PENENTUAN KESESUAIAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN TELUK GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIG ARLINA RATNASARI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut di Perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013 Arlina Ratnasari NRP C14090024 ABSTRAK ARLINA RATNASARI. Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut di Perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan SYARIF BUDHIMAN. Penentuan lokasi budidaya rumput laut tidak jarang mengalami kendala yang membutuhkan banyak biaya, waktu, serta tenaga. Teknologi berupa penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi solusi yang baik dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lokasi budidaya rumput laut perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat. Penentuan kesesuaian lokasi budidaya rumput laut menggunakan citra satelit Landsat 8 dengan parameter suhu permukaan laut (SPL), muatan padatan tersuspensi (MPT), dan keterlindungan. Parameter tersebut diolah menggunakan software Er Mapper 7.0 kemudian dilakukan pengolahan SIG menggunakan software Arcview GIS 3.2 sehingga dihasilkan peta tematik. Peta tematik tersebut di tumpang susun sehingga dihasilkan peta kesesuaian lokasi budidaya rumput laut. Hasil dari penelitian ini menghasilkan lokasi sesuai untuk budidaya rumput laut di Teluk Gerupuk adalah 342.44 ha (25.22%), luas lokasi cukup sesuai adalah 190.78 ha (14.05%), dan luas lokasi tidak sesuai adalah 669.32 ha (49.3%). Kata kunci: lokasi, penginderaan jauh, rumput laut, SIG ABSTRACT ARLINA RATNASARI. Site Selection for Seaweed Culture at Gerupuk Bay, West Nusa Tenggara Using Remote Sensing and GIS. Supervised by KUKUH NIRMALA and SYARIF BUDHIMAN. Site selection for seaweed culture sometimes got some problems that need more cost, time, and energy. The technology such as remote sensing and Geographic Information Systems (GIS) were a great solution for site selection to development seaweed production. The aim of this research is to analyze suitability of the seaweed culture location at Gerupuk Bay, West Nusa Tenggara. The site selection are using Landsat 8 satellite with Surface Temperature of the Sea (SPL), Total Suspended Matter (TSM), and protected location as the parameters. Each parameters are processed using Er Mapper 7.0 software and then Arcview GIS 3.2 software to get the thematic map GIS. After the map’s overlay done, the site selection for seaweed culture could be determined. The results of this study show that the most suitable site for seaweed culture at Gerupuk Bay are 342.44 ha (25.22%), quite suitable site are 190.78 ha (14.05%), and not suitable site are 669.32 ha (49.3%). Keywords: location, remote sensing, seaweed, GIS PENENTUAN KESESUAIAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN TELUK GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIG ARLINA RATNASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Judul Skripsi : Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut di Perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG Nama : Arlina Ratnasari NIM : C14090024 Disetujui oleh Dr Kukuh Nirmala, MSc Pembimbing I Syarif Budhiman, SPi, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus: PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut di Perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG” ini berhasil diselesaikan. Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr Kukuh Nirmala, MSc selaku pembimbing skripsi I; Syarif Budhiman, SPi, MSc selaku pembimbing skripsi II; dan Rusman H, SPi, MSi selaku pembimbing lapang yang telah banyak memberikan bimbingan selama pengerjaan penelitian ini. 2. Ir Irzal Effendi, MSi selaku dosen penguji dan Ir. Dadang Shafruddin, MS selaku komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya Perairan yang telah banyak memberikan kritik dan saran-sarannya. 3. Ir Dedy Irawadi selaku Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN; Dra Maryani Hartuti, MSc selaku Kepala Bidang Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut LAPAN; Ir Ujang Komarudin Asdani K, MSc selaku Kepala Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok; dan Buntaran, SPi, MM selaku Kasi Pelayanan Teknik Balai Budidaya Laut Lombok Stasiun Gerupuk yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di instansi tersebut. 4. Dr Ir Dony Kushardono, MEng; Teguh Prayogo, ST, MSi; Sayidah Sulma, SPi, MSi; Emiyati, SSi, MSi, serta para peneliti SDWPL yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). 5. Staf dan pegawai Balai Budidaya Laut Lombok serta Staf dan pegawai Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh keluarga, terutama ayah (Dr Bidawi Hasyim, MSi), ibu (Erna Marliana), kakak, serta keluarga besar yang telah banyak memberikan doa, semangat dan motivasi kepada penulis. 7. Teman penelitian (Sharah Gita Kalila), keluarga 20, ka Dimas, Fachrul, Fajar, Ami, Yaya, Soya, Yeyen, Aya, Ichan, Chandra, Habibie, Amel, Riyandi, Fahrul, Wahyu, Fierco, Doni, Ferdi, Rizki, Nendi, serta temanteman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi, semangat, bantuan, saran, serta doa kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, November 2013 Arlina Ratnasari DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2 METODE ............................................................................................................ 2 Waktu dan Tempat ........................................................................................... 2 Metode Penelitian............................................................................................. 3 Kriteria Kesesuaian Budidaya Rumput Laut ..................................................... 3 Pengolahan Citra Satelit ................................................................................... 4 Keterlindungan Lokasi Perairan........................................................................ 