitian ini maka penulis
melakukan batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dan data perusahaan
Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010.
2. Komponen rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) dan Price to Book
Value (PBV) pada tahun 2007-2010.
3. Selama periode penelitian, perusahaan mendapatkan laba.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa rasio profitabilitas dan nilai pasar
investasi berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur pada
Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian antara lain :
1. Sebagai bentuk pengembangan dan pengujian atas penelitian sebelumnya.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi dan
mengetahui hasil dari rasio profitabilitas dan investasinya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Laba
Laba merupakan salah satu informasi aktual untuk melihat kemampuan perusahaan
secara umum, laba digambarkan sebagai selisih antara pendapatan dan beban yang
dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut.
Definisi laba (penghasilan) menurut SAK dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2002:17) :
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal.
Laba (income juga disebut earnings atau profit) merupakan ringkasan hasil aktivitas
operasi perusahaan usaha yang dinyatakan dengan istilah keuangan. Laba merupakan
informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang (John & Halsey, 2004).
Menurut Harahap (2006), Laba (gains) adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi
yang bersifat insidentil dan dari transaksi atau kejadian lainnya yang mempengaruhi
suatu lembaga selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau
investasi pemilik.
Definisi laba menurut The FASB (35) adalah kenaikan modal pemilik (aktiva neto)
dari transaksi insidentil atau transaksi sampingan sebuah perusahaan dan dana dari
seluruh transaksi lain, kejadian lain, dan keadaan lain yang mempengaruhi
perusahaan selama suatu periode.
Berdasarkan pengertian laba yang telah diungkapkan dapat disimpulkan bahwa laba
adalah selisih dari pendapatan terhadap beban atau pendapatan yang diterima setelah
break even point (BEP) yang disebabkan oleh transaksi atau kejadian lainnya selama
1 (satu) periode.
2.1.1.Klasifikasi Laba
Dalam penyajian laporan laba/rugi , laba diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
antara lain:
1. Laba kotor atas penjualan, merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga
pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor hasil penjualan bersih
sebelum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu.
2. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumlah
biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.
3. Laba bersih sebelum potongan pajak, merupakan pendapatan perusahaan
secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan, yaitu apabila laba
operasi dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan dan biaya.
4. Laba kotor sesudah potongan pajak yaitu laba bersih setelah ditambah atau
dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi pajak
perseroan.
2.1.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba
Faktor-faktor yang mempengaruhi laba antara lain:
1. Biaya
Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk akan
mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
2. Harga Jual
Harga jual produk yang akan mempengaruhi besarnya volume penjualan
produk yang bersangkutan.
3. Volume Penjualan dan Produksi
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk
tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar atau
kecilnya biaya produksi.
2.2.Analisis Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas adalah lebih penting daripada
masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa
perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahu
dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang
menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung profitabilitasnya.
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang merupakan hasil akhir
bersih dari serangkaian kebijakan yang diambil perusahaan dalam suatu periode
tertentu yang mencerminkan efektifitas manajemen.
2.2.1.Pengukuran Profitabilitas
Adanya perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai membuat analisa keuangan
menjadi beragam, tetapi para investor dan calon investor potensial akan melihat dari
segi profitabilitas karena kestabilan harga saham dipengaruhi oleh tingkat keuntungan
Skousen (1995:1072):
Profitability analysis provide evidence concerning the earnings potential of a
company and how effectively a firm is being managed.
Dengan kata lain analisis profitabilitas ini memberikan bukti mengenai penghasilan
potensial suatu perusahaan dan seberapa efektif perusahaan telah dikelola.
Dalam kesempatan ini akan diuraikan dua komponen rasio profitabilitas yang
menjadi bagian dalam model analisis penelitian ini.
Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan dalam operasi
perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Return on Equity (ROE), merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia
bagi para pemilik modal (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen) atas modal yang mereka tanamkan ke dalam perusahaan. Rasio ini
menggambarkan perputaran aset diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio
ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aset dapat lebih cepat berputar dan meraih
laba.
Kenaikan ROE umumnya akan diikuti dengan naiknya harga saham di lantai bursa.
Dan rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila di ukur dari
modal pemilik, semakin besar semakin bagus (Harahap, 2006).
2.3.Pengertian Saham
Saham adalah tanda bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan atau bukti
penyertaan modal pada suatu perusahaan. Wujud saham yang berupa selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan.
2.3.1.Jenis-Jenis Saham
Dalam praktek, terdapat banyak jenis saham yang dapat dibedakan menurut cara
peralihan dan manfaat yang dipeoleh para pemegang saham.
Klasifikasi saham dapat dibedakan atas beberapa hal:
1. Cara Peralihan Hak
a. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak
tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari suatu
investor ke investor lainnya.
b. Saham Atas Nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis
dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus
melalui prosedur tertentu.
2. Hak Tagihan atau Klaim
a. Saham Biasa (common stocks), yaitu merupakan saham yang
menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan
hak atas harta kekayaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Saham Preferen (prefered stocks), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa
tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
Sedangkan jika dilihat dari kinerja perdagangan, saham dapat dikategorikan atas:
1. Blue Chiep Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang
stabil dan konsisten dalam membayar deviden.
2. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya.
3. Growth Stocks, (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki
pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi.
4. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang,
meskipun belum pasti.
5. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak bisa terpengaruh oleh
kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
2.3.2.Return dan Resiko Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return
realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi di masa akan datang.
Return realisasi (realized return), merupakan return yang telah terjadi. Return
realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Sedangkan return ekspektasi
(expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa
mendatang, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Ada beberapa macam pengukuran return realisasi yang banyak digunakan yaitu:
1. Retun Total (total returns)
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu
periode tertentu.
2. Return Relatif (relative returns)
Return relatif digunakan dengan menambahkan niali 1 terhadap nilai return
total.
3. Return Kumulatif (cumulative returns)
Return kumulatif digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran total yang
dimiliki.
4. Return Disesuaikan (adopteds returns)
Return ini juga disebut return rill atau return yang disesuaikan dengan inflasi.
Sedangkan return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan mengalihkan
masing-masing hasil masa depan (outcome) dengan profitabilitas kejadiannya dan
menjumlah semua produk perkalian tersebut.
2.3.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Pergerakan harga saham di bursa efek dipengaruhi oleh banyak faktor, pada
umumnya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor fundamental dan faktor
teknis.
1. Faktor Fundamental
Berikut ini merupakan beberapa faktor fundamental yang penting, yaitu:
a. Kinerja Emiten
Investor membeli saham dengan harapan akan memperoleh deviden dan
harga sahamnya akan naik sehingga diperoleh capital gain. Dlam kondisi
normal yang membuat harga saham naik adalah kemampuan emiten
memperoleh laba yang sebagian diantaranya akan dibagikan sebagai
deviden.
b. Perubahan Suku Bunga
Apabila terjadi kenaikan suku bunga, hal tersebut akan mendorong
investor untuk menjual saham yang dimilikinya dan menempatkan
dananya di bank. Alasannya sederhana, dana di bank lebih aman
dibandingkan di bursa efek. Di samping itu kenaikan suku bunga juga
akan mendorong jatuhnya harga saham, hal ini bisa terjadi jika kenaikan
suku bunga membuat beban bunga hutang emiten lebih besar, sehingga
laba bersih akan menurun.
c. Pergerakan Mata Uang
Apabila nilai mata uang suatu negara dengan negara berubah, perubahan
tersebut akan ikut menentukan pergerakan harga saham. Pergerakan nilai
mata uang ini antara lain ditentukan oleh suku bunga di suatu negara.
2. Faktor Teknis
Beberapa faktor-faktor teknis yang dianggap berpengaruh terhadap
pergerakan harga saham yaitu:
a. Penawaran dan Permintaan
Pergerakan harga saham di bursa efek seringkali hanya dipahami dengan
hukum permintaan dan penawaran. Ketika terjadi lebih banyak pembeli
daripada penjual, harga saham akan cenderung naik demikian pula
sebaliknya. Begitu juga pada saat yang hampir bersamaan terdapat
beberapa IPC harga saham akan cenderung melemah.
b. Intervensi Pemerintah
Seringkali investasi pemerintah dilakukan dengan diam-diam, misalnya
menugaskan lembaga tertentu untuk membeli saham. Tetapi tidak jarang
intervensi pemerintah dilakukan secara terbuka, sebagai contoh
pemerintah malaysia melakukan intervensi untuk menjaga agar indeks
harga saham tidak terus melemah ketika krisis moneter memuncak pada
akhir tahun 1997, pemerintah Malaysia melarang transaksi short selling
dan margin trading.
c. Politik
Kehidupan politik suatu negara akan mempengaruhi aktivitas ekonomi,
termasuk aktivitas perdagangan di bursa efek.
2.4.Hipotesis Pasar Efisien
Untuk memudahkan penelitian tentang efisiensi pasar, mengklasifikasikan bentuk
pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypotesis (EMH) yaitu:
1. Efisien dalam bentuk lemah (weak form). Pasar efisien dalam bentuk
lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin
dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu, informasi historis
tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu) tidak bisa
lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan
datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini.
2. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong), merupakan bentuk
efisien pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga
saham disamping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume
perdagangan masa lalu), juga dipengaruhi oleh semua informasi yang
dipublikasikan (seperti earning,deviden, pengumuman stock split,
penerbitan saham baru dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan).
3. Efisien dalam bentuk kuat (strong form). Pasar efisien dalam bentuk kuat,
semua informasi baik yang terpublikasi atau tidak dipublikasikan, sudah
tercermin dalam harga sekuritas saat ini.
2.4.1.Pengujian Terhadap Hipotesis Pasar Efisien
1. Pasar Efisien dalam bentuk lemah
Diuji dengan melakukan pengujian prediktabilitas retrurn. Pengujian prediktabilitas
return dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan:
a. Mempelajari pola return seasonal
b. Menggunakan data return di masa lalu, baik untuk prediktabilitas jangka
pendek maupun jangka panjang.
c. Mempelajari hubungan return dengan karakteristik perusahaan.
