penentuan kesesuaian lokasi budidaya rumput laut

advertisement
PENENTUAN KESESUAIAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT
DI PERAIRAN TELUK GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT
MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIG
ARLINA RATNASARI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penentuan Kesesuaian
Lokasi Budidaya Rumput Laut di Perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat
Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Arlina Ratnasari
NRP C14090024
ABSTRAK
ARLINA RATNASARI. Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut di
Perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat Menggunakan Penginderaan Jauh
dan SIG. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan SYARIF BUDHIMAN.
Penentuan lokasi budidaya rumput laut tidak jarang mengalami kendala
yang membutuhkan banyak biaya, waktu, serta tenaga. Teknologi berupa
penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi solusi yang
baik dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pengembangan budidaya rumput
laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lokasi budidaya
rumput laut perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat. Penentuan kesesuaian
lokasi budidaya rumput laut menggunakan citra satelit Landsat 8 dengan
parameter suhu permukaan laut (SPL), muatan padatan tersuspensi (MPT), dan
keterlindungan. Parameter tersebut diolah menggunakan software Er Mapper 7.0
kemudian dilakukan pengolahan SIG menggunakan software Arcview GIS 3.2
sehingga dihasilkan peta tematik. Peta tematik tersebut di tumpang susun
sehingga dihasilkan peta kesesuaian lokasi budidaya rumput laut. Hasil dari
penelitian ini menghasilkan lokasi sesuai untuk budidaya rumput laut di Teluk
Gerupuk adalah 342.44 ha (25.22%), luas lokasi cukup sesuai adalah 190.78 ha
(14.05%), dan luas lokasi tidak sesuai adalah 669.32 ha (49.3%).
Kata kunci: lokasi, penginderaan jauh, rumput laut, SIG
ABSTRACT
ARLINA RATNASARI. Site Selection for Seaweed Culture at Gerupuk Bay, West
Nusa Tenggara Using Remote Sensing and GIS. Supervised by KUKUH
NIRMALA and SYARIF BUDHIMAN.
Site selection for seaweed culture sometimes got some problems that need
more cost, time, and energy. The technology such as remote sensing and
Geographic Information Systems (GIS) were a great solution for site selection to
development seaweed production. The aim of this research is to analyze suitability
of the seaweed culture location at Gerupuk Bay, West Nusa Tenggara. The site
selection are using Landsat 8 satellite with Surface Temperature of the Sea (SPL),
Total Suspended Matter (TSM), and protected location as the parameters. Each
parameters are processed using Er Mapper 7.0 software and then Arcview GIS
3.2 software to get the thematic map GIS. After the map’s overlay done, the site
selection for seaweed culture could be determined. The results of this study show
that the most suitable site for seaweed culture at Gerupuk Bay are 342.44 ha
(25.22%), quite suitable site are 190.78 ha (14.05%), and not suitable site are
669.32 ha (49.3%).
Keywords: location, remote sensing, seaweed, GIS
PENENTUAN KESESUAIAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT
DI PERAIRAN TELUK GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT
MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIG
ARLINA RATNASARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut di Perairan
Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat Menggunakan
Penginderaan Jauh dan SIG
Nama
: Arlina Ratnasari
NIM
: C14090024
Disetujui oleh
Dr Kukuh Nirmala, MSc
Pembimbing I
Syarif Budhiman, SPi, MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Penentuan Kesesuaian Lokasi
Budidaya Rumput Laut di Perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat
Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG” ini berhasil diselesaikan.
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr Kukuh Nirmala, MSc selaku pembimbing skripsi I; Syarif Budhiman,
SPi, MSc selaku pembimbing skripsi II; dan Rusman H, SPi, MSi selaku
pembimbing lapang yang telah banyak memberikan bimbingan selama
pengerjaan penelitian ini.
2. Ir Irzal Effendi, MSi selaku dosen penguji dan Ir. Dadang Shafruddin,
MS selaku komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya Perairan yang
telah banyak memberikan kritik dan saran-sarannya.
3. Ir Dedy Irawadi selaku Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
LAPAN; Dra Maryani Hartuti, MSc selaku Kepala Bidang Sumber
Daya Wilayah Pesisir dan Laut LAPAN; Ir Ujang Komarudin Asdani K,
MSc selaku Kepala Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok; dan Buntaran,
SPi, MM selaku Kasi Pelayanan Teknik Balai Budidaya Laut Lombok
Stasiun Gerupuk yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian di instansi tersebut.
4. Dr Ir Dony Kushardono, MEng; Teguh Prayogo, ST, MSi; Sayidah
Sulma, SPi, MSi; Emiyati, SSi, MSi, serta para peneliti SDWPL yang
telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian di
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
5. Staf dan pegawai Balai Budidaya Laut Lombok serta Staf dan pegawai
Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB yang telah banyak membantu
penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh keluarga, terutama ayah (Dr Bidawi Hasyim, MSi), ibu (Erna
Marliana), kakak, serta keluarga besar yang telah banyak memberikan
doa, semangat dan motivasi kepada penulis.