4 Data Lapangan ................................................................................................. 5 Pengolahan Sistem Informasi Geografis (SIG).................................................. 5 Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut ...................................... 6 HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 6 Hasil................................................................................................................. 6 Pembahasan ................................................................................................... 12 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 15 Kesimpulan .................................................................................................... 15 Saran .............................................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15 LAMPIRAN ...................................................................................................... 17 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 20 DAFTAR TABEL 1 Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut ...................................................... 3 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir penentuan lokasi budidaya rumput laut ..................................... 3 2 (a) Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (Landsat 8) .................................... 5 (b) Teluk Gerupuk, Lombok tengah, Nusa Tenggara Barat (SPOT 6) ............ 5 3 Sebaran suhu ................................................................................................. 6 4 Kesesuaian suhu............................................................................................ 7 5 Sebaran muatan padatan tersuspensi .............................................................. 7 6 Kesesuaian muatan padatan tersuspensi......................................................... 8 7 Keterlindungan ............................................................................................. 8 8 Kesesuian lokasi ........................................................................................... 9 9 Sebaran arus.................................................................................................. 9 10 Kesesuaian arus .......................................................................................... 10 11 Grafik suhu hasil survei lapang ................................................................... 10 12 Grafik salinitas hasil survei lapang .............................................................. 11 13 Grafik DO hasil survei lapang ..................................................................... 11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Konversi nilai digital number data Landsat 8 menjadi parameter nilai radiansi ....................................................................................................... 17 2 Konversi nilai digital number menjadi parameter reflektansi ....................... 17 3 Penentuan suhu permukaan laut data Landsat 8 digunakan band 11. ............ 17 4 Analisis parameter muatan padatan tersuspensi berdasarkan data Landsat 8 .................................................................................................... 17 5 Luas sebaran suhu pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB ............................................................................................ 17 6 Luas kesesuaian suhu pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB .................................................................................. 17 7 Luas sebaran muatan padatan tersuspensi pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB .......................................................... 17 8 Luas kesesuaian muatan padatan tersuspensi pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB .............................................. 18 9 Luas keterlindungan pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB .................................................................................. 18 10 Luas kesesuaian pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB ............................................................................................ 18 11 Luas kesesuaian arus pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB .................................................................................. 18 12 Nilai Suhu, pH, Salinitas, dan DO pada saat survei lapang di perairan Teluk Gerupuk, NTB .................................................................................. 19 13 Lokasi pengambilan sampel di Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat ......... 19 PENDAHULUAN Latar Belakang Peluang pengembangan usaha perikanan dan kelautan Indonesia memiliki prospek yang baik. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang mempunyai peluang pengembangan produksi dan peluang ekspor yang baik adalah rumput laut atau yang biasa dikenal dengan sebutan alga yang saat ini sedang dilakukannya revitalisasi perikanan di samping udang dan tuna. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dan keunggulannya, antara lain peluang pasar ekspor yang terbuka luas, harga relatif stabil, belum ada batasan atau kuota perdagangan bagi rumput laut, teknologi pembudidayaannya sederhana sehingga mudah dikuasai, siklus pembudidayaannya relatif singkat, kebutuhan modal relatif kecil, komoditas yang tidak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya, usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja (Rajagukguk 2009). Volume ekspor rumput laut diperkirakan naik 10% dari 169.000 ton menjadi 185.900 ton pada tahun 2013 ini. Berdasarkan catatan ARLI (Asosiasi Rumput Laut Indonesia), pada tahun 2012 dan 2013 harga rata-rata rumput laut kering ditingkat pembudidaya Rp 10.000/kg, naik 25% dibandingkan tahun 2011 yang berkisar Rp 8.000-Rp 9.000/kg. Harga yang tinggi juga membuat produksi rumput laut meningkat. Tahun 2013 ini produksi rumput laut kering diperkirakan 200.000 ton, naik 11% dibanding tahun 2012 yang sekitar 180.000 ton. Kenaikan harga didorong peningkatan permintaan dari Cina, Brazil, dan India. Safari Aziz, Ketua Umum ARLI mengatakan, pangsa ekspor rumput laut Indonesia masih kecil sekitar US$ 200 juta per tahun dari pasar dunia yang US$ 7 miliar per tahun (KKP 2013). Akuakultur sebagai industri memiliki tiga tahapan utama, yaitu input, proses produksi dan teknologi, serta output. Salah satu bagian dari input adalah Sumber Daya Alam (SDA) yang salah satu kegiatannya yaitu pemilihan lokasi budidaya yang penting di lakukan dalam budidaya. Penentuan lokasi budidaya rumput laut tidak jarang mengalami kendala yang membutuhkan banyak biaya, waktu, serta tenaga. Selain kendala-kendala yang dialami saat penentuan lokasi budidaya rumput laut, tidak jarang pula pembudidaya rumput laut mengalami kesalahan dalam penentuan lokasi sehingga mengalami kegagalan produksi rumput laut. Kegagalan produksi tersebut diduga karena rendahnya kandungan nutrien pada perairan tersebut. Penyebab rendahnya perairan tersebut akan nutrien dapat dikarenakan merupakan perairan karang atau kecepatan arus yang rendah (Prasetyo 2007). Penentuan lokasi budidaya rumput laut sangat penting dilakukan karena karakteristik rumput laut yang hidup dengan cara melekat pada substrat dan tidak dapat berpindah tempat. Tumbuhan ini hidup dengan cara menyerap nutrien dari perairan dan melakukan fotosintesis, sehingga pertumbuhannya membutuhkan faktor-faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air, suhu, kadar garam (salinitas), nitrat, dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari (Atmadja et al. 1996). Nutrien yang diperlukan oleh rumput laut dapat langsung diperoleh dari air laut melalui gerakan air atau biasa disebut arus. Gerakan air tersebut berperan 2 dalam mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan (Dahuri 2003). Teknologi berupa teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis menjadi solusi yang baik dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut. Menurut Samad (2011), penginderaan jauh satelit memiliki kemampuan pemantauan daerah yang luas secara periodik serta dapat mengamati atau melihat suatu objek pada jarak tertentu dengan mendeteksi sifat-sifat (karakteristik) dominan objek tersebut tanpa mendatangi secara langsung objek tersebut. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sarana untuk mengumpulkan, menggabungkan, dan mengolah data dari setiap parameter yang diperlukan. Keberadaan SIG dapat mempermudah pengolahan data dengan struktur yang kompleks dengan jumlah yang besar secara efisien dan dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan yang tepat (Samad 2011). Menurut Wijaya (2007), penzonasian wilayah perikanan budidaya dalam penataan ruang diharapkan dapat menghindarkan sektor budidaya dari sektor lain yang tidak berkesesuaian, sehingga pengembangan budidaya dapat menguntungkan dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penentuan kawasan budidaya rumput laut secara tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha budidaya yang dapat dilakukan dengan menggunakan penginderaan jauh dan SIG. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menggunakan penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa peta kesesuaian lokasi budidaya rumput laut di wilayah tersebut dan menjadi masukan bagi pembudidaya rumput laut sebagai bahan pertimbangan dalam memilih lokasi budidaya rumput laut yang tepat. METODE Waktu dan Tempat Survei lapang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2013 di Balai Budidaya Laut Lombok, Stasiun Gerupuk, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan titik pengambilan sampel di Teluk Gerupuk, NTB (Lampiran 13). Pengolahan data penginderaan jauh dan SIG dilakukan pada bulan Juni-September 2013 di Bidang Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut, Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Jakarta. 3 Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penentuan lokasi budidaya rumput laut menggunakan metode long line yang mengacu pada metode Samad (2011) berdasarkan data satelit penginderaan jauh dan SIG adalah sebagai berikut: Studi pustaka Konsultasi Kriteria kesesuaian Survei Lapang Citra satelit Koreksi geometrik Koreksi radiometrik 1. Suhu permukaan laut 2. Muatan padatan tersuspensi 3. Keterlindungan lokasi 1. Arus (m/detik) 2. Suhu (oC) 3. Salinitas (ppt) 4. DO 5. pH (derajat keasaman) Peta tematik Tumpang susun (overlay) Analisis SIG Lokasi kesesuaian budidaya rumput laut Gambar 1 Diagram alir penentuan lokasi budidaya rumput laut Kriteria Kesesuaian Budidaya Rumput Laut Penentuan kesesuaian lokasi budidaya rumput laut dilakukan dengan menentukan kesesuaiannya berdasarkan kriteria nilai parameter yang telah terdapat di SNI (2010) dan Akbar dan Sudaryanto (2002) dalam Sulma et al. (2005). Tabel 1 berikut ini merupakan kriteria nilai setiap parameter untuk kesesuaian lahan budidaya rumput laut : Tabel 1 Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut No 1 2 3 Parameter Keterlindungan Arus (m/s) Suhu (oC) Sesuai (S1) Terlindung 0.2-0.4 26-32 Cukup Sesuai (S2) Cukup terlindung 0.1≤ x <0.2 20-26 Tidak Sesuai (S3) Tidak terlindung <0.1 & >0.4 <20 & >32 Sumber SNI (2010) SNI (2010) SNI (2010) 4 No 4 5 6 Parameter Salinitas (ppt) Oksigen Terlarut (mg/l) Muatan Padatan Tersuspensi (mg/l) Sesuai (S1) 32-35 Cukup Sesuai (S2) 28-32 Tidak Sesuai (S3) <28 & >35 SNI (2010) 3-8 1≤x<3 <1 SNI (2010) <80 Akbar dan Sudaryanto (2002) dalam Sulma et al. (2005) ≤20 20< x ≤80 Sumber Pengolahan Citra Satelit Citra satelit yang digunakan adalah citra Landsat 8 tanggal 28 Juni 2013. Pengolahan data Landsat 8 dilaksanakan untuk memperoleh parameter fisik perairan laut, meliputi informasi Suhu Permukaan Laut (SPL), Muatan Padatan Tersuspensi (MPT), dan keterlindungan. Pengolahan ini dilakukan menggunakan software Er Mapper 7.0. Tahap awal pengolahan data satelit penginderaan jauh dilakukan proses koreksi berupa koreksi geometrik dan radiometrik. Koreksi geometrik dilakukan untuk menyamakan posisi pada citra dengan posisi pada bumi menggunakan acuan peta rupa bumi. Koreksi radiometrik dilakukan dengan menggunakan nilai digital menjadi nilai radiansi atau reflektansi yang bertujuan untuk menghilangkan kesalahan sudut elevasi matahari dan jarak matahari bumi pada data yang berlainan waktu (Sulma dan Manoppo 2008), serta dilakukannya koreksi atmosferik akibat serapan dan pantulan yang dilakukan oleh partikel di atmosfer. Parameter fisik kualitas air yang diolah dari citra satelit Landsat 8 adalah SPL, MPT, dan keterlindungan. Pengolahan citra satelit yang masih memiliki keterbatasan diperlukannya data primer sebagai data pendukung citra satelit tersebut yaitu dengan melakukan survei lapang. Seluruh algoritma yang digunakan dalam pengolahan citra satelit dapat dilihat pada Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 3, dan Lampiran 4. Keterlindungan Lokasi Perairan Keterlindungan lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya rumput laut. Arus dan gelombang yang besar dapat menyebabkan kerusakan pada konstruksi budidaya rumput laut, selain itu tanaman rumput laut dapat rusak atau rontok. Pemilihan lokasi pada daerah yang terlindung akan mengurangi dampak kerusakan tersebut (Putra 2011). Perairan terbuka yang mengalami hempasan gelombang besar dan angin kuat tidak direkomendasikan sebagai daerah budidaya rumput laut (Samad 2011). Menurut Tuhumury (2011), secara geografis kondisi alam, perairan teluk merupakan suatu wilayah yang telindung dari hempasan gelombang yang berpotensi sebagai daerah budidaya rumput laut di masa yang akan datang. 5 Data Lapangan Pengukuran data lapang diambil di perairan Teluk Gerupuk, Lombok Tengah, NTB. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara pengukuran parameter kualitas perairan yang menjadi syarat utama kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut. (a) (b) Gambar 2 (a) Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (Landsat 8), (b) Teluk Gerupuk, Lombok Tengah, NTB (SPOT 6) Parameter yang diukur meliputi suhu, kecepatan arus, salinitas, derajat keasaman (pH) dan dissolved oxygen (DO). Metode pengumpulan data lapangan dilakukan sebagai berikut: a. Pengukuran suhu, salinitas, pH dan dissolved oxygen (DO) dilakukan menggunakan water checker HANNA HI 9828, pada kedalaman 10 cm, 25 cm, 50 cm, 100 cm, 200 cm, dan 300 cm pada tanggal 26-29 Juni 2013 pukul 09.00-13.30 WITA. b. Pengukuran kecepatan arus permukaan dilakukan secara langsung di setiap titik pengamatan menggunakan floating dredge yang dibentangkan menggunakan tali sepanjang 2 meter dan dicatat waktu tempuhnya dengan menggunakan stop watch. c. Penentuan posisi pengambilan sampel menggunakan GPS (Global Positioning System) GARMIN GPS 12 XL. Pengolahan Sistem Informasi Geografis Pengolahan Sistem Informasi Geografis (SIG) dilakukan setelah pengolahan citra satelit dengan parameter yang diolah adalah suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi, dan keterlindungan. Pengolahan awal SIG ini adalah dengan dilakukannya pembuatan peta tematik menggunakan software ArcView GIS 3.2. Peta tematik ini kemudian di tumpang susun (overlay) dan ditentukan kesesuaiannya berdasarkan kriteria pada Tabel 1. 6 Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut Menurut Suwargana et al. (2006), masing-masing kelas tersebut didefinisikan sebagai berikut : Kelas sesuai (S1) merupakan kelas pada lahan yang tidak memiliki faktor pembatas yang berarti untuk suatu keuntungan secara lestari. Hambatan tidak mengurangi produktivitas atau keuntungan yang diperoleh dan tidak akan meningkatkan masukan yang diperlukan sehingga melampaui batas-batas yang masih dapat diterima. Kelas cukup sesuai (S2) merupakan kelas pada lahan yang memiliki faktor pembatas yang dapat mengurangi tingkat produksi atau keuntungan yang diperoleh. Pembatas yang ada dapat meningkatkan masukan atau biaya yang diperlukan. Kelas tidak sesuai (S3) merupakan kelas pada lahan yang memiliki faktor pembatas yang bersifat permanen. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran Suhu Sebaran suhu di perairan Teluk Gerupuk, NTB terdapat empat kelas berdasarkan Sulma et al. (2005) yaitu 28-28,5 oC, 28,5-29 oC, 29-29,5 oC, dan 29,5-30 oC dengan luas berturut-turut sebesar 2,19 ha (0,16%), 39,85 ha (2,93%), 1146 ha (84,41%), dan 14,50 ha (1,07%) (Lampiran 5). Gambar 4 Sebaran suhu 7 Kesesuaian Suhu Suhu yang diperoleh dari hasil citra satelit memiliki kisaran 28-30oC. Berdasarkan hasil yang terdapat pada Gambar 5, suhu yang diperoleh termasuk kedalam kategori sesuai dengan luas perairan yang sesuai adalah 1202,54 ha (88,57%) (Lampiran 6). Gambar 5 Kesesuaian suhu Sebaran Muatan Padatan Tersuspensi Nilai sebaran muatan padatan tersuspensi dibagi menjadi 17 kelas berdasarkan Sulma et al. (2005) dengan nilai terendah adalah 0 mg/l dan nilai tertinggi adalah 200 mg/l. Luas wilayah yang memiliki daerah terluas adalah dengan kisaran muatan padatan tersuspensi 5-10 mg/l yaitu 305,49 ha dan yang tersempit adalah 100-150 yaitu 10,53 ha (Lampiran 7). Gambar 6 Sebaran muatan padatan tersuspensi 8 Kesesuaian Muatan Padatan Tersuspensi Berdasarkan Gambar 7, kagetori sesuai memiliki luas perairan sebesar 697,51 ha (51,37%), sedangkan untuk kategori cukup sesuai adalah 392,92 ha (28,94%), dan yang tidak sesuai adalah 112,11 ha (8,26%) (Lampiran 8). Gambar 7 Kesesuaian muatan padatan tersuspensi Keterlindungan Keterlindungan wilayah perairan Teluk Gerupuk seperti yang terdapat pada Gambar 8 dibagi menjadi tiga kategori yaitu terlindung, cukup terlindung, dan tidak terlindung. Wilayah terlindung memiliki luas perairan sebesar 788,21 ha (58,05%), cukup terlindung 56,18 ha (4,14%), dan tidak