2.Pasar Efisien dalam bentuk setengah kuat
Pengujian hipotesis pasar dalam bentuk setengah kuat bisa dilakukan dengan
pengujian event studies, untuk mengamati pengaruh pengumuman suatu informasi
terhadap perubahan harga sekuritas. Penelitian event studies umumnya berkaitan
dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada
harga saham. Standar metode yang biasanya digunakan dalam event studies adalah:
a. Mengumpulkan sampel
b. Menentukan hari pengumuman atau event
c. Menentukan periode pengamatan
d. Menghitung return masing-masing sampel setiap hari selama periode
pengamatan
e. Menghitung return abnormal
f. Menghitung rata-rata return abnormal semua sampel setiap hari
g. Terkadang return abnormal harian tersebut digabungkan untuk menghitung
return abnormal kumulatif selama periode tertentu
h. Mempelajari dan mendiskusikan hasil yang diperoleh.
3.Pasar Efisien dalam bentuk kuat
Pengujian pasar efisien dalam bentuk kuat dapat dilakukan dengan pengujian private
information. Pengujian ini meliputi pengujian apakah pihak insider trading
perusahaan dan kelompok usaha tertentu yang dianggap mempunyai akses informasi
lebih baik, dapat memperoleh return abnormal dibandingkan dengan return pasar
umumnya.
2.5.Gambaran Umum Pasar Modal
Pasar modal merupakan sarana penghimpunan dana bagi perusahaan-perusahaan dan
sekaligus wadah investasi bagi para pemodal yang cukup menarik. Pasar modal dapat
dikatakan sebagai pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana
jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dengan investasi lebih dari satu
tahun, sekaligus juga sebagai pasar kongkrit yang berbentuk lembar surat-surat
berharga di bursa efek.
2.5.1.Pengertian Pasar Modal
Menurut Kepres No.60 tahun 1998, pasar modal didefinisi sebagai berikut:
Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan
penawar dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek.
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan tempat
dimana diperdagangkan dana-dana jangka panjang yang melibatkan pihak-pihak
tertentu baik emiten, lembaga-lembaga penunjang maupun profesi penunjang serta
didukung oleh seperangkat hukum yang mengaturnya.
2.5.2.Lembaga-Lembaga Pendukung Pasar Modal
1. Bursa Efek. Perusahaan sekuritas bergabung bersama membentuk bursa efek.
Organisasi tersebut mengatur dirinnya sendiri dengan mengeluarkan berbagai
peraturan serta memastikan bahwa anggotanya berperilaku sedemikian rupa sehingga
memberikan persepsi positif tentang pasar modal kepada masyarakat.
2. Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP). Peran LKP adalah melaksanakan kliring
dan menjamin penyelesaian transaksi. LKP menjamin penyelesaian transaksi di bursa
efek dengan bertindak sebagai counter party dari anggota bursa yang melakukan
transaksi. Jaminan tersebut dapat berupa dana sekuritas dan jaminan bank kustodian
untuk menyelesaikan transaksi tertentu.
3. Lembaga Penyimpanan Dana Penyelesaian (LPP), merupakan lembaga yang
memberikan jasa penitipan kolektif yang aman dan efisien kepada bank kustodian,
LKP, perusahaan sekuritas, serta pemodal institusional. Jasa yang diberikan harus
memenuhi standar internasional dan memberikan keamanan yang maksimal bagi
pengguna jasa LPP.
4. Perusahaan Efek, meliputi:
a. Penjamin Emisi, berperan sebagai lembaga perantara emisi yang menjamin
penjualan sekuritas yang diterbitkan emiten. Penjamin emisi merupakan mediator
yang mempertemukan emiten dan pemodal. Mereka bertugas untuk meneliti dan
mengadakan penilaian menyeluruh atas kemampuan dan prospek emiten.
b. Perantara Perdagangan Efek, merupakan pihak yang mempertemukan penjual dan
pembeli sekuritas, menyediakan informasi bagi kepentingan pemodal, memberi saran
serta membantu mengelola dana bagi kepentingan pemodal.
c. Manager Investasi, merupakan pihak yang mengelola dana yang dititipkan investor
reksadana untuk diinvestasikan di pasar modal.
5. Lembaga Penunjang, meliputi:
a. Biro Administrasi Efek, yaitu suatu badan hukum yang berbentuk PT yang
melakukan usaha dalam pengelolaan administrasi sekuritas seperti registrasi dan
pencatatan sekuritas, pemindahan hak kliring dan tugas-tugas administrasi lainnya
bagi emiten.
b. Bank Kustodian, adalah bank dengan pengawasan Bank Indonesia bertindak
sebagai kustodian di pasar modal.
c. Wali Amanat, yaitu pihak yang berperan penting dalam penerbitan obligasi. Wali
amanat adalah lembaga yang ditunjuk oleh emiten untuk mewakili kepentingan para
pemegang obligasi.
d. Penasehat Investasi
e. Pemeringkat Efek. Lembaga ini berperan untuk melakukan pemeringkatan
sekuritas terutama untuk obligasi dan sekuritas lainnya yang bersifat utama.