7. Teman penelitian (Sharah Gita Kalila), keluarga 20, ka Dimas, Fachrul,
Fajar, Ami, Yaya, Soya, Yeyen, Aya, Ichan, Chandra, Habibie, Amel,
Riyandi, Fahrul, Wahyu, Fierco, Doni, Ferdi, Rizki, Nendi, serta temanteman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan motivasi, semangat, bantuan, saran, serta doa kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
Arlina Ratnasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
METODE ............................................................................................................ 2
Waktu dan Tempat ........................................................................................... 2
Metode Penelitian............................................................................................. 3
Kriteria Kesesuaian Budidaya Rumput Laut ..................................................... 3
Pengolahan Citra Satelit ................................................................................... 4
Keterlindungan Lokasi Perairan........................................................................ 4
Data Lapangan ................................................................................................. 5
Pengolahan Sistem Informasi Geografis (SIG).................................................. 5
Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut ...................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 6
Hasil................................................................................................................. 6
Pembahasan ................................................................................................... 12
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 15
Kesimpulan .................................................................................................... 15
Saran .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15
LAMPIRAN ...................................................................................................... 17
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 20
DAFTAR TABEL
1 Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut ...................................................... 3
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penentuan lokasi budidaya rumput laut ..................................... 3
2 (a) Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (Landsat 8) .................................... 5
(b) Teluk Gerupuk, Lombok tengah, Nusa Tenggara Barat (SPOT 6) ............ 5
3 Sebaran suhu ................................................................................................. 6
4 Kesesuaian suhu............................................................................................ 7
5 Sebaran muatan padatan tersuspensi .............................................................. 7
6 Kesesuaian muatan padatan tersuspensi......................................................... 8
7 Keterlindungan ............................................................................................. 8
8 Kesesuian lokasi ........................................................................................... 9
9 Sebaran arus.................................................................................................. 9
10 Kesesuaian arus .......................................................................................... 10
11 Grafik suhu hasil survei lapang ................................................................... 10
12 Grafik salinitas hasil survei lapang .............................................................. 11
13 Grafik DO hasil survei lapang ..................................................................... 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Konversi nilai digital number data Landsat 8 menjadi parameter nilai
radiansi ....................................................................................................... 17
2 Konversi nilai digital number menjadi parameter reflektansi ....................... 17
3 Penentuan suhu permukaan laut data Landsat 8 digunakan band 11. ............ 17
4 Analisis parameter muatan padatan tersuspensi berdasarkan data
Landsat 8 .................................................................................................... 17
5 Luas sebaran suhu pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk
Gerupuk, NTB ............................................................................................ 17
6 Luas kesesuaian suhu pada lokasi budidaya rumput laut di perairan
Teluk Gerupuk, NTB .................................................................................. 17
7 Luas sebaran muatan padatan tersuspensi pada lokasi budidaya rumput
laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB .......................................................... 17
8 Luas kesesuaian muatan padatan tersuspensi pada lokasi budidaya
rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB .............................................. 18
9 Luas keterlindungan pada lokasi budidaya rumput laut di perairan
Teluk Gerupuk, NTB .................................................................................. 18
10 Luas kesesuaian pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk
Gerupuk, NTB ............................................................................................ 18
11 Luas kesesuaian arus pada lokasi budidaya rumput laut di perairan
Teluk Gerupuk, NTB .................................................................................. 18
12 Nilai Suhu, pH, Salinitas, dan DO pada saat survei lapang di perairan
Teluk Gerupuk, NTB .................................................................................. 19
13 Lokasi pengambilan sampel di Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat ......... 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peluang pengembangan usaha perikanan dan kelautan Indonesia memiliki
prospek yang baik. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang mempunyai
peluang pengembangan produksi dan peluang ekspor yang baik adalah rumput
laut atau yang biasa dikenal dengan sebutan alga yang saat ini sedang
dilakukannya revitalisasi perikanan di samping udang dan tuna. Beberapa hal
yang menjadi bahan pertimbangan dan keunggulannya, antara lain peluang pasar
ekspor yang terbuka luas, harga relatif stabil, belum ada batasan atau kuota
perdagangan bagi rumput laut, teknologi pembudidayaannya sederhana sehingga
mudah dikuasai, siklus pembudidayaannya relatif singkat, kebutuhan modal relatif
kecil, komoditas yang tidak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya, usaha
pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya sehingga mampu
menyerap tenaga kerja (Rajagukguk 2009).
Volume ekspor rumput laut diperkirakan naik 10% dari 169.000 ton menjadi
185.900 ton pada tahun 2013 ini. Berdasarkan catatan ARLI (Asosiasi Rumput
Laut Indonesia), pada tahun 2012 dan 2013 harga rata-rata rumput laut kering
ditingkat pembudidaya Rp 10.000/kg, naik 25% dibandingkan tahun 2011 yang
berkisar Rp 8.000-Rp 9.000/kg. Harga yang tinggi juga membuat produksi rumput
laut meningkat. Tahun 2013 ini produksi rumput laut kering diperkirakan 200.000
ton, naik 11% dibanding tahun 2012 yang sekitar 180.000 ton. Kenaikan harga
didorong peningkatan permintaan dari Cina, Brazil, dan India. Safari Aziz, Ketua
Umum ARLI mengatakan, pangsa ekspor rumput laut Indonesia masih kecil
sekitar US$ 200 juta per tahun dari pasar dunia yang US$ 7 miliar per tahun (KKP
2013).
Akuakultur sebagai industri memiliki tiga tahapan utama, yaitu input, proses
produksi dan teknologi, serta output. Salah satu bagian dari input adalah Sumber
Daya Alam (SDA) yang salah satu kegiatannya yaitu pemilihan lokasi budidaya
yang penting di lakukan dalam budidaya. Penentuan lokasi budidaya rumput laut
tidak jarang mengalami kendala yang membutuhkan banyak biaya, waktu, serta
tenaga. Selain kendala-kendala yang dialami saat penentuan lokasi budidaya
rumput laut, tidak jarang pula pembudidaya rumput laut mengalami kesalahan
dalam penentuan lokasi sehingga mengalami kegagalan produksi rumput laut.
Kegagalan produksi tersebut diduga karena rendahnya kandungan nutrien pada
perairan tersebut. Penyebab rendahnya perairan tersebut akan nutrien dapat
dikarenakan merupakan perairan karang atau kecepatan arus yang rendah
(Prasetyo 2007).
Penentuan lokasi budidaya rumput laut sangat penting dilakukan karena
karakteristik rumput laut yang hidup dengan cara melekat pada substrat dan tidak
dapat berpindah tempat. Tumbuhan ini hidup dengan cara menyerap nutrien dari
perairan dan melakukan fotosintesis, sehingga pertumbuhannya membutuhkan
faktor-faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air, suhu, kadar garam
(salinitas), nitrat, dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari (Atmadja et al.
1996). Nutrien yang diperlukan oleh rumput laut dapat langsung diperoleh dari air
laut melalui gerakan air atau biasa disebut arus. Gerakan air tersebut berperan
2
dalam mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan
(Dahuri 2003).
Teknologi berupa teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi
Geografis menjadi solusi yang baik dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk
pengembangan budidaya rumput laut. Menurut Samad (2011), penginderaan jauh
satelit memiliki kemampuan pemantauan daerah yang luas secara periodik serta
dapat mengamati atau melihat suatu objek pada jarak tertentu dengan mendeteksi
sifat-sifat (karakteristik) dominan objek tersebut tanpa mendatangi secara
langsung objek tersebut. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sarana
untuk mengumpulkan, menggabungkan, dan mengolah data dari setiap parameter
yang diperlukan. Keberadaan SIG dapat mempermudah pengolahan data dengan
struktur yang kompleks dengan jumlah yang besar secara efisien dan dapat
membantu dalam proses pengambilan keputusan yang tepat (Samad 2011).