terlindung 358,15 ha (26,38%) (Lampiran 9). Gambar 8 Keterlindungan Kesesuian Lokasi Budidaya Rumput Laut 9 Kesesuaian lokasi budidaya rumput laut dibagi menjadi 3 kelas seperti yang terdapat pada Gambar 9, yaitu sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai. Luas perairan untuk wilayah yang sesuai adalah 413,32 ha (30,44%), cukup sesuai adalah 325,99 ha (24,01%), dan yang tidak sesuai adalah 463,23 ha (34,12%). Gambar 9 Kesesuaian lokasi Sebaran Arus Nilai arus yang diperoleh merupakan nilai hasil survei lapang. Nilai tersebut diambil pada 27 titik pengambilan sampel di perairan Teluk Gerupuk. Nilai yang diperoleh memiliki kisaran 0,01 m/s sampai 0,40 m/s seperti yang terdapat pada Gambar 10. Gambar 10 Sebaran arus Kesesuaian Arus 10 Nilai arus yang diperoleh dari hasil survei lapang yang termasuk ke dalam kategori sesuai terdapat 7 titik, cukup sesuai terdapat 8 titik, dan yang tidak sesuai terdapat 12 titik (Gambar 11). Sehingga luas wilayah yang termasuk ke dalam kategori sesuai sebesar 342,44 ha (25,22%), cukup sesuai sebesar 190,78 ha (14,05%), dan tidak sesuai sebesar 669,32 ha (49,3 %) (Lampiran 11). Gambar 11 Kesesuaian arus Suhu Hasil Survei Lapang Nilai suhu perairan yang diperoleh dari hasil survei lapang pada tanggal 28 Juni 2013 berkisar 29,04-29,69oC (Gambar 12). 29.8 29.69 29.6 29.47 29.45 Suhu (oC) 29.4 29.2 29.37 29.35 29.32 29.30 29.27 29.29 29.26 29.32 29.27 29.19 29.13 29.04 29.07 Suhu 29 28.8 28.6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Titik ke- Gambar 12 Grafik suhu hasil survei lapang Salinitas Hasil Survei Lapang 11 Nilai salinitas perairan yang diperoleh dari hasil survei lapang berkisar 31,28-31,91 ppt (Gambar 13). 32 31.91 31.85 31.9 31.82 31.81 31.84 31.79 31.79 31.73 31.70 31.8 Salinitas (ppt) 31.7 31.59 31.6 31.51 31.52 31.5 31.4 31.33 31.36 31.28 31.3 31.31 Salinitas 31.2 31.1 31 30.9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Titik ke- Gambar 13 Grafik salinitas hasil survei lapang Oksigen Terlarut Hasil Survei Lapang Nilai DO atau oksigen terlarut yang diperoleh dari hasil survei lapang memiliki nilai bervariasi pada masing-masing titik. Kisaran nilai DO tersebut adalah 4,59-6,48 mg/l (Gambar 14). 7 6 6.486.526.47 6.14 6.116.00 5.00 4.995.015.09 4.61 4.594.734.70 DO (mg/l) 5 5.2 5.28 4 3 DO 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Titik ke- Gambar 14 Grafik DO hasil survei lapang 12 Pembahasan Algae makro yang biasa disebut rumput laut adalah dari kelas algae merah (Rhodophyceae), algae coklat (Phaephyceae) dan algae hijau (Chlorophyceae). Jumlah jenis dan kelimpahan rumput laut bervariasi menurut lokasi berdasarkan perbedaan profil habitat dan kondisi perairan setempat. Demikian juga mengenai produksinya bergantung kepada kondisi alam setempat. Rumput laut bersifat fitobentik yang tumbuh dengan cara menempel pada substrat seperti pecahan karang, karang mati, fragment karang, atau pasir (Atmadja 1996), sehingga penentuan lokasi budidaya rumput laut sangat penting untuk dilakukan berdasarkan sifat hidupnya. Kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan area budidaya rumput laut perlu memperhatikan aspek kualitas air. Hasil dari pengolahan SIG yaitu berupa peta tematik sebaran suhu (Gambar 4), kesesuaian suhu (Gambar 5), sebaran muatan padatan tersuspensi (Gambar 6), kesesuaian muatan padatan tersuspensi (Gambar 7), kesesuaian lokasi budidaya rumput laut (Gambar 9), sedangkan data kualitas air hasil survei lapang adalah suhu, salinitas, DO, dan arus. Pada kegiatan budidaya laut, arus merupakan faktor pembatas atau penentu akhir kesesuaian lokasi tersebut untuk dijadikan lokasi budidaya, khususnya budidaya rumput laut. Citra satelit yang digunakan adalah citra Landsat 8 dengan tanggal orbit yang bersamaan dengan dilakukannya survei lapang, yaitu 28 Juni 2013. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan nilai parameter yang diperoleh dari keduanya, sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih akurat. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari, letak geografis, musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air dan udara, penguapan, dan hembusan angin (Dahuri et al. 2004). Menurut Effendi (2003), perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Adanya peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, sehingga terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang mengakibatkan penurunan kandungan oksigen. Nilai suhu permukaan laut di perairan Teluk Gerupuk berdasarkan data citra satelit Landsat 8 berkisar antara 28-30 oC (Gambar 4). Menurut SNI (2010), suhu perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut adalah 26-32 oC. Kondisi ini menunjukkan bahwa suhu permukaan laut berdasarkan hasil citra termasuk kategori sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut (Gambar 5). Sebaran suhu yang terdapat pada Gambar 4 menunjukkan hasil bahwa pada nilai suhu 29oC memiliki wilayah yang terluas yaitu 1146.00 ha (Lampiran5). Menurut Hasyim (2003), secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapatkan radiasi matahari pada siang hari. Pada lapisan teratas sampai kedalaman kurang lebih 50-70 m, angin menyebabkan terjadinya pengadukan, sehingga lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28-29 oC) yang homogen. Oleh sebab itu, lapisan teratas ini sering pula disebut lapisan homogen. Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, maka nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Namun, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan seperti halnya dengan air laut (Effendi 2003). 