6. Profesi Penunjang, meliputi:
a. Akuntan, merupakan salah satu profesi penunjang yang bertujuan untuk
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang akan go
public.
b. Konsultan Hukum, mempunyai peran dalam memberikan perlindungan kepada
pemodal dari segi hukum.
c. Penilai, merupakan salah satu profesi penunjang pasar modal yang melaksanakan
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, sehingga standar kerja profesi penilai
sangat penting guna memastikan kualitas jasa yang dihasilkan.
d. Notaris, adalah pihak yang berperan dalam pembuatan perjanjian dalam rangka
emisi sekuritas seperti perjanjian penjakin sekuritas. Perwalian amanat dan lain-lain
perjanjian yang harus dibuat secara nota rill agar berkekuatan hukum.
7. Pemodal, terdiri dari pemodal domestik dan asing merupakan pihak yang
mempunyai dana yang siap diinvestasikan pada pasar modal.
8. Emiten, terdiri dari perusahaan publik dan reksadana. Emiten merupakan pihak
yang mencari dana dengan menjual sekuritas kepada masyarakat luas melalui pasar
modal. Emiten berperan dalam pengembangan pasar modal melalui keterbukaan
informasi, peningkatan likuiditas sekuritas, pemantauan harga sekuritas dan menjaga
hubungan baik dengan pemodal.
2.5.3.Peranan Pasar Modal
Pasar modal memiliki peran sentral bagi perekonomian, bahkan maju tidaknya
ekonomi suatu negara dapat diukur dari maju tidaknya pasar modal di negara
tersebut. Pasar modal telah tumbuh menjadi leading indicator bagi ekonomi suatu
negara.
Beberapa manfaat keberadaan pasar modal menurut M. Fakhruddin dan M. Sopian
Hadianto antara lain:
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi.
3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme, menciptakan
iklim berusaha yang sehat.
6. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik.
7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai
prospek.
Sedangkan manfaat yang akan diperoleh yang go public adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh dana murah yang relatif besar dan diterima sekaligus
(tidak ada termin-termin).
2. Tidak ada kewajiban membayar bunga tetap (saham).
3. Emiten akan lebih dikenal masyarakat.
4. Perusahaan dituntut selalu terbuka sehingga memacu manajemen secara
profesional.
2.5.4. Persyaratan Emisi Saham
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu perusahaan bisa
menerbitkan saham (go public), yaitu:
1. Mengajukan surat permohonan ke BAPEPAM.
2. Laporan keuangan perusahaan telah diaudit oleh akuntan publik dengan
pendapat wajar tanpa syarat.
3. Jumlah saham yang listed minimal 1 juta lembar saham.
4. Jumlah pemegang saham minimal 200 orang atau lembaga.
5. Perusahaan telah beroperasi lebih dari 3 tahun.
6. Menghasilkan laba selama 2 tahun terakhir.
7. Total kekayaan minimal Rp 20 milyar.
Modal sendiri minimal Rp 7,5 milyar.
Modal disetor minimal Rp 2 milyar
8. Kapitalisasi saham yang listed minimal Rp 4 milyar.
9. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputasi yang baik.
2.6 Pengembangan Hipotesis
a. Return On Assets (ROA)
ROA merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan atas kseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang
digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba
dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Return on Asset merupakan rasio yang
terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada (Anogara & Pakarti, 2001). ROA
yang semakin tinggi maka semakin baik juga pengaruh laba perusahaan, karena
meningkatnya kemampuan dalam menghasilkan keuntungan yang digunakan untuk
menutup investasi yang telah dikeluarkan perusahaan.
Ha1
: Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap Harga Saham.
b. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE), merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif. Rasio ini merupakan
ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan akan
berdampak pada para pemegang saham perusahaan tersebut. ROE yang semakin
tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang
besar bagi pemegang saham, hal ini tentu dapat meningkatkan tingkat pengembalian
saham pada investor.
Mengacu pada hal tersebut maka hipotesis kedua dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha2
: Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Harga Saham.
c. Price to Book Value (PBV)
Rasio ini adalah perhitungan atau perbandingan antara market value (harga saham)
dengan book value (nilai buku) suatu saham (Harahap, 2006). Cara menghitung PBV
adalah nilai pasar dibagi dengan nilai buku. Rasio ini berfungsi untuk melengkapi
analisis nilai buku. Jika pada analisis nilai buku, investor hanya mengetahui kapasitas
perlembar saham dari nilai saham, pada rasio PBV, investor dapat membandingkan
langsung nilai buku dari suatu saham dengan nilai pasarnya, dengan rasio PBV
investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali nilai pasar suatu saham di
hargai dari nilai bukunnya. Memang tidak ada ukuran pasti mahal tidaknya suatu
harga saham jika diukur dengan rasio PBV nya. Karena hal ini sangat bergantung
pada ekspektasi dan kinerja perusahaan saham tersebut. Tapi, paling tidak rasio ini
dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham. Maksudnya
adalah jika suatu saham yang berkinerja baik pada PBVnya masih rendah
dibandingkan dengan rata-rata PBV saham sektornya. Harga saham tersebut masih
memiliki potensi untuk naik, demikian pula sebaliknya.