Menurut Wijaya (2007), penzonasian wilayah perikanan budidaya dalam
penataan ruang diharapkan dapat menghindarkan sektor budidaya dari sektor lain
yang tidak berkesesuaian, sehingga pengembangan budidaya dapat
menguntungkan dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penentuan kawasan budidaya
rumput laut secara tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha budidaya
yang dapat dilakukan dengan menggunakan penginderaan jauh dan SIG.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lokasi budidaya
rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
menggunakan penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa peta kesesuaian
lokasi budidaya rumput laut di wilayah tersebut dan menjadi masukan bagi
pembudidaya rumput laut sebagai bahan pertimbangan dalam memilih lokasi
budidaya rumput laut yang tepat.
METODE
Waktu dan Tempat
Survei lapang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2013 di Balai Budidaya Laut
Lombok, Stasiun Gerupuk, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan titik pengambilan
sampel di Teluk Gerupuk, NTB (Lampiran 13). Pengolahan data penginderaan
jauh dan SIG dilakukan pada bulan Juni-September 2013 di Bidang Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Laut, Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Jakarta.
3
Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penentuan lokasi budidaya rumput laut
menggunakan metode long line yang mengacu pada metode Samad (2011)
berdasarkan data satelit penginderaan jauh dan SIG adalah sebagai berikut:
Studi pustaka
Konsultasi
Kriteria kesesuaian
Survei
Lapang
Citra satelit
Koreksi geometrik
Koreksi radiometrik
1. Suhu permukaan
laut
2. Muatan padatan
tersuspensi
3. Keterlindungan
lokasi
1. Arus
(m/detik)
2. Suhu (oC)
3. Salinitas
(ppt)
4. DO
5. pH (derajat
keasaman)
Peta tematik
Tumpang susun (overlay)
Analisis SIG
Lokasi kesesuaian budidaya
rumput laut
Gambar 1 Diagram alir penentuan lokasi budidaya rumput laut
Kriteria Kesesuaian Budidaya Rumput Laut
Penentuan kesesuaian lokasi budidaya rumput laut dilakukan dengan
menentukan kesesuaiannya berdasarkan kriteria nilai parameter yang telah
terdapat di SNI (2010) dan Akbar dan Sudaryanto (2002) dalam Sulma et al.
(2005). Tabel 1 berikut ini merupakan kriteria nilai setiap parameter untuk
kesesuaian lahan budidaya rumput laut :
Tabel 1 Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut
No
1
2
3
Parameter
Keterlindungan
Arus (m/s)
Suhu (oC)
Sesuai
(S1)
Terlindung
0.2-0.4
26-32
Cukup Sesuai
(S2)
Cukup terlindung
0.1≤ x <0.2
20-26
Tidak Sesuai
(S3)
Tidak terlindung
<0.1 & >0.4
<20 & >32
Sumber
SNI (2010)
SNI (2010)
SNI (2010)
4
No
4
5
6
Parameter
Salinitas (ppt)
Oksigen Terlarut
(mg/l)
Muatan Padatan
Tersuspensi (mg/l)
Sesuai
(S1)
32-35
Cukup Sesuai
(S2)
28-32
Tidak Sesuai
(S3)
<28 & >35
SNI (2010)
3-8
1≤x<3
<1
SNI (2010)
<80
Akbar dan
Sudaryanto
(2002)
dalam Sulma
et al. (2005)
≤20
20< x ≤80
Sumber
Pengolahan Citra Satelit
Citra satelit yang digunakan adalah citra Landsat 8 tanggal 28 Juni 2013.
Pengolahan data Landsat 8 dilaksanakan untuk memperoleh parameter fisik
perairan laut, meliputi informasi Suhu Permukaan Laut (SPL), Muatan Padatan
Tersuspensi (MPT), dan keterlindungan. Pengolahan ini dilakukan menggunakan
software Er Mapper 7.0.
Tahap awal pengolahan data satelit penginderaan jauh dilakukan proses
koreksi berupa koreksi geometrik dan radiometrik. Koreksi geometrik dilakukan
untuk menyamakan posisi pada citra dengan posisi pada bumi menggunakan
acuan peta rupa bumi. Koreksi radiometrik dilakukan dengan menggunakan nilai
digital menjadi nilai radiansi atau reflektansi yang bertujuan untuk menghilangkan
kesalahan sudut elevasi matahari dan jarak matahari bumi pada data yang
berlainan waktu (Sulma dan Manoppo 2008), serta dilakukannya koreksi
atmosferik akibat serapan dan pantulan yang dilakukan oleh partikel di atmosfer.
Parameter fisik kualitas air yang diolah dari citra satelit Landsat 8 adalah
SPL, MPT, dan keterlindungan. Pengolahan citra satelit yang masih memiliki
keterbatasan diperlukannya data primer sebagai data pendukung citra satelit
tersebut yaitu dengan melakukan survei lapang. Seluruh algoritma yang
digunakan dalam pengolahan citra satelit dapat dilihat pada Lampiran 1, Lampiran
2, Lampiran 3, dan Lampiran 4.
Keterlindungan Lokasi Perairan
Keterlindungan lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan
budidaya rumput laut. Arus dan gelombang yang besar dapat menyebabkan
kerusakan pada konstruksi budidaya rumput laut, selain itu tanaman rumput laut
dapat rusak atau rontok. Pemilihan lokasi pada daerah yang terlindung akan
mengurangi dampak kerusakan tersebut (Putra 2011). Perairan terbuka yang
mengalami hempasan gelombang besar dan angin kuat tidak direkomendasikan
sebagai daerah budidaya rumput laut (Samad 2011). Menurut Tuhumury (2011),
secara geografis kondisi alam, perairan teluk merupakan suatu wilayah yang
telindung dari hempasan gelombang yang berpotensi sebagai daerah budidaya
rumput laut di masa yang akan datang.
5
Data Lapangan
Pengukuran data lapang diambil di perairan Teluk Gerupuk, Lombok
Tengah, NTB. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara pengukuran
parameter kualitas perairan yang menjadi syarat utama kelayakan suatu lokasi
untuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut.