13 Menurut Hasyim (2003), penyebab muatan padatan tersuspensi yang utama adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Seperti halnya kekeruhan, nilai MPT berlebihan atau tinggi akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang dilakukan oleh rumput laut. Menurut Akbar dan Sudaryanto (2002) dalam Sulma et al. (2005), nilai muatan padatan tersuspensi yang sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut adalah 0-20 mg/l, sedangkan yang cukup sesuai adalah 20-80 mg/l, dan yang tidak sesuai adalah lebih dari 80 mg/l. Nilai MPT di perairan Teluk Gerupuk berdasarkan citra satelit Landsat 8 berkisar 0-200 mg/l. Berdasarkan hasil citra satelit, di perairan Teluk Gerupuk memiliki wilayah 697.51 ha yang sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut berdasarkan nilai muatan padatan tersuspensi. Keterlindungan lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya rumput laut. Pemilihan lokasi pada daerah yang terlindung akan mengurangi dampak kerusakan tersebut (Putra 2011). Menurut Tuhumury (2011), secara geografis kondisi alam, perairan teluk merupakan suatu wilayah yang telindung dari hempasan gelombang yang berpotensi sebagai daerah budidaya rumput laut di masa yang akan datang. Teluk adalah perairan laut yang menjorok masuk ke dalam daratan, oleh karena itu perairan teluk relatif terlindung dari ombak besar (Effendi 2009). Berdasarkan Gambar 8, keterlindungan lokasi budidaya rumput laut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu wilayah terlindung, cukup terlindung, dan tidak terlindung. Wilayah terlindung karena berada pada teluk yang merupakan perairan terlindung menurut Effendi (2009). Wilayah cukup terlindung karena berada pada lokasi yang masih mendapatkan pengaruh dari ombak besar. Wilayah tidak terlindung karena berada di luar teluk, sehingga perairan tersebut tidak terlindung dari ombak besar dan apabila dilakukan budidaya rumput laut, maka rumput laut tersebut dapat mengalami rusak dan patah. Berdasarkan hasil citra satelit, luas wilayah yang terlindung adalah 788.21 ha dan wilayah tersebut sesuai untuk dilakukannya budidaya rumput laut menurut SNI (2010). Kesesuaian lokasi budidaya rumput laut pada Gambar 9 merupakan hasil overlay (tumpang susun) dari hasil peta tematik suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi, dan keterlindungan. Luas perairan untuk wilayah yang sesuai adalah 413.32 ha, cukup sesuai adalah 325.99 ha, dan yang tidak sesuai adalah 463.23 ha. Menurut Wahyuningrum (2001), arus air yang baik akan membawa nutrisi bagi rumput laut untuk tumbuh serta untuk membersihkan kotoran maupun endapan yang menempel. Selain itu, rumput laut juga akan tumbuh dengan baik karena ada kesempatan menyerap nutrisi (makanan) dari air dan proses fotosintesis tidak terganggu. Kecepatan arus yang terlalu kuat menyebabkan tanaman kesulitan menyerap nutrisi (makanan) yang berguna bagi pertumbuhan. Lokasi untuk budidaya rumput laut harus terlindung dari arus dan hempasan ombak yang terlalu kuat dan apabila hal tersebut terjadi, maka rumput laut akan mengalami kerusakan bahkan dapat hanyut terbawa arus. Berdasarkan hasil data survei lapang yang terdapat pada gambar 10, kecepatan arus berkisar antara 0.010.4 m/s. Menurut SNI (2010), kecepatan arus yang sesuai untuk budidaya rumput laut adalah 0.2-0.4 m/s, cukup sesuai sebesar 0.1-0.2 m/s, dan yang tidak sesuai adalah yang kurang dari 0.1 m/s dan yang lebih dari 0.4 m/ sehingga diperoleh 14 hasil terdapat 7 titik yang termasuk sesuai, cukup sesuai terdapat 8 titik, dan yang tidak sesuai terdapat 12 titik (Gambar 11). Sehingga luas wilayah yang termasuk ke dalam kategori sesuai sebesar 342.44 ha (25.22%), cukup sesuai sebesar 190.78 ha (14.05%), dan tidak sesuai sebesar 669.32 ha (49.3 %) (Lampiran 11). Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut, maupun gerakan bergelombang panjang, seperti pasang surut (Hasyim 2003). Arus merupakan faktor pembatas dari budidaya rumput laut, karena dengan kecepatan arus yang terlalu rendah pertumbuhan rumput laut akan terhambat karena rendahnya pergerakan air yang dapat membawa nutrisi bagi rumput laut serta membersihkan bagian-bagian rumput laut dari kotoran seperti lumpur atau pasir, dan apabila kecepatan arus terlalu tinggi maka dapat merusak rumput laut. Survei lapang dilakukan untuk mengambil data parameter kualitas air perairan Teluk Gerupuk yang digunakan sebagai data pendukung citra satelit. Parameter kualitas air yang di ambil adalah suhu, salinitas, dan DO. Nilai suhu yang diperoleh dari hasil survei lapang memiliki kisaran sebesar 29.04-29.69oC (Gambar 12) dan masuk ke dalam kriteria sesuai menurut SNI (2010) yaitu sebesar 26-32oC. Nilai suhu yang diperoleh dari data citra dengan nilai suhu yang diperoleh dari hasil survei lapang memiliki nilai yang masuk ke dalam kriteria sesuai untuk budidaya rumput laut menurut SNI (2010). Setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap salinitas sehingga salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Menurut Wahyuningrum (2001), perairan dengan salinitas yang rendah akan merusak rumput laut dan dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, lokasi budidaya yang dekat dengan muara sungai perlu dihindari karena dapat mempengaruhi kadar salinitas air. Nilai salinitas yang diperoleh dari hasil survei lapang memiliki kisaran sebesar 31.28-31.91 ppt (Gambar 13) dan masuk ke dalam kriteria sesuai menurut SNI (2010) yaitu sebesar 32-35 ppt. Oksigen merupakan dua macam gas yang memiliki arti penting dalam metabolisme. Oksigen dalam air berasal dari udara (melalui difusi) dan hasil sampingan fotosintesa tumbuhan akuatik (rumput laut). Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu air, ketinggian lokasi (latitude), salinitas, dan tekanan udara. Penambahan tekanan udara serta peningkatan suhu air dan salinitas, menyebabkan kelarutan oksigen rendah dan begitu pula sebaliknya (Wahyuningrum 2001). Nilai DO yang diperoleh dari hasil survei lapang memiliki kisaran sebesar 4.59-6.48 mg/l (Gambar 14), walaupun hasil yang diperoleh bervariasi, namun nilai tersebut masuk ke dalam kriteria sesuai menurut SNI (2010) yaitu sebesar 3-8 mg/l. Data parameter hasil survei lapang berupa suhu, salinitas dan DO digunakan sebagai data pendukung dan tidak di masukkan ke dalam pengolahan SIG. Hal tersebut dilakukan karena dari hasil yang diperoleh, data tersebut sudah termasuk ke dalam kriteria sesuai menurut SNI (2010) dan dari hasil lokasi kesesuaian yang diperoleh hanya hasil pengolahan data penginderaan jauh dan SIG dari tiga parameter yaitu suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi, dan keterlindungan, sehingga perlu dilakukannya lagi pengambilan data parameter lainnya yang berpengaruh untuk lokasi budidaya rumput laut seperti tinggi gelombang, kecepatan gelombang, kecerahan, dan kedalaman khususnya pada lokasi mulut teluk. 