Mengacu pada hal tersebut maka hipotesis ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha3
: Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif terhadap Harga Saham.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang tergabung dalam perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel penelitian ini dipilih dari
populasi berdasarkan penelitian metode purposive judgement sampling. Metode ini
merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak (non probabilitas) yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan
Supomo, 1999:131).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan perusahaanperusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun
berturut-turut yaitu tahun 2007 - 2010, dan telah di listing sebelum tahun 2007,
dengan pertimbangan data harga saham dari perusahaan emiten terpenuhi. Data-data
keuangan tersebut mencakup harga saham, net after tax, total assets, total equity,
dan nilai buku sebagai dasar perhitungan rasio.
3.2 . Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang go-public di bursa efek indonesia.
Sedangkan sampel adalah bagian atau wakil populasi yang memiliki karakteristik
sama dengan populasinya, dalam hal ini adalah perusahaan manufaktur. Sampel
dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling yaitu sampel
yang memenuhi kriteria tertentu untuk mendapatkan sampel yang representatif.
Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Smpel yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar si
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010.
2. Perusahaan yang memiliki sampel profitabilitas nilai positif.
3. Menggunakan kurs rupiah dalam menyampaikan laporan
keuangannya.
4. memiliki data-data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel
dalam penelitian ini.
3.3 VARIABEL PENELITIAN DAN PENGUKURAN VARIABEL
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata
yang diperoleh dengan membagi harga saham tertinggi dan harga saham terendah
yang terjadi pada pasar regular (reguler market trading), Tendelilin (2001).
Perubahan harga saham tersebut dihitung sebagai berikut:
Y = Ht – Ht-1 x100%
Ht-1
Keterangan:
Y
: Persentase perubahan harga saham
Ht
: Harga saham rata-rata periode t
Ht-1
: Harga saham rata=rata periode sebelumnya
3.3.2 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan rasio pasar yang dalam penelitian ini
diperlihatkan melalui Return On Assets (ROA) dan Price to Book Value (PBV). Dan
dinyatakan dengan simbol X.
1. Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan harta yang dimilikinya
(Harahap, 2006)
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Asset
2. Return On Equity (ROE), merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh
manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net woerth) secara efektif.
Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang
saham.
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Ekuitas
3. Price to Book Value Ratio (PBV) adalah rasio yang menunjukkan harga
saham di pasar dengan nilai buku saham yang digambarkan dalam neraca
(Harahap, 2006).
Price to Book Value Ratio (PBV) = Harga Pasar Saham
Nilai Buku
3.4. Alat Analisis
Pengujian hipotesis ini menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Persamaan
analisis regresi berganda secara umum untuk 3 variabel yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y
: perubahan harga saham
a
: konstanta
b1,b2,b3
: koefesien regresi untuk X1, X2, X3
X1
: persentase perubahan Return On Assets (ROA)
X2
: persentase perubahan Return On Equity (ROE)
X3
: Persentase perubahan Price to Book Value (PBV)
3.5 Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan suatu model regresi yang baik, diperlukan pengujian asumsi
klasik. Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. Pengujian asumsi klasik ini dilakukan
dengan menggunakan software statistik SPSS (Statistical Package for Social
Science).
3.5.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan
variabel independen dalam model regresi memiliki distribusi normal. Untuk
menciptakan suatu model regresi yang baik, maka distribusi datanya normal atau
mendekati normal. Dalam penelitian ini, analisis grafik dapat digunakan untuk
mendeteksi normalitas yang membandingkan distribusi kumulatif dari data
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan
dengan garis diagonal.
3.5.2. Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara residual faktor pada
periode t dan pada periode t-1 dalam model regresi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan pada suatu periode saling berkaitan satu sama lain karena
residual faktor tidak bebas dari satu pengamatan ke pengamatan selanjutnya. Untuk
mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi, dapat dilakukan dengan uji
Durbin Watson (DW). Apabila nilai statistik DW bernilai 2, maka hal tersebut berarti
tidak terdapat autokorelasi. Apabila nilai statistik DW bernilai 0, maka hal tersebut
berarti terdapat autokorelasi positif. Apabila nilai statistik DW bernilai 4, maka hal
tersebut berarti terdapat autokorelasi negatif (Mulyoto, 2003).
Dengan demikian, tidak adanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai statistik DW yang
mendekati angka 2. Dalam penelitian ini, batasan mendekati angka 2 yang ditetapkan
adalah 2 nilai batas bawah (dL) dan batas atas (dU) pada tabel DW dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Bila DW < dL, maka terdapat autokorelasi positif,
b. Bila dL < DW < dU, maka tidak dapat disimpulkan apakah terdapat
autokorelasi atau tidak,
c. Bila dU < DW < (4 – dU), maka tidak terdapat autokorelasi,
d. Bila (4 – dU) < DW < (4 – dL), maka tidak dapat disimpulkan apakah terdapat
autokorelasi atau tidak, dan
e. Bila DW > (4 – dL), maka terdapat autokorelasi negatif.
3.5.3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan mengetahui apakah dalam model regresi terdapat
ketidaksamaan variansi dari residual faktor satu pengamatan ke pengamatan lain.
Untuk menciptakan suatu model regresi yang baik, maka dalam model regresi
tersebut tidak boleh terdapat heteroskedastisitas atau harus bersifat homoskedastisitas.