(a)
(b)
Gambar 2 (a) Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (Landsat 8),
(b) Teluk Gerupuk, Lombok Tengah, NTB (SPOT 6)
Parameter yang diukur meliputi suhu, kecepatan arus, salinitas, derajat
keasaman (pH) dan dissolved oxygen (DO). Metode pengumpulan data lapangan
dilakukan sebagai berikut:
a. Pengukuran suhu, salinitas, pH dan dissolved oxygen (DO) dilakukan
menggunakan water checker HANNA HI 9828, pada kedalaman 10 cm, 25
cm, 50 cm, 100 cm, 200 cm, dan 300 cm pada tanggal 26-29 Juni 2013 pukul
09.00-13.30 WITA.
b. Pengukuran kecepatan arus permukaan dilakukan secara langsung di setiap
titik pengamatan menggunakan floating dredge yang dibentangkan
menggunakan tali sepanjang 2 meter dan dicatat waktu tempuhnya dengan
menggunakan stop watch.
c. Penentuan posisi pengambilan sampel menggunakan GPS (Global Positioning
System) GARMIN GPS 12 XL.
Pengolahan Sistem Informasi Geografis
Pengolahan Sistem Informasi Geografis (SIG) dilakukan setelah pengolahan
citra satelit dengan parameter yang diolah adalah suhu permukaan laut, muatan
padatan tersuspensi, dan keterlindungan. Pengolahan awal SIG ini adalah dengan
dilakukannya pembuatan peta tematik menggunakan software ArcView GIS 3.2.
Peta tematik ini kemudian di tumpang susun (overlay) dan ditentukan
kesesuaiannya berdasarkan kriteria pada Tabel 1.
6
Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut
Menurut Suwargana et al. (2006), masing-masing kelas tersebut
didefinisikan sebagai berikut :
Kelas sesuai (S1) merupakan kelas pada lahan yang tidak memiliki faktor
pembatas yang berarti untuk suatu keuntungan secara lestari. Hambatan tidak
mengurangi produktivitas atau keuntungan yang diperoleh dan tidak akan
meningkatkan masukan yang diperlukan sehingga melampaui batas-batas yang
masih dapat diterima.
Kelas cukup sesuai (S2) merupakan kelas pada lahan yang memiliki faktor
pembatas yang dapat mengurangi tingkat produksi atau keuntungan yang
diperoleh. Pembatas yang ada dapat meningkatkan masukan atau biaya yang
diperlukan. Kelas tidak sesuai (S3) merupakan kelas pada lahan yang memiliki
faktor pembatas yang bersifat permanen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sebaran Suhu
Sebaran suhu di perairan Teluk Gerupuk, NTB terdapat empat kelas
berdasarkan Sulma et al. (2005) yaitu 28-28,5 oC, 28,5-29 oC, 29-29,5 oC, dan
29,5-30 oC dengan luas berturut-turut sebesar 2,19 ha (0,16%), 39,85 ha (2,93%),
1146 ha (84,41%), dan 14,50 ha (1,07%) (Lampiran 5).
Gambar 4 Sebaran suhu
7
Kesesuaian Suhu
Suhu yang diperoleh dari hasil citra satelit memiliki kisaran 28-30oC.
Berdasarkan hasil yang terdapat pada Gambar 5, suhu yang diperoleh termasuk
kedalam kategori sesuai dengan luas perairan yang sesuai adalah 1202,54 ha
(88,57%) (Lampiran 6).
Gambar 5 Kesesuaian suhu
Sebaran Muatan Padatan Tersuspensi
Nilai sebaran muatan padatan tersuspensi dibagi menjadi 17 kelas
berdasarkan Sulma et al. (2005) dengan nilai terendah adalah 0 mg/l dan nilai
tertinggi adalah 200 mg/l. Luas wilayah yang memiliki daerah terluas adalah
dengan kisaran muatan padatan tersuspensi 5-10 mg/l yaitu 305,49 ha dan yang
tersempit adalah 100-150 yaitu 10,53 ha (Lampiran 7).
Gambar 6 Sebaran muatan padatan tersuspensi
8
Kesesuaian Muatan Padatan Tersuspensi
Berdasarkan Gambar 7, kagetori sesuai memiliki luas perairan sebesar
697,51 ha (51,37%), sedangkan untuk kategori cukup sesuai adalah 392,92 ha
(28,94%), dan yang tidak sesuai adalah 112,11 ha (8,26%) (Lampiran 8).
Gambar 7 Kesesuaian muatan padatan tersuspensi
Keterlindungan
Keterlindungan wilayah perairan Teluk Gerupuk seperti yang terdapat pada
Gambar 8 dibagi menjadi tiga kategori yaitu terlindung, cukup terlindung, dan
tidak terlindung. Wilayah terlindung memiliki luas perairan sebesar 788,21 ha
(58,05%), cukup terlindung 56,18 ha (4,14%), dan tidak terlindung 358,15 ha
(26,38%) (Lampiran 9).
Gambar 8 Keterlindungan
Kesesuian Lokasi Budidaya Rumput Laut
9
Kesesuaian lokasi budidaya rumput laut dibagi menjadi 3 kelas seperti yang
terdapat pada Gambar 9, yaitu sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai. Luas
perairan untuk wilayah yang sesuai adalah 413,32 ha (30,44%), cukup sesuai
adalah 325,99 ha (24,01%), dan yang tidak sesuai adalah 463,23 ha (34,12%).
Gambar 9 Kesesuaian lokasi
Sebaran Arus
Nilai arus yang diperoleh merupakan nilai hasil survei lapang. Nilai tersebut
diambil pada 27 titik pengambilan sampel di perairan Teluk Gerupuk. Nilai yang
diperoleh memiliki kisaran 0,01 m/s sampai 0,40 m/s seperti yang terdapat pada
Gambar 10.
Gambar 10 Sebaran arus
Kesesuaian Arus
10
Nilai arus yang diperoleh dari hasil survei lapang yang termasuk ke dalam
kategori sesuai terdapat 7 titik, cukup sesuai terdapat 8 titik, dan yang tidak sesuai
terdapat 12 titik (Gambar 11). Sehingga luas wilayah yang termasuk ke dalam
kategori sesuai sebesar 342,44 ha (25,22%), cukup sesuai sebesar 190,78 ha
(14,05%), dan tidak sesuai sebesar 669,32 ha (49,3 %) (Lampiran 11).
Gambar 11 Kesesuaian arus
Suhu Hasil Survei Lapang
Nilai suhu perairan yang diperoleh dari hasil survei lapang pada tanggal 28
Juni 2013 berkisar 29,04-29,69oC (Gambar 12).
29.8
29.69
29.6
29.47 29.45
Suhu (oC)
29.4
29.2
29.37
29.35 29.32 29.30
29.27
29.29
29.26
29.32
29.27
29.19
29.13
29.04 29.07
Suhu
29
28.8
28.6
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16
Titik ke-
Gambar 12 Grafik suhu hasil survei lapang
Salinitas Hasil Survei Lapang
11
Nilai salinitas perairan yang diperoleh dari hasil survei lapang berkisar
31,28-31,91 ppt (Gambar 13).