15 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil dari pengolahan citra satelit Landsat 8 dan pengolahan SIG serta hasil survei lapang diperoleh bahwa lokasi yang tidak memiliki faktor pembatas dan hambatan tidak mengurangi produktivitas memiliki luas sebesar 342.44 ha, sedangkan lokasi yang memiliki faktor pembatas yang dapat mengurangi tingkat produksi sebesar 190.78 ha, dan lokasi yang memiliki faktor pembatas yang permanen sebesar 669.32 ha. Saran Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan pengukuran parameter kualitas air, iklim dan cuaca secara periodik, dan juga dilakukan penanaman rumput laut untuk membandingkan hasil kesesuaian lokasi budidaya rumput laut berdasarkan hasil citra satelit dengan hasil yang sebenarnya di lapang. DAFTAR PUSTAKA Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Satari R. 1996. Pengenalan jenis-jenis rumput laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta (ID): LIPI. Budhiman S. 2004. Mapping TSM concentrations from multisensor satellite images in turbid tropical coastal waters of Mahakam Delta, Indonesia [Tesis]. Enschede (NL): International Institute for Geo-Information Science and Earth Observation. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman hayati laut : aset pembangunan berkelanjutan Indonesia. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka. Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Effendi I. 2009. Pengantar akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Faisal LO, Patadjai RS, Yusnaini. 2013. Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) dan ikan baronang (Siganus guttatus) yang dibudidayakan bersama di keramba tancap. Jurnal Mina Laut 01(01): 104-111. Hasyim B. 2003. Kajian daerah penangkapan ikan dan budidaya laut berdasarkan data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis wilayah Kabupaten Situbondo [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hidayat DFS. 2004. Analisis finansial usaha rumput laut kering tawar di pulau pari, Kelurahan Pulau Pari Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 16 [KKP] Kemetrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Harga tinggi, ekspor rumput laut naik 10% [Internet]. [di unduh 2013 April 16]. Tersedia pada: http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8972/Harga-Tinggi-EksporRumput-Laut-Naik-10/. Prasetyo T. 2007. Parameter oseanografi sebagai faktor penentu pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Putra GP. 2011. Potensi kawasan budidaya keramba perikanan laut menggunakan sistem informasi geografis (SIG) di wilayah Kepulauan Seribu, DKI Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rajagukguk MM. 2009. Analisis daya saing rumput laut Indonesia di Pasar Internasional [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Samad F. 2011. Analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan penginderaan jauh dan SIG di Taman Nasional Karimun Jawa [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [SNI] Standar Nasional Indonesia (ID). 2010. Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottoni) – Bagian 2: Metode Long-line. Badan Standarisasi Nasional. SNI : 7579.2:2010. Sulma S, Hasyim B, Susanto A, Budiono A. 2005. Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pengembangan budidaya laut. Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh. Kedeputian Bidang Penginderaan Jauh. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Sulma S, Manoppo AKS. 2008. Kesesuaian fisik perairan untuk budidaya rumput laut di perairan bali menggunakan data penginderaan jauh. PIT MAPIN XVII : 467-476. Suwargana N, Sudarsono, Siregar VP. 2006. Analisis lahan tambak konvensional melalui uji kualitas lahan dan produksi dengan bantuan penginderaan jauh dan SIG. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital 3(1): 1-13. Tuhumury RAN. 2011. Studi parameter oseanografi fisika dan kimia untuk kesesuaian budidaya rumput laut di perairan Teluk Youtefa Kota Jayapura. SAINS 11(2): 69-77. [USGS] United States Geological Survey (US). 2013. Using the USGS Landsat 8 product [Internet]. [diunduh 2013 Mei 17]. Tersedia pada: http://landsat.usgs.gov/Landsat8_Using_Product.php. Wahyuningrum PI. 2001. Studi evaluasi kesesuaian wilayah perairan teluk lampung untuk budidaya rumput laut Eucheuma dengan pemanfaatan penginderaan jauh dan sistem informasi geografi (SIG) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wijaya NI. 2007. Analisis kesesuaian lahan dan pengembangan kawasan perikanan budidaya di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 17 LAMPIRAN Lampiran 1 Konversi nilai digital number data Landsat 8 menjadi parameter nilai radiansi Lλ = ((ML*DN)+AL) ............................................................................ (1) dimana, Lλ = radiansi band ke- λ; ML = radiansi multi band ke- x; AL = radiansi add band ke- x, (USGS 2013). Lampiran 2 Konversi nilai digital number menjadi parameter reflektansi Rp = ((Mp*DN)+Ap)/(COS(θS)) .................................................... (2) dimana, Rp : Reflektansi band ke-p; Mp = reflentasi multi band ke- x; Ap= reflektansi add band ke- x; θS : Sudut zenith, (USGS 2013). Lampiran 3 Penentuan suhu permukaan laut data Landsat 8 digunakan band 11. = / ( + ) .............................................................................. (3) dimana T : suhu efektif; K1 dan K2 : nilai konstanta kalibrasi diperoleh dari metadata; Lλ : Radian, watt/(m2*ster*µm), (USGS 2013). Lampiran 4 Analisis parameter muatan padatan tersuspensi berdasarkan data Landsat 8 TSM (mg/l) = A * exp (S*R(0-) red band) ........................................................ (4) Dimana TSM : Muatan padatan tersuspensi; dan nilai-nilai dari konstanta A=8.1429, S=23.704 dan R=0.94, (Budhiman 2004). Lampiran 5 Luas sebaran suhu pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB Keterangan Darat 28-28.5oC 28.5-29 oC 29-29.5 oC 29.5-30 oC Surfs zone Luas total perairan Luas 1927.81 ha 2.19 ha 39.85 ha 1146.00 ha 14.5 ha 155.17 ha 1357.71 ha 0.16 % 2.93 % 84.41 % 1.07 % 11.43 % 100 % Lampiran 6 Luas kesesuaian suhu pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB Keterangan Darat Sesuai (S1) Surfs zone Luas total perairan Luas 1927.81 ha 1202.54 ha 155.17 ha 1357.71 ha 88.57 % 11.43 % 100 % Lampiran 7 Luas sebaran muatan padatan tersuspensi pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB Keterangan Darat 0-5 mg/l 5-10 mg/l 10-15 mg/l Luas 1927.81 ha 34.11 ha 305.49 ha 249.11 ha 2.51 % 22.50 % 18.35 % 18 Keterangan 15-20 mg/l 20-25 mg/l 25-30 mg/l 30-35 mg/l 35-40 mg/l 40-45 mg/l 45-50 mg/l 50-60 mg/l 60-70 mg/l 70-80 mg/l 80-90 mg/l 90-100 mg/l 100-150 mg/l 150-200 mg/l Surfs zone Luas total perairan Luas 116.62 ha 78.08 ha 67.74 ha 42.60 ha 29.69 ha 25.26 ha 33.76 ha 28.93 ha 22.65 ha 17.23 ha 12.23 ha 71.75 ha 10.53 ha 56.76 ha 155.17 ha 1357.71 ha 8.59 % 5.75 % 4.99 % 3.14 % 2.19 % 1.86 % 2.48 % 2.13 % 1.67 % 1.27 % 0.9 % 5.28 % 0.78 % 4.18 % 11.43 % 100 % Lampiran 8 Luas kesesuaian muatan padatan tersuspensi pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB Keterangan Darat Sesuai (S1) Cukup sesuai (S2) Tidak sesuai (S3) Surfs zone Luas total perairan Luas 1927.81 ha 697.51 ha 392.92 ha 112.11 ha 155.175 ha 1357.71 ha 51.37 % 28.94 % 8.26 % 11.43 % 100 % Lampiran 9 Luas keterlindungan pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB Keterangan Darat Terlindung Cukup terlindung Tidak terlindung Surfs zone Luas total perairan Luas 1927.81 ha 788.21 ha 56.18 ha 358.15 ha 155.175 ha 1357.71 ha 58.05 % 4.14 % 26.38 % 11.43 % 100 % Lampiran 10 Luas kesesuaian pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB Keterangan Darat Sesuai (S1) Cukup sesuai (S2) Tidak sesuai (S3) Surfs zone Luas total perairan Luas 1927.81 ha 413.32 ha 325.99 ha 463.23 ha 155.17 ha 1357.71 ha 30.44 % 24.01 % 34.12 % 11.43 % 100 % Lampiran 11 Luas kesesuaian arus pada lokasi budidaya rumput laut di perairan Teluk Gerupuk, NTB Keterangan Darat Sesuai (S1) Luas 1927.81 ha 342.44 ha 25.22 % 19 Keterangan Cukup sesuai (S2) Tidak sesuai (S3) Surfs zone Luas total perairan Luas 190.78 ha 669.32 ha 155.17 ha 1357.71 ha 14.05 % 49.3 % 11.43 % 100 % Lampiran 12 Nilai Suhu, pH, Salinitas, dan DO pada saat survei lapang di perairan Teluk Gerupuk, NTB Titik ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Lat 8° 55' 15.9" 8° 54' 59.5" 8° 54' 52.6" 8° 54' 52.2" 8° 54' 41.9" 8° 54' 27.7" 8° 54' 34.1" 8° 54' 26.1" 8° 54' 31.3" 8° 54' 37.4" 8° 54' 43.4" 8° 54' 51.4" 8° 54' 58.4" 8° 54' 44.5" 8° 55' 10.4" 8° 55' 15.7" Long 116° 21' 19.2" 116° 21' 22.4" 116° 21' 16.7" 116° 21' 09.6" 116° 20' 56.8" 116° 21' 07.7" 116° 22' 22.3" 116° 22' 21.6" 116° 22' 26.3" 116° 22' 32.9" 116° 22' 24.2" 116° 22' 18.6" 116° 22' 12.1" 116° 22' 06.9" 116° 21' 59.8" 116° 21' 55.6" Suhu 29.04 29.19 29.07 29.13 29.27 29.32 29.47 29.69 29.45 29.35 29.37 29.32 29.29 29.30 29.26 29.27 pH 8.45 8.48 8.48 8.52 8.49 8.41 8.55 8.67 8.53 8.65 8.60 8.62 8.61 8.59 8.49 6.65 Salinitas 31.33 31.85 31.36 31.59 31.28 31.91 31.51 31.81 31.52 31.84 31.73 31.79 31.70 31.82 31.79 31.31 DO 6.14 6.48 6.52 6.47 6.11 6.00 4.61 5.00 4.59 4.73 4.70 4.99 5.01 5.09 5.2 5.28 Lampiran 13 Lokasi pengambilan sampel di Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat Titik ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Lat 8° 55' 15.9" 8° 54' 59.5" 8° 54' 52.6" 8° 54' 52.2" 8° 54' 41.9" 8° 54' 27.7" 8° 54' 34.1" 8° 54' 26.1" 8° 54' 31.3" 8° 54' 37.4" 8° 54' 43.4" 8° 54' 51.4" 8° 54' 58.4" 8° 54' 44.5" 8° 55' 10.4" 8° 55' 15.7" Long 116° 21' 19.2" 116° 21' 22.4" 116° 21' 16.7" 116° 21' 09.6" 116° 20' 56.8" 116° 21' 07.7" 116° 22' 22.3" 116° 22' 21.6" 116° 22' 26.3" 116° 22' 32.9" 116° 22' 24.2" 116° 22' 18.6" 116° 22' 12.1" 116° 22' 06.9" 116° 21' 59.8" 116° 21' 55.6" 20 RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara yang lahir pada tanggal 20 Januari 1992 dari Ayah Dr Bidawi Hasyim, MSi dan Ibu Erna Marliana. Pendidikan formal yang dilalui yaitu SD Negeri 10 Pagi Jakarta, SMP Negeri 184 Jakarta, SMA Islam PB Soedirman Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima masuk IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama masa perkuliahan penulis melakukan kegiatan magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara, Jawa Tengah pada tahun 2011 dengan komoditas Udang Vannamei, serta di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang, Jawa Barat pada tahun 2012 dengan komoditas Kepiting Soka. Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktek Lapangan Akuakultur di Balai Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan komoditas Tiram Mutiara. Penulis pernah menjadi Asisten mata kuliah Fisika Kimia Perairan semester genap tahun ajaran 2011/2012, dan Manajemen Kualitas Air semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis juga pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) divisi Olahraga dan Seni (Orkes) pada kepengurusan tahun 2011 serta divisi Pengembangan Riset dan Keilmuan pada kepengurusan tahun 2012. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi pada jenjang S1 ini diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut di Perairan Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG” di bawah bimbingan Dr Kukuh Nirmala, MSc dan Syarif Budhiman, SPi, MSc.