Untuk mendeteksi apakah terdapat heteroskedastisitas dalam penelitian ini, digunakan
metode grafik Scatterplot dan Spearman Rank Correlation Test. Pada grafik
scatterplot, homoskedastisitas ditandai dengan pola plot dalam grafik yang random
atau tidak membentuk suatu pola. Pada Spearman Rank Correlation Test , tingkat
signifikan yang diterapkan dalam penelitian ini. Hal ini berarti apabila nilai signifikan
(sig. (2-tailed) korelasi masing-masing variabel independen dengan nilai residual
lebih kecil dari 5%, maka dapat disimpulkan terdapat heteroskedastisitas dalam
model penelitian ini. Apabila nilai signifikan (sig. (2-tailed) korelasi masing-masing
variabel independen dengan nilai residual lebih besar dari 5% maka disimpulkan
tidak terdapat heteroskedastisitas atau bersifat homoskedastisitas.
3.5.4. Uji Multikolineritas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat multikolineritas dalam
model regresi. Multikolineritas adalah adanya korelasi yang signifikan antar variabel
independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya multikolineritas yang
kuat dalam penelitian ini digunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
tolerance value. Apabila tolerance value lebih kecil daripada 0,2 dan nilai VIF
melebihi 5, maka dapat disimpulkan terdapat multikolineritas yang kuat antar variabel
independen. Maka variabel independen yang memiliki multikolineritas akan
dikeluarkan dari model regresi dan kemudian mengidentifikasi variabel independen
lain yang tidak memiliki multikolineritas untuk membantu penelitian (Mulyoto,
2003).
3.6 Rerangka Karangan
Rasio Profitabilitas
Harga Saham
Nilai Pasar Investasi
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis deskriptif
Menurut Ghozali (2007) ststistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif
yang dapat dilihat rata-rata (mean). Standar deviasi, maksimum, minimum dari
masing-masing variable independen dan variabel dependen.
Berikut ini perincian data deskriptif berdasarkan data dari tabel:
•
Nilai minimum untuk variabel ROE dimana rasio ini menunjukan sejauh mana
perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif adalah sebesar 0.02, nilai ini
merupakan nilai minimum dari variabel ROE, sedangkan untuk nilai maksimum
pada variabel ROE adalah 143,62, nilai rata-rata ROE sebesar 18.66 nilai ini
merupakan nilai rata-rata 4 periode penelitian dengan jumlah sample (N)
sebanyak 76 dan standar deviation sebesar 22.15
•
Variabel ROA memiliki rentang nilai 0.64 hingga 50.43. Tingkat kemampuan
perusahaan menghasilkan laba minimum sebesar 0.64, sedangkan yang terbesar
adalah sebesar 50.43 , dengan nilai rata-rata ROA sebesar 9.04 dengan jumlah
sample (N) sebanyak 76 dan standar deviation sebesar 9.04
•
Variabel PBV yang menunjukan harga saham dipasar dengan nilai buku memiliki
nilai minimum 0.16 ; nilai maksimum 20.37 ; nilai rata-rata PBV sebesar 2.23
dengan jumlah sample (N) sebanyak 76 dan standar deviation sebesar 3.44.
•
Variabel HARGA SAHAM memiliki nilai minimum -1.08 ; nilai maksimum 0.89
; nilai rata-rata HARGA SAHAM sebesar 0.37 dengan jumlah sample (N)
sebanyak 76 dan standar deviation sebesar 0.24.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang mendasari model regresi berganda adalah terpenuhinya semua
asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program statistik melalui uji normalitas data, uji autokorelasi, uji
hesterokedastisitas, dan data asumsi klasik lainnya.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel penggangu
atau residual memiliki distribusi normal serta untuk menghindari bias dalam model
regresi. Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila nilai signifikan lebih besar
daripada 0.05, maka Ha diteriima, sedangkan jika nilai signifikan lebih kecil dari
0,05, maka Ho diterima.
Dari hasil pengolahan data unstandardized residual secara keseluruhan berdistribusi
normal karena nilai signifikansi dari masing-masing variabel tersebut lebih besar dari
0,05. dengan demikian data dapat diajukan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk
lebih jelasnya, berikut turut dilampirkan grafik histogram dan data terdistribusi
normal.
Dari hasil grafik histogram yang ada pada lampiran, dapat disimpulkan bahwa
distribusi data mendekati normal, karena grafik histogram menunjukan garis diagonal
yang tidak menceng (skewnes) baik ke kiri maupun ke kanan.
Pada Grafik p-plot yang terdapat pada lampiran menunjukan titik menyebar disekitar
garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. Kondisi demikian
menunjukan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal.
4.1.2.2 Uji Multikoleniaritas
Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya Multikoleniaritas adalah dengan
menggunakn nilai VIF ( Variance Inflation Factor ). Menurut Ghozali (2007), nilai
cut-off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya Multikoleniaritas adalah nilai
tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10. berikut adalah hasil Multikoleniaritas :
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Multikoleniaritas dengan dasar
nilai VIF untuk setiap variabel independen. Gejala Multikoleniaritas terjadi apabila
VIF lebih besar dari 10, dan dari data diatas dapat terlihat bahwa nilai VIF untuk
semua variabel, lebih kecil dari 10.