32
31.91
31.85
31.9
31.82
31.81 31.84 31.79
31.79
31.73 31.70
31.8
Salinitas (ppt)
31.7
31.59
31.6
31.51 31.52
31.5
31.4 31.33 31.36
31.28
31.3
31.31
Salinitas
31.2
31.1
31
30.9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Titik ke-
Gambar 13 Grafik salinitas hasil survei lapang
Oksigen Terlarut Hasil Survei Lapang
Nilai DO atau oksigen terlarut yang diperoleh dari hasil survei lapang
memiliki nilai bervariasi pada masing-masing titik. Kisaran nilai DO tersebut
adalah 4,59-6,48 mg/l (Gambar 14).
7
6
6.486.526.47
6.14
6.116.00
5.00
4.995.015.09
4.61
4.594.734.70
DO (mg/l)
5
5.2 5.28
4
3
DO
2
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Titik ke-
Gambar 14 Grafik DO hasil survei lapang
12
Pembahasan
Algae makro yang biasa disebut rumput laut adalah dari kelas algae merah
(Rhodophyceae), algae coklat (Phaephyceae) dan algae hijau (Chlorophyceae).
Jumlah jenis dan kelimpahan rumput laut bervariasi menurut lokasi berdasarkan
perbedaan profil habitat dan kondisi perairan setempat. Demikian juga mengenai
produksinya bergantung kepada kondisi alam setempat. Rumput laut bersifat
fitobentik yang tumbuh dengan cara menempel pada substrat seperti pecahan
karang, karang mati, fragment karang, atau pasir (Atmadja 1996), sehingga
penentuan lokasi budidaya rumput laut sangat penting untuk dilakukan
berdasarkan sifat hidupnya.
Kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan area budidaya rumput laut perlu
memperhatikan aspek kualitas air. Hasil dari pengolahan SIG yaitu berupa peta
tematik sebaran suhu (Gambar 4), kesesuaian suhu (Gambar 5), sebaran muatan
padatan tersuspensi (Gambar 6), kesesuaian muatan padatan tersuspensi (Gambar
7), kesesuaian lokasi budidaya rumput laut (Gambar 9), sedangkan data kualitas
air hasil survei lapang adalah suhu, salinitas, DO, dan arus. Pada kegiatan
budidaya laut, arus merupakan faktor pembatas atau penentu akhir kesesuaian
lokasi tersebut untuk dijadikan lokasi budidaya, khususnya budidaya rumput laut.
Citra satelit yang digunakan adalah citra Landsat 8 dengan tanggal orbit
yang bersamaan dengan dilakukannya survei lapang, yaitu 28 Juni 2013. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan nilai parameter yang
diperoleh dari keduanya, sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih akurat.
Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari, letak
geografis, musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air dan udara,
penguapan, dan hembusan angin (Dahuri et al. 2004). Menurut Effendi (2003),
perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air.
Adanya peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan
respirasi organisme air, sehingga terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang
mengakibatkan penurunan kandungan oksigen.
Nilai suhu permukaan laut di perairan Teluk Gerupuk berdasarkan data citra
satelit Landsat 8 berkisar antara 28-30 oC (Gambar 4). Menurut SNI (2010), suhu
perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut adalah 26-32 oC. Kondisi ini
menunjukkan bahwa suhu permukaan laut berdasarkan hasil citra termasuk
kategori sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut (Gambar 5).
Sebaran suhu yang terdapat pada Gambar 4 menunjukkan hasil bahwa pada
nilai suhu 29oC memiliki wilayah yang terluas yaitu 1146.00 ha (Lampiran5).
Menurut Hasyim (2003), secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan
hangat karena mendapatkan radiasi matahari pada siang hari. Pada lapisan teratas
sampai kedalaman kurang lebih 50-70 m, angin menyebabkan terjadinya
pengadukan, sehingga lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28-29 oC)
yang homogen. Oleh sebab itu, lapisan teratas ini sering pula disebut lapisan
homogen.
Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) berkolerasi positif dengan kekeruhan.
Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, maka nilai kekeruhan juga semakin
tinggi. Namun, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya
kekeruhan seperti halnya dengan air laut (Effendi 2003).
13
Menurut Hasyim (2003), penyebab muatan padatan tersuspensi yang utama
adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Seperti halnya
kekeruhan, nilai MPT berlebihan atau tinggi akan menghambat penetrasi cahaya
ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang dilakukan
oleh rumput laut.
Menurut Akbar dan Sudaryanto (2002) dalam Sulma et al. (2005), nilai
muatan padatan tersuspensi yang sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut
adalah 0-20 mg/l, sedangkan yang cukup sesuai adalah 20-80 mg/l, dan yang tidak
sesuai adalah lebih dari 80 mg/l. Nilai MPT di perairan Teluk Gerupuk berdasarkan
citra satelit Landsat 8 berkisar 0-200 mg/l. Berdasarkan hasil citra satelit, di perairan
Teluk Gerupuk memiliki wilayah 697.51 ha yang sesuai untuk kegiatan budidaya
rumput laut berdasarkan nilai muatan padatan tersuspensi.
Keterlindungan lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan
budidaya rumput laut. Pemilihan lokasi pada daerah yang terlindung akan
mengurangi dampak kerusakan tersebut (Putra 2011). Menurut Tuhumury (2011),
secara geografis kondisi alam, perairan teluk merupakan suatu wilayah yang
telindung dari hempasan gelombang yang berpotensi sebagai daerah budidaya
rumput laut di masa yang akan datang. Teluk adalah perairan laut yang menjorok
masuk ke dalam daratan, oleh karena itu perairan teluk relatif terlindung dari
ombak besar (Effendi 2009).
Berdasarkan Gambar 8, keterlindungan lokasi budidaya rumput laut dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu wilayah terlindung, cukup terlindung, dan tidak
terlindung. Wilayah terlindung karena berada pada teluk yang merupakan perairan
terlindung menurut Effendi (2009). Wilayah cukup terlindung karena berada pada
lokasi yang masih mendapatkan pengaruh dari ombak besar. Wilayah tidak
terlindung karena berada di luar teluk, sehingga perairan tersebut tidak terlindung
dari ombak besar dan apabila dilakukan budidaya rumput laut, maka rumput laut
tersebut dapat mengalami rusak dan patah. Berdasarkan hasil citra satelit, luas
wilayah yang terlindung adalah 788.21 ha dan wilayah tersebut sesuai untuk
dilakukannya budidaya rumput laut menurut SNI (2010).
Kesesuaian lokasi budidaya rumput laut pada Gambar 9 merupakan hasil
overlay (tumpang susun) dari hasil peta tematik suhu permukaan laut, muatan
padatan tersuspensi, dan keterlindungan. Luas perairan untuk wilayah yang sesuai
adalah 413.32 ha, cukup sesuai adalah 325.99 ha, dan yang tidak sesuai adalah
463.23 ha.
Menurut Wahyuningrum (2001), arus air yang baik akan membawa nutrisi
bagi rumput laut untuk tumbuh serta untuk membersihkan kotoran maupun
endapan yang menempel. Selain itu, rumput laut juga akan tumbuh dengan baik
karena ada kesempatan menyerap nutrisi (makanan) dari air dan proses
fotosintesis tidak terganggu. Kecepatan arus yang terlalu kuat menyebabkan
tanaman kesulitan menyerap nutrisi (makanan) yang berguna bagi pertumbuhan.
Lokasi untuk budidaya rumput laut harus terlindung dari arus dan hempasan
ombak yang terlalu kuat dan apabila hal tersebut terjadi, maka rumput laut akan
mengalami kerusakan bahkan dapat hanyut terbawa arus. Berdasarkan hasil data
survei lapang yang terdapat pada gambar 10, kecepatan arus berkisar antara 0.010.4 m/s. Menurut SNI (2010), kecepatan arus yang sesuai untuk budidaya rumput
laut adalah 0.2-0.4 m/s, cukup sesuai sebesar 0.1-0.2 m/s, dan yang tidak sesuai
adalah yang kurang dari 0.1 m/s dan yang lebih dari 0.4 m/ sehingga diperoleh
14
hasil terdapat 7 titik yang termasuk sesuai, cukup sesuai terdapat 8 titik, dan yang
tidak sesuai terdapat 12 titik (Gambar 11). Sehingga luas wilayah yang termasuk
ke dalam kategori sesuai sebesar 342.44 ha (25.22%), cukup sesuai sebesar 190.78
ha (14.05%), dan tidak sesuai sebesar 669.32 ha (49.3 %) (Lampiran 11).
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan
oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut, maupun gerakan bergelombang
panjang, seperti pasang surut (Hasyim 2003). Arus merupakan faktor pembatas
dari budidaya rumput laut, karena dengan kecepatan arus yang terlalu rendah
pertumbuhan rumput laut akan terhambat karena rendahnya pergerakan air yang
dapat membawa nutrisi bagi rumput laut serta membersihkan bagian-bagian
rumput laut dari kotoran seperti lumpur atau pasir, dan apabila kecepatan arus
terlalu tinggi maka dapat merusak rumput laut.
Survei lapang dilakukan untuk mengambil data parameter kualitas air
perairan Teluk Gerupuk yang digunakan sebagai data pendukung citra satelit.
Parameter kualitas air yang di ambil adalah suhu, salinitas, dan DO.
Nilai suhu yang diperoleh dari hasil survei lapang memiliki kisaran sebesar
29.04-29.69oC (Gambar 12) dan masuk ke dalam kriteria sesuai menurut SNI
(2010) yaitu sebesar 26-32oC. Nilai suhu yang diperoleh dari data citra dengan
nilai suhu yang diperoleh dari hasil survei lapang memiliki nilai yang masuk ke
dalam kriteria sesuai untuk budidaya rumput laut menurut SNI (2010).
Setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap salinitas
sehingga salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting untuk
kelangsungan hidup suatu organisme. Menurut Wahyuningrum (2001), perairan
dengan salinitas yang rendah akan merusak rumput laut dan dapat menyebabkan
penyakit. Oleh karena itu, lokasi budidaya yang dekat dengan muara sungai perlu
dihindari karena dapat mempengaruhi kadar salinitas air.
Nilai salinitas yang diperoleh dari hasil survei lapang memiliki kisaran
sebesar 31.28-31.91 ppt (Gambar 13) dan masuk ke dalam kriteria sesuai menurut
SNI (2010) yaitu sebesar 32-35 ppt. Oksigen merupakan dua macam gas yang
memiliki arti penting dalam metabolisme. Oksigen dalam air berasal dari udara
(melalui difusi) dan hasil sampingan fotosintesa tumbuhan akuatik (rumput laut).
Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu air, ketinggian lokasi
(latitude), salinitas, dan tekanan udara. Penambahan tekanan udara serta
peningkatan suhu air dan salinitas, menyebabkan kelarutan oksigen rendah dan
begitu pula sebaliknya (Wahyuningrum 2001). Nilai DO yang diperoleh dari hasil
survei lapang memiliki kisaran sebesar 4.59-6.48 mg/l (Gambar 14), walaupun
hasil yang diperoleh bervariasi, namun nilai tersebut masuk ke dalam kriteria
sesuai menurut SNI (2010) yaitu sebesar 3-8 mg/l.
Data parameter hasil survei lapang berupa suhu, salinitas dan DO digunakan
sebagai data pendukung dan tidak di masukkan ke dalam pengolahan SIG. Hal
tersebut dilakukan karena dari hasil yang diperoleh, data tersebut sudah termasuk
ke dalam kriteria sesuai menurut SNI (2010) dan dari hasil lokasi kesesuaian yang
diperoleh hanya hasil pengolahan data penginderaan jauh dan SIG dari tiga
parameter yaitu suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi, dan
keterlindungan, sehingga perlu dilakukannya lagi pengambilan data parameter
lainnya yang berpengaruh untuk lokasi budidaya rumput laut seperti tinggi
gelombang, kecepatan gelombang, kecerahan, dan kedalaman khususnya pada
lokasi mulut teluk.
15
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil dari pengolahan citra satelit Landsat 8 dan pengolahan SIG serta hasil
survei lapang diperoleh bahwa lokasi yang tidak memiliki faktor pembatas dan
hambatan tidak mengurangi produktivitas memiliki luas sebesar 342.44 ha,
sedangkan lokasi yang memiliki faktor pembatas yang dapat mengurangi tingkat
produksi sebesar 190.78 ha, dan lokasi yang memiliki faktor pembatas yang
permanen sebesar 669.32 ha.
Saran
Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan
pengukuran parameter kualitas air, iklim dan cuaca secara periodik, dan juga
dilakukan penanaman rumput laut untuk membandingkan hasil kesesuaian lokasi
budidaya rumput laut berdasarkan hasil citra satelit dengan hasil yang sebenarnya
di lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Satari R. 1996. Pengenalan jenis-jenis rumput
laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta (ID): LIPI.