4.1.2.3 Uji Autokorelasi
Untuk menguji ada atau tidaknya autokoralasi, peneliti menggunakan uji durbin
watson. Hasil pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut:
Hasil uji autokorelasi diatas menunjukan nilai statistik durbin-watson (DW) sebesar
1.825. nilai kemudian dibandingkan dengan nilai tabel durbin-watson yang
menggunakn signifikansi 5% dengan jumlah sampel 76 dan jumlah variabel
independen sebanyak 3 variabel (n=76, k=3).
Pada tabel durbin-watson didapat nilai batas atas (du) 1.7104 dan nilai batas bawah
(dl) 1, 5467. oleh karena nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du) atau
1,7104<1,825<2,2896 maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada
autokorelasi.
4.1.2.4 Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah ketidaksamaan variance dari residual pengamatan ke
pengamatan yang lain. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan ketentuan bahwa titiktitik yang tersebar pada scatterplot regresi tersebar acar baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y.
Dari grafik scatterplot terlihat pada grafik yang tertera didalam lampiran, bahwa titiktitik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada
sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heterodastisitas pada model
regresi. Dengan demikian model ini layak dipakai untuk memprediksi pengungkapan
sosial pada paerusahaan manufaktur yang terdaftar du Bursa Efek Indonesia
berdasarkan masukan variabel ROA, ROE, PBV.
4.2. Pengujian Regresi
pengujian terhadap model dilakukan dengan menggunakan uji bersama-sama dan
menggunakan uji parsial, dimana hasil signifikansi harus dibawah tingkat signifikansi
alpha telah ditetapkan yaitu sebesar 5%. Hasil pengujian model regresi dapat dilihat
pada tabel ANOVA.
Dari uji ANOVA ( analysis of varians ) atau uji F, menunjukkan bahwa nilai F hitung
sebesar 1,623 sedangkan F tabel sebesar 2,73 dengan df pembilang = 3, df penyebut =
72 dan taraf signifikansi α = 0,05, sehingga F hitung < F tabel, dengan tingkat
signifikansi 0,192 > 0,05. Artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen
Return on asset (ROA), Return on equity (ROE), Price to book value (PBV) secara
bersama-sama terhadap variabel dependen Harga Saham.
4.3 Pengujian Hipotesis
pengujian ini dilakukan dengan melakukan uji signifikansi. Uji signifikansi variabel
independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan menggunakan uji bersamasama maupun parsial. Variabel independen dikatakan mempunyai pengaruh terhadap
dependen apabila Pvalue dari masing-masing variabel independen dibawah 0,05.
Hasil pengujian hipotesis ini mengunakan metode regresi linier berganda yang
disajikan pada tabel.
Berdasarkan tabel pada kolom Unstandardized Coefficients diperoleh model
persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
Y = 0,369 + 0,006ROE – 0,006ROA – 0,020PBV
•
Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah 0,369, ini dapat diartikan
bahwa Y (harga saham) akan bernilai 0,369 jika ROE, ROA, dan PBV
masing-masing bernilai 0. nilai itu berarti harga saham akan ada meskipun
tidak dipengaruhi oleh ROE, ROA, dan PBV.
•
Koefisien regresi untuk ROE sebesar 0,006 menyatakan bahwa setiap
penambahan satu persen pada variabel ROE, maka akan meningkatkan indeks
harga saham sebsar 0,006.
•
Koefisien regresi untuk ROA sebesar -0,006 menyatakan bahwa setiap
penambahan satu persen pada variabel ROA, maka akan mengurangi indeks
harga saham sebesar -0,006.
•
Koefisien regresi untuk PBV sebesar -0,020 menyatakan bahwa setiap
penambahan satu persen pada variabel PBV, maka akan meningkatkan indeks
harga saham sebesar -0,020.
4.4
Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ini berguna untuk mengukur kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1. jika nnilai
R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati 1 berarti variabelvariabel independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Namun karena penggunaan koefisien
determinasi memiliki kelemahan mendasar yaitu bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukan kedalam model, maka banyak peneliti menganjurkan
untuk menunjukkan nilai adjusted R2 dapat naik dan turun apabila satu model
independen ditambakan kedalam model.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat nilai adjusted R2 yang diperoleh dari
pengujian regresi yang dilakukan sebesar 0,024. Hal ini menunjukkan bahwa 2,4%
keragaman variasi Harga Saham mampu dije;askkan oleh variabel Return on assets
(ROA), Return on equity (ROE), Price to book value (PBV) sisanya 97,6% dijelaskan
oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
4.5. Hasil Analisis
4.5.1
H1 = ROE berpengaruh terhadap harga saham
Variabel ROE mempunyai nilai signifikan sebesar 0,033 (p<0,05) yang menyatakan
bahwa variabel ROE berpengaruh terhadap harga saham. Pada Uji t=tabel = 1,9917,
sedangkan t-hitung menunjukkan angka 2,171 yang berarti mendukung H1.