Budhiman S. 2004. Mapping TSM concentrations from multisensor satellite
images in turbid tropical coastal waters of Mahakam Delta, Indonesia
[Tesis]. Enschede (NL): International Institute for Geo-Information Science
and Earth Observation.
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman hayati laut : aset pembangunan berkelanjutan
Indonesia. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka.
Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Effendi I. 2009. Pengantar akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Faisal LO, Patadjai RS, Yusnaini. 2013. Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus
alvarezii) dan ikan baronang (Siganus guttatus) yang dibudidayakan
bersama di keramba tancap. Jurnal Mina Laut 01(01): 104-111.
Hasyim B. 2003. Kajian daerah penangkapan ikan dan budidaya laut berdasarkan
data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis wilayah Kabupaten
Situbondo [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hidayat DFS. 2004. Analisis finansial usaha rumput laut kering tawar di pulau
pari, Kelurahan Pulau Pari Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
16
[KKP] Kemetrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Harga tinggi, ekspor rumput laut
naik 10% [Internet]. [di unduh 2013 April 16]. Tersedia pada:
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8972/Harga-Tinggi-EksporRumput-Laut-Naik-10/.
Prasetyo T. 2007. Parameter oseanografi sebagai faktor penentu pertumbuhan
rumput laut Kappaphycus alvarezii di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Putra GP. 2011. Potensi kawasan budidaya keramba perikanan laut menggunakan
sistem informasi geografis (SIG) di wilayah Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rajagukguk MM. 2009. Analisis daya saing rumput laut Indonesia di Pasar
Internasional [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Samad F. 2011. Analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan
penginderaan jauh dan SIG di Taman Nasional Karimun Jawa [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[SNI] Standar Nasional Indonesia (ID). 2010. Produksi rumput laut kotoni
(Eucheuma cottoni) – Bagian 2: Metode Long-line. Badan Standarisasi
Nasional. SNI : 7579.2:2010.
Sulma S, Hasyim B, Susanto A, Budiono A. 2005. Pemanfaatan data
penginderaan jauh untuk pengembangan budidaya laut. Pusat
Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh. Kedeputian
Bidang Penginderaan Jauh. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Sulma S, Manoppo AKS. 2008. Kesesuaian fisik perairan untuk budidaya rumput
laut di perairan bali menggunakan data penginderaan jauh. PIT MAPIN
XVII : 467-476.
Suwargana N, Sudarsono, Siregar VP. 2006. Analisis lahan tambak konvensional
melalui uji kualitas lahan dan produksi dengan bantuan penginderaan jauh
dan SIG. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital 3(1):
1-13.
Tuhumury RAN. 2011. Studi parameter oseanografi fisika dan kimia untuk
kesesuaian budidaya rumput laut di perairan Teluk Youtefa Kota Jayapura.
SAINS 11(2): 69-77.
[USGS] United States Geological Survey (US). 2013. Using the USGS Landsat 8
product [Internet]. [diunduh 2013 Mei 17]. Tersedia pada:
http://landsat.usgs.gov/Landsat8_Using_Product.php.
Wahyuningrum PI. 2001. Studi evaluasi kesesuaian wilayah perairan teluk
lampung untuk budidaya rumput laut Eucheuma dengan pemanfaatan
penginderaan jauh dan sistem informasi geografi (SIG) [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Wijaya NI. 2007. Analisis kesesuaian lahan dan pengembangan kawasan
perikanan budidaya di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur [Tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1 Konversi nilai digital number data Landsat 8 menjadi parameter nilai
radiansi
Lλ = ((ML*DN)+AL) ............................................................................ (1)
dimana, Lλ = radiansi band ke- λ; ML = radiansi multi band ke- x; AL = radiansi
add band ke- x, (USGS 2013).
Lampiran 2 Konversi nilai digital number menjadi parameter reflektansi
Rp = ((Mp*DN)+Ap)/(COS(θS))
.................................................... (2)
dimana, Rp : Reflektansi band ke-p; Mp = reflentasi multi band ke- x; Ap=
reflektansi add band ke- x; θS : Sudut zenith, (USGS 2013).
Lampiran 3 Penentuan suhu permukaan laut data Landsat 8 digunakan band 11.
=
/ (
+ ) .............................................................................. (3)
dimana T : suhu efektif; K1 dan K2 : nilai konstanta kalibrasi diperoleh dari
metadata; Lλ : Radian, watt/(m2*ster*µm), (USGS 2013).
Lampiran 4 Analisis parameter muatan padatan tersuspensi berdasarkan data
Landsat 8
TSM (mg/l) = A * exp (S*R(0-) red band) ........................................................ (4)
Dimana TSM : Muatan padatan tersuspensi; dan nilai-nilai dari konstanta
A=8.1429, S=23.704 dan R=0.94, (Budhiman 2004).
Lampiran 5 Luas sebaran suhu pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk
Gerupuk, NTB
Keterangan
Darat
28-28.5oC
28.5-29 oC
29-29.5 oC
29.5-30 oC
Surfs zone
Luas total perairan
Luas
1927.81 ha
2.19 ha
39.85 ha
1146.00 ha
14.5 ha
155.17 ha
1357.71 ha
0.16 %
2.93 %
84.41 %
1.07 %
11.43 %
100 %
Lampiran 6 Luas kesesuaian suhu pada lokasi budidaya rumput laut di perairan
Teluk Gerupuk, NTB
Keterangan
Darat
Sesuai (S1)
Surfs zone
Luas total perairan
Luas
1927.81 ha
1202.54 ha
155.17 ha
1357.71 ha
88.57 %
11.43 %
100 %
Lampiran 7 Luas sebaran muatan padatan tersuspensi pada lokasi budidaya
rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB
Keterangan
Darat
0-5 mg/l
5-10 mg/l
10-15 mg/l
Luas
1927.81 ha
34.11 ha
305.49 ha
249.11 ha
2.51 %
22.50 %
18.35 %
18
Keterangan
15-20 mg/l
20-25 mg/l
25-30 mg/l
30-35 mg/l
35-40 mg/l
40-45 mg/l
45-50 mg/l
50-60 mg/l
60-70 mg/l
70-80 mg/l
80-90 mg/l
90-100 mg/l
100-150 mg/l
150-200 mg/l
Surfs zone
Luas total perairan
Luas
116.62 ha
78.08 ha
67.74 ha
42.60 ha
29.69 ha
25.26 ha
33.76 ha
28.93 ha
22.65 ha
17.23 ha
12.23 ha
71.75 ha
10.53 ha
56.76 ha
155.17 ha
1357.71 ha
8.59 %
5.75 %
4.99 %
3.14 %
2.19 %
1.86 %
2.48 %
2.13 %
1.67 %
1.27 %
0.9 %
5.28 %
0.78 %
4.18 %
11.43 %
100 %
Lampiran 8 Luas kesesuaian muatan padatan tersuspensi pada lokasi budidaya
rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB
Keterangan
Darat
Sesuai (S1)
Cukup sesuai (S2)
Tidak sesuai (S3)
Surfs zone
Luas total perairan
Luas
1927.81 ha
697.51 ha
392.92 ha
112.11 ha
155.175 ha
1357.71 ha
51.37 %
28.94 %
8.26 %
11.43 %
100 %
Lampiran 9 Luas keterlindungan pada lokasi budidaya rumput laut di perairan
Teluk Gerupuk, NTB
Keterangan
Darat
Terlindung
Cukup terlindung
Tidak terlindung
Surfs zone
Luas total perairan
Luas
1927.81 ha
788.21 ha
56.18 ha
358.15 ha
155.175 ha
1357.71 ha
58.05 %
4.14 %
26.38 %
11.43 %
100 %
Lampiran 10 Luas kesesuaian pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk
Gerupuk, NTB
Keterangan
Darat
Sesuai (S1)
Cukup sesuai (S2)
Tidak sesuai (S3)
Surfs zone
Luas total perairan
Luas
1927.81 ha
413.32 ha
325.99 ha
463.23 ha
155.17 ha
1357.71 ha
30.44 %
24.01 %
34.12 %
11.43 %
100 %
Lampiran 11 Luas kesesuaian arus pada lokasi budidaya rumput laut di perairan
Teluk Gerupuk, NTB
Keterangan
Darat
Sesuai (S1)
Luas
1927.81 ha
342.44 ha
25.22 %
19
Keterangan
Cukup sesuai (S2)
Tidak sesuai (S3)
Surfs zone
Luas total perairan
Luas
190.78 ha
669.32 ha
155.17 ha
1357.71 ha
14.05 %
49.3 %
11.43 %
100 %
Lampiran 12 Nilai Suhu, pH, Salinitas, dan DO pada saat survei lapang di
perairan Teluk Gerupuk, NTB
Titik ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Lat
8° 55' 15.9"
8° 54' 59.5"
8° 54' 52.6"
8° 54' 52.2"
8° 54' 41.9"
8° 54' 27.7"
8° 54' 34.1"
8° 54' 26.1"
8° 54' 31.3"
8° 54' 37.4"
8° 54' 43.4"
8° 54' 51.4"
8° 54' 58.4"
8° 54' 44.5"
8° 55' 10.4"
8° 55' 15.7"
Long
116° 21' 19.2"
116° 21' 22.4"
116° 21' 16.7"
116° 21' 09.6"
116° 20' 56.8"
116° 21' 07.7"
116° 22' 22.3"
116° 22' 21.6"
116° 22' 26.3"
116° 22' 32.9"
116° 22' 24.2"
116° 22' 18.6"
116° 22' 12.1"
116° 22' 06.9"
116° 21' 59.8"
116° 21' 55.6"
Suhu
29.04
29.19
29.07
29.13
29.27
29.32
29.47
29.69
29.45
29.35
29.37
29.32
29.29
29.30
29.26
29.27
pH
8.45
8.48
8.48
8.52
8.49
8.41
8.55
8.67
8.53
8.65
8.60
8.62
8.61
8.59
8.49
6.65
Salinitas
31.33
31.85
31.36
31.59
31.28
31.91
31.51
31.81
31.52
31.84
31.73
31.79
31.70
31.82
31.79
31.31
DO
6.14
6.48
6.52
6.47
6.11
6.00
4.61
5.00
4.59
4.73
4.70
4.99
5.01
5.09
5.2
5.28
Lampiran 13 Lokasi pengambilan sampel di Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat
Titik ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Lat
8° 55' 15.9"
8° 54' 59.5"
8° 54' 52.6"
8° 54' 52.2"
8° 54' 41.9"
8° 54' 27.7"
8° 54' 34.1"
8° 54' 26.1"
8° 54' 31.3"
8° 54' 37.4"
8° 54' 43.4"
8° 54' 51.4"
8° 54' 58.4"
8° 54' 44.5"
8° 55' 10.4"
8° 55' 15.7"
Long
116° 21' 19.2"
116° 21' 22.4"
116° 21' 16.7"
116° 21' 09.6"
116° 20' 56.8"
116° 21' 07.7"
116° 22' 22.3"
116° 22' 21.6"
116° 22' 26.3"
116° 22' 32.9"
116° 22' 24.2"
116° 22' 18.6"
116° 22' 12.1"
116° 22' 06.9"
116° 21' 59.8"
116° 21' 55.6"
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara yang lahir pada
tanggal 20 Januari 1992 dari Ayah Dr Bidawi Hasyim, MSi dan Ibu Erna
Marliana. Pendidikan formal yang dilalui yaitu SD Negeri 10 Pagi Jakarta, SMP
Negeri 184 Jakarta, SMA Islam PB Soedirman Jakarta dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun yang sama penulis diterima masuk IPB melalui jalur Ujian Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan
Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama masa perkuliahan penulis melakukan kegiatan magang di Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara, Jawa Tengah pada tahun 2011
dengan komoditas Udang Vannamei, serta di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya Karawang, Jawa Barat pada tahun 2012 dengan komoditas
Kepiting Soka. Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktek Lapangan Akuakultur
di Balai Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan komoditas Tiram
Mutiara.
Penulis pernah menjadi Asisten mata kuliah Fisika Kimia Perairan semester
genap tahun ajaran 2011/2012, dan Manajemen Kualitas Air semester ganjil tahun
ajaran 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis juga pernah menjadi anggota Himpunan
Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) divisi Olahraga dan Seni (Orkes) pada
kepengurusan tahun 2011 serta divisi Pengembangan Riset dan Keilmuan pada
kepengurusan tahun 2012.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi pada jenjang S1 ini diselesaikan
dengan menulis skripsi yang berjudul “Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya
Rumput Laut di Perairan Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menggunakan
Penginderaan Jauh dan SIG” di bawah bimbingan Dr Kukuh Nirmala, MSc dan
Syarif Budhiman, SPi, MSc.
Download