Hasil ini menyatakan bahwa perusahaan melakukan perhitungan rasio profitabilitas
dan nilai investasi pasar dipengaruhi oleh harga saham, semakin besar saham yang
dimiliki oleh ROE maka semakin tinggi harga saham suatu perusahaan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan analisis Taslim (2006) dan Bancin (2007).
4.5.2
H2 = ROA berpengaruh terhadap harga saham
Variabel ROA (Return On Assets) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,209 (p<0,05)
yang menunjukkan bahwa variabel ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Pada uji t-tabel = 1.9917, sedangkan t-hitung menunjukkan angka -1.268 yang berarti
mendukung H2.
Hal ini menjelaskan bahwa tidak semua perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi
saja dapat menjelaskan perubahan harga saham, namun perusahaan dengan
profitabilitas rendah juga dapat melakukan aktivitas perubahan harga saham. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro dan Andreani
(2008) yang menemukan fakta bahwa Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
4.5.3 H3 = PBV berpengaruh terhadap harga saham
Variabel PBV mempunyai nilai signifikan sebesar 0.137 (p>0,05) yang menunjukkan
bahwa variabel PBV tidak berpengaruh terhadap harga saham. Pada uji t-tabel =
1.9917, sedangkan t-hitung menunjukkan angka -1.503 yang berarti tidak mendukung
H3.
Dan hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Manulang
(2004) dan Giatra R (2009) yang menemukan fakta bahwa Price To Book Value
(PBV) tidak berpengaruh terhadap harga saham.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan beberapa hal
mengenai pengaruh perubahan harga saham yang terdapat di Bursa Efek Indonesia,
yaitu :
1.Berdasarkan pengujian secara Parsial hanya Return On Equity (ROE) yang
berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Simpulan ini mengindifikasikan
bahwa pergerakan harga saham pada ROE cukup berperan penting.
2. Berdasarkan pengujian selanjutnya yang dilakukan pada Return On Assets (ROA)
dan Price To Book Value (PBV), terbukti bahwa tidak adanya pengaruh terhadap
perubahan harga saham, hal ini mengindikasikan bahwa investor pada penelitian ini
kurang begitu memperhatikan kondisi keuangan perusahaan dalam mengambil
keputusan investasinya namun hal ini tidak dapat digeneralisir dikarenakan
keterbatasan sampel penelitian yang hanya terfokus pada populasi perusahaan
manufaktur di BEI.
5.2. Keterbatasan Penelitian
penelitian ini mempunyai keterbatasn-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
1.Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan tahunan yang berupa
data sekunder.
2.Jumlah sampel perusahaan yang hanya terbatas pada 76 perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di BEI dengan periode penelitian selama 4 tahun berturutturut yakni tahun 2007-2010, sehingga hasil penelitian ini mungkin tidak berlaku
untuk perusahaan-perusahaan dari sektor lain atau dengan sektor yang sama tetapi
tidak terdaftar di BEI.
5.3.Saran
1. Para investor hendaknya mempertimbangkan faktor profitabilitas dari perusahaan
yang sedang atau akan diinvestasi jika menginginkan capital gain yang tinggi. Laba
yang tinggi saja belum menjamin perusahaan meningkatkan harga sahamnya. Selain
itu, investor perlu mengamati faktor-faktor lain yang berpengaruh pada harga saham
seperti kondisi bisnis secara umum kesempatan berinvestasi, situasi politik dan
keamanan global, kebijakan pemerintah dan sebagainya.
2. Bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini sebaiknya dapat
memperbanyak lagi sampel penelitian pada periode pengamatan serta faktor-faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham yang belum diamati pada
penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Cetakan Kelima. PT.Rineka
Cipta. Jakarta.
Baridwan, Zaki. 1999. Intermediate Accounting. BPFE. Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisa Krisis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Hin, Thian L. 2001. Panduan Berinvestasi Saham. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
http: //www. Idx. Com
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuaangan. Salemba Empat. Jakarta.
Mulyoto, Sri. 2003. Statistika Untuk Ekonomi (2nd ed). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung.
Praptomo, Rakhmad Isya. 2010. Analisis Pengaruh Informasi Perubahan Laba dan Harga
Pasar Investasi terhadap Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Go Publik pada BEI. Skripsi. Universitas Lampung.
Saptadi, Anung. 2007. Pengaruh Return On Investment (ROI), Price Earning Ratio (PER)
terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Sharpe, W. F., Alexander, G.J.,& Bailey, J.V, 1995. Investments. Prentice Hall. New Jersey.
Tendelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. BFPE.
Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung.
Subiyantoro, dan Adreani. 2008. Pengaruh Eva dan Rasio-rasio Profitabilitas terhadap
Harga Saham Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Empirika, Vol.19 No.1.
Yogyakarta.
Manulang, Butet. 2004. Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Harga Saham Perusahaan
Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Unila. Bandar Lampung.
Taslim, Boby Kurniawan, 2006. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Perubahan
Harga Saham Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Jurusan Akuntansi.
Universitas Lampung.
Bancin, Lapranto.P. 2007. Pengaruh Profitabilitas terhadap Perubahan Harga Saham Pada
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Jurusan Manajemen.
Universitas Sumatera Utara.
Download